• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakter Agronomi Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) untuk Produksi Nira

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakter Agronomi Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) untuk Produksi Nira"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTER AGRONOMI TANAMAN AREN

(

Arenga pinnata

(Wurmb) Merr.) UNTUK

PRODUKSI NIRA

IPAN ALISAPUTRA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakter Agronomi Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) untuk Produksi Nira adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

IPAN ALISAPUTRA. Karakter Agronomi Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) untuk Produksi Nira. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI.

Penelitian bertujuan mempelajari keragaan agronomis dari pohon aren yang disadap dan produksi nira aren yang dihasilkan. Percobaan menggunakan 15 pohon aren produktif yang disadap oleh 3 orang petani. Pengamatan volume nira hasil sadapan dilakukan tiap pagi dan sore untuk tiap infloresen jantan, sedangkan hasil gula merah diamati tiap hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman aren di lokasi penelitian Desa Salagedang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, memiliki kisaran tinggi batang antara 6.9–20.3 m, dengan lingkar batang 0.5–1.53 m. Sampai dengan posisi infloresen jantan ke-14, pohon aren masih dapat produksi dalam 50 hari masa sadap menghasilkan nira dengan volume mencapai 233.3 liter. Lingkungan tumbuh aren di lokasi penelitian memiliki kisaran pH 5.0–6.4 , intensitas cahaya di bawah tajuk dekat permukaan tanah berkisar 1243–49012 lux, kisaran suhu 25.7–31.3 oC dengan kelembaban relatif 53.7–78%. Produksi nira dari infloresen jantan bervariasi pada kisaran 6.5–1045.7 liter dengan rataan 5.4 liter per infloresen per hari, lama penyadapan berkisar 2–167 hari. Sadapan pagi hari (dengan rataan 118 liter/infloresen dan rataan per hari 3.1 liter per infloresen) umumnya lebih banyak 40.3% dari hasil sadapan sore hari (dengan rataan 84.1 liter/infloresen dan rataan per hari 2.2 liter per infloresen). Hasil gula aren memiliki rendemen sekitar 14.2% bobot gula dari volume nira aren. Nira aren memiliki kandungan fruktosa 0.12%, glukosa 0.16% dan sukrosa 12.47% dengan total ketiganya 12.75%.

Kata kunci: gula merah, infloresen jantan, lingkungan tumbuh, nira aren

ABSTRACT

IPAN ALISAPUTRA. Agronomic Related Character of Sugar Palm (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) on Sap Production. Supervised by AHMAD JUNAEDI.

(5)

averaging 3.1 liters per day per infloresence) generally 40.3% higher than evening tapping (with an average 84.1 liters/infloresence and averaging 2.2 liters per day per infloresence). Brown sugar that was produced has a yield approximately 14.2% of brown sugar weight of sap volume. Arenga sap has content 0.12% of fructose, 0.16% of glucose, and 12.47% of sucrose with a total 12.75%.

(6)
(7)

IPAN ALISAPUTRA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

KARAKTER AGRONOMI TANAMAN AREN

(

Arenga pinnata

(Wurmb) Merr.) UNTUK

(8)
(9)

Judul Skripsi : Karakter Agronomi Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) untuk Produksi Nira

Nama : Ipan Alisaputra NIM : A24090078

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah tanaman aren, dengan judul Karakter Agronomi Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) untuk Produksi Nira.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kedapa Dr Ir Sudrajat MS selaku dosen penguji dan Dr Ir Endah Retno Palupi MSi selaku dosen program studi. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu Desta Wirnas yang telah bersedia menjadi moderator seminar hasil penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Madali, Bapak Ayung dan Bapak Ayat yang telah memberi izin dan membantu selama pengamatan di lapangan. Kemudian penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bambang dan Bapak Agus dari staf laboratorium Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah membantu selama penelitian. Selanjutnya penghargaan juga penulis sampaikan kepada Beastudi Etos Dompet Dhuafa dan Karya Salemba Empat yang telah memberikan beasiswa pendidikan dan investasi SDM selama menjalani perkuliahan di IPB. Selain itu terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Anas Dinurrohman Susila, Ph.D. selaku wali akademik selama menjalani perkuliahan. Ungkapan terima kasih terbesar juga disampaikan kepada ayah, almarhumah ibu, serta seluruh keluarga besar, atas segala doa dan kasih sayangnya yang tidak pernah putus. Terakhir penulis sampaikan salam semangat dan terima kasih atas segala dukungan dari rekan-rekan SOCRATES 46 IPB, keluarga besar Beastudi Etos Bogor, HIMAGRON IPB, DPM KM IPB 2010, MPM KM IPB 2010, Keluarga besar Karya Salemba Empat IPB.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak, ibu, dan rekan-rekan semua dengan balasan terbaik pada kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani dan Ekologi Aren 2

Penyadapan Nira Aren 3

METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Bahan dan Alat 4

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Tanaman Aren dan Lingkungan Tumbuh 5

Produksi dan Rendemen Gula 8

Hasil Sadap Nira Tiap Infloresen 9

KESIMPULAN DAN SARAN 12

Kesimpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

RIWAYAT HIDUP 14

(13)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi nira aren 4

2 Keragaan agronomis pohon aren yang disadap 6

3 Kondisi lingkungan tumbuh pohon 7

4 Data curah hujan, suhu, dan lama penyinaran di Kec. Campaka,

Cianjur 8

5 Produksi dan rendemen gula 9

6 Kandungan fruktosa, glukosa, dan sukrosa dari nira aren 9

7 Hasil sadap nira aren per infloresen 10

DAFTAR GAMBAR

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) adalah tanaman perkebunan yang sangat potensial sebagai penghasil pati dan gula. Tanaman aren dapat beradaptasi pada berbagai agroklimat, mulai dari dataran rendah hingga 1400 m di atas permukaan laut (Effendi 2009). Pengusahaan tanaman aren sebagian besar dilakukan oleh petani dan belum diusahakan dalam skala besar. Saat ini pengelolaan tanaman belum menerapkan teknik budidaya yang baik sehingga produktivitasnya rendah. Produk utama tanaman aren adalah nira hasil penyadapan dari bunga jantan yang dijadikan gula aren maupun minuman ringan, cuka dan alkohol (Rindengan dan Manaroinsong 2009; Smits 1996). Selain itu tanaman aren dapat menghasilkan bahan makanan yaitu kolang kaling dari buah yang berkembang dari bunga betina dan tepung aren untuk bahan makanan dalam bentuk kue, roti dan biskuit yang berasal dari pengolahan bagian empulur batang tanaman (Alam dan Baco 2004).

Menurut Ditjenbun (2011) estimasi perkembangan areal beberapa provinsi yang mengusahakan tanaman aren semakin meningkat. Pada tahun 2009 total areal tanaman aren di seluruh Indonesia mencapai 66 441 ha dengan produksi gula aren sebesar 42 186 ton. Areal dan produksi gula yang terbesar terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan luas areal sekitar 14 087 ha dan produksi 7 873 ton gula. Sentra produksi di Jawa Barat terletak di Kabupaten Cianjur. Pada tahun 2009 di Kabupaten Cianjur terdapat sekitar 3 284 ha dengan produksi gula merah sebanyak 1 352 ton.

Tanaman aren dikenal sebagai tanaman hapaksantik yaitu fase reproduktifnya membatasi pertumbuhan batang, artinya setelah berbunga betina dalam waktu hampir bersamaan (antara 4-7 tandan) kemudian diikuti oleh keluarnya bunga jantan mulai dari bagian atas tanaman sampai pada pangkal batang (antara 9-11 tandan). Sejak mulai keluar bunga tanaman aren bisa bertahan hidup hanya sekitar 3 tahun dan kemudian akan mati (Bernard 2007). Bunga betina sejak keluar seludang sampai buah matang berwarna kuning lamanya sekitar 20-24 bulan. Sedangkan tandan atau mayang jantan sejak keluar seludang hingga bunga jantan mekar berselang 6 bulan (Mogea 1991, Smits 1996).

Tanaman aren ini memiliki daya adaptasi terhadap berbagai kondisi lahan, agroklimat, memiliki toleransi tinggi dalam pola pertanaman campuran termasuk dengan tanaman berkayu dan sangat cocok untuk dikembangkan pada lahan marginal yang kebanyakan dimiliki petani miskin. Tanaman aren memberikan produksi nira yang layak diusahakan dengan input rendah dan sangat cocok untuk tujuan konservasi air dan tanah.

Tujuan Penelitian

(15)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Ekologi Aren Botani atau Batang Aren

Secara botani tanaman aren dibedakan kedalam tiga jenis tanaman yaitu aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.), aren gelora (Arenga undulatifolia), dan aren sagu (Arenga microcarpa). Jenis aren (Arenga pinnata), aren gelora (Arenga undulatifolia), dan aren sagu (Arenga microcarpa) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan) yang merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Bagian batang diselimuti oleh selubung daun yang berwarna hitam yang disebut ijuk. Selubung daun muda biasanya menutupi bagian batang bawah dengan bentuk yang masih lembut hampir seperti rambut putih (Orwa et al. 2009). Aren gelora memiliki batang agak pendek dan ramping, pangkal batang bertunas sehingga tanaman ini tampak berumpun dan tumbuh liar di hutan-hutan Kalimantan, Sulawesi, dan Philipina. Kemudian aren sagu adalah suatu jenis tumbuhan aren yang berbatang tinggi sangat ramping dan berumpun banyak. Aren sagu ini tumbuh liar di hutan-hutan Maluku, Irian Jaya dan Papua Nugini pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut (Sunanto 1993). kondisi tersebut maka batang pohon aren ditumbuhi banyak tanaman jenis paku-pakuan (paku epifit). Umur pohon aren mencapai 10-12 tahun, dan di atas umur ini pohon aren sudah sangat tidak produktif lagi dan lama kelamaan akan mati (Smits 1996).

Batang aren tidak berduri, tidak bercabang, tinggi mencapai 25 m, diameter 65 cm (mirip pohon kelapa). Pohon ini mulai berbunga mulai dari umur 6-12 tahun dan mempunyai umur produktif 2-5 tahun (Smits 1996).

Ekologi

Tanama aren tumbuh secara alami di wilayah basah Asia Tenggara, tersebar meluas mulai dari India, Indonesia (Jawa, Sumatra, dan Irian Jaya), Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Myanmar, Thailand, Vietnam dan sampai ke utara ke kepulauan Ryukyu (Elberson dan Oyen 2010). Tersebar antara 75 oBT sampai 145 o

BT dan 25 oLU sampai 10 oLS (Mogea et al. 1991). Tanaman aren dapat tumbuh baik di hutan primer maupun sekunder, sering berdekatan dengan pemukiman warga. Seringkali tanaman ini ditemui tumbuh di jurang sepanjang sungai (Florido dan Mesa 2003).

(16)

3 berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-1200 m di atas permukaan laut, karena pada kisaran lahan tersebut tidak kekurangan air tanah dan tidak tergenang oleh banjir permukaan (Akuba 2004).

Pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu 20-25 oC. pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren berbuah. Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang cukup tinggi diantara 1200-3500 mm/tahun berpengaruh dalam pembentukan mahkota pada tanaman aren (Polnaja 2000). Atau jika diperhitungkan dengan perumusan Schmidt dan Fergusson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini adalah tipe iklim D dengan kategori sedang (nilai Q = 60-100%) sampai tipe iklim C dengan kategori agak basah (nilai Q = 33.3-60%). Faktor lingkungan tumbuhnya mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman aren. Daerah-daerah perbukitan yang lembab, dimana sekelilingnya banyak tumbuh berbagai tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian tanaman ini tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari (Sunanto 1993).

Penyadapan Nira Aren

Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian jenis tanaman tertentu. Nira dari tanaman aren diperoleh dengan cara disadap dari tangkai bunga jantan (Lutony 1993). Tanaman aren mulai dapat disadap pada umur 12-15 tahun. Lamanya penyadapan untuk tiap tanaman aren adalah selama tiga tahun (Goutara dan Wijandi 1985).

Sebelum penyadapan dilakukan kegiatan persiapan terlebih dahulu. Kegiatan persiapan ini meliputi pembersihan tandan bunga dari ijuk dan pelepah daunnya dipotong untuk mempermudah penyadapan. Sedangkan peralatan yang harus disiapkan adalah pisau tajam untuk memotong tangkai bunga, kayu ringan sebagai pemukul dan bumbung bambu untuk menampung nira (Lutony 1993). Tahap-tahap penyadapan nira meliputi pemukulan dan pengayunan tandan bunga jantan, pengirisan dan pemasangan bumbung bambu. Pemukulan dan pengayunan dimaksudkan untuk memperlancar keluarnya nira melalui pembuluh kapiler (floem) yang dilakukan dua kali selama tiga minggu dengan selang waktu dua hari yaitu pagi hari dan sore hari. Pengirisan dilakukan untuk mengetahui apakah tandan bunga jantan tersebut sudah dapat mengeluarkan nira atau belum. Jika nira sudah siap untuk disadap, maka tandan bunga tepat pada irisan tersebut dipotong dengan pisau yang tajam, kemudian bumbung bambu ditaruh untuk menampung nira d ibawah tandan tersebut (Soeseno 1992).

(17)

4

fruktosa dan karbohidrat lainnya. Dachlan (1984) menyatakan bahwa selain zat gula nira aren juga mengandung protein dan lemak (Tabel 1).

Tabel 1 Komposisi nira aren

Parameter Kadar (%)

Air 87.50

Karbohidrat 11.28

Abu 0.24

Protein 0.20

Lemak 0.02

Sumber : Dachlan (1984)

Kerusakan nira dikarenakan kurangnya kebersihan tanaman, bumbung bambu, adanya serangga, iklim yang tidak baik (hujan dan panas). Oleh karena itu, tindakan pencegahan terhadap kerusakan nira tersebut salah satunya adalah menjaga kebersihan peralatan dan tanamannya. Peralatan yang digunakan termasuk pisau, wajan, bumbung bambu, serok dan kemasan harus selalu dalam keadaan bersih. Sebelum dan setelah digunakan peralatan tersebut hendaknya dicuci terlebih dahulu (Soeseno 1992).

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Rakyat Desa Salagedang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur dan penelitian analisis uji gula dilaksanakan di Laboratorium Analisis Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2012 hingga Mei 2013. Percobaan ini menggunakan 15 pohon aren yang disadap sebagai tanaman contoh.

Bahan dan Alat

Pemilihan 15 pohon aren di lapangan dilakukan dengan kriteria dasar adalah pohon yang akan disadap dan sedang disadap untuk mengetahui perbedaan potensi hasil jumlah nira aren setiap pohon yang disadap. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berupa botol plastik volume 500 ml, coolerbox, HPLC, hand refractometer, pHmeter, luxmeter, thermohgyrometer, abney level, labu takar, timbangan, gelas ukur, pH tanah, meteran dan alat-alat yang digunakan di lapangan.

Analisis Data Pelaksanaan Penelitian

(18)

5 kondisi pohon aren yang disadap dan lingkungannya yang meliputi diameter batang, tinggi pohon, tinggi infloresen jantan yang disadap, posisi nomor infloresen jantan, jumlah infloresen betina, jumlah pelepah daun, pH tanah, intensitas cahaya, dan kelembaban. Selain itu dilakukan pengamatan uji kadar gula yang meliputi sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Metode yang digunakan adalah metode deksriptif dengan mendeskripsikan infloresen dan pohon contoh terkait dengan kuantitas dan kualitas dari nira aren yang dihasilkan dan dihubungkan dengan pengamatan agronomis pohon aren dan kondisi iklim selama penelitian yang meliputi curah hujan bulanan, suhu dan lama penyinaran matahari.

Parameter pengamatan

Peubah yang diamati pada 15 pohon aren contoh yang sedang disadap, adalah: parameter tanaman yang meliputi tinggi batang (m), diukur dari pangkal batang hingga posisi ujung batang, tinggi infloresen (m), diukur dari pangkal batang sampai posisi pangkal malai jantan, dilakukan dalam masa penyadapan, jumlah infloresen jantan dan betina, dihitung dari bagian paling atas sampai posisi malai dilakukan penyadapan, jumlah pelepah daun, volume batang, lingkar batang, diukur pada 1m dari pangkal batang. Kemudian parameter lingkungan meliputi intensitas cahaya matahari, diukur pada jarak 1 m dari pohon aren yang disadap, suhu dan kelembaban udara relatif, diukur 1m di atas permukaan tanah pada radiasi 1 m dari pohon aren yang disadap yang meliputi suhu dan kelembaban, pH tanah, diukur pada jarak 1m dari pohon aren yang disadap. Selanjutnya parameter produksi dan rendemen gula meliputi volume nira hasil sadap pagi dan sore hari diamati pada tiap infloresen yang disadap, hasil gula merah dari olahan nira tiap penyadap per hari, uji kadar gula (%), dilakukan setelah pengamatan hasil sadap dan sampel dibawa ke laboratorium untuk melihat konsentrasi glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Pengamatan peubah nomor 8, 9, dan 10 dilakukan pada 4 titik yang menyebar di sekitar pohon contoh.

Data curah hujan, lama penyinaran, dan suhu maksimum dan suhu minimum diperoleh dari Balai Klimatologi Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Data yang diperoleh diolah dengan statistik sederhana (rataan, dan standar deviasi) dan dianalisis secara deskriptif (Sugiyono 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Tanaman Aren dan Lingkungan Tumbuh

Kondisi tanaman yang diamati mencakup jumlah infloresen betina, lingkar batang, tinggi pohon, volume batang, jumlah pelepah daun, jumlah dan tinggi infloresen jantan. Data pengamatan keragaan agronomis pohon aren yang disadap disajikan pada Tabel 2. Sedangkan kondisi lingkungan tumbuh tanaman yang diamati meliputi kondisi tumbuh pohon aren seperti pH tanah, intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban. Data pengamatan kondisi lingkungan tumbuhan tersebut disajikan pada Tabel 3.

(19)

6

masa produktif sehingga bisa menghasilkan nira. Tanaman contoh nomor 2 merupakan tanaman yang produktif dengan jumlah infloresen jantan terbesar yaitu 14 dan jumlah infloresen betina sebanyak 5. Sedangkan tanaman contoh nomor 9, 13, dan 14 merupakan tanaman yang baru disadap sehingga posisi infloresen jantan yang disadap masih pada infloresen jantan ke 3 dan 4. Lutony (1993) menyatakan bahwa infloresen betina hanya menghasilkan sedikit nira bahkan tidak sama sekali karenanya infloresen betina tidak disadap dan dibiarkan menjadi buah untuk diolah menjadi kolang-kaling. Selain itu infloresen aren tumbuh secara basipetal yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung batang sedangkan bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah. Oleh karena itu bunga yang ada di bagian atas terdiri dari infloresen betina sedangkan di bagian bawah biasanya terdiri infloresen jantan (Smits 1996).

Tabel 2 Keragaan agronomis pohon aren yang disadap

Lokasi No

tanaman

Deskripsi infloresen dan pohon contoh

Jumlah

Keterangan : diukur dari pangkal batang sampai ujung batang

(20)

7 Lokasi tumbuh pohon aren contoh terletak pada tiga lokasi yang terdiri dari lokasi berlereng, daerah pinggiran jalan desa dekat pemukiman, dan perbukitan dekat pemukiman. Lokasi pertama merupakan lokasi kondisi tumbuh nomor pohon 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 13, dan 14. Kemudian lokasi kedua merupakan lokasi kondisi tumbuh nomor pohon 3 dan 4. Sedangkan lokasi ketiga merupakan kondisi tumbuh nomor pohon 10, 11, 12, dan 15. Berdasarkan ketiga lokasi tersebut secara umum pH tanahnya berada di kisaran 6 dan hanya beberapa yang pH tanahnya berada sekitar 5.4. Intensitas cahaya secara keseluruhan intensitasnya besar tapi ada nomor pohon 9 yang intensitas cahayanya rendah tapi pohon tersebut mampu berproduksi dengan baik. Effendi (2009) menyatakan aren mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap intensitas cahaya yang rendah sehingga dapat berproduksi normal di bawah naungan. Kemudian dari kelembaban, kebanyakan nomor pohon contoh mempunyai kondisi kelembaban di atas 50%. Hal ini diperkuat dengan kondisi curah hujan yang berada di atas 100 mm dengan lama penyinaran secara umum sekitar 3 jam per hari dan sangat jarang mencapai 6 jam per hari (Tabel 4). Lutony (1993) menyatakan suhu lingkungan yang terbaik rata-rata 25 oC dengan curah hujan setiap tahun rata-rata 1200 mm. Sunanto (1993) menyatakan faktor lingkungan tumbuh juga berpengaruh dimana daerah perbukitan yang lembab dan di sekelilingnya banyak tumbuh berbagai tanaman keras sehingga pohon aren tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari.

Tabel 3 Kondisi lingkungan tumbuh pohon

Lokasi No

(21)

8

Tabel 4 Data curah hujan, suhu, dan lama penyinaran di Kec. Campaka, Cianjur

Bulan Curah hujan Kec.

Sumber : Data diperoleh dari Balai Klimatologi Darmaga, Bogor, Jawa Barat

Lokasi kebun di Kecamatan Cibeber yang bersebelahan dengan Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur

*) Data Curah Hujan Jan-Ags 2012 tidak tersedia

Produksi dan Rendemen Gula

Menurut Sunanto (1993) produksi nira aren dalam satu infloresen jantan dapat menghasilkan 4-5 liter nira per hari (dua kali penyadapan), tergantung dari tingkat kesuburan pohon aren. Jika pertumbuhan subur, dapat tumbuh beberapa infloresen jantan dan betina secara serentak sehingga pohon aren lebih menguntungkan karena pada satu pohon bisa disadap beberapa infloresen setiap harinya. Nira aren mempunyai sifat mudah asam karena adanya proses fermentasi oleh bakteri Saccharomyses sp dan Acetobacter sp (Lutony 1993). Oleh karena itu nira harus segera diolah setelah diambil dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari lodong/bumbung.

(22)

9 kisaran 13.9–14.9%. Jenis pemanis yang paling banyak dipakai untuk berbagai keperluan adalah sukrosa. Hal ini karena baru sukrosa saja yang lebih bisa memberikan kenikmatan rasa manis dibandingkan pemanis jenis lainnya. Oleh karena itu pula sukrosa telah ditetapkan sebagai pemanis baku (Lutony 1993). Tabel 5 Produksi dan rendemen gula tiap petani

Lokasi

1 Petani-1 9 20 1275.2 169.11 13.26

2 Petani-2 2 4 1993.1 286.15 14.36

3 Petani-3 4 14 4162.4 623.80 14.98

Total 15 38 7430.7 1079.06

-Rataan 5 12.7 2476.9 359.69 14.20 ± 0.87

Tabel 6 Kandungan fruktosa, glukosa, dan sukrosa dari nira aren

Lokasi No infloresen ke-1 dan pohon no 14 infloresen k-1, sedangan II-2 pada pohon no 10 infloresen ke-9

Hasil Sadap Nira Tiap Infloresen

Menurut Sunanto (1993) karakter hasil sadap nira aren sangat dipengaruhi oleh persiapan penyadapan karena kegiatan ini sangat penting supaya diperoleh nira yang cukup banyak dan masa penyadapannya dapat lebih lama. Selain itu supaya nira yang ditampung tidak cepat menjadi asam maka bumbung bagian dalam harus bersih dan steril. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi hasil sadap nira adalah kondisi infloresen jantan yang disadap terkait kemampuannya menghasilkan nira dalam jumlah besar.

Produksi dari infloresen jantan bervariasi dari kisaran 6.5–1045.7 liter dengan rataan 5.4 liter per infloresen per hari. Lama penyadapan untuk tiap infloresen berkisar 2–167 hari. Rataan hasil nira tiap infloresen sebanyak 202.0 liter. Sadapan pagi hari umumnya lebih banyak 40.3% dari hasil sadapan sore hari (Tabel 7). Volume nira total ini diperoleh dari 15 tanaman contoh dengan jumlah infloresen sebanyak 38 bertempat di 3 lokasi penelitian. Hasil ini sejalan dengan Tomomatsu et al. (1996) yang menyatakan bahwa produksi nira terbesar terdapat pada pohon aren sebesar 6.7 liter/pohon/hari yang merupakan produksi terbesar dibandingkan dengan lontar, nipah, dan kelapa. Hal ini diperkuat dengan Dalibard (1999) yang menyatakan jika populasi tanaman aren homogen maka produktivitas tanaman dapat mencapai aren 20 ton gula/ha/tahun dibandingkan tebu 5-15 ton gula/ha/tahun. Selain itu konversi nira menjadi gula cetak adalah 10 liter mampu menghasilkan 1 kg gula (Mondoringin 2000).

(23)

10

tanaman, cara penyadapan, waktu mulai penyadapan infloresen, dan iklim. Ini merupakan faktor yang sangat mempengaruhi volume nira dan saling terkait satu sama lain. Sejalan dengan volume nira ternyata komposisi kimia nira dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas tanaman, kesehatan tanaman, umur tanaman, keadaan tanah, iklim, pemupukan dan pengairan (Gautara dan Wijandi 1985).

Tabel 7 Hasil sadap nira aren per infloresen Lokasi Nomor 1 1 3 9/1/2012 10/28/2012 58 147.2 69.0 216.2

4 10/30/2012 12/25/2012 57 48.9 30.6 79.5 5 1/4/2013 3/9/2013 65 113.5 64.9 178.2 6 3/11/2013 3/15/2013 5 18.0 10.2 28.2 7 3/16/2013 3/21/2013 6 19.8 10.2 30.0 2 13 10/6/2012 12/17/2012 73 46.3 26.7 73.0 14 1/25/2013 3/15/2013 50 139.1 94.2 233.3 5 11 12/17/2012 12/21/2012 5 4.1 3.15 6.5 12 2/20/2013 3/21/2013 30 74.3 54.1 128.4 6 6 3/3/2013 3/9/2013 7 16.0 10.4 26.4 7 8 3/3/2013 3/25/2013 23 43.7 30.2 73.9 8 6 3/3/2013 3/27/2013 25 66.4 39.9 106.3 9 4 3/17/2013 3/27/2013 11 66.4 39.9 106.3 13 1 1/4/2013 2/20/2013 48 78.3 45.7 124.0 2 2/23/2013 3/3/2013 9 30.0 17.1 47.1 3 3/5/2013 3/15/2013 11 23.0 14.1 37.1 4 3/16/2013 3/25/2013 10 54.3 31.4 85.7 14 1 1/25/2013 2/22/2013 29 73.6 42.2 115.7 2 2/23/2013 3/7/2013 13 34.1 20.1 54.2 3 3/11/2013 3/21/2013 11 37.8 20.4 58.2 2 3 5 8/30/2012 2/12/2013 167 556.6 489.1 1045.7 6 2/14/2013 3/16/2013 31 127.8 96.3 214.1 4 10 7/7/2012 12/10/2012 157 257.7 243.4 502.1 11 12/12/2012 3/16/2013 95 190.3 127.0 319.3 3 10 7 8/28/2012 10/4/2012 38 416.7 302.8 719.5 8 12/17/2012 12/27/2012 11 45.2 26.2 71.4 9 1/18/2013 3/27/2013 69 291.2 193.2 487.0 11 9 8/28/2012 10/4/2012 38 320.8 224.9 545.7 10 12/17/2012 12/27/2012 11 42.8 25.5 69.3 11 1/18/2013 3/27/2013 69 261.8 183.7 445.5 12 11 8/28/2012 10/4/2012 38 288.7 218.8 507.5 12 12/17/2012 12/27/2012 11 25.8 17.9 43.7 13 1/18/2013 3/1/2013 43 117.7 81.4 199.1 15 4 8/30/2012 10/4/2012 36 209.3 144.6 353.9 5 12/17/2012 12/18/2012 2 5.0 3.5 8.5 6 1/22/2013 2/21/2013 31 75.8 57.3 133.1 7 2/22/2013 3/1/2013 10 14.4 9.6 24.0 8 3/2/2013 3/27/2013 26 101.9 77.3 179.2 Total 1429 4484.1 3196.6 7676.8 Rataan per infloresen 37.6 118.0 84.1 202.0

(24)

11

Keterangan : P = nomor pohon, I = nomor infloresen Gambar 1 Histogram volume nira aren

(25)

12

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tanaman aren di lokasi penelitian Desa Salagedang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, memiliki kisaran tinggi batang antara 6.9–15.0 m, dengan lingkar batang 0.5–1.53 m. Hingga infloresen jantan ke-14, pohon aren masih dapat berproduksi dalam 50 hari masa sadap menghasilkan nira dengan volume mencapai 233.3 liter. Lingkungan tumbuh aren di lokasi penelitian memiliki kisaran pH 5.0–6.4, intensitas cahaya di bawah tajuk dekat permukaan tanah berkisar 1243 - 49012 lux, kisaran suhu 25.7–31.3 oC dengan kelembaban relatif 53.7–78%. Produksi dari infloresen jantan bervariasi dari kisaran 6.5–1045.7 liter dengan rataan 202.0 liter per infloresen, lama penyadapan berkisar 2–167 hari dengan rataan 37.6 hari. Sadapan pagi hari (dengan rataan 118 liter/infloresen dan rataan per hari 3.1 liter) umumnya lebih banyak 40.3% dari hasil sadapan sore hari (dengan rataan 84.1 liter/infloresen dan rataan per hari 2.2 liter). Hasil gula aren memiliki rendemen sekitar 14.2% bobot gula dari volume nira aren. Nira aren memiliki kandungan fruktosa 0.12%, glukosa 0.16% dan sukrosa 12.47% dengan total ketiganya 12.75%.

Saran

Diperlukan pengamatan dalam jangka waktu yang lebih lama di berbagai lokasi yang berbeda dengan jenis pohon aren yang berbeda untuk mengetahui produksi nira kaitannya dengan kualitas, produktivitas serta hubungannya dengan faktor iklim.

DAFTAR PUSTAKA

Akuba RH. 2004. Profil aren. Di dalam: Effendi DS, Editor. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia; 2010 Jan 11; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Litbang Deptan. hlm 15-21.

Alam S, Baco D. 2004. Peluang Pengembangan dan Pemanfaatan Tanaman Aren di Sulawesi Selatan. Di dalam: Effendi DS, Editor. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia; 2010 Jan 11; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Litbang Deptan. hlm 15-21.

Bernhard MR. 2007. Teknik budidaya dan rehabilitasi tanaman aren. Bul Palma 33:67-77.

(26)

13 Dachlan MA. 1984. Proses Pembuatan Gula Merah. Bogor (ID): Litbang

Depperindag.

Dalibard C. 1999. Overall View on Tradition of Tapping Palm Trees and Prospects for Animal Production. Livestock Research Rural Development 11(1):1-53.

[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan 2009-2011. Jakarta (ID): Kementan RI. hlm 3-20.

Effendi DS. 2009. Aren, Sumber Energi Alternatif. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 31:2 (kol 1-3).

Elberson W, Oyen L. 2010. Sugar palm (Arenga pinnata). FACT Foundation. Florido HB, de Mesa PB. 2003. Sugar palm (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.).

Research information series on ecosystems 15(2).

Gautara, Wijandi S. 1985. Dasar Pengolahan Gula I. Bogor (ID): IPB.

[KSU] Koperasi Serba Usaha. 2005. Pengolahan, Produksi dan Pemasaran Gula Aren. Banten (ID): KSU Sukajaya.

Kusuma RD. 1992. Mempelajari Pengaruh Penambahan, Pengawetan pada Nira Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr) terhadap Mutu Gula Merah, Gula Semut, Sirup Nira dan Gula Putih [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lutony TL. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 154 hlm.

Mogea H. 1991. Revisi Marga Aren [Disertasi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Mondoringin SGO. 2000. Analisis Biaya Produksi pada Industri Rumah Tangga Gula Aren di Kecamatan Tareran Minahasa [Skripsi]. Manado (ID): Universitas Sam Ratulangi.

Orwa C, Mutua A, Kindt R, Jamnadass R, Simons A. 2009. Agroforestry database: a tree reference and selection guide version 4.0.

Polnaja M. 2000. Potensi aren sebagai tanaman konservasi dan ekonomi dalam pengusahaan hutan rakyat. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 5:4 (kol 1-3).

Rindengan B, Manaroinsong E. 2009. Aren, Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan Bakar Nabati (BBM). Di dalam: Effendi D.S, Editor. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia; 2010 Jan 11; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Litbang Deptan. hlm 15-21.

Smits WTM. 1996. Arenga pinnata (Wurmb) Merrill. In: Flach M, Rumawas F, Editor. Plant Resources of South East Asia 9 : Plant Yielding Non-Seed Carbohydrates. Bogor (ID): Centre for Research & Development in Biology. 53-59p.

Sugiyono. 2009. Metode Deskriptif. Bandung (ID): Alfabeta.

Soeseno S. 1992. Bertanam Aren. Jakarta (ID):Penebar Swadaya. 23 hlm

Sunanto H. 1993. Aren : budidaya dan multigunanya. Yogyakarta (ID): Kanisius.73 hlm.

(27)

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 08 Agustus 1991 di Tasikmalaya. Putra pertama dari Bapak Sahidin dan Ibu Sanah. Jenjang pendidikan pertama yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri Cilandak Timur 02 Petang Jakarta dan berhasil menamatkan pendidikan dasar pada tahun 2003. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Kemala Bhayangkari 3 Jakarta lulus pada tahun 2003. Selanjutnya meneruskan ke jenjang Sekolah Menengah Atas Negeri 60 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor Tahun 2009 lulus dari SMA Negeri 60 Jakarta, pada tahun yang sama dan terdaftar sebagai mahasiswa di jurusan Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui program USMI (Undangan Saringan Masuk IPB).

Gambar

Tabel  2 Keragaan agronomis pohon aren yang disadap
Tabel  3 Kondisi lingkungan tumbuh pohon
Tabel  4 Data curah hujan, suhu, dan lama penyinaran di Kec. Campaka, Cianjur
Tabel  7 Hasil sadap nira aren per infloresen

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan perbaikan teknologi budidaya ternak ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah pertanian (jerami difermentasi) sebagai pakan dan memanfaatkan kotorannya sebagai

a) Peningkatkan jumlah filter berpengaruh terhadap penurunan tingkat kekeruhan hasil filtrasi dan berlaku sebaliknya. Presentase kekeruhan menunjukkan formasi filter jenis A

Hasil tindakan siklus I, dan dilanjutkan siklus II, motivasi peserta didik dalam pem- belajaran matematika dengan pendekatan Jigwsaw ada kenaikan, karena sudah fokus

PERNYATAAN Ketika saya dikuasai oleh amarah, saya menentang banyak nasehat dari orang lain Ketika marah, saya ingin berkelahi dengan orang lain Orang terdekat menjadi sasaran

Penelitian ini berlangsung .selama sembilan bulan dengan dana yang disediakan oleh Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Pusat Pembinaan

Berdasarkan pada temuan selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas berupa penggunaan media realia dalam pembelajaran IPA pada materi Struktur bunga, dan untuk

(2004) juga menunjukkan bahwa nilai kemiripan (identity values) dari sekuen nifH dan nifD pada Methylocapsa acidiphila B2 dan Beijerinckia lebih tinggi (98.5 % dan 96.6

Sumber dana dan alokasi dana bagi pemegang program P2TB dan petugas laboratorium dalam kegiatan capaian CDR TB paru di puskesmas Kota Semarang sudah sesuai dengan