• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Makan Tikus Pohon (Rattus tiomanicus Mill.) dan Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L ) terhadap Umpan dan Rodentisida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Preferensi Makan Tikus Pohon (Rattus tiomanicus Mill.) dan Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L ) terhadap Umpan dan Rodentisida"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PREFERENSI MAKAN TIKUS POHON (

Rattus tiomanicus

Mill.)

DAN TIKUS RUMAH (

Rattus rattus diardii

L.),

TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA

FATMAWATI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Preferensi Makan Tikus Pohon (Rattus tiomanicus Mill.) dan Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.) terhadap Umpan dan Rodentisida adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

(4)
(5)

v

ABSTRAK

FATMAWATI. Preferensi Makan Tikus Pohon (Rattus tiomanicus Mill.) dan Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.) terhadap Umpan dan Rodentisida. Dibimbing oleh SWASTIKO PRIYAMBODO.

Tikus merupakan satwa liar yang berasosiasi dengan kehidupan manusia dan menjadi hama penting dalam bidang pertanian, perkebunan, dan permukiman. Saat ini, tikus pohon (R. tiomanicus) dan tikus rumah (R. rattus diardii) sangat mengganggu dan menimbulkan kerugian. Upaya pengendalian tikus hama yang sering dilakukan adalah pengendalian secara non kimiawi dan kimiawi (rodentisida). Penelitian ini bertujuan mengevaluasi tersedianya rodentisida yang disukai tikus pohon dan tikus rumah untuk mengendalikan tikus pohon dan tikus rumah di gudang gabah, beras, dan jagung secara efektif dan efisien. Kegiatan penelitian ini berlangsung mulai September hingga Desember 2014. Metode yang digunakan adalah uji dua pilihan (bi choice test) selama tiga hari berturut-turut dengan menggunakan rodentisida dengan bahan aktif selulosa, brodifakum 1, brodifakum 2, bromadiolon, seng fosfida, dan umpan dasar (gabah, beras, jagung). Data diolah menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Hasil dari pengujian bi choice test menunjukkan bahwa tikus pohon dan tikus rumah lebih menyukai umpan dibandingkan rodentisida. Rodentisida yang banyak dikonsumsi oleh tikus pohon adalah seng fosfida dan bromadiolon vs jagung, pada tikus rumah adalah bromadiolon vs jagung. Bromadiolon dan seng fosfida dapat digunakan dalam pengendalian tikus pohon, serta bromadiolon terhadap tikus rumah di gudang jagung. Tikus pohon mengalami kematian terbesar pada perlakuan seng fosfida vs umpan dan tikus rumah pada bromadiolon vs umpan masing-masing sebanyak 7 dari 15 ekor. Secara umum, tikus mengalami penurunan bobot tubuh setelah mengonsumsi rodentisida dalam jumlah cukup.

Kata kunci : brodifakum, bromadiolon , preferensi, seng fosfida, selulosa.

(6)
(7)

vii

ABSTRACT

FATMAWATI. Feeding Preference of Wood Rat (Rattus tiomanicus Mill.) and House Rat (Rattus rattus diardii L.) to Bait and Rodenticides. Supervised by SWASTIKO PRIYAMBODO.

Rat is wild animal which associates with human life and becomes important pests in agriculture, plantations, and settlements. Currently, wood rat (R. tiomanicus) and house rat (R. rattus diardii) is very annoying and causing damage. Efforts to control rats conducted using both non chemicals and chemicals (rodenticides). The aim of this research is to investigate which rodenticides are preferred by wood rats and house rats to control them in the unhulled rice, rice, and corn warehouse effectively and efficiently. The research have been done from September to December 2014. The method used is bi choice test in three days continuously with several active ingredients that is cellulose, brodifacoum 1, brodifacoum 2, bromadiolone, zinc phosphide, and base bait (unhulled rice, rice, corn). The data has been analized by completely randomized design. Result of the bi choice test showed that wood rat and house rat preferred bait than rodenticide. Wood rat consumed more zinc phosphide and bromadiolone when it was compared with corn, house rat also bromadiolone vs corn. Bromadiolon and zinc phosphide could be used to control wood rat, and bromadiolone to house rat in corn warehouse. The highest death of wood rat on zinc phosphide compared bait treatment and house rat on bromadiolone compared bait each 7 out of 15 rats. In general, decrease in weight of rat body occurs after consumed enough rodenticides.

(8)
(9)

ix

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(10)
(11)

PREFERENSI MAKAN TIKUS POHON (

Rattus tiomanicus

Mill.)

DAN TIKUS RUMAH (

Rattus rattus diardii

L.),

TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA

FATMAWATI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)
(13)
(14)
(15)

xv

PRAKATA

Alhamdulillahirobbilalamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Preferensi Makan Tikus Pohon (Rattus tiomanicus Mill.) dan Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.) terhadap Umpan dan Rodentisida”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang banyak memberi motivasi, bimbingan, saran, materi, waktu, dan hal lainnya. Prof Dr. Ir. Meity Suradji Sinaga, M.Sc. selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi. Seluruh Staff Departemen Proteksi Tanaman IPB baik Dosen Pengajar, Laboran, Petugas Teknis, dan yang lainnya. Keluarga tercinta Ibu, Ayah, Kakak-Kakak, beserta keluarga yang lainnya untuk kasih sayang, doa, serta dukungan yang selalu diberikan. Teman-teman Laboratorium Vertebrata Hama (Tika Sri Amelia, Mutia Ayu Puspita, Arief Yana Fuji Lestari), Elfrida Oktaviani, Reni Mulyani, Ulfah Hafizah, Septian Rizki, Endang Darsini dan yang lainnya atas bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian. Teman-teman seperjuangan angkatan 48 di Departemen Proteksi Tanaman,. Ungkapan terima kasih juga kepada mahasiswa BUD Adaro Indonesia dan PT Adaro Indonesia serta semua pihak yang terkait dalam pembiayaan penulis selama menempuh studi di Institut Pertanian Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(16)
(17)

xvii

Pengujian Ketertarikan Tikus terhadap Umpan dan Rodentisida 4

Konversi Umpan 5

Rasio Konsumsi Rodentisida terhadap Umpan 5

Rancangan Percobaan 5

Peubah yang Diamati 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Uji Ketertarikan Tikus Pohon terhadap Umpan dan Rodentisida 6 Rasio Konsumsi Rodentisida/Umpan pada Tikus Pohon 7 Kematian dan Konsumsi Rodentisida pada Tikus Pohon 7

Perubahan Bobot Tubuh Tikus Pohon 9

Uji Ketertarikan Tikus Rumah terhadap Umpan dan Rodentisida 10 Rasio Konsumsi Rodentisida/Umpan pada Tikus Rumah 11 Kematian dan Konsumsi Rodentisida pada Tikus Rumah 12

Perubahan Bobot Tubuh Tikus Rumah 13

(18)
(19)

xix

DAFTAR TABEL

1 Konsumsi rerata umpan dan rodentisida terhadap tikus pohon 6 2 Rasio konsumsi rodentisida terhadap umpan pada tikus pohon 7 3 Kematian dan konsumsi tikus pohon pada saat perlakuan 8 4 Konsumsi rerata umpan dan rodentisida terhadap tikus rumah 10 5 Rasio konsumsi rodentisida terhadap umpan pada tikus rumah 11 6 Kematian dan konsumsi tikus rumah pada saat perlakuan 12

DAFTAR GAMBAR

1 Tikus pohon dan tikus rumah 3

2 Jenis rodentisida yang digunakan 4

3 Bobot awal dan bobot akhir tikus pohon pada beberapa perlakuan 9 4 Bobot awal dan bobot akhir tikus rumah pada beberapa perlakuan 13

DAFTAR LAMPIRAN

(20)
(21)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Peranan sektor pertanian sebagai pembentukan produk domestik bruto, penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, penyediaan pangan, peningkatan sektor industri dan jasa, dan perolehan devisa. Pertanian dalam arti luas meliputi subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan peternakan (Daryanto 2009). Dari lima subsektor tersebut yang dapat dikembangkan dan merupakan komoditas unggulan nasional adalah subsektor perkebunan. Peluang pengembangan tanaman perkebunan semakin memberikan harapan, berkaitan dengan pengembangan industri perkebunan yang menghasilkan produk hulu hingga hilir. Dukungan pemerintah yang semakin kuat terhadap usaha perkebunan rakyat dan semakin luasnya pangsa pasar akan menumbuhkan berbagai industri yang membutuhkan bahan baku dari produk perkebunan (Hidayat 2010).

Komoditas perkebunan mempunyai potensi dan perkembangan yang cukup besar, namun usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak lepas dari kendala baik dari hulu hingga hilir. Organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu kendala yang dihadapi meliputi hama, patogen, dan gulma. Kendala ini menjadi sangat penting karena dapat menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas komoditas pertanian. Salah satu hama penting dalam usaha pertanian hulu hingga hilir adalah tikus.

Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman (Meehan 1984). Tikus pohon (Rattus tiomanicus Mill.) merupakan salah satu kendala bagi usaha peningkatan produksi perkebunan di Indonesia, oleh karena itu banyak tanaman perkebunan yang mengalami kerugian besar. Hama tersebut dapat merusak pada beberapa tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, tebu, dan kakao. Tikus rumah (Rattus rattus diardii L.) merupakan salah satu jenis tikus yang menjadi hama penting di perkebunan dan permukiman. Banyak kerusakan yang disebabkan oleh tikus rumah pada berbagai jenis permukiman di perkotaan (rumah, hotel, restoran, rumah sakit, dan sebagainya) (Priyambodo 2006).

Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengendalikan tikus antara lain dengan cara sanitasi, kultur teknis, fisik, mekanik, biologi, dan kimiawi. Metode pengendalian yang masih sering digunakan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan umpan beracun (rodentisida sintetik). Penggunaan rodentisida sintetik dinilai lebih efektif dibandingkan dengan cara yang lain, sehingga cara ini umum digunakan, meskipun dianggap kurang ramah lingkungan dan dapat membunuh organisme bukan sasaran. Penggunaan pestisida yang efektif dapat dilakukan dengan menerapkan pest management yaitu pendekatan pengendalian hama secara bijaksana dalam arti melakukan tindakan pengendalian kimiawi sesuai anjuran serta penuh kehati-hatian dan perhitungan (Sigit 2006).

(22)

dan umpan siap pakai. Seng fosfida merupakan rodentisida dalam bentuk bahan aktif, sedangkan selulosa, brodifakum, dan bromadiolon adalah siap pakai (Priyambodo 2003). Salah satu kendala penggunaan rodentisida adalah kejeraan tikus dan trauma manusia dengan kegagalan dalam pengendalian. Rodentisida kurang disukai dan kurang menarik perhatian tikus karena di lapangan terdapat pakan tikus yang melimpah. Perlu dilakukan penelitian preferensi berbagai jenis rodentisida dibandingkan dengan umpan dasar dalam mengendalikan tikus rumah dan tikus pohon.

Tujuan

Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi tersedianya rodentisida yang disukai tikus, untuk pengendalian tikus pohon dan tikus rumah di gudang gabah, beras, dan jagung secara efektif dan efisien.

Manfaat Penelitian

(23)

3

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga bulan Desember 2014 di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah electronic top loading balance for animal untuk menimbang umpan serta bobot tikus sebelum dan sesudah perlakuan, kandang tikus yang terbuat dari ram kawat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 40 cm (p x l x t), bumbung bambu sebagai tempat persembunyian tikus, cawan sebagai tempat umpan, gelas sebagai tempat minum, serta sendok.

Bahan yang digunakan yaitu tikus pohon (R. tiomanicus), tikus rumah (R. rattus diardii), rodentisida siap pakai selulosa, brodifakum 1, brodifakum 2, dan bromadiolon, rodentisida dengan bahan aktif seng fosfida yang harus ditambah dengan umpan gabah dan sedikit minyak nabati. Umpan yang digunakan adalah gabah, beras, jagung, serta air minum.

Metode Penelitian

Preparasi Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah tikus pohon dan tikus rumah yang diperoleh dari penangkapan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Tikus dari lapang diadaptasikan terlebih dahulu dalam kurungan pemeliharaan selama 3 hari dengan diberi pakan gabah dan minum setiap hari (Nazarreta 2012). Tikus yang digunakan adalah tikus dewasa yang sehat, tidak bunting, tidak cacat, dengan bobot lebih dari 70 g.

(24)

timbangan elektronik. Bobot tikus adalah selisih plastik dengan dan tanpa tikus di dalamnya.

Preparasi Umpan dan Rodentisida

Umpan yang digunakan adalah gabah, beras, dan jagung pipilan yang diperoleh dari toko bahan makanan dan toko pakan ternak sekitar Kampus IPB, Dramaga. Umpan yang digunakan ditimbang sebesar 20% dari bobot tubuh tikus. Rodentisida yang digunakan adalah selulosa, brodifakum 1, brodifakum 2, bromadiolon dalam bentuk siap pakai dan seng fosfida dalam bentuk bahan aktif yang harus dicampur dengan gabah dan minyak nabati dengan komposisi 1% seng fosfida + 99% umpan gabah dan minyak nabati. Rodentisida tersebut diperoleh dari Laboratorium Vertebrata Hama, IPB. Rodentisida yang digunakan ditimbang sebesar 10% dari bobot tubuh tikus.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2 Jenis rodentisida yang digunakan. Rodentisida selulosa (a), brodifakum 1 (b), brodifakum 2 (c), bromadiolon (d), dan seng fosfida (e)

Pengujian Ketertarikan Tikus terhadap Umpan dan Rodentisida

(25)

5

seng fosfida vs gabah, beras, jagung. Pemberian umpan dan rodentisida dilakukan selama 3 hari berturut-turut sesuai dengan perlakuan dan dihitung konsumsinya. Setelah itu, tikus ditimbang untuk mendapatkan bobot akhir perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap jumlah umpan dan rodentisida yang dikonsumsi dengan cara mengurangi bobot awal dan bobot akhir yang diberikan, termasuk umpan dan rodentisida yang tercecer di bagian dasar kurungan.

Konversi Umpan

Semua data yang diperoleh dari pengujian tikus rumah dan tikus pohon dikonversi terlebih dahulu ke 100 g bobot tikus, dengan rumus sebagai berikut :

Konversi umpan/rodentisida (g) = Konsumsi sebenarnya (g) x 100% Rerata bobot (g)

Rerata bobot tikus (g) = Bobot awal (g) + bobot akhir (g) 2

Rasio Konsumsi Rodentisida terhadap Umpan

Rasio konsumsi rodentisida terhadap umpan didapat dari pembagian rodentisida yang dikonsumsi dengan jumlah total umpan yang dikonsumsi dikali 100%.

Rasio konsumsi (%) = Konsumsi rodentisida (g) x 100% Konsumsi rodentisida + umpan (g)

Rancangan Percobaan

Analisis ragam dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 jenis hewan uji, 15 perlakuan, dan 5 ulangan. Pengolahan data setelah dikonversi 100 g bobot tikus dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excell 2010. Analisis secara statistika menggunakan program SAS For Windows versi 9.1.3, uji lanjut dengan Uji Duncan pada taraf nyata 5%. Perlakuan bi choice test (umpan dan rodentisida) diuji menggunakan uji t dengan P=5%.

Peubah yang Diamati

(26)

Uji Ketertarikan Tikus Pohon terhadap Umpan dan Rodentisida

Hasil yang diperoleh dari pengujian masing-masing umpan (gabah, beras, jagung) dan rodentisida selulosa, brodifakum 1, dan brodifakum 2 menunjukkan bahwa umpan dikonsumsi lebih tinggi dibandingkan rodentisida dan berbeda nyata (P<0.05). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Aryata (2006) yang menunjukkan bahwa tikus pohon lebih banyak mengonsumsi umpan (gabah, beras, jagung, sawit) dibandingkan rodentisida brodifakum. Tikus pohon lebih memilih mengonsumsi umpan dibandingkan rodentisida. Hal ini karena perilaku tikus yang mencicipi umpan terlebih dahulu untuk melihat reaksi yang terjadi di dalam tubuhnya. Jika setelah beberapa saat tidak ada reaksi yang membahayakan bagi tubuh tikus, maka tikus akan mengonsumsi dalam jumlah banyak, demikian seterusnya sampai pakan tersebut habis (Priyambodo 2003).

Tabel 1 Konsumsi rerata umpan dan rodentisida terhadap tikus pohon

Jenis

Ket: Analisis konsumsi rodentisida dan umpan dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa hasil berbeda nyata jika nilai P<0.05

(27)

7

Konsumsi rodentisida tertinggi terdapat pada perlakuan bromadiolon vs jagung (4.95 g), diikuti oleh seng fosfida vs jagung (2.77 g). Hal ini karena beberapa tikus pohon lebih menyukai rodentisida dibandingkan jagung, sehingga bromadiolon dan seng fosfida dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian tikus pohon di gudang jagung.

Rasio Konsumsi Rodentisida/Umpan pada Tikus Pohon

Hasil yang diperoleh dari rasio konsumsi rodentisida terhadap umpan menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai rasio, maka semakin tinggi pula jumlah konsumsi rodentisida, dan sebaliknya. Rasio konsumsi rodentisida selulosa, brodifakum 1, brodifakum 2, bromadiolon, dan seng fosfida terhadap gabah dan beras tidak berbeda nyata (Tabel 2). Rasio konsumsi rodentisida selulosa, brodifakum 1, dan brodifakum 2 terhadap jagung tidak berbeda nyata, namun ketiganya berbeda nyata dengan bromadiolon dan seng fosfida. Demikian juga bromadiolon berbeda nyata dengan seng fosfida (Uji Duncan α=5%). Hal ini menunjukkan bahwa tikus pohon mengonsumsi rodentisida bromadiolon dan seng fosfida relatif lebih banyak dibandingkan selulosa dan brodifakum. Selain itu, komposisi seng fosfida mengandung gabah dengan sedikit minyak nabati sebagai perekat/penyedap dan seng fosfida yang berbentuk serbuk berwarna hitam, menyebabkan tikus pohon banyak mengonsumsi seng fosfida yang dipadukan dengan gabah. Menurut Buckle dan Smith (1996) seng fosfida berbentuk tepung berwarna hitam keabu-abuan, dengan bau seperti bawang putih, yang diproduksi dengan cara mengombinasikan antara seng dengan fosfor.

Tabel 2 Rasio konsumsi rodentisida terhadap umpan (%) pada tikus pohon

Jenis Umpan berbeda nyata berdasarkan uji selang duncan pada taraf α=5%.

Rodentisida yang banyak dikonsumsi oleh tikus pohon adalah seng fosfida vs jagung. Hal ini terlihat dari jumlah konsumsi seng fosfida yang cukup tinggi dibandingkan rodentisida lainnya. Selain itu, pada persiapan pengujian seng fosfida, dilakukan penambahan bahan penyedap minyak nabati, agar seng fosfida dapat merekat pada gabah dan menjadi bahan penarik bagi tikus. Priyambodo (2003) menyatakan bahwa minyak nabati merupakan salah satu bahan penyedap yang dapat meningkatkan palatabilitas tikus terhadap umpan serealia. Selain itu, minyak nabati juga berfungsi sebagai bahan perekat agar racun yang digunakan dapat menempel pada umpan serealia.

Kematian dan Konsumsi Rodentisida pada Tikus Pohon

(28)

dan brodifakum 2 tidak mengakibatkan kematian pada tikus uji, karena rodentisida yang dikonsumsi relatif sedikit (Tabel 3).

Tabel 3 Kematian dan konsumsi tikus pohon pada saat perlakuan

Perlakuan

Rodentisida yang mengakibatkan kematian tikus pohon adalah bromadiolon dan seng fosfida. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis rodentisida tersebut dikonsumsi ralatif cukup tinggi dibandingkan rodentisida lainnya. Terdapat beberapa pengecualian pada perlakuan selulosa vs gabah, beras, jagung; dan brodifakum 2 vs gabah, dan beras menunjukkan konsumsi rodentisida lebih tinggi dibandingkan bromadiolon vs gabah dan beras, namun tidak menyebabkan kematian tikus. Hal ini karena tikus mengalami kondisi escape, dimana rodentisida yang masuk ke tubuh tikus segera diurai oleh tubuh tikus itu sendiri.

Kematian terbesar terdapat pada perlakuan seng fosfida vs umpan (gabah, beras, dan jagung) yaitu 7 dari 15 ekor. Kematian terbesar berikutnya adalah perlakuan bromadiolon vs umpan (gabah, beras, jagung) yaitu 5 dari 15 ekor. Jika dilihat dari konsumsinya, seng fosfida dan bromadiolon lebih banyak dikonsumsi dibandingkan jagung, sehingga tikus pohon mengalami kematian cukup banyak pada perlakuan tersebut dibandingkan perlakuan lainnya. Pada aplikasi di lapang, diharapkan dapat menyebabkan kematian tikus lebih banyak jika menggunakan rodentisida seng fosfida dan bromadiolon.

(29)

9

bekerja cepat, sehingga tikus dapat mengalami kematian setelah mencapai dosis letal dalam waktu kurang lebih 24 jam (Priyambodo 2003). Tikus pohon yang mengonsumsi rodentisida dalam dosis yang mematikan (lethal dose) menunjukan adanya perubahan fisiologis pada tubuh tikus, seperti adanya pendarahan yang keluar melalui lubang hidung, mulut, dan saluran genitalia. Kulit tikus mengalami pemucatan, tubuh tikus terlihat lemah, dan pada akhirnya tikus mati (Mutiarani 2009).

Perubahan Bobot Tubuh Tikus Pohon

Pada setiap perlakuan dilakukan penimbangan sebelum dan sesudah untuk mengetahui perubahan bobot dan rata-rata bobot tikus pohon dan tikus rumah. Bobot tubuh awal diperoleh dari penimbangan setelah 3 hari perlakuan bi choice test. Kenaikan dan penurunan bobot tubuh pada tikus pohon dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Bobot awal (

) dan bobot akhir (

) tikus pohon pada beberapa perlakuan.

Selulosa vs gabah (A), beras (B), jagung (C); brodifakum 1 vs gabah (D), beras (E), jagung (F); brodifakum 2 vs gabah (G), beras (H), jagung (I); bromadiolon vs gabah (J), beras (K), jagung (L); seng fosfida vs gabah (M), beras (N), dan jagung (O).

Secara umum, bobot tikus akan mengalami penurunan setelah mengonsumsi rodentisida. Kenaikan bobot tubuh tikus terjadi pada perlakuan bromadiolon vs gabah; seng fosfida vs gabah, dan jagung. Hal ini karena tikus pohon lebih banyak mengonsumsi umpan dibandingkan rodentisida, namun terjadi pengecualian pada perlakuan seng fosfida vs jagung. Kenaikan bobot tubuh pada perlakuan seng fosfida vs jagung tidak diakibatkan oleh konsumsi umpan yang lebih tinggi dari rodentisida, melainkan dimungkinkan adanya aktivitas bakteri di dalam perut

(30)

Penurunan bobot tikus pohon yang paling tinggi terjadi pada perlakuan brodifakum 1 vs beras (-4.41 g), diikuti oleh selulosa vs beras (-4.06 g), dan bromadiolon vs jagung (-3.68 g). Jika dilihat dari konsumsinya, perlakuan selulosa vs beras dan brodifakum 1 vs beras tikus pohon lebih banyak mengonsumsi umpan dibandingkan rodentisida, namun mengalami penurunan bobot tubuh. Hal ini diakibatkan oleh tikus merasa dalam cekaman pada saat mencicipi rodentisida dan jumlah rodentisida yang dikonsumsi sudah bekerja, sehingga mengganggu fisiologis yang akan berpengaruh terhadap penurunan bobot tubuh. Pada perlakuan bromadiolon vs jagung, penurunan bobot tikus diakibatkan oleh pengaruh dari konsumsi rodentisida dalam jumlah cukup besar dibandingkan umpan.

Uji Ketertarikan Tikus Rumah terhadap Umpan dan Rodentisida

Hasil yang diperoleh dari pengujian masing-masing umpan (gabah, beras, jagung) dan rodentisida selulosa, brodifakum 1, brodifakum 2 menunjukkan bahwa umpan dikonsumsi lebih tinggi dibandingkan rodentisida dan berbeda nyata (P<0.05) (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Supatmi (2009), dan Nazarreta (2012) yang menyatakan bahwa tikus rumah lebih memilih mengonsumsi umpan dibandingkan rodentisida bromadiolon dan brodifakum.

Tabel 4 Konsumsi rerata umpan dan rodentisida terhadap tikus rumah

Jenis

(31)

11

Tikus rumah lebih memilih mengonsumsi umpan gabah dan beras dibandingkan jagung. Hal ini karena kandungan nutrisi gabah dan beras lebih tinggi daripada jagung. Selain itu, gabah dan beras sering dijumpai pada habitat tikus rumah, sehingga mudah mengenali umpan yang disediakan. Hasil penelitian Nazarreta (2012) menyatakan bahwa tikus rumah menyukai beras dan gabah dibandingkan jagung, hal ini juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi umpan.

Konsumsi umpan berbeda nyata dengan rodentisida, kecuali pada perlakuan bromadiolon vs gabah, beras, jagung, dan seng fosfida vs gabah dan jagung (P>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa beberapa tikus rumah mengonsumsi bromadiolon, seng fosfida, dan umpan dalam jumlah yang relatif sama. Perlakuan bromadiolon vs jagung menunjukkan bahwa konsumsi bromadiolon (4.07 g) lebih tinggi dibandingkan jagung (3.01 g). Hal ini karena bromadiolon memiliki aroma yang wangi dan disukai oleh tikus rumah, dengan demikian bromadiolon dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian tikus rumah di gudang jagung.

Rasio Konsumsi Rodentisida/Umpan pada Tikus Rumah

Hasil yang diperoleh dari rasio konsumsi rodentisida terhadap umpan menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai rasio, maka semakin tinggi pula jumlah konsumsi rodentisida, dan sebaliknya. Rasio konsumsi rodentisida selulosa, brodifakum 1, brodifakum 2, dan seng fosfida terhadap gabah dan beras tidak berbeda nyata, namun keempatnya berbeda nyata dengan perlakuan bromadiolon (Tabel 5).

Tabel 5 Rasio konsumsi rodentisida terhadap umpan (%) pada tikus rumah

Jenis umpan berbeda nyata berdasarkan uji selang duncan pada taraf α=5%.

(32)

dan disukai oleh tikus rumah. Fransciscus dan Sukana (2005) menyatakan bahwa bromadiolon yang berbentuk batangan mempunyai bau yang wangi dan terbuat dari campuran beberapa macam makanan dan sedikit lilin agar menjadi umpan yang tahan serta dapat menarik perhatian tikus.

Kematian dan Konsumsi Rodentisida pada Tikus Rumah

Tikus yang mengonsumsi rodentisida ada yang mati dan ada yang tetap hidup. Tikus yang mati mengonsumsi rodentisida pada dosis yang mematikan (Lethal dose), sedangkan tikus yang tetap hidup mengonsumsi rodentisida pada dosis yang tidak mematikan (Sub-lethal dose). Kematian tikus rumah pada saat perlakuan hanya terjadi pada rodentisida bromadiolon dan seng fosfida (Tabel 6).

Tabel 6 Kematian dan konsumsi tikus rumah pada saat perlakuan

Perlakuan

Kematian terbesar terdapat pada perlakuan rodentisida bromadiolon vs umpan (gabah, beras, dan jagung) yaitu 7 dari 15 ekor. Kematian terbesar berikutnya adalah perlakuan seng fosfida vs umpan (gabah, beras, dan jagung) yaitu 3 dari 15 ekor. Jumlah kematian tikus tergantung dari konsumsi rodentisida dan kondisi fisiologis tikus. Pada aplikasi di lapang, diharapkan dapat mengakibatkan kematian tikus lebih banyak jika menggunakan rodentisida bromadiolon dan seng fosfida.

(33)

13

menghambat pembekuan darah dan akan menimbulkan kerusakan pada jaringan pembuluh darah, sehingga tikus akan mati setelah beberapa hari makan racun (Fransciscus dan Sukana 2005). Corrigan (1997) menyatakan bahwa rodentisida golongan antikoagulan menyebabkan kematian dalam waktu 3 sampai 10 hari setelah perlakuan.

Perubahan Bobot Tubuh Tikus Rumah

Pada setiap perlakuan dilakukan penimbangan sebelum dan sesudah untuk mengetahui perubahan bobot dan rata-rata bobot tikus rumah. Bobot tubuh awal diperoleh dari penimbangan setelah 3 hari perlakuan bi choice test. Kenaikan dan penurunan bobot tubuh pada tikus pohon dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Bobot awal (

) dan bobot akhir (

) tikus rumah pada beberapa perlakuan.

Selulosa vs gabah (A), beras (B), jagung (C); brodifakum 1 vs gabah (D) beras (E), jagung (F); brodifakum 2 vs gabah (G), beras (H), jagung (I); bromadiolon vs gabah (J), beras (K), jagung (L); seng fosfida vs gabah (M), beras (N), dan jagung (O).

Kenaikan bobot tubuh pada tikus rumah terjadi pada perlakuan selulosa vs beras, jagung; brodifakum 1 vs beras, jagung; brodifakum 2 vs gabah, beras, jagung; serta seng fosfida vs gabah. Hal ini karena konsumsi umpan lebih tinggi dibandingkan rodentisida. Penurunan bobot tikus rumah yang paling tinggi terjadi pada perlakuan bromadiolon vs beras (-2.38 g). Hal ini dipengaruhi oleh jumlah konsumsi rodentisida yang cukup besar dan menyebabkan gangguan fisiologis pada tubuh tikus. Supatmi (2006) menyatakan bahwa ada korelasi positif antara rodentisida vs umpan yang dikonsumsi dengan penurunan bobot tubuh.

(34)

Simpulan

Hasil pengujian ketertarikan tikus pohon dan tikus rumah terhadap umpan dan rodentisida menunjukkan bahwa umpan lebih disukai daripada rodentisida. Rodentisida yang banyak dikonsumsi oleh tikus pohon adalah seng fosfida dan bromadiolon vs jagung. Pada tikus rumah rodentisida yang banyak dikonsumsi adalah bromadiolon vs jagung, dengan demikian bromadiolon dan seng fosfida dapat dijadikan alternatif pengendalian tikus pohon, serta bromadiolon terhadap tikus rumah di gudang jagung. Tikus pohon mengalami kematian terbesar pada perlakuan seng fosfida vs umpan dan tikus rumah pada perlakuan bromadiolon vs umpan masing-masing sebanyak 7 dari 15 ekor. Secara umum, tikus mengalami penurunan bobot tubuh setelah mengonsumsi rodentisida dalam jumlah cukup.

Saran

(35)

15

DAFTAR PUSTAKA

Aryata RY. 2006. Preferensi makan tikus pohon. (Rattus tiomanicus) terhadap umpan dan rodentisida [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Buckle AP, Smith RH. 1996. Rodent Pest and Their Control. Cambridge (GB):

Crambidge University Press.

Corrigan RM. 1997. Rats and mice. Di dalam: Mallis A, editor. Pest Control Ed. ke-8. United Stated of America (US): Mallis Handbook and Technical Training Company.

Daryanto A. 2009. Posisi daya saing pertanian Indonesia dan upaya peningkatannya. Di dalam: Daryanto A, editor. Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani. Seminar Nasinal [Internet]. 2009 Okt 24; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hlm 1-33; [diunduh pada 2015 Jan 10]. Tersedia pada: http://ariefdaryanto.blog. mb.ipb.ac.id./files/2010/07/MU_Arief.pdf.

Fransciscus JP, Sukana B. 2005. Dosis efektif dan waktu kontak rodentisida Contrac 0.05% terhadap tikus putih (Mus sp.) di Laboratorium Entomologi Poltekkes Jakarta II. J Ekologi Kesehatan [Internet]. [diunduh 2014 Sept 18]; 4(2):265-269.Tersedia pada : http://ejournal.litbang.depkes.go.id. Hidayat MS. 2010. Visi pangan dan perkebunan 2020. Di dalam: Hidayat M,

editor. Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan serta Mendorong Produk Unggulan Menjadi Primadona Dunia. Seminar Nasional Feed the World. [Internet]. 2010 Jan 29; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Hlm 1-10; [diunduh 2015 Jan 10]. Tersedia pada: http://www.kadin-indonesia.or.id/id/doc. Meehan AP. 1984. Rats and Mice: Their Biology and Control. East Griendstead

(GB): Rentokil.

Mutiarani H. 2009. Perancangan dan pengujian perangkap, pengujian jenis rodentisida dalam pengendalian tikus pohon (Rattus tiomanicus Mill.), tikus rumah (Rattus rattus diardii Linn.), dan tikus sawah (Rattus argentiventer rob. & klo.) di Laboratorium. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nazarreta R. 2012. Pengujian preferensi dan efikasi rodentisida antikoagulan brodifakum terhadap tiga spesies tikus hama. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Ed ke-3. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Priyambodo S. 2006. Pengendalian hama tikus terpadu. Di dalam: Sigit SH dan Hadi UK, editor. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, biologi, dan pengendalian. Bogor (ID): IPB press. Hlm 195-258.

Sigit SH. 2006. Masalah hama permukiman dan falsafah dasar pengendaliannya. Di dalam: Sigit SH dan Hadi UK, editor. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, biologi, dan pengendalian. Bogor (ID): IPB press. Hlm 1-13. Supatmi. 2009. Uji preferensi rodentisida dan umpan serta efikasi rodentisida

(36)
(37)

17

Lampiran 2 Analisis ragam rasio konsumsi rodentisida terhadap beras (kolom) pada tikus pohon

Sumber db JK KT F Pr>F

Perlakuan 4 571.5029 142.8757 0.93 0.4668

Galat 20 3074.9194 153.7459

Total 24 3646.4223

Lampiran 3 Analisis ragam rasio konsumsi rodentisida terhadap jagung (kolom) pada tikus pohon

Sumber db JK KT F Pr>F

Perlakuan 4 33616.7573 8404.1893 20.75 <0.0001

Galat 20 8101.6855 405.0842

Total 24 41718.4428

Lampiran 4 Analisis ragam rasio konsumsi rodentisida terhadap gabah (kolom) pada tikus rumah

Sumber db JK KT F Pr>F

Perlakuan 4 5465.6476 1366.4119 17.26 <0.0001

Galat 20 1583.4603 79.1730

Lampiran 6 Analisis ragam rasio konsumsi rodentisida terhadap jagung (kolom) pada tikus rumah

Sumber db JK KT F Pr>F

Perlakuan 4 12187.1809 3046.7952 13.96 <0.0001

Galat 20 4365.2134 218.2606

(38)

Penulis dilahirkan di Desa Masingai II Kab. Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 28 November 1993 dari ayah Siswadi dan ibu Kartini. Penulis adalah putri bungsu dari empat bersaudara. Tahun 2011 lulus dari SMA Negeri 1 Haruai dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah PT Adaro Indonesia dan diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.

Gambar

Gambar 1  Tikus pohon (atas) dan tikus rumah (bawah)
Gambar 2  Jenis rodentisida yang digunakan. Rodentisida selulosa (a), brodifakum
Tabel 1  Konsumsi rerata umpan dan rodentisida terhadap tikus pohon
Tabel 3  Kematian dan konsumsi tikus pohon pada saat perlakuan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Cyber city sebagai media komunikasi pembangunan memiliki peranan penting dalam menunjang pembangunan di Indonesia, perlu ditingkatkan inovasi teknologi komunikasi

Hasil survei mengidentifikasi beberapa peran yang dianggap sering dilakoni oleh fasilitator dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, yaitu (1) Menyampaikan semua informasi yang

Kaliakah merupakan Desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani baik petani perkebunan, persawahan dan juga sebagai peternak. Sasaran dalam pelaksanaan

2) “ Pasal 36 ayat (3) menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a)

Muchlis Usman, 1997, Kaidah kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, Rajawali Pers, Jakarta, hlm.. kerusuhan massal, dan berpotensi menimbulkan suatu keadaan orang-orang yang ada dalam

Tujuan Penelitian 1 Membuktikan bahawa metode Naïve Bayes Classifier dengan Seleksi Fitur Information Gain dapat digunakan dalam pengklasifikasian Analisis Sentimen E-Commerce..

Penulisan ilmiah ini bertujuan untuk menyajikan konversi bilangan bulat dan operasi arithmatika pada representasi bilangan bulat dengan sistem bilangan yang berbeda beda

Pada pembuatan bank soal secara manual dapat dijumpai beberapa kesulitan, yaitu kesulitan menempatkan kombinasi pilihan jawaban agar tidak mudah dihafal, kurangnya variasi