• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN

Nur Aini*, Robinson Tarigan**, dan Rujiman**

*Alumni PWD SPs USU

**Dosen FE/PWD SPs USU

Abstract: Simalungun is an area that has excellent potential in agriculture and tourism, then it is fitting for planning education in Simalungun more oriented on agriculture and tourism. The research was conducted in Simalungun taking place Silimakuta District, District Bosar Maligas, and District Girsang Sipangan Bolon. The method of analysis used in this study is an analysis of LQ and gravity analysis with a sample of 100 respondents from a population of 68 222 people. Sampling of respondents based on probability sampling. From the research dperoleh that potential-based vocational potential areas in the District Silimakuta, Bosar Maligas District, and District Girsang Sipangan Bolon based on the Location Quotient (LQ) the number of workers per sector in 2011 can be identified that Simalungun Silimakuta district is the base on agriculture with values 1.1867 LQ. Maligas Bosar districts are the basis for the industrial sector has the largest LQ value than other districts in the amount of 6.9196 Simalungun. Girsang districts Sipangan Bolon is the base in the tourism sector with a value of 2.2226 LQ.

Abstrak: Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, maka sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian dan pariwisata. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simalungun yang mengambil lokasi Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ dan analisis gravitasi dengan jumlah sampel responden 100 orang dari 68.222 orang jumlah populasi. Pengambilan sampel responden berdasarkan probability sampling. Dari hasil penelitian dperoleh bahwa potensi SMK berbasis potensi wilayah di Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) jumlah tenaga kerja per sektor tahun 2011 Kabupaten Simalungun dapat teridentifikasikan bahwa Kecamatan Silimakuta merupakan basis pada sektor pertanian dengan nilai LQ 1,1867. Kecamatan Bosar Maligas merupakan basis pada sektor industri karena memiliki nilai LQ terbesar dibanding kecamatan lain di Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 6,9196. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon merupakan basis pada sektor pariwisata dengan nilai LQ 2,2226.

Kata kunci:lokasi SMK, potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata, daya tarik kecamatan

PENDAHULUAN

Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat dilimpahkan kepada daerah untuk menangani urusannya masing-masing. Di Indonesia otonomi daerah tidak

dilaksanakan secara frontal untuk segala urusan, tetapi sebagian urusan daerah tidak lagi diintervensi oleh pemerintah pusat. Mengingat kondisi ini, maka diharapkan dapat mendorong kemajuan daerah berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimiliki.

(2)

manajemen berbagai sumber daya yang ada di daerah. Apabila otonomi daerah dikonsentrasikan di wilayah kota atau kabupaten, maka provinsi tidak lagi sebagai pemerintah otonom, tetapi bersifat koordinatif. Wewenang penyelenggaraan segala urusan berada pada tingkat kota atau kabupaten. Hal ini akan membawa dampak pada penataan sistem pendidikan, termasuk organisasi penyelenggara, kurikulum, penataan Sumber Daya Manusia (SDM), pendanaan, sistem manajemen, sarana prasarana, dan pengembangan pendidikan daerah.

Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada suatu wilayah. Keberhasilan pembangunan dalam suatu wilayah terletak pada sejauhmana sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut mampu mengelola sumber daya alam yang ada dan mengembangkan wilayah tersebut menjadi maju. Maju tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh peran SDM yang ada pada wilayah tersebut. Oleh karena itu, sangat diperlukan program-program pembangunan sumber daya manusia secara lokal di suatu wilayah untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat diciptakan melalui perencanaan pembangunan pendidikan yang terarah dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini. Keberhasilan pembangunan pendidikan ini membutuhkan kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat setempat. Perencanaan pembangunan pendidikan yang baik adalah perencanaan yang dapat menjawab masalah yang terjadi dalam bidang pendidikan serta mampu mengantisipasi hal-hal negatif yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pentingnya pemilikan SDM berkualitas juga dirasakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun.

Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur (Matondang, 2010). Nachrowi dan Suhandojo (2001) menyatakan dalam

pengembangan suatu wilayah sebagai strategi pembangunan nasional ada tiga pilar yang mempunyai hubungan yang erat dan harus saling berinteraksi yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi. Suatu wilayah yang mempunyai sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi akan cepat berkembang dibanding wilayah lain.

Agar pendidikan tersebut berkualitas dan berdampak bagi suatu pengembangan wilayah maka perlu dilakukan perencanaan pendidikan yang melibatkan kegiatan multidisipliner yang memperhatikan masalah-masalah demografi, ekonomi, keuangan, pemerintah, pedagogi, statistic persekolahan, lingkungan, sosial budaya dan aspek lainnya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perencanaan pendidikan (Enoch, dalam Matondang, 2009). Artinya perencanaan pendidikan dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai aspek sehingga pendidikan itu dapat berfungsi dengan baik menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas secara menyeluruh. Menyeluruh dalam pengertian semua warga negara mendapatkan kesempatan untuk belajar sehingga masing-masing memiliki kemampuan untuk mendukung pembangunan suatu wilayah ataupun negara. Karenanya suatu wilayah dalam proses pembangunannya sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia berkualitas merupakan faktor yang menentukan maju tidaknya suatu wilayah.

Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan perencanaan yang komprehensif dengan melibatkan indikator-indikator ekonomi, kependudukan, kependidikan maupun potensi sumber daya alam. Sejalan dengan hal itu, strategi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia

diarahkan pada kemampuan

(3)

hidup ini sangat relevan dengan pengembangan pendidikan kejuruan.

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. (UU Sisdiknas No: 20. 2003). Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu subsistem dari sistem pendidikan nasional dengan tugas utamanya adalah mempersiapkan lulusannya memasuki dunia kerja, mengisi keperluan tenaga terampil tingkat menengah. Dipertegas melalui PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3 bahwa, Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.

Dengan sekolah kejuruan diharapkan dapat menyiapkan peserta didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan.

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun termasuk dalam kawasan dataran tinggi Sumatera Utara yang dikenal dengan wilayah Dataran Tinggi Bukit Barisan. Pada dasarnya kawasan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara merupakan wilayah yang memiliki potensi dan sektor unggulan di bidang pertanian, perkebunan, dan pariwisata.

Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, maka sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian dan pariwisata. Selain itu dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangkei perlu juga pembangunan pendidikan berorientasi industri.

Potensi pertanian terdapat di Kecamatan Silimakuta karena merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Simalungun yang berpusat di Nagori Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta. Kawasan ini merupakan pusat

kegiatan agropolitan yang pengembangan dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan pertanian off farm, yang saat ini telah dilengkapi dengan sub terminal agribisnis (STA).

Potensi pariwisata terdapat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon karena merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) budaya, lingkungan dan pariwisata. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kecamatan Dolok Pardamean dan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan KSK budaya, lingkungan dan pariwisata yang berpusat di Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, yang potensinya antara lain : a ) memiliki keunggulan wisata alam (danau dan pemandangan alam) yang telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana wisata yang memadai. Dimana, direncanakan akan dibangun pelabuhan fery untuk memudahkan wisatawan mengunjungi kawasan ini, dan b) memiliki potensi lingkungan berupa hutan maupun satwa yang unik (Parherekan di Sibatuloting).

Potensi industri terdapat di Kecamatan Bosar Maligas karena merupakan Kawasan strategis Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Kawasan Sei Mangkei ini merupakan kawasan perdagangan dan industri sebagai pusat kegiatan strategis untuk pengembangan wilayah Simalungun bagian timur dan juga keberadaannya yang berbatasan dengan Kabupaten Batubara.

Pendidikan kejuruan pertanian, pariwisata, dan industri merupakan suatu proses pembentukan sumber daya manusia pertanian, pariwisata, industri yang berkualitas, terampil dan mandiri serta mempunyai daya saing yang tangguh untuk menghadapi tantangan-tantangan yang terjadi pada masa era globalisasi saat ini serta mengantisipasi hal-hal negatif di masa yang akan datang.

(4)

daerah yang mencoba beralih ke sektor ekonomi yang dianggap lebih maju dan memiliki prospek yang cerah, yang menjadi poin penting adalah biarlah daerah yang berpotensi sebagai daerah pertanian, pariwisata dan industri tetap menjaga citra dirinya sebagai daerah pertanian, pariwisata dan industri tetapi juga dapat membenahi diri untuk tetap bisa eksis dan menjadi basis pertanian, pariwisata dan industri yang menjanjikan kemajuan dan pengembangan wilayahnya.

Jika pembangunan pertanian, pariwisata dan industri di Kabupaten Simalungun tidak dimulai dari pembangunan SDM pertanian melalui suatu perencanaan pendidikan yang berorientasi untuk menciptakan SDM pertanian, pariwisata dan industri yang berkualitas, maka di masa yang akan datang Kabupaten Simalungun tidak akan mampu bersaing dan dapat menjadi daerah yang tertinggal. Selama ini latar belakang pendidikan SDM pertanian, pariwisata, dan industri khususnya petani pada umumnya hanya lulusan SD ataupun tidak lulus SD. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan peranan Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun untuk dapat memberikan perhatian terhadap pengembangan, pembangunan dan peningkatan SDM pertanian di Kabupaten Simalungun.

Perencanaan pengembangan pendidikan berbasis potensi wilayah dalam hal strategi pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian, Pariwisata dan Industri di Kabupaten Simalungun merupakan salah satu jawaban untuk mempersiapkan dan meningkatkan SDM pertanian, pariwisata dan industri yang berkualitas di masa yang akan datang.

Pengembangan sekolah kejuruan dewasa ini masih dilakukan berdasarkan animo masyarakat dengan jurusan yang sedang tren, sehingga lulusan sekolah kejuruan cenderung memilih untuk mencari kerja di daerah perkotaan pada sektor formal. Kondisi seperti ini menjadikan perkembangan daerah menjadi lambat karena tenaga-tenaga terampil yang mestinya bisa diarahkan untuk membangun daerahnya malah memilih untuk bekerja di daerah lain. Mungkin akan berbeda kondisinya jika pengembangan sekolah kejuruan diarahkan pada pengembangan

potensi wilayah, dengan kata lain pengembangan sekolah kejuruan berbasis pengembangan wilayah.

Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya. Hal ini sudah pasti harus memperlihatkan aspek lingkungan dalam hal ini perlu diperhatikan aspek kebutuhan, situasi, keadaan, lokasi, keadaan perekonomian dan juga aspek social politik. Maka perencanaan pendidikan yang dilakukan harus komprehensif, menyeluruh dan terpadu. Permasalahannya adalah pembangunan sekolah baru tanpa disertai dengan analisis lokasi yang memadai. Lokasi sekolah di bangun tanpa mempertimbangkan dimana sebenarnya sekolah tersebut dikehendaki calon murid.

Untuk itu perlu adanya keselarasan antara kebijakan pengembangan wilayah dan pengembangan potensi wilayah serta di dukung pula dengan peningkatan SDM. Penerapan kebijakannya adalah memprioritaskan adanya sekolah kejuruan yang dapat menampung penduduk usia sekolah menengah untuk memperoleh pendidikan sekolah kejuruan dan selanjutnya lulusan sekolah kejuruan tersebut dapat mengembangkan wilayah dan melakukan pembangunan di Kabupaten Simalungun.

METODE

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata dilakukan berdasarkan rangking urutan dari rataan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah berdasarkan rangking urutan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di wilayah

kecamatan tersebut. Hasil rataan rangking urutan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pertanian di Kabupaten Simalungun

Kecamatan Analisis LQ Daya Tarik Rataan

Urutan Rank

Urutan Jlh

SMK

Nilai Kriteria Urutan Kriteria Urutan

Silimakuta 1,1867 Basis 11 Rendah 14 12,5 11 -

Pematang Silimakuta 1,3299 Basis 4 Rendah 28 16 18 -

Purba 1,3605 Basis 2 Rendah 20 11 8 -

Haranggaol Horison 0,6073 Non Basis 28 Rendah 22 25 29 -

Dolok Pardamean 1,3338 Basis 3 Rendah 21 12 9 -

Sidamanik 1,0737 Basis 16 Rendah 10 13 13 2

Pematang Sidamanik 1,2490 Basis 7 Rendah 23 15 14 -

Girsang Sipangan Bolon 0,6030 Non Basis 29 Rendah 25 27 31 -

Tanah Jawa 0,9532 Non Basis 17 Tinggi 4 10,5 7 5

Hatonduhan 1,3193 Basis 5 Rendah 26 15,5 16 -

Dolok Panribuan 1,2558 Basis 6 Rendah 9 7,5 3 -

Jorlang Hataran 1,2285 Basis 8 Sedang 8 8 5 2

Panei 1,1899 Basis 10 Tinggi 3 6,5 1 -

Panombeian Panei 1,2274 Basis 9 Sedang 5 7 2 -

Raya 0,9273 Non Basis 19 Rendah 18 18,5 20 2

Dolok Silou 1,3673 Basis 1 Rendah 30 15,5 15 -

Silou Kahean 0,9477 Non Basis 18 Rendah 31 24,5 27 1

Raya Kahaean 1,0742 Basis 15 Rendah 29 22 24 -

Tapian Dolok 0,5938 Non Basis 30 Rendah 16 23 25 -

Dolok Batu Nanggar 0,6361 Non Basis 26 Rendah 12 19 22 1

Siantar 0,6886 Non Basis 24 Sedang 7 15,5 17 6

Gunung Malela 0,8692 Non Basis 21 Rendah 11 16 19 1

Gunung Maligas 0,7511 Non Basis 22 Rendah 15 18,5 21 1

Hutabayu Raja 1,1916 Basis 12 Rendah 13 12,5 12 -

Jawa Maraja Bah Jambi 1,0921 Basis 13 Sedang 6 9,5 6 -

Pematang Bandar 1,0809 Basis 14 Tinggi 2 8 4 3

Bandar Huluan 0,9187 Non Basis 20 Rendah 19 19,5 23 2

Bandar 0,7263 Non Basis 23 Tinggi 1 12 10 12

Bandar Marsilam 0,6744 Non Basis 25 Rendah 24 24,5 28 1

Bosar Maligas 0,2890 Non Basis 31 Rendah 17 24 26

Ujung Padang 0,6360 Non Basis 27 Rendah 27 27 30

(6)

Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, Kecamatan Panombeian Panei, Kecamatan Dolok Panribuan, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Jorlang Hataran, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, Kecamatan Bandar dan Kecamatan Silimakuta, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Alternatif Penentuan Lokasi

SMK Berbasis Potensi

Wilayah Pertanian di

Kabupaten Simalungun

Berdasarkan Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan

Kecama tan

Analisis LQ Daya Tarik Rataan Urutan

Rank Urutan Jlh

SMK Nilai Kriteria Urutan Kriteria Urutan

Silimaku

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah

Berdasarkan tabel alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan Kecamatan Panei berada pada rangking urutan pertama, merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah

pertanian prioritas kedua dapat dilakukan di Kecamatan Panombeian Panei, hal ini disebabkan Kecamatan Panombeian Panei berada pada rangking urutan kedua, merupakan sektor basis, memiliki daya tarik sedang dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian prioritas ketiga dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Panribuan walaupun memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kecamatan ini berada pada rangking urutan ketiga, merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.

Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi merupakan prioritas keempat dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan keenam, hal ini disebabkan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi merupakan sektor basis, memiliki daya tarik sedang, belum memiliki SMK. Kecamatan Purba dan Kecamatan Dolok Panribuan merupakan prioritas kelima dan keenam dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan kedelapan dan kesembilan dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.

Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jorlang Hataran merupakan prioritas ketujuh dan kedelapan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan keempat dan kelima, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut merupakan sektor basis, memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, namun masing-masing memiliki 3 dan 2 SMK. Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan Bandar bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan 7 dan urutan 10 dan memiliki daya tarik tinggi, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor pertanian dan telah memiliki SMK masing-masing sebanyak 5 dan 12 SMK.

(7)

Tabel 3. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di Kabupaten Simalungun

Kecamatan Analisis LQ Daya Tarik Rataan

Urutan Rank

Urutan Jlh

SMK

Nilai Kriteria Urutan Kriteria Urutan

Silimakuta 0,0523 Non Basis 27 Rendah 14 20,5 22 -

Pematang Silimakuta 0,0269 Non Basis 29 Rendah 28 28,5 30 -

Purba 0,0225 Non Basis 30 Rendah 20 25 24 -

Haranggaol Horison 0,0138 Non Basis 31 Rendah 22 26,5 27 -

Dolok Pardamean 0,0838 Non Basis 23 Rendah 21 22 23 -

Sidamanik 1,5040 Basis 7 Rendah 10 8,5 4 2

Pematang Sidamanik 0,3789 Non Basis 17 Rendah 23 20 21 -

Girsang Sipangan Bolon 0,0555 Non Basis 26 Rendah 25 25,5 26 -

Tanah Jawa 1,0306 Basis 11 Tinggi 4 7,5 3 5

Hatonduhan 0,1299 Non Basis 21 Rendah 26 23,5 25 -

Dolok Panribuan 0,1332 Non Basis 20 Rendah 9 14,5 15 -

Jorlang Hataran 0,0998 Non Basis 22 Sedang 8 15 16 2

Panei 0,5239 Non Basis 15 Tinggi 3 9 7 -

Panombeian Panei 0,2556 Non Basis 18 Sedang 5 11,5 12 -

Raya 1,1067 Basis 10 Rendah 18 14 14 2

Dolok Silou 0,0830 Non Basis 24 Rendah 30 27 28 -

Silou Kahean 0,0384 Non Basis 28 Rendah 31 29,5 31 1

Raya Kahaean 0,0792 Non Basis 25 Rendah 29 27 29 -

Tapian Dolok 2,4246 Basis 3 Rendah 16 9,5 9 -

Dolok Batu Nanggar 2,3210 Basis 4 Rendah 12 8 5 1

Siantar 2,6984 Basis 2 Sedang 7 4,5 2 6

Gunung Malela 0,5397 Non Basis 13 Rendah 11 12 13 1

Gunung Maligas 1,9108 Basis 6 Rendah 15 10,5 11 1

Hutabayu Raja 0,2502 Non Basis 19 Rendah 13 16 19 -

Jawa Maraja Bah Jambi 0,5261 Non Basis 14 Sedang 6 10 10 -

Pematang Bandar 0,3851 Non Basis 16 Tinggi 2 9 8 3

Bandar Huluan 0,7200 Non Basis 12 Rendah 19 15,5 17 2

Bandar 1,3149 Basis 8 Tinggi 1 4,5 1 12

Bandar Marsilam 1,2736 Basis 9 Rendah 24 16,5 20 1

Bosar Maligas 6,9196 Basis 1 Rendah 17 9 6

Ujung Padang 2,2400 Basis 5 Rendah 27 16 18

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah

Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bandar, Kecamatan Siantar, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Sidamanik, Kecamatan

(8)

Tabel 4. Alternatif Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan

Kecamatan Analisis LQ Daya Tarik Rataan

Urutan Rank

Urutan Jlh

SMK

Nilai Kriteria Urutan Kriteria Urutan

Sidamanik 1,5040 Basis 7 Rendah 10 8,5 4 2

Tanah Jawa 1,0306 Basis 11 Tinggi 4 7,5 3 5

Panei 0,5239 Non Basis 15 Tinggi 3 9 7 -

Tapian Dolok 2,4246 Basis 3 Rendah 16 9,5 9 -

Dolok Batu Nanggar 2,3210 Basis 4 Rendah 12 8 5 1

Siantar 2,6984 Basis 2 Sedang 7 4,5 2 6

Jawa Maraja Bah Jambi 0,5261 Non Basis 14 Sedang 6 10 10 -

Pematang Bandar 0,3851 Non Basis 16 Tinggi 2 9 8 3

Bandar 1,3149 Basis 8 Tinggi 1 4,5 1 12

Bosar Maligas 6,9196 Basis 1 Rendah 17 9 6

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah

Berdasarkan tabel alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik kecamatan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.

Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas kedua dapat dilakukan di Kecamatan Tapian Dolok, walaupun berada pada rangking urutan kesembilan dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Tapian Dolok merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.

Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas ketiga dan keempat dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan Kecamatan Sidamanik, walaupun berada pada rangking urutan kelima dan keempat, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan

merupakan sektor basis dan masing-masing baru memiliki 1 SMK dan 2 SMK.

Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas kelima, keenam dan ketujuh dapat dilakukan di Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Siantar dan Kecamatan Bandar, walaupun memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, dan masing-masing berada pada rangking urutan ketiga, kedua dan kesatu, serta merupakan sektor basis, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut telah memiliki masing-masing 5, 6 dan 12 SMK.

Kecamatan Panei, Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri walaupun memiliki daya tarik tinggi dan sedang dan berada pada rangking urutan 7, 8 dan 10 serta Kecamatan Panei dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi belum memiliki SMK, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor industri.

(9)

Tabel 5. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pariwisata di Kabupaten Simalungun

Kecamatan Analisis LQ Daya Tarik Rataan

Urutan Rank

Urutan Jlh

SMK

Nilai Kriteria Urutan Kriteria Urutan

Silimakuta 0,8198 Non Basis 20 Rendah 14 17 22 -

Pematang Silimakuta 0,4524 Non Basis 27 Rendah 28 27,5 30 -

Purba 0,2339 Non Basis 31 Rendah 20 25,5 28 -

Haranggaol Horison 2,3081 Basis 1 Rendah 22 11,5 7 -

Dolok Pardamean 0,3696 Non Basis 29 Rendah 21 25 27 -

Sidamanik 0,8236 Non Basis 19 Rendah 10 14,5 16 2

Pematang Sidamanik 0,6063 Non Basis 23 Rendah 23 23 26 -

Girsang Sipangan Bolon 2,2226 Basis 2 Rendah 25 13,5 13 -

Tanah Jawa 1,0189 Basis 16 Tinggi 4 10 4 5

Hatonduhan 0,4897 Non Basis 28 Rendah 26 27 29 -

Dolok Panribuan 0,6003 Non Basis 24 Rendah 9 16,5 21 -

Jorlang Hataran 0,5970 Non Basis 25 Sedang 8 16,5 20 2

Panei 0,6608 Non Basis 22 Tinggi 3 12,5 11 -

Panombeian Panei 0,5915 Non Basis 26 Sedang 5 15,5 18 -

Raya 1,0718 Basis 13 Rendah 18 15,5 17 2

Dolok Silou 0,2904 Non Basis 30 Rendah 30 30 31 -

Silou Kahean 1,6848 Basis 6 Rendah 31 18,5 24 1

Raya Kahaean 1,0545 Basis 15 Rendah 29 22 25 -

Tapian Dolok 1,4428 Basis 9 Rendah 16 12,5 10 -

Dolok Batu Nanggar 1,5353 Basis 8 Rendah 12 10 3 1

Siantar 1,0595 Basis 14 Sedang 7 10,5 6 6

Gunung Malela 1,2283 Basis 12 Rendah 11 11,5 8 1

Gunung Maligas 1,2793 Basis 11 Rendah 15 13 12 1

Hutabayu Raja 0,7634 Non Basis 21 Rendah 13 17 23 -

Jawa Maraja Bah Jambi 0,8492 Non Basis 18 Sedang 6 12 9 -

Pematang Bandar 0,9827 Non Basis 17 Tinggi 2 9,5 2 3

Bandar Huluan 1,3025 Basis 10 Rendah 19 14,5 15 2

Bandar 1,5836 Basis 7 Tinggi 1 4 1 12

Bandar Marsilam 2,0087 Basis 3 Rendah 24 13,5 14 1

Bosar Maligas 1,7678 Basis 4 Rendah 17 10,5 5

Ujung Padang 1,7045 Basis 5 Rendah 27 16 19

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah

Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kecamatan Tanah

(10)

Tabel 6. Alternatif Penentuan Pendirian SMK Berbasis Potensi Wilayah Pariwisata di Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan

Kecamatan Analisis LQ Daya Tarik Rataan

Urutan Rank

Urutan Jlh

SMK

Nilai Kriteria Urutan Kriteria Urutan

Haranggaol Horison 2,3081 Basis 1 Rendah 22 11,5 7 -

Girsang Sipangan Bolon 2,2226 Basis 2 Rendah 25 13,5 13 -

Tanah Jawa 1,0189 Basis 16 Tinggi 4 10 4 5

Tapian Dolok 1,4428 Basis 9 Rendah 16 12,5 10 -

Dolok Batu Nanggar 1,5353 Basis 8 Rendah 12 10 3 1

Siantar 1,0595 Basis 14 Sedang 7 10,5 6 6

Gunung Malela 1,2283 Basis 12 Rendah 11 11,5 8 1

Jawa Maraja Bah Jambi 0,8492 Non Basis 18 Sedang 6 12 9 -

Pematang Bandar 0,9827 Non Basis 17 Tinggi 2 9,5 2 3

Bandar 1,5836 Basis 7 Tinggi 1 4 1 12

Bosar Maligas 1,7678 Basis 4 Rendah 17 10,5 5

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah

Berdasarkan tabel alternatif penentuan pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik kecamatan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada pada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.

Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas kedua dan ketiga dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Tapian Dolok, walaupun kedua kecamatan ini berada pada rangking urutan kelima dan kesepuluh, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan ini merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.

Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas keempat dan kelima dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan Kecamatan Gunung Malela, walaupun berada pada rangking urutan ketiga dan kedelapan, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan ini

merupakan sektor basis dan masing-masing baru memiliki 1 SMK.

Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas keenam, ketujuh dan kedelapan dapat dilakukan di Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Siantar dan Kecamatan Bandar, waluapun memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, dan masing-masing berada pada rangking urutan ketiga, keenam dan kesatu, serta merupakan sektor basis, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut telah memiliki masing-masing 5, 6 dan 12 SMK.

Kecamatan Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata walaupun memiliki daya tarik tinggi dan sedang dan berada pada rangking urutan kedua dan kesembilan serta Kecamatan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi belum memiliki SMK, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor pariwisata.

(11)

dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan berada pada rangking urutan 1 (pertama), merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK.

Prioritas utama pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.

Kecamatan Girsang Sipangan Bolon bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata karena berada pada rangking urutan 13 (ketigabelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada pada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.

Hasil di atas menunjukkan bahwa perencanan pendirian SMK berbasis potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor pertanian, industri dan pariwisata. Peningkatkan kualitas dapat dilihat dari ketrampilan/keahlian yang dimiliki oleh sumber daya manusia setelah menempuh pendidikan di SMK berbasis potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata. Peningkatan kuantitas dapat dilihat dari berkembangnya sektor pertanian, industri dan pariwisata akan meningkatkan jumlah tenaga kerja.

Berdasarkan hasil temuan studi, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mengembangkan wilayah secara optimal saat ini Kabupaten Simalungun membutuhkan tenaga kerja dibidang pertanian, industri dan pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja berdasarkan lapangan usaha yang menunjukkan sektor pertanian berada pada urutan pertama yaitu 235.460 orang, kemudian diikuti sektor pariwisata (sektor perdagangan, hotel dan restoran) sebanyak

66.880 orang dan sektor industri berada urutan keempat yaitu sebanyak 19.702 orang setelah sektor jasa-jasa yang berada urutan ketiga sebanyak 24.423 orang). Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ekonomi membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan atau keahlian tertentu di bidang pertanian, industri dan pariwisata, maka proporsi jumlah SMK harus dapat ditingkatkan. Hal ini karena dari sisi demand atau kebutuhan kualifikasi pendidikan tenaga kerja dari sektor ekonomi dominan membutuhkan lebih dari tenaga kerja dengan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Sektor ekonomi dominan penyumbang PDRB kabupaten Simalungun terbesar berturut-turut adalah sektor pertanian (57,83%), industri (14,84%), perdagangan, restoran dan hotel ( 8,15%), Selain itu dari sisi supply, berdasarkan responden, saat ini 55 % siswa kelas III SMP yang akan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di Kabupaten Simalungun lebih memilih SMK.

Basis ekonomi dari sebuah komunitas dari aktivitas-aktivitas yang menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja basis yang menjadi tumpuan perekonomian, sehingga diperlukan SMK yang sesuai dengan potensi wilayah agar dapat bersaing dalam era globalisasi dan kelulusan siswa memiliki kemampuan untuk beradaptasi dalam potensi wilayah tersebut yang konsekuensinya dapat memiliki pekerjaan sesuai dengan potensi wilayah dan menciptakan peluang kerja sesuai dengan potensi wilayah.

KESIMPULAN

(12)

merupakan basis pada sektor pariwisata dengan nilai LQ 2,2226.

2. Daya tarik Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dalam penentuan lokasi SMK di Kabupaten Simalungun berdasarkan analisis interaksi (gravitasi), yaitu menggunakan variabel jumlah siswa SMP dan jarak suatu wilayah kecamatan ke wilayah kecamatan lainnya menunjukkan bahwa Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon memiliki daya tarik rendah. Kecamatan Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan Panei merupakan wilayah kecamatan di Kabupaten Simalungun yang memiliki daya tarik tinggi untuk penentuan lokasi SMK di Kabupaten Simalungun.

SARAN

1. Kecamatan Silimakuta bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pertanian karena berada pada rangking urutan 11 (kesebelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan berada pada rangking urutan 1 (pertama), merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK.

2. Prioritas utama pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.

3. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata karena berada pada rangking urutan 13 (ketigabelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis

potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK. 4. Sektor ekonomi Kabupaten Simalungun

membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan atau keahlian tertentu di bidang pertanian, industri dan pariwisata, maka proporsi jumlah SMK harus dapat ditingkatkan. Hal ini karena dari sisi demand atau kebutuhan kualifikasi pendidikan tenaga kerja dari sektor ekonomi dominan membutuhkan lebih dari tenaga kerja dengan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Sektor ekonomi dominan penyumbang PDRB kabupaten Simalungun terbesar berturut-turut adalah sektor pertanian (57,83%), industri (14,84%), perdagangan, restoran dan hotel ( 8,15%), Selain itu dari sisi supply, berdasarkan responden, saat ini 55 % siswa kelas III SMP yang akan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di Kabupaten Simalungun lebih memilih SMK.

DAFTAR RUJUKAN

Ahadin. 2009. Peranan Komite Sekolah Dalam Peningkatan Manajemen Kemandirian Sekolah. Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume II No, 01 Edisi Juli 2009.

Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa–Kota dan Permasalahannya. Penerbit Ghalia. Jakarta.

Hajizi. 2004. Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara (Tesis), Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Jayaditana, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung. ITB Bandung

(13)

Analisis Multi Kriteria AHP (Analytic Hierarchy Process ). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Surabaya. Lubis, A. 2010. Pelaksanaan Standar

Nasional Dalam Dunia Pendidikan.

Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume III No, 02 Edisi Desember 2010.

Lumban Gaol, M. 2010. Pengaruh Persepsi Guru TEntang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja, dan Pengendalian Stress Terhadap Komitmen Guru. Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume III No, 01 Edisi Juli 2010.

Mercado, R.G. 2002. Regional Development in The Philippine: A Review of Experience, State of The Art and Agenda for Research and Action, Discussion Paper Series. Phillipine Institute for Development Studies.

Matondang, M.S.E.S. 2009. Perencanaan Pendidikan Menengah Kejuruan Dikaitkan Dengan Potensi Wilayah Kawasan Utara Kota Medan.. Tesis

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Matondang, Z. 2010. Mengoptimalkan Mutu Proses Pembelajaran Matematika di Kelas. Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume III No, 02 Edisi Desember 2010.

Miarsih. 2009. Kajian Penentuan lokasi Gedung SD-SMP Satu Atap Di Kabupaten Demak. Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. Miraza, B. H. 2005. Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung-Koordinator Jawa Barat. Bandung.

Mirza, I. 2008. Pengembangan Sekolah Kejuruan Berbasis Potensi Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Brebes. Tesis. Program

Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. Mulyanto. H.R. 2008. Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Nachrowi dan Suhandojo. 2001. Analisis Sumber Daya Manusia, Otonomi Daerah, dan Pengembangan Wilayah. dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah : Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, dan Teknologi. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah BPPT. Jakarta.

Pohan, M.H. 2012. Analisis Lokasi Pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Pematangsiantar Dalam Ranga Meraih Bonus Demografi. Tesis

Magister Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak Dipublikasikan. Safi’i. H.M. 2007. Strategi dan Kebijakan

Pembangunan Ekonomi Daerah. Perspektif Teoritik. Averroes Press. Malang.

Sangadji, E,M. dan Sopiah. 2010.

Metodologi Penelitian. Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Andi Yogyakarta.

Sa’ud, Syaefudin Udin. 2007. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya.

Sirojuzilam, Abdiyanto, Bastari, A. Kadir dan S. Binsar. 2005. Pendidikan dan Kesehatan Dalam Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Kabupaten Deli Serdang. Wahana Hijau. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Volume 1 Nomor 2 Desember 2005. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sirojuzilam dan K. Mahalli. 2010.

(14)

Soemarno. 2004. Peranan Analisis Dalam Perencanaan Lingkungan. Mata Kuliah Perencanaan Lingkungan dan Pengembangan Wilayah. Program Pascasarjana Universitas Brwawijaya. Malang.

Sokib dan Wiraawan. 2010. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pengembangan Komptenesi Keahlian Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Gresik. Prosiding Seminar Nasional Sains 2010. Optimalisasi Sians Untuk Memberdayakan Manusia. Surabaya.

Surya, A. 2012. Membangun Kota Sarat Prestasi. Rubrik Opini, Harian Waspada Senin 9 Juli 2012.

Suprapta. 2006. Ketergantungan Wilayah Kecamatan Mranngen Terhadap Kota Semarang. Tesis Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak Dipublikasikan.

Supriadi, O. 2010. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pembiayaan Terhadap Mutu Pendidikan di Provinsi Banten..

Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume III No, 01 Edisi Juli 2010. Tarigan, R. 2006. Perencanaan

Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. Tarigan, R. 2009. Ekonomi Regional. Teori

dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Umar, H. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua. Grafindo Persada. Jakarta.

Wardiman Djojonegoro, 1999.

Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Penerbit : PT. Balai Pustaka.

Gambar

Tabel 1. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam  Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pertanian di  Kabupaten  Simalungun
Tabel 2. Alternatif Penentuan Lokasi
Tabel 3. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam  Penentuan  Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di  Kabupaten  Simalungun
Tabel 4. Alternatif Penentuan Lokasi  SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di  Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Urutan Analisis  LQ dan  Daya Tarik Kecamatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, antusiasme warga sekolah khususnya guru dan peserta didik dalam peran sertanya merealisasikan program-program yang telah dicanangkan melalui

Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh fraksi volume core terhadap peningkatan kekuatan Impak komposit sandwich hibrid berpenguat kombinasi serat rami woven dan serat

Satu satu anak membaca Iqra Guru membimbingnya Buku kerja, kartu kata, gambar Buku kerja, kartu angka Buku Iqra Unjuk kerja Unjuk kerja Observasi Ketelitian motorik

(1) Kesepakatan Diversi untuk menyelesaikan tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, atau nilai kerugian korban

4.2 Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai permainan dan atau olahraga

[r]

Latar belakang menjelaskan mengapa pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah suatu Peraturan Perundang-undangan memerlukan suatu kajian

[r]