PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS
TANAMAN BANGUN-BANGUN
(Coleus amboinicus Lour)
SKRIPSI LIZA DESPIANI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
LIZA DESPIANI. D24080065. 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L).
Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing utama : Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K,MS.
Pembimbing anggota : Ir. Lidy Herawati, MS.
Salah satu bahan makanan ternak yang dapat meningkatkan produksi susu
adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour). Senyawa penting yang
berperan aktif dalam metabolisme sel dan merangsang produksi air susu dalam
Coleus amboinicus Lour yaitu thymol 94.3%, forskholin 1.5%, dan carvacrol 1.2%.
Menurut Harjadi (1989) bahwa cahaya merupakan faktor yang amat penting bagi pertumbuhan tanaman, salah satu subfaktornya yaitu intensitas cahaya.
Cara yang digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yaitu dengan naungan. Adanya perlakuan dengan naungan, tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman di bawahnya, antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, dan pembentukan biomassa tanaman, apalagi bila tanaman tersebut akan dikembangkan dengan sistem integrasi dengan perkebunan atau kehutanan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan produktivitas
dari tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus, L).
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan delapan ulangan, adapun perlakuan terdiri dari P0= Intensitas cahaya 100%; P1= Intensitas cahaya 75%; P2= Intensitas cahaya 50%; P3= Intensitas cahaya 25%. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), jika hasil berbeda nyata maka diuji lanjut dengan uji kontras ortogonal. Perlakuan yang diamati yaitu panjang tanaman, jumlah daun, dan biomassa tanaman. Perlakuan intensitas cahaya yang diberikan berpengaruh sangat nyata pada setiap peubah yang diamati (P<0,01), dan perlakuan yang terbaik yaitu perlakuan dengan intensitas cahaya75%, hal ini dikarenakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman bangun-bangun.
ABSTRACT
The Effect of Light Intensity on Growth and Productivity of Plant Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L.)
L. Despiani, P. D. M. H. Karti, and L. Herawati
Coleus amboinicus, L has the advantage of containing compounds thymol 94.3%,
forskholin 1.5%, and 1.2% carvacrol are asin metabolically active cells and stimulate milk production, it is very good for dairy ruminants.The influential factors such as shading, because there are some plants that are not robust to the shade. The existence of the shade treatment, will certainly affect the plant growth under neath. Some growth parameter saffected include plant height, and the establishment of plant biomassa. The purpose of study was determined affect from light intensity to growth and production of
Coleus amboinicus, L. The experiment was carried out using completely random
design with four treatments and eight replications. The treatments were P0 (100% light) as control, P1 (75% light), P2 (50% light), and P3 (25% light). Variable measured were plant length, leaf number and dry weight of leaves, stems, and roots. Data were analyzed using by analisis of variance and contras orthogonal was further used to test the significan differences. Treatment of light intensity increase affected the increasing plant height (P<0.01) and affected the decrasing leaf number and dry weight of leaves, stems, and roots (P<0.01). In conclucion, light intensity up to 75% light can increase productivity 15.788% dry weight of leaves, 4.137% dry weight of stems, and
dry weight of roots 32.661% Coleus amboinicus, L.
Keywords: Coleus amboinicus, L, dry weight of leaves, stems, and roots, leaf
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS
TANAMAN BANGUN-BANGUN
(Coleus amboinicus Lour)
LIZA DESPIANI D24080065
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Judul : Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas
Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, Lour)
Nama : Liza Despiani
NIM : D24080065
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K, MS.) (Ir. Lidy Herawati, MS.)
NIP. 19611025 198703 2 002 NIP. 19620914 198703 2 009
Mengetahui, Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr.) NIP. 19670506 199103 1 001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal
28 Desember 1989 dari pasangan Bapak Zarkasih (Alm) dan
Ibu Lina Widiyani. Penulis adalah anak pertama dari tiga
bersaudara. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1994
di Taman Kanak-kanak Insan Kamil, Bogor. Pada tahun
1995 hingga tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Dasar Insan Kamil, Bogor. Pendidikan lanjut
tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 hingga tahun
2004 di SMPN 14 Bogor. Pada tahun 2004 hingga 2007,
penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Atas Kornita, Bogor.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, adapun nomor induk mahasiswa (NIM)
yang dimiliki penulis yaitu D24080065. Selama di IPB, penulis aktif berorganisasi dan
pengembangan softskill. Penulis pernah menjadi Staf Divisi Biro Kewirausahaan, BEM
FAPET periode 2009-2011, kemudian pada tahun 2011 penulis menjadi Staf Divisi
Dana Usaha dalam acara MPF FAPET 2011. Pada tahun 2009-2010 penulis
berkesempatan menjadi penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA),
kemudian pada tahun 2010-1012, penulis juga berkesempatan menerima beasiswa Karya
Salemba Empat (KSE).
Bogor, 18 September 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahamat dan hidayahNya yang tak
pernah putus, shalawat dan salam selalu tercurahkan pada nabi besar Muhammad
saw beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus
Lour)”.
Tanaman bangun-bangun memiliki banyak manfaat, antara lain dapat
meningkatkan produksi susu, hal itu telah terbukti dengan penelitian sebelumnya
yang meneliti tentang kandungan dari tanaman bangun-bangun. Tanaman ini biasa
tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, maka menjadi
satu hal yang menarik untuk dilakukan penelitian tentang kondisi ideal yang dibutuhkan
tanaman bangun-bangun agar didapatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang
baik, karena seperti yang telah umum diketahui bahwa intensitas cahaya merupakan
salah satu faktor penting bagi tumbuhan untuk melakukan fotosintesis.
Skripsi ini memuat tentang pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangun-
bangun dengan perlakuan intensitas cahaya yang berbeda-beda dengan pemeliharaan
selama tiga bulan, penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor
DAFTAR ISI
Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus L) ... 3
Tanaman Bangun-Bangun ... 3
Manfaat Tanaman Bangun-Bangun ... 3
Kandungan Tanaman Bangun-Bangun ... 4
Cahaya, Fotosintesis, dan Naungan ... 5
Respon Tumbuhan Terhadap Intensitas Cahaya... 6
Pupuk ... 7
Pembuatan Bangunan Untuk Naungan ... 10
Penerapan Perlakuan ... 11
Pemeliharaan dan Pengamatan... 12
Tahap Pemanenan ... 13
Perlakuan ... 13
Rancangan Percobaan ... 13
Peubahan yang Diamati ... 14
Panjang Tanaman... 14
Jumlah Daun ... 14
viii
Biomassa Daun ... 14
Biomassa Batang... 14
Biomassa Akar ... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15
Kondisi Umum ... 15
Pertumbuhan Tanaman ... 16
Rataan Pertambahan Panjang Tanaman... 16
Rataan Pertambahan Jumlah Daun ... 18
Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10 ... 18
Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar ... 19
KESIMPULAN DAN SARAN ... 22
Kesimpulan ... 22
Saran ... 22
UCAPAN TERIMA KASIH ... 23
DAFTAR PUSTAKA ... 24
DAFTAR TABEL
Nomor. Halaman
1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun- Bangun dan Daun Katuk ... 4
2. Kandungan Senyawa Aktif Daun Bangun-Bangun
(Coleus amboinicus Lour) ... 5
3. Kandungan Hara dari Pupuk Kandang Padat/Segar ... 7
4. Data Iklim Darmaga Bogor dari Bulan Februari
sampai Mei 2012... 16
5. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman dan Jumlah Per Minggu ... 17
6. Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10 ... 19
DAFTAR GAMBAR
Nomor. Halaman
1. Tanaman Bangun-Bangun ... 3
2. Stek Tanaman Bangun-Bangun ... 9
3. Tahap Adaptasi Tanaman ... 10
4. Bangunan Naungan ... 11
5. Tahap Perlakuan ... 12
6. Tahap Pengamatan ... 13
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor. Halaman
1. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Panjang Tanaman
Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) ... 26
2. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Jumlah Daun
Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) ... 27
3. Sidik Ragam Rataan Lebar Daun Tanaman Bangun-Bangun
(Coleus amboinicus Lour) Pada Minggu Ke-10 ... 28
4. Sidik Ragam Bobot Kering Daun Tanaman Bangun-Bangun
(Coleus amboinicus Lour) ... 29
5. Sidik Ragam Bobot Kering Batang Tanaman Bangun-Bangun
(Coleus amboinicus Lour) ... 30
6. Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Bangun-Bangun
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hijauan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan dalam
meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, salah satu bahan makanan ternak yang
dapat meningkatkan produksi susu adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus
Lour). Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC-MS
(Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of
Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan bahwa dalam Coleus amboinicus
Lour terkandung senyawa penting yang berperan aktif untuk metabolisme sel dan
merangsang pruduksi air susu yaitu thymol 94.3%, forskholin 1.5%, dan carvacrol
1.2%, selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rumetor et al. (2008)
bahwa pemberian suplementasi daun bangun- bangun dan Zn-vitamin E pada kambing
etawa terbukti dapat meningkatkan KCBK, KCBO, produksi VFA, konsumsi bahan
kering dan TDN, serta dapat meningkatkan produksi susu sebesar 67.22-98.65%.
Tanaman bangun-bangun merupakan tanaman yang biasa tumbuh dibawah
pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, seperti yang umum diketahui
bahwa cahaya merupakan salah satu faktor terpenting bagi tumbuhan untuk melakukan
fotosintesis, salah satu subfaktor dari cahaya adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya
merupakan banyaknya cahaya yang dapat diterima oleh tanaman, sehingga cahaya
yang diterima dapat digunakan secara optimal untuk melakukan fotosintesis. Fotosintesis
yang terjadi pada suatu tanaman akan berdampak pada pertumbuhan dan produktivitas
tanaman tersebut, melalui fotosintesis tanaman akan mensintesis karbohidrat yang akan
disimpan pada jaringan tanaman. Menurut Parson dan Chapman (2000) menyatakan
bahwa cahaya merupakan sumber energi melalui fotosintesis untuk menghasilkan sel
baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun pada setiap anakannya.
Beberapa penelitian telah memperlihatkan keunggulan yang dimiliki oleh
tanaman daun bangun-bangun yang tentunya dapat bermanfaat untuk ternak ruminansia
perah, selain itu faktor intensitas cahaya yang penting menjadikan salah satu hal menarik
untuk dilakukan penelitian pada tingkat budidayanya, karena penelitian pada tingkat
budidaya tanaman ini belum banyak dilakukan.
Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yaitu
dengan naungan. Adanya perlakuan dengan naungan, tentu akan berpengaruh pada
4 antara lain tinggi tanaman, dan pembentukan biomassa tanaman, apalagi bila
tanaman tersebut akan dikembangkan dengan sistem integrasi dengan perkebunan atau
kehutanan. Pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung
meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang
daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan
jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita. A, 2005).
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian mengenai
pengaruh intensitas cahaya yang dibuat berbeda-beda untuk mengetahui
pertumbuhan tanaman dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar
daun, serta produktivitas tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) yang terdiri
dari bobot kering daun, bobot kering batang, dan bobot kering akar.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari intensitas cahaya
terhadap pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman daun bangun-bangun (Coleus
2
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus L)
Tanaman Bangun-Bangun
Menurut Damanik et al. (2001), tanaman bangun-bangun umumnya dikenal
dengan nama daun jinten, namun tanaman ini dapat dijumpai di daerah-daerah Indonesia
dengan nama-nama yang berbeda seprti daun ajeran (Sunda), daun kambing
(Madura), dan daun iwak (Bali), serta daun bangun-bangun (Batak Toba). Setiap
tanaman tentu memiliki ciri yang dapat membedakan tanaman tersebut dengan tanaman
lainnya, adapun cara yang dapat dilakukan yakni dengan melihat perbedaan ciri fisik
tanaman.
Menurut Siagian dan Rahayu (2000), tanaman bangun-bangun memiliki ciri
fisik sebagai berikut (1) batang berkayu lunak, beruas-ruas dan berbentuk bulat, (2) daun
berbentuk bulat seperti bulat telur, tepi daun beringgit, melebar, panjang 3-4 cm dengan
ujung meruncing, (3) tangkai sari bersatu dibagian bawah membentuk tabung dan
mengelilingi putik, serta (4) berakar tunggang.
Gambar 1. Tanaman Bangun-Bangun
Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)
Manfaat Tanaman Bangun-Bangun
Secara umum, terdapat tiga komponen utama yang terkandung dalam daun
bangun-bangun yaitu (1) senyawa yang bersifat lactagogue, (2) zat gizi, dan (3) senyawa
yang bersifat farmakoseutika (Lawrence et al., 2005). Depkes (2005) menyatakan bahwa
4 memiliki manfaat lain antara lain untuk menurunkan demam, mengatasi batuk,
sembelit, perut kembung, sariawan, dan alergi.
Kandungan Tanaman Bangun-Bangun
Tanaman bangun-bangun jika dibandingkan dengan daun katuk (Sauropus
androgymus), maka komposisi zat gizi dalam 100 gram daun bangun-bangun
mengandung lebih banyak kalsium, besi dan karoten total, adapun data komposisi daun
bangun-bangun dan katuk selengkapnya tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun- Bangun dan Daun Katuk
Zat Gizi Daun Bangun- Bangun Daun Katuk
Energi (kal) 27,0 59
Karoten total (mkg) 13288 10020
Vitamin A - -
Vitamin B1 0,16 -
Vitamin C 5,1 164
Air 92,5 81
Sumber: Mahmud et al. (1990)
Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC-
MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of
Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan senyawa yang terkandung Coleus
amboinicus Lour dengan kegunaannya yang berperan aktif dalam metabolism sel dan
merangsang pruduksi air susu, yakni tymol, carvacrol, dan forskholin, adapun presentase
kandungan senyawa tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
5 memberikan efek negarif pada daging dan susu (Acamovic dan Brooker, 2005),
kemudian menurut Ilsey et al. (2003) penggunaan carvacrol dalam suatu campuran
ekstrak tanaman sebagai suplemen dalam ransum babi laktasi menghasilkan litter
size, bobot lahir, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, dan kecernaan
protein lebih tinggi dibanding babi laktasi yang diberi ransum tanpa suplementasi,
dan senyawa forskholin bersifat membakar lemak menjadi energi (Sahelian, 2006).
Tabel 2. Kandungan Senyawa Aktif Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus
Lour)
Senyawa Aktif Jumlah (%)
Thymol 94,3
Forskholin 1,5
Carvacrol 1,2
Sumber : Laboratorium Department of Chemistry Gorakhpur University,India (2006) Keterangan : 97% dari kandungan asam lemak
Cahaya, Fotosintesis, dan Naungan
Cahaya (energi total) sangat penting dalam penyediaan sumber energi melalui
fotosintesis untuk menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan
daun pada setiap anakannya. Tanaman yang memperoleh periode penyinaran yang
pendek dan intensitas cahaya yang rendah, akan menyebabkan suplai hasil materi
kasar dari fotosintesis, berkurang (Parson dan Chapman, 2000).
Fotosintesis merupakan mekanisme yang memungkinkan tumbuhan
menggunakan energi cahaya untuk mengubah molekul sederhana menjadi bahan organik
(Q A International, 2009). Hasil fotosintesis merupakan produk dari beberapa
proses fisiologi yang komplek akibat pengaruh dari genetik, morfologi, dan lingkungan.
Fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi proses produksi bahan
kering dengan asumsi tanaman mendapat air dan mineral yang cukup. Akumulasi
bahan kering pada daun, batang, dan akar selama pertumbuhan vegetatif merupakan hasil
utama yang dipanen dari hijauan. Apabila semua faktor terpenuhi, akumulasi produksi
bahan kering merupakan fungsi dari jumlah daun yang mendapat sinar matahari (Dovrat,
1993).
Naungan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
6 naungan dapat dilakukan dengan menggunakan paranet yang telah dibuat dengan
intensitas cahaya yang berbeda atau dibuat pola penanaman menggunakan sistem
integrasi dengan tanaman kehutanan, seperti karet, kelapa sawit, dan sengon.
Respon Tumbuhan terhadap Intensitas Cahaya
Terdapat beberapa perubahan yang dialami tumbuhan dengan adanya
perlakuan intensitas cahaya yang berbeda. Adaptasi tanaman terhadap kondisi cekaman
intensitas cahaya rendah dapat dilihat dari karakter morfologi, anatomi, dan fisiologi
tumbuhan tersebut (Sukarjo, 2004). Salah satu perubahan morfologi tanaman
yaitu terjadinya peristiwa etiolasi, yakni pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat
di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, hal itu
dikarenakan berkurangnya degradasi auksin (Salisbury dan Ross, 1995).
Adanya perlakuan dengan naungan dapat menguntungkan dan juga
merugikan tanaman, pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung
meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang
daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan
jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita, 2005), selain itu perlakuan dengan
naungan 50% dapat menurunkan jumlah daun pada keempat genotif kedelai yang
diuji (Anggarani, 2005). Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya
metabolisme sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis
karbohidrat (Sapandie et al., 2003).
Menurut Erlangga (2008) menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan
tinggi tanaman, panjang daun, dan lebar daun tanaman kunyit tetapi jumlah anakan dan
jumlah daun lebih banyak yang kondisi tidak ternaungi. Intensitas cahaya rendah
pada saat pembungaan padi dapat menurunkan karbohidrat yang terbentuk, sehingga
menyebabkan meningkatnya gabah hampa. Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil
kedelai, jagung, padi gogo, ubi jalar, dan talas (Djukri dan Bambang, 2003). Sependapat
dengan Kurniawati et al. (2005) yang menyatakan bahwa pengaruh tingkat naungan,
7
Pupuk
Pupuk adalah salah satu penyedia unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman
untuk pertumbuhan, adapun unsur yang terkandung di dalamnya dapat terdiri dari unsur
mikro maupun unsur makro. Pupuk yang biasa digunakan antara lain pupuk kandang dan
pupuk sintesis. Pupuk kandang dapat diperoleh dari kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran
kambing, namun dilihat dari kandungannya pupuk dari kotoran ayam lebih baik yakni
kandungan nitrogennya lebih tinggi dari kotoran hewan lainnya, terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Hara dari Pupuk Kandang Padat/ Segar
Sumber
SP36 yaitu unsur posfor. Unsur posfor digunakan tanaman untuk melakukan pembelahan
sel, pengembangan jaringan dan titik tumbuh tanaman, serta memiliki peranan penting di
dalam proses transfer energi.
Beberapa ciri tanaman akibat kekurangan fosfor sebagai berikut:
1. Petumbuhan tanaman menjadi kerdil.
2. Warna di ujung dan tepi daun akan terlihat hijau pucat, ungu, atau merah tua
3. Proses pembuahan terhambat dan produksi tanaman rendah.
Pupuk KCl menyumbangkan unsur kalium dan klorin. Fungsi dari kalium
antara lain untuk meningkatkan tanaman terhadap serangan stres kekeringan, dan cuaca
8 Ciri tanaman yang kekurangan kalium sebagai berikut:
1. Pertumbuhan daun menjadi kecil.
2. Warna daun menguning bahkan dapat menjadi coklat.
9
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Lokasi penanaman tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, L)
dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dengan waktu pengamatan selama sebelas
minggu yang dimulai pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012.
Materi
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan 96 stek
batang tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) berumur empat minggu,
tanah latosol, dan pupuk yang digunakan antara lain litter ayam, pupuk SP-36, serta KCl,
sedangkan peralatan yang digunakan yaitu polybag, bangunan naungan, sekop,
timbangan lapang dan timbangan digital, penggaris, meteran, serta gunting.
Polybag yang digunakan berukuran 40 cm x 35 cm dengan media kapasitas
10 kg yang berjumlah 32 buah, kemudian bangunan naungan untuk perlakuan dibuat
dengan ukuran 2 m x 1 m x 1.25 m dan dipasang paranet dengan intensitas yang
berbeda-beda. Adapun ukuran intensitas cahaya pada paranet yang digunakan yaitu
25%, 50%, 75%, dan 100% (kontrol).
Metode
Pemilihan Stek
Stek batang yang digunakan yaitu berukuran tinggi 15 cm dengan ciri stek
telah memiliki mata tunas, tumbuh daun, dan berbatang, kemudian ditanam pada plastik
yang berisi tanah yang telah disiram, stek yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Stek Tanaman Bangun-Bangun
10
Tahap Adaptasi
Stek yang telah ditanam selama dua minggu dipindahkan ke polybag yang
telah diisi tanah seberat 8 kg, litter ayam 1 kg, pupuk SP-36 2 g, dan KCl 2 g. Jumlah
stek yang digunakan 96 batang dengan penempatan tiga batang stek dalam setiap
polybag yang kemudian disiram dan diadaptasikan selama dua minggu di tempat
yang teduh, dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Tahap Adaptasi Tanaman
Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)
Pembuatan Bangunan Untuk Naungan
Lahan yang dipakai sebagai tempat naungan, dibersihkan terlebih dahulu dari
semak-semak. Bangunan yang dibuat untuk naungan yaitu sebanyak tiga petak
dengan ukuran 2 m x 1 m x 1.25 m yang terbuat dari bambu. Setelah bangunan
selesai dibuat, kemudian dipasang paranet dengan intensitas cahaya yang berbeda-
beda sesuai dengan perlakuan. Jenis paranet yang digunakan yaitu paranen dengan
naungan 55% dan naungan 75%. Perlakuan dengan intensitas cahaya 25%
menggunakan paranet dengan naungan 75%, sedangkan untuk perlakuan dengan
intensitas cahaya sebesar 50% dan 75% menggunakan paranet dengan naungan 55%,
oleh karena itu untuk mendapatkan intensitas cahaya sebesar 75% dan 50% maka
diperlukan perhitungan. Cara yang dilakukan untuk memperoleh intensitas cahaya
yang diinginkan yaitu sebagai berikut:
Jumlah benang yang
dihilangkan = Persen naungan yang akan dihilangkan
Persen naungan paranet yang digunakan
seluruh jumlah lembar * benang pada paranet
11
yaitu pemasangan paranet pada masing-masing bangunan. Penempatan bangunan
dilakukan dengan menyesuaikan arah matahari yakni dari timur ke barat, kemudian jarak
antar bangunan naungan dengan bangunan naungan yang lain yaitu berjarak 0.5m,
adapun penampakan bangunan naungan dapat terlihat pada Gambar 4.
Intensitas cahaya
Tanaman yang telah diadaptasikan selama dua minggu, kemudian dipilih
secara acak dan dipindahkan pada bangunan naungan berdasarkan perlakuan,
12
P0 P1
P2 P3
Gambar 5. Tahap Perlakuan
Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)
Pemeliharaan dan Pengamatan
Air yang digunakan untuk menyiram diberikan secara dua kali sehari,
penyiraman bertujuan untuk menjaga kapasitas lapang tanaman tersebut.
Pemeliharaan dan pengamatan dilakukan selama sebelas minggu. Pada awal penanaman
dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan perhitungan jumlah daun sebagai data awal
(m0 ), kemudian pengamatan terus dilakukan setiap satu minggu sekali sampai waktu
13
sebagai data segar, kemudian dikeringkan udara selama dua hari dan ditimbang kembali,
setelah itu daun, batang, dan akar dimasukkan ke dalam oven 60°C selama 48 jam, lalu
dikeluarkan dan ditimbang untuk memperoleh bobot kering tanaman tersebut.
Perlakuan
Perlakuan ini menggunakan empat perlakuan dan delapan ulangan.
Perlakuan yang diterapkan adalah :
P0 = Intensitas cahaya 100%
P1 = Intensitas cahaya 75%
P2 = Intensitas cahaya 50%
P3 = Intensitas cahaya 25%
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan delapan ulangan. Model
matematik dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut:
14
εijk = galat percobaan
Peubahan yang Diamati
Panjang Tanaman
Panjang tanaman yang diukur yaitu mulai dari permukaan tanah hingga
ujung batang tanaman terpanjang dengan pengukuran setiap satu minggu sekali pada
semua perlakuan yang dinyatakan dalam satuan sentimeter.
Jumlah Daun
Daun yang dihitung yaitu daun yang telah mekar sempurna dan dihitung
setiap satu minggu sekali pada semua perlakuan yang dinyatakan dalam satuan helai.
Lebar daun
Pengukuran lebar daun dilakukan pada minggu ke-10, data lebar daun
tanaman diambil dari daun yang paling lebar pada setiap ulangan di masing-masing
perlakuan.
Biomassa Daun
Biomassa daun yaitu berat daun yang ditimbang setelah panen sebagai berat
segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60°C, lalu ditimbang
sebagai bobot kering dengan satuan gram/polybag.
Biomassa Batang
Biomassa batang yaitu berat batang yang ditimbang setelah panen sebagai
berat segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60°C, lalu
ditimbang sebagai bobot kering dengan satuan gram/polybag.
Biomassa Akar
Biomassa akar yaitu berat akar yang ditimbang setelah panen sebagai berat
segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60°C, lalu ditimbang
15
tujuan mengamati pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangun-bangun pada kondisi
intensitas cahaya yang berbeda-beda. Tanaman bangun-bangun yang digunakan,
diperoleh dari hasil panen rekan satu penelitian. Beberapa tahapan pendahuluan sebelum
tanaman digunakan, antara lain pemilihan stek, tahap adaptasi, dan barulah dilakukan
penerapan perlakuan dengan pemeliharaan serta pengamatan selama sebelas minggu.
Penanaman dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi
Dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Kondisi lahan yang digunakan
untuk penanaman yakni lahan terbuka dengan bangunan naungan menggunakan paranet
yang dibuat berdasarkan perlakuan intensitas cahaya yang berbeda-beda, kemudian
tanaman bangun-bangun ditanam dengan menggunakan polybag, dan ditempatkan pada
masing-masing perlakuan. Selama masa pemeliharaan, salah satu kendala yang dihadapi
dengan menanam pada lahan terbuka yakni adanya perubahan iklim, data perubahan
iklim dapat dilihat pada Tabel 4. Perubahan iklim menjadikan tanaman mudah terserang
hama, adapun hama yang menyerang tanaman bangun- bangun antara lain ulat, belalang,
selain itu juga ditemukan jamur pada tanaman dengan perlakuan intensitas cahaya 25%
dan 50%.
Salah satu usaha untuk mengurangi hama tanaman tersebut yaitu dilakukan
penyemprotan dengan obat anti hama. Selama masa pemeliharaan tanaman disiram dua
kali sehari, hal ini bertujuan untuk menjaga kapasitas lapang dari tanaman tersebut,
kecuali bila seharian turun hujan maka tanaman akan disiram pada hari berikutnya.
Pengamatan dilakukan satu minggu sekali dengan mengukur tinggi tanaman dan
menghitung jumlah daun pada masing-masing perlakuan, sedangkan untuk mengambilan
data bobot kering daun, batang, dan akar pada masing-masing perlakuan yang
16 Tabel 4. Data Iklim Darmaga Bogor dari Bulan Februari sampai Mei 2012
Bulan Temperatur
Keterangan: Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor (2012)
Pemanenan yang dilakukan selama dua hari, hal itu dikarenakan waktu
pemanenan yang tidak memungkinkan untuk memanen semua tanaman, namun tahapan
pemanenan dilakukan dengan mengambil tanaman pada ulangan yang sama disetiap
masing-masing perlakuan. Daun, batang, dan akar di timbang terlebih dahulu untuk
diperoleh data segar tanaman, kemudian dikeringkan udara selama 2 hari, dan dimasukan
ke dalam oven 60°C selama 48 jam untuk memperoleh bobot keringnya.
Pertumbuhan Tanaman
Rataan Pertambahan Panjang Tanaman
Peubah pertama yang diamati setiap minggunya yaitu pengukuran panjang
tanaman. Panjang tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai
indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur
pengaruh lingkungan atau perlakuan yang ditetapkan, ternyata adanya pengaruh
intensitas cahaya menyebabkan terjadinya pertambahan panjang pada batang
tanaman bangun-bangun, adapun pertambahan rataannya dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam, terlihat bahwa P0 dan P1 sangat
berbeda nyata dengan P2 dan P3 (P<0,01). Tanaman yang mendapatkan intensitas
cahaya lebih rendah mengahasilkan panjang tanaman yang lebih tinggi, hal ini juga
terjadi pada penelitian Archita (2005) bahwa adanya pengaruh naungan dapat
menguntungkan dan juga merugikan terhadap tanaman. Pada tanaman temu-temuan
pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, salah satunya adalah tinggi
17 Tabel 5. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Dan Jumlah Daun Per Minggu
Perlakuan Rataan Panjang (cm) Rataan Jumlah Daun (helai)
P0 sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P< 0,01).
Pertambahan panjang tanaman yang terjadi pada P2 dan P3 diduga karena adanya
peristiwa etiolasi yakni perpanjangan batang dikarenakan berkurangnya degradasi
auksin dengan tujuan agar tanaman dapat menangkap cahaya dalam jumlah yang
dibutuhkan (Salisbury dan Ross, 1995), namun adanya peristiwa etiolasi pada tanaman
bangun-bangun berdampak negatif, sehingga menjadikan morfologi tanaman
menjadi terlihat buruk karena batang menjadi tidak kokoh, dan mudah patah,
tanaman yang mengalami peristiwa etiolasi terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Peristiwa Etiolasi Pada Tanaman Bangun-Bangun
Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)
Menurut Sukarjo (2004) bahwa adaptasi tanaman terhadap naungan
tergantung dari kemapuan untuk merespon kondisi kekurangan cahaya yaitu dengan cara
merubah sifat morfologi atau fisiologi tanaman. Salah satu perubahan sifat morfologinya
yaitu terjadinya peristiwa etiolasi yakni, hal ini menunjukan bahwa makin sedikit cahaya
18 dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan intensitas penuh (Sitompul dan
Bambang, 1995).
Rataan Pertambahan Jumlah Daun
Salah satu indikator yang dapat diamati dari hasil fotosintesis yaitu
pertambahan jumlah daun. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil
sidik ragam pada masing-masing perlakuan menunjukan sangat berbeda nyata (P<0,01).
Pada perlakuan P0 dan P1, memperlihatkan pertambahan jumlah daun yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3, hal ini dapat dijelaskan oleh pendapat
dari Anggarani (2005) bahwa perlakuan dengan naungan 50% dapat menurunkan
jumlah daun pada keempat genotif kedelai yang diuji. Penurunan jumlah daun dan
jumlah cabang dikarenakan sebagai konsekuensi pertumbuhan dari panjang tanaman, hal
ini terjadi seiring dengan peningkatan naungan yang diberikan.
Erlangga (2008) juga menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan tinggi
tanaman, panjang dan lebar daun tanaman kunyit tetapi jumlah anakan dan jumlah daun
lebih banyak pada kondisi yang tidak ternaungi, sehingga jika dibuat korelasi antara
tinggi tanaman dengan jumlah daun yang dihasilkan, maka akan menjadi korelasi yang
bernilai negarif, hal ini terlihat pada perlakuan dengan intensitas cahaya yang
rendah, memiliki panjang tanaman yang cenderung meningkat sedangkan jumlah
daun yang dihasilkan semakin menurun.
Pertambahan dan penurunan jumlah daun yang terjadi merupakan salah satu
pengaruh dari intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman sehingga hal ini berdampak
pada proses fotosintesis tanaman tersebut. Menurut Parson dan Chapman (2000) bahwa
cahaya merupakan faktor yang mempengaruh suatu tanaman karena cahaya sangat
penting dalam penyediaan sumber energi melalui proses fotosintesis untuk
menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun disetiap
anakannya.
Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10
Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati berikutnya yaitu lebar daun.
Lebar daun pada masing-masing perlakuan diukur pada minggu ke-10, hasil dapat
19 Tabel 6. Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10
Perlakuan Rata-Rata Lebar Daun (cm)
P0 8,1 ± 0,7
P1 8,8 ± 1,3
P2 8,5 ± 3,5
P3 9,6 ± 1,6
Rataan 8,8 ± 1,8
keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya 50%,
P3= intensitas cahaya 25%.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan sidik ragam ternyata semua
perlakuan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata, baik itu pada intensitas
cahaya penuh maupun pada intensitas cahaya yang rendah, namun jika dilakukan
penilaian secara subjektif maka P3 yang memiliki lebar daun terbesar diantara perlakuan
lain. Menurut Archita (2005), pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung
meningkatkan beberapa sifat, salah satunya adalah lebar daun.
Di lapang perbedaan yang terlihat yakni lebih kepada morfologi ketebalan
daunnya, daun dengan perlakuan intensitas cahaya yang rendah terlihat lebih tipis
dibandingkan dengan daun yang menerima intensitas cahaya yang lebih tinggi, hal ini
dikarenakan lapisan palisade yang menjadi lebih pendek. Kondisi demikian sangat
menguntungkan tanaman karena klorofil yang terkandung akan lebih terorientasi pada
bidang permukaan daun sehingga penangkapan cahaya lebih efisien (Sopandie et al.,
2006).
Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar
Peubah yang menjadi pengamatan terakhir yaitu produktivitas tanaman
bangun-bangun dengan mengukur biomassa tanaman yang terdiri dari daun, batang, dan
akar dalam keadaan bobot kering dengan satuan gram/polybag. Hasi pengamatan dari
20
Tabel 7. Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar
Berat (gram)/polybag
Perlakuan
keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya
50%,P3= intensitas cahaya 25%. Superskrif dengan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P< 0,01).
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan sidik ragam menunjukkan
bahwa hasil yang diperoleh sangat berbeda nyata (P<0,01), P0 dan P1 memiliki
bobot kering yang lebih tinggi dari pada P2 dan P3, hal ini menggambarkan adanya
pengaruh intensitas cahaya terhadap produktivitas dari tanaman bangun-bangun,
sehingga makin rendahnya intensitas yang diperoleh tanaman, maka makin rendah pula
nilai bobot keringnya.
Penurunan bobot kering daun dari P0 ke P3 berkorelasi positif dengan
penurunan jumlah daun yang terbentuk, hal ini diduga apabila semua faktor
terpenuhi yakni salah satunya adalah cahaya maka akumulasi produksi bahan kering
merupakan fungsi dari jumlah daun yang mendapat sinar matahari.
Menurut Dovrat (1993) berpendapat bahwa hasil fotosintesis merupakan produk
dari beberapa proses fisiologi yang komplek akibat pengaruh dari genetik, morfologi,
dan lingkungan. Fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi proses
produksi bahan kering dengan asumsi tanaman mendapat air dan mineral yang
cukup. Penurunan bobot kering juga terjadi dengan ditandai penurunan karbohidrat yang
terbentuk pada saat pembungaan tanaman padi yang diberi perlakuan intensitas cahaya
rendah, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah hampa (Djukri dan Bambang,
2003).
Tempat penyimpanan hasil fotosintesis salah satunya adalah di akar. Penurunan
bobot kering pada akar diduga karena adanya pengaruh dari intensitas cahaya yang
rendah, sehingga cahaya yang diterima oleh tanaman pun sedikit. Jumlah cahaya
21 mempengaruhi fotosintesis yang mengakibatkan penurunan pada hasil fotosintesis
dan akar pun menjadi mudah membusuk. Dugaan ini diperkuat dengan adanya pendapat
dari Sopandie et al. (2003) yang menyatakan bahwa kondisi kekurangan cahaya
menyebabkan menurunan pada laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat, kemudian
penurunan bobot kering akan terjadi sebanding dengan meningkatnya taraf naungan yang
diberikan (Kurniawati et al., 2005)
Pada Tabel 7 terlihat hasil antara P0 dan P1 tidak berbeda nyata, namun jika
dibuat persentase kenaikan bobot kering P1 terhadap P0 maka akan terlihat terjadi
peningkatan bobot kering. Peningkatan intensitas cahaya dari 75% menjadi 100%
menyebabkan bobot kering tajuk menurun, karena dengan meningkatnya intensitas
cahaya maka akan meningkatkan suhu lingkungan tanaman. Peningkatan suhu
lingkungan menyebabkan respirasi tanaman menjadi meningkat, sehingga hasil
fotosintesis bersih (biomassa) yang tersimpan dalam jaringan tanaman sedikit (Libria et
al., 2004). Peningkatan bobot kering dari P0 ke P1 menggambarkan bahwa
tanaman bangun-bangun memiliki zona optimal dalam penerimaan cahaya yakni cukup
dengan intensitas cahaya 75%, maka kurang atau lebih cahaya yang diterima akan
22
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
perlakuan yang baik yaitu P1 (intensitas cahaya 75%) yang mampu meningkatkan
pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, L).
Saran
Pengembangan tanaman bangun-bangun dengan sistem integrasi cukup
dengan intensitas cahaya sebesar 75%, kemudian diperlukan analisis proksimat untuk
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur atas khadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan
Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L)”.
Penulis bermaksud ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Dr. Ir. Panca Dewi MHKS., MS selaku dosen pembimbing utama skripsi, dan Ir.
Lidy Herawati, MS selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing
anggota skripsi atas motivasi, nasehat serta saran yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Prof. Emeritus Dr. Dra. Peni S.H., M.Sc atas
dukungan moril maupun materil yang telah diberikan dan Ir. Asep Tata Permana, M.Sc
selaku dosen pembahas seminar atas sarannya, selain itu penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc.Agr dan Dr. Jakaria, S.Pt., M.Si selaku
dosen penguji sidang, serta Ir. Lilis Khotijah, M.Si selaku dosen panitia sidang.
Penulis mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang tulus kepada Ayah
Zarkasih (Alm) dan Ibu Lina Widiyani atas doa, nasehat, dan semangat yang diberikan,
serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi. Terimakasih kepada Novicha
(INTP 43) dan Karya Salemba Empat serta Paguyuban KSE IPB yang telah memberikan
beasiswa kepada penulis selama masa perkuliahan. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Mustofa, para sahabat Keluarga 8 (Mutia sari, Pratita, Apdila, Dea,
Ide, Ponam, dan Habibah) yang selalu memberikan semangat dan para pegawai lapang
DAFTAR PUSTAKA
Acamovic T. & J.D. Brooker. 2005. Biochemistry of plant secondary metabolites and their effect on animlas. Cambridge Journals (64):403-412.
Anggarani, D. S. 2005. Analisis aspek agronomi dan fisiologi kedelai (Gylcine max (l)
merr.) pada kondisi cekaman intensitas cahaya rendah. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Archita, A. 2005. Pengaruh intensitas cahaya rendah terhadap keragamana sifat
agronomis tanaman temu-temuan (Curcuma spp). Skripsi. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2012. Balai Besar Wilayah II, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor.
Bambang, S. P. & Djukri. 2003. Pengaruh naungan paranet terhadap sifat toleransi
tanaman talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). J. Ilmu Pertanian, Vol. 10 (2):
17-25.
Damanik, R., Daulay, Z., Saragih, S. R. Premier, N., Wattanapenpaiboon., & Wahlguist,
M. L. 2001. Consumption of bangun-bangun leaves (Coleus amboinicus Lour)
to increase breast milk production among batakness women in north sumatra island, Indonesia. APJCN: 10(4): 567.
Depkes. Departemen Kesehatan. 2005. Botani, sinonim nama umum dan nama
dagang daun bangun-bangun. Jkarta: Depkes. [terhubung berkala].
http://www.iptek.apjii.or.id. [1 Juli 2012].
Dovrat, A. 1993. Devloment in Crop Science 24: Irrigated Forage Production. Faculty of Agricultur, The Hebrew University of Jerusalem Revohot. Elsevier, Amsterdam.
Erlangga, N. 2008. Analisi keragaman aksesi tanaman kunyit (Curcuma domestica val)
pada kondisi naungan dan tanpa naungan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ilsley, S.E., H.M. Miller, H.M.R. greathead & C. Kamel. 2003. Plant extracts as supplements for lactating sows: effects on piglet performance, sow food intake and diet digestibility. Bul. 77:247-254
Kurniawati, A, L.K Darusman & R. Y. Rachmawaty. 2005. Pertumbuhan, produksi, dan
kandungan hijauan teriterpenoid dua jenis pegagan (centella asiatica l. (urban))
sebagai bahan obat pada berbagai tingkat naungan. Bul. Agro 33 (3): 62-67.
Laboratorium Departement of Chemistry. 2006. Analysis Coleus amboinicus Lour component with Gc and GCMS technique. India: Gorakhpur University.
[terhubung berkala]. http://wwww.baanmaha.com [ 4 April 2012]
Lawrence, M., Naiyara, & Damanik, MRM. 2005. Modified nutraceutical composition. Australia: Freehills patent and trademark Attorneys Melbourne. [terhubung
25 Libria, W, Tohari, & Endang S. 2004. Pengaruh intensitas cahaya dan kadar daminosida
terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot. J. Ilmu Pertanian. 11 (2): 35-42.
Mahmud, M., K., Slamet, D. S., Apriyantono & R. R., Hermana. 1990. Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Depkes RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Jakarta.
Parsons, A.J. & D.F. Chapman. 2000. The Principles of Pasture Growth and Utilization. In: A. Hopkins (Editor). Grass its Production and Utilization. Ed
3rd. Blackwell Science Institure of Grassland and Environment Research, North
Wyke, Okehampton Devon.
Pinus, Lingga. 1991. Jenis dan kandungan hara pada beberapa kotoran ternak. pusat penelitian pertanaian dan pedesaan swadaya (P4S) ANTANAN. Bogor (tidak dipublikasikan).
Q A International. 2009. Plants: Understanding The Diversity of The Plant World. PT Bhuana Ilmu Populer.
Rumetor, S.D., J. Jachja, R. Widjajakusuma, I.G. Permana, & I. K. Sutama. 2008.
Suplementasi daun bangun-bangun (coleus amboinicus lour) dan zinc-vitamin
E untuk memperbaiki metabolisme dan produksi susu kambing peranakan etawa. JITV. 13(3): 195.
Sahelian, R. 2006. Forskholin mechanism of action. bulletin plant natural product
20:1-8. http://www.PNP.com [26 Februari 2012].
Salisbury, FB & C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Institut Teknologi Bandung.
Siagian, M.H. & M. Rahayu. 2000. Plecantrus ambonicus lour spreng di daerah
Batak Toba, Sumut. Makalah. Disajikan pada Kongres Nasional Obat Tradisional Indonesia. Surabaya.
Sitompul, S.M. & Bambang. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sopandie, D., Chozin, MA, Sc., Santrosumarjo, S., Juhaeti, T., & Sahardi. 2003. Toleran Padi Gogo Terhadap Naungan. Hayati. 10(2): 71-75.
Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas, & Nurul, Khumaida . 2006. Fisiologi, genetik dan monokuler adaptasi kedelai terhadap intensitas cahya rendah: pengembengan varietas unggul kedelai sebagai tanaman sela. Laporan penelitian. Lembaga Penelitian Dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Sukarjo, E. I. 2004. Toleransi beberapa Curcuma spp terhadap intensitas naungan. J.
1. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Bangun-Bangun
(Coleus amboinicus Lour)
SK db JK KT F F0.05 F0.01
Perlakuan 3 16,864 5,621 5,115** 2,947 4,568
3,4 vs 2,1 1 12,234 12,234 11,132** 4,196 7,636
3 vs 4 1 3,015 3,015 2,743 4,196 7,636 ns
2 vs 1 1 1,615 1,615 1,469 4,196 7,636 ns
Error 28 17,206 0,614 0,559 1,882 2,464
Total 31 34,070 1,099
27
SK db JK KT F F0.05 F0.01
Perlakuan 3 1436,440 478,813 6,140** 2,947 4,568
2,1 vs 3,4 1 1132,267 1132,267 14,519** 4,196 7,636
2 vs 1 1 17,615 17,615 0,226 4,196 7,636
3 vs 4 1 286,558 286,558 3,674** 4,196 7,636
Error 28 981,164 35,042 0,449 1,882 2,464
Total 31 2417,603 77,987
2. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Bangun- Bangun (Coleus amboinicus Lour)
ns
28
SK db JK KT F F0.05 F0.01
Perlakuan 3 9,536 3,179 0,745 2,947 4,568
Error 28 119,419 4,265
Total 31 128,955 4,160
3. Sidik Ragam Rataan Lebar Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus
amboinicus Lour) Pada Minggu Ke-10
ns
29
4. Sidik Ragam Bobot Kering Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus
amboinicus Lour)
SK db JK KT F F0.05 F0.01
Perlakuan 3 109042,219 36347,406 82,133** 2,947 4,568
1,2 vs 3,4 1 19085,695 19085,695 43,128** 4,196 7,636
1 vs 2 1 489,516 489,516 1,106 4,196 7,636
3 vs 4 1 4369,210 4369,210 9,873** 4,196 7,636
Error 28 12391,146 442,541 1,000 1,882 2,464
Total 31 121433,365 3917,205
30
SK db JK KT F F0.05 F0.01
Perlakuan 3 11844,908 3948,303 23,839** 2,947 4,568
1,2 vs 3,4 1 8279,536 8279,536 49,989** 4,196 7,636
1 vs 2 1 21,229 21,229 0,128 4,196 7,636
3 vs 4 1 3544,143 3544,143 21,398 4,196 7,636
Error 28 4637,542 165,627 1,000 1,882 2,464
Total 31 16482,450 531,692
5. Sidik Ragam Bobot Kering Batang Tanaman Bangun-Bangun
(Coleus amboinicus Lour)
ns
ns
31
SK db JK KT F F0.05 F0.01
Perlakuan 3 171,373 57,124 4,268* 2,947 4,568
1,2 vs 3,4 1 184,019 184,019 13,749** 4,196 7,636
1 vs 2 1 16,403 16,403 1,226 4,196 7,636
3 vs 4 1 35,216 35,216 2,631 4,196 7,636
Error 28 374,760 13,384 1,000 1,882 2,464
Total 31 546,133 17,617
6. Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Bangun-Bangun (Coleus
amboinicus Lour)
ns
ns
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hijauan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan dalam
meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, salah satu bahan makanan ternak yang
dapat meningkatkan produksi susu adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus
Lour). Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC-MS
(Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of
Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan bahwa dalam Coleus amboinicus
Lour terkandung senyawa penting yang berperan aktif untuk metabolisme sel dan
merangsang pruduksi air susu yaitu thymol 94.3%, forskholin 1.5%, dan carvacrol
1.2%, selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rumetor et al. (2008)
bahwa pemberian suplementasi daun bangun- bangun dan Zn-vitamin E pada kambing
etawa terbukti dapat meningkatkan KCBK, KCBO, produksi VFA, konsumsi bahan
kering dan TDN, serta dapat meningkatkan produksi susu sebesar 67.22-98.65%.
Tanaman bangun-bangun merupakan tanaman yang biasa tumbuh dibawah
pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, seperti yang umum diketahui
bahwa cahaya merupakan salah satu faktor terpenting bagi tumbuhan untuk melakukan
fotosintesis, salah satu subfaktor dari cahaya adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya
merupakan banyaknya cahaya yang dapat diterima oleh tanaman, sehingga cahaya
yang diterima dapat digunakan secara optimal untuk melakukan fotosintesis. Fotosintesis
yang terjadi pada suatu tanaman akan berdampak pada pertumbuhan dan produktivitas
tanaman tersebut, melalui fotosintesis tanaman akan mensintesis karbohidrat yang akan
disimpan pada jaringan tanaman. Menurut Parson dan Chapman (2000) menyatakan
bahwa cahaya merupakan sumber energi melalui fotosintesis untuk menghasilkan sel
baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun pada setiap anakannya.
Beberapa penelitian telah memperlihatkan keunggulan yang dimiliki oleh
tanaman daun bangun-bangun yang tentunya dapat bermanfaat untuk ternak ruminansia
perah, selain itu faktor intensitas cahaya yang penting menjadikan salah satu hal menarik
untuk dilakukan penelitian pada tingkat budidayanya, karena penelitian pada tingkat
budidaya tanaman ini belum banyak dilakukan.
Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yaitu
dengan naungan. Adanya perlakuan dengan naungan, tentu akan berpengaruh pada
4 antara lain tinggi tanaman, dan pembentukan biomassa tanaman, apalagi bila
tanaman tersebut akan dikembangkan dengan sistem integrasi dengan perkebunan atau
kehutanan. Pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung
meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang
daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan
jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita. A, 2005).
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian mengenai
pengaruh intensitas cahaya yang dibuat berbeda-beda untuk mengetahui
pertumbuhan tanaman dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar
daun, serta produktivitas tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) yang terdiri
dari bobot kering daun, bobot kering batang, dan bobot kering akar.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari intensitas cahaya
terhadap pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman daun bangun-bangun (Coleus
2
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus L)
Tanaman Bangun-Bangun
Menurut Damanik et al. (2001), tanaman bangun-bangun umumnya dikenal
dengan nama daun jinten, namun tanaman ini dapat dijumpai di daerah-daerah Indonesia
dengan nama-nama yang berbeda seprti daun ajeran (Sunda), daun kambing
(Madura), dan daun iwak (Bali), serta daun bangun-bangun (Batak Toba). Setiap
tanaman tentu memiliki ciri yang dapat membedakan tanaman tersebut dengan tanaman
lainnya, adapun cara yang dapat dilakukan yakni dengan melihat perbedaan ciri fisik
tanaman.
Menurut Siagian dan Rahayu (2000), tanaman bangun-bangun memiliki ciri
fisik sebagai berikut (1) batang berkayu lunak, beruas-ruas dan berbentuk bulat, (2) daun
berbentuk bulat seperti bulat telur, tepi daun beringgit, melebar, panjang 3-4 cm dengan
ujung meruncing, (3) tangkai sari bersatu dibagian bawah membentuk tabung dan
mengelilingi putik, serta (4) berakar tunggang.
Gambar 1. Tanaman Bangun-Bangun
Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)
Manfaat Tanaman Bangun-Bangun
Secara umum, terdapat tiga komponen utama yang terkandung dalam daun
bangun-bangun yaitu (1) senyawa yang bersifat lactagogue, (2) zat gizi, dan (3) senyawa
yang bersifat farmakoseutika (Lawrence et al., 2005). Depkes (2005) menyatakan bahwa
4 memiliki manfaat lain antara lain untuk menurunkan demam, mengatasi batuk,
sembelit, perut kembung, sariawan, dan alergi.
Kandungan Tanaman Bangun-Bangun
Tanaman bangun-bangun jika dibandingkan dengan daun katuk (Sauropus
androgymus), maka komposisi zat gizi dalam 100 gram daun bangun-bangun
mengandung lebih banyak kalsium, besi dan karoten total, adapun data komposisi daun
bangun-bangun dan katuk selengkapnya tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun- Bangun dan Daun Katuk
Zat Gizi Daun Bangun- Bangun Daun Katuk
Energi (kal) 27,0 59
Karoten total (mkg) 13288 10020
Vitamin A - -
Vitamin B1 0,16 -
Vitamin C 5,1 164
Air 92,5 81
Sumber: Mahmud et al. (1990)
Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC-
MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of
Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan senyawa yang terkandung Coleus
amboinicus Lour dengan kegunaannya yang berperan aktif dalam metabolism sel dan
merangsang pruduksi air susu, yakni tymol, carvacrol, dan forskholin, adapun presentase
kandungan senyawa tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
5 memberikan efek negarif pada daging dan susu (Acamovic dan Brooker, 2005),
kemudian menurut Ilsey et al. (2003) penggunaan carvacrol dalam suatu campuran
ekstrak tanaman sebagai suplemen dalam ransum babi laktasi menghasilkan litter
size, bobot lahir, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, dan kecernaan
protein lebih tinggi dibanding babi laktasi yang diberi ransum tanpa suplementasi,
dan senyawa forskholin bersifat membakar lemak menjadi energi (Sahelian, 2006).
Tabel 2. Kandungan Senyawa Aktif Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus
Lour)
Senyawa Aktif Jumlah (%)
Thymol 94,3
Forskholin 1,5
Carvacrol 1,2
Sumber : Laboratorium Department of Chemistry Gorakhpur University,India (2006) Keterangan : 97% dari kandungan asam lemak
Cahaya, Fotosintesis, dan Naungan
Cahaya (energi total) sangat penting dalam penyediaan sumber energi melalui
fotosintesis untuk menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan
daun pada setiap anakannya. Tanaman yang memperoleh periode penyinaran yang
pendek dan intensitas cahaya yang rendah, akan menyebabkan suplai hasil materi
kasar dari fotosintesis, berkurang (Parson dan Chapman, 2000).
Fotosintesis merupakan mekanisme yang memungkinkan tumbuhan
menggunakan energi cahaya untuk mengubah molekul sederhana menjadi bahan organik
(Q A International, 2009). Hasil fotosintesis merupakan produk dari beberapa
proses fisiologi yang komplek akibat pengaruh dari genetik, morfologi, dan lingkungan.
Fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi proses produksi bahan
kering dengan asumsi tanaman mendapat air dan mineral yang cukup. Akumulasi
bahan kering pada daun, batang, dan akar selama pertumbuhan vegetatif merupakan hasil
utama yang dipanen dari hijauan. Apabila semua faktor terpenuhi, akumulasi produksi
bahan kering merupakan fungsi dari jumlah daun yang mendapat sinar matahari (Dovrat,
1993).
Naungan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
6 naungan dapat dilakukan dengan menggunakan paranet yang telah dibuat dengan
intensitas cahaya yang berbeda atau dibuat pola penanaman menggunakan sistem
integrasi dengan tanaman kehutanan, seperti karet, kelapa sawit, dan sengon.
Respon Tumbuhan terhadap Intensitas Cahaya
Terdapat beberapa perubahan yang dialami tumbuhan dengan adanya
perlakuan intensitas cahaya yang berbeda. Adaptasi tanaman terhadap kondisi cekaman
intensitas cahaya rendah dapat dilihat dari karakter morfologi, anatomi, dan fisiologi
tumbuhan tersebut (Sukarjo, 2004). Salah satu perubahan morfologi tanaman
yaitu terjadinya peristiwa etiolasi, yakni pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat
di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, hal itu
dikarenakan berkurangnya degradasi auksin (Salisbury dan Ross, 1995).
Adanya perlakuan dengan naungan dapat menguntungkan dan juga
merugikan tanaman, pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung
meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang
daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan
jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita, 2005), selain itu perlakuan dengan
naungan 50% dapat menurunkan jumlah daun pada keempat genotif kedelai yang
diuji (Anggarani, 2005). Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya
metabolisme sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis
karbohidrat (Sapandie et al., 2003).
Menurut Erlangga (2008) menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan
tinggi tanaman, panjang daun, dan lebar daun tanaman kunyit tetapi jumlah anakan dan
jumlah daun lebih banyak yang kondisi tidak ternaungi. Intensitas cahaya rendah
pada saat pembungaan padi dapat menurunkan karbohidrat yang terbentuk, sehingga
menyebabkan meningkatnya gabah hampa. Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil
kedelai, jagung, padi gogo, ubi jalar, dan talas (Djukri dan Bambang, 2003). Sependapat
dengan Kurniawati et al. (2005) yang menyatakan bahwa pengaruh tingkat naungan,
7
Pupuk
Pupuk adalah salah satu penyedia unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman
untuk pertumbuhan, adapun unsur yang terkandung di dalamnya dapat terdiri dari unsur
mikro maupun unsur makro. Pupuk yang biasa digunakan antara lain pupuk kandang dan
pupuk sintesis. Pupuk kandang dapat diperoleh dari kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran
kambing, namun dilihat dari kandungannya pupuk dari kotoran ayam lebih baik yakni
kandungan nitrogennya lebih tinggi dari kotoran hewan lainnya, terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Hara dari Pupuk Kandang Padat/ Segar
Sumber
SP36 yaitu unsur posfor. Unsur posfor digunakan tanaman untuk melakukan pembelahan
sel, pengembangan jaringan dan titik tumbuh tanaman, serta memiliki peranan penting di
dalam proses transfer energi.
Beberapa ciri tanaman akibat kekurangan fosfor sebagai berikut:
1. Petumbuhan tanaman menjadi kerdil.
2. Warna di ujung dan tepi daun akan terlihat hijau pucat, ungu, atau merah tua
3. Proses pembuahan terhambat dan produksi tanaman rendah.
Pupuk KCl menyumbangkan unsur kalium dan klorin. Fungsi dari kalium
antara lain untuk meningkatkan tanaman terhadap serangan stres kekeringan, dan cuaca
8 Ciri tanaman yang kekurangan kalium sebagai berikut:
1. Pertumbuhan daun menjadi kecil.
2. Warna daun menguning bahkan dapat menjadi coklat.
9
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Lokasi penanaman tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, L)
dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dengan waktu pengamatan selama sebelas
minggu yang dimulai pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012.
Materi
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan 96 stek
batang tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) berumur empat minggu,
tanah latosol, dan pupuk yang digunakan antara lain litter ayam, pupuk SP-36, serta KCl,
sedangkan peralatan yang digunakan yaitu polybag, bangunan naungan, sekop,
timbangan lapang dan timbangan digital, penggaris, meteran, serta gunting.
Polybag yang digunakan berukuran 40 cm x 35 cm dengan media kapasitas
10 kg yang berjumlah 32 buah, kemudian bangunan naungan untuk perlakuan dibuat
dengan ukuran 2 m x 1 m x 1.25 m dan dipasang paranet dengan intensitas yang
berbeda-beda. Adapun ukuran intensitas cahaya pada paranet yang digunakan yaitu
25%, 50%, 75%, dan 100% (kontrol).
Metode
Pemilihan Stek
Stek batang yang digunakan yaitu berukuran tinggi 15 cm dengan ciri stek
telah memiliki mata tunas, tumbuh daun, dan berbatang, kemudian ditanam pada plastik
yang berisi tanah yang telah disiram, stek yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Stek Tanaman Bangun-Bangun