• Tidak ada hasil yang ditemukan

Different Photoperiod and Light Intensity on Growth and Survival of Juvenile Tinfoil Barb Barbonymus schwanenfeldii.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Different Photoperiod and Light Intensity on Growth and Survival of Juvenile Tinfoil Barb Barbonymus schwanenfeldii."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN LAMA PENYINARAN DAN INTENSITAS CAHAYA

TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA SINTASAN BENIH

IKAN TENGADAK Barbonymus schwanenfeldii

MOCHAMAD NURDIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perbedaan Lama Penyinaran dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan serta Sintasan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2014

(4)
(5)

RINGKASAN

MOCHAMAD NURDIN. Perbedaan Lama Penyinaran dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan serta Sintasan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA dan ANI WIDIYATI.

Ikan tengadak Barbonymus schwanenfeldii merupakan salah satu jenis ikan endemik yang berasal dari Kalimantan dan Sumatera, habitatnya di sungai sedang, sungai besar, maupun rawa banjiran. Ikan tengadak sebagai salah satu komoditas ikan hias, namun berpotensi untuk dibudidayakan sebagai ikan konsumsi. Permasalahan ikan tengadak adalah overfishing, terancam punah, budidaya belum berkembang, pertumbuhan lambat, dan sintasan rendah. Untuk mendukung budidaya ikan tersebut sangat dibutuhkan teknologi produksi benih secara massal dan berkesinambungan. Manipulasi lingkungan dengan lama penyinaran dan intensitas cahaya diduga dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lama penyinaran dan intensitas cahaya yang terbaik terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak.

Ikan uji adalah benih ikan tengadak dengan rata-rata bobot dan panjang tubuh awal 0.12±0.04 g dan 2.01±0.22 cm. Ikan dipelihara dalam bak plastik 50 liter sebanyak 50 ekor/bak dan diberi pakan 3 kali sehari. Penggunaan lampu TL putih dengan intensitas cahaya yang berbeda dan penentuan lama penyinaran dengan automatic timer. Perlakuan terdiri atas (L6I250) lama penyinaran 6 jam dan

intensitas cahaya 250 lux, (L6I400) lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya

400 lux, (L6I550) lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya 550 lux, (L12I250)

lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 250 lux, (L12I400) lama penyinaran

12 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (L12I550) lama penyinaran 12 jam dan

intensitas cahaya 550 lux, (L18I250) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya

250 lux, (L18I400) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (L18I550)

lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 550 lux. Setiap perlakuan dengan tiga kali ulangan. Parameter pengamatan penelitian adalah laju pertumbuhan spesifik, panjang mutlak, sintasan, jumlah konsumsi pakan, efesiensi pakan, serta daya tahan tubuh ikan terhadap arus air yang dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dengan selang kepercayaan 95%. Data sebaran bobot dan panjang ikan serta kualitas air dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian memperlihatkan adanya interaksi lama penyinaran dan intensitas cahaya pada benih ikan tengadak yang berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik, panjang mutlak ikan, jumlah konsumsi pakan, dan tingkat daya tahan tubuh benih ikan tengadak. Namun tidak berpengaruh nyata terhadap sintasan dan efesiensi pakan. Selain itu, lama penyinaran dan intensitas cahaya juga mempengaruhi sebaran bobot dan panjang benih ikan tengadak. Pemeliharaan benih ikan tengadak yang terbaik bila dipelihara pada lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 550 lux.

(6)

SUMMARY

MOCHAMAD NURDIN. Different Photoperiod and Light Intensity on Growth and Survival of Juvenile Tinfoil Barb Barbonymus schwanenfeldii. Supervised by KUKUH NIRMALA and ANI WIDIYATI.

Tinfoil barb Barbonymus schwanenfeldii is one of the endemic fish species from Borneo and Sumatera. Tinfoil barb as one of the ornamental fish commodities, but has the potential to be aquaculture as a consumption fish. To support the much needed aquaculture juvenile mass production technologies and sustainable. Problems Tinfoil barb is overfishing, endangered, aquaculture has not grown, relatively slow growth, and low survival rate. Environmental manipulation such as photoperiod and light intensity could be expected to be applied to increase fish production. This study aimed to determine the best of photoperiod and light intensity on growth and survival of juvenile Tinfoil barb.

Tinfoil barb with the initial average of body weight and length of 0.12±0.04 g and 2.01±0.22 cm were used. Fish were reared in the plastic tank with water volume of 50 l and stocked of 50 fish each tank. Fish was fed commercial food three times a day. White fluorescent lamp was used in order to adjust to light intensity and provided with automatic timer. Factorial completely randomized design with two factors was performed. The treatments of this experiment were as followed: (L6I250) photoperiod of 6 hours and 250 lux, (L6I400) photoperiod of 6

hours and 400 lux, (L6I550) photoperiod of 6 hours and 550 lux, (L12I250)

photoperiod of 12 hours and 250 lux, (L12I400) photoperiod of 12 hours and 400

lux, (L12I550) photoperiod of 12 hours and 550 lux, (L18I250) photoperiod of 18

hours and 250 lux, (L18I400) photoperiod of 18 hours and 400 lux, (L18I550)

photoperiod of 18 hours and 550 lux. Each treatment consisted of three replicates. Parameter study are survival rate, specific growth rate, absolute length, total feed intake, feed efficiency, and vitality of juvenile Tinfoil barb to water flow were analyzed using analysis of variance followed by Duncan's test post hoc to determine differences between treatments with 95% confidence interval. Data distribution of the weight and length of the fish, water quality were analyzed descriptively.

The results showed the existence of interaction photoperiod and light intensity on juvenile Tinfoil barb that significantly affect the specific growth rate, absolute length, total feed intake, and vitality level of juvenile Tinfoil barb. But no significantly effect on survival and efficiency feed. In addition, photoperiod and light intensity also affects the distribution of weight and length of juvenile Tinfoil barb. Growth and survival Tinfoil barb the best performances at photoperiod of 12 hours and 550 lux was found.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(8)
(9)

PERBEDAAN LAMA PENYINARAN DAN INTENSITAS CAHAYA

TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA SINTASAN BENIH

IKAN TENGADAK Barbonymus schwanenfeldii

MOCHAMAD NURDIN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Tesis : Perbedaan Lama Penyinaran dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan serta Sintasan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii

Nama : Mochamad Nurdin NIM : C151114051

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc

Ketua Anggota

Dr Ir Ani Widiyati, MSi

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Akuakultur

Dr Ir Widanarni, MSi Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 sampai November 2013 ini ialah manipulasi lingkungan budidaya perikanan, dengan judul Perbedaan Lama Penyinaran dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan serta Sintasan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc dan Ibu Dr Ir Ani Widiyati, MSi selaku pembimbing serta Bapak Dr Ir Eddy Supriyono, MSc yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Ir Siti Farikah, MM sebagai Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Bapak Eri Setiadi, SSi MSc dan Ir Imam Taufik, MSi dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Mochamad Nurdin

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pemikiran 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

2 METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Bahan dan Alat Penelitian 3

Rancangan Penelitian 3

Prosedur Penelitian 4

Parameter Penelitian 5

Analisis Data 6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 14

4 SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

(14)

DAFTAR TABEL

1 Parameter dan alat pengukuran kualitas air 5 2 Rata-rata laju pertumbuhan spesifik (LPS), panjang mutlak (PM), sintasan

(SR) pada benih ikan tengadak dengan perbedaan lama penyinaran dan

intensitas cahaya setelah dipelihara selama 30 hari 8 3 Rata-rata jumlah konsumsi pakan (JKP) dan efesiensi pakan (EP) pada benih

ikan tengadak dengan perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya

setelah dipelihara selama 30 hari 9 4 Kualitas air selama pemeliharaan benih ikan tengadak dengan perbedaan

lama penyinaran dan intensitas cahaya 13

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram kerangka pemikiran pertumbuhan serta sintasan benih ikan tengadak melalui manipulasi lingkungan dengan lama penyinaran dan

intensitas cahaya 2 2 Desain penelitian perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya pada

Benih ikan tengadak 4

3 Grafik pertambahan bobot benih ikan tengadak selama pemeliharaan dengan perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya 7 4 Grafik pertambahan panjang benih tengadak selama pemeliharaan dengan

perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya 7 5 Sebaran bobot benih ikan tengadak dengan perbedaan lama penyinaran dan

intensitas cahaya setelah dipelihara selama 30 hari 10 6 Sebaran panjang benih ikan tengadak dengan perbedaan lama penyinaran dan

intensitas cahaya setelah dipelihara selama 30 hari 11 7 Tingkat daya tahan tubuh benih ikan tengadak terhadap arus air setelah

dipelihara dengan perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya. Huruf-huruf yang sama diatas balok data menunjukkan pada tiap perlakuan tidak

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Juli 1983 sebagai anak sulung dari pasangan Djarkasih dan Eti Nurbaeti. Pendidikan sarjana di tempuh di Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, lulus pada tahun 2005. Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister pada Program Studi Ilmu Akuakultur dan pada perguruan tinggi yang sama diperoleh pada tahun 2012.

(16)
(17)

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan tengadak Barbonymus schwanenfeldii merupakan salah satu jenis ikan endemik yang berasal dari Kalimantan dan Sumatera, habitatnya di sungai sedang, sungai besar, maupun rawa banjiran (Huwoyon et al. 2010). Ikan tengadak yang dikenal dengan Tinfoil barb pada ukuran 1 – 2 inchi dijadikan sebagai komoditas ikan hias, namun berpotensi untuk dibudidayakan sebagai ikan konsumsi yang

dilakukan di kolam atau keramba jaring apung (Widiyati et al. 2012). Ikan

tengadak sebagai ikan hias ukuran satu inchi dijual Rp. 1000 per ekor, sedangkan harga ikan tengadak untuk konsumsi di Kalimantan Barat Rp. 40.000–55.000 per kg (200-300 g/ekor). Untuk mendukung budidaya ikan tersebut sangat dibutuhkan teknologi produksi benih secara massal dan berkesinambungan.

Keberadaan ikan tengadak sudah mulai berkurang akibat tingginya tingkat penangkapan yang tidak memperhatikan tingkat kelestariannya di alam (overfishing) dan terancam punah. Kottelat and Widjanarti (2005), mengatakan akibat overfishing yang dilakukan sejak tahun 2000 mengakibatkan populasi ikan di Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) menyusut drastis, diperkirakan populasi ikan di TNDS tinggal 25%. Ikan hasil tangkapan ini memasok sekitar 60% dari hasil perikanan ikan air tawar di Kalimantan Barat. Sejumlah ikan tangkapan di kawasan danau ini antara lain ikan jelawat Leptobarbus hoevenii,

ikan baung Mystus nemurus, ikan belida Chitala lopis, dan ikan tengadak

Barbonymus schwanenfeldii. Usaha produksi benih tengadak dari hasil budidaya masih belum berkembang, meskipun beberapa penangkar sudah mulai membudidayakan benih-benih ikan, namun masih dari hasil tangkapan di alam. Sintasan benih tengadak yang dipelihara di kolam 30-50% dan pertumbuhan ikan tengadak relatif lambat. Hasil penelitian Huwoyon et al. (2010) ikan tengadak ukuran awal 5-6 cm (3-5 g) dengan padat tebar 20 ekor/m3 dan dipelihara selama 150 hari menghasilkan laju pertumbuhan spesifik 0.57±0.02%.

Cahaya merupakan faktor lingkungan yang esensial karena memiliki beberapa kualitas karakteristik (spektrum atau panjang gelombang), kuantitas (intensitas) dan periodisitas (fotoperiode/lama penyinaran) yang merangsang efek fisiologi pada ikan. Menurut Boeuf and Le-Bail (1999), teknik manipulasi lingkungan untuk meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan diantaranya dengan manipulasi lama penyinaran dan intensitas cahaya. Penyinaran dalam waktu yang lebih lama dapat meningkatkan pertumbuhan dan efesiensi pakan pada ikan Gilthead seabream Sparus aurata L. (Vardar and Yildirim 2012), benih

Mirror carp Cyprinus carpio (Yagci and Yigit 2009) dan Rainbow trout

(18)

2

2012), ternyata dapat mempengaruhi jumlah sel darah dan menurunkan stress pada Clarias batrachus (Srivastava and Choudhary 2010).

Kemampuan ikan untuk tertarik pada sumber cahaya berbeda-beda. Cahaya dengan segala aspek yang dikandungnya seperti intensitas dan panjang gelombang akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung pergerakan atau tingkah laku ikan. Peristiwa pergerakan berkumpulnya ikan di bawah cahaya dapat dikatakan pengaruh secara langsung, sedangkan peristiwa tidak langsung yakni karena adanya cahaya maka plankton dan ikan-ikan kecil berkumpul kemudian ikan yang dimaksud berkumpul dengan tujuan mencari makan. Boeuf and Le-Bail (1999) ada ikan yang menyukai pada intensitas cahaya rendah, ada juga ikan yang menyukai intensitas cahaya tinggi. Berdasarkan hasil penelitian

Karakatsouli et al. (2010), pertumbuhan Mirror common carp Cyprinus carpio

pada intensitas cahaya 150 dan 300 lux tidak berbeda nyata.

Teknik manipulasi lingkungan dengan lama penyinaran dan intensitas cahaya diduga dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi ikan. Namun kajian mengenai pengaruh lama penyinaran dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan serta sintasan ikan belum dilakukan pada pendederan ikan tengadak.

Kerangka Pemikiran

Permasalahan pada benih ikan tengadak yaitu overfishing, terancam punah, budidaya belum berkembang, pertumbuhan relatif lambat dan sintasan rendah. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan manipulasi lingkungan, diantaranya dengan penambahan lama penyinaran dan intensitas cahaya selama pemeliharaan benih tengadak. Secara kuantitas, penambahan penyinaran dan intensitas cahaya yang optimal akan memudahkan ikan untuk melihat pakannya sehingga diduga dapat meningkatkan jumlah konsumsi pakan, efisiensi pakan serta mempengaruhi ukuran ikan dan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Secara kualitas, penambahan penyinaran dan intensitas cahaya akan berdampak pada daya tahan tubuh ikan terhadap arus air yang pada akhirnya meningkatkan sintasan ikan.

(19)

3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lama penyinaran dan intensitas cahaya yang terbaik terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan diperoleh teknologi manipulasi lingkungan untuk meningkatkan produksi benih ikan tengadak terutama kebutuhan untuk ikan hias.

2 METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga November 2013 di Instalasi Penelitian Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan tengadak dengan bobot dan panjang tubuh awal 0.12±0.04 g dan 2.01±0.22 cm serta pakan komersil dengan kandungan protein 32.6%, lemak 8.75%, air 8.13%, abu 12.2%, serat kasar 0.96%, dan BETN 37.4%.

Alat yang digunakan adalah bak plastik berukuran 70 cm x 40 cm x 35 cm sebanyak 27 buah untuk pemeliharaan ikan selama penelitian, lampu TL putih

sebanyak 27 buah dengan intensitas cahaya yang berbeda, automatic timer

sebanyak 9 buah, plastik hitam, penggaris, dan timbangan digital dengan ketelitian 0.01 g.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu lama penyinaran dan intensitas cahaya yang berbeda. Lama penyinaran terdiri atas tiga taraf, yaitu 6 jam, 12 jam, dan 18 jam. Sedangkan intensitas cahaya terdiri dari tiga taraf, yaitu 250 lux, 400 lux, dan 550 lux. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Dengan demikian, ada sembilan perlakuan, yaitu:

(20)

4

8. (L18I400) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 400 lux 9. (L18I550) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 550 lux

Prosedur Penelitian

Bak plastik pada masing-masing perlakuan ditutupi dengan plastik hitam untuk mencegah keluarnya cahaya yang diberi perlakuan. Lampu untuk penyinaran masing-masing perlakuan dipasang 30 cm dari permukaan air. Pengukuran intensitas cahaya menggunakan lux meter dan aplikasi lama penyinaran setiap perlakuan menggunakan automatic timer. Bak plastik diisi air masing-masing sebanyak 50 liter serta dilengkapi aerasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Desain penelitian perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya pada benih ikan tengadak

Sebelum ikan ditebar diukur panjang dan bobot badannya. Padat tebar ikan 50 ekor setiap bak plastik dan selanjutnya diadaptasikan selama 3 hari. Perlakuan lama penyinaran dan intensitas cahaya yang berbeda mulai dilakukan, selama pemeliharaan ikan diberi pakan buatan berbentuk pasta secara at satiation dan diberikan pada jam 08.00, 12.00, 16.00 WIB. Wadah percobaan di sipon satu kali setiap pagi untuk menghilangkan feses dan ditambahkan air baru kurang dari 10%.

(21)

5

pada setiap wadah percobaan dimasukkan ke dalam jaring kemudian dihitung ikan yang terbawa arus dan ikan yang bertahan atau melawan arus air. Setelah itu, semua ikan dilakukan penimbangan bobot dan pengukuran panjang sehingga diketahui sebaran ukuran ikan, pertumbuhan ikan, serta sintasan. Pada akhir penelitian dihitung jumlah pakan yang telah dikonsumsi ikan.

Parameter Penelitian

Parameter pengamatan penelitian adalah pertambahan bobot ikan, pertambahan panjang ikan, laju pertumbuhan spesifik, panjang mutlak, sintasan, jumlah konsumsi pakan, efesiensi pakan, daya tahan tubuh ikan terhadap arus air, sebaran bobot dan panjang ikan, serta kualitas air (oksigen terlarut/DO, pH, suhu, kesadahan, alkalinitas, amonia). Adapun parameter kualitas air yang diukur dan alat yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter dan alat pengukuran kualitas air

Parameter Kualitas Air Alat yang digunakan

Oksigen terlarut (mg/l) DO meter

pH pH meter

Nt = Jumlah ikan akhir penelitian (ekor) No = Jumlah ikan awal penelitian (ekor)

D = Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (g)

(22)

6

Laju Pertumbuhan Spesifik

LPS = Ln Wt – Ln Wo t

Keterangan:

LPS = Laju pertumbuhan spesifik (%)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir penelitian (g) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal penelitian (g)

t = Lama pemeliharaan (hari)

Panjang Mutlak

Pm = Pt – Po (NRC 1983) Keterangan:

Pm = Panjang mutlak ikan (cm)

Pt = Panjang ikan pada akhir penelitian (cm) Po = Panjang ikan pada awal penelitian (cm)

Analisis Data

Data laju pertumbuhan spesifik, panjang mutlak, sintasan, jumlah konsumsi pakan, efesiensi pakan, serta daya tahan tubuh ikan terhadap arus air dianalisis dengan sidik ragam menggunakan alat bantu SPSS versi 16.0 dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dengan selang kepercayaan 95%. Sedangkan data pertambahan bobot ikan, pertambahan panjang ikan, sebaran bobot ikan, sebaran panjang ikan, serta kualitas air (DO, pH, suhu, kesadahan, alkalinitas, ammonia) dianalisis secara deskriptif.

(23)

7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan tengadak yaitu pertambahan bobot ikan (Gambar 3) dan pertambahan panjang ikan (Gambar 4).

Gambar 3. Grafik pertambahan bobot benih ikan tengadak selama pemeliharaan dengan perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya

Gambar 4. Grafik pertambahan panjang benih ikan tengadak selama

(24)

8

Pertambahan bobot benih ikan tengadak relatif lebih cepat pada perlakuan L12I550 (lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 550 lux) dan L18I550 (lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 550 lux). Pertambahan panjang benih ikan tengadak pada awal pemeliharaan hingga hari ke-10 mengalami peningkatan yang cepat, kemudian mengalami peningkatan panjang ikan secara perlahan-lahan. Pertambahan panjang benih ikan tengadak yang lebih cepat pada perlakuan L18I550 (lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 550 lux).

Pengaruh perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya terhadap laju pertumbuhan spesifik, panjang mutlak, dan sintasan pada benih ikan tengadak dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata laju pertumbuhan spesifik (LPS), panjang mutlak (PM),

sintasan (SR) pada benih ikan tengadak dengan perlakuan perbedaan

lama penyinaran dan intensitas cahaya setelah dipelihara selama 30 hari

Perlakuan Parameter

LPS (%) PM (cm) SR (%)

L6I250 4.99±0.26a 1.16±0.07ab 92.67±7.02a

L6I400 5.11±0.37ab 1.13±0.18a 92.67±1.15a

L6I550 5.07±0.14ab 1.20±0.11ab 96.00±4.00a

L12I250 5.22±0.46ab 1.22±0.18abc 96.67±5.77a

L12I400 5.31±0.40ab 1.30±0.13abcd 97.33±4.62a

L12I550 5.64±0.23b 1.42±0.18cd 96.67±3.06a

L18I250 5.19±0.28ab 1.27±0.04abcd 96.67±4.16a

L18I400 5.40±0.33ab 1.40±0.03bcd 95.33±1.15a

L18I550 5.62±0.37ab 1.46±0.05d 97.33±1.15a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). (L6I250) lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya

250 lux, (L6I400) lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (L6I550) lama penyinaran 6

jam dan intensitas cahaya 550 lux, (L12I250) lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 250 lux,

(L12I400) lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (L12I550) lama penyinaran 12 jam

dan intensitas cahaya 550 lux, (L18I250) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 250 lux,

(L18I400) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (L18I550) lama penyinaran 18 jam

dan intensitas cahaya 550 lux.

Laju pertumbuhan spesifik benih ikan tengadak tertinggi pada perlakuan

L12I550 (lama penyinaran 12 jam dengan intensitas cahaya 550 lux) yaitu

(25)

9

(lama penyinaran 6 jam dengan intensitas cahaya 400 lux) yaitu 1.13±0.18 cm. Nilai sintasan pada semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0.05) yang berkisar antara 92.67% sampai dengan 97.33%.

Pengaruh perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya terhadap jumlah konsumsi pakan dan efesiensi pakan pada benih ikan tengadakseperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata jumlah konsumsi pakan (JKP) dan efesiensi pakan (EP) pada

benih ikan tengadak dengan perbedaan lama penyinaran dan intensitas

cahaya setelah dipelihara selama 30 hari

Perlakuan Parameter

L12I400 58.32±3.06ab 52.14±6.36a

L12I550 63.47±2.66b 52.54±2.96a

L18I250 60.76±2.87ab 47.92±4.79a

L18I400 59.67±4.14ab 54.75±12.57a

L18I550 64.44±5.10b 50.36±3.45a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). (L6I250) lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya

250 lux, (L6I400) lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (L6I550) lama penyinaran 6

jam dan intensitas cahaya 550 lux, (L12I250) lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 250 lux,

(L12I400) lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (L12I550) lama penyinaran 12 jam

dan intensitas cahaya 550 lux, (L18I250) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 250 lux,

(L18I400) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (L18I550) lama penyinaran 18 jam

dan intensitas cahaya 550 lux.

Hasil penelitian memperlihatkan adanya pengaruh lama penyinaran dan intensitas cahaya terhadap jumlah konsumsi pakan dan efesiensi pakan pada benih tengadak. Jumlah konsumsi pakan benih ikan tengadak terbanyak pada perlakuan

L18I550 (lama penyinaran 18 jam dengan intensitas cahaya 550 lux) yaitu

64.44±5.10 g tetapi tidak berbeda nyata (p>0.05) dengan perlakuan L12I550 (lama penyinaran 12 jam dengan intensitas cahaya 550 lux) yaitu 63.47±2.66 g dan perlakuan L12I250 (lama penyinaran 12 jam dengan intensitas cahaya 250 lux) yaitu 62.68±3.97 g, sedangkan jumlah konsumsi pakan benih ikan tengadak terendah pada perlakuan L6I250 (lama penyinaran 6 jam dengan intensitas cahaya 250 lux) yaitu 54.61±1.80g. Efesiensi pakan benih ikan tengadak tertinggi pada perlakuan

L18I400 (lama penyinaran 18 jam dengan intensitas cahaya 400 lux) yaitu

(26)

10

47.13±7.49%. Namun demikian, efesiensi pakan benih ikan tengadak pada semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0.05).

Sebaran ukuran ikan di akhir penelitian memperlihatkan adanya pengaruh perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan ikan. Selain itu, ukuran benih ikan berpengaruh terhadap harga jualnya, ikan yang lebih besar harga jualnya lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran yang lebih kecil. Sebaran bobot benih ikan tengadak setelah dipelihara pada perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Sebaran bobot benih ikan tengadak dengan perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya setelah dipelihara selama 30 hari

(27)

11

Populasi benih ikan tengadak setelah dipelihara dengan perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya menyebabkan sebaran panjang tubuh ikan, dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Sebaran panjang benih ikan tengadak dengan perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya setelah dipelihara selama 30 hari

Populasi benih ikan tengadak yang memiliki panjang tubuh ≥3.6 cm, terbanyak pada perlakuan L12I550 (lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 550 lux) yaitu 37.48% dan paling sedikit pada perlakuan L6I250 (lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya 250 lux) yaitu 10.95%. Populasi benih ikan tengadak yang memiliki panjang tubuh antara 3.1 cm dan 3.5 cm, terbanyak pada perlakuan L6I250 (lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya 250 lux) yaitu 50.72% dan paling sedikit pada perlakuan L6I400 (lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya 400 lux) yaitu 31.70%. Sedangkan populasi benih ikan tengadak yang memiliki panjang tubuh ≤3.0 cm, terbanyak pada perlakuan L6I400 (lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya 400 lux) yaitu 48.07% dan paling sedikit pada perlakuan L18I550 (lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 550 lux) yaitu 19.13%.

(28)

12

Gambar 7. Tingkat daya tahan tubuh benih ikan tengadak terhadap arus air setelah dipelihara dengan perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya. Huruf-huruf yang sama diatas balok data menunjukkan pada tiap perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Kualitas air selama pemeliharaan benih ikan tengadak dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air media pemeliharaan selama penelitian masih layak untuk kehidupan dan pertumbuhan benih ikan tengadak.

(29)

13

Tabel 4. Kualitas air selama pemeliharaan benih ikan tengadak dengan perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya

Perlakuan DO Suhu pH NH3 Alkalinitas Kesadahan

(mg/l) (oC) (mg/l) (mg/l CaCO3) (mg/l CaCO3)

L6I250 4.56-4.73 24.0-24.7 7.60-7.71 0.29-0.31 85.26-105.21 75.2-96.0

L6I400 4.72-5.06 24.0-24.9 7.50-7.59 0.20-0.31 83.44-90.70 97.6-102.4

L6I550 4.61-5.36 24.1-25.0 7.50-7.70 0.25-0.34 72.56-78.00 94.4-100.8

L12I250 4.72-5.14 24.0-24.5 7.64-7.70 0.19-0.37 85.26-90.70 78.4-100.8

L12I400 4.91-5.31 23.6-24.3 7.50-7.63 0.24-0.37 87.07-97.95 70.4-129.6

L12I550 4.91-5.35 23.8-24.5 7.60-7.64 0.24-0.38 92.51-96.14 76.8-100.8

L18I250 4.77-4.82 24.3-25.1 7.60-7.70 0.17-0.43 87.07-108.84 75.2-97.6

L18I400 4.68-5.04 24.4-25.3 7.60-7.71 0.47-0.51 81.63-107.03 83.2-97.6

L18I550 4.73-4.87 24.7-25.4 7.50-7.66 0.25-0.37 81.63-90.70 83.2-137.6

(L6I250) lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya 250 lux, (L6I400) lama penyinaran 6 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (L6I550) lama penyinaran 6 jam dan

intensitas cahaya 550 lux, (L12I250) lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 250 lux, (L12I400) lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (L12I550)

lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 550 lux, (L18I250) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 250 lux, (L18I400) lama penyinaran 18 jam dan intensitas

(30)

14

Pembahasan

Ikan tengadak mempunyai respon terhadap rangsangan yang disebabkan cahaya (fototaksis) melalui penglihatan oleh mata. Boeuf and Le Bail (1999) respon ikan muda terhadap rangsangan cahaya lebih besar daripada respon ikan dewasa dan setiap jenis ikan mempunyai intensitas cahaya optimum dalam melakukan aktifitasnya. Cahaya dapat mempengaruhi tingkah laku, sintasan, dan metabolisme ikan. Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya interaksi antara lama penyinaran dan intensitas cahaya yang mempengaruhi sintasan dan pertumbuhan benih ikan tengadak (Tabel 2). Pertumbuhan adalah perubahan ikan, baik bobot tubuh maupun panjang dalam jangka waktu tertentu (Effendie 1997). Pada umumnya ikan membutuhkan intensitas cahaya yang cukup untuk perkembangan secara normal dan pertumbuhannya, namun beberapa spesies dapat berkembang dan tumbuh pada intensitas cahaya yang rendah bahkan tanpa adanya cahaya (Boeuf and Le Bail 1999). Benih ikan tengadak pada saat awal pemeliharaan terjadi pertambahan panjang yang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobot ikan (Gambar 4), selanjutnya diiringi dengan pertambahan bobot ikan secara perlahan (Gambar 3).

Pertumbuhan benih ikan tengadak relatif lebih cepat pada lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 550 lux, namun tidak berbeda nyata (p>0.05) dengan perlakuan lama penyinaran 12 jam dengan intensitas cahaya 550 lux setelah dipelihara selama 30 hari. Ikan tengadak merupakan ikan diurnal dan habitatnya di iklim tropis. Lama penyinaran cahaya pada iklim tropis rata-rata 12 jam, Boeuf and Le Bail (1999) mengatakan intensitas penyinaran minimal diperlukan sehingga ikan dapat membedakan cahaya dari kegelapan, sebagian besar ikan mengikuti ritme alami (diurnal atau musiman) periode cahaya untuk aktifitasnya termasuk ritme pola makan. Pada benih ikan Mirror carp Cyprinus carpio setelah dipelihara selama 90 hari dengan lama penyinaran 24 jam meningkatkan pertumbuhan dan efesiensi pakan (Yagci and Yigit 2009). Pertumbuhan Rainbow trout lebih baik bila dipelihara dengan lama penyinaran 16 jam (Ergun et al. 2003; Sonmez et al. 2009; Barimani et al. 2013).

Pemeliharaan benih ikan tengadak pada intensitas cahaya 550 lux menghasilkan pertumbuhan bobot dan panjang ikan relatif lebih cepat dengan lama penyinaran yang sama daripada intensitas cahaya 250 lux dan 400 lux, dan sebaliknya. Hal ini diduga pada intensitas cahaya 550 lux, benih ikan tengadak lebih mudah melihat dan memakan pakan yang diberikan selama pemeliharaan sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan lebih cepat. Selain itu, nutrisi yang terserap oleh tubuh ikan akan meningkatkan daya tahan tubuh ikan yang berdampak pada sintasan ikan. Pada saat kondisi cahaya gelap, benih ikan tengadak cenderung bergerak menyebar sehingga membutuhkan energi yang lebih tinggi. Aktifitas metabolisme yang tinggi memerlukan energi yang besar. Sedangkan pada saat kondisi cahaya terang, benih ikan tengadak cenderung berkumpul dan diam di satu tempat sehingga aktifitas metabolismenya tidak memerlukan energi yang tinggi. Menurut Boeuf and Le Bail (1999) pada umumnya intensitas cahaya yang lebih tinggi akan meningkatkan pertumbuhan yang optimal, intensitas cahaya 600-1300 lux menyebabkan pertumbuhan optimal

ikan Seabream. Karakatsouli et al. (2010), pertumbuhan Mirror common carp

(31)

15

Benih ikan tengadak selama penelitian diberikan pakan komersil secara at satiation karena sumber energi pada ikan adalah pakan tetapi energi dalam pakan tidak dapat digunakan sampai pakan tersebut dicerna dan diserap oleh sistem pencernaan. Pakan yang dimakan oleh ikan, setelah masuk ke dalam rongga mulut akan ditelan dan setelah itu melalui segmen esophagus akan masuk ke dalam lambung. Selanjutnya pakan tersebut secara perlahan-lahan akan bergerak ke segmen bagian belakang. Di dalam usus terjadi penyerapan zat-zat pakan hasil pencernaan dan sisa pakan yang tidak dicerna akan dikeluarkan melalui anus berupa feses (Affandi et al. 2004). Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas air selama penelitian dilakukan pensiponan setiap hari untuk membuang sisa pakan dan feses yang dikeluarkan oleh benih ikan tengadak. Menurut Fujaya (2004) komponen pakan berupa protein, lemak, dan karbohidrat dipecah menjadi senyawa-senyawa yang sederhana, nutrien ini yang dapat diserap oleh enterosit dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk selanjutnya digunakan mensintesis senyawa baru (anabolisme) dan menghasilkan energi (katabolisme).

Pada penelitian ini diduga semakin lama penyinaran dan peningkatan intensitas cahaya akan meningkatkan jumlah konsumsi pakan benih ikan tengadak, dan sebaliknya (Tabel 3). Hal ini sejalan dengan Boeuf and Le Bail (1999), cahaya mempengaruhi pertumbuhan ikan dan juga merangsang laju

konsumsi pakan. Pada keadaan cukup pakan, ikan akan mengkonsumsi pakan

hingga memenuhi kebutuhan energinya, penggunaan energi untuk metabolisme

dan pertumbuhan sesuai dengan ukuran ikan (Fujaya 2004). Menurut Affandi et

al. (2004) proses pencernaan dan penyerapan zat makanan membutuhkan energi

yang besarnya tergantung pada kualitas pakan dan kuantitas pakan yang dikonsumsi oleh ikan.

Indikator untuk menentukan efesiensi pakan ikan dalam memanfaatkan pakan adalah persentase nilai efesiensi pakan. Efesiensi pakan merupakan suatu ukuran yang menyatakan rasio untuk menghasilkan biomassa ikan dengan jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan. Efesiensi pakan pada semua perlakuan lama penyinaran 6 jam, 12 jam, 18 jam dan intensitas cahaya 250 lux, 400 lux, 550 lux tidak berbeda nyata (p>0.05), hal ini diduga bahwa penyerapan nutrisi pakan yang diberikan pada benih ikan tengadak relatif sama. Efesiensi

pakan tidak berbeda nyata (p>0.05) pada benih Mirror carp Cyprinus carpio

dengan lama penyinaran 12 jam dan 16 jam (Yagci and Yigit 2009), dan juga

benih Rainbow trout dengan lama penyinaran 16 jam dan 24 jam (Ergun et al.

2003).

(32)

16

Perubahan lingkungan direkam oleh alat indra dan salah satu diantaranya oleh mata yang memungkinkan untuk dapat melihat pada hampir ke seluruh bagian dari lingkungan sekelilingnya, dan retina merupakan bagian terpenting dari mata yang terdiri atas jaringan uraf saraf peka cahaya. Jarak penglihatan pada ikan, tidak hanya tergantung pada sifat indera penglihat saja tetapi juga pada keadaan penglihatan di dalam air. Pada kejernihan air yang baik dan terang maka jarak penglihatan ikan akan lebih jelas. Sedangkan dalam keadaan air yang keruh, kemampuan daya penglihatan ikan di dalam air akan sangat jauh berkurang. Maka dari itu, selama penelitian dijaga kejernihan air sehingga intensitas cahaya yang diberikan tidak berkurang. Boeuf and Le Bail (1999) ikan sensitif terhadap cahaya, sensitivitas dan ketajaman mata bergantung pada terangnya bayangan yang mencapai retina. Menurut Fujaya (2004) pada sejumlah besar spesies ikan dengan aneka ragam habitat, retina ikan memperlihatkan struktur yang bervariasi tergantung tekanan selektif intensitas cahaya dan spektrum dalam lingkungan. Perbedaan tekanan selektif tersebut menyebabkan perbedaan ketebalan retina, perbedaan subjenis sel retina (khususnya fotoreseptor), dan spesialisasi wilayah kon dan rod pada sel retina.

Pada penelitian ini benih ikan tengadak dipelihara dengan intensitas cahaya yang berbeda dan menggunakan spektrum cahaya putih (full spectrum). Spektrum cahaya putih digunakan supaya tidak terjadi bias adanya pengaruh panjang gelombang terhadap perlakuan lama penyinaran dan intensitas cahaya.

Karakatsouli et al. (2010) pertumbuhan Mirror common carp Cyprinus carpio

lebih baik dipelihara pada spektrum cahaya merah dan biru. Perkembangan kon di

retina mata Cyprinus carpio mencapai puncaknya pada panjang gelombang

cahaya berwarna merah, hijau, dan biru (Neumeyer 1992).

Ikan mampu mendeteksi perbedaan intensitas cahaya dan spektrum cahaya (panjang gelombang) oleh fotoreseptor sel retina. Kon dan rod adalah dua jenis fotoreseptor yang masing-masing berbentuk kerucut dan batang. Kumpulan kon diduga lebih banyak pada perlakuan dengan intensitas cahaya 550 lux daripada intensitas cahaya 250 lux dan 400 lux. Pada saat ikan dipelihara dalam kondisi cahaya terang maka akan banyak kumpulan kon (bertanggung jawab pada penglihatan terang/photopik), dan saat ikan dipelihara dalam kondisi gelap maka akan banyak rod (bertanggung jawab pada penglihatan cahaya samar atau gelap/scotopik). Dengan berkembangnya adaptasi terhadap gelap dan terang, maka ikan akan mudah memakan pakan. Aktifitas makan yang baik akan menunjang pertumbuhan ikan. Menurut Fujaya (2004) perbedaan kepekaan cahaya pada kon dan rod disebabkan oleh kandungan pigmen penglihatan yang berbeda. Kon mengandung rhodopsin yang merupakan gabungan retinen dan fotopsin yang peka terhadap warna, sedangkan rod adalah gabungan retinen dan scotopsin. Pada saat cahaya terang menyinari mata, kon bergerak menjauhi membran pembatas terluar, sedangkan rod diselimuti epithelium berpigmen. Saat cahaya samar atau gelap, rod mendekati membran pembatas terluar dan segmen terluar pada kon dilindungi oleh epithelium berpigmen.

(33)

17

di sungai besar dan sungai kecil, salah satunya di sungai Kapuas. Daerah estuari sungai Kapuas merupakan daerah yang sangat kompleks karena adanya pengaruh seperti sapuan arus, hempasan ombak dan pasang surut laut. Menurut Jumarang et

al. (2011), pergerakan massa air sungai Kapuas Kalimantan Barat pada kondisi

purnama lebih tinggi dibandingkan saat perbani dengan kecepatan arus 0.05–0.70 m/s. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Agustini et al. (2013) kecepatan arus sungai Kapuas dengan kisaran 0.48-0.56 m/s. Hasil penelitian memperlihatkan adanya interaksi antara lama penyinaran dan intensitas cahaya terhadap daya tahan tubuh benih ikan tengadak, semakin lama penyinaran dengan intensitas cahaya semakin tinggi diduga akan menurunkan daya tahan tubuh benih ikan tengadak (Gambar 7). Menurut Boeuf and Le Bail (1999), intensitas cahaya yang intensif dapat menyebabkan stress bahkan kematian. Hasil penelitian Setiadi et al. (2002), kematian larva Red spotted grouper Epinephelus akaara diduga semakin tinggi seiring dengan peningkatan intensitas cahaya dan intensitas cahaya terbaik pada 500 lux.

Kualitas air mempunyai peran yang sangat penting dalam keberhasilan

budidaya ikan. Indikator kualitas air untuk menilai kelayakan budidaya ikan

(34)

18

4 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemeliharaan benih ikan tengadak terbaik bila dipelihara pada lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 550 lux dapat meningkatkan laju pertumbuhan spesifik 0.42%, panjang mutlak 16.39%, jumlah konsumsi pakan 1.26%, efesiensi pakan 5.41%, dan tingkat daya tahan tubuh benih ikan tengadak terhadap arus air 1.3%.

Saran

Untuk lebih meningkatkan pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak, sebaiknya perlu diteliti lebih lanjut dengan lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya di atas 550 lux sehingga dapat diketahui intensitas cahaya yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Sjafei DS, Rahardjo MF, Sulistiono. 2004. Fisiologi Ikan Pencernaan dan Penyerapan Pakan. Bogor (ID): Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Agustini T, Jumarang MI, Ihwan A. 2013. Simulasi pola sirkulasi arus di muara

Kapuas Kalimantan Barat. Jurnal Prisma Fisika, I(1): 33-39.

Barimani S, Kazemi MB, Hazaei K. 2013. Effects of different photoperiod regimes on growth and feed conversion rate of young Iranian and French Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss). World Applied Sciences Journal, 21(10): 1440-1444.doi:10.5829/idosi.wasj.2013.21.10.2700.

Boeuf G, Le-Bail PY. 1999. Does light have an influence on fish growth?.

Aquaculture, 177: 129-152.

Boyd EC. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing.

Alabama (US): Auburn University Agricultural Experiment Station.

Effendi H. 2000. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Bogor (ID): Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka

Nusatama

Ergün S, Yigit M, Türker A. 2003. Growth and feed consumption of young

Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss) exposed to different photoperiods.

The Israeli Journal of Aquaculture, 55(2): 132-138.

Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.

(35)

19

Huwoyon GH, Kusmini II, Kristanto AH. 2010. Keragaan pertumbuhan ikan

tengadak alam (hitam) dan tengadak budidaya (merah) (Barbonymus

schwanenfeldii) dalam pemeliharaan bersama pada kolam beton. Di dalam: Sudrajat A, Rachmansyah, Hanafi A, Azwar ZI, Imron, Kristanto AH, Insan I, editor. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur; 2010 April 20-23; Bandar Lampung, Indonesia. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. hlm 501-505.

Jumarang MI, Muliadi, Ningsih, NS, Hadi S, Martha D. 2011. Pola sirkulasi arus

dan salinitas perairan estuary sungai Kapuas Kalimantan Barat. Jurnal

Positron, I(1): 36-42.

Karakatsouli N, Papoutsoglou ES, Sotiropoulos N, Mourtikas D, Martinsen TS, Papoutsoglou SE. 2010. Effect of light spectrum, rearing density and light intensity on growth performance of scaled and Mirror Common Carp

Cyprinus carpio reared under recirculating system conditions. Aquacultural Engineering, 42: 121-127.doi: 10.1016/j.aquaeng.2010.01. 001.

Kottelat M, Widjanarti E. 2005. The fishes of Danau Sentarum National Park and

The Kapuas Lakes area, Kalimantan Barat, Indonesia. Raffles Bulletin

Zoologi Supplement, 13: 139-173.

Martin P, Rancon J, Segura G, Laffont J, Boeuf G, Dufour S. 2012. Experimental study of the influence of photoperiod and temperature on the swimmin g

behaviour of hatchery-reared Atlantic Salmon (Salmo salar L.) smolts.

Aquaculture: 1-9.doi: 10.1016/j.aquaculture.2011.11.047.

Mustapha MK, Okafor BU, Olaoti KS, Oyelakin OK. 2012. Effects of three different photoperiods on the growth and body coloration of juvenile

African Catfish, (Burchell). Archives of Polish Fisheries, 20:

55-59.doi:10.2478/ v10086-012-0007-1.

Neumeyer C. 1992. Tetrachromatic color vision in goldfish: evidence from color mixture experiments. Journal of Comparative Physiology, 171: 639-649.

[NRC] National Research Council. 1983. Nutrient Requirement of Warmwater

Fishes and Shellfishes. Washington DC (US): National Academy of Science.

Prayogo NA, Wijayanti GE, Murwantoko, Kawaichi M, Astuti P. 2012. Effect of photoperiods on melatonin levels, the expression of cGnRH-II and sGnRH genes and estradiols level in Hard-Lipped Barb (Osteochilus hasselti C.V.).

Global Veterinaria, 8(6): 591-597.

Sarkar A, Upadhyay B. 2011. Influence of photoperiod and temperature on

reproduction and gonadal maturation in Gold fish: Carassius auratus.

International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology, 2(4): 352-358.

Schulz C, Knaus U, Wirth M, Rennert B. 2005. Effect of varying dietary fatty acid profile on growth performance, fatty acid, body and tissue composition of juvenile Pike perch (Sander lucioperca). Aquaculture, 11: 403-413.

(36)

20

Sonmez AY, Hisar O, Hisar SA, Alak G, Aras MS, Yanik T. 2009. The effects of different photoperiod regimes on growth, feed conversion rate and survival

of Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss) fry. Journal of Animal and

Veterinary Advances, 8(4): 760-763.

Srivastava S, Choudhary SK. 2010. Effect of artificial photoperiod on the blood cell indices of the Catfish, Clarias batrachus. Journal of Stress Physiology & Biochemistry, 6(1): 22–32.

Takeuchi T. 1988. Laboratory Work: Chemical Evaluation of Dietary Nutrient. Tokyo (JP): Departement of Aquatic Biosciences, Tokyo University of Fisheries.

Vard ar H, Yıldırım S. 2 0 1 2 . Effects of long-term extended photoperiod on somatic growth and husbandry parameters on cultured Gilthead Sea bream (Sparus aurata, L.) in the net cages. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 12: 225-231.doi: 10.4194/1303-2712-v12_2_05.

Widiyati A, Yosmaniar, Nurdin M. 2012. Pendederan ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) dengan kepadatan tebar berbeda di perairan Sungai Mempawah Kabupaten Pontianak (Kalimantan Barat). Di dalam: Nainggolan C, Sudrajat A, Masengi S, Raharjo P, Sipahutar YH., editor.

Prosiding Seminar Nasional Perikanan; 2012 November 13-14; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Perikanan. hlm 23-27.

Yağci DD, Yiğit M. 2009. Influence of increased photoperiods on growth, feed

consumption and survival of juvenile Mirror Carp (Cyprinus carpio

Gambar

Gambar 2.  Desain penelitian perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya
Tabel 1. Parameter dan alat pengukuran kualitas air
Gambar 3. Grafik pertambahan bobot benih ikan tengadak selama pemeliharaan
Tabel 2.  Rata-rata laju pertumbuhan spesifik (LPS), panjang mutlak (PM), sintasan (SR) pada benih ikan tengadak dengan perlakuan perbedaan lama penyinaran dan intensitas cahaya setelah dipelihara selama 30 hari
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai jenis lampu penerangan memiliki karakter yang berbeda-beda, dengan memperhatikan daya yang diperlukan dan tingkat pencahayaan yang dihasilkan dapat dilihat

[r]

Sebagaimana telah dikemukakan diatas kepuasan pelanggan akan tercapai, bilamana provider dapat memenuhi harapan/ ekspektasi pelanggan atau lebih baik lagi jika dapat

Interwisata Surabaya selaku pihak yang menyewa peralatan dan menyewakan tanah dan/atau bangunan, objek pajak yang dikenakan dari PPh Pasal 23 diantaranya : sewa

SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Sangat Sederhana (formulir 1770 SS) bagi Wajib Pajak yang menpunyai penghasilan hanya dari.. satu pemberi kerja dengan

 Kabel horizontal dipasang pada plat lantai beton dengan menggunakan pipa pelindung conduit yang diberi perkuatan klem dengan jarak sekitar 1 m, hal ini dimaksudkan untuk

Predictors: (Constant), LnX5, LnX1, LnX3, LnX4, LnX2. UJI STATISTIK PARSIAL

Kebijakan Pengarusutamaan Gender atau disingkat PUG merupakan strategi yang dilakukan pemerintah secara rasional dan sistematis untuk mencapai dan mewujudkan