Dinding inti merupakan dinding geser yang ditempatkan pada area inti tengah suatu bangunan yang biasanya juga digunakan sebagai dinding pengangkat. Dinding lentur (slender wall) merupakan dinding geser yang mempunyai rasio ℎ𝑤/𝑙𝑤 ≥ 2, dimana perilaku lentur desain dikontrol. Dinding jongkok (short wall), yaitu dinding geser yang mempunyai perbandingan ℎ𝑤/𝑙𝑤 ≤ 2, dimana desain terhadap perilaku gesernya dikendalikan.
Dinding ricih berpasangan (chain wall), di mana momen guling yang berlaku akibat beban gempa bumi ditentang oleh sepasang dinding ricih yang disambungkan dengan menyambung rasuk sebagai daya tarikan dan tolak yang bertindak pada setiap tapak dinding. Apabila merancang dinding ricih yang berfungsi untuk menahan daya sisi yang besar akibat beban gempa bumi, ia tidak boleh runtuh disebabkan oleh daya sisi. Apabila dinding ricih runtuh akibat daya sisi, keseluruhan struktur bangunan akan runtuh kerana tiada unsur struktur untuk menahan daya sisi. . Apabila merancang ketebalan dinding ricih minimum dilakukan dengan kaedah empirikal (Budiono, B, et al, 2017), iaitu mengikut SNI 2847:2013 artikel 14.5.3.1. Ketebalan dinding penahan tidak boleh kurang daripada persamaan 2.1 dan persamaan 2.2 atau kurang daripada 100 mm.
Jika tulangan vertikal pada dinding geser tidak cukup menahan momen akibat gaya lateral yang terjadi. Baja tulangan merupakan material yang digunakan untuk melengkapi balok, kolom, pelat lantai dan juga dinding geser. Dalam penelitian ini acuan beban yang digunakan berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 9.2.1 yang harus dirancang sedemikian rupa sehingga kuat rencana melebihi pengaruh beban yang dipertimbangkan.
Kategori risiko bangunan dan faktor prioritas gempa berdasarkan SNI 1726:2012 dapat dilihat pada Tabel 2.5 dan Tabel 2.6.
Kategori Desain Seismik
Spektrum Respon Desain
Pemilihan Sistem Struktur
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) .1 Persyaratan Umum SRPMK
- Persyaratan Tulangan Longitudinal Balok SRPMK
- Persyaratan Tulangan Transversal Balok SRPMK
- Kuat Lentur Kolom SRPMK
- Persyaratan Tulangan Longitudinal Kolom SRPMK
- Persyaratan Tulangan Transversal Kolom SRPMK
- Persyaratan Tulangan Transversal HBK SRPMK
Jumlah tulangan lentur baik di atas maupun di bawah penampang tidak boleh kurang dari luas tulangan minimum yang disyaratkan pada Persamaan 2.15 dan Persamaan 2.16. Dan penampang tersebut harus dipasang secara kontinyu minimal dua batang tulangan atas dan dua batang tulangan bawah. Kekuatan momen positif pada permukaan sambungan tidak boleh kurang dari setengah kekuatan momen negatif.
Kuat momen negatif dan positif pada setiap penampang bentang tidak boleh kurang dari seperempat kuat momen maksimum pada bentang tersebut. 𝑀𝑛 𝑘𝑖 = gaya momen pada bagian tumpu sebelah kiri komponen lentur. 𝑀𝑛 𝑘𝑎= gaya momen pada bagian tumpu sebelah kanan komponen lentur. Panjang sama dengan 2 kali tinggi balok, diukur dari muka balok sampai pertengahan bentang, pada kedua ujung lentur.
Jika braket tertutup tidak diperlukan, braket yang dilengkapi kait gempa pada masing-masing ujungnya harus diberi jarak tidak lebih dari 𝑑/2 sepanjang komponen struktur. Kuat geser yang diperlukan 𝑉𝑒 untuk perencanaan geser komponen lentur SRPMK harus ditentukan dengan menilai gaya statik pada komponen struktur antara dua permukaan penyangga. Gaya geser akibat gempa (𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦) mewakili setengah atau lebih dari kekuatan geser maksimum yang diperlukan di sepanjang area tersebut.
Berdasarkan Pasal 21.6.3 SNI 2847:2013, persyaratan luas tulangan pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) tidak boleh kurang dari 0,01 atau lebih dari 0,06. Di luar zona 𝑙𝑜, jarak sengkang tertutup tidak boleh melebihi nilai yang lebih kecil yaitu 6 kali diameter tulangan kolom memanjang atau 150 mm. Tulangan melintang harus didesain untuk mampu menahan gaya geser rencana, 𝑉𝑒, yang ditentukan dengan menggunakan gaya momen maksimum, 𝑀𝑝𝑟, dari komponen struktur yang dikaitkan dengan kisaran beban aksial terfaktor yang bekerja, 𝑃𝑢.
Gaya geser yang ditimbulkan oleh gempa bumi dihitung berdasarkan 𝑀𝑝𝑟 yang mewakili ½ atau lebih dari kuat geser maksimum yang diperlukan. Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 21.7.2.3 tulangan balok memanjang disambung melalui sambungan balok-kolom, dimensi kolom sejajar tulangan balok tidak boleh kurang dari 20 kali diameter tulangan balok memanjang untuk beton normal. Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 21.7.3.2 untuk sambungan dalam diperbolehkan jumlah tulangan melintang yang diperlukan dikurangi setengahnya dari jumlah tulangan melintang yang diperlukan pada ujung kolom.
Periode Fundamental Pendekatan (T a )
Gaya Geser Dasar Seismik
Sistem rangka pemikul momen dimana rangka memikul 100 persen gaya gempa yang ditunjukkan dan tidak dibungkus atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku serta akan mencegah rangka dari tekuk ketika terkena gaya gempa:. Berdasarkan SNI 1726:2012, nilai simpangan antar lantai yang diperbolehkan harus lebih besar dari selisih simpangan antar lantai terbesar.
Analisis Beban Dorong Statik (Static Pushover Analysis)
- Kurva Kapasitas (Capacity Curve)
- Kurva Demand
- Titik Kinerja (Performance Point)
- Performance Based Seismic Design
Tujuan dari analisis beban tekan adalah untuk mengevaluasi perilaku gempa struktur dalam kaitannya dengan beban gempa rencana, yaitu untuk memperoleh nilai faktor reduksi gempa, menunjukkan kurva kapasitas dan menunjukkan skema luluh (distribusi sambungan plastis) yang terjadi. Untuk mempermudah prosedur analisis dengan menggunakan analisis statik beban tekan, diperlukan informasi mengenai tiga elemen penting yaitu kurva kapasitas, kurva permintaan, dan titik kinerja struktur. Kurva kapasitas yang merupakan hasil analisis statik beban dorong menunjukkan hubungan antara gaya geser pondasi dengan perpindahan atap akibat beban lateral yang diterapkan pada struktur dengan pola beban tertentu hingga mencapai keadaan ultimat atau target transisi yang diharapkan.
Kurva kapasitas akan menunjukkan keadaan linier sebelum mencapai keadaan leleh dan kemudian berperilaku non-linier. Perubahan perilaku struktur dari linier menjadi nonlinier berupa penurunan kekakuan yang ditunjukkan dengan penurunan kemiringan kurva akibat terbentuknya engsel plastis pada balok dan kolom. Sambungan plastis akibat momen lentur terjadi pada struktur ketika beban yang diterapkan melebihi kapasitas momen lentur yang dipertimbangkan.
Semakin banyak sambungan plastis yang terjadi maka kinerja struktur tersebut semakin baik karena semakin banyak pula penyerapan energi yang terjadi melalui pembentukan sambungan plastis sebelum kapasitas struktur terlampaui (Pranata, Y.A., Simanta, D., 2006). Titik kinerja merupakan titik pertemuan kurva permintaan dengan kurva kapasitas yang digunakan untuk memeriksa agar komponen struktural dan nonstruktural tidak melebihi batas kerusakan yang diperbolehkan. Pada titik kinerja dapat diperoleh informasi mengenai masa konstruksi dan redaman efektif akibat perubahan kekakuan struktur setelah munculnya engsel plastis.
Berdasarkan informasi tersebut, respon struktural lainnya seperti nilai tingkat defleksi dan posisi sambungan plastis dapat dikenali (Afandi, N. Rachmad, 2010). Tingkat Kinerja Berdasarkan filosofi perancangan yang ada, maka tingkat kinerja struktur bangunan akibat gempa yang direncanakan adalah Life Safety, yaitu walaupun struktur bangunan mengalami tingkat kerusakan yang cukup parah, namun keselamatan penghuninya tetap terjaga karena struktur bangunan tidak runtuh. Kondisi dimana tidak terjadi kerusakan struktur yang berarti atau tidak dan bangunan tetap berfungsi dengan baik.
Kondisi ini menjelaskan bahwa setelah terjadi gempa kerusakan struktur sangat kecil, dimana kekuatan dan kekakuannya hampir sama dengan kondisi sebelum gempa. Kondisi yang menjelaskan bahwa setelah terjadi gempa, struktur mengalami kerusakan, kekakuannya menurun, namun masih mempunyai ambang batas yang cukup terhadap keruntuhan. Kondisi yang menjelaskan bahwa pasca gempa terjadi kerusakan signifikan pada komponen struktur dan non struktur.
Peralatan Konstruksi yang Digunakan
- Ready Mix Concrete Truck
- Tower Crane
- Concrete Vibrator
- Concrete Pump
- Bekisting
- Perancah
Jib atau boom merupakan lengan tower crane yang terdiri dari elemen besi yang dipasang pada salah satu bagian rangka. Hoist merupakan bagian yang berfungsi sebagai alat angkut vertikal dan troller merupakan bagian tower crane yang berfungsi sebagai alat angkut horizontal. Vibrator beton digunakan sebagai pemadat campuran beton yang dimasukkan ke dalam cetakan bekisting pada saat proses pengecoran.
Tujuannya agar udara atau angin yang masih berada di dalam campuran beton dapat keluar sehingga tidak terjadi lubang atau rongga yang membuat beton menjadi padat, seragam, dan kuat. Pompa beton merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mendistribusikan campuran beton pada tempat-tempat yang sulit dijangkau. Terdapat beberapa jenis pompa beton, pemilihan jenis alat bantunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, sehingga alat bantu tersebut dapat bekerja secara maksimal.
Pompa beton ini cocok untuk menjangkau tempat-tempat yang sulit dijangkau kendaraan besar. Untuk konstruksi yang lebih tinggi, tersedia pompa beton Master Longboom yang memiliki panjang boom 46 meter. Bekisting merupakan suatu struktur yang berfungsi membentuk dan menopang beton segar hingga beton tersebut mampu menahan beratnya dan mencapai nilai kekuatan tertentu yang memungkinkan beton tidak perlu ditopang lagi (Adi S.B., 2018).
Umumnya material kayu hanya digunakan untuk satu pekerjaan, namun jika material kayu tersebut masih dapat digunakan maka dapat digunakan kembali. Bekisting ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan bekisting konvensional, namun bekisting ini lebih awet dan tahan lama. Bekisting ini memiliki kelebihan dibandingkan kayu, salah satunya adalah lebih mudah dalam pemasangannya dan tanpa minyak bekisting.
Scaffolding merupakan salah satu jenis peralatan konstruksi sementara yang berfungsi untuk menopang bekisting dan beton yang belum mengeras. Scaffolding ini umumnya digunakan untuk pekerjaan yang tingginya 2,5 - 3 meter, jika melebihi ketinggian maka tidak digunakan. Scaffolding ini merupakan scaffold yang biasa digunakan apabila pekerjaan lebih besar dari 3 meter, tiang scaffolding dapat didirikan hingga ketinggian lebih dari 20 meter.
Metode Pelaksanaan Konstruksi
Cara kerja berikut ini diramalkan untuk cara pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada konstruksi gedung bertingkat. Dalam pembuatan bekisting harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak roboh, cetakan tidak rata, dan lain sebagainya. Campuran beton pada mixer didistribusikan oleh pompa beton ke area yang membutuhkan beton.
Pada proses penuangan, beton dipadatkan dengan vibrator beton agar tidak ada udara yang tersisa di dalam campuran beton. Proses perawatan dilakukan dengan cara membanjiri permukaan elemen struktur dengan air untuk mencegah penyusutan beton yang berlebihan akibat hilangnya kelembapan yang dapat mengakibatkan terbentuknya retakan susut.
Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Menghitung Volume untuk RAB
Untuk menghitung volume pekerjaan yang mempunyai luas dan tebal atau mempunyai diameter dan panjang, digunakan satuan m3, misalnya pasangan bata, pasangan bata (bisa juga m2), rangka dan rangka. Untuk menghitung volume pekerjaan yang luas dan tebalnya relatif tipis saja digunakan satuan m2, misalnya plesteran, pemasangan lantai, pemasangan plafon, pemasangan atap dan pengecatan. Penghitungan satuan volume bahan menggunakan satuan ukuran (uM), misalnya lampu, saklar, stopkontak, kunci, engsel, kloset, bak cuci piring, dan keran.
Perhitungan volume suatu satuan material yang terdiri dari beberapa komponen material yang dirangkai menjadi satu menggunakan satuan, misalnya panel listrik.
Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Penelitian Terdahulu