UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
NAMA : GOLD NARO SITINJAK
NIM : 060503155
DEPARTEMEN : AKUNTANSI (S1)
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul ” Faktor-FaktorYang
Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Laba (Income Smoothing) Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ” adalah benar
hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
Program Strata-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan
jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 30 November 2010
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah financial leverage (DAR) dan total assets turnover (TATO) baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap earning per share pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dengan jumlah sampel sebanyak 18 perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data eksternal, yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009
dan situs
adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, financial leverage secara
parsial tidak berpengaruh terhadap earning per share. Total assets turnover
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap earning per share. Secara simultan, financial leverage dan total assets turnover berpengaruh signifikan terhadap earning per share pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai Adjusted R Square adalah 0,193 mengindikasikan bahwa 19,3% perubahan dalam earning per share dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya 80,7% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the influence of financial leverage (DAR)) and total assets turnover (TATO)either partially or simultaneously toward earning per share in plantations and minning firms on Indonesia Stocks Exchange. This research is classified as causal research with 18 plantations and minning firms listed in Indonesia Stocks Exchange during 2006 to 2009. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes external data, those are taken from Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 and from
the website
classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in multiple regresioan analyze.
The result of this research show that, partially financial leverage uninfluence toward earning per share. Total assets turnover partially influence toward earning per share. Simultaneously financial levergae and total assets turnover influence significanly toward earning per share. Adjusted R Square that shows value 0,193 indicates that 19,3% turning in earning per share can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the remainder 80,7% detemined by other factors which not include in this research.
DAFTAR ISI
PERYATAAN...i
KATA PENGANTAR...ii
ABSTRAK...iv
ABSRACK...v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
... B. Rumusan Masalah ... 5
... C. Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 9
1. Laporan Keuangan ... 9
2. Manajemen Laba ... 11
3. Perataan laba ... 13
a. Pengertian Perataan Laba ... 13
b. Sasaran Perataan Laba ... 16
d. Terjadinya Perataan Laba ... 18
e. Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Perataan Laba ... 19
f. Keuntungan AdanyaPerataan Laba ... 19
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 23
B. Pemilihan Sampel ... 23
C. Model Klasifikasi Sampel ... 27
D. Jenis dan Sumber Data ... 28
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 32
1. Kerangka Konseptual ... 32
2. Hipotesis Penelitian ... 34
G. Alat Analisis data ... 35
BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Data Penelitian ... 39
B. Perhitungan Index Smoothing ... 39
C. Analisis Statistik Deskriptif... 48
D. Analisis Pengujian Univariate ... 49
E. Hasil Pengujian Multivariate ... 51
A. Kesimpulan ... 56
B. Keterbatasan Penelitian ... 59
C. Implikasi Penelitian ... 60
D. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
DAFTAR TABEL
Nama Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel dengan Metode Purposive Judgement Sampling...24
Tabel 3.2 Nama-Nama Perusahaan Sampel ... 25
Tabel 3.3 Defenisi Operasional ... 31
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Coefficient of Variations of Earning ... 41
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Coefficient of Variations of sales ... 43
Tabel 4.3 Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba ... 45
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Perusahaan Sampel ... 48
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Sebaran Data ... 50
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Univariate ... 50
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Multivariate Secara Serentak ... 52
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap II ... 53
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap III ... 54
DAFTAR GAMBAR
Nama Judul Halaman
Gambar 1 Tipe Perataan Laba ... 15
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah financial leverage (DAR) dan total assets turnover (TATO) baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap earning per share pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dengan jumlah sampel sebanyak 18 perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data eksternal, yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009
dan situs
adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, financial leverage secara
parsial tidak berpengaruh terhadap earning per share. Total assets turnover
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap earning per share. Secara simultan, financial leverage dan total assets turnover berpengaruh signifikan terhadap earning per share pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai Adjusted R Square adalah 0,193 mengindikasikan bahwa 19,3% perubahan dalam earning per share dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya 80,7% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the influence of financial leverage (DAR)) and total assets turnover (TATO)either partially or simultaneously toward earning per share in plantations and minning firms on Indonesia Stocks Exchange. This research is classified as causal research with 18 plantations and minning firms listed in Indonesia Stocks Exchange during 2006 to 2009. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes external data, those are taken from Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 and from
the website
classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in multiple regresioan analyze.
The result of this research show that, partially financial leverage uninfluence toward earning per share. Total assets turnover partially influence toward earning per share. Simultaneously financial levergae and total assets turnover influence significanly toward earning per share. Adjusted R Square that shows value 0,193 indicates that 19,3% turning in earning per share can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the remainder 80,7% detemined by other factors which not include in this research.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi
fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan
perusahaan. Praktik perataan laba terkait erat dengan manajemen
laba, yaitu praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan
antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) ketika semua pihak berusaha
untuk mencapai dan mempertahankan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya.Sasaran utamanya adalah untuk melunakkan variabilitas laba
setiap tahunnya, dengan mengalihkan pendapatan dari tahun yang baik ke tahun
yang buruk. Dalam hal ini pendapatan masa yang akan datang dapat dialihkan ke
tahun sekarang atau sebaliknya, demikian pula halnya dengan biaya dapat
dimodifikasi dengan mengalihkan beban atau kerugian dari periode ke
periode. Ketatnya persaingan dalam dunia usaha atau bisnis menjadi pemicu yang
kuat bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik bagi
perusahaan yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan
berdampak terhadap nilai pasar perusahaan di pasar dan juga mempengaruhi
minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah
perusahaan.
Selain bertanggungjawab untuk menampilkan performa terbaik
perusahaan, manajemen juga bertanggungjawab untuk menyediakan laporan
keuangan bagi semua pihak yang berkepentingan baik pihak intern atau ekstern
merupakan sarana komunikasi yang berguna sebagai penghubung pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak internal (manajemen)
maupun pihak eksternal (pemegang saham, kreditur, pemerintah, dan sebagainya).
Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam
laporan keuangan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal.
Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan
untuk menilai kinerja manajemen,membantu mengestimasi kemampuan laba
yang representatif dalam jangka panjang dan menaksir resiko investasi atau
meminjamkan dana (Kirschen heiter dan Melumad 2002 dalam Juniarti
2005:148).
Pentingnya informasi laba ini disadari oleh manajemen, sehingga
manajemen cenderung melakukan disfungtional behaviour (perilaku tidak
semestinya),yaitu dengan melakukan perataan laba untuk mengatasi berbagai
konflik yang timbul antara manajemen dengan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan (Sugiarto, 2003). Disfungtional behaviour
tersebut dipengaruhi oleh adanya asimetri informasi (information asymetry) dalam
konsep teori keagenan (agency teori). Teori keagenan (agency theory)
menyatakan manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai
perusahaan dibandingkan pemilik perusahaan yang sering terdorong untuk
melakukan tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri
(disfunctional behaviour) dan atau perusahaannya. Kesenjangan informasi antara
pihak manajemen dengan pihak yang berkepentingan lain menyebabkan memicu
Topik perataan penghasilan (income smoothing) terkait erat dengan konsep
manajemen laba (earnings management). Seperti halnya manajemen laba
penjelasan konsep perataan laba juga menggunakan pendekatan teori keagenan
(agency teory). Teori ini menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh
konflik kepentingan antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) yang
timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat
kemakmurannya (Salno dan Baridwan, 2000).
Adapun keuntungan yang diperoleh manajemen dari tindakan perataan
laba ini adalah :
1. Skema kompensasi dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang
disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena setiap fluktuasi
dalam laba akan berpengaruh langsung dalam kompensasi.
2. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi
pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilan atau
penggantian manajemen secara langsung.
Alasan perataan laba bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan
kreditur, investor dan karyawan serta meratakan siklus bisnis melalui proses
psikologis ( Hector dalam Syahriana, 2006:3). Proporsi yang diajukan berkaitan
dengan perataan laba adalah: (1) Kriteria yang digunakan manajemen
perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan
kepuasan atau kemakmuran. (2) Kepuasan merupakan fungsi dari keamanan
pekerjaan, level dan tingkat pertumbuhan gaji serta level dan tingkat pertumbuhan
performan perusahaan dapat meningkatkan status dan reward bagi manajer. (4)
Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba
perusahaan.
Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum dan dilakukan di
banyak Negara. Namun demikian, praktik perataan laba ini, jika dilakukan
dengan sengaja dan dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang
tidak memadai atau menyesatkan. Akibatnya, investor mungkin tidak
memperoleh informasi akurat yang memadai mengenai laba untuk mengevaluasi
hasil dan risiko dari portofolio mereka.
Penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dengan melihat kondisi
keuangan perusahaan membuat manajemen konsisten terhadap laporan keuangan.
Kenaikan harga minyak mentah dunia pada tahun 2007 yang mengakibatkan
krisis keuangan global pada tahun 2008 mempengaruhi laba yang diperoleh
perusahaan manufaktur. Adanya krisis global ini membawa dampak pada hampir
semua aktivitas perekonomian. Laba perusahaan mengalami penurunan dan
kenaikan yang tajam. Akibat krisis global ini ada kemungkinan perusahaan
melakukan tindakan perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang tinggi
sehingga sesuai dengan target yang diinginkan. Tindakan manajemen
merugikan banyak pihak terutama investor karena memberikan informasi yang
salah. Hal ini lah yang memdorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui apakah hasil penelitian yang dilakukan sebelum krisis
Penelitian ini merupakan replikasi dari Nani Syhriana (2006), yang
meneliti faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya praktik perataan laba
dengan mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ.
Variabel dependen yang diuji yaitu besaran perusahaan, net profit
margin,operating profit margin, dan return on asset yang memiliki
pengaruh pada praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Jakarta. Penulis tertarik untuk meneliti kembali beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba yaitu besaran perusahaan,net
profit margin, operating profit margin, return on asset dengan mengubah rentan
waktu dari tahun 2000-2005 menjadi 2006-2009 sehingga penelitian ini
memberikan kontribusi untuk menguji apakah terjadi penguatan konsistensi
terhadap teori maupun penelitian yang ada selama ini atau sebaliknya.
Dari latar belakang atau pernyataan-pernyataan yang telah disebutkan di
atas maka penelitian ini diberi judul ” Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”
B. RUMUSAN MASALAH DAN BATASAN MASALAH 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang
akan diteliti dapat dirumuskan:
1. Apakah besaran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
3. Apakah operating profit margin berpengaruh terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
4. Apakah return on asset berpengaruh terhadap praktik perataan laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
2. Batasan Masalah
Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di pasar modal
Indonesia, sedangkan sampel penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di BEI tahun 2006-2009 yang dipilih dengan metode
purposive judgement sampling. Dengan metode purposive
judgement sampling, sampel dipilih atas dasar kesesuaian
karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang
ditentukan.
2. Penelitian ini menggunakan data sekunder perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia . Data laporan keuangan yang
dipakai adalah total Assets, penjualan bersih, laba operasi (PO),
laba sebelum pajak (PSP), laba bersih setelah pajak (PBSP), net
profit margin (NPM) dan operating profit margin (OPM). Data
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor besaran perusahaan, net profit
margin, operating profit margin dan return on asset secara signifikan
dapat mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI
b. Untuk Mengetahui Konsistensi hasil penelitian terdahulu dengan
penelitian yang dilakukan sekarang.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis , penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis
tentang faktor-faktor yang memperngaruhi perataan laba pada
perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia
b. Bagi akademisi, untuk menambah wawasan tentang perataan laba
(income smoothing) dan menambah literatur yang ada mengenai
perataan laba.
c. Bapepam sebagai pengawas perdagangan saham di pasar modal serta
dalam membuat peraturan ataupun kebijakan yang diperlukan.
d. Bagi pihak eksternal (penanam modal atau investor, kreditor dan
pihak lain), hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dalam mengambil kebijaksanaan untuk membuat keputusan
investasi.
sejenis,diharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan informasi dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk
catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban
suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban
selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang
berlaku umum (IAI,2005). Laporan keuangan juga menunjukan apa yang
telah dilakukan manajemen atau pertanggunjawaban manajemen atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya.
Menurut Standar akuntansi Keuangan No.1(1997:07):
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal (yang disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai sebagai arus kas, atau laporan arus dana), catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan kinerja keuangan yang lampau dan posisi
keuangan saat ini. Laporan keuangan dirancang untuk menyediakan
informasi pada empat aktivitas usaha utama yaitu kegiatan perencanaan,
keuangan, investasi, dan operasi. Laporan keuangan disusun oleh manajemen
dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
Menurut Warren (2005:24) jenis – jenis laporan keuangan perusahaan
adalah sebagai berikut :
a. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan (matching concept).Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban yang terjadi yang disebut laba bersih.
b. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan tersebut disiapkan setelah laporan laba rugi karena laba bersih ataupun rugi bersih dalam periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan didalam neraca.
c. Neraca
Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Pada bagian aktiva dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aktiva tersebut dikonversikan kedalan kas atau digunakan dalam operasi. d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI,2005):
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
2. Manajemen Laba
Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang
disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik
didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting Principles
(GAAP). Menurut Sugiri (1998) definisi manajemen laba dibagi menjadi
dua yaitu :
a. Definisi Sempit.
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya laba.
b. Definisi Luas.
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
Pengertian manajemen laba dapat didefinisikan sebagai tindakan
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba
yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan
ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami
perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bisa
merugikan perusahaan (Ma’ruf,2003).
Perataan laba (income smoothing) terkait erat dengan konsep
manajemen laba (earnings management). Penjelasan konsep manajemen
laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang
menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik
ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat
kemakmuran yang dikehendakinya.Dalam hubungan keagenan, manajemen
memiliki asimetri informasi terhadap pihak-pihak eksternal perusahaan,
seperti investor dan kreditor. Asimetri informasi terjadi ketika pemilik sebagai
principal tidak dapat memonitor langsung aktivitas manajemen sehari-hari
untuk memastikan manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemilik atau
dengan kata lain principal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai
kinerja agent. Manajemen sebagai agent memiliki kelebihan informasi
mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan.
Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan
dirinya sendiri, mengakibatkan manajemen memanfaatkan adanya
asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui pemilik dan untuk menyajikan informasi
yang tidak sebenarnya kepada pemilik terutama bila informasi tersebut
berkaitan dengan pengukuran kinerja manajemen.
Hubungan agency muncul ketika satu pihak (principal) membayar pihak
lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa dan mendelegasikan otoritas
wewenang pengambil keputusan kepada agent. Dalam konteks perusahaan,
pemilik perusahaan adalah principal dan manajemen perusahaan sebagai
agent. Pemilik membayar manajemen dan mengharapkan manajemen
untuk bertindak sesuai dengan kepentingan para pemilik perusahaan.
Agency theory adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.
usaha-usaha untuk memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan
keagenan.Masalah keagenan muncul disebabkan oleh :
• Terdapat perbedaan tujuan (goals) antara agent dan principal.
• Terdapat kesulitan atau membutuhkan biaya yang mahal bagi principal
untuk senantiasa memantau tindakan-tindakan yang diambil oleh
agent.
Pada sebuah perusahaan terdapat tiga pihak utama (major participant)
yang memiliki kepentingan berbeda yaitu manajemen, pemegang saham
(sebagai pemilik), dan buruh atau tenaga kerja. Prinsip pengambilan keputusan
yang diambil oleh manajer adalah bahwa manajer harus memilih
tindakan-tindakan yang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Atau dengan
kata lain,pengambilan keputusan tidak didasarkan atas kepentingan
manajemen (agent) namun harus mengacu pada kepentingan pemegang
saham (principal).Namun kenyataanyang terjadi dibanyak perusahaan adalah
manajer cenderung memilih tindakan-tindakan yang menguntungkan
kepentingannya misalnya yang dapat memaksimalkan kekayaannya
daripada menguntungkan pemegang saham.
3. Perataan Laba
a. Pengertian Perataan Laba
Perataan laba didefinisikan sebagai pengurangan dengan sengaja fluktuasi dari berbagai tingkatan laba (Belkauoli,2007:186). Perataan
agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil ( Fudenberg dalam Syahriana,
2006:14)
Perataan laba sebagai suatu alat yang digunakan manajemen untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target
yang diinginkan baik secara artifisial (melalui metode akuntansi)
maupun secara riil (melalui transaksi). Tindakan perataan laba telah
dianggap sebagai tindakan yang umum dilakukan (Koch dalam
Syahriana, 2006:15)
Alasan perataan laba adalah bertujuan untuk memperbaiki hubungan
dengan kreditur, investor dan karyawan serta meratakan siklus bisnis
melalui proses psikologis yaitu:
1. Mengurangi total pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.
2. Meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan karena
laba yang stabil akan mendukung kebijakan pembayaran dividen
yang stabil.
3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena
pelaporan laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan
munculnya tuntutan kenaikan gaji atau upah.
4. Siklus peningkatan dan penurunan laba dapat ditandingkan dan
gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Proposisi yang diajukan berkaitan dengan perataan laba adalah
kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metoda
kemakmuran,kepuasan merupakan fungsi dari keamanan pekerjaan,
level dan tingkat pertumbuhan besaran (size) perusahaan, kepuasan
pemegang saham dan kenaikan performan perusahaan dapat
meningkatkan status dan reward bagi manajer dan kepuasan yang
sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba
perusahaan.
Tipe-tipe dari perataan laba dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
Gambar 1. Tipe perataan laba
Sumber: Norm Eckel, 1981, The Income Smoothing Hypothesis Rivisited, Abacus, Vol.17 No.1 (Dikutip dari Nani Syahriana dalam Skripsi S1 “ Analisis peratan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada perusahaan manufaktur Di Bursa Efek Jakarta(2000-2004), Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2006:16)
Aliran perataan laba yang alami (naturally income smoothing)
secara sederhana mempunyai implikasi bahwa sifat proses perolehan laba
itu sendiri yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Tipe perataan
laba terjadi begitu saja secara alami tanpa intervensi pihak manapun.
Berbeda dengan perataan laba yang secara alami, perataan laba yang Smooth Income stream
Intentional Being Smoothed by
Management
Real Smoothing
Naturally Smoot
disengaja (intentionally income smoothing) mengandung intervensi
manajemen. Ada dua jenis perataan laba yang disengaja, yaitu perataan
laba riil dan perataan laba artifisial.
Dari penjelasan tipe perataan laba tersebut, konsep perataan laba
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perataan laba yang
disengaja, tanpa membedakan perataan laba riil atau perataan laba
artifisial, karena peneliti hanya meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi perataan laba tanpa menguji lebih lanjut bagaimana
manajemen melakukan perataan laba tersebut.
b. Sasaran Pemerataan Laba
Sasaran perataan laba dapat dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas yang
dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi aliran data atau
informasi. Dengan kata lain, untuk menciptakan laporan keuangan
yang sesuai yang diinginkan, manajer dapat memasukkan informasi
yang seharusnya dilaporkan pada periode yang akan datang ke dalam
laporan periode ini atau sebaliknya tidak melaporkan informasi periode
ini untuk dilaporkan pada periode yang akan datang.
Unsur-unsur laporan keuangan yang seringkali dijadikan sasaran
untuk melakukan perataan laba (Foster dalam Syahriana,2006:18)
adalah:
1. Unsur penjualan
b. Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif.
c. Downgrading (penurunan) produk, sebagai contoh, dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalam kelompok produk rusak dan selanjutnya
dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang sebenarnya
2. Unsur biaya
a. Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk sebuah pembelian atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.
b. Mencatat prepayment (biaya dibayar dimuka) sebagai biaya.Misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai biaya advertensi tahun ini.
c. Alasan dilakukannya Praktik Pemerataan Laba
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menjelaskan
alasan-alasan yang mendorong manajer untuk melakukan tindakan perataan
laba. Tindakan perataan laba merupakan tindakan yang logis dan
rasional bagi manajer untuk meratakan laba dengan menggunakan cara
atau metode akuntansi tertentu.
Alasan seorang manajer melakukan praktik perataan laba
(Syahriana,2006) sebagai berikut:
a. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan para investor karena laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan dividen yang stabil pula sebagaimana yang diinginkan para investor.
b. Penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui periode beberapa metode tertentu, manajemen dapat mengurangi kewajiban perusahaan secara keseluruhan. c. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer
d. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihindarkan serta rasa pesimis dan optimis dapat dikurangi.
d. Terjadinya Pemerataan Laba
Perataan laba dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
• Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya kejadian tertentu
melalui kebijakan yang dimiliki (misalnya biaya riset dan
pengembangan) untuk mengurangi variasi laba yang dilaporkan.
Sebagai alternative manajer juga dapat menentukan waktu
pengakuan kejadian tersebut. Perataan laba dapat dilakukan dengan
pengendalian saat terjadinya atau saat pengakuan suatu kejadian.
• Mengubah metode akuntansi, dalam hal ini manajer dapat
mengalokasikan pendapatan atau biaya tertentu untuk beberapa
periode akuntansi. Manajer memiliki kebijakan sendiri dalam
mengklasifikasikan pos-pos laba rugi tertentu kedalam kategori
berbeda. Contohnya pendapatan dan biaya yang tidak
berulang-ulang dapat diklasifikasikan sebagai ordinary/ extraordinary
item untuk menimbulkan kesan yang lebih merata pada
ordinary income yang dilaporkan.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerataan Laba
Faktor-faktor pendorong perataan laba itu dapat dibedakan atas
faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor-faktor
sehingga perubahan akuntansi mempengaruhi kondisi itu. Kondisi yang
terpengaruh oleh angka-angka akuntansi itu misalnya pembayaran
bonus dan harga saham.
Selain faktor-faktor konsekuensi ekonomi, faktor-faktor lain
yang mendorong perataan laba adalah angka-angka laba itu sendiri.
Faktor-faktor laba adalah angka-angka yang dengan sendirinya juga ikut
mendorong perilaku perataan laba.Misalnya perbedaan antara laba yang
diharapkan dengan laba yang sesungguhnya.Perataan laba tidak akan
terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang
sesungguhnya. Sebaliknya semakin besar selisih antara laba yang
diharapkan dengan laba sesungguhnya, maka manajer akan semakin
terdorong untuk meratakan laba.
f. Keuntungan Adanya Pemerataan Laba
Menurut Syahriana (2006:24) alasan manajemen diuntungkan
dengan adanya praktik perataan laba yaitu:
• Skema kompensasi manajemen dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena itu setiap fluktuasi dalam laba akan berpengaruh langsung terhadap kompensasinya.
B. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
Selain tulisan mengenai perataan laba yang memberikan argumen-argumen
yang berkaitan dengan alasan yang dapat memotivasi para manajer untuk
meratakan laba, penelitian secara empiris mengenai perataan laba juga telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagai dasar penelitian tersebut terfokus pada
terjadinya perataan laba (termasuk instrumen dan tujuannya) dan faktor-faktor
yang terkait dengan terjadinya perataan laba.
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempegaruhi praktik perataan laba dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama
Peneliti
Judul penelitian Variabel Penelitian
Hasil penelitian Juniarti dan
corolina (2005)
Analisa Faktor-Faktor yang
Laba pada Perusahaan
Earning Respone (Reaksi
Pasar) pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta
Analisis Perataan Laba :
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi dan
Kaitannya dengan
Kinerja Saham Perusahaan
Publik di Indonesia
Independen:
Analisis Perataan Laba dan
Dependen : Perataan laba
perataan laba secara
BAB III
MEDOLOGI PENELITIAN A. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang listing dari tahun 2006-2009 di BEI. Dipilihnya perusahaan
yang terdaftar di BEI menjadi populasi dan sampel penelitian ini karena BEI
dianggap memiliki data yang lebih lengkap dan telah terorganisasi dengan baik
sehingga dapat digunakan menjadi sumber yang layak digunakan dalam penelitian
ini.
B. PEMILIHAN SAMPEL
Teknik penarikan sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode purposive judgement sampling yaitu sampel dipilih atas dasar
kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah
ditentukan. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2006-2009.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2006-2009.
3. Perusahaan yang tidak melakukan akuisisi atau merger selama periode
pengamatan. Bila perusahaan melakukan akusisi dan merger selama periode
pengamatan akan mengakibatkan variabel-variabel dalam penelitian
mengalami perubahan yang tidak sebanding dengan periode
penelitian tidak akan berguna karena perusahaan tersebut di masa yang akan
dating tidak lagi beroperasi.
4. Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2006-2009 tidak
pernah mengalami kerugiaan
Berdasarkan karakteristik pemilihan sampel diatas diperoleh perusahaan
yang akan digunakan sebagai sampel penelitian. Table berikut ini menyajikan
hasil seleksi sampel dengan metode purposive judgement sampling.
Tabel 3.1
Pemilihan Sampel dengan Metode Purposive Judgemet Sampling
Keterangan Jumlah
Jumlah sampel awal 152
• Pelanggaran kriteria I
Perusahaan yang terdaftar pada 2006 tetapi tidak lagi pada 2009
dan belum terdaftar pada 2006 tetapi sudah terdaftar pada 2009 14
• Pelanggaran kriteria II
Emitem yang tidak menerbitkan laporan keuangan 0
• Pelanggaran kriteria III
Emitem yang melakukan merger atau akusisi minimal sekali
selama 2006 sampai 2009 4
• Pelanggaran kriteria IV
Emitem yang pernah mengalami kerugian selama periode
Jumlah akhir 74
Jumlah sampel akhir yang terpilih sebanyak 74 perusahaan merupakan 48,68 dari
seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama kurun waktu
2006-2009. Selanjutnya seluruh sampel diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam
kelompok perata dan kelompok bukan perata.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam pengambilan sampel,
maka perusahaan yang memenuhi kriteria yang dapat dijadikan sebagaisampel,
yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.2
Nama-Nama Perusahaan Sampel
No Kode Nama Perusahaan
1 AKPI PT Argha Karya Prima Industry 2 AKRA PT AKR Corporindo
3 ALMI PT Alumindo Light Metal Industry 4 AQUA PT Aqua Golden Mississippi 5 ARNA PT Arwana Citramulia 6 ASGR PT Astra-Graphia 7 ASII PT Astra International 8 AUTO PT Astra Otoparts
9 BTON PT Betonjaya Manunggal 10 BUDI PT Budi Acid Jaya 11 CEKA PT Cahaya Kalbar 12 CLPI PT Colorpak Indonesia 13 CTBN PT Citra Tubindo 14 DLTA PT Delta Djakarta
19 FASW PT Fajar Surya Wisesa 20 GDYR PT Goodyear Indonesia 21 GGRM PT Gudang Garam 22 HEXA PT Hexindo Adiperkasa 23 HMSP PT HM Sampoerna 24 IGAR PT Kageo Igar Jaya 25 IKBI PT Sumi Indo Kabel 26 INAF PT Indofarma (Persero) 27 INDF PT Indofood Sukses Makmur 28 INDR PT Indorama Syntetics 29 INTA PT Intraco Penta
30 INTP PT Indocement Tunggal Prakasa 31 JECC PT Jembo Cable Company 32 JPRS PT Jaya Pari Steel
33 KAEF PT Kimia Farma (Persero) 34 KBLI PT KMI Wire and Cable 35 KBLM PT Kabelindo Murni
36 KDSI PT Kedawung Setia Industrial 37 KLBF PT Kalbe Farma
38 LION PT Lion Metal Works
39 LMPI PT Langgeng Makmur Industry 40 LMSH PT Lionmesh Prima
41 LTLS PT Lautan Luas
42 MASA PT Multistrada Arah Sarana
43 MERK PT Merck
44 MRAT PT Mustika Ratu
45 MTDL PT Metrodata Electronics 46 MYOR PT Mayora Indah
47 NISP PT Nipress
48 PICO PT Pelangi Indah Canindo 49 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.s 50 PYFA PT Pyridam Farma
51 RDTX PT Roda Vivatex
52 RMBA PT Bentoel International Investama
60 SOBI PT Sorini Agro Asia Corporindo 61 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia 62 SRSN PT Indo Acidatama
63 STTP PT Siantar Top
64 TBLA PT Tunas Baru Lampung 65 TCID PT Mandom Indonesia 66 TIRA PT Tira Austenite
67 TOTO PT Surya Toto Indonesia 68 TRST PT Trias Sentosa
69 TSPC PT Tempo Scan Pacific 70 TURI PT Tunas Ridean
71 UNIC PT Unggul Indah Cahaya 72 UNTR PT United Tractor
73 VOKS PT Voksel Electric
74 YPAS PT Yanaprima Hastapersada
C. MODEL KLASIFIKASI SAMPEL
Jumlah sampel yang telah diseleksi diklasifikasikan ke dalam kelompok
perata dan bukan perata menggunakan Income Smoothing Index. Berdasarkan
income smoothing index, perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan perata
laba bila memperoleh income smoothing index lebih dari satu.
Adapun untuk menghitung income smoothing index dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
CVisales : Coefficients of varians sales CViearnings : Coefficients of varian earnings
Berdasarkan indeks Eckel (1981) suatu perusahaan diklasifikasikan ke dalam kelompok perataan laba apabila:
Untuk Coefficients of Variation (CV) dari sales dan earnings dapat dihitung sebagai berikut:
dan
Keterangan :
:
Standart deviation of salesσ
I Earnings : Standar deviation of earningsXі Sales : Means of sales
| Xі | Earnings : Means of earnings
D. JENIS DAN SUMBER DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
perusahaan yang terdaftar di BEI adalah sebagai berikut:
1. Total aktiva tahun 2006-2009.
2. Laba bersih setelah pajak tahun 2006-2009.
3. Laba operasi tahun 2006-2009.
4. Penjualan bersih tahun 2006-2009
5. Net profit margin tahun 2006-2009
6. Operating profit margin tahun 2006-2009.
7. Return on asset tahun 2006-2009.
Pengumpulan data diperoleh melalui berbagai sumber meliputi seperti
Home page BEI, ICMD, publikasi-publikasi dalam berita bisnis, publikasi
E. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL 1. Variabel tidak bebas ( dependen variable )
Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah perataan laba yang
diukur dengan indeks Eckel. Penggunaan indeks ini dapat digunakan
untuk mengetahui perusahaan yang melakukan perataan laba atau tidak.
2. Variabel bebas ( indepent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Besaran perusahaan yang diukur dengan total aktiva.
Yunus Hadori(2000:824) memberikan batasan besaran sebuah
perusahaan berdasarkan atas total aktiva,yaitu :
• Perusahaan dikategorikan besar jika total aktiva diatas 25 milyar
• Perusahaan menengah memiliki total aktiva diantara 10 sampai 20
milyar
• Perusahaan kecil memiliki total aktiva dibawah 10 milyar.
b. Net profit margin (NPM) yang diukur dari rasio antara laba bersih setelah
pajak (IBSP) dengan total penjualan.
Net profit margin ini diduga mempengaruhi perataan laba, karena
secara logis margin ini terkait langsung dengan obyek perataan laba.
c. Operating profit margin (OPM) yang diukur dari rasio antara laba
operasi dengan total penjualan
yang berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan. Rasio ini
mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio yang
tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa
setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan
yang tersedia untuk laba kecil. Jadi manajer dimungkinkan melakukan
perataan laba dengan keadaan tersebut. Penggunaan variabel
independen ini didukung oleh penelitian Januar eko,dkk (2002).
d. Return on asset (ROA) yang diukur dari rasio antara laba bersih setelah
pajak dan total aktiva.
Operasional variabel penelitian ini dapat dilihat secara lebih lengkap pada
tabel 3.2 di bawah ini :
Indikator Skala Keterangan Perataan
Nominal • Perusahaan perata
• perusahaan
dari total aktiva Interval
total
F. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan teoritis sebelumnya, maka saya menbuat
kerangka konseptual atas penelitian sebagai berikut :
H1
H2 H3 H4
Gambar 2. Kerangka Konseptual Besaran Perusahaan
(X1)
Perusahaan yang berukuran kecil akan lebih cenderung untuk
melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar,
karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar
dari analis dan investor dibandingkan perusahaan kecil. Sebaliknya
perusahaan yang memiliki aktiva besar yang kemudian dikategorikan
sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapat lebih banyak perhatian
dari berbagai pihak seperti, para analis, investor, maupun pemerintah. Untuk
itu perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang
terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan
bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan
memberikan image yang kurang baik. Oleh karena itu perusahaan besar
diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan
tindakan perataan laba (Ashari dalam Juniarti , 2005)
Net Profit Margin, Operating Profit Margin dan Return on Asset
merupakan rasio profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat
penjualan. Net Profit Margin dan Operating Profit Margin menghitung
sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih setelah
pajak dan laba operasi pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini dapat
diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan
Net profit margin ini diduga juga mempengaruhi perataan laba,
karena secara logis margin ini terkait langsung dengan obyek perataan
laba. Unsur-unsur yang seringkali dijadikan sasaran untuk melakukan
perataan laba seperti penjualan dan biaya berhubungan erat dengan net
profit margin suatu perusahaan. Rasio net profit margin mengukur
rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini
memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai
persentase dari penjualan. Rasio net profit margin ini mengukur seluruh
efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan
harga maupun manajemen pajak.
Operating Profit Margin secara logis mempengaruhi perataan
laba karena variabel laba operasi berkaitan dengan laba perusahaan.
Operating Profit Margin diukur dengan menghitung rata-rata rasio laba
operasi total dibagi total penjualan selama empat tahun. Manajer terdorong
melakukan perataan laba melalui Operating Profit Margin ini karena
item-item lain diluar laba operasi (extraordinary items, pembayaran
deviden, biaya bunga dan pajak) merupakan item yang tidak rutin
terjadi dalam perusahaan. Sehingga manajer hanya melakukan
perataan laba melalui item-item marjin laba operasi perusahaan.
Dengan kata lain perataan pada Operating Profit Margin ini dilakukan
manajemen tanpa memperhatikan pendapatan dan beban diluar usaha,
pendapatan deviden, biaya bunga, extraordinary items serta pajak
Return on Asset adalah rasio profitabilitas yang merupakan
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan
total aktiva. Profitabilitas dapat dijadikan patokan oleh investor maupun
kreditor dalam menilai sehat tidaknya perusahaan. Profitabilitas juga
diduga mempengaruhi perataan laba, karena profitabilitas secara langsung
terkait dengan objek perataan laba.
2. Hipotesis Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka dibutuhkan hipotesa
mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini mengacu
pada perusahaan dan literatur yang telah disebutkan dalam uraian
sebelumnya. Berikut ini hipotesa alternatif:
Ha1: Perataan laba (income smoothing) dipengaruhi oleh besaran
perusahaan
Ha2: Perataan laba (income smoothing) dipengaruhi oleh net profit margin.
Ha3: Perataan laba (income smoothing) dipengaruhi oleh operating profit
margin.
Ha4: Perataan laba (income smoothing) dipengaruhi oleh return on asset.
G. ALAT ANALISIS DATA
Secara garis besar, metode statistik yang akan digunakan dalam pengujian
hipotesa penelitian ini adalah statistik deskriptif (seperti mean dan deviasi standar)
yang berguna untuk mengetahui karakteristik dari perusahaan yang dijadikan
pengujian univariate seperti binomial test, Mann-Whitney test, T-test dan (2)
pengujian multivariate, berupa regresi logistik (logistic regression).
1.Pengujian Univariate
Pengujian univariate adalah untuk mengetahui perbedaan sistematik yang
signifikan terhadap variabel independen diantara perusahaan yang
melakukan perataan laba. Adapun tahapan-tahapan pengujian univariate yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sebelum dilakukan pengujian univariate diperlukan uji normalitas
data dengan menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov
Test untuk mengetahui distribusi data. Sampel diklasifikasikan
menjadi dua kelompok sampel independent yang berasal dari
populasi yang sama. Uji t (T-test) diterapkan pada data yang
berdistribusi normal, sedangkan Mann-Whitney U Test diterapkan
pada data yang berdistribusi tidak normal.
b. Menentukan hipotesa untuk pengujian univariate terhadap setiap
variabel independen . Hipotesa-hipotesa tersebut adalah sebagai
berikut:
Ho1 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari rata-rata
Total Aktiva diantara perusahaan perata dan perusahaan
Ho2 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari rata-rata Net
Profit Margin diantara perusahaan perata dan perusahaan
bukan Perata
Ho3 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari rata-rata
Operating Profit Margin diantara perusahaan perata dan
perusahaan bukan Perata
Ho4 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari rata-rata
Return On Asset diantara perusahaan perata dan
perusahaan bukan Perata
Status perataan laba dan bukan perataan laba perusahaan dapat
diklasifikasikan dengan menggunakan income smoothing index.
Berdasarkan income smoothing index, perusahaan
diklasifikasikan sebagai perusahaan perata laba bila memperoleh
income smoothing index lebih dari satu dan perusahaan bukan
perata bila income smoothing index lebih kecil dari satu
c. Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5% (0,05).
d. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, kriteria
yang akan digunakan adalah berdasarkan nilai probabilitas (ρ
value) atau Asymp.sig (nilai siginifikansinya)
- Jika ρ value (Asymp.sig) ≤ α (0,05) maka Ho ditolak
- Sebaliknya jika ρ value (Asymp.sig) ≥ α (0,05) maka Ho diterima
Dalam pengujian multivariate yang menggunakan model regresi
logit tidak memerlukan uji normalitas atas variabel bebas yang
digunakan dalam model. Artinya, variabel penjelas tidak harus
memiliki distribusi normal,linier maupun memiliki varian yang sama
dalam setiap group (Syahriana,2007).
Analisa regresi logit (disebut juga regresi logistic) untuk melihat
faktor-faktor yang berkaitan dengan perataan laba. Model tersebut
dianggap tepat karena variabel dependenya diukur secara nominal
dan interval. Model logit yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Status : a + (TA) + (NPM) + (OPM) + (ROA) + e Keterangan
Status : status perusahaan perata atau bukan perata
TA : total aktiva
NPM : net profit margin
OPM : operation profit margin
ROA : return on asset
Pada tahap-tahap ini langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesa untuk pengujian multivariate terhadap setiap
variabel independen.
b. Menentukan tingkat siginifikansi (α), yaitu sebesar 5% (0,05).
akan digunakan adalah berdasarkan nilai probabilitas (ρ value) atau
Asymp.sig (nilai signifikansinya).
- Jika ρ value (Asymp.sig) ≤ α (0,05) maka Ho diterima.
- Sebaliknya jika ρ value (Asymp.sig) ≥ α (0,05) maka Ho ditolak.
Analisis logit dilakukan dengan menggunakan program SPSS for
Windows Release 16.0 dan kesimpulannya akan ditentukan dari nilai yang
muncul. Pengujian hipotesis dilakukan dengan mengamati signifikansi nilai ρ
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN
Pada penelitian ini , peneliti mengunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian . Adapun sumber data
yang digunakan berasal dari beberapa sumber yaitu seperti ICMD dan IDX.
Jumlah populasi dari penelitian ini adalah sebanyak perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu 152 perusahaan. Sampel kemudian dipilih
dari populasi dengan cara purposive judgement sampling dengan beberapa
kriteria yang telah ditentukan . Sampel yang diperoleh setelah dilakukan
purposive judgement sampling adalah sebesar 74 perusahaan. Jumlah sampel
penelitian ini mempresentasikan 48,68% dari populasi.
B. PERHITUNGAN INDEX SMOOTHING
Langkah awal dari penelitian ini setelah diperoleh sampel yang sesuai
dengan kriteria adalah melakukan perhitungan Index Smoothing terhadap
masing-masing perusahaan yang menjadi sampel. Perhitungan index smoothing
dimaksudkan untuk menentukan kategori suatu perusahaan melakukan praktik
perataan laba atau tidak melakukan praktik perataan laba. Perusahaan
dikategorikan tidak melakukan praktik perataan laba apabila memperoleh nilai
index smoothing lebih kecil dari satu, sedangkan perusahaan yang memperoleh
index smoothing lebih dari satu dikategorikan sebagai perusahaan yang melakukan
praktik perataan laba.
Langkah-langkah yang digunakan untuk perhitungan index
1. Menghitung means of sales dan means of earning.
2. Menghitung standard deviation of sales dan standard deviation of
earning.
3. Menghitung Coefficient of variations of sales (CV sales) dan Coefficient of
variations of earning (CV earning) perusahaan yang diteliti.
4. Dengan diperolehnya CV sales dan CV earning maka perhitungan index
smoothing perusahaan yang diteliti dapat dilakukan.
Hasil perhitungan Coefficient of variations mencerminkan tingkat
keseragaman atau fluktuasi data yang ada selama kurun waktu pengamatan.
Semakin kecil Coefficient of variations berarti semakin seragam nilai data
atau fluktuasi data rendah, sedangkan semakin besar nilai Coefficient of
variations berarti semakin seragam nilai data atau fluktuasi data yang diteliti
tinggi. Jadi besarnya nilai Coefficient of variations of sales akan mencerminkan
tingkat keseragaman atau fluktuasi data sales dari masing-masing perusahaan
pada kurun waktu penelitian, sedangkan nilai Coefficient of variations of
earning akan mencerminkan tingkat keseragaman atau fluktuasi data
earning dari masing-masing perusahaan yang diteliti.
Perhitungan Coefficient of variations of earning diperoleh dengan membagi
standard deviation of earning dengan means of earnings. Hasil perhitungan
Coefficient of variations of earning yang dilakukan terhadap 74 perusahaan
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Coefficient of Variations of Earning
No
7 ASII 4243243 8501000 11876000 12756000 3863554 9344061 0.413477
8 AUTO 158352 363124 451868 419991 131866 348333.8 0.378562
21 GGRM 2190332 2528677 3165635 5206837 1351227 3272870 0.412857
22 HEXA 58169 120523 402923 278777 155889.3 215098 0.724736
23 HMSP 5175282 5584980 6225233 7297767 925071.4 6070816 0.15238
24 IGAR 14150 28326 14712 40617 12613.67 24451.25 0.51587
25 IKBI 85162 115728 148543 83581 30665.19 108253.5 0.283272
26 INAF 62233 44710 63019 45909 10014.8 53967.75 0.18557
27 INDF 1971761 2876440 4341476 5004209 1376671 3548472 0.387962
28 INDR 59697 101575 89382 41077 27573.72 72932.75 0.37807
29 INTA 36569 40810 88639 106780 34913.71 68199.5 0.511935
30 INTP 1067676 1593416 2459869 3883306 1230274 2251067 0.546529
37 KLBF 1071271 1129355 1142712 1565874 227834.6 1227303 0.185638
49 UNVR 2435370 2777360 3431098 4214891 784396.1 3214680 0.244004
50 PYFA 4039 4160 6157 6828 1409.36 5296 0.266118
56 SMART 617084 1663242 2140511 1110206 661665.1 1382761 0.47851
57 SMCB 6178 520463 986203 1398196 599980.5 727760 0.824421
58 SMGR 1779379 2396848 3387186 4342563 1126038 2976494 0.37831
59 SMSM 115394 149984 212947 189779 43138.27 167026 0.258273
72 UNTR 1337118 2397187 4158663 5168744 1721695 3265428 0.527249
73 VOKS 38926 95086 140636 82477 41844.77 89281.25 0.468685
Langkah selanjutnya adalah menghitung Coefficient of variations of
sales dengan membagi antara standard deviation of sales dengan means of
sales. Hasil perhitungan Coefficient of variations of sales yang dilakukan terhadap
73 perusahaan dapat dilihat dalam tabel 4.2 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Coefficient of Variations of Sales NO KODE 2006 2007 2008 2009
AKPI 1161846 1343031 1590795 1386209 111072.6 1508846 0.07361 2
AKRA 3970323 5894751 9472529 8959941 2875837 4927431 0.58368 3
ALMI 1969677 2321871 2376798 1754202 232786.3 1502877 0.15489 4
AQUA 1683721 1952156 2331532 2733713 922413 1355994 0.68024 5
ARNA 344868 506980 647126 714062 116618.9 639879 0.18225 6
ASGR 619039 725581 1027738 1335237 344779.5 846421 0.40733 7
ASII 55709184 70183000 97064000 98526000 18343863 75178823 0.24400 8
AUTO 3371898 4184279 5337720 5265789 970668.6 3932380 0.24684 9
BTON 57254 115203 172391 133111 44170.14 70940.75 0.62263 10
BUDI 1072908 1350298 1551987 1782132 382872.9 1474537 0.25965 11 CEKA 391062 812635 1963638 1194544 380357.1 673418.3 0.56481 12
CLPI 291816 382264 504661 447956 141005.9 251949.3 0.5596 13
CTBN 2465461 2629710 3321493 141252 841262.9 1352949 0.62179 14
DLTA 396733 439823 673770 1264851 326870.6 781687.5 0.41816 15
DVLA 576669 494832 577599 851314 138065.2 651811 0.21181 16
EKAD 110127 146912 182650 205218 60047.39 126388.8 0.47510 17
ETWA 396282 421311 714819 765431 159533.3 534716 0.29835 18
FAST 1276416 1589643 2022633 2454395 892585.7 1126211 0.79255 19
FASW 1693081 2655795 3027012 2733300 476993 3410832 0.13984 20
GDYR 982428 1088862 1244519 1292819 389178.1 837415.3 0.46473 21
GGRM 26339297 27389365 30251643 32973080 4998461 25639756 0.19495 22
HEXA 1395736 1741151 2792930 2158005 434564.8 1644730 0.26421 23 HMSP 29545083 29787725 34680445 38972186 12171799 20861588 0.58345 24
IGAR 411579 469192 469501 501126 97646.9 356712.8 0.27374 25
IKBI 1914345 1590455 1645326 862112 130251.3 669534.8 0.19454 26
INAF 1026676 1273162 1478585 1125055 185821.2 946810.5 0.19626 27
INDF 21941558 27858304 38799279 37140380 10485993 30677256 0.34181 28
INDR 4254481 4762933 6064262 4899481 762621.9 5700596 0.13377 29
INTA 606510 710996 1120472 1026887 143127.9 964942.3 0.14832 30
31
JECC 448021 735589 1131138 762976 183305.9 567374 0.32307 32
JPRS 340210 432808 732703 302868 86977.2 290096.5 0.29982 33
KAEF 2189715 2365636 2704728 2854057 748641.6 1737013 0.43099 34
KBLI 1130748 1280446 1731929 822273 167941.2 592489.5 0.28345 35
KBLM 285472 319611 539697 301330 91543.13 367626.5 0.24901 36
KDSI 657923 922557 1078023 959834 239021.8 606838.3 0.39388 37
KLBF 6071550 7004910 7877366 9087347 2014700 6138503 0.32820 38 LION 143272 179568 229607 197507 28869.44 213617 0.13514 39
LMPI 270682 303167 326183 124810 205448.8 431377.3 0.47626 40
LMSH 79343 117237 163317 124810 35468.5 73299.5 0.48388 41
LTLS 2413259 2712539 4458094 3746865 959404.9 2801830 0.34242 42
MASA 568032 898335 1333604 1691475 399399.9 1825840 0.21874 43
MERK 487601 547238 637134 751403 214244.3 435057 0.49245 44
MRAT 226387 252123 307804 345576 28746.68 327031 0.08790 45
MTDL 1636282 2712987 3422200 3396917 1189776 1647191 0.72230 46
MYOR 1971531 2828440 3907674 4777175 1449142 2786681 0.52002 47
NISP 260153 405749 480458 279929 43581.85 278852.8 0.15629 48
PICO 249390 336161 600191 607170 155441.3 479837 0.32396 49
UNVR 11335241 12544901 15577811 18246872 6426285 8677754 0.74054 50 PYFA 61337 86643 119581 132000 20928.33 102234.8 0.20470 51
RDTX 140672 142015 205572 236065 166569.9 483559.5 0.34446 52
RMBA 2996514 4586007 5940801 6081726 1543989 4186090 0.36883 53
SCCO 1483069 2281702 2127032 1510071 354833.8 1151050 0.30827 54
SIPD 1111242 1632454 2331686 3242550 995458.1 1758957 0.56593 55
SKLT 193928 237050 313125 276312 49857.56 205472.8 0.24264 56
SMAR 4708250 8079714 16094425 14201230 3739118 9400562 0.39775 57
SMCB 2993197 3754906 4803377 5943881 733899.3 6973239 0.10524 58
SMGR 8727858 9600801 12209846 14387849 3046201 10250615 0.29717 59
SMSM 881116 1064055 1353586 1374651 288044 962785 0.29917 60
SOBI 806580 1042452 1493211 1470960 358595.2 1016720 0.35269 61
SQBI 243271 260248 358938 419694 95907.82 287244.3 0.33388 62 SRSN 269380 268079 313919 352543 28630.44 352513.3 0.08121 63
STTP 555208 600330 624401 627114 80266.39 559700.8 0.14340 64
TBLA 1193999 1844207 3955846 2783573 353496.1 2523088 0.14010 65
TCID 951630 1018334 1239775 1388724 326123.7 924227 0.35286 66
TIRA 201735 222913 254706 238088 6765.491 237624.8 0.02847 67
TOTO 828164 885829 1124347 980326 58496.74 958405 0.06103 68
TRST 1207058 1496541 1810920 1571510 274193.6 1972461 0.13901 69
TSPC 2729224 3124073 3633789 4497931 901641.7 3179344 0.28359 70
TURI 3874394 4412018 5541965 4890203 868228.6 3669156 0.23662 71
72
UNTR 13719567 18165598 27903196 29241883 8480108 19085017 0.44433 73
VOKS 919537 1358648 2267484 1729113 538016.3 1042814 0.51592 74
YPAS 174551 241230 277757 278875 69517.25 180775.5 0.38455
Perusahaan dikatakan melakukan praktik perataan laba apabila
mempunyai nilai Coefficient of variations of sales lebih besar dari
Coefficient of variations of earning atau mempunyai index smoothing lebih besar
dari satu. Hal ini berarti perusahaan mempunyai Coefficient of variations of
sales lebih besar dari Coefficient of variations of earning atau mempunyai
Coefficient of variations of earning lebih kecil atau sama dengan Coefficient
of variations of sales. Dengan kata lain perusahaan mempunyai index
smoothing lebih besar dari satu akan mempunyai nilai Coefficient of variations
of sales lebih besar dari nilai Coefficient of variations of earning yang lebih
seragam atau (fluktuasi kecil) dibandingkan dengan tingkat keseragaman sales.
Hasil perhitungan index smoothing yang dilakukan terhadap 83 perusahaan
yang menjadi objek dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba
48 PICO 0.323946 0.368416 0.879294 Bukan Perata
Dari tabel 4.3 diatas diperoleh sebanyak dua puluh satu perusahaan yang
melakukan praktik perataan laba, terlihat dari index smoothing yang nilainya
diatas angka satu, dan terdapat lima puluh tiga perusahaan yang index
smoothing-nya kurang dari satu sehingga dapat digolongkan menjadi perusahaan bukan