• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Effect of Light Intensity on Growth and Productivity of Plant Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Effect of Light Intensity on Growth and Productivity of Plant Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L.)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

TANAMAN BANGUN-BANGUN

(Coleus amboinicus Lour)

SKRIPSI LIZA DESPIANI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

LIZA DESPIANI. D24080065. 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap

Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L).

Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K,MS.

Pembimbing anggota : Ir. Lidy Herawati, MS.

Salah satu bahan makanan ternak yang dapat meningkatkan produksi susu

adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour). Senyawa penting yang

berperan aktif dalam metabolisme sel dan merangsang produksi air susu dalam

Coleus amboinicus Lour yaitu thymol 94.3%, forskholin 1.5%, dan carvacrol 1.2%.

Menurut Harjadi (1989) bahwa cahaya merupakan faktor yang amat penting bagi pertumbuhan tanaman, salah satu subfaktornya yaitu intensitas cahaya.

Cara yang digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yaitu dengan naungan. Adanya perlakuan dengan naungan, tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman di bawahnya, antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, dan pembentukan biomassa tanaman, apalagi bila tanaman tersebut akan dikembangkan dengan sistem integrasi dengan perkebunan atau kehutanan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan produktivitas

dari tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus, L).

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan delapan ulangan, adapun perlakuan terdiri dari P0= Intensitas cahaya 100%; P1= Intensitas cahaya 75%; P2= Intensitas cahaya 50%; P3= Intensitas cahaya 25%. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), jika hasil berbeda nyata maka diuji lanjut dengan uji kontras ortogonal. Perlakuan yang diamati yaitu panjang tanaman, jumlah daun, dan biomassa tanaman. Perlakuan intensitas cahaya yang diberikan berpengaruh sangat nyata pada setiap peubah yang diamati (P<0,01), dan perlakuan yang terbaik yaitu perlakuan dengan intensitas cahaya75%, hal ini dikarenakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman bangun-bangun.

(3)

ABSTRACT

The Effect of Light Intensity on Growth and Productivity of Plant Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L.)

L. Despiani, P. D. M. H. Karti, and L. Herawati

Coleus amboinicus, L has the advantage of containing compounds thymol 94.3%,

forskholin 1.5%, and 1.2% carvacrol are asin metabolically active cells and stimulate milk production, it is very good for dairy ruminants.The influential factors such as shading, because there are some plants that are not robust to the shade. The existence of the shade treatment, will certainly affect the plant growth under neath. Some growth parameter saffected include plant height, and the establishment of plant biomassa. The purpose of study was determined affect from light intensity to growth and production of

Coleus amboinicus, L. The experiment was carried out using completely random

design with four treatments and eight replications. The treatments were P0 (100% light) as control, P1 (75% light), P2 (50% light), and P3 (25% light). Variable measured were plant length, leaf number and dry weight of leaves, stems, and roots. Data were analyzed using by analisis of variance and contras orthogonal was further used to test the significan differences. Treatment of light intensity increase affected the increasing plant height (P<0.01) and affected the decrasing leaf number and dry weight of leaves, stems, and roots (P<0.01). In conclucion, light intensity up to 75% light can increase productivity 15.788% dry weight of leaves, 4.137% dry weight of stems, and

dry weight of roots 32.661% Coleus amboinicus, L.

Keywords: Coleus amboinicus, L, dry weight of leaves, stems, and roots, leaf

(4)

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

TANAMAN BANGUN-BANGUN

(Coleus amboinicus Lour)

LIZA DESPIANI D24080065

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

Judul : Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas

Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, Lour)

Nama : Liza Despiani

NIM : D24080065

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K, MS.) (Ir. Lidy Herawati, MS.)

NIP. 19611025 198703 2 002 NIP. 19620914 198703 2 009

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr.) NIP. 19670506 199103 1 001

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal

28 Desember 1989 dari pasangan Bapak Zarkasih (Alm) dan

Ibu Lina Widiyani. Penulis adalah anak pertama dari tiga

bersaudara. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1994

di Taman Kanak-kanak Insan Kamil, Bogor. Pada tahun

1995 hingga tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan ke

Sekolah Dasar Insan Kamil, Bogor. Pendidikan lanjut

tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 hingga tahun

2004 di SMPN 14 Bogor. Pada tahun 2004 hingga 2007,

penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Atas Kornita, Bogor.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan

Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, adapun nomor induk mahasiswa (NIM)

yang dimiliki penulis yaitu D24080065. Selama di IPB, penulis aktif berorganisasi dan

pengembangan softskill. Penulis pernah menjadi Staf Divisi Biro Kewirausahaan, BEM

FAPET periode 2009-2011, kemudian pada tahun 2011 penulis menjadi Staf Divisi

Dana Usaha dalam acara MPF FAPET 2011. Pada tahun 2009-2010 penulis

berkesempatan menjadi penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA),

kemudian pada tahun 2010-1012, penulis juga berkesempatan menerima beasiswa Karya

Salemba Empat (KSE).

Bogor, 18 September 2012

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahamat dan hidayahNya yang tak

pernah putus, shalawat dan salam selalu tercurahkan pada nabi besar Muhammad

saw beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap

Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus

Lour)”.

Tanaman bangun-bangun memiliki banyak manfaat, antara lain dapat

meningkatkan produksi susu, hal itu telah terbukti dengan penelitian sebelumnya

yang meneliti tentang kandungan dari tanaman bangun-bangun. Tanaman ini biasa

tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, maka menjadi

satu hal yang menarik untuk dilakukan penelitian tentang kondisi ideal yang dibutuhkan

tanaman bangun-bangun agar didapatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang

baik, karena seperti yang telah umum diketahui bahwa intensitas cahaya merupakan

salah satu faktor penting bagi tumbuhan untuk melakukan fotosintesis.

Skripsi ini memuat tentang pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangun-

bangun dengan perlakuan intensitas cahaya yang berbeda-beda dengan pemeliharaan

selama tiga bulan, penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor

(8)

DAFTAR ISI

Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus L) ... 3

Tanaman Bangun-Bangun ... 3

Manfaat Tanaman Bangun-Bangun ... 3

Kandungan Tanaman Bangun-Bangun ... 4

Cahaya, Fotosintesis, dan Naungan ... 5

Respon Tumbuhan Terhadap Intensitas Cahaya... 6

Pupuk ... 7

Pembuatan Bangunan Untuk Naungan ... 10

Penerapan Perlakuan ... 11

Pemeliharaan dan Pengamatan... 12

Tahap Pemanenan ... 13

Perlakuan ... 13

Rancangan Percobaan ... 13

Peubahan yang Diamati ... 14

Panjang Tanaman... 14

Jumlah Daun ... 14

(9)

viii

Biomassa Daun ... 14

Biomassa Batang... 14

Biomassa Akar ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Kondisi Umum ... 15

Pertumbuhan Tanaman ... 16

Rataan Pertambahan Panjang Tanaman... 16

Rataan Pertambahan Jumlah Daun ... 18

Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10 ... 18

Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar ... 19

KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

Kesimpulan ... 22

Saran ... 22

UCAPAN TERIMA KASIH ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor. Halaman

1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun- Bangun dan Daun Katuk ... 4

2. Kandungan Senyawa Aktif Daun Bangun-Bangun

(Coleus amboinicus Lour) ... 5

3. Kandungan Hara dari Pupuk Kandang Padat/Segar ... 7

4. Data Iklim Darmaga Bogor dari Bulan Februari

sampai Mei 2012... 16

5. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman dan Jumlah Per Minggu ... 17

6. Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10 ... 19

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor. Halaman

1. Tanaman Bangun-Bangun ... 3

2. Stek Tanaman Bangun-Bangun ... 9

3. Tahap Adaptasi Tanaman ... 10

4. Bangunan Naungan ... 11

5. Tahap Perlakuan ... 12

6. Tahap Pengamatan ... 13

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor. Halaman

1. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Panjang Tanaman

Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) ... 26

2. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Jumlah Daun

Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) ... 27

3. Sidik Ragam Rataan Lebar Daun Tanaman Bangun-Bangun

(Coleus amboinicus Lour) Pada Minggu Ke-10 ... 28

4. Sidik Ragam Bobot Kering Daun Tanaman Bangun-Bangun

(Coleus amboinicus Lour) ... 29

5. Sidik Ragam Bobot Kering Batang Tanaman Bangun-Bangun

(Coleus amboinicus Lour) ... 30

6. Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Bangun-Bangun

(13)
(14)

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hijauan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan dalam

meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, salah satu bahan makanan ternak yang

dapat meningkatkan produksi susu adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus

Lour). Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC-MS

(Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of

Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan bahwa dalam Coleus amboinicus

Lour terkandung senyawa penting yang berperan aktif untuk metabolisme sel dan

merangsang pruduksi air susu yaitu thymol 94.3%, forskholin 1.5%, dan carvacrol

1.2%, selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rumetor et al. (2008)

bahwa pemberian suplementasi daun bangun- bangun dan Zn-vitamin E pada kambing

etawa terbukti dapat meningkatkan KCBK, KCBO, produksi VFA, konsumsi bahan

kering dan TDN, serta dapat meningkatkan produksi susu sebesar 67.22-98.65%.

Tanaman bangun-bangun merupakan tanaman yang biasa tumbuh dibawah

pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, seperti yang umum diketahui

bahwa cahaya merupakan salah satu faktor terpenting bagi tumbuhan untuk melakukan

fotosintesis, salah satu subfaktor dari cahaya adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya

merupakan banyaknya cahaya yang dapat diterima oleh tanaman, sehingga cahaya

yang diterima dapat digunakan secara optimal untuk melakukan fotosintesis. Fotosintesis

yang terjadi pada suatu tanaman akan berdampak pada pertumbuhan dan produktivitas

tanaman tersebut, melalui fotosintesis tanaman akan mensintesis karbohidrat yang akan

disimpan pada jaringan tanaman. Menurut Parson dan Chapman (2000) menyatakan

bahwa cahaya merupakan sumber energi melalui fotosintesis untuk menghasilkan sel

baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun pada setiap anakannya.

Beberapa penelitian telah memperlihatkan keunggulan yang dimiliki oleh

tanaman daun bangun-bangun yang tentunya dapat bermanfaat untuk ternak ruminansia

perah, selain itu faktor intensitas cahaya yang penting menjadikan salah satu hal menarik

untuk dilakukan penelitian pada tingkat budidayanya, karena penelitian pada tingkat

budidaya tanaman ini belum banyak dilakukan.

Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yaitu

dengan naungan. Adanya perlakuan dengan naungan, tentu akan berpengaruh pada

(15)

4 antara lain tinggi tanaman, dan pembentukan biomassa tanaman, apalagi bila

tanaman tersebut akan dikembangkan dengan sistem integrasi dengan perkebunan atau

kehutanan. Pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung

meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang

daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan

jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita. A, 2005).

Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian mengenai

pengaruh intensitas cahaya yang dibuat berbeda-beda untuk mengetahui

pertumbuhan tanaman dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar

daun, serta produktivitas tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) yang terdiri

dari bobot kering daun, bobot kering batang, dan bobot kering akar.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari intensitas cahaya

terhadap pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman daun bangun-bangun (Coleus

(16)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus L)

Tanaman Bangun-Bangun

Menurut Damanik et al. (2001), tanaman bangun-bangun umumnya dikenal

dengan nama daun jinten, namun tanaman ini dapat dijumpai di daerah-daerah Indonesia

dengan nama-nama yang berbeda seprti daun ajeran (Sunda), daun kambing

(Madura), dan daun iwak (Bali), serta daun bangun-bangun (Batak Toba). Setiap

tanaman tentu memiliki ciri yang dapat membedakan tanaman tersebut dengan tanaman

lainnya, adapun cara yang dapat dilakukan yakni dengan melihat perbedaan ciri fisik

tanaman.

Menurut Siagian dan Rahayu (2000), tanaman bangun-bangun memiliki ciri

fisik sebagai berikut (1) batang berkayu lunak, beruas-ruas dan berbentuk bulat, (2) daun

berbentuk bulat seperti bulat telur, tepi daun beringgit, melebar, panjang 3-4 cm dengan

ujung meruncing, (3) tangkai sari bersatu dibagian bawah membentuk tabung dan

mengelilingi putik, serta (4) berakar tunggang.

Gambar 1. Tanaman Bangun-Bangun

Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

Manfaat Tanaman Bangun-Bangun

Secara umum, terdapat tiga komponen utama yang terkandung dalam daun

bangun-bangun yaitu (1) senyawa yang bersifat lactagogue, (2) zat gizi, dan (3) senyawa

yang bersifat farmakoseutika (Lawrence et al., 2005). Depkes (2005) menyatakan bahwa

(17)

4 memiliki manfaat lain antara lain untuk menurunkan demam, mengatasi batuk,

sembelit, perut kembung, sariawan, dan alergi.

Kandungan Tanaman Bangun-Bangun

Tanaman bangun-bangun jika dibandingkan dengan daun katuk (Sauropus

androgymus), maka komposisi zat gizi dalam 100 gram daun bangun-bangun

mengandung lebih banyak kalsium, besi dan karoten total, adapun data komposisi daun

bangun-bangun dan katuk selengkapnya tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun- Bangun dan Daun Katuk

Zat Gizi Daun Bangun- Bangun Daun Katuk

Energi (kal) 27,0 59

Karoten total (mkg) 13288 10020

Vitamin A - -

Vitamin B1 0,16 -

Vitamin C 5,1 164

Air 92,5 81

Sumber: Mahmud et al. (1990)

Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC-

MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of

Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan senyawa yang terkandung Coleus

amboinicus Lour dengan kegunaannya yang berperan aktif dalam metabolism sel dan

merangsang pruduksi air susu, yakni tymol, carvacrol, dan forskholin, adapun presentase

kandungan senyawa tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

(18)
(19)

5 memberikan efek negarif pada daging dan susu (Acamovic dan Brooker, 2005),

kemudian menurut Ilsey et al. (2003) penggunaan carvacrol dalam suatu campuran

ekstrak tanaman sebagai suplemen dalam ransum babi laktasi menghasilkan litter

size, bobot lahir, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, dan kecernaan

protein lebih tinggi dibanding babi laktasi yang diberi ransum tanpa suplementasi,

dan senyawa forskholin bersifat membakar lemak menjadi energi (Sahelian, 2006).

Tabel 2. Kandungan Senyawa Aktif Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus

Lour)

Senyawa Aktif Jumlah (%)

Thymol 94,3

Forskholin 1,5

Carvacrol 1,2

Sumber : Laboratorium Department of Chemistry Gorakhpur University,India (2006) Keterangan : 97% dari kandungan asam lemak

Cahaya, Fotosintesis, dan Naungan

Cahaya (energi total) sangat penting dalam penyediaan sumber energi melalui

fotosintesis untuk menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan

daun pada setiap anakannya. Tanaman yang memperoleh periode penyinaran yang

pendek dan intensitas cahaya yang rendah, akan menyebabkan suplai hasil materi

kasar dari fotosintesis, berkurang (Parson dan Chapman, 2000).

Fotosintesis merupakan mekanisme yang memungkinkan tumbuhan

menggunakan energi cahaya untuk mengubah molekul sederhana menjadi bahan organik

(Q A International, 2009). Hasil fotosintesis merupakan produk dari beberapa

proses fisiologi yang komplek akibat pengaruh dari genetik, morfologi, dan lingkungan.

Fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi proses produksi bahan

kering dengan asumsi tanaman mendapat air dan mineral yang cukup. Akumulasi

bahan kering pada daun, batang, dan akar selama pertumbuhan vegetatif merupakan hasil

utama yang dipanen dari hijauan. Apabila semua faktor terpenuhi, akumulasi produksi

bahan kering merupakan fungsi dari jumlah daun yang mendapat sinar matahari (Dovrat,

1993).

Naungan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

(20)

6 naungan dapat dilakukan dengan menggunakan paranet yang telah dibuat dengan

intensitas cahaya yang berbeda atau dibuat pola penanaman menggunakan sistem

integrasi dengan tanaman kehutanan, seperti karet, kelapa sawit, dan sengon.

Respon Tumbuhan terhadap Intensitas Cahaya

Terdapat beberapa perubahan yang dialami tumbuhan dengan adanya

perlakuan intensitas cahaya yang berbeda. Adaptasi tanaman terhadap kondisi cekaman

intensitas cahaya rendah dapat dilihat dari karakter morfologi, anatomi, dan fisiologi

tumbuhan tersebut (Sukarjo, 2004). Salah satu perubahan morfologi tanaman

yaitu terjadinya peristiwa etiolasi, yakni pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat

di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, hal itu

dikarenakan berkurangnya degradasi auksin (Salisbury dan Ross, 1995).

Adanya perlakuan dengan naungan dapat menguntungkan dan juga

merugikan tanaman, pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung

meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang

daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan

jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita, 2005), selain itu perlakuan dengan

naungan 50% dapat menurunkan jumlah daun pada keempat genotif kedelai yang

diuji (Anggarani, 2005). Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya

metabolisme sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis

karbohidrat (Sapandie et al., 2003).

Menurut Erlangga (2008) menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan

tinggi tanaman, panjang daun, dan lebar daun tanaman kunyit tetapi jumlah anakan dan

jumlah daun lebih banyak yang kondisi tidak ternaungi. Intensitas cahaya rendah

pada saat pembungaan padi dapat menurunkan karbohidrat yang terbentuk, sehingga

menyebabkan meningkatnya gabah hampa. Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil

kedelai, jagung, padi gogo, ubi jalar, dan talas (Djukri dan Bambang, 2003). Sependapat

dengan Kurniawati et al. (2005) yang menyatakan bahwa pengaruh tingkat naungan,

(21)

7

Pupuk

Pupuk adalah salah satu penyedia unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman

untuk pertumbuhan, adapun unsur yang terkandung di dalamnya dapat terdiri dari unsur

mikro maupun unsur makro. Pupuk yang biasa digunakan antara lain pupuk kandang dan

pupuk sintesis. Pupuk kandang dapat diperoleh dari kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran

kambing, namun dilihat dari kandungannya pupuk dari kotoran ayam lebih baik yakni

kandungan nitrogennya lebih tinggi dari kotoran hewan lainnya, terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Hara dari Pupuk Kandang Padat/ Segar

Sumber

SP36 yaitu unsur posfor. Unsur posfor digunakan tanaman untuk melakukan pembelahan

sel, pengembangan jaringan dan titik tumbuh tanaman, serta memiliki peranan penting di

dalam proses transfer energi.

Beberapa ciri tanaman akibat kekurangan fosfor sebagai berikut:

1. Petumbuhan tanaman menjadi kerdil.

2. Warna di ujung dan tepi daun akan terlihat hijau pucat, ungu, atau merah tua

3. Proses pembuahan terhambat dan produksi tanaman rendah.

Pupuk KCl menyumbangkan unsur kalium dan klorin. Fungsi dari kalium

antara lain untuk meningkatkan tanaman terhadap serangan stres kekeringan, dan cuaca

(22)

8 Ciri tanaman yang kekurangan kalium sebagai berikut:

1. Pertumbuhan daun menjadi kecil.

2. Warna daun menguning bahkan dapat menjadi coklat.

(23)

9

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Lokasi penanaman tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, L)

dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dengan waktu pengamatan selama sebelas

minggu yang dimulai pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012.

Materi

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan 96 stek

batang tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) berumur empat minggu,

tanah latosol, dan pupuk yang digunakan antara lain litter ayam, pupuk SP-36, serta KCl,

sedangkan peralatan yang digunakan yaitu polybag, bangunan naungan, sekop,

timbangan lapang dan timbangan digital, penggaris, meteran, serta gunting.

Polybag yang digunakan berukuran 40 cm x 35 cm dengan media kapasitas

10 kg yang berjumlah 32 buah, kemudian bangunan naungan untuk perlakuan dibuat

dengan ukuran 2 m x 1 m x 1.25 m dan dipasang paranet dengan intensitas yang

berbeda-beda. Adapun ukuran intensitas cahaya pada paranet yang digunakan yaitu

25%, 50%, 75%, dan 100% (kontrol).

Metode

Pemilihan Stek

Stek batang yang digunakan yaitu berukuran tinggi 15 cm dengan ciri stek

telah memiliki mata tunas, tumbuh daun, dan berbatang, kemudian ditanam pada plastik

yang berisi tanah yang telah disiram, stek yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Stek Tanaman Bangun-Bangun

(24)

10

Tahap Adaptasi

Stek yang telah ditanam selama dua minggu dipindahkan ke polybag yang

telah diisi tanah seberat 8 kg, litter ayam 1 kg, pupuk SP-36 2 g, dan KCl 2 g. Jumlah

stek yang digunakan 96 batang dengan penempatan tiga batang stek dalam setiap

polybag yang kemudian disiram dan diadaptasikan selama dua minggu di tempat

yang teduh, dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tahap Adaptasi Tanaman

Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

Pembuatan Bangunan Untuk Naungan

Lahan yang dipakai sebagai tempat naungan, dibersihkan terlebih dahulu dari

semak-semak. Bangunan yang dibuat untuk naungan yaitu sebanyak tiga petak

dengan ukuran 2 m x 1 m x 1.25 m yang terbuat dari bambu. Setelah bangunan

selesai dibuat, kemudian dipasang paranet dengan intensitas cahaya yang berbeda-

beda sesuai dengan perlakuan. Jenis paranet yang digunakan yaitu paranen dengan

naungan 55% dan naungan 75%. Perlakuan dengan intensitas cahaya 25%

menggunakan paranet dengan naungan 75%, sedangkan untuk perlakuan dengan

intensitas cahaya sebesar 50% dan 75% menggunakan paranet dengan naungan 55%,

oleh karena itu untuk mendapatkan intensitas cahaya sebesar 75% dan 50% maka

diperlukan perhitungan. Cara yang dilakukan untuk memperoleh intensitas cahaya

yang diinginkan yaitu sebagai berikut:

Jumlah benang yang

dihilangkan = Persen naungan yang akan dihilangkan

Persen naungan paranet yang digunakan

seluruh jumlah lembar * benang pada paranet

(25)

11

yaitu pemasangan paranet pada masing-masing bangunan. Penempatan bangunan

dilakukan dengan menyesuaikan arah matahari yakni dari timur ke barat, kemudian jarak

antar bangunan naungan dengan bangunan naungan yang lain yaitu berjarak 0.5m,

adapun penampakan bangunan naungan dapat terlihat pada Gambar 4.

Intensitas cahaya

Tanaman yang telah diadaptasikan selama dua minggu, kemudian dipilih

secara acak dan dipindahkan pada bangunan naungan berdasarkan perlakuan,

(26)

12

P0 P1

P2 P3

Gambar 5. Tahap Perlakuan

Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

Pemeliharaan dan Pengamatan

Air yang digunakan untuk menyiram diberikan secara dua kali sehari,

penyiraman bertujuan untuk menjaga kapasitas lapang tanaman tersebut.

Pemeliharaan dan pengamatan dilakukan selama sebelas minggu. Pada awal penanaman

dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan perhitungan jumlah daun sebagai data awal

(m0 ), kemudian pengamatan terus dilakukan setiap satu minggu sekali sampai waktu

(27)

13

sebagai data segar, kemudian dikeringkan udara selama dua hari dan ditimbang kembali,

setelah itu daun, batang, dan akar dimasukkan ke dalam oven 60°C selama 48 jam, lalu

dikeluarkan dan ditimbang untuk memperoleh bobot kering tanaman tersebut.

Perlakuan

Perlakuan ini menggunakan empat perlakuan dan delapan ulangan.

Perlakuan yang diterapkan adalah :

P0 = Intensitas cahaya 100%

P1 = Intensitas cahaya 75%

P2 = Intensitas cahaya 50%

P3 = Intensitas cahaya 25%

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan delapan ulangan. Model

matematik dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut:

(28)

14

εijk = galat percobaan

Peubahan yang Diamati

Panjang Tanaman

Panjang tanaman yang diukur yaitu mulai dari permukaan tanah hingga

ujung batang tanaman terpanjang dengan pengukuran setiap satu minggu sekali pada

semua perlakuan yang dinyatakan dalam satuan sentimeter.

Jumlah Daun

Daun yang dihitung yaitu daun yang telah mekar sempurna dan dihitung

setiap satu minggu sekali pada semua perlakuan yang dinyatakan dalam satuan helai.

Lebar daun

Pengukuran lebar daun dilakukan pada minggu ke-10, data lebar daun

tanaman diambil dari daun yang paling lebar pada setiap ulangan di masing-masing

perlakuan.

Biomassa Daun

Biomassa daun yaitu berat daun yang ditimbang setelah panen sebagai berat

segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60°C, lalu ditimbang

sebagai bobot kering dengan satuan gram/polybag.

Biomassa Batang

Biomassa batang yaitu berat batang yang ditimbang setelah panen sebagai

berat segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60°C, lalu

ditimbang sebagai bobot kering dengan satuan gram/polybag.

Biomassa Akar

Biomassa akar yaitu berat akar yang ditimbang setelah panen sebagai berat

segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60°C, lalu ditimbang

(29)

15

tujuan mengamati pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangun-bangun pada kondisi

intensitas cahaya yang berbeda-beda. Tanaman bangun-bangun yang digunakan,

diperoleh dari hasil panen rekan satu penelitian. Beberapa tahapan pendahuluan sebelum

tanaman digunakan, antara lain pemilihan stek, tahap adaptasi, dan barulah dilakukan

penerapan perlakuan dengan pemeliharaan serta pengamatan selama sebelas minggu.

Penanaman dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi

Dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Kondisi lahan yang digunakan

untuk penanaman yakni lahan terbuka dengan bangunan naungan menggunakan paranet

yang dibuat berdasarkan perlakuan intensitas cahaya yang berbeda-beda, kemudian

tanaman bangun-bangun ditanam dengan menggunakan polybag, dan ditempatkan pada

masing-masing perlakuan. Selama masa pemeliharaan, salah satu kendala yang dihadapi

dengan menanam pada lahan terbuka yakni adanya perubahan iklim, data perubahan

iklim dapat dilihat pada Tabel 4. Perubahan iklim menjadikan tanaman mudah terserang

hama, adapun hama yang menyerang tanaman bangun- bangun antara lain ulat, belalang,

selain itu juga ditemukan jamur pada tanaman dengan perlakuan intensitas cahaya 25%

dan 50%.

Salah satu usaha untuk mengurangi hama tanaman tersebut yaitu dilakukan

penyemprotan dengan obat anti hama. Selama masa pemeliharaan tanaman disiram dua

kali sehari, hal ini bertujuan untuk menjaga kapasitas lapang dari tanaman tersebut,

kecuali bila seharian turun hujan maka tanaman akan disiram pada hari berikutnya.

Pengamatan dilakukan satu minggu sekali dengan mengukur tinggi tanaman dan

menghitung jumlah daun pada masing-masing perlakuan, sedangkan untuk mengambilan

data bobot kering daun, batang, dan akar pada masing-masing perlakuan yang

(30)

16 Tabel 4. Data Iklim Darmaga Bogor dari Bulan Februari sampai Mei 2012

Bulan Temperatur

Keterangan: Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor (2012)

Pemanenan yang dilakukan selama dua hari, hal itu dikarenakan waktu

pemanenan yang tidak memungkinkan untuk memanen semua tanaman, namun tahapan

pemanenan dilakukan dengan mengambil tanaman pada ulangan yang sama disetiap

masing-masing perlakuan. Daun, batang, dan akar di timbang terlebih dahulu untuk

diperoleh data segar tanaman, kemudian dikeringkan udara selama 2 hari, dan dimasukan

ke dalam oven 60°C selama 48 jam untuk memperoleh bobot keringnya.

Pertumbuhan Tanaman

Rataan Pertambahan Panjang Tanaman

Peubah pertama yang diamati setiap minggunya yaitu pengukuran panjang

tanaman. Panjang tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai

indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur

pengaruh lingkungan atau perlakuan yang ditetapkan, ternyata adanya pengaruh

intensitas cahaya menyebabkan terjadinya pertambahan panjang pada batang

tanaman bangun-bangun, adapun pertambahan rataannya dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam, terlihat bahwa P0 dan P1 sangat

berbeda nyata dengan P2 dan P3 (P<0,01). Tanaman yang mendapatkan intensitas

cahaya lebih rendah mengahasilkan panjang tanaman yang lebih tinggi, hal ini juga

terjadi pada penelitian Archita (2005) bahwa adanya pengaruh naungan dapat

menguntungkan dan juga merugikan terhadap tanaman. Pada tanaman temu-temuan

pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, salah satunya adalah tinggi

(31)

17 Tabel 5. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Dan Jumlah Daun Per Minggu

Perlakuan Rataan Panjang (cm) Rataan Jumlah Daun (helai)

P0 sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P< 0,01).

Pertambahan panjang tanaman yang terjadi pada P2 dan P3 diduga karena adanya

peristiwa etiolasi yakni perpanjangan batang dikarenakan berkurangnya degradasi

auksin dengan tujuan agar tanaman dapat menangkap cahaya dalam jumlah yang

dibutuhkan (Salisbury dan Ross, 1995), namun adanya peristiwa etiolasi pada tanaman

bangun-bangun berdampak negatif, sehingga menjadikan morfologi tanaman

menjadi terlihat buruk karena batang menjadi tidak kokoh, dan mudah patah,

tanaman yang mengalami peristiwa etiolasi terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Peristiwa Etiolasi Pada Tanaman Bangun-Bangun

Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

Menurut Sukarjo (2004) bahwa adaptasi tanaman terhadap naungan

tergantung dari kemapuan untuk merespon kondisi kekurangan cahaya yaitu dengan cara

merubah sifat morfologi atau fisiologi tanaman. Salah satu perubahan sifat morfologinya

yaitu terjadinya peristiwa etiolasi yakni, hal ini menunjukan bahwa makin sedikit cahaya

(32)

18 dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan intensitas penuh (Sitompul dan

Bambang, 1995).

Rataan Pertambahan Jumlah Daun

Salah satu indikator yang dapat diamati dari hasil fotosintesis yaitu

pertambahan jumlah daun. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil

sidik ragam pada masing-masing perlakuan menunjukan sangat berbeda nyata (P<0,01).

Pada perlakuan P0 dan P1, memperlihatkan pertambahan jumlah daun yang lebih

tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3, hal ini dapat dijelaskan oleh pendapat

dari Anggarani (2005) bahwa perlakuan dengan naungan 50% dapat menurunkan

jumlah daun pada keempat genotif kedelai yang diuji. Penurunan jumlah daun dan

jumlah cabang dikarenakan sebagai konsekuensi pertumbuhan dari panjang tanaman, hal

ini terjadi seiring dengan peningkatan naungan yang diberikan.

Erlangga (2008) juga menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan tinggi

tanaman, panjang dan lebar daun tanaman kunyit tetapi jumlah anakan dan jumlah daun

lebih banyak pada kondisi yang tidak ternaungi, sehingga jika dibuat korelasi antara

tinggi tanaman dengan jumlah daun yang dihasilkan, maka akan menjadi korelasi yang

bernilai negarif, hal ini terlihat pada perlakuan dengan intensitas cahaya yang

rendah, memiliki panjang tanaman yang cenderung meningkat sedangkan jumlah

daun yang dihasilkan semakin menurun.

Pertambahan dan penurunan jumlah daun yang terjadi merupakan salah satu

pengaruh dari intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman sehingga hal ini berdampak

pada proses fotosintesis tanaman tersebut. Menurut Parson dan Chapman (2000) bahwa

cahaya merupakan faktor yang mempengaruh suatu tanaman karena cahaya sangat

penting dalam penyediaan sumber energi melalui proses fotosintesis untuk

menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun disetiap

anakannya.

Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10

Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati berikutnya yaitu lebar daun.

Lebar daun pada masing-masing perlakuan diukur pada minggu ke-10, hasil dapat

(33)

19 Tabel 6. Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10

Perlakuan Rata-Rata Lebar Daun (cm)

P0 8,1 ± 0,7

P1 8,8 ± 1,3

P2 8,5 ± 3,5

P3 9,6 ± 1,6

Rataan 8,8 ± 1,8

keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya 50%,

P3= intensitas cahaya 25%.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan sidik ragam ternyata semua

perlakuan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata, baik itu pada intensitas

cahaya penuh maupun pada intensitas cahaya yang rendah, namun jika dilakukan

penilaian secara subjektif maka P3 yang memiliki lebar daun terbesar diantara perlakuan

lain. Menurut Archita (2005), pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung

meningkatkan beberapa sifat, salah satunya adalah lebar daun.

Di lapang perbedaan yang terlihat yakni lebih kepada morfologi ketebalan

daunnya, daun dengan perlakuan intensitas cahaya yang rendah terlihat lebih tipis

dibandingkan dengan daun yang menerima intensitas cahaya yang lebih tinggi, hal ini

dikarenakan lapisan palisade yang menjadi lebih pendek. Kondisi demikian sangat

menguntungkan tanaman karena klorofil yang terkandung akan lebih terorientasi pada

bidang permukaan daun sehingga penangkapan cahaya lebih efisien (Sopandie et al.,

2006).

Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar

Peubah yang menjadi pengamatan terakhir yaitu produktivitas tanaman

bangun-bangun dengan mengukur biomassa tanaman yang terdiri dari daun, batang, dan

akar dalam keadaan bobot kering dengan satuan gram/polybag. Hasi pengamatan dari

(34)

20

Tabel 7. Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar

Berat (gram)/polybag

Perlakuan

keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya

50%,P3= intensitas cahaya 25%. Superskrif dengan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P< 0,01).

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan sidik ragam menunjukkan

bahwa hasil yang diperoleh sangat berbeda nyata (P<0,01), P0 dan P1 memiliki

bobot kering yang lebih tinggi dari pada P2 dan P3, hal ini menggambarkan adanya

pengaruh intensitas cahaya terhadap produktivitas dari tanaman bangun-bangun,

sehingga makin rendahnya intensitas yang diperoleh tanaman, maka makin rendah pula

nilai bobot keringnya.

Penurunan bobot kering daun dari P0 ke P3 berkorelasi positif dengan

penurunan jumlah daun yang terbentuk, hal ini diduga apabila semua faktor

terpenuhi yakni salah satunya adalah cahaya maka akumulasi produksi bahan kering

merupakan fungsi dari jumlah daun yang mendapat sinar matahari.

Menurut Dovrat (1993) berpendapat bahwa hasil fotosintesis merupakan produk

dari beberapa proses fisiologi yang komplek akibat pengaruh dari genetik, morfologi,

dan lingkungan. Fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi proses

produksi bahan kering dengan asumsi tanaman mendapat air dan mineral yang

cukup. Penurunan bobot kering juga terjadi dengan ditandai penurunan karbohidrat yang

terbentuk pada saat pembungaan tanaman padi yang diberi perlakuan intensitas cahaya

rendah, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah hampa (Djukri dan Bambang,

2003).

Tempat penyimpanan hasil fotosintesis salah satunya adalah di akar. Penurunan

bobot kering pada akar diduga karena adanya pengaruh dari intensitas cahaya yang

rendah, sehingga cahaya yang diterima oleh tanaman pun sedikit. Jumlah cahaya

(35)

21 mempengaruhi fotosintesis yang mengakibatkan penurunan pada hasil fotosintesis

dan akar pun menjadi mudah membusuk. Dugaan ini diperkuat dengan adanya pendapat

dari Sopandie et al. (2003) yang menyatakan bahwa kondisi kekurangan cahaya

menyebabkan menurunan pada laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat, kemudian

penurunan bobot kering akan terjadi sebanding dengan meningkatnya taraf naungan yang

diberikan (Kurniawati et al., 2005)

Pada Tabel 7 terlihat hasil antara P0 dan P1 tidak berbeda nyata, namun jika

dibuat persentase kenaikan bobot kering P1 terhadap P0 maka akan terlihat terjadi

peningkatan bobot kering. Peningkatan intensitas cahaya dari 75% menjadi 100%

menyebabkan bobot kering tajuk menurun, karena dengan meningkatnya intensitas

cahaya maka akan meningkatkan suhu lingkungan tanaman. Peningkatan suhu

lingkungan menyebabkan respirasi tanaman menjadi meningkat, sehingga hasil

fotosintesis bersih (biomassa) yang tersimpan dalam jaringan tanaman sedikit (Libria et

al., 2004). Peningkatan bobot kering dari P0 ke P1 menggambarkan bahwa

tanaman bangun-bangun memiliki zona optimal dalam penerimaan cahaya yakni cukup

dengan intensitas cahaya 75%, maka kurang atau lebih cahaya yang diterima akan

(36)

22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

perlakuan yang baik yaitu P1 (intensitas cahaya 75%) yang mampu meningkatkan

pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, L).

Saran

Pengembangan tanaman bangun-bangun dengan sistem integrasi cukup

dengan intensitas cahaya sebesar 75%, kemudian diperlukan analisis proksimat untuk

(37)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur atas khadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan

Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L)”.

Penulis bermaksud ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada Dr. Ir. Panca Dewi MHKS., MS selaku dosen pembimbing utama skripsi, dan Ir.

Lidy Herawati, MS selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing

anggota skripsi atas motivasi, nasehat serta saran yang diberikan. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada Prof. Emeritus Dr. Dra. Peni S.H., M.Sc atas

dukungan moril maupun materil yang telah diberikan dan Ir. Asep Tata Permana, M.Sc

selaku dosen pembahas seminar atas sarannya, selain itu penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc.Agr dan Dr. Jakaria, S.Pt., M.Si selaku

dosen penguji sidang, serta Ir. Lilis Khotijah, M.Si selaku dosen panitia sidang.

Penulis mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang tulus kepada Ayah

Zarkasih (Alm) dan Ibu Lina Widiyani atas doa, nasehat, dan semangat yang diberikan,

serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi. Terimakasih kepada Novicha

(INTP 43) dan Karya Salemba Empat serta Paguyuban KSE IPB yang telah memberikan

beasiswa kepada penulis selama masa perkuliahan. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada Mustofa, para sahabat Keluarga 8 (Mutia sari, Pratita, Apdila, Dea,

Ide, Ponam, dan Habibah) yang selalu memberikan semangat dan para pegawai lapang

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Acamovic T. & J.D. Brooker. 2005. Biochemistry of plant secondary metabolites and their effect on animlas. Cambridge Journals (64):403-412.

Anggarani, D. S. 2005. Analisis aspek agronomi dan fisiologi kedelai (Gylcine max (l)

merr.) pada kondisi cekaman intensitas cahaya rendah. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Archita, A. 2005. Pengaruh intensitas cahaya rendah terhadap keragamana sifat

agronomis tanaman temu-temuan (Curcuma spp). Skripsi. Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2012. Balai Besar Wilayah II, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor.

Bambang, S. P. & Djukri. 2003. Pengaruh naungan paranet terhadap sifat toleransi

tanaman talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). J. Ilmu Pertanian, Vol. 10 (2):

17-25.

Damanik, R., Daulay, Z., Saragih, S. R. Premier, N., Wattanapenpaiboon., & Wahlguist,

M. L. 2001. Consumption of bangun-bangun leaves (Coleus amboinicus Lour)

to increase breast milk production among batakness women in north sumatra island, Indonesia. APJCN: 10(4): 567.

Depkes. Departemen Kesehatan. 2005. Botani, sinonim nama umum dan nama

dagang daun bangun-bangun. Jkarta: Depkes. [terhubung berkala].

http://www.iptek.apjii.or.id. [1 Juli 2012].

Dovrat, A. 1993. Devloment in Crop Science 24: Irrigated Forage Production. Faculty of Agricultur, The Hebrew University of Jerusalem Revohot. Elsevier, Amsterdam.

Erlangga, N. 2008. Analisi keragaman aksesi tanaman kunyit (Curcuma domestica val)

pada kondisi naungan dan tanpa naungan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ilsley, S.E., H.M. Miller, H.M.R. greathead & C. Kamel. 2003. Plant extracts as supplements for lactating sows: effects on piglet performance, sow food intake and diet digestibility. Bul. 77:247-254

Kurniawati, A, L.K Darusman & R. Y. Rachmawaty. 2005. Pertumbuhan, produksi, dan

kandungan hijauan teriterpenoid dua jenis pegagan (centella asiatica l. (urban))

sebagai bahan obat pada berbagai tingkat naungan. Bul. Agro 33 (3): 62-67.

Laboratorium Departement of Chemistry. 2006. Analysis Coleus amboinicus Lour component with Gc and GCMS technique. India: Gorakhpur University.

[terhubung berkala]. http://wwww.baanmaha.com [ 4 April 2012]

Lawrence, M., Naiyara, & Damanik, MRM. 2005. Modified nutraceutical composition. Australia: Freehills patent and trademark Attorneys Melbourne. [terhubung

(39)

25 Libria, W, Tohari, & Endang S. 2004. Pengaruh intensitas cahaya dan kadar daminosida

terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot. J. Ilmu Pertanian. 11 (2): 35-42.

Mahmud, M., K., Slamet, D. S., Apriyantono & R. R., Hermana. 1990. Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Depkes RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Jakarta.

Parsons, A.J. & D.F. Chapman. 2000. The Principles of Pasture Growth and Utilization. In: A. Hopkins (Editor). Grass its Production and Utilization. Ed

3rd. Blackwell Science Institure of Grassland and Environment Research, North

Wyke, Okehampton Devon.

Pinus, Lingga. 1991. Jenis dan kandungan hara pada beberapa kotoran ternak. pusat penelitian pertanaian dan pedesaan swadaya (P4S) ANTANAN. Bogor (tidak dipublikasikan).

Q A International. 2009. Plants: Understanding The Diversity of The Plant World. PT Bhuana Ilmu Populer.

Rumetor, S.D., J. Jachja, R. Widjajakusuma, I.G. Permana, & I. K. Sutama. 2008.

Suplementasi daun bangun-bangun (coleus amboinicus lour) dan zinc-vitamin

E untuk memperbaiki metabolisme dan produksi susu kambing peranakan etawa. JITV. 13(3): 195.

Sahelian, R. 2006. Forskholin mechanism of action. bulletin plant natural product

20:1-8. http://www.PNP.com [26 Februari 2012].

Salisbury, FB & C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Institut Teknologi Bandung.

Siagian, M.H. & M. Rahayu. 2000. Plecantrus ambonicus lour spreng di daerah

Batak Toba, Sumut. Makalah. Disajikan pada Kongres Nasional Obat Tradisional Indonesia. Surabaya.

Sitompul, S.M. & Bambang. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sopandie, D., Chozin, MA, Sc., Santrosumarjo, S., Juhaeti, T., & Sahardi. 2003. Toleran Padi Gogo Terhadap Naungan. Hayati. 10(2): 71-75.

Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas, & Nurul, Khumaida . 2006. Fisiologi, genetik dan monokuler adaptasi kedelai terhadap intensitas cahya rendah: pengembengan varietas unggul kedelai sebagai tanaman sela. Laporan penelitian. Lembaga Penelitian Dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Sukarjo, E. I. 2004. Toleransi beberapa Curcuma spp terhadap intensitas naungan. J.

(40)
(41)

1. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Bangun-Bangun

(Coleus amboinicus Lour)

SK db JK KT F F0.05 F0.01

Perlakuan 3 16,864 5,621 5,115** 2,947 4,568

3,4 vs 2,1 1 12,234 12,234 11,132** 4,196 7,636

3 vs 4 1 3,015 3,015 2,743 4,196 7,636 ns

2 vs 1 1 1,615 1,615 1,469 4,196 7,636 ns

Error 28 17,206 0,614 0,559 1,882 2,464

Total 31 34,070 1,099

(42)
(43)

27

SK db JK KT F F0.05 F0.01

Perlakuan 3 1436,440 478,813 6,140** 2,947 4,568

2,1 vs 3,4 1 1132,267 1132,267 14,519** 4,196 7,636

2 vs 1 1 17,615 17,615 0,226 4,196 7,636

3 vs 4 1 286,558 286,558 3,674** 4,196 7,636

Error 28 981,164 35,042 0,449 1,882 2,464

Total 31 2417,603 77,987

2. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Bangun- Bangun (Coleus amboinicus Lour)

ns

(44)

28

SK db JK KT F F0.05 F0.01

Perlakuan 3 9,536 3,179 0,745 2,947 4,568

Error 28 119,419 4,265

Total 31 128,955 4,160

3. Sidik Ragam Rataan Lebar Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus

amboinicus Lour) Pada Minggu Ke-10

ns

(45)

29

4. Sidik Ragam Bobot Kering Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus

amboinicus Lour)

SK db JK KT F F0.05 F0.01

Perlakuan 3 109042,219 36347,406 82,133** 2,947 4,568

1,2 vs 3,4 1 19085,695 19085,695 43,128** 4,196 7,636

1 vs 2 1 489,516 489,516 1,106 4,196 7,636

3 vs 4 1 4369,210 4369,210 9,873** 4,196 7,636

Error 28 12391,146 442,541 1,000 1,882 2,464

Total 31 121433,365 3917,205

(46)

30

SK db JK KT F F0.05 F0.01

Perlakuan 3 11844,908 3948,303 23,839** 2,947 4,568

1,2 vs 3,4 1 8279,536 8279,536 49,989** 4,196 7,636

1 vs 2 1 21,229 21,229 0,128 4,196 7,636

3 vs 4 1 3544,143 3544,143 21,398 4,196 7,636

Error 28 4637,542 165,627 1,000 1,882 2,464

Total 31 16482,450 531,692

5. Sidik Ragam Bobot Kering Batang Tanaman Bangun-Bangun

(Coleus amboinicus Lour)

ns

ns

(47)

31

SK db JK KT F F0.05 F0.01

Perlakuan 3 171,373 57,124 4,268* 2,947 4,568

1,2 vs 3,4 1 184,019 184,019 13,749** 4,196 7,636

1 vs 2 1 16,403 16,403 1,226 4,196 7,636

3 vs 4 1 35,216 35,216 2,631 4,196 7,636

Error 28 374,760 13,384 1,000 1,882 2,464

Total 31 546,133 17,617

6. Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Bangun-Bangun (Coleus

amboinicus Lour)

ns

ns

(48)

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hijauan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan dalam

meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, salah satu bahan makanan ternak yang

dapat meningkatkan produksi susu adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus

Lour). Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC-MS

(Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of

Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan bahwa dalam Coleus amboinicus

Lour terkandung senyawa penting yang berperan aktif untuk metabolisme sel dan

merangsang pruduksi air susu yaitu thymol 94.3%, forskholin 1.5%, dan carvacrol

1.2%, selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rumetor et al. (2008)

bahwa pemberian suplementasi daun bangun- bangun dan Zn-vitamin E pada kambing

etawa terbukti dapat meningkatkan KCBK, KCBO, produksi VFA, konsumsi bahan

kering dan TDN, serta dapat meningkatkan produksi susu sebesar 67.22-98.65%.

Tanaman bangun-bangun merupakan tanaman yang biasa tumbuh dibawah

pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, seperti yang umum diketahui

bahwa cahaya merupakan salah satu faktor terpenting bagi tumbuhan untuk melakukan

fotosintesis, salah satu subfaktor dari cahaya adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya

merupakan banyaknya cahaya yang dapat diterima oleh tanaman, sehingga cahaya

yang diterima dapat digunakan secara optimal untuk melakukan fotosintesis. Fotosintesis

yang terjadi pada suatu tanaman akan berdampak pada pertumbuhan dan produktivitas

tanaman tersebut, melalui fotosintesis tanaman akan mensintesis karbohidrat yang akan

disimpan pada jaringan tanaman. Menurut Parson dan Chapman (2000) menyatakan

bahwa cahaya merupakan sumber energi melalui fotosintesis untuk menghasilkan sel

baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun pada setiap anakannya.

Beberapa penelitian telah memperlihatkan keunggulan yang dimiliki oleh

tanaman daun bangun-bangun yang tentunya dapat bermanfaat untuk ternak ruminansia

perah, selain itu faktor intensitas cahaya yang penting menjadikan salah satu hal menarik

untuk dilakukan penelitian pada tingkat budidayanya, karena penelitian pada tingkat

budidaya tanaman ini belum banyak dilakukan.

Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yaitu

dengan naungan. Adanya perlakuan dengan naungan, tentu akan berpengaruh pada

(49)

4 antara lain tinggi tanaman, dan pembentukan biomassa tanaman, apalagi bila

tanaman tersebut akan dikembangkan dengan sistem integrasi dengan perkebunan atau

kehutanan. Pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung

meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang

daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan

jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita. A, 2005).

Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian mengenai

pengaruh intensitas cahaya yang dibuat berbeda-beda untuk mengetahui

pertumbuhan tanaman dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar

daun, serta produktivitas tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) yang terdiri

dari bobot kering daun, bobot kering batang, dan bobot kering akar.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari intensitas cahaya

terhadap pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman daun bangun-bangun (Coleus

(50)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus L)

Tanaman Bangun-Bangun

Menurut Damanik et al. (2001), tanaman bangun-bangun umumnya dikenal

dengan nama daun jinten, namun tanaman ini dapat dijumpai di daerah-daerah Indonesia

dengan nama-nama yang berbeda seprti daun ajeran (Sunda), daun kambing

(Madura), dan daun iwak (Bali), serta daun bangun-bangun (Batak Toba). Setiap

tanaman tentu memiliki ciri yang dapat membedakan tanaman tersebut dengan tanaman

lainnya, adapun cara yang dapat dilakukan yakni dengan melihat perbedaan ciri fisik

tanaman.

Menurut Siagian dan Rahayu (2000), tanaman bangun-bangun memiliki ciri

fisik sebagai berikut (1) batang berkayu lunak, beruas-ruas dan berbentuk bulat, (2) daun

berbentuk bulat seperti bulat telur, tepi daun beringgit, melebar, panjang 3-4 cm dengan

ujung meruncing, (3) tangkai sari bersatu dibagian bawah membentuk tabung dan

mengelilingi putik, serta (4) berakar tunggang.

Gambar 1. Tanaman Bangun-Bangun

Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

Manfaat Tanaman Bangun-Bangun

Secara umum, terdapat tiga komponen utama yang terkandung dalam daun

bangun-bangun yaitu (1) senyawa yang bersifat lactagogue, (2) zat gizi, dan (3) senyawa

yang bersifat farmakoseutika (Lawrence et al., 2005). Depkes (2005) menyatakan bahwa

(51)

4 memiliki manfaat lain antara lain untuk menurunkan demam, mengatasi batuk,

sembelit, perut kembung, sariawan, dan alergi.

Kandungan Tanaman Bangun-Bangun

Tanaman bangun-bangun jika dibandingkan dengan daun katuk (Sauropus

androgymus), maka komposisi zat gizi dalam 100 gram daun bangun-bangun

mengandung lebih banyak kalsium, besi dan karoten total, adapun data komposisi daun

bangun-bangun dan katuk selengkapnya tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun- Bangun dan Daun Katuk

Zat Gizi Daun Bangun- Bangun Daun Katuk

Energi (kal) 27,0 59

Karoten total (mkg) 13288 10020

Vitamin A - -

Vitamin B1 0,16 -

Vitamin C 5,1 164

Air 92,5 81

Sumber: Mahmud et al. (1990)

Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC-

MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of

Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan senyawa yang terkandung Coleus

amboinicus Lour dengan kegunaannya yang berperan aktif dalam metabolism sel dan

merangsang pruduksi air susu, yakni tymol, carvacrol, dan forskholin, adapun presentase

kandungan senyawa tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

(52)
(53)

5 memberikan efek negarif pada daging dan susu (Acamovic dan Brooker, 2005),

kemudian menurut Ilsey et al. (2003) penggunaan carvacrol dalam suatu campuran

ekstrak tanaman sebagai suplemen dalam ransum babi laktasi menghasilkan litter

size, bobot lahir, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, dan kecernaan

protein lebih tinggi dibanding babi laktasi yang diberi ransum tanpa suplementasi,

dan senyawa forskholin bersifat membakar lemak menjadi energi (Sahelian, 2006).

Tabel 2. Kandungan Senyawa Aktif Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus

Lour)

Senyawa Aktif Jumlah (%)

Thymol 94,3

Forskholin 1,5

Carvacrol 1,2

Sumber : Laboratorium Department of Chemistry Gorakhpur University,India (2006) Keterangan : 97% dari kandungan asam lemak

Cahaya, Fotosintesis, dan Naungan

Cahaya (energi total) sangat penting dalam penyediaan sumber energi melalui

fotosintesis untuk menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan

daun pada setiap anakannya. Tanaman yang memperoleh periode penyinaran yang

pendek dan intensitas cahaya yang rendah, akan menyebabkan suplai hasil materi

kasar dari fotosintesis, berkurang (Parson dan Chapman, 2000).

Fotosintesis merupakan mekanisme yang memungkinkan tumbuhan

menggunakan energi cahaya untuk mengubah molekul sederhana menjadi bahan organik

(Q A International, 2009). Hasil fotosintesis merupakan produk dari beberapa

proses fisiologi yang komplek akibat pengaruh dari genetik, morfologi, dan lingkungan.

Fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi proses produksi bahan

kering dengan asumsi tanaman mendapat air dan mineral yang cukup. Akumulasi

bahan kering pada daun, batang, dan akar selama pertumbuhan vegetatif merupakan hasil

utama yang dipanen dari hijauan. Apabila semua faktor terpenuhi, akumulasi produksi

bahan kering merupakan fungsi dari jumlah daun yang mendapat sinar matahari (Dovrat,

1993).

Naungan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

(54)

6 naungan dapat dilakukan dengan menggunakan paranet yang telah dibuat dengan

intensitas cahaya yang berbeda atau dibuat pola penanaman menggunakan sistem

integrasi dengan tanaman kehutanan, seperti karet, kelapa sawit, dan sengon.

Respon Tumbuhan terhadap Intensitas Cahaya

Terdapat beberapa perubahan yang dialami tumbuhan dengan adanya

perlakuan intensitas cahaya yang berbeda. Adaptasi tanaman terhadap kondisi cekaman

intensitas cahaya rendah dapat dilihat dari karakter morfologi, anatomi, dan fisiologi

tumbuhan tersebut (Sukarjo, 2004). Salah satu perubahan morfologi tanaman

yaitu terjadinya peristiwa etiolasi, yakni pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat

di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, hal itu

dikarenakan berkurangnya degradasi auksin (Salisbury dan Ross, 1995).

Adanya perlakuan dengan naungan dapat menguntungkan dan juga

merugikan tanaman, pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung

meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang

daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan

jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita, 2005), selain itu perlakuan dengan

naungan 50% dapat menurunkan jumlah daun pada keempat genotif kedelai yang

diuji (Anggarani, 2005). Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya

metabolisme sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis

karbohidrat (Sapandie et al., 2003).

Menurut Erlangga (2008) menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan

tinggi tanaman, panjang daun, dan lebar daun tanaman kunyit tetapi jumlah anakan dan

jumlah daun lebih banyak yang kondisi tidak ternaungi. Intensitas cahaya rendah

pada saat pembungaan padi dapat menurunkan karbohidrat yang terbentuk, sehingga

menyebabkan meningkatnya gabah hampa. Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil

kedelai, jagung, padi gogo, ubi jalar, dan talas (Djukri dan Bambang, 2003). Sependapat

dengan Kurniawati et al. (2005) yang menyatakan bahwa pengaruh tingkat naungan,

(55)

7

Pupuk

Pupuk adalah salah satu penyedia unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman

untuk pertumbuhan, adapun unsur yang terkandung di dalamnya dapat terdiri dari unsur

mikro maupun unsur makro. Pupuk yang biasa digunakan antara lain pupuk kandang dan

pupuk sintesis. Pupuk kandang dapat diperoleh dari kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran

kambing, namun dilihat dari kandungannya pupuk dari kotoran ayam lebih baik yakni

kandungan nitrogennya lebih tinggi dari kotoran hewan lainnya, terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Hara dari Pupuk Kandang Padat/ Segar

Sumber

SP36 yaitu unsur posfor. Unsur posfor digunakan tanaman untuk melakukan pembelahan

sel, pengembangan jaringan dan titik tumbuh tanaman, serta memiliki peranan penting di

dalam proses transfer energi.

Beberapa ciri tanaman akibat kekurangan fosfor sebagai berikut:

1. Petumbuhan tanaman menjadi kerdil.

2. Warna di ujung dan tepi daun akan terlihat hijau pucat, ungu, atau merah tua

3. Proses pembuahan terhambat dan produksi tanaman rendah.

Pupuk KCl menyumbangkan unsur kalium dan klorin. Fungsi dari kalium

antara lain untuk meningkatkan tanaman terhadap serangan stres kekeringan, dan cuaca

(56)

8 Ciri tanaman yang kekurangan kalium sebagai berikut:

1. Pertumbuhan daun menjadi kecil.

2. Warna daun menguning bahkan dapat menjadi coklat.

(57)

9

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Lokasi penanaman tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, L)

dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dengan waktu pengamatan selama sebelas

minggu yang dimulai pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012.

Materi

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan 96 stek

batang tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) berumur empat minggu,

tanah latosol, dan pupuk yang digunakan antara lain litter ayam, pupuk SP-36, serta KCl,

sedangkan peralatan yang digunakan yaitu polybag, bangunan naungan, sekop,

timbangan lapang dan timbangan digital, penggaris, meteran, serta gunting.

Polybag yang digunakan berukuran 40 cm x 35 cm dengan media kapasitas

10 kg yang berjumlah 32 buah, kemudian bangunan naungan untuk perlakuan dibuat

dengan ukuran 2 m x 1 m x 1.25 m dan dipasang paranet dengan intensitas yang

berbeda-beda. Adapun ukuran intensitas cahaya pada paranet yang digunakan yaitu

25%, 50%, 75%, dan 100% (kontrol).

Metode

Pemilihan Stek

Stek batang yang digunakan yaitu berukuran tinggi 15 cm dengan ciri stek

telah memiliki mata tunas, tumbuh daun, dan berbatang, kemudian ditanam pada plastik

yang berisi tanah yang telah disiram, stek yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Stek Tanaman Bangun-Bangun

Gambar

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun- Bangun dan Daun Katuk
Tabel  2.  Kandungan  Senyawa  Aktif  Daun  Bangun-Bangun  (Coleus  amboinicus
Tabel 3. Kandungan Hara dari Pupuk Kandang Padat/ Segar
Gambar 4. Bangunan Naungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang menyatakan bahwa nilai hasil belajar matematika kelompok yang belajar dengan strategi pembelajaran mind map berbantuan gambar bervariasi pada kelompok dengan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa, sistem klasifikasi empat jenis daun yaitu Averhoa Carambola,

Berdasarkan tabel 1 kategorisasi data dapat diketahui bahwa variabel loyalitas konsumen dari sampel 206 konsumen tergolong tinggi yaitu 58%, variabel kualitas pelayanan tergolong

Dengan adanya akibat hukum dari aturan tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan memfokuskan pada bentuk implementasi pasal 6 huruf b Dan c Perma No.3 Tahun 2017

Perencanaan audit sistem informasi manajemen aset di PT.Pertamina Persero menghasilkan identifikasi ruang lingkup pada perspektif proses bisnis internal Balanced Scorecard,

Idris Jauhari (Pengasuh TMI PP Al-Amien Prenduan), semua sanksi atau hukuman yang diterapkan di TMI PP Al-Amien semata- mata dimaksudkan untuk tujuan pendidikan,

Pasir tersebut diekstraksi menggunakan magnet permanen secara berulang dan menggunakan metode ekstraksi, yaitu dengan perendaman HCl 2M selama 12 jam dengan tujuan untuk

Beberapa manfaat akan diperoleh dari hasil analisis dan dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi kebijakan, yang selama ini memberikan hasil yang kurang sesuai dengan apa