• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan ulang ruang terbuka hijau Kompleks Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa Cibinong, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan ulang ruang terbuka hijau Kompleks Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa Cibinong, Kabupaten Bogor"

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN ULANG RUANG TERBUKA HIJAU

KOMPLEKS REHABILITASI VOKASIONAL BINA DAKSA

CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

YOHANES ANDIKA FAJAR ABADI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Perancangan Ulang Ruang Terbuka Hijau Kompleks Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa Cibinong, Kabupaten Bogor adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam “Daftar Pustaka” di bagian akhir skripsi ini.

(3)

RINGKASAN

YOHANES ANDIKA FAJAR ABADI. A44052289. Perancangan Ulang Ruang Terbuka Hijau Kompleks Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa Cibinong, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH.

Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD) merupakan Unit Pelayanan Teknis Eselon IIa di bawah naungan Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Departemen Sosial Republik Indonesia. BBRVBD Cibinong memberikan pelayanan rehabilitasi vokasional bagi para penyandang cacat di Indonesia. BBRVBD Cibinong didirikan pada lahan seluas 35.419 m2 dengan luas lahan terbangun 12.695 m2. Lahan tidak terbangun tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai RTH yang fungsional dan estetik bagi penggunanya.

Taman sebagai ruang terbuka hijau (RTH) yang dirancang dengan konsep rekreasi alami diharapkan dapat menjadi media praktik biofilia bagi penyandang cacat. Keberadaan tanaman dalam taman merupakan bagian dari alam yang dekat dengan manusia.

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan dan menganalisis kondisi tapak; (2) mendeskripsikan konsep pemanfaatan RTH bagi penyandang cacat ringan dan cacat sedang; dan (3) merencanakan dan merancang RTH Kompleks BBRVBD Cibinong, Kabupaten Bogor.

Konsep dasar dari perancangan RTH BBRVBD Cibinong adalah menjadikan suatu ruang terbuka hijau yang fungsional dan estetik. RTH BBRVBD Cibinong yang fungsional adalah RTH yang memiliki sarana dan fasilitas bagi siswa BBRVBD yang memiliki keterbatasan fisik. Salah satu bentuk aktivitas ruang luar yang dimaksud adalah berkebun sebagai bentuk praktik biofilia (kesukaan manusia pada alam dan makhluk hidup). Rangkaian kegiatan dari penyemaian, penanaman, perawatan, pemanenan hingga konsumsi merupakan suatu rangkaian kegiatan berkebun. Selain itu, RTH BBRVBD juga memiliki fungsi sebagai penyeimbang iklim mikro lingkungan bagi kawasan sekitarnya dan fungsi konservasi sebagai habitat pemeliharaan rusa dan kehidupan satwa liar lainnya.

Dari sisa lahan tidak terbangun sebesar 22.742 m2, ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan dan dirancang adalah seluas 6.450,58 m2, terdiri dari ruang rekreasi aktif seluas 1.724 m2 yang terbagi menjadi empat bagian yang terpisah di antara bangunan pada bagian selatan tapak; ruang rekreasi pasif seluas 370 m2 pada bagian barat laut tapak; ruang konservasi seluas 4.356,58 m2 pada bagian sebelah timur tapak. Pada tiap ruang akan diletakkan fasilitas dan pola sirkulasi yang sesuai untuk mengakomodasi segala bentuk aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh pengguna tapak sehingga pengguna tapak dapat mengintepretasi ruang dengan maksimal dan meminimalkan segala bentuk ambiguitas.

(4)

ABSTRACT

YOHANES ANDIKA FAJAR ABADI. Redesign of Greenery Open Space

National Vocational Rehabilitation Centre Cibinong, Bogor. Supervised by

WAHJU QAMARA MUGNISJAH.

The National Vocational Rehabilitation Centre (NVRC)

 

is the technical

(practical) implementation unit in the field of vocational rehabilitation for

disabled people, subordinate and responsible to the Ministry of Social Affairs.

The main task and function of NVRC is to conduct advanced vocational

rehabilitation services for people with disabilities from regional rehabilitation

centres for the physically disabled, sheltered workshop and others. This research

take places in NVRC Cibinong, Bogor with total area 35,419 m

2

which consist of

building area (12,695 m

2

) and greenery open space area (22,742 m

2

).

The objectives of this research are (1) to analyze the existing conditions, (2)

to describe the utilization concept of recreation-based on outdoor activity and (3)

to make a recommendation design and suggestion as problem solving for

accommodating disabled people in the specific greenery open space. This research

consists of some steps, such as initial preparation, collecting data, analysis, and

synthesis, forming concept, preparing landscape plan and the final is detail design.

There are many functions of greenery open space, one of them is being used

for outdoor activity. Greenery open space for outdoor activity needs to be serve in

a good condition of society that had overwhelmed of physically, psychology, and

life necessity pressure.

In analysis and synthesis process, there is so many alternative of exploiting

potency and solution of constraint in greenery open space of NVRC Cibinong,

Bogor. As a result, the main concept of redesign is a greenery open space that is

functional and aesthetic. Functional means having facilities for user with physical

disabilities to do the gardening activity and relaxation activity. The gardening

activities consist of seeding, planting, maintaining, harvesting, and

post-harvesting. Beside that, greenery open space of NVRC Cibinong, Bogor has

function as a stabilizer of microclimate and habitat of wildlife animal (deer).

In planning and design process, the greenery open spaces of NVRC

Cibinong, Bogor divided by three areas. The areas are active recreation area

(1,724 m

2

), passive recreation area (370 m

2

), and conservation area (4,356.58 m

2

).

Each area will be put facilities and circulation patterns to accommodate user

activity.

The result of this study can be used as a reference and suggestion to other

rehabilitation centre as an alternative utilization of greenery open spaces for

people with disabilities.

(5)

© Hak Cipta milik Yohanes Andika Fajar Abadi, tahun 2010 Hak cipta dilindungi

(6)

PERANCANGAN ULANG RUANG TERBUKA HIJAU

KOMPLEKS REHABILITASI VOKASIONAL BINA DAKSA

CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

YOHANES ANDIKA FAJAR ABADI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perancangan Ulang Ruang Terbuka Hijau Kompleks Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa Cibinong, Kabupaten Bogor

Nama : Yohanes Andika Fajar Abadi

NRP : A44052289

Disetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr. NIP. 19491105 197403 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(8)

Untuk

mamaku yang mengajarkan kasih sayang,

ayahku yang mengajarkan kebijaksanaan,

adikku yang selalu memberi keceriaan,

penyandang cacat yang memberiku inspirasi,

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, yang dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul Perancangan Ulang Ruang Terbuka Hijau Kompleks Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa Cibinong, Kabupaten Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr selaku pembimbing skripsi yang telah membuka wawasan, memberikan bimbingan, serta masukan yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini;

2. Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si dan Dr. Ir. Alinda Fitriani Malik Zain, M.Si selaku dosen penguji sidang skripsi;

3. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.AgrSc. selaku pembimbing akademik;

4. R.L. Kaswanto, SP, M.Si sebagai dosen moderator seminar kolokium dan Vera Dian Damayanti, SP, MLA sebagai dosen moderator seminar hasil; 5. Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, M.Sc dan Dr. Ir. Afra D.N. Makalew,

M.Sc atas bimbingan administrasi akademik;

6. Ayah Leonardus Rohadi, Mama Maria Laurentia Suhartini, dan Adik Clara Metta Virginia atas kasih sayang, kesabaran, dukungan, dan doanya;

7. Bapak Kukuh (Kesbang Kabupaten Bogor), Bapak Yosep (Dinas Tata Kota Kabupaten Bogor), dan Bapak Dito (Bappeda Kabupaten Bogor);

8. Drs. Edy Masdi, M.Si (Kepala BBRVBD Cibinong), Dra. Lisdiana, M.Si, Drs. Alam Fajar Ahmadi, M.Si, Dewi Lestriyani P, AKS, MM, Bapak Joddy, Ibu Irma, Ibu Tari, Ibu Ning, Pak Jarmadi (Staff Fasilitas dan Properti BBRVBD), staff pegawai BBRVBD Cibinong, Kabupaten Bogor, dan seluruh siswa BBRVBD Cibinong;

9. sahabat sepembimbing skripsi (Ferbi dan Ramanda), sahabat sepembimbing akademik (Mega A., Danand P., M. Rizki, dan Rakmat A.)

(10)

dan adik kelas Arsitektur Lanskap 43, 44, 45;

12.keluarga alm. Bapak ST. Pusposuparno, alm. Bapak Jacoeb, dan Bapak Sutadji.

13.keluarga Panduraya 94 (Bapak Sugeng, Mama Solechah, Adelia Swastika, Herdien Dwi Handika, Amelia Ruby Hagieswari, dan Nathan Octavio); 14.semua pihak yang telah membantu penulisan hasil studi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2010

(11)

Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 31 Maret 1987 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Leonardus Rohadi dan Ibu Maria Laurentia Suhartini. Pendidikannya diawali di Taman Kanak-Kanak (TK) Regina Pacis tahun 1992 sampai dengan tahun 1993, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Regina Pacis Kota Bogor sampai dengan tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Regina Pacis Kota Bogor. Sejak tahun 2002 penulis terdaftar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Regina Pacis, Kota Bogor, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada bulan Agustus 2006 penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyandang Cacat Tubuh ... 4

2.2. Ruang Terbuka ... 6

2.3. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau ... 9

2.4. Taman Hortikultura ... 10

2.5. Elemen Desain ... 12

2.6. Prinsip Desain ... 13

2.7. Perencanaan Lanskap ... 15

2.8. Perancangan Lanskap ... 16

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat ... 18

3.2. Bahan dan Alat ... 19

3.3. Batasan Penelitian ... 19

3.4. Metode Penelitian ... 20

3.4.1. Persiapan (Prasurvei) ... 20

3.4.2. Survei Lapang (Inventarisasi dan Pengecekan Lapang) ... 20

3.4.3. Analisis ... 21

3.4.4. Sintesis ... 22

3.4.5. Konsep ... 22

(13)

IV. INVENTARISASI

4.1. Kondisi Umum ... 24

4.1.1. Sejarah dan Kedudukan ... 24

4.1.2. Lokasi, Batas Tapak, dan Aksesibilitas ... 24

4.1.3. Kondisi Kepegawaian ... 25

4.1.4. Fasilitas Fisik ... 26

4.1.5. Fasilitas Pelatihan Vokasional ... 26

4.1.5.1. Komputer ... 27

4.1.5.2. Penjahitan ... 27

4.1.5.3. Percetakan (Desain Grafis) ... 27

4.1.5.4. Elektronika ... 28

4.1.5.5. Pekerjaan Logam ... 28

4.2. Aspek Biofisik ... 29

4.2.1. Iklim ... 29

4.2.1.1. Curah Hujan ... 29

4.2.1.2. Suhu ... 30

4.2.1.3. Kelembaban ... 31

4.2.1.4. Kecepatan Angin ... 31

4.2.2. Jenis Tanah ... 31

4.2.3. Topografi ... 32

4.2.4. Hidrologi dan Drainase ... 32

4.2.5. Vegetasi ... 33

4.2.6. Satwa ... 35

4.2.7. Kualitas Lanskap ... 36

4.2.8. Struktur Bangunan ... 37

4.2.9. Utilitas ... 37

4.3. Aspek Sosial ... 38

4.3.1. Karakteristik Pengguna Tapak ... 38

4.3.1.1. Jenis Kelamin ... 38

4.3.1.2. Usia ... 38

4.3.1.3. Pendidikan ... 39

(14)

4.3.1.5. Alat Bantu yang Digunkan Siswa ... 40

4.3.1.6. Kemampuan Fisik ... 41

4.3.2. Persepsi dan Harapan Pengguna Tapak ... 43

V. ANALISIS DAN SINTESIS 5.1. Kondisi Umum ... 48

5.1.1. Sejarah Kedudukan ... 48

5.1.2. Lokasi, Batas Tapak, dan Aksesibilitas ... 48

5.2. Aspek Biofisik ... 49

5.2.1. Iklim ... 49

5.2.1.1. Curah Hujan ... 49

5.2.1.2. Suhu ... 50

5.2.1.3. Kelembaban ... 51

5.2.1.2. Kecepatan Angin ... 51

5.2.2. Tanah ... 52

5.2.3. Topografi ... 54

5.2.4. Hidrologi dan Drainase ... 54

5.2.5. Vegetasi ... 54

5.2.6. Satwa ... 56

5.2.7. Kualitas Lanskap ... 59

5.2.8. Struktur Bangunan ... 60

5.2.9. Utilitas ... 60

5.3. Aspek Sosial ... 60

5.3.1. Karakteristik Pengguna Tapak ... 60

5.3.2. Persepsi dan Harapan Pengguna ... 61

VI. KONSEP RANCANGAN 6.1. Konsep Dasar ... 62

6.2. Pengembangan Konsep ... 62

6.2.1. Konsep Ruang ... 62

6.2.2. Konsep Fasilitas ... 63

6.2.3. Konsep Sirkulasi ... 64

(15)

VII. RENCANA TAPAK

7.1. Rencana Ruang ... 66

7.2. Rencana Fasilitas ... 68

7.3. Rencana Sirkulasi ... 71

7.4. Rencana Tata Hijau ... 73

VIII. RANCANGAN TAPAK 8.1. Rancangan Ruang ... 74

8.2. Rancangan Fasilitas ... 74

8.3. Rancangan Sirkulasi ... 77

8.4. Rancangan Tata Hijau ... 77

IX. PENUTUP 9.1. Kesimpulan ... 79

9.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(16)

Halaman

1. Persyaratan Lingkungan Tanaman Sayur dan Umur Panen ... 12

2. Aspek, Jenis, dan Sumber Data yang Diperlukan ... 21

3. Jenis Perangkat Lunak dan Kegunaanya ... 22

4. Tabel Pegawai BBRVBD Cibinong ... 25

5. Daftar Nama Tanaman di Kompleks BBRVBD ... 34

6. Jenis Kelamin Siswa BBRVBD Tahun 2009 ... 38

7. Usia Siswa BBRVBD Tahun 2009 ... 39

8. Pendidikan Terakhir Siswa BBRVBD Tahun 2009 ... 39

9. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Persepsi Siswa BBRVBD ... 44

10.Rekapitulasi Hasil Kuisioner Harapan Siswa BBRVBD ... 46

11.Perhitungan Kapasitas Tampung Padang Rumput Menurut Produksi Rata-Rata Segar dan Bobot Kering Rumput ... 59

12.Martiks Konsep Program ... 63

13.Konsep Sirkulasi ... 64

14.Kosep Tata Hijau... 65

15.Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas, dan Fasilitas... 66

16.Matriks Kesuaian Antara Sumber Daya dan Aktivitas ... 67

(17)

Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 3

2. Foto Udara BBRVBD ... 18

3. Peta Indonesia ... 19

4. Peta Jawa Barat ... 19

5. Denah Menuju BBRVBD Cibinong ... 19

6. Bagan Perencanaan Menurut Gold (1980) ... 20

7. Tahapan Studi ... 23

8. Kondisi Awal Tapak BBRVBD Cibinong (1997) ... 25

9. Pelaksanaan Pembangunan BBRVBD Cibinong (1997) ... 25

10.Bidang Keterampilam Komputer ... 27

11.Bidang Keterampilan Penjahitan... 27

12.Bidang Keterampilan Desain Grafis/Percetakan ... 28

13.Bidang Keterampilan Elektronika ... 28

14.Bidang Keterampilan Pekerjaan Logam ... 29

15.Grafik Jumlah Curah Hujan per Tahun (Tahun 2004-2009) ... 29

16.Grafik Rata-Rata Curah Hujan per Bulan (Tahun 2004-2009) ... 30

17.Grafik Jumlah Hari Hujan (Tahun 2004-2009) ... 30

18.Grafik Rata-Rata Suhu Udara per Bulan (Tahun 2004-2009) ... 30

19.Grafik Rata-Rata Kelembaban per Bulan (Tahun 2004-2009) ... 31

20.Grafik Rata-Rata Kecepatan Angin per Bulan (Tahun 2004-2009) ... 31

21.Kondisi Topografi di RTH Kompleks BBRVBD ... 32

22.Saluran Drainase ... 33

23.Kondisi Ruang Terbuka dan Vegetasi ... 34

24.Satwa yang Ada di Tapak ... 36

25.Pemandangan (view) Lanskap Kompleks BBRVBD ... 36

26.Struktur Bangunan BBRVBD ... 37

27.Utilitas Pada Kompleks BBRVBD ... 37

28.Grafik Jenis Kecacatan yang Disandang Siswa BBRVBD Tahun 2009... 40

29.Grafik Alat Bantu yang Digunakan Siswa BBRVBD Tahun 2009 ... 41

(18)

31.Diagram Kemampuan Siswa Berdiri dengan Alat Bantu ... 42

32.Diagram Kemampuan Siswa Duduk tanpa Alat Bantu ... 43

33.Diagram Kemampuan Siswa Duduk dengan Alat Bantu ... 43

34.Badan Air Membantu Efek Penyejukan pada Tapak ... 52

35.Berbagai Nilai Fungsional Vegetasi... 55

36.Ilustrasi Bentuk Habitat Rusa... 56

37.Beberapa Pohon yang Diberi Pelindung dari Rusa ... 57

38.Peralatan Berkebun yang Dibutuhkan Pada Ruang Rekreasi Aktif ... 68

39.Standar Planter Box Bagi Penyandang Cacat ... 69

40.Ilustrasi Bentukan Planter Box bagi Penyandang Cacat ... 69

41.Ilustrasi Rekreasi Pasif Bagi Penyandang Cacat ... 70

42.Zona Peletakan Papan Informasi ... 70

43.Komposisi Aspal Jalur Sirkulasi ... 71

44.Standar Khusus dan Manuver Kursi Roda ... 72

45.Standar Jalur Sirkulasi bagi Penyandang Cacat ... 72

(19)

No. Teks Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 84

2. Daftar Nama Pengisi Kuisioner ... 86

3. Jenis Tanah ... 89

4. Topografi ... 90

5. Hidrologi ... 91

6. Utilitas ... 92

7. Inventarisasi ... 93

8. Situasi ... 94

9. Data Siswa BBRVBD tahun 2009 (Angkatan XII) ... 95

10. Tabel Analisis dan Sintesis ... 98

11. Peta Analisis dan Sintesis ... 100

12. Konsep Sirkulasi ... 101

13. Konsep Ruang ... 102

14. Konsep Fasilitas ... 103

15. Konsep Tata Hijau ... 104

16. Site Plan ... 105

17. Site Plan Ruang Rekreasi Aktif 1 ... 106

18. Potongan Ruang Rekreasi Aktif (A-A’) ... 107

19. Perspektif Ruang Rekreasi Aktif ... 108

20. Site Plan Ruang Rekreasi Aktif 2 ... 109

21. Site Plan Ruang Rekreasi Aktif 3 ... 110

22. Site Plan Ruang Rekreasi Aktif 4 ... 111

23. Site Plan Ruang Rekreasi Pasif ... 112

24. Potongan Ruang Rekreasi Pasif (B-B’) ... 113

25. Perspektif Ruang Rekreasi Pasif ... 114

26. Site Plan Ruang Konservasi ... 115

27. Potongan Ruang Konservasi (C-C’)... 116

28. Perspektif Ruang Konservasi ... 117

(20)

30. 3D Bangunan Vertikultur ... 119

31. Detil Rak Semai ... 120

32. 3D Rak Semai ... 121

33. Detil Rak Perkakas ... 122

34. 3D Rak Perkakas ... 123

35. Detil Keran Air ... 124

36. 3D Keran Air ... 125

37. Detil Lampu Taman ... 126

38. 3D Lampu Taman ... 127

39. Detil Kolam ... 128

40. 3D Kolam ... 129

41. Detil Atap Gazebo ... 130

42. Detil Denah dan Pondasi Gazebo ... 131

43. 3D Gazebo ... 132

44. Detil Pergola ... 133

45. Detil Atap Pergola ... 134

46. Detil Bangku Taman ... 135

47. 3D Pergola dan Bangku Taman ... 136

48. Detil Papan Informasi ... 137

49. 3D Papan Informasi ... 138

50. Detil Kolam/Telaga ... 139

51. 3D Kolam/Telaga ... 140

52. Detil Planter Box dan Bench Koridor ... 141

53. Detil Penanaman ... 142

54. Detil Penanaman Planter Box ... 143

55. 3D Planter Box dan Bench ... 144

(21)

1. 1. Latar Belakang

Penyandang cacat merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki keterbatasan tertentu jika dibandingkan dengan anggota masyarakat lainnya. Dengan adanya kekurangan berupa cacat ini, penyandang cacat memiliki perasaan yang ada kalanya tidak dapat begitu dipahami oleh orang-orang noncacat. Salah satu beban pikiran yang mereka rasakan adalah perasaan yang kurang percaya diri jika dibandingkan dengan orang lain yang noncacat. Aktivitas yang terbatas untuk mereka lakukan menjadikan dirinya merasa malu untuk mengembangkan diri dan terbuka dengan sesama dan lingkungannya.

Undang-Undang No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 5 menyatakan bahwa setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, Undang-Undang No. 43 Tahun 1998 Pasal 5, 6, 7, dan 8 menyatakan bahwa setiap penyandang cacat sebagaimana warga negara Indonesia (WNI) lainnya mempunyai kesamaan kedudukan, hak, dan kewajiban agar dapat berperan dan berintegrasi secara total sesuai dengan kemampuannya dalam aspek kehidupan dan penghidupan. Dengan adanya undang-undang tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyandang cacat mempunyai hak yang sama seperti manusia lainnya tanpa terkecuali. Salah satu hak dan kesempatan tersebut adalah dalam pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH). Berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang cacat telah dilaksanakan oleh pihak pemerintah dan swasta.

(22)

 

penyandang cacat memang memerlukan dukungan yang luas atau berbasiskan masyarakat.

Menurut Pusat Data dan Informasi Departemen Sosial Republik Indonesia (2007), populasi penyandang cacat di Indonesia berjumlah 3.063.559 jiwa. Jumlah populasi tersebut mengindikasikan perlunya penyetaraan fasilitas dan sarana umum yang dapat digunakan oleh penyandang cacat.

Departemen Sosial Republik Indonesia melalui Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD) Cibinong memberikan pelayanan rehabilitasi vokasional bagi para penyandang cacat di Indonesia. BBRVBD Cibinong didirikan pada tahun 1997, yang merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia (Menteri Sosial Republik Indonesia) dan Pemerintah Jepang (Japan International Cooperation Agency [JICA]). BBRVBD Cibinong didirikan pada lahan seluas 35.419 m2 dengan luas lahan tidak terbangun 22.742 m2. Lahan tidak terbangun tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai RTH yang estetik dan fungsional bagi penggunanya (siswa BBRVBD).

Taman sebagai RTH yang dirancang dengan konsep rekreasi alami diharapkan dapat menjadi media praktik biofilia bagi penyandang cacat. Keberadaan tanaman dalam taman merupakan bagian dari alam yang dekat dengan manusia. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa penggunaan unsur alami yang tepat dapat bermanfaat positif bagi kesehatan manusia. Penggunaan unsur alami pada sebuah tapak dapat mengurangi intensitas kegelisahan atau stress, meningkatkan kesehatan manusia, dan dapat membantu suasana rileks.

(23)

 

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian 1. 2. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini bertujuan

1.mendeskripsikan dan menganalisis kondisi tapak;

2.mendeskripsikan konsep pemanfaatan RTH bagi penyandang cacat ringan dan cacat sedang;

3.merencanakan dan merancang RTH Kompleks BBRVBD Cibinong, Kabupaten Bogor.

1. 3. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut:

1.memberikan alternatif pemanfaatan potensi dan solusi kendala pada tapak; 2.memberikan usulan konsep pemanfaatan RTH bagi penyandang cacat ringan

dan cacat sedang;

(24)

2. 1. Penyandang Cacat Tubuh

Penyandang cacat tubuh atau tuna daksa adalah suatu kondisi yang ada pada anak, yang memiliki kelainan pada tubuhnya atau daksa, baik yang berupa kelainan bentuk tubuh atau hilangnya sebagian atau seluruh anggota tubuh tertentu ataupun gangguan dalam fungsi-fungsi tulang, alat, dan persendian. (Irbani, 1990 dalam Isparjianti, 2008). Menurut Harum (1989) dalam Isparjianti (2008), yang dimaksud dengan cacat tubuh adalah kelainan tubuh atau tuna daksa yang dalam bahasa asing disebut dengan cripple, sedangkan Ekdiri (1990) dalam Isparjianti (2008) menyatakan bahwa yang dimaksud cacat tubuh atau tuna daksa adalah kelainan pada tubuh baik berupa kelainan bentuk tubuh, tidak sempurnanya organ tubuh maupun terjadinya gangguan fungsi tulang, alat, dan persendian.

Menurut Suharman (1981) dalam Isparjianti (2008), faktor penyebab terjadinya kecacatan adalah sebagai berikut.

1.Penyakit

Dengan adanya kemajuan di bidang ilmu kedokteran, angka kecacatan akan meningkat, hal ini disebabkan karena orang yang menderita penyakit tertentu dapat diselamatkan jiwanya meskipun meninggalkan bekas, yaitu cacat. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan, misalnya, adalah penyakit polio, TBC tulang, TBC sendi, dan Catitis lepra.

2.Kecelakaan

Kecelakaan seperti kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan orang menjadi cacat. Kecelakaan karena lalu lintas ini dapat berupa jatuh dari kendaraan, tertabrak mobil, dan tergilas kereta api.

3.Kecelakaan dalam pekerjaan

Apabila bekerja di perusahaan tertentu yang berhadapan dengan mesin-mesin, dalam menjalankan mesin-mesin tersebut ada kalanya pekerja berlaku lengah yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, misalnya berupa anggota tubuh yang tergilas mesin.

(25)

 

4.Peperangan

Peperangan merupakan bencana yang tidak menimbulkan keuntungan bagi semua pihak. Mereka yang menang atau yang kalah mengalami pengorbanan yang besar. Akibat dari peperangan ini banyak korban yang mengalami kecacatan, sehingga kaki atau tangannya perlu diamputasi.

5.Cacat sejak lahir

Cacat sejak lahir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) cacat bawaan, artinya begitu lahir sudah tampak cacat, atau anak lahir anggota badannya tidak lengkap, dan (b) anak lahir dalam keadaan normal atau sempurna, tetapi dalam pertumbuhannya tampak adanya kelainan.

Penyandang cacat tubuh dapat digolongkan berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut (Saerogo dan Sutomo, 1976 dalam Isparjianti, 2008).

1.Penggolongan cacat diklasifikasikan menjadi (a) amputasi (atas kaki dan lengan tangan), (b) cacat tulang, persendian tungkai, dan persendian lengan, (c) cacat tulang pinggul, termasuk paraplegia dan, (d) TBC tulang dan sendi.

2.Penggolongan cacat tubuh berdasarkan tujuan untuk membutuhkan pertolongan rehabilitasi, terutama pada penempatan tenaga cacat dalam pekerjaan, yaitu (a) penyandang cacat yang hanya memerlukan pertolongan dalam penempatan pada pekerjaan yang cocok, (b) penyandang cacat yang karena kecacatannya memerlukan pelatihan keterampilan (vocational training) untuk ditempatkan dalam jabatan-jabatan biasa, (c) penyandang cacat yang setelah diberikan pertolongan rehabilitasi dan latihan-latihan mendapat pekerjaan dan perlindungan, dan (d) penyandang cacat yang karena sedemikian berat cacatnya akan terus-menerus memerlukan perawatan dan tidak produktif.

3.Penggolongan penyandang cacat tubuh berdasarkan berat atau ringannya kecacatan, yaitu sebagai berikut:

a.cacat ringan, yakni kecacatan yang tidak akan mempengaruhi dan menghambat sama sekali terhadap kegiatan sehari-hari, misalnya kehilangan salah satu jari kaki atau tangan;

(26)

 

seluruh aktivitas sehari-hari, misalnya cacat amputasi lengan kiri/kanan dan kaki jinjit;

c.cacat berat, kecacatan yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari sehingga mereka perlu mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis, sosial, dan psikologis, misalnya kelainan pada seluruh anggota badan, paraplegia komplit, dan kehilangan kedua lengan;

d.cacat parah, kecacatan yang mengakibatkan penyandang cacat tidak dapat melakukan semua kegiatan dan selalu memerlukan perawatan khusus atau mendapatkan perawatan medis dan tanpa latihan kerja sehingga mereka perlu diberikan kesibukan-kesibukan yang ringan, misalnya marsela siscopy. 2. 2. Ruang Terbuka

Simonds (1983) mengartikan ruang terbuka hijau (RTH) sebagai suatu karakter arsitektural ketika ruang tersebut tertutup secara keseluruhan ataupun hanya sebagian saja oleh elemen arsitektural. RTH terbuka ke arah langit sehingga memiliki keuntungan mendapat limpahan sinar matahari, pola-pola bayangan, banyaknya udara yang mengalir, serta dapat melihat warna langit dan keindahan dari awan-awan yang bergerak. RTH juga memiliki beberapa fungsi yang berbeda seperti rekreasi pada grup asrama atau tempat latihan militer yang diapit oleh barak tentara. Terlepas dari apakah RTH tersebut berkaitan atau tidak dengan struktur yang digunakan, ruang tersebut haruslah berada dalam karakter struktur tersebut.

Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007, ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk kawasan/jalur yang penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika. Penataan RTHKP adalah proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian RTHKP (Depdagri, 2007).

Tujuan penatan RTHKP (Depdagri, 2007) adalah

(27)

 

b.mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan;

c.meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman.

Fungsi RTHKP (Depdagri, 2007) adalah

a.pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; b.pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara; c.tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati; d.pengendalian tata air;

e.sarana estetika kota.

Manfaat RTHKP (Depdagri, 2007) adalah a.sarana untuk mencerminkan identitas daerah; b.sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan; c.sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; d.sarana peningkatan ekonomi lahan perkotaan;

e.sarana penumbuhan rasa bangga dan peningkatan prestise daerah; f.sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa, dan manula; g.sarana evakuasi untuk keadaan darurat;

h.sarana peningkatan cadangan oksigen perkotaan.

(28)

 

pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas, dan pedestrian; kawasan dan jalur hijau; daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; taman atap.

RTH ideal menurut Undang-Undang No. 1 Pasal 9 Tahun 2007 adalah 20% yang mencakup RTHKP publik dan privat. RTHKP publik adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten, sedangkan RTHKP privat adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pihak/lembaga swasta, perseorangan, dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten/kota (kecuali DKI Jakarta oleh Pemerintah Provinsi).

Permendagri No.1 Tahun 2007 Pasal 12 Butir 5 dan 6 menyatakan bahwa pemanfaatan RTHKP privat dikelola oleh perseorangan atau lembaga/badan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan pemanfaatan RTHKP diperkaya dengan memasukan berbagai kearifan lokal dalam penataan ruang dan konstruksi bangunan taman yang mencerminkan budaya setempat.

Permendagri No. 1 Tahun 2007 Pasal 13 mengatur mengenai pengembangan RTHKP dengan mengisi berbagai macam vegetasi yang disesuaikan dengan ekosistem dan tanaman khas daerah. Vegetasi yang dimaksud juga disesuaikan dengan bentuk dan sifat serta peruntukannya, yaitu

a.botanis, merupakan campuran jenis pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran besar, perdu setengah pohon, perdu, semak, dan tanaman penutup tanah/permukaan;

b.arsitektural, merupakan heterogenitas bentuk tajuk membulat, menyebar, segitiga, bentuk kolom, bentuk tiang, memayung, dan menggeliat, serta mempunyai nilai eksotik dari sudut warna bunga, warna daun, buah, tekstur batang struktur percabangan;

c.tanaman yang dikembangbiakan tidak membahayakan manusia dan memperhatikan estetika.

(29)

 

2. 3. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau

Douglass (1982) mengartikan rekreasi sebagai suatu kegiatan menggunakan waktu luang yang menyenangkan dan konstruktif dan memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman mental dan fisik dari sumber daya alam dalam waktu dan ruang yang terluang. Rekreasi dapat dilakukan baik di dalam ruangan maupun di luar ruang terbuka. Rekreasi alam terbuka adalah semua kegiatan rekreasi yang dilakukan tanpa dibatasi suatu bangunan, atau rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumber daya alam seperti air, hutan, pemandangan alam, atau kehidupan di alam bebas. Pada prinsipnya, rekreasi adalah semua kegiatan manusia yang berhubungan dengan kesenangan yang dilakukan untuk mengembalikan kesegaran mental dan beban pikiran sehingga kelanjutannya dapat beraktivitas dengan baik.

Menurut Douglass (1982), berdasarkan pengalaman yang ditimbulkannya, aktivitas rekeasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

a.rekreasi fisik, yang memerlukan pengerahan tenaga atau usaha fisik sebagai pengalaman utama aktivitas;

b.rekreasi sosial yang melibatkan interaksi sosial sebagai pengalaman utama; c.rekreasi kognitif, yang meliputi aktivitas budaya, pendidikan, kreatif, atau

estetis;

d.rekreasi yang berkenaan dengan lingkungan, yang memerlukan pemanfaatan sumber daya alam seperti air, pepohonan, hujan, pemandangan alam, atau kehidupan liar di alam bebas untuk menyediakan suasana khas bagi aktivitasnya.

Menurut Gold (1980) rekreasi adalah melakukan berbagai aktivitas pada waktu luang yang bertujuan mencapai kepuasan pribadi dan mendapat pengalaman pribadi. Sumber daya rekreasi adalah tempat tujuan bagi orang yang melakukan aktivitas rekreasi. Ketersediaan sumber daya untuk rekreasi merupakan jumlah dan kualitas dari sumber daya yang tersedia di tempat rekreasi yang dapat digunakan pada waktu tertentu.

(30)

10 

 

raga dan bentuk-bentuk permainan lain yang banyak memerlukan kegiatan fisik (Depdagri, 2007).

Rekreasi pasif adalah bentuk kegiatan waktu senggang yang lebih kepada hal-hal yang besifat tenang dan relaksasi untuk stimulasi mental dan emosional, tidak didominasi kegiatan/pergerakan fisik atau partisipasi langsung pada bentuk permainan atau olah raga (Depdagri, 2007).

2.4. Taman Hortikultura

Taman hortikultura merupakan perpaduan dari tanaman sayur yang ditanam di pot, vertikultur, atau lahan. Namun, perpaduan ketiga tempat tersebut tidak bersifat mutlak. Bisa jadi, taman hanya terdiri dari tanaman di pot saja, tanaman di vertikultur saja, atau tanaman di lahan saja. Taman hortikultura dapat didesain di halaman depan, halaman belakang, atau teras (Supriati et al., 2008).

Vertikultur adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal dari dua kata, yakni vertical dan culture. Makna vertikultur adalah sistem budi daya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini sangat cocok diterapkan khususnya oleh siapa saja yang memiliki lahan sempit atau terbatas. Vertikultur dapat pula diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat, perumahan umum, atau bahkan pada pemukiman di daerah padat yang tidak mempunyai halaman sama sekali. Dengan metode vertikultur ini, kita dapat memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Untuk mendapatkan keindahan, aneka tanaman hias pun dapat ditanam secara bertingkat (Widarto, 1994).

Beberapa kelebihan penanaman dengan sistem vertikultur (Widarto, 1994), antara lain, adalah sebagai berikut:

1. memperbanyak jumlah tanaman yang ditanam jika dibandingkan dengan penanaman secara konvensional;

2. menghemat pemakaian pupuk karena media tanam berada pada suatu wadah sehingga pupuk yang diberikan tidak mudah tercuci oleh air hujan;

3. menghemat penggunaan pestisida, khususnya pestisida untuk serangga tanah jika menggunakan media steril;

(31)

11 

 

5. mencegah kerusakan karena hujan, mengingat bangunan vertikal diberi atap dari plastik atau paranet;

6. menghemat biaya penyiraman karena atap dari plastik atau paranet;

7. meningkatkan efisiensi penggunaan lahan karena vertikultur dapat diterapkan pada lahan yang sempit;

8. menghadirkan nilai estetik atau keindahan, terlebih jika dikombinasikan dengan tanaman hias;

9. memudahkan pemindahan tanaman ke tempat yang lain karena ditanam dalam wadah (pot);

10.mempermudah pelaksanaan pemeliharaan karena tanaman mengelompok pada suatu lokasi.

Meskipun banyak memiliki kelebihan, sistem vertikultur tidak lepas dari beberapa kekurangan (Widarto, 1994). Kekurangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. rawan terhadap serangan jamur jika populasi tanamannya tinggi (akibat kelembaban udaranya juga tinggi, terlebih dengan adanya atap dari plastik atau paranet);

2. investasi awalnya cukup tinggi terutama untuk membuat bangunan vertikultur. 3. sistem penyiramannya harus dilakukan secara kontinyu (setiap hari) sekalipun

turun hujan karena adanya atap yang melindungi tanaman dari guyuran hujan; 4. tidak adanya tangga atau bangku yang dapat dinaiki, khususnya untuk

pemeliharaan dan pemanenan pada tingkat bangunan vertikultur yang tinggi. Pada pola bertanam vertikultur di ruang terbuka perlu diperhatikan jenis tanaman sayuran yang dipilih. Untuk kondisi demikian, jenis sayuran yang dapat ditanam pun sebaiknya yang tahan sengatan matahari langsung seperti sawi, selada, dan seledri. Selain itu, pemilihan sayuran juga didasarkan pada sosok tanaman yang tidak terlalu tinggi dan akarnya juga tidak terlalu panjang mengingat volume vertikultur yang tidak terlalu luas (terbatas) (Supriati et al., 2008).

(32)

12 

 

tingkat, misalnya tiga tingkat. Penempatan jenis tanaman perlu diatur. Pada tingkat yang paling tinggi, perlu dipilih jenis tanaman yang betul-betul tahan dengan sengatan sinar matahari langsung, misalnya sawi. Sementara pada tingkatan di bawahnya, dapat digunakan jenis tanaman yang agak tahan naungan (selada hijau), begitu pula dengan tingkatan yang paling bawah (seledri) (Supriati et al., 2008).

Berikut ini jenis-jenis sayuran, karakter, dan kebutuhan lingkungan tempat tumbuhnya (Tabel 1).

Tabel 1. Persyaratan Lingkungan Tanaman Sayur (Widarto, 1994) dan Umur Panen (Supriati et al., 2008)

No. Tanaman Kisaran PH

Ketinggian Tempat (m)

suhu (0C)

Kelemba ban (%)

Cahaya Matahari

Umur Panen (bulan) 1 Bayam 6 - 7,5 dat. rendah-tinggi 20 - 30 tinggi tinggi 1 - 1,5 2 Bawang Merah 5 - 6,5 200 - 1000 18 - 25 tinggi tinggi - 3 Bawang Daun 6,5 - 7,5 200 - 1000 18 - 25 tinggi tinggi 2,5 4 Cabai 5 - 7 dat. rendah-tinggi 20 - 30 tinggi tinggi 4 5 Paprika 5,5 - 7 700 - 1000 25 - 28 tinggi tinggi - 6 Kacang Merah 6 - 7,5 800 - 1000 20 - 30 tinggi tinggi 3 - 4 7 Ketimun 5,5 - 7,5 dat. rendah-tinggi 15 - 30 sedang tinggi - 8 Kubis 6 - 7,5 200 - 1500 15 - 25 tinggi tinggi 3 - 4 9 Sawi 6 - 7 5 - 1200 20 - 30 tinggi sedang 2 10 Seledri 5 -6,5 250 - 1000 18 - 25 tinggi sedang 2 - 3 11 Selada 5 - 6,5 500 - 2000 15 - 20 sedang sedang 2

2. 5. Elemen Desain

(33)

13 

 

Dalam hal lanskap dikenal dua jenis elemen, yaitu elemen lanskap mayor dan elemen lanskap minor. Elemen lanskap mayor seperti bentuk alam (topografi, pegunungan, lembah, sungai) dan kekuatan alam (angin, curah hujan, suhu) relatif sulit diubah oleh manusia. Elemen lanskap minor seperti bukit, anak sungai, dan hutan-hutan kecil dapat dimodifikasikan oleh perencana. Perubahan yang dilakukan secara garis besar dapat dibagi empat, yaitu melestarikan, merusak, mengubah, dan memberi penekanan. Secara umum, elemen lanskap dibagi menjadi soft material dan hard material. Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau diciptakan sehingga semua elemen yang banyak variasinya dapat menjadi satu kesatuan yang harmonis (Simonds, 1983).

McDowell dan Clark-McDowell (1998) menyatakan bahwa kunci untuk taman adalah meluangkan dan menjalin relasi dengan alam, sifat kealamian, bukan hanya tanaman. Terdapat tujuh elemen desain yang diajukan sebagai acuan untuk merancang dan mengidentikkan tujuan pembagian ruang. Hal tersebut merupakan perpaduan antara taman dan kealamian. Ketujuh elemen desain tersebut adalah sebagai berikut:

1.gerbang khusus yang mengundang masuk dan menjaga pengunjung untuk merasa nyaman di dalam taman;

2.elemen air untuk efek psikologis, kejiwaan, dan fisik;

3.penggunaan elemen warna dan pencahayaan (baik yang berasal dari tanaman atau sumber cahaya dari buatan manusia) untuk membangkitkan emosi, kenyamanan dan/atau perasaan kagum dari pengguna taman;

4.penggunaan aksen yang alami sebagai focal point seperti penggunaan batu, kayu, pagar alami, screen, teralis/jari-jari, angin, dan suara;

5.integrasi dari unsur seni untuk membangkitkan karakter dari taman tersebut; 6.elemen taman yang mengakomodasi atraksi kehidupan satwa liar dan menjadi

habitat bagi keberagaman satwa liar;

7.sarana-sarana bagi pengguna untuk menikmati atraksi-atraksi yang ada di dalam taman.

2. 6. Prinsip Desain

(34)

14 

 

bahwa prinsip-prinsip desain terdiri dari dominansi (dominance), skala (scale), kontras (contrast), kesatuan (unity), keserasian (harmony), dan karakter ruang (spatialcharacter).

Menurut Cooper-Marcus dan Barnes (1999), taman yang baik menerapkan prinsip desain sebagai berikut.

1.Pembagian keragaman ruang

Ruang terbagi menjadi ruang publik (ruang untuk berkumpul secara berkelompok) dan ruang privat (ruang untuk menyendiri). Dengan tersedianya pilihan beberapa ruang tercipta kontrol pengguna terhadap sekelilingnya sehingga dapat menurunkan tingkat stress. Ruang privat tersedia bagi pengguna yang ingin menjauh dari lingkungan luar dan ruang publik tersedia untuk kelompok kecil (seperti anggota keluarga atau kerabat) yang dapat memberikan dukungan sosial kepada pasien.

2.Pemanfaatan yang maksimal dari material tanaman

Taman meminimalkan penggunaan elemen keras (hard material) dan memaksimalkan penggunaan elemen lunak (soft material). Dengan adanya tanaman yang terdapat pada lanskap sekitarnya, pengguna tapak dapat merasakan kemajuan kesehatannya.

3.Dorongan bagi pengunjung untuk beraktivitas dan berinteraksi

Taman dapat mengakomodasi aktivitas sebagai bentuk latihan yang berkaitan dengan penurunan tingkat stress.

4.Penyajian sarana petualangan/pengalaman yang positif

Pengalihan yang alami seperti tanaman, bunga, dan atraksi permainan air dapat menurunkan tingkat stress. Kegiatan lainnya seperti bekerja dengan tanaman dan berkebun juga dapat menyajikan petualangan yang positif di taman.

5.Peminimalan segala bentuk gangguan

Faktor-faktor negatif seperti kebisingan kota, asap, dan cahaya buatan diminimalkan di taman. Pencahayaan dan bunyi yang alami merupakan tambahan efek positif di taman.

6.Peminimalan kerancuan (ambiguitas)

(35)

15 

 

penelitian menunjukkan bahwa keabstrakan sebuah desain tidak dapat diterima oleh orang sakit. Fitur-fitur dan elemen-elemen taman yang dapat diidentifikasikan haruslah terdapat pada desain taman. Seni yang abstrak pada fasilitas dan taman seringkali tidak tepat.

2. 7. Perencanaan Lanskap

Menurut Gold (1980), proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis untuk menentukan keadaan awal dan keadaan yang diharapkan serta cara yang terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut. Proses perencanaan yang baik harus merupakan suatu proses yang dinamis dan mengikat. Proses ini pada awalnya dimulai dengan memperhatikan nilai dan tingkah laku atau mengutamakan kepentingan umum dan mengakomodasikannya melalui jalan musyawarah serta lebih mengutamakan masukan. Pada seluruh tahap proses perencanaan tetap diharapkan adanya perubahan dan kompromi penyesuaian terhadap kesukaran yang tidak dapat dikendalikan, yang akhirnya semua akan digunakan sebagai dasar untuk menunjang tujuan semula. Kesemuanya ini merupakan sesuatu yang sangat penting jika dibandingkan dengan bentuk hasil dari perencanaan itu sendiri.

Perencanaan/perancangan memerlukan suatu pendekatan terhadap kebutuhan tertentu dari suatu kelompok sosial atau lahan. Pendekatan perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) adalah sebagai berikut.

1.Pendekatan Sumber Daya

Tipe dan jumlah rekreasi ditentukan oleh sumber daya fisik atau sumber daya alami. Tujuan utamanya adalah kelestarian alam, sedangkan kebutuhan pemakai dan pendanaan tidak terlalu dipertimbangkan. Pendekatan sumber daya sangat efektif digunakan pada perencanaan sumber daya kawasan pinggiran kota (kawasan sumber-sumber air, kawasan konservasi alam, dan taman nasional). 2.Pendekatan Aktivitas

Aktivitas yang telah ada pada tapak menentukan jenis, dan jumlah aktivitas yang akan dikembangkan kemudian. Dalam hal ini, faktor sosial lebih diutamakan daripada faktor alam.

(36)

16 

 

3.Pendekatan Ekonomi

Fokus perencanaan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Penawaran dan permintaan dimanipulasi oleh harga, aktivitas, dan nilai tukar fasilitas yang akan dikembangkan.

4.Pendekatan Perilaku

Perilaku manusia dan waktu luangnya menentukan pemilihan tempat, waktu, dan pengalaman aktivitas rekreasinya serta dampak aktivitas itu terhadap seseorang. Perencanaan ditentukan oleh permintaan.

5.Kombinasi Pendekatan

Dalam hal ini, perencanaan menggabungkan aspek-aspek positif dari masing-masing pendekatan untuk mengakomodasi semua kebutuhan.

Menurut Simonds (1983), proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur lanskap terdiri dari pemberian tugas, pengumpulan data, analisis, sintesis, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Proses perencanaan dimulai dengan pengumpulan data dasar yang berkaitan secara khusus dengan tapak tersebut dan daerah sekitarnya. Data ini meliputi rencana induk, peraturan penzonaan, peta dasar dan udara, survei, data topografi, informasi geologi, hidrologi, tipe tanah, vegetasi, dan ruang terbuka yang ada. Informasi tersebut kemudian diperiksa dan dianalisis. Selanjutnya, ditentukan apakah tapak tersebut sesuai dengan kegunaan yang direncanakan.

2. 8. Perancangan Lanskap

Van Dyke (1990) mengemukakan bahwa desain atau perancangan merupakan suatu bentuk pemecahan masalah dengan beberapa tahapan dan mengacu pada ide-ide desain yang direncanakan. Desain yang baik harus dapat memecahkan masalah dengan konsep yang baik dan merupakan hasil dari proses yang saling berhubungan dari tahapan desain. Selain itu, desain juga berfungsi untuk mengambil keputusan yang berorientasi pada kepentingan masa yang akan datang, menciptakan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta bersifat dinamis, kontinyu, dan fleksibel.

(37)

17 

 

lain yang dengannya arsitektur lanskap didiskusikan atau dikritik. Laurie (1986) menyatakan bahwa perancangan berkenaan dengan seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuhan, dan kombinasi-kombinasinya sebagai pemecahan terhadap masalah-masalah tertentu di dalam rencana tapak dengan menggunakan dasar-dasar teknik mengenai lahan, rincian materi (detil), dan penghubung-penghubung visual. Booth (1983) juga menyatakan bahwa elemen-elemen yang didesain harus dikoordinasikan untuk memunculkan aspek-aspek positif dari masing-masing elemen, sementara secara serempak mengurangi kualitas-kualitas lemahnya. Setiap elemen yang didesain mempengaruhi elemen lainnya.

Menurut Simonds (1983), perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume atau ruang, setiap volume memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur, dan kualitas lainnya. Kesemuanya ini dapat dengan baik mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai. Dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah dua dimensi, sedangkan pemikiran secara tiga dimensi membawa manusia ke dalam dunia perancangan. Suatu perbedaan pengorganisasian ruang dapat memberikan dampak yang berbeda terhadap psikologi manusia. Dampak tersebut dapat berupa timbulnya rasa takut, keriangan, gerak dinamis, ketegangan, keheningan, dan lain-lain.

(38)

3. 1. Waktu dan Tempat

[image:38.612.132.454.238.648.2]

Kegiatan studi ini dilaksanakan di Kompleks Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD) Cibinong dengan alamat Jalan SKB No. 5, Desa Karadenan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Studi ini dimulai sejak bulan Maret 2009 sampai dengan Maret 2010. Peta lokasi kegiatan studi disajikan dalam Gambar 2, 3, 4, dan 5.

(39)

19 

 

3. 2. Bahan dan Alat

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur panjang ( roll-meter), kompas, kamera digital 7,2 Mega Pixel (Kodak M 763), theodolit (SOKKIA TM 20 E), dan alat-alat penunjang survei lainnya. Setelah data didapatkan, data tersebut diolah dengan menggunakan alat gambar dan perangkat komputer grafis.

3. 3. Batasan Penelitian

Studi ini dibatasi sampai tahap rancangan RTH Kompleks BBRVBD Cibinong sebagai bentuk pemanfaatan ruang terbuka bagi penyandang cacat

[image:39.612.128.508.98.523.2]

Gambar 3. Peta Indonesia Gambar 4. Peta Jawa Barat

(40)

20 

 

ringan dan cacat sedang yang meliputi konsep (ruang, fasilitas, sirkulasi, dan tata hijau), rencana tapak, dan gambar detil (ruang, fasilitas, sirkulasi, dan tata hijau). 3. 4. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti proses perencanaan dan perancangan yang dikemukakan Gold (1980) (Gambar 6) dengan pendekatan sumber daya dan aktivitas (Gambar 7) karena proses ini mengacu pada pemanfaatan ruang terbuka bagi pengguna tapak. Dalam pendekatan sumber daya, faktor alam dan faktor sosial saling mempengaruhi dalam proses perancangan RTH sebagai bentuk pemanfaatan ruang terbuka bagi penyandang cacat ringan dan cacat sedang.

3.4.1.Persiapan (Prasurvei)

Tahap persiapan mencakup kegiatan studi pustaka, penetapan tujuan perencanaan, penyusunan rencana kerja, dan pengumpulan informasi tentang program dari instansi yang terkait dengan pengembangan dan pengelolaan kawasan.

3.4.2. Survei Lapang (Inventarisasi dan Pengecekan Lapang)

Tahap inventarisasi dilakukan dengan mengumpulkan data awal yang berupa data primer dan data sekunder serta penghayatan tapak. Data yang diambil meliputi data kondisi umum, biofisik, dan sosial. Data primer diperoleh melalui survei lapang dan wawancara dengan nara sumber (kuisioner disajikan dalam Lampiran 1 dan respondennya dalam Lampiran 2), sedangkan data sekunder

Desain Arsitektural dan Tapak Karakteristik Tapak Pengembangan Potensi

- Kondisi Awal - Elevasi - Hidrologi - Tanah - Vegetasi - Visual - Kesempatan - Pembatasan - Area Potensial - Hidrologi - Pengembangan - Kesesuaian Lahan Konsep Pengembangan Alternatif

Tapak Inventarisasi Analsis Sintesis Master Plan

(41)

21 

 

diperoleh dari studi pustaka, yaitu buku acuan dan pustaka lainnya yang dapat mendukung ruang lingkup penelitian.

[image:41.612.116.513.311.567.2]

Survei lapang dilakukan untuk mengetahui keadaan tapak yang sebenarnya, sebagai data utama penentuan potensi dan kendala pada tahap analisis. Responden dimintai keterangan untuk memperoleh data penunjang yang relevan. Selain itu, wawancara juga dilakukan untuk mengetahui peraturan/persyaratan dan informasi dari instansi/pihak terkait. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data fasilitas standar yang diperlukan dan peraturan-peraturan yang mengikat penelitian/pengukuran yang telah dilakukan oleh pihak lain sebelumnya. Tabel 2 menyajikan rekapitulasi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Tabel 2. Aspek, Jenis, dan Sumber Data yang Diperlukan Aspek No. Jenis Data Sumber Data Cara

Pengambilan Data

Cara Analisis Data

Kondisi Umum

1 Sejarah dan kedudukan BBRVBD Studi pustaka Kualitatif deskriptif 2 Lokasi, batas, dan akses BBRVBD Survei dan pustaka Kuantitatif dan kualitatif 3 Kondisi kepegawaian BBRVBD Survei dan pustaka Kualitatif deskriptif 4 Fasilitas fisik BBRVBD Survei dan pustaka Kualitatif deskriptif 5 Fasilitas pelatihan BBRVBD Survei dan pustaka Kualitatif deskriptif

Biofisik

1 Iklim Stasiun Klimatologi Studi pustaka Kuantitatif dan kualitatif 2 Jenis tanah Puslitan Studi pustaka Kualitatif deskriptif 3 Topografi Lapang Survei dan pustaka Kuantitatif dan kualitatif 4 Hidrologi dan drainase Lapang Survei dan pustaka Kualitatif deskriptif 5 Vegetasi Lapang Survei dan pustaka Kualitatif deskriptif 6 Satwa Lapang Survei dan pustaka Kuantitatif dan kualitatif 7 Kualitas lanskap Lapang Survei lapang Kualitatif deskriptif 8 Struktur bangunan Lapang Survei lapang Kualitatif deskriptif 9 Utilitas Lapang Survei lapang Kualitatif deskriptif

Sosial

1 Karakteristik pengguna Lapang Kuisioner/wawancara Kuantitatif dan kualitatif 2 Persepsi dan harapan Lapang Kuisioner/wawancara Kuantitatif dan kualitatif

3.4.3. Analisis

(42)

22 

 

3.4.4. Sintesis

Dari hasil analisis aspek kondisi umum, sumber daya, sosial, dan kebijakan RTH yang ada dapat diketahui alternatif konsep perencanaan serta perancangan RTH Kompleks BBRVBD Cibinong, Kabupaten Bogor, sebagai bentuk pemanfaatan RTH bagi para penghuni yang menyandang cacat ringan dan cacat sedang.

3.4.5. Konsep

Konsep adalah alternatif terbaik yang mampu mengoptimalkan potensi tapak, memecahkan masalah, serta menyesuaikan dengan tujuan yang diinginkan dengan berdasarkan enam kriteria, yaitu kesesuaian lahan, kesesuaian ruang, kesatuan ruang, kenyamanan, sirkulasi, dan pola tata letak. Perumusan jenis ruang yang digunakan diambil dari kebutuhan ruang berdasarkan hasil analisis yang disesuaikan dengan kondisi tapak. Setiap ruang yang ada mempunyai hubungan saling terkait satu dengan yang lainnya sehingga keberadaan ruang-ruang dalam tapak dapat saling mendukung secara fungsi dan tetap menjaga estetika tapak. 3.4.6. Perencanaan dan Perancangan

Tahap perencanaan dan perancangan merupakan tahap pengembangan dari konsep. Secara umum perencanaan tapak tertuang dalam bentuk rencana tapak atau gambar site plan. Setelah itu, dilakukan penggambaran detil pada bagian-bagian tertentu. Gambar detil yang dibuat adalah gambar potongan, detil konstruksi fasilitas dan utilitas, gambar ilustrasi fasilitas dan utilitas serta detil penanaman, dan perspektif tiga dimensi (3D). Beragam jenis perangkat lunak yang digunakan dalam perancangan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Perangkat Lunak dan Kegunaanya

Nama Perangkat Lunak Kegunaan

AutoCAD Land Development 2000i Menggambar peta dasar

AutoCAD 2006 Menggambar CAD

Google Earth Mencari foto udara

Google Sketchup 6 Pro Menggambar bentuk 3D dan animasi Adobe Photoshop CS2 Mengedit gambar/foto

(43)

23 

[image:43.612.127.509.77.414.2]

 

(44)

4.1. Kondisi Umum

4.1.1. Sejarah dan Kedudukan

Pusat Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (PRVBD) Cibinong didirikan tahun 1997 yang selanjutnya berdasarkan KEPMENSOS RI No.54/HUK/2003 tanggal 23 Juli 2003 menjadi Balai Besar Vokasional Bina Daksa (BBRVBD). BBRVBD merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui bantuan hibah sebesar 1,65 milyar yen.

Misi dari didirikannya BBRVBD ini adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem rehabilitasi vokasional bagi penyandang cacat tubuh di Indonesia, dengan mendorong mereka agar dapat bermasyarakat dan dapat berdiri sendiri dengan cara memperoleh pekerjaan. Untuk mencapai keberhasilan itu, pelatihan vokasional dibentuk untuk membantu meningkatkan kemampuan para penyandang cacat sehingga memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

4.1.2. Lokasi, Batas Tapak, dan Aksesibilitas

BBRVBD terletak di Jalan SKB No. 5, Desa Karadenan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. BBRVBD merupakan Unit Pelayanan Teknis Eselon IIa di bawah Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Departemen Sosial Republik Indonesia. Secara geografis BBRVBD Cibinong berada pada posisi 106° 48' 59" Bujur Timur dan 6° 31' 6" Lintang Selatan. Area tapak meliputi lahan seluas 35.419 m2 dengan luas bangunan 12.695 m2. Gambar 8 dan 9 menyajikan kondisi awal dan pelaksanaan pembangunan Kompleks BBRVBD Cibinong. BBRVBD Cibinong di sebelah utara, timur, selatan, dan barat berturut-turut dibatasi oleh jalan menuju permukiman warga, Jalan Raya SKB, Gedung Rehabilitasi Mental Jawa Barat, dan permukiman warga.

(45)

25 

 

menuju BBRVBD Cibinong adalah jalan beraspal dua arah dengan kondisi yang cukup baik.

[image:45.612.222.419.276.406.2]

Gambar 8. Kondisi Awal Tapak BBRVBD Cibinong (1997)

Gambar 9. Pelaksanaan Pembangunan BBRVBD Cibinong (1997) 4.1.3. Kondisi Kepegawaian

BBRVBD Cibinong sampai dengan tahun 2009, memiliki pegawai sebanyak 115 orang yang rinciannya disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Tabel Pegawai BBRVBD Cibinong

 

Kelompok Jabatan Jumlah (Orang)

Pegawai

Organik Pejabat Struktural Eselon II A 1 17

Eselon III A 4

Eselon IV A 12

Pejabat Fungsional 30

Fungsional Pekerja Sosial 27 Fungsional Perencana 1 Fungsional Arsiparis 2

Staf 56

Pegawai Non Organik

Nonorganik Murni 7

Calon Pegawai 5

(46)

26 

 

4.1.4. Fasilitas Fisik

Fasilitas fisik yang tersedia di BBRVBD Cibinong adalah sebagai berikut: 1. bangunan administrasi;

2. bangunan penelitian dan pengembangan (Litbang); 3. bangunan bidang pelatihan;

4. bangunan proses pelatihan vokasional;

5. bangunan Seksi Persiapan Pelatihan Vokasional; 6. bangunan Seksi Resosialisasi dan Bimbingan Lanjut;

7. perpustakaan (tersedia lebih dari 10.000 buku untuk siswa dan pegawai); 8. aula (ruang serba guna) dengan kapasitas maksimum 600 orang dengan

perlengkapan audio visual dan AC (air conditioner);

9. asrama siswa sebanyak 27 ruang (kamar) yang terdiri dari 9 ruang asrama putri dan 18 ruang asrama putra, dengan kapasitas 100 orang dan rata-rata satu kamar diisi oleh 4 (empat ) orang;

10. asrama pelatihan staf sebanyak 9 kamar (36 orang);

11. ruang makan dan dapur dengan kapasitas 140 orang siswa dan petugas; 12. ruang audio dengan kapasitas 60 orang dengan perlengkapan audio visual

dan AC;

13. ruang rapat (conference room); 14. pos jaga satpam (2 buah); 15. fasilitas kesehatan;

16. perlengkapan musik (band dan degung/musik tradisional Jawa Barat); 17. fasilitas olahraga;

18. taman (ruang terbuka hijau);

19. bus, tersedia 2 bus yang dapat digunakan oleh penyandang cacat.

 

4.1.5. Fasilitas Pelatihan Vokasional

(47)

27 

 

4.1.5.1. Komputer

Fasilitas yang disediakan terdiri dari ruang teori dan praktik, dengan bahan dan peralatan keterampilan berupa personal komputer, komputer sentral, LAN sistem, image scanner, software, colour printer, printer HP laser jet GP, printer HP laser jet GL, dan LCD Panasonic.

Gambar 10. Bidang Keterampilam Komputer 4.1.5.2. Penjahitan

Fasilitas yang disediakan terdiri dari ruang teori dan praktik, dengan bahan dan peralatan keterampilan yang berupa, antara lain, mesin jahit manual, mesin jahit otomatis/juki, mesin obras, mesin bartack, mesin pemasang kancing, mesin pelubang kancing jaket, mesin potong, mesin pemasang elastis, mesin press kerah, finishing processor, dan strika.

Gambar 11. Bidang Keterampilan Penjahitan 4.1.5.3 Percetakan (Desain Grafis)

(48)

28 

 

pembuat plate, mesin cetak offset, mesin jahit kawat, mesin potong kertas, dan mesin pengeleman.

Gambar 12. Bidang Keterampilan Desain Grafis/Percetakan 4.1.5.4. Elektronika

Pelatihan keterampilan yang diberikan meliputi arus lemah dan arus kuat. Fasilitas yang disediakan terdiri dari ruang teori dan praktik. Bahan dan peralatan keterampilan yang disediakan mencakupi, antara lain, logical circuit practice trainer, OP amplifier circuit trainer, coloured television experimental system, colour TV trainer, refrigerator trainer, CPM 2 A, Programming Cousole Pro 01, CX Program Tink Pad 3.0 Switch Board/PLC, mechatronic sequence kit,

Mechatronic Sequence Kit (Program), dan relay kit.

Gambar 13. Bidang Keterampilan Elektronika 4.1.5.5. Pekerjaan Logam

(49)

g ( 4 4 B C d k h 4 c b c m s   grinding, au (acytilin, CO

4.2. Aspek B

4.2.1. Iklim

Data Bogor sebag Cibinong da data iklim y kondisi iklim hujan, suhu 4.2.1.1. Cur Kota curah hujan bahwa curah curah hujan menunjukka setiap tahunn Gamba C u ra h Hu ja n (mm) uto-CAD, NC

O, argon), ga

Gambar Biofisik

a iklim diper gai stasiun an mereprese yang dipero m kawasan K

udara, kelem rah Hujan a Bogor dal

rata-rata 41 h hujan tertin n terendah an bahwa Ko

nya.

r 15. Grafik 38 0,0 1000,0 2000,0 3000,0 4000,0 5000,0 6000,0 2

C lathe, mea

asoline engin

14. Bidang K

roleh dari St klimatologi entasikan ko oleh tahun 2

Kompleks B mbaban udar

am periode 96,6 mm/tah nggi terjadi p terjadi pad ota Bogor m

Jumlah Cur 830,9

519

2004 20

asuring/peng ne, diesel en

Keterampila

asiun Klima yang terde ondisi iklim K

2004 – 200 BBRVBD Ci ra, dan kecep

lima tahun hun. Berdas pada tahun 2 da tahun 20 memiliki inte

rah Hujan pe 90,1

3707

005 200

Tah

gukuran, arc ngine, dan tu

an Pekerjaan

atologi Baran ekat dengan Kompleks B 08, dapat di ibinong mel patan angin.

n antara 200 sarkan Gamb 2005, yaitu 5 006, yaitu ensitas dan

er Tahun (Ta 7,0 4203,

06 2007

hun

c welding, g

une up tester

Logam nangsiang F Kompleks BBRVBD. B iketahui sec liputi curah

04 dan 2008 bar 15, dapa 5190,1 mm, 3707,0 mm hari hujan y

ahun 2004 – 0 4052,0 7 2008 gas welding . MIPA-IPB BBRVBD Berdasarkan cara umum hujan, hari 8 memiliki at diketahui sedangkan m. Hal ini

yang tinggi

(50)

c h ( K 2 h 4 2 (   Gam curah hujan hujan terting (136,5 mm) Kota Bogor Gambar Bogo 205 hari hu hujan yang s

G 4.2.1.2. Suh

Suhu 27,5 OC. Su (26,0 OC) te

Gambar Cur a h Hujan (mm) Juml ah Hari Hujan Su hu U d a ra ( 0C)

mbar 16 men bulanan seb ggi (467,5 m ) terjadi pad sebesar 419

16. Grafik R or memiliki ujan dalam s

sangat besar

Gambar 17. G hu

u rata-rata di uhu tertinggi erjadi pada b

r 18. Grafik R 450,7 4 0,0 200,0 400,0 600,0 Jan 197 160 180 200 220 240 Tahun 2 26,4 2 25,0 26,0 27,0 28,0 Jan F nunjukkan ba besar 349,7 m mm) terjadi p

da bulan Ag 6,6 mm. 

Rata-Rata Cu rata-rata har satu tahun ( setiap tahun

Grafik Jumla

i Kota Bogo i (27,5 OC) t bulan Februa

Rata-Rata Su 467,5 427,9 446,

Feb Mar Ap

7

225

2004 Tahun 2

26,0

26,8 27,2

Feb Mar Apr

ahwa Komp mm dengan pada bulan F gustus. Juml

urah Hujan p ri hujan yang (365 hari). nnya.

ah Hari Huja

or adalah 26 terjadi pada ari (Gambar

uhu Udara p ,0

313,1 330,2 1 pr Mei Jun

Bula

192

2005 Tahun 2

27,3 26,9 2

r Mei Jun J

Bula

pleks BBRV kisaran 136 Februari dan lah curah h

per Bulan (T g cukup ting Hal ini men

an (Tahun 20

,9 OC, denga bulan Okto 18).

per Bulan (Ta 50,4 136,5

273,3

Jul Agu Sep

an

201

006 Tahun 20

26,9 26,8 27,3

Jul Agu Sep

n

VBD memilik 6,5 – 467,5 m n curah huja hujan rata-ra

Tahun 2004 – ggi (Gambar

ngindikasika

004 – 2008)

an kisaran s ober dan suh

ahun 2004 – 3329,7

453,7 41

p Okt Nov D

208

007 Tahun 20

27,5 27,1

26

Okt Nov D

ki rata-rata mm. Curah an terendah ata tahunan

– 2008) r 17), yakni

an peluang

(51)

4 8 k 4 d a t m 4 c p t d p m   4.2.1.3. Kele Kele 85,4%. Ke kelembaban Gambar 4.2.1.4. Kec Berd di Kota Bog angin tertin terendah (1 mengukur ke Gambar 20 4.2.2. Jenis Tana coklat keme perubahan p tanah ini me drainase yan pada musin mempunyai Ke le mb aban (% ) Kece patan A ngi n embaban embaban rata elembaban terendah (7

19. Grafik R cepatan Ang

dasarkan Gam gor sebesar

ggi (2,7 km ,5 km/jam) ecepatan ang

0. Grafik Rat Tanah

ah di Komp erahan (Lam profil, bersifa empunyai si ng dalam, mu

hujan sehin daya resap 79,6 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 Jan 2,0 0,0 1,0 2,0 3,0 Jan Kece patan An gi n (Km/ Jam)

a-rata di Kot tertinggi (8 0,3%) terjad

Rata-Rata Ke gin

mbar 20 dap 2 km/jam d m/jam) terjad

terjadi pad gin adalah k

ta-Rata Kece

pleks BBRV mpiran 3), y

fat gembur, d ifat fisik yan udah meresa ngga mengh air yang tin 85,4 81,5

70,

Feb Mar Ap

0 1,5

2,1

n Feb Mar A

ta Bogor seb 85,4%) terj di pada bulan

elembaban p

pat diketahu dengan kiasa di pada bul da bulan Fe knot (1 knot =

epatan Angin

VBD termas yaitu merupa dan agak ma ng baik, per apkan air, da hambat terja nggi sehingg 3 76,7 76,8 7

pr Mei Jun J

Bula

1,8 1,8 1,9

Apr Mei Jun

Bu

besar 85,4% jadi pada n April (Gam

per Bulan (T

ui bahwa kec aran 1,5 – 2 lan Oktober ebruari. Sal = 1,15 mil/ja

n per Bulan

suk ke dala akan jenis t asam dengan rmeabilitas y an kurang te adinya erosi ga pada kon 72,6 74,2 71,3

Jul Agu Sep

an

2,1 2,2 2

n Jul Agu S

ulan

dengan kisa bulan Feb mbar 19).

Tahun 2004 –

cepatan angi 2,7 km/jam. r dan kecep lah satu sat am = 1,85 km

(Tahun 200

am jenis tan anah yang m n pH (4,5 – yang tinggi erjadi aliran p

i tanah. Tan ndisi yang b

75,7 78,2 83

Okt Nov D

2,5 2,7 2,2

ep Okt Nov

aran 70,3 – bruari dan – 2008) in rata-rata Kecepatan atan angin tuan untuk m/jam).

4 – 2008)

(52)

32 

 

akan lengket, sedangkan pada kondisi kering akan berbongkah-bongkah (Soepardi, 1983).

4.2.3. Topografi

Peta topografi (Lampiran 4) diperoleh dari pengukuran dan pemetaan di lapang secara langsung. Peta topografi digunakan untuk mengidentifikasi bentuk relief pada permukaan bumi pada suatu tapak. Peta topografi yang berasal dari data pengukuran langsung diolah pada program AutoCAD LandDevelopment 2000i.

Garis-garis yang lebih rapat menggambarkan nilai kemiringan lahan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan garis-garis kontur yang lebih renggang. Kerapatan garis kontur yang berbeda menjadikan bentukan lahan (land form) yang bervariasi. Variasi bentukan lahan tersebut membentuk karakter bergelombang pada tapak Kompleks BBRVBD Cibinong (Gambar 21).

bergelombang datar

Gambar 21. Kondisi Topografi di RTH Kompleks BBRVBD 4.2.4. Hidrologi dan Drainase

Sumber air bersih utama yang ada di tapak berasal dari air tanah yang diambil dari sumur gali dengan menggunakan pompa air yang kemudian didistribusikan ke berbagai bagian yang membutuhkan air.

(53)

33 

 

[image:53.612.133.504.76.367.2]

tertutup terbuka

Gambar 22. Saluran Drainase 4.2.5. Vegetasi

Pada tapak terdapat tiga klasifikasi tata hijau, yakni tata hijau yang terdapat pada ruang terbuka hijau, jalur koridor pada gedung, dan taman pada tepi jalan atau gedung (Gambar 23).

Vegetasi yang terdapat pada Kompleks BBRVBD terdiri dari pohon, semak, dan vegetasi penutup tanah. Jenis-jenis pohon pada lokasi studi terdiri dari pohon besar dan pohon sedang. Pohon besar dan pohon sedang tersebut terdapat di ruang terbuka hijau. Pohon besar dan pohon sedang tersebut memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, perakaran yang kuat, dan daun yang rimbun.

(54)

34 

 

ruang terbuka hijau (bagian barat tapak) ruang terbuka hijau (di antara gedung)

[image:54.612.134.502.82.374.2]

taman tepian jalan/gedung vegetasi koridor (planter box) Gambar 23. Kondisi Ruang Terbuka dan Vegetasi

Tabel 5. Daftar Nama Tanaman di Kompleks BBRVBD

No. Nama Latin Nama Lokal Lokasi Tanaman

Penutup Tanah

1 Aglaonema sp. Sri rejeki Koridor, tepi jalan/gedung

2 Althernantera sp. Krokot Koridor, tepi jalan/gedung

3 Arachis pintoi Kacang-kacangan Koridor, tepi jalan/gedung

4 Axonopus compressuss Rumput paetan Koridor, tepi jalan/gedung

5 Begonia sp. Begonia Koridor, tepi jalan/gedung

6 Caladium sp. Keladi hias Koridor, tepi jalan/gedung

7 Calathea picturata Maranta Koridor, tepi jalan/gedung

8 Carex morrowii Kucai Koridor, tepi jalan/gedung

9 Chlorophytum sp. Lili paris Koridor, tepi jalan/gedung

10 Coleus sp. Bayam-bayaman Koridor, tepi jalan/gedung

11 Cuphea hyssopifolia Taiwan beauty Koridor, tepi jalan/gedung

12 Ophiopogon sp. Opiopogon Koridor, tepi jalan/gedung

13 Palisota barteri Palisota Koridor, tepi jalan/gedung

14 Pilea sp. Daun mutiara Koridor, tepi jalan/gedung

15 Portulaca sp. Sutra bombay Koridor, tepi jalan/gedung

16 Rhoe discolor Adam hawa Koridor, tepi jalan/gedung

17 Sanseiniera sp. Lidah mertua Koridor, tepi jalan/gedung

18 Selaginella sp. Cakar ayam Koridor, tepi jalan/gedung

19 Serissa foetida Serissa Koridor, tepi jalan/gedung

20 Zephyrantes sp. Bawang brojol Koridor, tepi jalan/gedung

Semak Rendah

1 Furecraea gigantea Giant falseagave Koridor, tepi jalan/gedung

[image:54.612.132.492.423.700.2]
(55)

35 

[image:55.612.138.486.102.450.2]

 

Tabel 5. Daftar Nama Tanaman di Kompleks BBRVBD (lanjutan) Semak Sedang

1 Acalypha macrophylla Teh-tehan RTH, tepi jalan/gedung

2 Arundinaria pumila Bambu jepang RTH, tepi jalan/ged

Gambar

Gambar 2. Foto Udara BBRVBD (Tanpa Skala) (Sumber: www.wikimapia.com)
Gambar 5. Denah Menuju BBRVBD Cibinong
Tabel 2. Aspek, Jenis, dan Sumber Data yang Diperlukan
Gambar 7. Tahapan Studi
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan evaluasi menurut ketentuan - ketentuan yang berlaku oleh Panitia Pengadaan Barang Dan Jasa, maka Panitia Pengadaan Barang Dan Jasa

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka Pokja ULP Konstruksi – Pembangunan Gedung Laboratorium Balai Besar POM Di Semarang tahun 2016 sesuai dengan Peraturan Presiden No 54 Tahun

Acorde con el Reglamento de la Ley Federal de Radio y Televisión en materia de concesiones, permisos y contenido de las transmisiones de radio y televisión, así como con

dengan tepat.. Melakukan pencampuran gambar digital sesuai perintah kerja dengan tepat 2.2.5. Memberikan warna pada gambar sesuai perintah kerja dengan tepat 2.3. Mampu

Penyebutan nama iklan dalam judul acara radio (adlips max 15 kata) disiarkan pada opening, clossing acara dan call program.. Maksimal 15

Hak selanjutnya yang paling dibutuhkan oleh konsumen adalah hak untuk didengarkan keluhan atau klaimnya tersebut, dimana pihak pelaku usaha harus memberikan

Pada Gambar 9 merupakan salah satu model implementasi teknologi augmented reality yang dikembangan dengan menggunakan library ARToolkit.. Aplikasi