• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antiproliferasi Berbagai Tanaman pada Sel MCF-7 dan Kajian Korelasi Aktivitas dengan Profil Spektrum Inframerahnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Antiproliferasi Berbagai Tanaman pada Sel MCF-7 dan Kajian Korelasi Aktivitas dengan Profil Spektrum Inframerahnya"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIPROLIFERASI BERBAGAI TANAMAN

PADA SEL MCF-7 DAN KAJIAN KORELASI AKTIVITAS

DENGAN PROFIL SPEKTRUM INFRAMERAHNYA

BAIQ AMELIA RIYANDARI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Aktivitas Antiproliferasi Berbagai Tanaman pada Sel MCF-7 dan Kajian Korelasi Aktivitas dengan Profil Spektrum Inframerahnya” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Baiq Amelia Riyandari

(4)
(5)

ABSTRAK

BAIQ AMELIA RIYANDARI. Aktivitas Antiproliferasi Berbagai Tanaman pada Sel MCF-7 dan Kajian Korelasi Aktivitas dengan Profil Spektrum Inframerahnya. Dibimbing oleh LATIFAH K DARUSMAN dan WULAN TRI WAHYUNI.

Berbagai tanaman herbal telah banyak digunakan sebagai obat antikanker untuk pengobatan yang ekonomis dengan efek samping yang rendah pada manusia. Penelitian ini bertujuan menganalisis toksisitas tanaman murbei (Morus alba), salam (Syzygium polyanthum), rumput mutiara (Oldenlandia corymbosa), alpukat (Persea americana), mengkudu (Morinda citrifolia), pacing (Costus speciosus), jarong (Stachytarpheta indica), dadap, dan huni (Antidesma bunius), serta menentukan korelasi aktivitas antiproliferasi pada sel kanker MCF-7 dari ekstrak terbaik dengan profil spektrum inframerahnya. Uji toksisitas dengan metode letalitas larva udang menunjukkan ekstrak metanol murbei, etanol rumput mutiara, dan etanol dadap memiliki nilai LC50 terkecil dengan nilai berturut-turut

134, 22, dan 152 µg/mL. Uji lanjutan pada proliferasi sel MCF-7 menunjukkan bahwa tidak ada korelasi positif antara konsentrasi ekstrak dan persen inhibisi sehingga nilai IC50 tidak dapat ditentukan. Analisis korelasi dengan teknik PLS

antara spektrum inframerah dan persen inhibisi ekstrak menghasilkan nilai R2

yang rendah dengan nilai RMSEC dan RMSEP yang cukup tinggi.

Kata kunci: analisis korelasi, antiproliferasi, spektrum inframerah, Sel MCF-7

ABSTRACT

BAIQ AMELIA RIYANDARI. Antiproliferation Activities of Several Plants in MCF-7 Cells and Study of Correlation between Activities and Their Infrared Spectra Profiles. Supervised by LATIFAH K DARUSMAN and WULAN TRI WAHYUNI.

Herbal plants have been used as anticancer for low-cost treatment with minimum side effects for human. The objective of this study is to analyze toxicity leaves of mulberry (Morus alba), salam (Syzygium polyanthum), rumput mutiara

(Oldenlandia corymbosa), avocado (Persea americana), mengkudu (Morinda citrifolia), pacing (Costus speciosus), jarong (Stachytarpheta indica), dadap, and

huni (Antidesma bunius), and to determine correlation between antiproliferation activities in MCF-7 cells produced by best extracts and their infrared profiles. Toxicity assay using brine shrimp lethality test showed that mulberry methanol extract, rumput mutiara ethanol extract, and dadap ethanol extract showed low LC50 values of 134 µg/mL, 22 µg/mL, and 152 µg/mL, respectively. Proliferation

assay in MCF-7 cells did not show positive correlation between concentration of extracts and inhibition percent, therefore the IC50 values could not be determined.

Correlation analysis using PLS technique showed that correlation between infrared spectra and percent inhibition of extracts revealed low R2valueswith high

RMSEC and RMSEP values.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Kimia

AKTIVITAS ANTIPROLIFERASI BERBAGAI TANAMAN

PADA SEL MCF-7 DAN KAJIAN KORELASI AKTIVITAS

DENGAN PROFIL SPEKTRUM INFRAMERAHNYA

BAIQ AMELIA RIYANDARI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Aktivitas Antiproliferasi Berbagai Tanaman pada Sel MCF-7 dan Kajian Korelasi Aktivitas dengan Profil Spektrum Inframerahnya.

Nama : Baiq Amelia Riyandari NIM : G44100006

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Prof Dr Ir Latifah K Darusman, MS Pembimbing I

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Aktivitas Antiproliferasi Berbagai Tanaman pada Sel MCF-7 dan Kajian Korelasi Aktivitas dengan Profil Spektrum Inframerahnya”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof Dr Ir Latifah K Darusman, MS selaku pembimbing pertama dan Ibu Wulan Tri Wahyuni, SSi, MSi selaku pembimbing kedua yang senantiasa memberikan bimbingan dan dorongan semangat kepada penulis selama melaksanakan penelitian ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada ayah, ibu, adik, dan seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Fahmi Hasim, Anisyah Is Purwati, Mirma Prameswari, Karina Dania, dan Raodatul Jannah yang turut membantu selama penelitian berlangsung. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf Kependidikan Laboratorium Kimia Analitik, yaitu Bapak Eman Suherman, Ibu Nunung, Bapak Dede, dan Bapak Kosasih. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 3

Alat dan Bahan 3

Preparasi Sampel 3

Kadar Air 3

Uji Fitokimia 3

Ekstraksi Tanaman 4

Uji Toksisitas dengan Metode BSLT 4

Uji Proliferasi Sel MCF-7 5

Pengukuran Spektrum IR 6

Analisis Korelasi Spektrum IR dengan Aktivitas 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Preparasi Sampel, Kadar Air, dan Rendemen ekstrak 6

Uji Fitokimia dan Uji Tosisitas 8

Uji Proliferasi Sel MCF-7 10

Pengukuran Spektrum IR 11

Analisis Korelasi Spektrum IR dengan Aktivitas 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(13)

DAFTAR TABEL

1 Kadar air dan rendemen sampel tanaman 8

2 Uji fitokimia sampel tanaman 9

3 Uji fitokimia ekstrak terpilih 9

4 Nilai LC50 ekstrak sampel dan nilai R2 persamaan regresinya 9

5 Serapan FTIR gugus-gugus fungsi ekstrak tanaman 11 6 Persen inhibisi ekstrak pada konsentrasi 31,25 µg/mL 13

7 Hasil Kebaikan Analisis Korelasi dengan PLS 13

8 Prediksi sampel dengan model PLS 14

DAFTAR GAMBAR

1 Sampel tanaman yang digunakan 7

2 Mekanisme reaksi MTT menjadi MTT formazan 10

3 Pola spektrum asli ekstrak tanaman 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian 17

2 Hasil determinasi sampel tanaman 18

3 Hasil kadar air sampel tanaman 19

4 Rendemen ekstrak tanaman terpilih 20

5 Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT 23

6 Hasil uji proliferasi sel MCF-7 25

7 Hasil analisis PLS pada spektrum asli 26

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kanker atau karsinoma merupakan jenis penyakit yang ditandai dengan terjadinya pembelahan sel secara tidak terkendali (King dan Robin 2006). Penyebab utama kanker tidak diketahui, tetapi faktor genetik dan faktor lingkungan diduga sebagai pencetus terjadinya kanker. Para peneliti kanker menyimpulkan bahwa 70-90% kanker pada manusia disebabkan oleh faktor lingkungan seperti makanan, konsumsi alkohol, polusi udara, air, bahan kimia di tempat kerja, radiasi, dan sinar ultraviolet (Djajanegara dan Wahyudi 2010). Sampai saat ini terus terjadi lonjakan penderita kanker di dunia termasuk di Indonesia. Salah satu kanker yang terus mengalami peningkatan jumlah penderita ialah kanker payudara yang menyerang wanita. Menurut WHO (2011), kanker payudara menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita di seluruh dunia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2012 jumlah penderita kanker payudara merupakan jumlah tertinggi di antara penderita kanker yang lain di Indonesia, yaitu sebesar 28.7% (Kemenkes 2013).

Selama ini pengobatan kanker yang menggunakan teknologi modern seperti kemoterapi telah banyak dilakukan. Kemoterapi dilakukan dengan cara menghambat pertumbuhan kanker, menghambat proliferasi atau membunuh sel kanker tersebut. Namun, adanya kesulitan dalam mendesain senyawa kemoterapi yang aktivitas antikankernya tinggi dengan efek samping yang rendah terhadap sel normal menyebabkan metode ini menjadi kurang efektif sehingga berbagai alternatif pengobatan dilakukan, baik melalui obat konvensional maupun obat yang berasal dari bahan alam. Penggunaan obat yang berasal dari bahan alam diharapkan menjadi solusi terbaik dalam mengobati kanker.

Beberapa tanaman yang telah diteliti sebelumnya dan diketahui memiliki aktivitas antikanker antara lain huni/Antidesma bunius (Puspitasari dan Ulfa 2009), mengkudu/Morindra citrifolia (Thani et al. 2010), jarong/Stachytarpheta indica

(Indriyani et al. 2006), rumput mutiara/Oldenlandia corymbosa (Haryanti et al.

2009), salam/Syzygium polyanthum(Emylia et al. 2008), murbei/Morus alba (Kim

et al. 2000), dan alpukat/Persea americana(Marlinda et al. 2012). Kandungan senyawa metabolit dalam tanaman-tanaman tersebut seperti flavonoid dan alkaloid diduga sebagai senyawa yang menghasilkan aktivitas antikanker. Zhang

et al. (2012) telah menguji beberapa senyawa golongan flavonoid dan diketahui bahwa senyawa golongan flavonoid memiliki aktivitas antikanker pada sel kanker payudara MCF-7 dan sel kanker kolon (LoVo). Pacing dan dadap merupakan tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat namun belum ada laporan ilmiah mengenai pemanfaatannya sebagai antikanker. Adanya senyawa flavonoid yang terdapat dalam dua tanaman tersebut memiliki kemungkinan berpotensi sebagai antikanker sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk diteliti sebagai antikanker.

(16)

2

masih terbatas karena spektrum yang dihasilkan cukup kompleks. Dukungan kemometrik dapat memperluas potensi spektroskopi FTIR sebagai alternatif untuk menganalisis komponen tumbuhan. Penggunaan kemometrik yang memanfaatkan ciri serapan IR dari setiap molekul dapat digunakan untuk mengklasifikasi contoh atau membuat model kalibrasi multivariat yang dapat digunakan dalam memprediksi hasil pengukuran suatu contoh (Naes et al. 2002). Aplikasi kombinasi spektrum FTIR dengan metode kemometrik telah banyak digunakan seperti metode deteksi pemalsuan atau otentikasi komposisi obat herbal (Saleh et al. 2008), prediksi kadar flavonoid total tempuyung (Rohaeti et al. 2011), dan penentuan profil kadar xantorizol dan aktivitas antioksidan temulawak (Widiastuty 2006).

Kalibrasi multivariat digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel prediksi x dan variabel aktual y. Dalam penelitian ini, metode kemometrik dengan analisis multivariat digunakan untuk menentukan korelasi statistik antara data spektrum FTIR dan informasi yang telah diketahui dari sampel yaitu aktivitas hambatan tehadap proliferasi sel kanker payudara menggunakan teknik kuadrat terkecil parsial (partial least square, PLS). PLS digunakan untuk memprediksi serangkaian variabel tak bebas dari variabel bebas (prediktor) yang jumlahnya sangat banyak, memiliki struktur sistematik linier atau nonlinier, dengan atau tanpa data yang hilang, dan memiliki kolinearitas yang tinggi. Pada model PLS, kombinasi linier dari variabel prediksi dipilih dari yang memiliki korelasi tinggi dengan variabel respon, dan juga dapat menjelaskan variasi dalam variabel prediksi. Kelebihan utama PLS yaitu kemampuannya untuk membangun korelasi antara spektra FTIR dengan analit meskipun tidak terlihat adanya perbedaan teramati secara visual pada data spektra FTIR (Brereton 2002).

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan menganalisis toksisitas dan aktivitas antiproliferasi tanaman huni, murbei, pacing, rumput mutiara, mengkudu, jarong, dadap, salam, dan alpukat terhadap sel kanker payudara MCF-7 serta menganalisis korelasi antara profil spektrum FTIR ekstrak tanaman dan aktivitas antiproliferasi menggunakan kemometrik.

Ruang Lingkup Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan diberikan pada diagram alir di Lampiran 1. Tahapan penelitian meliputi preparasi sampel, penentuan kadar air, uji fotokimia, ekstraksi sampel dengan teknik maserasi, uji toksisitas ekstrak tanaman dengan metode uji letalitas larva udang (BSLT), uji proliferasi sel MCF-7, dan pengukuran spektrum FTIR ekstrak terpilih. Selanjutnya, dilakukan analisis korelasi antara aktivitas antiproliferasi ekstrak tanaman terpilih dan hasil pengukuran spektrum FTIR menggunakan program Minitab 14 dengan teknik

(17)

3

METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah kain blacu, kertas saring, oven, desikator, neraca analitik, cawan porselen, peralatan kaca dan spektrofotometer Inframerah Transformasi Fourier (FTIR). Bahan-bahan yang digunakan adalah 9 sampel tanaman yaitu tanaman rumput mutiara (Oldenlandia corymbosa), daun huni (Antidesma bunius), daun pacing (Costus specious), daun murbei (Morus alba), buah mengkudu (Morinda citrifolia), daun jarong (Stachytarpheta indica), daun dadap, daun salam (Syzygium polyanthum), dan daun alpukat (Persea americana), akuades, etanol 70%, metanol, larva udang A. salina, pelarut dimetil sulfoksida (DMSO), sel kanker michigan cancer foundation (MCF-7), media roswell park memorial institute-1640 (RPMI-1640), dan KBr.

Preparasi Sampel

Sampel tanaman berupa daun yang sudah dikeringkan dijadikan serbuk dengan ukuran 60 mesh. Sampel yang telah dijadikan serbuk disimpan untuk penetapan kadar air dan uji fitokimia. Tanaman yang digunakan juga dideterminasi terlebih dahulu.

Kadar Air (AOAC 2005)

Cawan porselin dikeringkan pada suhu 105⁰C selama 3 jam kemudian

didinginkan di dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Sebanyak 3 gram sampel ditimbang di dalam wadah yang telah diketahui bobotnya. Wadah berisi sampel dikeringkan di dalam oven pada suhu 105⁰C selama 3 jam kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Proses pengeringan dilakukan hingga bobot konstan. Rumus kadar air sebagai berikut:

W1 = bobot sampel sebelum pengeringan (g) W2 = bobot sampel setelah pengeringan (g)

Uji Fitokimia (Marlinda et al. 2012)

Uji Alkaloid

Sebanyak 1 g sampel ditambahkan kloroform secukupnya, selanjutnya ditambahkan 2.5 mL amoniak dan 2.5 mL kloroform. Kemudian larutan disaring ke dalam tabung reaksi dan filtrat ditambahkan 5 tetes H2SO4 2 N. Campuran

(18)

4

mL. Kemudian masing-masing tabung tersebut ditambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorff. Apabila terbentuk endapan menunjukan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid, dengan pereaksi Mayer memberikan endapan putih, pereaksi Wagner memberikan endapan berwarna coklat dan pereaksi Dragendorff memberikan endapan berwarna jingga.

Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 50-100 mg sampel ditambahkan asam asetat glasial sampai semua sampel terendam, dibiarkan selama 15 menit kemudian 6 tetes larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat. Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah, jingga atau ungu, sedangkan steroid ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru.

Uji Tanin

Sebanyak 20 mg sampel ditambah etanol sampai sampel terendam semuanya. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif

ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau.

Uji Flavonoid

Sebanyak 200 mg sampel diekstrak dengan 5 mL etanol dan dipanaskan selama 5 menit di dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambah beberapa tetes HCl pekat. Kemudian ditambahkan 0.2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya warna merah tua selama 3 menit.

Uji Saponin

Sebanyak 0.5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan akuades hingga seluruh sampel terendam dan dididihkan selama 2-3 menit. Setelah didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil.

Ekstraksi Tanaman

Serbuk sampel tanaman ditimbang sebanyak 10 g kemudian dimaserasi menggunakan dua pelarut yaitu etanol 70% dan metanol dengan perbandingan 1:5 lalu didiamkan selama 24 jam. Sampel disaring dan diambil filtratnya. Ampas tanaman direndam kembali dengan pelarut semula dan diulangi langkah yang sama hingga perendaman dilakukan 3 kali ulangan. Setelah itu, semua maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan penguap putar.

Uji Toksisitas dengan Metode BSLT (Juniarti et al. 2009)

Penetasan telur Artemia salina

Telur A. salina direndam di dalam 30 ml air laut. Suhu penetesan yang digunaka adalah ± 25-30⁰C. Telur akan menetas setelah 24 jam dan larvanya

(19)

5

Penyiapan Larutan Sampel

Larutan induk sampel 5000 ppm dibuat dengan menimbang 50 mg ekstrak tiap tanaman lalu dilarutkan dalam pelarut dimetil sulfoksida (DMSO). Setelah itu, ditambahkan air laut hingga menjadi 10 ml. Larutan sampel dengan konsentrasi 20, 200, 400, 1000, dan 2000 ppm dibuat dengan mengencerkan larutan induk.

Uji Toksisitas

Sebanyak 10 ekor larva A. salina dimasukkan ke dalam sumur (multiwell) yang telah berisi air laut 1 mL. Lalu larutan ekstrak ditambahkan larutan ekstrak 1 mL dengan total volume sumur 2 mL. Setelah 24 jam, jumlah larva yang mati dihitung dengan bantuan kaca pembesar. Parameter yang digunakan adalah jumlah larva udang yang mati 50% dari total larva uji kemudian dihitung nilai LC50 (50% kematian larva uji). Dengan mengetahui kematian larva A. salina

kemudian dibuat persamaan garis y= a+bx dengan y= % kematian dan x= log konsentrasi. Bila pada kontrol ada larva yang mati maka persen kematian ditentukan dengan rumus:

Keterangan :

A = jumlah larva uji yang mati B = jumlah larva kontrol yang mati C = jumlah larva uji

Uji Proliferasi Terhadap Sel MCF-7

Pengujian dilakukan pada plat dengan 96 sumur. Sel MCF-7 yang sudah dikultur dalam media roswell park memorial institute-1640 (RPMI-1640) disiapkan terlebih dahulu. Sebanyak 100 µL suspensi sel MCF-7dimasukkan ke dalam masing-masing sumur dan ditambahkan 5×103 sel dalam tiap sumur lalu diinkubasi di inkubator CO2 pada suhu 37°C selama 24 jam.. Setelah itu, 100 µl

(20)

6

Pengukuran Spektrum IR (Rohaeti et al. 2011)

Sebanyak 2 mg serbuk sampel dicampur dengan 200 mg KBr lalu dijadikan pelet. Pelet dibuat menggunakan hand press Shimadzu dengan tekanan sebesar 8 ton selama 10 menit. Pengukuran spektrum dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer FTIR. Sebuah komputer personal yang dilengkapi dengan perangkat lunak OPUS digunakan untuk mengatur kerja spektrometer pada kisaran 4000 sampai 400 cm-1.

Tampilan data spektrum diubah ke dalam format data point table (DPT) dan dibuka dengan program Microsoft Excel. Selanjutnya data dengan sejumlah titik yang telah dihilangkan serapan CO2-nya pada 2399-2252 cm-1 dan pada beberapa

daerah serapan yang tidak berarti lalu diolah dengan program Minitab1 4. Selain data spektrum asli, dihasilkan pula data dengan perlakuan pendahuluan berupa koreksi garis dasar, normalisasi, dan penghalusan dengan metode Savitsky-Golay.

Analisis Korelasi Spektrum IR dengan Aktivitas

Korelasi dibuat menggunakan program Minitab 14 dengan metode regresi PLS. Analisis korelasi antara profil aktivitas dilakukan menggunakan teknik PLS dengan melibatkan variabel x (hasil pengukuran FTIR) dan variabel y (data aktivitas hambatan dari uji proliferasi). Keakuratan hasil dilihat dari nilai korelasi atau koefisien determinasi, dan nilai kesalahan yang dihasilkan yang meliputi nilai

Root Mean Square Error of Prediction (RMSEP) dan Root Mean Square Error of Calibration (RMSEC).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Preparasi Sampel, Kadar Air, dan Rendemen Ekstrak

(21)

7

Gambar 1 sampel tanaman yang digunakan (IPTEKnet 2005)

Penentuan kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat pada sampel sehingga dapat dijadikan sebagai faktor koreksi untuk menentukan rendemen ekstrak yang diperoleh berdasarkan bobot kering. Selain itu, penentuan kadar air juga bertujuan mengetahui katahanan sampel terhadap lama penyimpanan karena mikroorganisme seperti jamur dan kapang dapat tumbuh pada sampel dengan kadar air tinggi. Menurut Materia Medika Indonesia (1995), suatu sampel tahan terhadap lama penyimpanan dan dapat terhindar dari pertumbuhan jamur yang cepat apabila memiliki kadar air < 10%. Nilai kadar air dari 9 sampel tanaman dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sampel rumput mutiara, dadap, murbei, salam, alpukat, dan mengkudu dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama sedangkan jarong, pacing, dan huni tidak dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama karena memiliki kadar air >10%.

(22)

8

Tabel 1 Kadar air dan rendemen sampel tanaman Sampel tanaman Kadar air (%) Rendemen (%b/b)

Metanol Etanol 70% 70% cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen ekstrak metanol kecuali untuk beberapa tanaman. Hal ini disebabkan oleh penggunaan pelarut etanol dapat melarutkan secara keseluruhan semua zat aktif yang terkandung dalam simplisia, baik yang bersifat polar maupun kurang polar (Prasetyorini et al. 2011). Selain itu, adanya air yang terdapat di dalam etanol tersebut akan menyebabkan meningkatnya kepolaran etanol 70% karena tingginya nilai konstanta dielektrik (ɛ ) air. Semakin tinggi nilai konstanta dielektrik (ɛ ) yang dimiliki maka kepolarannya juga akan meningkat. Hal ini menyebabkan semua komponen polar yang terdapat pada sampel akan terlarut pada etanol 70% sehingga rendemen juga yang dihasilkan menjadi lebih tinggi (Solomons et al.

2011).

Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas

Uji fitokimia merupakan uji kualitatif untuk menentukan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada sampel. Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, steroid dan triterpenoid, tanin, flavonoid, dan saponin. Selain pada simplisia tanaman, uji fitokimia juga dilakukan pada ekstrak terpilih dari hasil skrining menggunakan metode brine shrimp lethality test

(BSLT).

(23)

9 Tabel 2 Uji fitokimia sampel tanaman

Sampel Tanaman

Senyawa Metabolit Sekunder

Alkaloid Triterpenoid Steroid Tanin Flavonoid Saponin Rumput

Tabel 3 Uji fitokimia ekstrak terpilih

Ekstrak Tanaman

Senyawa Metabolit Sekunder

Alkaloid Triterpenoid Steroid Tanin Flavonoid Saponin Rumput untuk mengamati aktivitas farmakologi suatu senyawa yang berkaitan dengan potensinya sebagai antikanker (Juniarti et al. 2009). Toksisitas dari ekstrak etanol dan metanol sampel tanaman yang digunakan dinyatakan dalam nilai LC50,yaitu

besarnya konsentrasi ekstrak yang dapat membunuh 50% populasi ditunjukkan pada Tabel 4 dan data lengkapnya terdapat pada Lampiran 5.

Tabel 4 Nilai LC50 ekstrak sampel dan nilai R2persamaan regresinya

Sampel Tanaman

(24)

10

Suatu zat dikatakan memiliki potensi antikanker bila memiliki nilai LC50 ≤

1000 μg/mL untuk ekstrak, sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh ekstrak sampel tanaman memiliki potensi sebagai antikanker kecuali ekstrak metanol rumput mutiara yang memiliki nilai LC50 sebesar 1920 µg/mL. Potensi terbaik

dari 18 ekstrak tersebut dimiliki oleh ekstrak etanol rumput mutiara, etanol dadap, dan metanol murbei karena memiliki nilai LC50 yang paling kecil di antara ekstrak

lainnya. Ekstrak dengan nilai LC50 rendah berkorelasi dengan tingginya sifat

toksisitas sehingga diharapkan dapat membunuh sel kanker (Juniarti et al. 2009). Selain berdasarkan nilai LC50 terkecil, pemilihan ketiga ekstrak juga dilakukan

berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) antara plot konsentrasi ekstrak dengan % kematian. Nilai koefisien determinasi (R2) yang semakin tinggi dari persamaan regresi menunjukkan korelasi yang semakin baik. Nilai standar deviasi yang rendah juga menjadi pertimbangan pemilihan ekstrak terbaik karena menunjukkan data dengan keterulangan yang baik.

Uji Proliferasi Sel MCF-7

Proliferasi sel merupakan proses perbanyakan sel yang terjadi melalui pembelahan sel sebagai respon terhadap antigen atau mitogen tertentu. Pengujian proliferasi sel dapat dilakukan dengan metode pewarnaan 3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromida (MTT) yang mengalami reaksi reduksi oleh suksinat dehidrogenase dalam sel dan membentuk produk formazan (Gambar 2). Metode ini didasarkan pada adanya pewarnaan untuk menghitung jumlah sel yang hidup dalam sumur kultur sel. Formazan yang terbentuk akan membentuk warna biru yang dapat diukur absorbansinya (Freshney 2010).

Pada uji proliferasi yang dilakukan, sel MCF-7 ditumbuhkan pada media RPMI-1640. Selanjutnya kultur sel diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator CO2 5% untuk mempertahankan kerja sel sehingga dicapai pH optimal bagi

pertumbuhan (Widowati 2009). Selanjutnya, dilakukan penambahan ekstrak ke dalam sumur yang telah berisi sel MCF-7 lalu diinkubasi kembali selama 48 jam dilanjutkan dengan penambahan larutan MTT. Setelah itu, ke dalam sumur ditambahkan kembali larutan etanol 70% untuk melarutkan kristal-kristal formazan sehingga akan memudahkan pembacaan serapan menggunakan ELISA plate Reader.

(25)

11 Berdasarkan hasil uji proliferasi pada Lampiran 6, diketahui bahwa kenaikan konsentrasi ekstrak tidak memberikan kenaikan % inhibisi pada proliferasi sel MCF-7. Pada ekstrak dadap, hambatan proliferasi menurun dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak bahkan pada konsentrasi 250 µg/mL dan 500 µg/mL ekstrak dapat memicu pertumbuhan sel. Profil hubungan dari ekstrak dadap menunjukkan keteraturan pola dibandingkan ekstrak lainnya. Pada ekstrak murbei, profil hubungan konsentrasi dengan % inhibisi proliferasi juga mirip dengan ekstrak dadap. Namun, pada konsentrasi 500 µg/mL terjadi perubahan pola yaitu terjadi kenaikan % inhibisi. Profil hubungan antara konsentrasi ekstrak dengan % inhibisi tidak diperoleh pada ekstrak rumput mutiara karena pola yang dihasilkan tidak beraturan. Nilai IC50 dari ketiga ekstrak tidak dapat diperoleh

karena konsentrasi yang digunakan tidak dapat mewakili besarnya hambatan sebesar 50% pada proliferasi sel MCF-7.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chon et al. (2009), diperoleh nilai IC50 dari ekstrak metanol daun murbei ± 280 µg/mL sedangkan nilai IC50

ekstrak etanol 96% rumput mutiara sebesar 77 µg/mL (Haryanti et al. 2009). Perbedaan hasil yang diperoleh dapat disebabkan oleh perbedaan umur dan kondisi dari daun yang digunakan serta konsentrasi pelarut yang digunakan.

Pengukuran Spektrum IR

Setiap senyawa dalam tanaman obat memiliki peranan penting dalam suatu sistem campuran karena berpengaruh terhadap khasiat yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. Pola spektrum FTIR yang dihasilkan merupakan serapan dari berbagai komponen kimia seperti karbohidrat, protein, dan beragam metabolit sekunder. Hasil identifikasi dengan FTIR menunjukkan kemiripan pola spektrum dari ekstrak murbei, rumput mutiara, dan dadap seperti terlihat pada Gambar 3.

Bilangan gelombang (cm-1)

Gambar 3 Pola spektrum asli ekstrak tanaman. --- Murbei. ---Rumput mutiara.

---Dadap.

Abs

o

rba

(26)

12

Hasil identifikasi dengan FTIR pada ekstrak tanaman memberikan beberapa puncak serapan yang hampir mirip dari ketiga ekstrak yang menunjukkan kemungkinan adanya senyawa yang mirip dari ketiga ekstrak seperti yang dicantumkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Serapan FTIR gugus-gugus fungsi ekstrak tanaman

Ekstrak senyawa-senyawa flavonoid yang terdapat pada ketiga ekstrak tersebut. Selain itu, adanya serapan C-N dan C-O juga menunjukkan adanya senyawa alkaloid dari ketiga ekstrak. Hal ini sesuai dengan hasil uji fitokimia yang menunjukkan adanya senyawa alkaloid yang terdapat pada ekstrak-ekstrak tersebut. Keberadaan tanin dapat dicirikan pula dengan keberadaan gugus O-H dan C-O karena tanin merupakan senyawa polifenol yang terbentuk dari unsur C, H, dan O.

Analisis Korelasi Spektrum IR dengan Aktivitas

(27)

3375-13 3340 cm-1, 2940-2920 cm-1, 1632-1600 cm-1, 1400-1380 cm-1, 1252-1220 cm-1, dan 1080-1050 cm-1. Variabel respon yang digunakan yaitu persen inhibisi pada konsentrasi 31.25 µg/mL karena memberikan persen inhibisi tertinggi dengan nilai standar deviasi yang kecil (Lampiran 6). Selain itu, pemilihan nilai respon berupa persen inhibisi ini dilakukan karena uji proliferasi menghasilkan respon yang kurang baik. Nilai persen inhibisi dari tiap ulangan pada konsentrasi 31.25 µg/mL ketiga ekstrak disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Persen inhibisi ekstrak pada konsentrasi 31.25 µg/mL

[Ekstrak]

Kebaikan korelasi dapat dilihat dari nilai R2, nilai root mean square error of prediction (RMSEP), dan nilai root mean square error of calibration (RMSEC) yang dihasilkan. Nilai R2 yang mendekati 1 dengan nilai RMSEP dan RMSEC

makin mendekati 0 menunjukkan korelasi yang semakin baik. Analisis korelasi dengan teknik PLS melibatkan data spektrum asli dan spektrum dengan proses pendahuluan. Spektrum asli merupakan spektrum hasil pengukuran menggunakan FTIR sedangkan spektrum dengan proses pendahuluan merupakan spektrum yang diberi perlakuan berupa koreksi garis dasar, normalisasi, dan smoothing dengan jumlah titik 13. Hasil kebaikan persamaan regresi yang dihasilkan ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kebaikan model regresi dengan teknik PLS

Ekstrak tanaman

Nilai R2 Nilai RMSEC Nilai RMSEP

(28)

14

yang hanya terdiri atas serapan dari gugus fungsi yang dianggap berkorelasi dengan nilai respon sehingga meskipun variabel prediktor telah diberi perlakuan namun model yang dihasilkan kurang baik.

Tabel 8 Prediksi sampel dengan model PLS

Sampel tanaman

Nilai terukur (% inhibisi)

Nilai prediksi respon (% inhibisi) Spektrum asli Proses pendahuluan

D1 26.07 32.3579 30.2237

Berdasarkan hasil pada Tabel 8, terlihat bahwa model prediksi spektrum asli memberikan nilai prediksi yang lebih mendekati nilai aktual dibandingkan prediksi pada spektrum dengan proses pendahuluan. Intensitas yang berbeda dari tiap ulangan pada spektrum asli maupun spektrum dengan proses pendahuluan juga memengaruhi nilai prediksi yang diberikan jika dimasukkan ke dalam

persamaan yang dibentuk. Oleh karena itu, terdapat perbedaan hasil nilai prediksi untuk tiap ulangan sampel.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Toksisitas tertinggi berdasarkan hasil uji menggunakan metode BSLT dimiliki oleh ekstrak metanol murbei, ekstrak etanol rumput mutiara, dan etanol dadap dengan nilai LC50 sebesar 133.71 µg/mL, 22.29 µg/mL, dan 151.72 µg/mL.

Hasil uji proliferasi pada sel MCF-7 menunjukkan profil hubungan yang tidak beraturan antara konsentrasi ekstrak dan persen inhibisi sehingga nilai IC50 tidak

dapat ditentukan. Hasil analisis dengan teknik PLS menunjukkan korelasi yang kurang baik antara hasil pengukuran FTIR dengan aktivitas antiproliferasi karena menghasilkan nilai R2 rendah dengan nilai RMSEC dan RMSEP yang cenderung tinggi. Korelasi yang cukup baik terdapat pada ekstrak rumput mutiara spektrum asli yang menghasilkan nilai R2 sebesar 0.9805 dengan nilai RMSEC dan RMSEP

(29)

15

Saran

Pengujian kembali terhadap sel kanker MCF-7 perlu dilakukan agar nilai IC50 ketiga ekstrak dapat diketahui. Pembuatan model kalibrasi multivariat dari

profil FTIR menggunakan software yang lain seperti The Unscreamble dari ketiga ekstrak terbaik juga perlu dilakukan agar dapat digunakan untuk memprediksi respon tertentu sehingga mempermudah proses skrining potensi aktivitas tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods of AOAC International Edisi ke-14. Arlington (US): Association of Official Analytical Chemist.

Brereton RG. 2002. Chemometrics Data Analysis for the Laboratory and Chemical Plant. Chichester (GB): Jhon Wiley & Son Ltd.

Chon SU, Kim YM, Park YJ, Heo BG, Park YS, dan Gorinstein S. 2009. Antioxidant and antiproliferative effects of methanol extractsfrom raw and fermented parts of mulberry plant (Morus alba L.). Eur Food Res Technol

230:231-237. doi: 10.1007/s00217-009-1165-2.

Djajanegara I dan Wahyudi P. 2010. Uji sitotoksisitas ekstrak etanol herba ceplukan (Physalis angulata Linn.) terhadap sel T47D secara in vitro. Jurnal Ilmu Kefarmasian Ind 1:41-47.

Freshney RI. 2010. Culture of Animal Cells. A Manual of Basic Technique and Specialized Applications. Ed ke-6. New Jersey (US): Wiley.

Haryanti S, Junedi S, dan Meiyanto E. 2009. Ethanolic extract of Hedyotis corymbosa L. Increase cytotoxic activity of doxurubicin on MCF breast cancer cell. Indonesian Journal of Biotechnology 14(1): 1146-1154.

Indriyani L, Soetjipto H, dan Sihasale L. 2006. Skrining fitokimia dan uji toksisitas ekstrak daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicencis L. Vahl) terhadap larva udang Artemia salina Leach. Berk. Penel. Hayati 12: 57-61. Juniarti, Osmeli D, dan Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia. uji toksisitas

(brine shrimp lethality test) dan antioksidan (1.1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari ekstrak daun saga (Abrus precatorius L.). Makara Sains 13(1): 50-54. [Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI. 2013. Seminar Sehari dalam Rangka

Memperingati Hari Kanker Sedunia 2013. [internet] [diunduh 2014 Januari 13]. Tersedia dari: http//www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2233. Kim SY, Gao JJ, dan Kang HK. 2000. Two flavonoids from the leaves of Morus

alba induce differentiation of the human promyelocytic leukemia (HL-60) cell line. Biol. Pharm. Bull 23(4):451-455.

(30)

16

Marlinda M, Sangi MS, dan Wuntu AD. Analisis senyawa metabolit sekunder dan uji toksisitas ekstrak etanol biji buah alpukat (Persea americana Mill.).

Jurnal Mipa Usrat online 1(1): 24-28.

Naes T, Isaksson T, Fearn T, dan Davies T. 2002. A User Friendly Guide to Multivariate Calibration and Classification. Chichester (UK):NIR Publication.

Puspitasari E dan Ulfa EU. 2009. Uji sitotoksisitas ekstrak metanol buah buni (Antidesma bunius (L.) spreng) terhadap sel hela. Jurnal Ilmu Dasar 1(2): 181-185.

Prasetyorini, Wiendarlina IY, dan Peron AB. 2011. Toksisitas beberapa ekstrak rimpang cabang temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) pada larva udang (Artemia salina Leach.). Fitofarmaka 1(2):14-21.

Rohaeti E, Heryanto R, Rafi M, Wahyuningrum A, dan Darusman LK. 2011. Prediksi kadar flavonoid total tempuyung (Sonchus arvensis L.) menggunakan kombinasi spektroskopi IR dengan regresi kuadrat terkecil parsial. Jurnal Kimia 5(2): 101-108.

Sajuthi D. 2001. Ekstraksi, fraksinasi, karakterisasi, dan uji hayati in vitro

senyawa bioaktlf daun dewa (gynura pseudochina (linn.) Dc.) sebagai antikanker, tahap II. Buletin Kimia 1:75-79.

Sentra Informasi IPTEK. 2005. Tanaman obat indonesia. [intenet] [diunduh 2013 Oktober 13] Tersedia dari: http//www.iptek.net.id/ind/pd tanobat/view.php? Solomons TWG dan Fryhle CB. 2011. Organic Chemistry Tenth Edition. New

York (US): Jhon Wiley & Sons Inc.

Thani W, Vallisuta O, Siripong P, dan Ruangwises N. 2010. Anti-proliferative and antioxidative activities of thai noni/yor (Morinda citrifolia Linn.) leaf extract. Antiproliferative activity of thai noni 41(2): 482-489.

[WHO] World Health Organization. 2011. Breast cancer: prevention and control. [internet] [diunduh 2014 Januari 13]. Tersedia dari: http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html.

Widiastuty W. 2006. Teknik spektroskopi inframerah transformasi fourier untuk penentuan profil kadar xantorizol dan aktivitas antioksidan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Widowati L dan Mudahar H 2009. Uji aktivitas ekstrak etanol 50% umbi keladi tikus putih (Typhonium flagelliforme (Lood) BI) terhadap sel kanker payudara MCF-7 in vitro. Media litbang kesehatan 19(1): 9-14.

(31)
(32)

18

(33)

19 Lampiran 3 Kadar air sampel tanaman

Jenis

Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 9.94 ± 0.03 Jarong

1 1.9751 3.0015 4.5687 2.5936 13.59

2 1.9611 3.0070 4.5680 2.6069 13.31

3 3.8532 3.0054 6.4501 2.5969 13.59

Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 13.49 ± 0.16 Pacing

1 1.9187 3.0027 4.6182 2.6995 10.10

2 1.9202 3.0037 4.6243 2.7032 10.00

3 1.9698 3.0043 4.6776 2.7007 10.11

Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 10.07 ± 0.06 Mengkudu

1 1.9807 3.0031 4.7313 2.7506 8.41

2 1.9681 3.0017 4.7229 2.7548 8.23

3 1.9160 3.0042 4.6693 2.7533 8.35

Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 8.32 ± 0.09 Rumput

mutiara

1 1.9672 3.0036 4.6769 2.7097 9.78

2 1.9125 3.0067 4.6230 2.7105 9.85

3 1.9530 3.0061 4.6731 2.7201 9.51

Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 9.71 ± 0.18 Huni

1 1.9136 3.0019 4.5864 2.6728 10.96

2 1.9849 3.0055 4.6605 2.6756 10.98

3 1.9462 3.0070 4.6227 2.6765 10.99

Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 10.97 ± 0.02 Murbei

1 1.9377 3.0030 4.6568 2.7171 9.52

2 2.0632 3.0070 4.7802 2.7170 9.64

3 1.9917 3.0021 4.7056 2.7139 9.60

(34)

20

Contoh perhitungan :

Kadar air (%) salam ulangan 1

= 7.67 % Rerata kadar air salam

= 7.57 %

Standar deviasi kadar air salam

=

0.11

Lampiran 4 Rendemen ekstrak tanaman

Ekstrak metanol

Rerata rendemen ± standar deviasi 12.94 ± 0.38 Rumput

mutiara

1 37.0991 1.0612 37.1815 0.0824 8.55 2 37.9809 0.9955 38.0564 0.0755 8.35 3 37.4218 1.0140 37.4986 0.0768 8.39

Rerata rendemen ± standar deviasi 8.43 ± 0.16 Dadap

1 36.1928 0.9923 36.2794 0.0866 9.69 2 37.1699 1.0567 37.2687 0.0988 10.38 3 37.1028 1.0342 37.2020 0.0992 10.65

(35)

21

Murbei

1 36.5798 1.0981 36.7132 0.1334 13.44 2 37.2517 1.0361 37.3800 0.1283 13.69 3 37.2172 1.0459 37.3455 0.1283 13.57

Rerata rendemen ± standar deviasi 13.56 ± 0.13 Jarong

1 37.0187 1.0372 37.1282 0.1093 12.20 2 37.4279 1.0132 37.5395 0.1116 12.73 3 37.4851 1.0001 37.5954 0.1103 12.75

Rerata rendemen ± standar deviasi 12.56 ± 0.31 Mengkudu 1 37.9859 1.0552 38.1196 0.1337 13.82

2 37.1032 0.9906 37.2269 0.1237 13.62 Rerata rendemen ± standar deviasi 13.72 ±0.14 Alpukat

1 36.9051 1.0099 37.0658 0.1607 17.54 2 38.1149 1.0250 38.2797 0.1648 17.72 3 38.5854 1.0499 38.7571 0.1717 18.02

Rerata rendemen ± standar deviasi 17.75 ± 0.26 Pacing 1 36.2001 1.0415 36.3103 0.1102 11.77

2 37.1779 1.0268 37.2832 0.1053 11.40 Rerata rendemen ± standar deviasi 11.58 ± 0.26 Huni

1 37.3767 1.0668 37.4416 0.0649 6.83 2 37.6263 0.9921 37.6852 0.0589 6.67 3 37.2315 1.0429 37.2930 0.0615 6.57

Rerata rendemen ± standar deviasi 6.69 ± 0.13

Ekstrak etanol 70%

Rerata rendemen ± standar deviasi 10.29 ± 0.61 Alpukat

1 37.0963 1.1259 37.3126 0.2163 21.17 2 38.2666 1.1730 38.5003 0.2337 21.96 3 37.9291 1.2539 38.1918 0.2627 23.09

Rerata rendemen ± standar deviasi 22.07 ± 0.95 Dadap

1 36.1923 1.0977 36.3204 0.1281 12.96 2 37.1694 1.0691 37.2866 0.1172 12.17 3 37.1022 0.9669 37.2130 0.1108 12.72

(36)

22

Jarong

1 37.0887 1.0595 37.1600 0.1513 16.51 2 36.5712 1.1507 36.7416 0.1704 17.11 3 38.5774 1.2077 38.7586 0.1812 17.34

Rerata rendemen ± standar deviasi 16.99 ± 0.43 Pacing

1 37.4228 1.2219 37.5141 0.0913 8.31 2 37.9809 1.4440 38.0967 0.1158 8.92 3 37.0987 1.0182 37.1760 0.0773 8.44

Rerata rendemen ± standar deviasi 8.56 ± 0.32 Mengkudu

1 37.0835 1.3396 37.2997 0.2162 17.61 2 37.8700 1.3173 38.0886 0.2186 18.10 3 36.4647 1.3794 36.7030 0.2383 18.84

Rerata rendemen ± standar deviasi 18.18 ±0.62 Rumput

mutiara

1 37.8659 1.0671 37.9795 0.1136 11.79 2 36.4664 1.1247 36.5944 0.1280 12.61 3 37.0838 1.0257 37.1989 0.1151 12.43

Rerata rendemen ± standar deviasi 12.28 ± 0.43 Huni

1 37.9782 1.0715 38.0666 0.0884 9.27 2 36.5690 1.0694 36.6618 0.0924 9.75 3 37.0055 1.1456 37.1077 0.1022 10.02

Rerata rendemen ± standar deviasi 9.68 ± 0.38 Murbei

1 36.5799 1.5230 36.8074 0.2275 16.52 2 37.2517 1.3287 37.4619 0.2102 17.49 3 37.2168 1.3597 37.4279 0.2111 17.17

Rerata rendemen ± standar deviasi 17.06 ±0.49

(37)

23 Lampiran 5 Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT

Ekstrak metanol Sampel

tanaman Ulangan Persamaan regresi Nilai R

2 Nilai

Contoh perhitungan nilai LC50 ekstrak metanol salam (ulangan 1)

<=>y = 41.40x – 47.51

(38)

24

Ekstrak etanol 70% Sampel

tanaman Ulangan Persamaan regresi Nilai R

2 Nilai

Contoh perhitungan nilai LC50 ekstrak etanol salam (ulangan 1)

<=>y = 45.14x – 45.65

(39)

25 Lampiran 6 Hasil uji proliferasi pada sel MCF-7

[Ekstrak dadap]

(40)

26

Lampiran 7 Hasil analisis dengan teknik PLS pada spektrum asli

(a) Nilai aktual vs nilai prediksi spektrum asli dadap

(b) Nilai aktual vs nilai prediksi spektrum asli rumput mutiara

(c) Nilai aktual vs nilai prediksi spektrum asli murbei

(41)

27 Lampiran 8 Hasil analisis dengan teknik PLS pada spektrum proses pendahuluan

(a) Nilai aktual vs nilai prediksi spektrum dadap

(b) Nilai aktual vs nilai prediksi spektrum rumput mutiara

(42)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Praya pada tanggal 10 Juli 1992. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, dari pasangan Lalu Karna dan Sukaesih. Tahun 2010, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Selong dan diterima melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI) di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1 sampel tanaman yang digunakan (IPTEKnet 2005)
Tabel 1 Kadar air dan rendemen sampel tanaman
Tabel 4 Nilai LC50 ekstrak sampel dan nilai R2 persamaan regresinya
Gambar 2 Mekanisme reaksi MTT menjadi MTT formazan (Frehney 2010)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Jika dikaitkan dengan hasil penelitian tentang arah isu yang penulis peroleh periode Januari - Juni 2003 melalui surat kabar Kompas dan Media Indonesia yang bersifat positif

Sifat formaldehida yang mudah terhidrolisis atau larut dalam air menyebabkan formaldehida yang seharusnya mengikat urea dan tanin agar daya rekat menjadi kuat lebih terikat atau

Pengujian ini dilakukan dengan mengukur kadar MDA tikus jantan galur Wistar yang diberi paparan asap rokok dan ekstrak etanol daun P... cordifolia, vitamin E, etanol 70%

Herbisida Efektif, Efisien Dan Ramah Lingkungan Untuk Pengendalian Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Di Provinsi Bengkulu.. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP

(3) Peserta-peserta Musyawarah Gerakan Nasional Transmigrasi terdiri atas wakil-wakil Lembaga-lembaga Pemerintah dan Organisasi-organisasi massa Rakyat anggota Front Nasional

Di kedua kasus ini kita dapat mengatakan bahwa orang yang takut akan sesuatu di dalam dunia menanggapinya dengan mencoba mendorong sesuatu keluar dari dari dunia—salah satu

Hal ini dapat dijelaskan bahwa untuk saringan single medium, pada awal dialirkan air ke dalam alat filtrasi masih ada sedimen dari media filter yang ikut mengalir,

Perhitungan tingkat harga satuan unit produk tertentu untuk dapat dijual, yang didasarkan pada harga pokok, break event point, jumlah permintaan, dan persaingan... Biaya