• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN ASAS DISKRESI DALAM MELAKSANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN ASAS DISKRESI DALAM MELAKSANA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

1.

BAB I PENDAHULUAN

2.

A. Latar Belakang Masalah

2.

B. Identifikasi Masalah

4.

BAB II PEMBAHASAN

5.

A.Asas Legalitas

5.

B.Freies Ermessen

7.

C.Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Asas Diskresi dalam Melaksanakan Fungsi

Pemerintahan

12.

BAB III PENUTUP

15.

A. Kesimpulan

.15.

B. Saran

17.

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagasan tentang penyelenggaraan kekuasaan yang baik, dari aspek historis

memiliki dua pendekatan; personal dan sistem. Secara personal telah dimulai

pada masa Plato. Menurutnya, penyelenggaraan kekuasaan yang ideal dilakukan

secara paternalistik, yakni para penguasa yang bijaksana haruslah

menempatkan diri selaku ayah yang baik lagi arif yang dalam tindakannya

terhadap anaknya terpadulah kasih dan ketegasan demi kebahagiaan

anak-anak itu sendiri. Pada bagian lain, Plato mengusulkan agar negara menjadi baik,

harus dipimpin oleh seorang filosof, karena filosof adalah manusia yang arif

bijaksana, menghargai kesusilaan, dan berpengetahuan tinggi. Murid Plato,

Aristoteles, berpendapat bahwa pemegang kekuasaan haruslah orang yang

takluk pada hukum, dan harus senantiasa diwarnai oleh penghargaan dan

penghormatan terhadap kebebasan, kedewasaan dan kesamaan derajat. Hanya

saja tidak mudah mencari pemimpin dengan kualitas pribadi yang sempurna.

Oleh karena itu, pendekatan sistem merupakan alternatif yang paling

memungkinkan. Plato sendiri, di usia tuanya terpaksa merubah gagasannya

yang semula mengidealkan pemerintah itu dijalankan oleh raja-filosof menjadi

pemerintahan yang dikendalikan oleh hukum. Penyelenggaraan negara yang

baik, menurut Plato, ialah yang didasarkan pada pengaturan hukum yang baik.

Berdasarkan pendapat Plato ini, maka penyelenggaraan pemerintahan yang

(3)

penyelenggaraan negara. HAN dapat dijadikan instrumen untuk

terselenggaranya pemerintahan yang baik. Penyelenggaraan pemerintahan lebih

nyata dalam HAN, karena di sini akan terlihat konkrit hubungan antara

pemerintah dengan masyarakat, kualitas dari hubungan pemerintah dengan

masyarakat inilah setidaknya dapat dijadikan ukuran apakah penyelenggaraan

pemerintahan sudah baik atau belum. Di satu sisi HAN dapat dijadikan instrumen

yuridis oleh pemerintah dalam rangka melakukan pengaturan, pelayanan, dan

perlindungan bagi masyarakat, di sisi lain HAN memuat aturan normatif tentang

bagaimana pemerintahan dijalankan, atau sebagaimana dikatakan Sjachran

Basah, bahwa salah satu inti hakikat HAN adalah untuk memungkinkan

administrasi negara untuk menjalankan fungsinya, dan melindungi administrasi

negara dari melakukan perbuatan yang salah menurut hukum.

Akan tetapi, konsekuensi dari negara Indonesia yang mengadopsi sistem hukum

Eropa Kontinental adalah pengadopsian terhadap asas legalitas yang merupakan

karakteristik dari sistem hukum Eropa Kontinental. Sehingga fungsi HAN yang

pada hakikatnya mengikat hak dan kewajiban dalam persoalan administrasi

negara harus terikat pada asas legalitas yaitu asas yang mengatur bahwa segala

kewenangan perjabat publik harus berdasarkan hukum yang tertulis. Dalam

perjalanannya, asas legalitas kemudian menghadapi beberapa tantangan yaitu

pada saat dimana seorang pejabat publik harus mengeluarkan suatu

kewenangan yang ideal bagi masyarakat dan kewenangan tersebut belum

termuat dalam hukum tertulis. Kewengan ini kita kenal dengan nama freis

(4)

Dengan adanya freies ermeson ini akhirnya hukum administrasi negara bersifat

paradoks. Bagaimana bisa membuat kewenangan tanpa adanya aturan yang

tertulis terlebih dahulu dalam undang-undang sedangkan Indonesia menganut

sistem hukum Eropa Kontinental. Permasalahan inipun diatasi dengan

menimbang bahwa freies emerson tidak bisa bertolak belakang dengan sumber

hukum materil Indonesia dan tujuan hukum yang terdiri dari terciptanya

keadilan, kepastian dan kemanfaatan untuk terlaksanakan model

penyelenggaraan yang baik.

B. Identifikasi Masalah

1. Apa yang disebut dengan asas legalitas?

2. Bagaimana kedudukan freies ermessen dalam Indonesia yang menganut

sistem Eropa Kontinental yang berkarakter asas legalitas?

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Asas Legalitas

Hukum administrasi negara dalam arti hukum yang mengatur hubungan

antara penguasa dan masyarakat berarti pula mengatur bagaimana penguasa

bertindak terhadap masyarakat. Dengan adanya asas legalitas sebagai unsur

yang utama dalam suatu negara hukum, maka hal itu berarti setiap tindakan

administrasi negara atau penguasa harus berdasarkan hukum yang berlaku.

Bila seorang penguasa bertindak atas nama pemerintah untuk mengatur

masyarakat, tentunya harus mempunyai dasar hukum agar tindakannya tidak

sewenamg-wenang. Selain itu, agar wewenangnya juga dibatasi sesuai dengan

fungsi dan tugasnya. Itulah yang dimaksud dengan asas legalitas yang

merupakan unsur yang utama dalam suatu negara hukum dan yang merupakan

pula suatu ciri bagi hukum administrasi negara yang mulai berkembang ketika

negara mulai menata masyarakatnya.

Bagi hukum administrasi negara, penerapan asasa legalitas itu berarti

setiap tindakan atau perbuatan penguasa haruslah berdasarkan hukum yang

berlaku1. Ketika aliran legisme berkuasa, dimana hukum diartikan hanya sebagai

UU atau peraturan tertulis, maka penguasa atau administrasi negara hanya

dapat bertindak mengatur masyarakat bila ada dasar hukumnya yang tertulis.

(6)

Berarti bila sudah adad UU yang mengatur masalah tersebut yang dapat

dipergunakan oleh penguasa sebagai dasar hukum bagi tindakannya. Hal ini sah

saja selama administrasi negara tugasnya tidak banyak sesuai dengan tujuan

negara, hanya untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Namun seiring dengan perubahan tujuan negara yang disebut Lemaire

sebagai bestuurszorg atau menyelenggarakan kesejahteraan umum bagi

masyarakat menyebabkan administrasi negara atau penguasa tidak dapat lagi

diikat hanya dengan UU atau peraturan tertulis.

Dalam meyelenggarakan kesejahteraan rakyat sesuai pergeseran liberal

rechstaat menjadi siciale rechstaat2menyebabkan pemerintah atau penguasa

harus proaktif mencampuri bidang kehidupan rakyatnya. Dengan timbulnya

perubahan pola kehidupan masyarakat dari masyarakat agraris menjadi

masyarakat industrialis, banyak timbul masalah yang tidak mungkin

ditanggulangi oleh masyarakat sendiri. Masalah-masalah kehidupan yang

berkaitan dengan memperoleh nafkah yang layak menimbulakan

masalah-masalah di bidang ketenagakerjaan, pendidikan, keselamatan kerja, kesehatan,

lingkungan, dan seterusnya berakibat campur tangan pemerintah di bidang

kependudukan, pengelolaan kesejahteraan. Semuanya menyebabkan

pemerintah harus proaktif mengatur dari perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan serta penerapan policy-policy pemerintah demi kesejahteraan

rakyat umumnya.

(7)

Semua hal itu menyebabkan semakin banyaknya hukum yang mengatur

hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang dapat dipergunakan sebagai

dasar hukum bagi tindakan penguasa.

Namun demikian, tidak semua masalah yang ada dalam masyarakat

sudah terakomodir dakam bentuk hukum tertulsi atau UU sebab peraturan

tertulis bersifat kaku atau rigid serta ciri khas realitas sosial yang senantiasa

bersifat aktif dan dinamis mengikuti perubahan zaman. Bila administrasi negara

atau penguasa harus terikat pada hukum tertulis saja, akan sangat sulit bagi

penguasa untuk dapat segera menanggulangi masalah yang timbul sesuai

dengan sifat UU yang tidak dapat dibuat terlalu rinci. Untuk itu, administrasi

negara atau penguasa harus diberi kebebasan bertindak di luar hukum tertulis.

Namun yang perlu diperhatikan sebagai suatu negara hukum, administrasi

negara atau penguasa tetap harus tunduk pada asas legalitas.

Dengan demikian, dalam konsep negara hukum modern semua tindakan

administrasi negara atau penguasa harus berdasarkan hukum tertulis dan hukum

tidak tertulis (living law). Maksudnya sejauh ada hukum tertulis yang

mengaturnya, administrasi negara atau penguasa harus tunduk pada hukum

tertulis. Namun, bila hukum tertulis tidak ditemukan, maka administrasi negara

atau penguasa harus mencari hukum tidak tertulis yang dapat dipakai sebagai

pedoman bagi tindakannya.

(8)

Menurut S.F. Marbun, Freies Ermessen atau diskresi adalah kebebasan atau

keleluasan bertindak atas inisiatip sendiri (kebijaksanaan) yang dimungkinkan

oleh hukum untuk menyelesaikan persoalan-persoalan penting yang mendesak

yang muncul secara tiba-tiba, yang engaturannya belum ada atau

kewenangannya tidak jelas atau samar-samar, yang harus

dipertanggungjawabkan baik secara hukum maupun moral.

Menurut Prof. Prayudi Atmosudirdjo, Freies Ermesson atau diskresi adalah

pejabat penguasa tidak boleh mengambil atau menolak keputusan dengan

alasan tidak ada pengaturannya. Istilah “freies ermesson” menurut beliau

disebut “diskresi”.

Dengan dua pandangan tersebut dapat diartikan bahwa freies ermessen

adalah kebebasan untuk bertindak dalam persoalan-persoalan penting ketika

tidak ada aturan tertulis yang mengatur demikian. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa diskresi adalah pelengkap dari asas legalitas, sebab tidak bisa

dipungkiri bahwa asas legalitas yang bersifat kaku tidak bisa mengakomodasi

kepentingan masyarakat umum. Contoh yang khas adalah wewenang subsidi,

yang nyatanya ada meskipun tidak ada peraturan subsidi.

Menurut Syahran Basach, untuk menjalankan tugas-tugas servis publik,

maka bagi administrasi negara timbul konsekuensi khusus yang diperlukan Freies

Ermessen yang dimungkinkan oleh hukum agar bertindak atas inisiatip sendiri

terutama dalam penyelesaian persoalan-persoalan yang penting yang timbul

(9)

cepat membuat penyelesaiuan, namun keputusan yang diambil untuk

menyelesaikan masalah itu harus dapat dipertanggungjawabkan.

Sebagaimana yang dikemukakan di dalam alinea ke-4 UUD 1945, bahwa

Negara berkewajiban memajukan kesejahteraan umumm dan mencerdaskan

kehidupan bangsa, dengan demikian tugas pemerintah atau administrasi negara

sebagai organ eksekutif sangat luas sebab eksekutif diikut sertakan secara aktif

dalam menyelenggarakan kesejahteraan dan kepentingan umum.

Sebagai konsekuensi untuk melaksanakan kesejahteraan umum tersebut

maka administrasi negara diberikan kebebasan bertinda atas inisiatif sendiri,

untuk membuat peraturan-peraturan yang dianggap perlu terutama bdalam

hal-hal yang sangat mendesak, yang membutuhkan penyelesaian secara cepat dan

segera.

Menurut Bachsan Mustafa di dalam bukunya “Pokok-Pokok Hukum

Administrasi Negara” mengemukakan fungsi Freies Ermessen yaitu mengisi

kekosongan dalam undang-undang, mencegah kemacetan di dalam bidang

pemerintahan dan administrasi negara dapat mencari kaedah-kaedah baru

dalam lingkungan undang-undang atau sesuai dengan undang-undang.

Di lihat dari beberapa pengertian dan latar belakang pemberian

wewenangfreies Ermessen di atas, dapat disimpulkan secara khusus,

bahwa freies Ermessen atau diskresi (discretion), adalah suatu wewenang untuk

(10)

menjalankan kewajiban hukum. Oleh karena tindakan yang dilakukan atas dasar

penilaian dan pertimbangannya sendiri, maka tepat dan tidaknya penilaian

sangat dipengaruhi oleh moralitas pengambil tindakan.

Philipus M. Hadjon, lebih lanjut menyimpulkan, bahwa kekuasaan bebas

atau kekuasaan diskresi meliputi dua kewenangan, yakni :

a. Kewenangan untuk memutuskan secara mandiri

b. Kewenangan interpretasi terhadap norma-norma tersamar (vage

norm)3

Secara praktis, kewenangan freies Ermessen pemerintahan yang

kemudian melahirkan bentuk-bentuk kebijaksanaan memiliki dua aspek penting

dan sebagai aspek pokok, yakni :

a. Kebebasan untuk menafsirkan yang berkaitan dengan ruang lingkup

dan batas-batas wewenang yang dirumuskan dalam peraturan dasar

pemberian wewenang, dimana kebebasan tersebut disebut dengan

kebebasan untuk menilai berdasarkan sifat yang obyektif, jujur, benar

dan adil

b. Kebebasan untuk menentukan sikap tindak, artinya bertindak atau

tidak berdasarkan penilaian sendiri dengan cara bagaimana dan kapan

wewenang yang dimiliki tersebut dilaksanakan, penilaian ini memiliki

sifat subyektif, yakni berdasarkan nuraninya sendiri dalam mengambil

keputusan.

(11)

Timbulnya penilaian yang diyakini untuk bertindak bagi setiap

pejabat pemerintahan sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang konkrit

yang mengharuskan untuk bertindak. Namun demikian penilaian yang diyakini

setiap individu sangatlah berbeda-beda tergantung dari pengalaman,

pengetahuan, kecerdasan dan moralitas masing-masing. Berkait dengan hal

tersebut setiap pejabat pemerintahan dalam menggunakan wewenang freies

Ermessen tidak boleh digunakan secara sembarangan tanpa alasan yang

rasional dan logis, akan tetapi selektif dan proporsional dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum.

Tolak ukur dari Freies Ermessen itu sendiri adalah keputusan yang

dikeluarkan harus dipertanggungjawabkan baik secara moral kepada Tuhan Yang

Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai

kebenaran dan keadilan, mengutamakan ersatuan dan kesatuan demi

kepentingan bersama.

Dalam kaitannya dengan teori trias politica milik Montesqieau4, dengan

adanya diskresi ini, berarti sebagian kekuasaan yang dipegang oleh badan

legislatif dipindahkan ke tangan badan eksekutif karena administrasi negara

melakukan penyelesaian tanpa menunggu perubahan UU dari bidang legislatif.

(12)

Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa administrasi negara dapat

begitu saja melanggar UU. Kemerdekaan administrasi negara berarti bahwa

administrasi negara dapat mencari kaidah-kaidah baru dalam lingkungan UU

atau sesuai dengan jiwa UU.

Apakah hal itu bertentangan dengan asas legalitas dari suatu negara

hukum? Untuk negara RI, kekuasaan membuat peraturan atas inisiatif sendiri

oleh administrasi negara didasarkan pada pasal 22 ayat 1 UUD 1945. Dan

inisiatif administrasi negara ini tidak keluar dari pengawasan bidang legislatif5.

Peraturan yang dibuat atas inisiatif sendiri itu disebut peraturan

pemerintah penganti Undang-Undang / Perpu yang didasarkan pada pasal 22

ayat 1 UUD 1945. Agar tidak keluar dari pengawasan bidang legislatif, maka

pada sidang DPR berikutnya dibicarakan apakah tindakan administrasi negara itu

diterima atau ditolak oleh DPR Bila diterima, maka perpu itu dapat dijadikan UU,

sedangkan bila ditolak, maka perpu haris dicabut6.

C. Keuntungan Dan Kerugian Penggunaan Asas Diskresi Dalam Pelaksanaan Fungsi Pemerintahan

Kewenangan freies Ermessen sebagai penyelenggara pemerintahan

bukanlah sebagai kekuasaan tidak terbatas, akan tetapi tetap tunduk pada

peraturan perundang-undangan, hukum tertulis berupa asas-asas umum

5 Lihat pasal 22 ayat 2 dan 3 UUD 1945

(13)

pemerintahan yang baik (algemene beginselen van behoorlijk bestuur). Oleh

karena itu penggunaan wewenang tindakan bebas dilakukan dengan syarat7:

a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum

b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan

tersebut dilakukan

c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkup jabatannya

d. Pertimbangan yang layak berdasar keadaan yang memaksa, dan

e. Menghormati hak asasi manusia.

Ada beberapa manfaat atau aspek kelebihan dalam penggunaan

prinsipFreies Ermessen atau kebebasan bertindak oleh pejabat pemerintah yaitu

diantaranya;

a. kebijakan pemerintah yang bersifat emergency terkait hajat hidup

orang banyak dapat segera diputuskan atau diberlakukan oleh pemerintah

meskipun masih debatable secara yuridis atau bahkan terjadi kekosongan

hukum sama sekali;

b. badan atau pejabat pemerintah tidak terjebak pada formalisme

hukum dengan asumsi bahwa tidak ada kekosongan hukum bagi setiap

kebijakan publik (policy) sepanjang berkaitan dengan kepentingan umum

atau masyarakat luas;

c. sifat dan roda pemerintahan menjadi makin fleksibel, sehingga

sektor pelayanan publik makin hidup dan pembangunan bagi peningkatan

(14)

kesejahtraan rakyat menjadi tidak statis alias tetap dinamais seiring

dengan dinamika masyarakat dan perkembangan zaman.

Namun begitu, disisi lain kebebasan bertindak okleh apatur pemerintahan

yang berwenang sudah tentu juga menimbulkan kompleksitas masalah karena

sifatnya yang menyimpangi asas legalitas dalam arti yuridis (unsur exception).

Memang harus diakui apabila tidak digunakan secara cermat dan hati-hati maka

penerapa asas freies Ermessen ini rawan menjadi konflik struktural yang

berkepanjangan antara penguasa versus masayarakat.

Ada beberapa kerugian yang bisa saja terjadi jika tidak diantisipasi secara

baik yakni diantaranya;

a. aparatur atau pejabat pemerintah bertindak sewenang-wenang

karena terjadi ambivalensi kebijakan yang tidak dapat

dipertanggujawabkan kepada masyarakat;

b. sektor pelayanan publik menjadi terganggu atau malah makin buruk

akibat kebijakan yang tidak popoluer dan non-responsif diambil oleh

pejabat atau aparatur pemerintah yang berwenang;

c. sektor pembangunan justru menjadi terhambat akibat sejumlah

kebijakan (policy) pejabat atau aparatur pemerintah yang kontraproduktif

dengan keinginan rakyat atau para pelaku pembangunan lainnya.

d. aktifitas perekonomian masyarakat justru menjadi pasif dan tidak

berkembang akibat sejumlah kebijakan (policy) yang tidak pro-masyarakat

(15)

dan menurunya wibawa pemernitah dimata masyarakat sebagai akibat

kebijakan-kebijakannya yang dinilai tidak simpatik dan merugikan

masyarakat8.

(16)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kebebasan bertindak atau freies Ermessen boleh dilakukan oleh aparat

pemerintah atau administrasi Negara dalam hal-hal, sebagai berikut :

a. apabila terjadi kekosongan hukum

b. apabila ada kebebasan penafsiran

c. apabila ada delegasi wewenang dari perundang-undangan

d. tindakan dilakukan dalam hal-hal tertentu yang mengharuskan

untuk bertindak

2. Penggunaan asas diskresi dalam pelaksanaan fungsi pemerintahan

mempunyai keuntungan dan kerugian. Adapun keuntungan dalam penggunaan

asas diskresi dalam pelaksanaan fungsi pemerintahan adalah sebagai berikut :

a. kebijakan pemerintah yang bersifat emergency terkait hajat hidup

orang banyak dapat segera diputuskan atau diberlakukan oleh

pemerintah meskipun masih debatable secara yuridis atau bahkan terjadi

kekosongan hukum sama sekali;

b. badan atau pejabat pemerintah tidak terjebak pada formalisme

hukum dengan asumsi bahwa tidak ada kekosongan hukum bagi setiap

kebijakan publik (policy) sepanjang berkaitan dengan kepentingan umum

(17)

c. sifat dan roda pemerintahan menjadi makin fleksibel, sehingga

sektor pelayanan publik makin hidup dan pembangunan bagi

peningkatan kesejahtraan rakyat menjadi tidak statis alias tetap

dinamais seiring dengan dinamika masyarakat dan perkembangan

zaman.

Sedangkan kerugian dalam penggunaan asas diskresi dalam pelaksanaan fungsi

pemerintahan adalah :

a. aparatur atau pejabat pemerintah bertindak sewenang-wenang

karena terjadi ambivalensi kebijakan yang tidak dapat

dipertanggujawabkan kepada masyarakat;

b. sektor pelayanan publik menjadi terganggu atau malah makin

buruk akibat kebijakan yang tidak popoluer dan non-responsif diambil

oleh pejabat atau aparatur pemerintah yang berwenang;

c. sektor pembangunan justru menjadi terhambat akibat sejumlah

kebijakan (policy) pejabat atau aparatur pemerintah yang kontraproduktif

dengan keinginan rakyat atau para pelaku pembangunan lainnya.

d. aktifitas perekonomian masyarakat justru menjadi pasif dan tidak

berkembang akibat sejumlah kebijakan (policy) yang tidak

pro-masyarakat dan terakhir adalah terjadi krisis kepecayaan publik terhadap

penguasa dan menurunya wibawa pemernitah dimata masyarakat

sebagai akibat kebijakan-kebijakannya yang dinilai tidak simpatik dan

(18)

B. Saran

1. Diskresi yang dikeluarkan oleh pejabat pemerintah dalam rangka

pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan berpotensi menimbulkan permasalahan

hukum dan administratif, sehingga perlu diawasi oleh masyarakat beserta

organisasi-organisasi yang concern terhadap good governance agar tidak terjadi

perbuatan pemerintahan yang sewenang-wenang

2. Penggunaan asas diskresi dalam pelaksanaan fungsi pemerintahan,

hendaknya digunakan secara proporsional oleh aparat pemerintahan dan tidak

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan ekstraksi natrium alginat dari alga coklat dan untuk menentukan masa simpan buah mangga dan buah jeruk dengan penggunaan

Selain itu bentuk Syair Bur- dah Melayu unik karena menggabungkan bentuk puisi sastra arab yang memiliki dua penggalan, pantun Melayu terdiri dari empat baris

menstruasi/ haid dinyatakan dalam satuan tahun dan bulan kepada responden dengan menggunakan kuesioner menarche pada responden.hasil ukur dikategorikan: a.Dini usia < 11

Dalam buku ini kita akan membahas mengenai berbagai bumbu dari rempah yang digunakan dalam masakan khas Indonesia.. Ayo kawan, kita

• Adalah program yang dikerjakan oleh kelompok mahasiswa minimal 3 fakultas di desa lokasi KKN dengan masing-masing memberikan kontribusi sesuai bidang ilmunya dari permasalahan

Kebahagiaan pasangan berasal dari aspek religius dan hubungan yang baik serta kedekatan dengan kerabat dan teman-teman rumah tangga relatif stabil dan bertahan lebih lama;

yang digunakan dalam membuat program aplikasi ini adalah data kecepatan angin di daerah Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Timur. Pembuatan program komputer untuk

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama empat kali pertemuan dimulai dari 4 November 2015 sampai 18 November 2015.Peneliti dibantu oleh Guru BK untuk menentukan