IMAM SIDIQ PAMBAYUN
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
IMAM SIDIQ PAMBAYUN. E24062703. Pengujian Dinding Geser dengan Variasi Batang Pengaku (Bresing) Untuk Rumah Tahan Gempa. Dibimbing
oleh Dr. Ir. NARESWORO NUGROHO, MS dan Ir.MARYOKO HADI,
Dipl. E. Eng., MT
Berangkat dari rentetan peristiwa gempa bumi yang mengguncang beberapa wilayah di Indonesia, pemerintah dan pihak swasta akhir-akhir ini sangat sibuk melakukan perbaikan dan pembangunan kembali bangunan gedung dan rumah tinggal yang rusak ataupun roboh akibat gempa. Sebagai langkah preventif, maka penting dibuat rancangan bangunan dan rumah tinggal yang aman dari pengaruh gempa. Jika terjadi gempa, diharapkan rumah tinggal atau bangunan tersebut tetap kokoh sehingga kerugian korban jiwa dan harta dapat ditekan seminimal mungkin. Mendirikan rumah tinggal atau bangunan mutlak harus memperhatikan faktor kemanan terhadap gempa agar tidak menimbulkan kerugian, baik berupa korban jiwa maupun materi. Membangun kembali akan lebih mahal karena akan timbul biaya tambahan lain seperti membuang dan membersihkan puing-puing reruntuhan bangunan.
Pemberian batang pengaku (bracing) yang tepat pada rangka dinding
bangunan dapat meningkatkan ketahanan bangunan tersebut terhadap serangan gempa. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kekuatan dan kekakuan rangka dinding dari kayu meranti untuk pembangunan rumah tahan gempa dengan berbagai tipe bresing yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan bahan baku kayu Meranti dan kayu lapis. Model yang digunakan ada 7 buah, yaitu : tanpa bresing (kontrol), bresing vertikal, bresing horizontal, bresing diagonal, bresing bentuk plus, bresing bentuk silang, dan bresing bentuk V. Pengujian modulus of rupture dan
modulus of elasticity kayu frame dan bresing menghasilkan penggelompokan
kayu untuk struktur (frame) dan untuk non-struktur (bresing). Hasil pengujian sifat fisis bahan baku, kayu meranti memiliki kerapatan rata-rata sebesar 0,64, berat jenis rata-rata juga sebesar 0,64 dan kadar air rata-rata sebesar 14,91%. Sedangkan untuk kayu lapis didapat nilai kerapatan sebesar 0,36 dan nilai kadar air rata-rata sebesar 15,06%, dimana nilai kadar air rata-rata ini lebih besar dari syarat kadar air dalam JAS 2003 yang sebesar 12%.
maksimal sebesar 102,12 mm. Sampel dengan bresing diagonal memiliki
racking strength sebesar 5576,2 N, racking stiffness sebesar 629,77 N/mm
dan deformasi maksimal sebesar 82,54 mm. Sampel dengan bresing berbentuk plus memiliki racking strength sebesar 5811,4 N, racking stiffness
sebesar 322,14 N/m dan deformasi maksimal sebesar 110,74 mm. Kemudian sampel dengan bresing bentuk silang memiliki nilai racking strength sebesar
5262,6 N, racking stiffness sebesar 1070,54 N/mm dan nilai deformasi
maksimal sebesar 67,61 mm. Terakhir, sampel dengan bresing berbentuk V memiliki racking strength sebesar 6105,4 N, racking stiffness sebesar 1315,39 N/mm dan nilai deformasi maksimal sebesar 76,51 mm. Berdasarkan perhitungan gaya gempa dengan SNI 03-1762-2002, semua sampel dinding geser cocok diaplikasikan pada zona gempa 6 (paling besar) di Indonesia.
Kata kunci : Bangunan Tahan Gempa, Kayu Meranti, Kayu Lapis, Bresing,
Imam Sidiq Pambayun¹, Dr. Ir Naresworo Nugroho, MS² MS.² And Ir. Maryoko Hadi, Dipl. E. Eng, MT.³
INTRODUCTION. As a preventive action against earthquake hazards, it is important that created the design of buildings and homes which are safe from the influence of the earthquake. If an earthquake happens, home or building is expected to remain sturdy so that casualties and property losses can be reduced to a minimum. The purpose of the study was to compare the strength and stiffness of meranti wood wall frame for the construction of earthquake-resistant housing with a variety of different types of bracing.
MATERIALS AND METHOD. In this study using raw materials Meranti wood and plywood. Bracing model used there are 7 types, ie: without brace (control), vertical brace, horizontal brace, diagonal brace, form plus brace, cross shape brace, and form V brace. Testing modulus of elasticity (MOE) of Meranti wood bring out grouping of (2400 x 1200 x 55) cm. Test method for physical properties were determined base on Standard ASTM D143-94. Test method for strength of shearwall base on standard International Organizaton for Standarization (ISO/DIS 22452) for Timber Structures.
RESULTS. Shearwall without brace has a racking strength 6007.4 N, stiffness 1061.97 N/mm and a maximum deformation 94,93 mm. Shearwall with a vertical brace has a racking strength 6340.6 N, stiffness 776.13 N/mm and the maximum deformation that can be held at 54.28 mm. Shearwall with horizontal brace racking strength has a value for 5870.2 N, stiffness 2228.83 N/mm and a maximum deformation 102.12 mm. Shearwall with a diagonal brace has a racking strength 5576.2 N, stiffness 629.77 N/mm and maximum deformation 82.54 mm. Shearwall with Plus-shaped brace has a racking strength 5811.4 N, stiffness 322.14 N/mm and a maximum deformation 110.74 mm. Then the Shearwall with a cross shape brace racking strength has a value for 5262.6 N, stiffness for 1070.54 N/mm and maximum deformation value for 67.61 mm. Shearwall with a V-shaped brace has a racking strength for 6105.4 N,stiffness 1315.39 N/mm and maximum deformation value for 76.51 mm. Based on the calculation of earthquake forces by SNI 03-1762-2002, all shearwalls can be applied at zone 6 earthquake in Indonesia.
Keywords: Earthquake resistant buildings, Bracing, Racking Strength, Stiffness.
1). Student of Forest Products Departement, Faculty of Foresty Bogor Agricultural University.
2). Lecturer of Forest Products Departement, Faculty of Foresty Bogor Agricultural University.
IMAM SIDIQ PAMBAYUN
E24062703
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengujian Dinding
Geser dengan Variasi Batang Pengaku (Bresing) Untuk Rumah Tahan Gempa”
adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing
dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam
teks dan dicantukan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
Imam Sidiq Pambayun
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menyusun
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir jaman.
Skripsi ini berjudul “Pengujian Dinding Geser dengan Variasi Batang
Pengaku (Bresing) Untuk Rumah Tahan Gempa”, yang merupakan salah satu
syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penulisan
laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan sebagi pemicu untuk bisa berkarya
lebih baik di masa mendatang dan untuk kelancaran proses penelitian selanjutnya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2011
Imam Sidiq Pambayun
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Juni 1988. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Legiono dan Ibu Sri
Subekti. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1993, yaitu di TK Wijaya
Kusuma di Bekasi. Pada tahun 1994, penulis memasuki jenjang pendidikan dasar
di SDN Perwira Jaya II, Bekasi dan lulus pada tahun 2000. Setelah menyelesaikan
pendidikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bekasi dan
lulus pada tahun 2003. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sekolah
menengah atas di SMA Negeri 1 Bekasi dan lulus pada tahun 2006. Penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006, melalui SPMB
sebagai Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Pada tahun 2007, penulis
diterima sebagai Mahasiswa Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama menyelesaikan studi di IPB, penulis juga mengikuti kegiatan di
luar akademis, yaitu sebagai anggota Alumni SMA Negeri 1 Bekasi (ALIBI).
Selain itu penulis juga berperan aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Hasil
Hutan (HIMASILTAN). Penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Kritik dan saran dapat disampaikan melalui e-mail [email protected].
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir Nareworo Nugroho, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Ir. Maryoko Hadi, Dipl. E. Eng., MT selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kehutanan IPB.
3. Seluruh staf di Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman
4. Bapak Legiono dan Ibu Sri Subekti, orangtua yang selalu memberikan
kekuatan, dukungan baik moril dan materil serta limpahan doa yang tak pernah putus.
5. Adik-adik penulis, Anggara Nur Rachman dan Endah Cahyaning Tyas atas
semangat dan dukungan serta doa yang telah diberikan kepada penulis.
6. Teman-Teman THH 43 atas segala keceriaan, kebersamaan dan kekompakan
kita selama tiga tahun lebih. Khusunya Zulhijah dan Devi Ardiansyah yang melakukan penelitian bersama.
7. THE SABARS AND CREW, buat dukungan dan bantuannya yang berarti
banget selama proses pengerjaan.
8. Semua pihak yang telah membantu proses persiapan hingga penyusunan
skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan.
DAFTAR ISI
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Modulus of Elasticity (MOE)... 18
4.2 Sifat Fisis... 19
4.2.1 Kayu Lapis... 19
4.2.2 Kayu meranti... 20
4.4 Perhitungan Gaya Gempa... 24
4.5 Pembagian Jenis Design Komponen Dinding Geser Berdasarkan Zona Gempa... 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 29
5.2 Saran... 29
VI. DAFTAR PUSTAKA... 30
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Tabel 1. Kelas-kelas Tegangan Serat... 11
Tabel 2. Hasil Uji Racking... 22
Tabel 3. Perhitungan Beban Mati Efektif Bangunan Kayu Prefabrikasi... 25
Tabel 4. Koefisien Gempa dari Spektrum Respon... 25
Tabel 5. Faktor Reduksi Gempa... 26
Tabel 6. Gaya Geser Horisontal Gempa... 27
Tabel 7. Kategori Penggunaan Dinding Geser dalam Pembagian Zona Gempa. 27
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Gambar 1. Pembagian Zona Gempa di Indonesia... 7
Gambar 2. Sketsa Spesimen Rangka dengan Variasi Bresing... 13
Gambar 3. Layout Pengujian Kekuatan Mekanis Dinding Geser... 15
Gambar 4. Grafik Pengujain Dinding Geser Berdasarkan ISO/DIS 22452... 16
Gambar 5. Kelas Mutu Kayu Rangka dan Bresing... 18
Gambar 6. Kerapatan Kayu Lapis (g/cm³)... 19
Gambar 7. Kadar Air Kayu Lapis(%)... 20
Gambar 8. Kadar Air Kayu Meranti (%)... 21
Gambar 9. Kerapatan dan BJ kayu Meranti... 22
Gambar 10. Grafik Pengujian Kekuatan Mekanis Dinding Geser... 23
Gambar 11. Kerusakan yang Terjadi Pada Dinding Geser... 24
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Lampiran 1. Hasil Pengujian Panter... 32
Lampiran 2. Sampel Uji Beserta Ukuran-Ukuran nya... 35
Lampiran 3. Sampel Uji Sebelum dan Sesudah Ditutup Kayu Lapis... 36
Lampiran 4. Penempatan Paku 4 cm... 37
Lampiran 5. Penempatan Paku 15 cm... 38
Lampiran 6. Data Pengujian Sampel Tanpa Penguat... 42
Lampiran 7. Data Pengujian Sampel Penguat Vertikal... 43
Lampiran 8. Data Pengujian Sampel Penguat Horizontal... 44
Lampiran 9. Data Pengujian Sampel Penguat Diagonal... 45
Lampiran 10. Data Pengujian Sampel Penguat Plus... 46
Lampiran 11. Data Pengujian Sampel Penguat Silang... 47
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang memiliki tingkat ancaman gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa di seluruh dunia. Gempa-gempa yang terjadi sebagian ada di daerah lepas pantai dan sebagian lagi pada daerah pemukiman (Anonim, 2009).
Berangkat dari rentetan peristiwa gempa bumi yang mengguncang beberapa wilayah di Indonesia, menyebabkan pemerintah dan pihak swasta akhir-akhir ini sangat sibuk melakukan perbaikan dan pembangunan kembali bangunan gedung dan rumah tinggal yang rusak ataupun roboh akibat gempa. Sebagai langkah preventif, maka penting dibuat rancangan bangunan dan rumah tinggal yang aman dari pengaruh gempa. Jika terjadi gempa, diharapkan rumah tinggal atau bangunan tersebut tetap kokoh sehingga kerugian harta dan korban jiwa dapat ditekan seminimal mungkin. Mendirikan rumah tinggal atau bangunan mutlak harus memperhatikan faktor keamanan terhadap gempa agar tidak menimbulkan kerugian. Membangun kembali akan lebih mahal karena akan timbul biaya tambahan lain seperti membuang dan membersihkan puing-puing reruntuhan bangunan. Pemberian bresing yang tepat pada rangka dinding bangunan dapat meningkatkan kekakuan dan kekuatan bangunan tersebut terhadap bahaya gempa.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kekuatan dan kekakuan rangka dinding dari kayu meranti untuk pembangunan rumah tahan gempa dengan berbagai tipe bresing yang berbeda.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Informasi rujukan terhadap perbandingan kekuatan beberapa bentuk bresing untuk digunakan pada rumah tahan gempa.
2. Informasi rujukan pada penelitian mengenai rumah tahan gempa selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rangka
Rangka struktur adalah bagian dari bangunan yang merupakan struktur utama pendukung berat bangunan dan beban luar yang bekerja padanya. Untuk bangunan sederhana, rangka bangunan dapat dibuat dari tiang-tiang kolom kayu yang dihubungkan oleh batang datar (balok). Pada bangunan rumah tinggal yang permanen, rangka bangunan dibuat dari konstruksi beton bertulang dengan dinding dari pasangan batu bata atau batako. Untuk bangunan bertingkat sederhana atau rendah, umumnya berupa struktur rangka portal yaitu berupa kolom dan balok (Anonim, 2009).
Rangka bangunan harus dibuat dengan beberapa syarat, antara lain : 1. mempunyai kekuatan dan kestabilan yang mantap untuk
memberikan bentuk yang permanen dan mampu mendukung konstruksi bangunan.
2. dapat memberikan keindahan
3. dibuat dengan bentuk sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan kenyamanan tinggal bagi penghuni.
2.2 Kayu Meranti Merah
Meranti merah (Shorea Sp. Roxb. ex C.F.Gaertn.) tergolong kayu keras berbobot ringan sampai berat-sedang. Berat jenisnya berkisar antara 0,3 – 0,86 pada kandungan air 15%. Meranti merah dapat digolongkan dalam kelas kuat II-IV dan dari segi keawetannya termasuk dalam kelas III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang bersentuhan dengan tanah. Namun kayu meranti merah cukup mudah diawetkan (Martawijaya et al 2005).
Dalam buku atlas kayu Indonesia, kayu meranti memiliki sifat mekanis MOE sebesar 62000 kg/cm² (6080,12 MPa) dalam keadaan basah dan 66000 kg/cm² (6472,39 MPa) dalam keadaan kering. Besarnya tegangan pada batas proporsi yaitu 145 kg/cm² (14,22 MPa) pada keadaan basah dan 179 kg/cm² (17,55 MPa) pada keadaan kering. Sedangkan besarnya tegangan pada batas patah dalam keadaan basah yaitu 309 kg/cm² (30,3 MPa) dan dalam keadaan kering 359 kg/cm² (35,21 MPa). Kayu meranti juga memiliki keteguhan usaha sampai batas proporsi sebesar 0,2 kg/dm³ dalam keadaan basah dan 0,3 kg/dm³ pada keadaan kering, serta usaha sampai batas patah dalam keadaan basah dan kering sekitar 2,5 kg,/dm³ (Martawijaya et al. 2005)
2.3 Rumah Tahan Gempa
Menurut Karlinasari dan Nugroho (2006), pada dasarnya bangunan tahan gempa bukan berarti bangunan itu tidak akan rusak bila ada gempa. Bangunan tahan gempa harus memiliki kaidah-kaidah berikut :
1. Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak akan mengalami kerusakan baik pada elemen struktur maupun pada elemen non-strukturnya.
2. Bila terjadi gempa berkekuatan sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan hanya pada elemen non-struktur. Sedangkan elemen strukturnya tidak boleh rusak.
3. Bila terjadi gempa berkekuatan besar, bangunan bisa mengalami kerusakan baik pada elemen struktur maupun pada elemen non-strukturnya. Namun kedua elemen tersebut tidak boleh membahayakan penghuni yang ada di dalam bangunan. Penghuni harus mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri sebelum bangunannya runtuh.
Menurut Rusmawan (2007), konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh tidak lepas/runtuh akibat gempa. Penerapan konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yang cukup kuat diantara berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat.
sebagai bangunan yang kenyal. Kekenyalan juga dapat diciptakan dalam struktur kayu, salah satunya dengan menggunakan alat penyambung yang kenyal pada tiap-tiap hubungan elemen stuktur kayu tersebut. Pada umumnya, sambungan dengan paku memberikan kekenyalan yang cukup.
Kemudian menurut Zulkifli (2010), yang paling penting untuk diperhatikan dalam pembangunan rumah tahan gempa adalah prinsip-prinsip utama konstruksi rumah tahan gempa harus dipenuhi. Prinsip-prinsip terbebut antara lain :
1. Denah yang sederhana dan simetris
Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horisontal yang simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa Iebih baik karena kurangnya efek torsi dan kekuatannya yang lebih merata.
2. Bahan bangunan harus yang seringan mungkin
Seringkali, oleh karena ketersedianya bahan bangunan tertentu. Arsitek dan Ahli Struktur harus menggunakan bahan bangunan yang berat, tapi jika mungkin sebaiknya dipakai bahan bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan besarnya gaya inersia yang berupa gempa adalah berbanding lurus dengan berat bahan bangunan.
3. Perlunya sistem struktur penahan beban yang memadai.
Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya honisontal yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke tanah.
Adalah sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya horisontal itu bersifat kenyal. Karena, jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi terjadi keruntuhan di beberapa tempat dahulu secara bertahap.
dimana wilayah gempa 1 dan 2 adalah wilayah gempa dengan kegempaan ringan, wilayah gempa 3 dan 4 adalah wilayah gempa sedang, serta wilayah gempa 5 dan 6 adalah wilayah dengan kegempaan berat. Pembagian wilayah gempa ini didasarkan atas percepatan puncak pada batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun.
Gambar1. Pembagian Zona Gempa di Indonesia 2.4 Kayu Lapis
sebagai bagian inti. Kayu lapis yang tidak terbuat dari lapisan vinir umumnya dimanfaatkan untuk keperluan perabot rumah tangga.
Kayu lapis memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan kayu gergajian walaupun kekuatan kayu lapis lebih kecil dibandingkan kayu gergajian. Kayu lapis memiliki kekuatan lengkung dalam dua arah, oleh karena itu kayu lapis baik digunakan dalam pembuatan lantai sejajar ataupun tegak lurus dengan kasau lantai (gelagar) yang menyangganya. Keunggulan lain dari kayu lapis adalah bentuk kayu lapis yang panjang dan kaku yang menyebabkan kayu lapis sulit mengalami perubahan bentuk akibat gaya yang sejajar bidang panel. Keunggulan inilah yang menjadikan kayu lapis cocok digunakan sebagai pelapis lantai, atap dan dinding luar. Hal ini menyebabkan terciptanya struktur yang kuat sehingga dapat tahan terhadap gempa dan angin ribut (Haygreen dan Bowyer 1982).
2.5 Paku
Paku termasuk alat sambung yang tertua disamping baut. Paku-paku ini biasanya dibuat dari baja Thomas. Kekuatan paku juga bergantung pada campuran bahan bakunya yaitu perbandingan antara besi, baja, karbon, seng atau alumunium. (Wiryomartono, 1976).
Pemilihan paku yang digunakan didasarkan atas kegunaannya di lapangan sehingga terdapat bermacam-macam bentuk paku yang asli.
a. Paku tampang bulat, banyak dipakai di Indonesia. Digunakan untuk gaya yang kecil seperti untuk pembuatan perabot-perabot rumah tangga, jendela, pintu dan sebagainya.
b. Paku tampang segitiga, tidak banyak dipakai di Indonesia.
c. Paku tampang segi empat, banyak dipakai di eropa. Terutama dipakai untuk konstruksi pendukung.
d. Paku alur spiral, digunakan untuk keperluan istimewa terutama sebagai pendukung kuat cabut karena paku ini mempunyai dukungan gesek yang besar sebab kelilingnya tidak rata.
e. Paku alur lurus, sebagai alat sambung pada konstruksi dukung yang banyak digunakan di eropa.
Keuntungan-keuntungan penggunaan sambungan kayu yang menggunakan paku (Wiryomartono, 1976) antara lain :
a. Harga paku relatif lebih murah
b. Konstruksinya cenderung menjadi kaku karena sesaran-sesaran di dalam sambungan kecil.
c. Perlemahan kayu karena paku kecil. d. Pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2010 – Februari 2011, dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Departemen Hasil Hutan IPB dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : oven, timbangan elektronik, moisture meter, caliper, mesin pemilah kayu PANTER MPK-5, meteran, mesin serut, gergaji mesin tangan, mesin bor, seperangkat alat uji beban gempa (tranduser, data-logger dan akuator hidrolik), komputer, alat tulis dan kalkulator. Sedangkan untuk bahan yang digunakan yaitu kayu meranti, ukuran (4000 x 120 x 60) mm, kayu lapis ukuran (2400 x 1200 x 5) mm, serta paku ukuran 150 mm dan 40 mm.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Persiapan bahan
Kayu meranti ukuran (4000 x 120 x 60) mm dipotong menjadi ukuran (2200 x 120 x 60) mm untuk rangka samping dan ukuran (1800 x 120 x 60) mm untuk rangka bagian atas dan bawah. Kayu kemudian diamplas bagian lebar dan tebalnya sampai ukuran yang diinginkan, yaitu lebar 100 mm dan tebalnya 45 mm.
3.3.2 Pemilahan Kayu
15 digunakan untuk pembuatan rangka, sedangkan kayu yang memiliki TS ≤ 12 digunakan untuk pembuatan bresing.
Pengujian ini bertujuan untuk mencari nilai keteguhan lentur (MOE) bahan. Nilai-nilai MOE yang didapat kemudian dijadikan dasar untuk mengelompokkan kayu-kayu meranti ke dalam kelompok Tegangan Serat (TS) nya masing-masing. Kayu yang memiliki TS lebih tinggi ≥ 15 digunakan sebagai rangka dan kayu dengan TS yang lebih rendah ≤ 12 digunakan sebagai bresing dengan asumsi kayu yang memiliki Tegangan Serat (TS) yang lebih besar maka akan memiliki kekuatan mekanis yang lebih besar pula. Untuk mengetahui kelas tegangan serat (TS) dapat memanfaatkan Tabel 1 (SKI C-bo-010: 1987)
Tabel 1. Kelas-kelas Tegangan Serat Kelas
mutu
Tegangan Kerja Dasar (MPa) MOE (x1000
Sedangkan untuk tahap-tahap pengujian adalah sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan
kalibrasi mesin ini adalah untuk mendapatkan nilai rataan, standar deviasi (Sd), koefisien variasi (%) dan faktor koreksi serta diperoleh besarnya beban pertama (a) dan kedua (b) yang akan digunakan dalam pengujian MOE pada kayu berikutnya.
2. Pelaksanaan pemilahan. Urutan kerja pemilahan adalah : a. Kayu diletakkan di tumpuan.
b. Beban pertama (a) diletakkan searah jarum penyetaraan penimbangan.
c. Jarum kasar dan halus diatur sampai mistar menunjukkan ke angka 2 cm.
d. Beban kedua (b) ditambahkan diatas beban pertama dan angka mistar dicatat yang terjadi (y1) dicatat. e. Kemudian beban, kayu dibalik dan ulangan dilakukan
seperti sebelumnya, catat angka mistar yang terjadi (y2).
f. Angka mistar terbesar dicatat dan diambil sebagai data mistar panter.
3. Menghitung nilai MOE, dengan rumus :
3.3.3 Pembuatan Spesimen Uji
Selanjutnya kayu-kayu disatukan untuk dibuat rangka dan bresing dengan menggunakan paku ukuran 150 mm. Lalu rangka yang sudah jadi ditutup dengan menggunakan kayu lapis ukuran (2400 x 1200 x 5) mm dan disatukan dengan paku ukuran 40 mm. Untuk gambar spesimen uji beserta penempatan-penempatan pakunya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.
Selanjutnya spesimen tersebut dibedakan didalam pembuatan bresing nya seperti gambar di bawah ini
1200 mm
2400 mm
Kontrol
Vertikal Horisontal Diagonal
Plus Silang Bentuk V
3.3.4 Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis 3. 3. 4. 1 Kadar Air
Spesimen yang digunakan untuk pengukuran kadar air diambil dari bagian spesimen yang telah diuji gempa, untuk spesimen kayu meranti dengan ukuran (25 x 25 x 25) mm sesuai ASTM D143-97 tahun 2005. Sedangkan untuk spesimen kayu lapis dengan ukuran (75 x 75 x 5) mm (JAS, 2003). Awalnya kayu ditimbang berat awalnya (BA) dengan neraca digital dan dioven selama 24 jam pada suhu 103±2 ºC. setelah dioven spesimen diletakkan di desikator selama ±15 menit untuk selanjutnya ditimbang berat kering tanurnya (BKT). Nilai kadar air didapatkan melalui rumus :
Keterangan:
BB = Berat awal (g) BKT = Berat kering tanur (g)
KA = Kadar air (%)
3. 3. 4. 2 Kerapatan dan Berat Jenis (BJ)
Keterangan :
ρ = Kerapatan (g/cm3) BJ = Berat Jenis
Volume = p x l x t (cm3)
Berat = Berat kering udara (g)
Ρ benda standar = Kerapatan Air (1 g/cm³)
3. 3. 4.3 Pengujian Kekuatan Mekanis Dinding Geser
Pengujian kekuatan mekanis rangka menggunakan uji
racking berdasarkan Draft Standar Internasional ISO/DIS 22452
tentang “Timber Structure- Structural insulated panel wall – test
method”. Uji racking akan menunjukkan besarnya kekuatan
strength dan stiffness dari rangka dinding panel. Ukuran dinding
geser yang digunakan adalah sebesar (2400 x 1200 x 55)mm.
diberi sikuan pada sisi depan dan belakang agar berdiri tegak dan diberi penahan agar tidak geser. Kemudian dinding geser diberi tranduser pada 13 titik. Tranduser-tranduser tersebut menunjukkan nilai-nilai displacement yang terjadi pada rangka. Tranduser tersebut terhubung ke data-logger yang selanjutnya menampilkan data tersebut ke laptop/komputer.
Gambar 4. Grafik Pengujian Dinding Geser Berdasarkan ISO/DIS 22452
Selama pengujian spesimen diberi beban vertikal sebesar 1470 N secara konstan dan beban horisontal yang diatur sesuai standar pengujian. Pemberian beban horisontal dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama spesimen diberi beban sebesar 490 N (0,1Fmax,est) dan didiamkan selama 2 menit dengan tetap
menahan pemberian beban sebesar 490 N. kemudian setelah 2 menit beban dikurangi perlahan-lahan hingga mencapai 0 kemudian didiamkan lagi selama 10 menit dengan tetap mempertahankan bebannya. Sesi kedua, beban dinaikkan perlahan-lahan per 490 N hingga beban mencapai 1960 N (0,4Fmax,est), setelah beban mencapai 1960 N, diamkan selama 5
selama 5 menit. Kemudian beban dari 1960 N kembali dinaikkan perlahan-lahan per 490 N hingga spesimen mengalami kerusakan. Selama pengujian kecepatan
displacement juga diatur. Saat pembebanan ≤ 1960 N kecepatan
displacement nya diatur agar sebesar 2 ± 0,5 mm/menit dan saat
pembebanan >1960 N kecepatan displacement diatur agar sebesar 4 ± 1 mm/menit.
Besarnya kekakuan (stifness) akan didapat dengan menggunakan rumus
Keterangan : R = Racking Stiffness
F1 = Beban pada saat 0,1 x Fmax,est ke-3 (N)
V01 = Displacement pada saat 0,1 x Fmax,est ke-3 (mm)
F4 = Beban pada saat 0,4 x Fmax,est ke-1 (N)
V04 = Displacement pada saat 0,4 x Fmax,est ke-1 (mm)
F21 = Beban pada saat 0,1 x Fmax,est ke-5 (N)
V21 = Displacement pada saat 0,1 x Fmax,est ke-5 (mm)
F24 = Beban pada saat 0,1 x Fmax,est ke-3 (N)
V24 = Displacement pada saat 0,1 x Fmax,est ke-3 (mm)
Sebelum melakukan prosedur pengujian diatas, ada dua spesimen yang diuji sebelumnya untuk mengetahui beban maksimal (Fmax,est) yang kira-kira dapat ditahan oleh rangka.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Modulus of Elasticity (MOE)
Pencarian nilai Modulus of Elasticity (MOE) ini dimaksudkan untuk pemilahan kayu struktur dan non-struktur, dimana kayu struktur ditempatkan untuk menerima beban yang lebih besar daripada kayu non-struktur. Hasil pengujian MOE dengan panter MPK-5 mendapatkan beberapa kelas mutu (TS), dari TS 0 sampai TS 25. Hasil pengujian MOE selengkapnya dapat dilihat di lampiran 1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa jumlah kayu dengan TS paling banyak adalah TS 15, yaitu sebanyak 24 batang dan TS 25 merupakan TS yang memiliki jumlah kayu paling sedikit yaitu hanya 2 batang.
Gambar 5. Kelas Mutu Kayu Rangka dan Bresing (TS)
Rata-rata kayu meranti yang digunakan termasuk dalam kelas mutu 12 yang memiliki nilai MOE sebesar 123498 kg/cm² (12111,02 MPa). Hasil ini melebihi nilai MOE kayu meranti yang tercantum dalam Martawijaya et al
(2005), yaitu sebesar 66000 kg/cm² (6472,39 MPa). Hal ini terjadi karena kayu yang digunakan dipilih langsung dari pasaran sehingga bisa bermutu lebih baik.
4.2 Sifat Fisis 4.2.1 Kayu Lapis
Kayu lapis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu lapis yang dibeli langsung dari pasaran sehingga jenis kayu yang digunakan tidak diketahui dengan pasti dan jenis perekat yang digunakan juga tidak diketahui.
Gambar 6. Kerapatan Kayu lapis (g/cm³)
Gambar 7. Kadar Air Kayu Lapis (%)
Kadar air yang didapat berkisar antara 10,18 % sampai 20,61 %. Sedangkan untuk nilai kadar air rata-ratanya didapat nilai sebesar 15,06 %. Nilai ini lebih besar dari standar JAS (2003), dimana JAS mensyaratkan bahwa kadar air kayu lapis yang digunakan adalah 14 % sehingga kadar air kayu lapis yang digunakan dalam pembuatan melebihi standar. Hal ini dapat terjadi karena kayu lapis menyerap kadar air yang ada disekitar tempat penyimpanan (higroskopis) dan dikarenakan tidak melewati proses pengeringan terlebih dahulu sebelum digunakan.
4.2.2 Kayu Meranti
Gambar 8. Kadar Air Kayu Meranti (%)
Gambar 9. Kerapatan dan BJ Kayu Meranti Sebagai Rangka Dinding Geser Gambar menunjukkan bahwa nilai kerapatan dan berat jenis berbanding lurus dan nilainya hampir sama satu sama lainnya.
4.3 Kekuatan Mekanis Dinding Geser
Hasil pengujian terhadap 7 spesimen rangka dinding yang berbeda bresingnya didapatkan nilai strength dan stiffness yang nantinya akan digunakan untuk melihat apakah kekuatannya layak ditempakan di zona gempa kecil, sedang atau besar.
Secara umum hasil pengujian bisa dilihat dari tabel 1 di bawah ini. Tabel 2. Hasil Uji Kekuatan Mekanis Dinding Geser
Bentuk Bresing Racking Strength (N)
Racking Stiffness (N/mm)
Displacement max (mm)
Tanpa bresing (kontrol) 6007,4 1061,97 94,93
Bresing Vertikal 6340,6 776,13 54,28
Bresing Horisontal 5870,2 2228,83 102,12
Bresing Diagonal 5576,2 629,77 82,54
Bresing Berbentuk + 5811,4 322,14 110,74
Bresing Berbentuk X 5262,6 1070,54 67,61
Bresing Berbentuk V 6105,4 1315,39 76,51
diujikan didapat sebesar 5853,4 N. Nilai strength berarti beban maksimal yang bisa ditahan oleh dinding geser sebelum dinding geser tersebut hancur.
Untuk nilai kekakuan dinding geser (Stiffness), didapat paling tinggi pada dinding geser dengan bresing horisontal, senilai 2228,83 N/mm dan terendah pada bresing bentuk plus, dengan nilai stiffness sebesar 322,14 N/mm. Sedangkan untuk kekakuan (Stiffness) rata-rata dari ketujuh dinding geser didapat nilai sebesar1057,82 N/mm. Kekakuan (stiffness) pada dinding geser disini adalah besarnya beban yang diperlukan untuk menggeser dinding geser sejauh 1 (satu) mm.
Displacement merupakan perubahan bentuk, dimensi, dan posisi dari
suatu materi dalam skala waktu dan ruang. Dari pengujian didapat nilai
displacement maksimal dari ketujuh sampel adalah sebesar 84,20 mm,
dengan dinding geser yang bisa menahan displacement maksimal paling besar adalah dinding geser dengan bresing bentuk plus sebesar 110,74 mm dan dinding geser dengan bresing vertikal memiliki nilai displacement maksimal terendah, yaitu sebesar 54,28 mm.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi adalah berupa terangkatnya rangka kayu pada sisi yang diberi beban horisontal dan kerusakan pada bagian bawah kayu lapis dikarenakan menahan beban lateral, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 11. Kerusakan yang Terjadi Pada Dinding Geser
Kerusakan tersebut terjadi pada ketujuh dinding geser yang diujikan. Hal ini diduga dikarenakan kurang berfungsinya bresing (penguat rangka) yang dibuat, sehingga kerusakan hanya dipengaruhi oleh kekuatan sambungan paku dan kekuatan kayu lapis yang digunakan. Hal ini dikarenakan kurang tepatnya jenis pemasangan sambungan paku pada rangka dinding geser.
4.4 Perhitungan Gaya Gempa
Agar dapat menentukan zona gempa yang tepat untuk mengaplikasikan dinding geser, maka harus dilakukan perhitungan gaya gempa terlebih dahulu. Karena belum adanya standar untuk menghitung beban gempa pada bangunan rumah lantai satu, maka perhitungan gempa dilakukan pendekatan menggunakan standar SNI 03-1726 tahun 2002 yang berlaku untuk perhitungan beban gempa bangunan dua lantai atau lebih. Bangunan rumah kayu prefabrikasi dikategorikan sebagai bangunan beraturan dengan tinggi dinding 2,4m dengan peruntukan rumah tinggal dan ditetapkan jenis tanah kering.
a) Berat bangunan (W)
sebagaimana perhitungan beban mati bangunan tipe 36 pada Design dan Analisis Rumah Prefabrikasi Tahan Gempa dari Kayu (Wijaya, 2007).
Tabel 3. Perhitungan Beban Mati Efektif Bangunan Kayu Prefabrikasi
Ket : W = Berat per partisi Wi = Berta total partisi
b) Koefisisen gempa (C)
Nilai faktor respon gempa rencana yang didapat dari spektrum respon gempa rencana. Jenis tanah adalah tanah keras untuk semua zona gempa. Berdasarkan SNI 03-1726-2002, diperoleh koefisien gempa pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Koefisien Gempa dari Spektrum Respon
c) Faktor keutamaan (l) struktur
Faktor pengali dari pengaruh gempa pada berbagai kategori gedung untuk menyesuaikan periode ulang gempa yang berkaitan dengan penyesuaian probabiltas dilampauinya pengaruh tersebut selama masa layan. Berdasarkan SNI 03-1726-2002, diperoleh faktor keutamaan (l) sebesar = 1 (satu). Koefisien Gempa Rencana 0,05 0,15 0,23 0,30 0,35 0,42
d) Faktor reduksi Gempa (R)
Menurut SNI 03-1726-2002, faktor reduksi gempa merupakan rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh gempa rencana ada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana pada struktur gedung daktail, tergantung pada faktor daktilitas (μ) struktur gedung tersebut. Berdasarkan SNI 03-1726-2002 nilai μ dapat diperoleh dengan rumus :
Keterangan : μ = Faktor daktilitas struktur bangunan
δm = Simpangan maksimum struktur bangunan akibat pengaruh beban rencana pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan.
δy = Simpangan struktur bangunan akibat pengaruh gempa rencana pada saat terjadinya pelelehan pertama.
Faktor reduksi gempa (R) diperoleh dari rumus : 1,6 = R = μf1 = Rm, dimana f1 adalah faktor kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam struktur bangunan. Nilai f1 ditentukan sebesar 1,6. Jika R = 1,6 berarti faktor reduksi gempa untuk struktur bangunan berperilaku elastis penuh. Sedangkan Rm adalah faktor reduksi gempa maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur yang bersangkutan.
Tabel 5. Faktor reduksi gempa
Berdasarkan hasil perhitungan faktor respon gempa (R) yang diperoleh, maka diasumsikan bahwa struktur tersebut merupakan daktail parsial dengan nilai μ terbesar 5,29 sehingga didapat nilai R sebesar 8,46.
e) Gaya Geser horisontal gempa (V)
Dengan persamaan 26 pada SNI 1726-2002 yaitu V = ( CI/R ) x W, maka diperoleh nilai geser horisontal seperti terlihat pada tabel
Tabel 6. Nilai Gaya Geser Horisontal Gempa
Zona Gempa
Komponen Kecil Sedang Besar
1 2 3 4 5 6 1 Berat Bangunan
(Wi)(N)
57149,8 57149,8 57149,8 57149,8 57149,8 57149,8 2 Koefisien Gempa
(C)
0,05 0,15 0,23 0,30 0,35 0,42 3 Faktor Keutamaan
(l) Struktur
337,76 1013,29 1553,72 2026,58 2364,35 2837,22
4.5 Pembagian Jenis Desain Komponen Dinding Geser Berdasarkan Zona Gempa
Berdasarkan perhitungan gaya gempa desain rumah prafabrikasi pada 6 zona gempa, didapatkan gaya geser total akibat gempa. Data tersebut menjadi dasar pengelompokkan panel komponen dinding geser dalam menerima gaya lateral seperti tabel di bawah ini.
Tabel 7. Kategori Penggunaan Rangka dalam Pembagian Zona Gempa. No Tipe Panel Shearwall Pmax(N) Displacement
V. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian kekuatan mekanis dinding geser didapat nilai kekuatan (strength) terbesar pada dinding geser dengan bresing vertikal 6340,6 N, kekakuan (Stiffness) terbesar ada pada dinding geser dengan bresing horisontal 2228,83 N/mm.
2. Rangka dari kayu meranti yang ditutup kayu lapis, baik tanpa maupun dengan penggunaan berbagai macam tipe bresing cukup kuat unuk diaplikasikan pada zona gempa terbesar (zona 6) di Indonesia.
3. Kurangnya interaksi pada sambungan kayu menyebabkan kerusakan berpusat pada kekuata sambungan paku dan kekuatan kayu lapis.
6.2 Saran
Saran yang bisa diberikan dari penelitian ini antara lain adalah : 1. Diperlukan penelitian lanjutan dengan sambungan yang lebih baik. 2. Diperlukan penelitian lanjutan dengan tipe rangka dan jenis kayu yang
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. STRUKTUR DINDING BANGUNAN pada
http://www.griyalestarijogja.co.cc/2009/07/struktur-dinding-bangunan.html [24 Desember 2010]
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2005. Annual Book of ASTM Standards. Volume 0410. Wood. D 143 (modifikasi)
Standard Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber.
Section 7. Static Bending. USA.
JAS. 2003. Japan Agricultural Standard for Plywood MAFF Notification (No. 232: 2003)
Haygreen, J. G. and J. L. Bowyer. 1982. Forest Product and wood science, an introduction. Iowa State university Press. Iowa.
[ISO] International Organization for Standardization. 2009. Timber Structures –
Structural Insulated Panel Wall – Test Methods. ISO/DIS 22452.
International Organization for Standardization. Geneva.
Karlinasari L, Nugroho N. 2006. Pembangunan Rumah Contoh Tahan Gempa untuk Daerah Bencana dengan system Pre-pabrikasi. Laporan Akhir KPM. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Martawijaya A, Iding K, Kosasi K, Soewanda AP. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2003. 03-1726: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (Beta Version). http://websisni.bsn.go.id/index.php. [21 April 2010].
Surjokusumo S, Naresworo N, Joko P, Amin S. 2003. Buku Petunjuk Penggunaan Mesin Pemilah Kayu Versi Panter MPK -5. Bogor: Fakultas Kehutanan. Intitut Pertanian Bogor.
Wijaya, B. 2007. Desain dan Analisis Rumah Prefabrikasi Tahan Gempa dari Kayu. Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Tarumanegara. Jakarta
Wiryomartono, S. 1976. Konstruksi Kayu Jilid I.
Lampiran 2. Sampel uji beserta ukuran-ukuran nya
120 cm
12 cm
240cm 264cm
10cm
140cm
SAMPEL UJI BESERTA UKURAN-UKURAN NYA
Lampiran 3. Sampel uji sebelum dan setelah ditutup kayu lapis
Setelah ditutup kayu lapis
Sebelum ditutup kayu lapis
SAMPEL UJI SEBELUM DAN SETELAH DITUTUP KAYU LAPIS
Lampiran 4. Penempatan paku 4cm pada sampel uji
A
A = jarak antar paku 10 cm.
PENEMPATAN PAKU 4CM PADA SAMPEL UJI
Lampiran 5. Penempatan paku 15 cm pada sampel uji
Penempatan paku 15cm pada rangka sampel kontrol
Penempatan paku 15 cm pada sampel 1
Lampiran 5. Penempatan paku 15cm pada sampel uji
Penempatan paku 15cm pada sampel 2
Penempatan paku 15cm pada sampel 3
Lampiran 5. Penempatan paku 15 cm pada sampel uji
Penempatan paku 15cm pada sampel 4
Lampiran 5. Penempatan paku 15cm pada sampel uji
Penempatab oaku 15cm pada sampel 6
1 o 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000
2 52 0.10 0.04 ‐0.02 ‐0.26 0.00 0.00 0.00 ‐0.04 ‐0.076 0.004 0.060 ‐0.016 ‐0.005
3 56 0.10 0.04 0.00 ‐0.34 ‐0.05 0.02 0.00 ‐0.04 ‐0.088 0.004 0.082 ‐0.018 ‐0.005
4 ‐2 0.05 0.00 ‐0.02 0.00 ‐0.02 0.02 ‐0.02 0.00 0.008 0.000 0.026 0.000 0.000
5 2 0.05 0.00 0.00 0.00 ‐0.02 0.02 ‐0.02 0.00 0.024 0.000 0.056 0.002 0.000
6 60 0.20 0.04 0.00 ‐0.38 0.00 0.04 ‐0.02 ‐0.02 ‐0.076 0.008 0.124 ‐0.016 0.000
7 106 0.82 0.64 0.00 ‐0.90 ‐0.02 0.06 ‐0.02 ‐0.08 ‐0.176 0.016 0.184 ‐0.036 ‐0.005
8 154 1.55 1.42 0.00 ‐1.66 0.00 0.12 ‐0.02 ‐0.12 ‐0.324 0.030 0.260 ‐0.066 0.000
9 206 2.27 2.30 0.00 ‐2.48 ‐0.02 0.16 ‐0.02 ‐0.20 ‐0.498 0.044 0.378 ‐0.094 ‐0.005
10 202 2.89 2.68 ‐0.04 ‐2.80 0.00 0.20 0.00 ‐0.20 ‐0.566 0.040 0.442 ‐0.100 ‐0.005
11 152 2.07 2.02 ‐0.06 ‐2.20 ‐0.02 0.16 ‐0.02 ‐0.16 ‐0.452 0.030 0.380 ‐0.078 ‐0.005
12 104 1.81 1.98 ‐0.06 ‐1.76 ‐0.02 0.14 ‐0.02 ‐0.12 ‐0.358 0.022 0.326 ‐0.062 0.000
13 62 1.29 1.48 ‐0.06 ‐1.26 ‐0.02 0.10 0.00 ‐0.08 ‐0.272 0.014 0.278 ‐0.044 ‐0.005
14 6 0.41 0.66 ‐0.06 ‐0.56 0.00 0.04 ‐0.02 ‐0.02 ‐0.154 0.002 0.166 ‐0.010 0.000
15 0 0.56 0.66 ‐0.06 ‐0.56 0.00 0.06 0.00 ‐0.02 ‐0.120 0.004 0.162 ‐0.006 0.000
16 52 0.93 0.68 ‐0.06 ‐0.94 0.00 0.10 0.00 ‐0.06 ‐0.216 0.012 0.224 ‐0.025 0.000
17 106 1.44 1.30 ‐0.08 ‐1.52 0.00 0.12 ‐0.02 ‐0.10 ‐0.320 0.022 0.294 ‐0.048 ‐0.005
18 156 2.07 1.90 ‐0.06 ‐2.10 ‐0.02 0.16 ‐0.02 ‐0.16 ‐0.420 0.030 0.360 ‐0.072 0.000
19 204 2.63 2.54 ‐0.06 ‐2.68 ‐0.02 0.18 ‐0.02 ‐0.20 ‐0.530 0.042 0.438 ‐0.092 0.005
20 200 2.84 2.68 ‐0.06 ‐2.84 ‐0.02 0.18 0.00 ‐0.22 ‐0.562 0.040 0.462 ‐0.098 ‐0.005
21 256 3.93 3.64 ‐0.16 ‐3.78 ‐0.02 0.26 ‐0.02 ‐0.30 ‐0.736 0.054 0.678 ‐0.128 ‐0.005
22 308 5.17 4.88 ‐0.38 ‐5.08 ‐0.02 0.36 ‐0.02 ‐0.42 ‐0.952 0.060 1.088 ‐0.158 ‐0.005
23 360 7.24 6.94 ‐0.92 ‐7.12 ‐0.02 0.52 0.08 ‐0.60 ‐1.242 0.028 1.868 ‐0.198 ‐0.010
24 414 10.40 9.70 ‐1.68 ‐9.92 ‐0.02 0.82 0.32 ‐0.86 ‐1.528 ‐0.058 2.904 ‐0.242 ‐0.015
25 448 12.52 11.62 ‐2.30 ‐11.82 ‐0.02 1.02 0.76 ‐1.04 ‐1.698 ‐0.136 3.744 ‐0.282 ‐0.015
26 511 16.50 15.00 ‐3.28 ‐15.20 0.00 1.36 1.88 ‐1.36 ‐1.974 ‐0.278 5.026 ‐0.348 ‐0.015
27 527 20.23 18.10 ‐4.32 ‐18.36 ‐0.02 1.70 2.40 ‐1.70 ‐2.200 ‐0.452 6.602 ‐0.450 ‐0.020
28 555 22.25 20.34 ‐5.06 ‐20.62 ‐0.02 1.96 2.54 ‐1.96 ‐2.322 ‐0.586 7.588 ‐0.536 ‐0.020
29 647 31.82 29.26 ‐7.94 ‐29.84 0.00 3.02 3.42 ‐2.90 ‐3.146 ‐0.882 11.868 ‐0.628 ‐0.020
30 613 36.63 33.96 ‐9.90 ‐34.50 ‐0.02 3.56 4.30 ‐3.34 ‐3.450 ‐0.994 14.398 ‐0.646 ‐0.015
31 543 39.17 37.06 ‐11.40 ‐38.42 0.02 4.02 4.36 ‐3.80 ‐3.816 ‐1.108 15.830 ‐0.648 ‐0.015
32 496 45.38 44.10 ‐14.62 ‐45.08 0.00 4.76 4.48 ‐4.50 ‐4.264 ‐1.196 15.828 ‐0.614 ‐0.015
33 412 51.95 51.32 ‐17.72 ‐51.70 ‐0.02 5.44 4.96 ‐5.02 ‐4.740 ‐1.220 15.830 ‐0.574 ‐0.015
3 54 0.05 0.08 0.04 ‐0.38 0.00 0.00 ‐0.02 ‐0.04 ‐0.070 0.004 0.078 ‐0.004 ‐0.005
4 2 0.05 0.02 0.04 ‐0.24 ‐0.02 ‐0.02 ‐0.02 ‐0.02 ‐0.016 0.004 0.036 0.002 0.000
5 0 0.05 0.00 0.04 ‐0.22 0.00 0.02 ‐0.04 0.00 0.004 0.018 0.040 0.010 0.000
6 62 0.05 0.10 0.04 ‐0.54 ‐0.02 0.02 ‐0.04 ‐0.04 ‐0.070 0.018 0.104 0.002 0.000
7 106 0.05 0.22 0.04 ‐0.98 0.00 0.04 ‐0.04 ‐0.06 ‐0.144 0.020 0.172 ‐0.014 0.000
8 154 0.10 0.28 ‐0.06 ‐1.76 0.00 0.10 ‐0.04 ‐0.16 ‐0.248 0.020 0.324 ‐0.040 ‐0.005
9 212 0.20 1.28 ‐0.46 ‐3.24 0.00 0.10 ‐0.04 ‐0.30 ‐0.460 0.020 0.822 ‐0.102 0.000
10 198 0.20 1.28 ‐0.46 ‐3.26 0.00 0.10 ‐0.06 ‐0.28 ‐0.466 0.022 0.938 ‐0.104 0.000
11 148 0.25 1.26 ‐0.46 ‐3.02 0.00 0.10 ‐0.04 ‐0.28 ‐0.422 0.022 0.870 ‐0.096 0.000
12 84 0.62 1.04 ‐0.46 ‐2.34 ‐0.02 0.10 ‐0.06 ‐0.18 ‐0.312 0.022 0.760 ‐0.068 0.000
13 54 0.62 0.94 ‐0.40 ‐1.96 0.00 0.10 ‐0.04 ‐0.14 ‐0.242 0.022 0.680 ‐0.054 0.000
14 0 0.62 0.60 ‐0.24 ‐1.06 ‐0.02 0.08 ‐0.04 ‐0.08 ‐0.108 0.022 0.428 ‐0.018 0.000
15 0 0.67 0.54 ‐0.20 ‐0.94 ‐0.04 0.06 ‐0.06 ‐0.06 ‐0.074 0.030 0.386 ‐0.008 0.000
16 52 0.62 0.62 ‐0.20 ‐1.26 ‐0.02 0.08 ‐0.06 ‐0.08 ‐0.142 0.032 0.504 ‐0.016 ‐0.005
17 102 0.62 0.76 ‐0.20 ‐1.78 0.00 0.06 ‐0.08 ‐0.14 ‐0.234 0.032 0.628 ‐0.034 ‐0.005
18 154 0.56 0.84 ‐0.24 ‐2.36 0.00 0.08 ‐0.08 ‐0.02 ‐0.320 0.034 0.766 ‐0.054 ‐0.005
19 206 0.36 1.32 ‐0.48 ‐3.30 ‐0.02 0.12 ‐0.06 ‐0.28 ‐0.452 0.034 0.966 ‐0.094 ‐0.005
20 200 0.36 1.30 ‐0.50 ‐3.32 0.00 0.14 ‐0.06 ‐0.30 ‐0.460 0.038 1.006 ‐0.094 ‐0.005
21 262 0.67 1.48 ‐0.66 ‐4.50 0.02 0.14 ‐0.06 ‐0.40 ‐0.642 0.042 1.300 ‐0.130 ‐0.005
22 318 0.72 2.38 ‐0.94 ‐5.92 0.00 0.18 ‐0.06 ‐0.52 ‐0.862 0.042 1.622 ‐0.194 ‐0.005
23 386 1.19 3.06 ‐1.26 ‐7.64 0.00 0.34 ‐0.04 ‐0.66 ‐1.124 0.046 1.966 ‐0.264 ‐0.005
24 450 2.27 4.50 ‐1.72 ‐9.22 ‐0.02 0.46 ‐0.02 ‐0.80 ‐1.452 0.054 2.280 ‐0.332 ‐0.010
25 484 3.05 5.44 ‐1.90 ‐10.30 0.00 0.56 0.00 ‐94.00 ‐1.662 0.058 2.548 ‐0.388 ‐0.010
26 519 4.03 6.56 ‐2.24 ‐11.40 ‐0.02 0.66 0.00 ‐1.02 ‐1.792 0.058 2.760 ‐0.420 ‐0.020
27 490 6.00 8.88 ‐3.50 ‐14.02 0.00 1.06 0.46 ‐1.36 ‐2.108 0.030 4.380 ‐0.426 ‐0.015
28 472 6.98 9.94 ‐3.98 ‐14.88 ‐0.02 1.06 0.44 ‐1.46 ‐2.178 0.018 4.786 ‐0.436 ‐0.015
29 482 7.50 10.58 ‐4.22 ‐15.60 ‐0.02 1.08 0.46 ‐1.54 ‐2.262 0.014 5.042 ‐0.446 ‐0.020
30 482 7.96 10.90 ‐4.32 ‐15.80 ‐0.02 1.10 0.46 ‐1.56 ‐2.274 0.008 5.166 ‐0.450 ‐0.020
31 501 9.15 11.78 ‐4.72 ‐16.80 ‐0.02 1.20 0.46 ‐1.76 ‐2.506 ‐0.002 5.948 ‐0.486 ‐0.020
32 567 12.16 15.12 ‐5.94 ‐20.54 ‐0.02 1.60 0.44 ‐2.14 ‐2.874 ‐0.026 7.136 ‐0.526 ‐0.015
33 555 13.40 16.82 ‐6.82 ‐22.70 ‐0.02 2.40 0.58 ‐2.46 ‐3.198 ‐0.046 7.138 ‐0.554 ‐0.020
34 541 15.99 19.44 ‐7.86 ‐25.06 ‐0.02 2.56 0.58 ‐2.72 ‐3.390 ‐0.064 7.136 ‐0.564 ‐0.020
35 577 18.68 22.06 ‐8.94 ‐27.66 ‐0.02 2.80 0.60 ‐3.00 ‐3.664 ‐0.076 7.136 ‐0.580 ‐0.020
36 567 20.49 24.04 ‐9.86 ‐29.40 ‐0.02 2.98 0.60 ‐3.24 ‐3.880 ‐0.094 7.136 ‐0.602 ‐0.020
37 587 22.61 26.08 ‐10.70 ‐31.10 ‐0.02 3.12 0.62 ‐3.40 ‐4.022 ‐0.100 7.136 ‐0.608 ‐0.020
38 585 24.84 28.12 ‐11.64 ‐33.34 ‐0.02 3.46 0.60 ‐3.70 ‐4.314 ‐0.118 7.136 ‐0.632 ‐0.020
39 599 28.30 31.52 ‐13.06 ‐36.58 ‐0.02 3.96 0.60 ‐4.08 ‐4.646 ‐0.134 7.136 ‐0.646 ‐0.025
40 583 30.79 33.96 ‐14.10 24.38 ‐0.02 4.36 0.60 ‐4.38 ‐4.882 ‐0.146 7.136 ‐0.648 ‐0.025
41 557 32.65 35.66 ‐15.02 24.40 ‐0.02 4.70 0.50 ‐4.64 ‐5.096 ‐0.158 7.136 ‐0.650 ‐0.025
42 571 35.29 38.42 ‐16.10 24.40 ‐0.02 5.20 0.04 ‐4.98 ‐5.430 ‐0.166 7.138 ‐0.662 ‐0.025
43 545 41.45 43.60 ‐18.30 24.38 ‐0.02 5.78 ‐0.44 ‐5.58 ‐5.940 ‐0.192 7.136 ‐0.674 ‐0.025
44 501 47.24 49.06 ‐20.70 24.38 0.00 6.54 ‐1.08 ‐6.36 ‐6.626 ‐0.198 7.136 ‐0.650 ‐0.025
45 426 59.25 59.38 ‐26.30 24.40 0.00 7.92 ‐4.12 ‐7.52 ‐7.414 ‐0.236 7.136 ‐0.586 ‐0.025
46 402 75.14 73.66 ‐33.04 24.38 0.00 9.50 ‐8.44 ‐9.12 ‐8.744 ‐0.256 7.136 ‐0.550 ‐0.025
47 344 83.16 80.62 ‐36.80 24.38 0.02 10.56 ‐10.78 ‐10.30 ‐9.636 ‐0.278 7.136 ‐0.524 ‐0.020
48 290 95.84 92.08 ‐42.66 24.38 0.00 11.74 ‐14.96 ‐11.44 ‐10.378 ‐0.330 7.138 ‐0.524 ‐0.020
49 296 107.07 102.36 ‐47.40 24.38 0.02 12.24 ‐19.24 ‐12.48 ‐11.174 ‐0.372 7.138 ‐0.548 ‐0.020
50 270 108.46 103.22 ‐47.66 24.38 0.02 12.28 ‐19.90 ‐12.50 ‐11.196 ‐0.368 7.136 ‐0.548 ‐0.020
51 268 108.51 103.22 ‐47.70 24.38 0.02 12.28 19.90 12.48 ‐11.204 ‐0.368 7.138 ‐0.548 ‐0.020