• Tidak ada hasil yang ditemukan

Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun

(Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan

intensitas cahaya yang tidak penuh, oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan mengamati pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangun-bangun pada kondisi intensitas cahaya yang berbeda-beda. Tanaman bangun-bangun yang digunakan, diperoleh dari hasil panen rekan satu penelitian. Beberapa tahapan pendahuluan sebelum tanaman digunakan, antara lain pemilihan stek, tahap adaptasi, dan barulah dilakukan penerapan perlakuan dengan pemeliharaan serta pengamatan selama sebelas minggu.

Penanaman dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi Dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Kondisi lahan yang digunakan untuk penanaman yakni lahan terbuka dengan bangunan naungan menggunakan paranet yang dibuat berdasarkan perlakuan intensitas cahaya yang berbeda-beda, kemudian

tanaman bangun-bangun ditanam dengan menggunakan polybag, dan ditempatkan pada

masing-masing perlakuan. Selama masa pemeliharaan, salah satu kendala yang dihadapi dengan menanam pada lahan terbuka yakni adanya perubahan iklim, data perubahan iklim dapat dilihat pada Tabel 4. Perubahan iklim menjadikan tanaman mudah terserang hama, adapun hama yang menyerang tanaman bangun- bangun antara lain ulat, belalang, selain itu juga ditemukan jamur pada tanaman dengan perlakuan intensitas cahaya 25% dan 50%.

Salah satu usaha untuk mengurangi hama tanaman tersebut yaitu dilakukan penyemprotan dengan obat anti hama. Selama masa pemeliharaan tanaman disiram dua kali sehari, hal ini bertujuan untuk menjaga kapasitas lapang dari tanaman tersebut, kecuali bila seharian turun hujan maka tanaman akan disiram pada hari berikutnya. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali dengan mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun pada masing-masing perlakuan, sedangkan untuk mengambilan data bobot kering daun, batang, dan akar pada masing-masing perlakuan yang dilakukan pada minggu ke-11.

16 Tabel 4. Data Iklim Darmaga Bogor dari Bulan Februari sampai Mei 2012

Bulan Temperatur Rata-Rata (C) Kelembaban (%) Lama Penyinaran Matahari (jam) Hari Hujan (hari) Februari 25,6 87 5,3 25 Maret 26,2 80 5,0 21 April 26,0 86 5,5 25 Mei 26,1 85 7,1 21 Rata-rata 26,0 84,5 5,7 23

Keterangan: Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor (2012)

Pemanenan yang dilakukan selama dua hari, hal itu dikarenakan waktu pemanenan yang tidak memungkinkan untuk memanen semua tanaman, namun tahapan pemanenan dilakukan dengan mengambil tanaman pada ulangan yang sama disetiap masing-masing perlakuan. Daun, batang, dan akar di timbang terlebih dahulu untuk diperoleh data segar tanaman, kemudian dikeringkan udara selama 2 hari, dan dimasukan ke dalam oven 60°C selama 48 jam untuk memperoleh bobot keringnya.

Pertumbuhan Tanaman Rataan Pertambahan Panjang Tanaman

Peubah pertama yang diamati setiap minggunya yaitu pengukuran panjang tanaman. Panjang tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang ditetapkan, ternyata adanya pengaruh intensitas cahaya menyebabkan terjadinya pertambahan panjang pada batang tanaman bangun-bangun, adapun pertambahan rataannya dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam, terlihat bahwa P0 dan P1 sangat berbeda nyata dengan P2 dan P3 (P<0,01). Tanaman yang mendapatkan intensitas cahaya lebih rendah mengahasilkan panjang tanaman yang lebih tinggi, hal ini juga terjadi pada penelitian Archita (2005) bahwa adanya pengaruh naungan dapat menguntungkan dan juga merugikan terhadap tanaman. Pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, salah satunya adalah tinggi tanaman.

17 Tabel 5. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Dan Jumlah Daun Per Minggu

Perlakuan Rataan Panjang (cm) Rataan Jumlah Daun (helai)

P0 P1 P2 4,3B ± 0,5 4,8B ± 0,6 6,2A ± 0,7 21A ± 6,2 23A ± 5,8 14B ± 7,6 P3 5,3A ± 1,1 6C ± 3,1 Rataan 5,2 ± 0,7 16 ± 6,0

keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya

50%,P3= intensitas cahaya 25%. Superskrif dengan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P< 0,01).

Pertambahan panjang tanaman yang terjadi pada P2 dan P3 diduga karena adanya peristiwa etiolasi yakni perpanjangan batang dikarenakan berkurangnya degradasi auksin dengan tujuan agar tanaman dapat menangkap cahaya dalam jumlah yang dibutuhkan (Salisbury dan Ross, 1995), namun adanya peristiwa etiolasi pada tanaman bangun-bangun berdampak negatif, sehingga menjadikan morfologi tanaman menjadi terlihat buruk karena batang menjadi tidak kokoh, dan mudah patah, tanaman yang mengalami peristiwa etiolasi terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Peristiwa Etiolasi Pada Tanaman Bangun-Bangun

Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

Menurut Sukarjo (2004) bahwa adaptasi tanaman terhadap naungan tergantung dari kemapuan untuk merespon kondisi kekurangan cahaya yaitu dengan cara merubah sifat morfologi atau fisiologi tanaman. Salah satu perubahan sifat morfologinya yaitu terjadinya peristiwa etiolasi yakni, hal ini menunjukan bahwa makin sedikit cahaya yang didapatkan maka pemanjangan tanaman akan lebih tinggi

18 dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan intensitas penuh (Sitompul dan Bambang, 1995).

Rataan Pertambahan Jumlah Daun

Salah satu indikator yang dapat diamati dari hasil fotosintesis yaitu pertambahan jumlah daun. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil sidik ragam pada masing-masing perlakuan menunjukan sangat berbeda nyata (P<0,01). Pada perlakuan P0 dan P1, memperlihatkan pertambahan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3, hal ini dapat dijelaskan oleh pendapat dari Anggarani (2005) bahwa perlakuan dengan naungan 50% dapat menurunkan jumlah daun pada keempat genotif kedelai yang diuji. Penurunan jumlah daun dan jumlah cabang dikarenakan sebagai konsekuensi pertumbuhan dari panjang tanaman, hal ini terjadi seiring dengan peningkatan naungan yang diberikan.

Erlangga (2008) juga menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang dan lebar daun tanaman kunyit tetapi jumlah anakan dan jumlah daun lebih banyak pada kondisi yang tidak ternaungi, sehingga jika dibuat korelasi antara tinggi tanaman dengan jumlah daun yang dihasilkan, maka akan menjadi korelasi yang bernilai negarif, hal ini terlihat pada perlakuan dengan intensitas cahaya yang rendah, memiliki panjang tanaman yang cenderung meningkat sedangkan jumlah daun yang dihasilkan semakin menurun.

Pertambahan dan penurunan jumlah daun yang terjadi merupakan salah satu pengaruh dari intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman sehingga hal ini berdampak pada proses fotosintesis tanaman tersebut. Menurut Parson dan Chapman (2000) bahwa cahaya merupakan faktor yang mempengaruh suatu tanaman karena cahaya sangat penting dalam penyediaan sumber energi melalui proses fotosintesis untuk menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun disetiap anakannya.

Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10

Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati berikutnya yaitu lebar daun. Lebar daun pada masing-masing perlakuan diukur pada minggu ke-10, hasil dapat terlihat pada Tabel 6.

19 Tabel 6. Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10

Perlakuan Rata-Rata Lebar Daun (cm)

P0 8,1 ± 0,7

P1 8,8 ± 1,3

P2 8,5 ± 3,5

P3 9,6 ± 1,6

Rataan 8,8 ± 1,8

keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya 50%,

P3= intensitas cahaya 25%.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan sidik ragam ternyata semua perlakuan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata, baik itu pada intensitas cahaya penuh maupun pada intensitas cahaya yang rendah, namun jika dilakukan penilaian secara subjektif maka P3 yang memiliki lebar daun terbesar diantara perlakuan lain. Menurut Archita (2005), pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, salah satunya adalah lebar daun.

Di lapang perbedaan yang terlihat yakni lebih kepada morfologi ketebalan daunnya, daun dengan perlakuan intensitas cahaya yang rendah terlihat lebih tipis dibandingkan dengan daun yang menerima intensitas cahaya yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan lapisan palisade yang menjadi lebih pendek. Kondisi demikian sangat menguntungkan tanaman karena klorofil yang terkandung akan lebih terorientasi pada

bidang permukaan daun sehingga penangkapan cahaya lebih efisien (Sopandie et al.,

2006).

Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar

Peubah yang menjadi pengamatan terakhir yaitu produktivitas tanaman bangun-bangun dengan mengukur biomassa tanaman yang terdiri dari daun, batang, dan

akar dalam keadaan bobot kering dengan satuan gram/polybag. Hasi pengamatan dari

20 P0 Daun 70,06A ± 17,46 Batang 55,66A ± 7,99 Akar 6,20A ± 1,54 P1 P2 P3 81,12 A ± 31,59 43,27B ± 26,60 10,22C ± 8,06 57,96A ± 9,40 39,52B ± 21,73 9,76B ± 6,16 8,22A ± 2,36 3,90B ± 2,59 0,93B ± 0,86 Rataan 51,17 ± 20,93 40,72 ± 11,32 4,81 ± 1,84

Tabel 7. Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar

Berat (gram)/polybag

Perlakuan

keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya

50%,P3= intensitas cahaya 25%. Superskrif dengan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P< 0,01).

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan sidik ragam menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sangat berbeda nyata (P<0,01), P0 dan P1 memiliki bobot kering yang lebih tinggi dari pada P2 dan P3, hal ini menggambarkan adanya pengaruh intensitas cahaya terhadap produktivitas dari tanaman bangun-bangun, sehingga makin rendahnya intensitas yang diperoleh tanaman, maka makin rendah pula nilai bobot keringnya.

Penurunan bobot kering daun dari P0 ke P3 berkorelasi positif dengan penurunan jumlah daun yang terbentuk, hal ini diduga apabila semua faktor terpenuhi yakni salah satunya adalah cahaya maka akumulasi produksi bahan kering merupakan fungsi dari jumlah daun yang mendapat sinar matahari.

Menurut Dovrat (1993) berpendapat bahwa hasil fotosintesis merupakan produk dari beberapa proses fisiologi yang komplek akibat pengaruh dari genetik, morfologi, dan lingkungan. Fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi proses produksi bahan kering dengan asumsi tanaman mendapat air dan mineral yang cukup. Penurunan bobot kering juga terjadi dengan ditandai penurunan karbohidrat yang terbentuk pada saat pembungaan tanaman padi yang diberi perlakuan intensitas cahaya rendah, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah hampa (Djukri dan Bambang, 2003).

Tempat penyimpanan hasil fotosintesis salah satunya adalah di akar. Penurunan bobot kering pada akar diduga karena adanya pengaruh dari intensitas cahaya yang rendah, sehingga cahaya yang diterima oleh tanaman pun sedikit. Jumlah cahaya yang sedikit menyebabkan peningkatan kelembaban pada naungan dan

21 mempengaruhi fotosintesis yang mengakibatkan penurunan pada hasil fotosintesis dan akar pun menjadi mudah membusuk. Dugaan ini diperkuat dengan adanya pendapat

dari Sopandie et al. (2003) yang menyatakan bahwa kondisi kekurangan cahaya

menyebabkan menurunan pada laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat, kemudian penurunan bobot kering akan terjadi sebanding dengan meningkatnya taraf naungan yang

diberikan (Kurniawati et al., 2005)

Pada Tabel 7 terlihat hasil antara P0 dan P1 tidak berbeda nyata, namun jika dibuat persentase kenaikan bobot kering P1 terhadap P0 maka akan terlihat terjadi peningkatan bobot kering. Peningkatan intensitas cahaya dari 75% menjadi 100% menyebabkan bobot kering tajuk menurun, karena dengan meningkatnya intensitas cahaya maka akan meningkatkan suhu lingkungan tanaman. Peningkatan suhu lingkungan menyebabkan respirasi tanaman menjadi meningkat, sehingga hasil

fotosintesis bersih (biomassa) yang tersimpan dalam jaringan tanaman sedikit (Libria et

al., 2004). Peningkatan bobot kering dari P0 ke P1 menggambarkan bahwa

tanaman bangun-bangun memiliki zona optimal dalam penerimaan cahaya yakni cukup dengan intensitas cahaya 75%, maka kurang atau lebih cahaya yang diterima akan menyebabkan penurunan pada produktivitasnya.

22

Dokumen terkait