• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Bogor (Vigna Subterranea (L.) Verdcourt) Pada Beberapa Jarak Tanam Dan Pemupukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Bogor (Vigna Subterranea (L.) Verdcourt) Pada Beberapa Jarak Tanam Dan Pemupukan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG BOGOR

(

Vigna subterranea

(L.) Verdcourt) PADA BEBERAPA JARAK

TANAM DAN PEMUPUKAN

SANDY KHOVIALAHDI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Pemupukan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

SANDY KHOVIALAHDI. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Pemupukan. Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jarak tanam dan jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak faktorial dengan dua faktor yaitu jarak tanam dan pemupukan. Faktor jarak tanam terdiri atas empat taraf yaitu jarak tanam 60 cm x 20 cm, 50 cm x 20 cm, 60 cm x 10 cm, dan 50 cm x 10 cm. Faktor pemupukan terdiri atas dua taraf yaitu pupuk kandang + NPK dan tanpa pupuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam mempengaruhi jumlah daun, indeks luas daun, bobot polong kering per tanaman, indeks panen, bobot polong basah per meter, bobot polong kering per meter, dan bobot biji per meter. Pemupukan tidak mempengaruhi semua peubah yang diamati. Jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan pertumbuhan dan produksi per individu tanaman yang tertinggi sedangkan jarak tanam 60 cm x 10 cm menghasilkan produksi per meter yang tertinggi.

Kata kunci: crop growth rate, indeks luas daun, kerapatan tanaman.

ABSTRACT

SANDY KHOVIALAHDI. Growth and Yield of Bambara Groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) in Several Plant Spacings and Fertilization. Supervised by HENI PURNAMAWATI

This research aimed to analyze the effect of plant spacing and fertilization to growth and yield of bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt). This research used randomized complete block design with two factors were plant spacing and fertilization. Plant spacing consisted of four levels which is 60 cm x 20 cm, 50 cm x 20 cm, 60 cm x 10 cm, and 50 cm x 10 cm. Fertilization factor consisted of two levels such as manure + NPK and without fertilizer. The result showed that plant spacing affected number of leaves, leaf area index, pod dry weight per plant, harvest index, pod fresh weight per meter, pod dry weight per meter, and seed weight per meter significantly. Fertilization did not affect all variabels observed. Spacing of 50 cm x 20 cm produced the highest growth and yield per individual plant, while spacing of 60 cm x 10 cm produced the highest yield per meter.

(6)
(7)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG BOGOR

(

Vigna subterranea

(L.) Verdcourt) PADA BEBERAPA JARAK

TANAM DAN PEMUPUKAN

SANDY KHOVIALAHDI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul : Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Pemupukan

Nama : Sandy Khovialahdi NIM : A24110110

Disetujui oleh

Dr Ir Heni Purnamawati, MSc Agr Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Sugiyanta, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Pemupukan” dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini membahas mengenai upaya untuk meningkatkan hasil produksi kacang bogor melalui perbaikan teknik budidaya dengan cara pengaturan jarak tanam dan pemupukan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Heni Purnamawati, MSc Agr sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah, serta Dr Ir Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo MS sebagai penguji dan Juang Gema Kartika SP Msi sebagai wakil urusan yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan karya ilmiah sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Sandra Arifin Aziz, MS yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menempuh pendidikan sarjana. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Argani yang telah membatu selama penelitian di lapangan, serta kepada kedua orang tua, adik, sahabat, dan teman-teman penulis yang telah memberikan bantuan serta dukungan selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Desember 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Morfologi dan Syarat Tumbuh Kacang Bogor 2

Populasi dan Jarak Tanam 3

Pemupukan 3

METODE 4

Tempat dan Waktu 4

Bahan dan Alat 4

Metode Percobaan 5

Pelaksanaan Percobaan 5

Pengamatan Percobaan 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Fase Vegetatif 8

Fase Generatif 13

Korelasi Antarpeubah 16

KESIMPULAN DAN SARAN 19

Kesimpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 22

(14)

DAFTAR TABEL

1 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum percobaan 7 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jarak tanam dan pemupukan

terhadap peubah fase vegetatif dan generatif kacang bogor 8 3 Jumlah daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan 9 4 Lebar kanopi kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan 10 5 Indeks luas daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan

pemupukan 11

6 Pengaruh kombinasi perlakuan jarak tanam dan pemupukan terhadap

indeks luas daun kacang bogor 11

7 CGR per tanaman kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan

pemupukan 12

8 Bobot brangkasan kering (BBK), bobot polong basah (BPB), bobot

polong kering (BPK), bobot biji (BB) per tanaman kacang bogor 14 9 Indeks panen per tanaman kacang bogor 14 10 Jumlah polong bernas (JPB) dan jumlah polong cipo (JPC) per tanaman

kacang bogor 15

11 Produksi kacang bogor per meter 16

12 Koefisien korelasi antarpeubah tanaman kacang bogor 18

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan pangan Indonesia saat ini semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan produksi tanaman pangan dalam negeri belum cukup untuk memenuhi kebutuhan. Sumber bahan pangan alternatif perlu dikembangkan agar kebutuhan pangan dalam negeri dapat terpenuhi.

Kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) merupakan tanaman yang berpotensi sebagai bahan pangan. Tanaman ini berasal dari Afrika Tropis dan pertama kali berhasil dibudidayakan di Bogor, Jawa Barat (Fachrudin 2000). Sifat utama tanaman kacang bogor adalah tahan terhadap keadaan kekurangan air sehingga kacang bogor dapat tumbuh pada saat musim kemarau dan di daerah kering yang belum banyak digunakan untuk budidaya.

Penyebaran kacang bogor belum meluas karena belum banyak yang mengetahui pemanfaatan kacang bogor sehingga hanya beberapa daerah yang saat ini sudah membudidayakan kacang bogor. Kacang bogor dapat dikonsumsi dengan cara dipanggang atau direbus. Biji dan polong muda dapat dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan sup (Van der Maesen dan Somaatmadja 1992) sedangkan di Indonesia kacang bogor dikonsumsi dengan cara digoreng atau direbus (Rukmana dan Oesman 2000).

Produksi rata-rata kacang bogor oleh petani masih di bawah 4 ton per hektar. Tinggi rendahnya produksi kacang bogor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor genetik, faktor kesesuaian lingkungan, dan faktor teknik budidaya (Rukmana dan Oesman 2000). Peningkatan produksi kacang bogor melalui perbaikan teknik budidaya dapat dilakukan dengan cara optimasi populasi tanaman yaitu melalui pengaturan jarak tanam dan pemupukan.

Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan kompetisi antartanaman dalam menggunakan sarana tumbuh yang akhirnya berpengaruh terhadap hasil produksi yang diperoleh. Jarak tanam yang umum digunakan dalam teknik budidaya kacang bogor adalah 60 cm x 25 cm (Fachrudin 2000). Penelitian Rahmawati (2014) di Bogor menunjukkan bahwa kacang bogor yang ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 25 cm dan 40 cm x 40 cm memiliki pertumbuhan dan produksi keseluruhan terbaik dibandingkan jarak tanam lain yang diujikan. Jarak tanam yang optimum perlu ditentukan untuk menghasilkan produksi yang optimum.

(16)

2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jarak tanam dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt).

Hipotesis

1. Terdapat minimal satu jarak tanam yang dapat menghasilkan pertumbuhan dan produksi kacang bogor maksimum.

2. Terdapat kombinasi pupuk kandang dan pupuk NPK yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi kacang bogor terbaik.

3. Terdapat interaksi antara jarak tanam dan pemupukan yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi kacang bogor terbaik..

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi dan Syarat Tumbuh Kacang Bogor

Tanaman kacang bogor merupakan tanaman herba tahunan dengan tinggi mencapai 30 cm, bercabang banyak, dan memiliki batang yang berdaun trifoliate lateral di atas permukaan tanah. Kacang bogor memiliki tipe perkecambahan hipogeal (Linnemann dan Azzam-Ali 1993).

Tanaman kacang bogor memiliki daun majemuk dengan tiga anak daun (trifoliate) yang berbentuk sedikit elips dengan tangkai daun yang panjang, tegak, dan sedikit berbulu. Bunga kacang bogor termasuk tipe bunga kupu-kupu yang muncul dari ketiak daun, tumbuh menyebar dengan panjang tangkai tidak lebih dari 1.5 cm. Mahkota bunga berwarna kuning muda, kuning kemerahan, atau berwarna gelap (Fachruddin 2000).

Kacang bogor membentuk polong dan biji di atas atau tepat di bawah permukaan tanah. Polong berbentuk bulat dengan permukaan berkerut dan setiap polong berisi satu hingga dua biji. Biji berbentuk bulat dengan diameter mencapai 1.5 cm, permukaan halus, dan sangat keras ketika sudah kering. Biji kacang bogor ada yang berwarna krem, coklat, merah, berbintik, atau memiliki bercak hitam (NAS 1979).

(17)

3

Kacang bogor lebih membutuhkan air pada masa penanaman hingga pembungaan. Kacang bogor dapat tumbuh di tanah yang miskin hara. Tanah yang mengandung banyak nitrogen dihindari karena dapat merangsang pertumbuhan daun secara berlebihan sehingga menghambat pertumbuhan dan pengisian polong (NAS 1979).

Populasi dan Jarak Tanam

Populasi tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi setiap tanaman dan tergantung pada jarak tanam yang digunakan dalam teknik budidaya. Penggunaan jarak tanam bertujuan mengatur letak tanaman serta memudahkan dalam penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit tanaman. Jarak tanam juga mempengaruhi efiesiensi penggunaan cahaya serta kompetisi antartanaman dalam menggunakan air dan hara sehingga akan mempengaruhi hasil produksi (Harjadi 1979).

Populasi yang tinggi akan menghasilkan produksi tiap satuan luas yang tinggi karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Keragaan masing-masing tanaman akan menurun karena adanya persaingan sarana tumbuh antartanaman. Tanaman akan mengalami pengecilan ukuran baik tanaman utuh atau hanya bagian-bagian tertentu sebagai respon adanya persaingan (Harjadi 1979).

Jarak tanam yang umum digunakan petani dalam budidaya kacang bogor adalah 60 cm x 25 cm (Fachruddin 2000). Berdasarkan penelitian Turmudi dan Suprijono (2010), populasi tanaman kacang bogor sebanyak 150 000 tanaman dengan jarak tanam 33.33 cm x 20 cm menunjukkan pertumbuhan dan produksi Redjeki (2003) melaporkan bahwa penggunaan populasi 250 000 tanaman ha-1 tanpa pemupukan NPK akan diperoleh produksi biji kering 0.77 ton/ha.

Pemupukan

Pupuk dapat diartikan sebagai senyawa dengan kandungan unsur hara yang diberikan pada tanaman. Pupuk dapat dikelompokkan menjadi pupuk alami dan pupuk buatan. Pupuk juga dapat digolongkan berdasarkan jumlah unsur yang dikandungnya yaitu pupuk lengkap yang mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan pupuk tunggal yang hanya mengandung satu unsur (Jumin 2005).

(18)

4

penting, aktivasi berbagai enzim, percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem, serta pengaturan buka-tutup stomata dan hal-hal lain yang terkait dengan penggunaan air (Hanafiah 2005).

Pupuk kandang merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk kandang segar berupa kotoran hewan yang baru dikeluarkan oleh hewan dan pupuk kandang yang telah disimpan sehingga mengalami pembusukan (Sutedjo 1994). Pupuk kandang mempengaruhi bahan organik tanah melalui dua cara yaitu sebagai sumber hara yang dapat meningkatkan jumlah hara tersedia dan menaikkan hasil tanaman, serta dapat mempertahankan bahan organik tanah. Selain itu, pupuk kandang mengandung sejumlah unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga pemberiannya sangat disarankan untuk tanaman sayuran atau tanaman kebun (Soepardi 1983).

Kelebihan penggunaan pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk kimia yaitu aman digunakan dalam jumlah besar, membantu menetralkan pH tanah dan racun akibat adanya logam berat dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan porositas dan ketersediaan air tanah, membantu penyerapan hara dari pupuk kimia, serta mempertahankan suhu tanah. Penggunaan pupuk kandang juga memiliki kekurangan yaitu harus diberikan dalam jumlah besar, kadar hara yang tersedia bagi tanaman relatif sedikit, dan dapat menurunkan kualitas air bila berdekatan dengan sumber air (Marsono 2001).

Berdasarkan penelitian Olusegun (2014) pada tanaman kacang tunggak, kombinasi penggunaan pupuk kandang dan pupuk NPK 15-15-15 dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil produksi polong. Namun penelitian Redjeki (2003) menunjukkan bahwa pemupukan NPK tidak berpengaruh nyata pada jumlah polong per tanaman dan berat kering 100 biji kacang bogor.

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 207 m dpl. Waktu penelitian mulai dari bulan Maret sampai dengan Juli 2015.

Bahan dan Alat

(19)

5

Metode Percobaan

Penelitian terdiri dari dua faktor yaitu jarak tanam dan pemupukan. Faktor jarak tanam terdiri atas empat taraf yaitu 60 cm x 20 cm (J1), 50 cm x 20 cm (J2), 60 cm x 10 cm (J3), dan 50 cm x 10 cm (J4). Faktor jenis pemupukan terdiri atas dua taraf yaitu pupuk kandang 2 ton ha-1 ditambah 200 kg ha-1 pupuk NPK (P1) dan tanpa pemupukan (P2). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga percobaan ini memiliki 24 satuan percobaan.

Satuan percobaan berupa petakan berukuran 3 m x 2.5 m. Tanaman contoh yang diamati sebanyak 5 tanaman dari setiap petakan sehingga jumlah tanaman contoh yang diamati sebanyak 120 tanaman. Tanaman dipilih untuk destruksi pada 7 dan 11 MST masing-masing 2 tanaman dari setiap petak sehingga jumlah tanaman destruksi sebanyak 96 tanaman.

Perlakuan disusun menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan dua faktor dan tiga kali ulangan. Model linier aditif yang digunakan untuk rancangan tersebut adalah:

Yijk = μ + Ai +Bj + (AB)ij + Kk + Eijk

Keterangan:

Yijk : nilai pengamatan pada faktor populasi tanaman ke-i (i = 1, 2, 3, 4), faktor dosis pupuk kandang ke-j (j = 1, 2, 3, 4), dan ulangan ke-k (k = 1, 2, 3) µ : rataan umum

Ai : pengaruh faktor tingkat populasi tanaman ke-i. Bij : pengaruh faktor jenis pupuk ke-j.

(AB)ij : interaksi antara tingkat populasi tanaman ke-i dengan jenis pupuk ke-j. Kk : pengaruh ulangan ke-k.

Eijk : pengaruh galat percobaan.

Data yang diperoleh diuji menggunakan uji F pada taraf 5% untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Apabila terdapat perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah maka perlakuan tersebut dibandingkan dengan menggunakan uji BNT pada taraf 5%. Analisis data dilakukan menggunakan aplikasi Microsoft Excel dan SAS versi 9.1.3.

Pelaksanaan Percobaan

Persiapan Lahan

Lahan diolah dan diberi pupuk kandang satu minggu sebelum penanaman. Dosis pupuk kandang yang digunakan adalah 2 ton ha-1 sesuai perlakuan.

Penanaman

(20)

6

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, pemupukan, penyiangan, pembumbunan, dan penyemprotan. Penyulaman dan pemupukan dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam (MST). Pemupukan NPK (15:15:15) dilakukan dengan cara dialur. Penyiangan dilakukan setiap dua minggu dan pembumbunan dilakukan sejak 6 MST setiap satu bulan. Penyemprotan insektida berbahan aktif karbosulfan dan fungisida berbahan aktif propineb dilakukan setiap minggu pada 6 – 10 MST .

Pemanenan

Panen dilakukan saat tanaman berumur 16 MST. Tanaman dapat dipanen jika daun dari 80% populasi tanaman sudah menguning dan polong tanaman tidak lagi berwarna putih. Luas lahan yang dipanen yaitu 1 m2 untuk setiap perlakuan sempurna dihitung setiap 2 minggu pada 412 MST .

2. Lebar kanopi per tanaman; lebar terpanjang dan lebar tegak lurus diukur dan nilainya dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu pada 412 MST .

3. Perhitungan indeks luas daun (ILD) dilakukan saat tanaman berumur 7 dan 11 MST. Perhitungan ILD dilakukan menggunakan bantuan alat Leaf Area Meter LI-3 000C.

4. Crop Growth Rate (CGR); dihitung dengan rumus:

Dimana W1 dan W2 adalah bobot kering tanaman awal dan akhir, T1 dan T2 adalah waktu awal dan akhir pengamatan dalam hari, dan GA adalah luas lahan yang digunakan oleh tanaman (Gul et al. 2013).

5. Bobot brangkasan kering per tanaman; Pengeringan dilakukan menggunakan oven dengan suhu 7080o

C selama tiga hari. Pengukuran dilakukan pada 16 MST.

6. Bobot polong basah, polong kering, dan biji per tanaman; Pengeringan dilakukan menggunakan oven dengan suhu 7080o

C selama tiga hari. 7. Indeks panen; rasio antara bobot brangkasan kering dan bobot polong

kering dihitung.

8. Jumlah polong bernas dan polong cipo per tanaman;

9. Bobot polong basah, polong kering, dan biji per meter; Pengeringan dilakukan menggunakan oven dengan suhu 7080o

(21)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Tanah yang digunakan untuk budidaya kacang bogor dalam penelitian ini dianalisis terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum tanam (Tabel 1) menunjukkan bahwa tanah pada lahan penelitian memiliki pH tergolong netral dengan tekstur lempung berdebu (9.07% pasir : 68.94% debu : 21.99% liat). Kandungan C organik dan K tergolong rendah, N total tergolong sedang, dan P tergolong sangat tinggi. Kriteria kandungan tanah berdasarkan Balai Penelitian Tanah dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 1 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum percobaan

Peubah Nilai Kriteria

pH (%) 6.66 netral

C-organik (%) 1.38 rendah

N-total (%) 0.27 sedang

P-tersedia (ppm) 58.54 sangat tinggi

K-tersedia (mg K2O 100g-1) 20.12 rendah

Penanaman dilakukan pada bulan Maret 2015 saat curah hujan masih cukup tinggi seperti yang ditunjukkan oleh data iklim dari stasiun BMKG Dramaga pada Lampiran 2. Benih yang ditanam memerlukan air untuk bisa berkecambah sehingga waktu tanam perlu diperhitungkan supaya kebutuhan air dapat terpenuhi (Gardner 1991).

Sebagian besar benih yang ditanam sudah berkecambah pada 2 MST sehingga penghitungan daya tumbuh dapat dilakukan pada waktu tersebut. Daya tumbuh benih yang dihitung yaitu sebesar 67.77%. Daya tumbuh yang rendah dapat disebabkan oleh penggunaan benih lanras yang pada umumnya memiliki viabilitas benih yang rendah. Benih yang tidak tumbuh disebabkan oleh serangan cendawan yang ditandai oleh busuknya benih atau serangan serangga yang ditandai oleh kulit benih yang tersisa dalam tanah. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh sehingga populasi tanaman memiliki jumlah yang tetap.

Tanaman kacang bogor secara keseluruhan tumbuh dengan baik tetapi mulai 6 MST tanaman terserang hama. Hama yang menyerang yaitu ulat, kutu daun (Aphis craccivora), dan tikus. Serangan ulat dan kutu daun mulai terjadi pada 6 MST sedangkan serangan tikus terjadi pada 13 MST. Ulat menyerang tanaman dengan cara memakan daun sehingga terjadi kerusakan pada daun. Kutu daun menyerang cabang yang muda dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga daun-daun dan cabang tersebut tumbuh kerdil (Marzuki 2009). Tikus menyerang tanaman kacang bogor dengan cara mengambil polong dan biji yang ada di dalam tanah. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya kulit polong yang berserakan di permukaan tanah pada beberapa petakan.

(22)

8

daun. Pengendalian hama ulat dan kutu daun serta cendawan dilakukan secara kimiawi dengan menyemprotkan pestisida.

Gulma merupakan tumbuhan yang tidak diharapkan ada di sekitar tanaman budidaya dan dapat meningkatkan persaingan dengan tanaman budidaya sehingga perlu dikendalikan. Pengendalian gulma dilakukan setiap dua minggu. Pembumbunan juga dilakukan agar percabangan dan polong tanaman kacang bogor tetap berada di dalam tanah.

Pemanenan dilakukan pada 16 MST. Menurut Rahmawati (2014), tanaman kacang bogor dapat dipanen pada 17 MST. Namun, Redjeki (2003) menyatakan bahwa pemanenan kacang bogor dapat dilakukan berkisar antara 90 – 120 hari setelah tanam (HST).

Fase Vegetatif

Fase vegetatif pada tanaman semusim terjadi sampai tanaman berbunga. Selama fase vegetatif, tanaman akan mengalami pertumbuhan yang signifikan seperti pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, dan lain-lain (Gardner 1991).

Peubah yang diamati pada tanaman kacang bogor selama fase vegetatif yaitu jumlah daun, lebar kanopi, ILD, dan CGR. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan ILD sedangkan pemupukan tidak berbepngaruh nyata terhadap peubah vegetatif yang diamati (Tabel 2).

Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jarak tanam dan pemupukan terhadap peubah fase vegetatif dan generatif kacang bogor

(23)

9

Peubah Jarak tanam Pemupukan Interaksi KK Bobot polong basah per

Hasil penelitian membuktikan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 10 dan 12 MST sedangkan pemupukan tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah daun. Penelitian Turmudi dan Suprijono (2010) di Bengkulu yang dilakukan sejak bulan Oktober 2003 hingga Februari 2004 juga menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kacang bogor. Selain itu, Rahmawati (2014) juga menyatakan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

Tabel 3 Jumlah daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan

Perlakuan Umur tanaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Tabel 3 di atas menunjukkan nilai rata-rata jumlah daun pada beberapa jarak tanam dan pemupukan. Jumlah daun pada awal pertumbuhan tidak berbeda nyata di setiap jarak tanam, tetapi pada 12 MST jarak tanam 50 cm x 20 cm dan 60 cm x 20 cm memiliki jumlah daun yang nyata lebih banyak yaitu 54.59 dan 47.54 helai jika dibandingkan dengan jarak tanam lain. Jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan rata – rata jumlah daun terbanyak selama pengamatan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Ghana oleh Akpalu et al. (2012). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan jumlah daun pada tanaman kacang bogor yang paling banyak di antara jarak tanam lainnya.

(24)

10

cukup untuk memenuhi kebutuhan kacang bogor selama fase pertumbuhan (Redjeki 2003).

Laju peningkatan jumlah daun mulai mengalami penurunan sejak 8 MST. Penurunan tersebut disebabkan oleh peralihan fase vegetatif menjadi fase generatif. Fotosintat pada fase vegetatif yang digunakan untuk pertumbuhan akan mulai dialihkan untuk pembungaan dan pengisian polong sehingga laju pertumbuhan akan menurun (Gardner 1991).

Lebar Kanopi

Jarak tanam dan pemupukan tidak mempengaruhi lebar kanopi tanaman kacang bogor. Namun, Rahmawati (2014) menyatakan bahwa lebar kanopi tanaman kacang bogor dipengaruhi secara nyata oleh jarak tanam.Selain itu, lebar kanopi pada setiap jarak tanam mulai mengalami penurunan sejak tanaman berumur 10 MST (Tabel 4). Hal ini dapat disebabkan oleh air dalam tanah yang kurang tersedia dan suhu lingkungan yang tinggi. Tingginya suhu lingkungan akan meningkatkan laju evapotranspirasi tanaman yang mengakibatkan tanaman kehilangan air lebih cepat. Air tanah yang kurang tersedia akan memicu tanaman untuk mengurangi ukuran daun sebagai respon terhadap cekaman supaya laju evapotranspirasi dapat dikurangi (Mwale et al. 2007; Vurayai et al. 2011).

Tabel 4 Lebar kanopi kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan

Perlakuan Umur tanaman

Tanaman kacang bogor diharapkan memiliki lebar kanopi yang besar. Tanaman yang memiliki lebar kanopi besar diduga meningkatkan jumlah polong karena bertambahnya jumlah cabang dan buku yang menjadi tempat munculnya polong (Actaria 2012).

Indeks Luas Daun (ILD) per Tanaman

Indeks luas daun adalah perbandingan antara luas daun pada salah satu sisi dengan luas lahan pada satu tanaman (Breda 2003). Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu dengan menggunakan alat ukur luas daun berupa peranti fotoelektrik, metode regresi linier, dan rasio luas berat atau gravimetri (Gardner 1991).

(25)

11

kedelai secara double row yang dilakukan di Ghana oleh Addo-Quaye et al. (2011) juga menghasilkan nilai ILD yang lebih tinggi dari tanaman kedelai yang ditanam secara single row. menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Tabel 5 menunjukkan bahwa tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 10 cm memiliki rata-rata nilai ILD tertinggi dan berbeda nyata dengan jarak tanam lain pada 7 MST. Sementara itu, jarak tanam 50 cm x 10 cm dan 60 cm x 10 cm menghasilkan rata-rata nilai ILD yang nyata lebih besar daripada jarak tanam lain pada 11 MST yaitu 3.55 dan 3.52. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Ghana untuk menentukan jarak tanam optimum dalam budidaya kacang bogor (Akpalu et al. 2012). Penelitian tersebut menggunakan perlakuan jarak tanam 50 cm x 20 cm, 50 cm x 30 cm, dan 50 cm x 40 cm dan hasil penelitiannya menunjukan bahwa pada jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan ILD yang paling tinggi. Hasil penelitian Doku (1978) di Ghana juga membuktikan bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin besar ILD.

Tabel 6 Pengaruh kombinasi perlakuan jarak tanam dan pemupukan terhadap indeks luas daun pada 11 MST

a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Pemberian pupuk kandang dan NPK pada tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 10 cm menghasilkan indeks luas daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi jarak tanam dan pemupukan lain. Namun, penggunaan jarak

(26)

12

tanam 50 cm x 10 cm yang disertai pemberian pupuk kandang dan NPK tidak berbeda nyata dengan tanaman pada jarak tanam 60 cm x 10 cm tanpa pemberian pupuk (Tabel 6).

Penggunaan jarak tanam yang rapat dan ILD yang tinggi menyebabkan radiasi matahari dapat terserap secara optimal oleh daun sehingga peningkatan ILD diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman. Namun, persaingan yang terjadi antartanaman untuk mendapatkan air, hara, dan cahaya menjadi tinggi sehingga penurunan pertumbuhan dan hasil panen dapat terjadi (Hasanuzzaman et al. 2009).

Crop Growth Rate (CGR)

CGR merupakan nilai akumulasi bobot kering tanaman dalam suatu luas lahan dalam waktu tertentu (Khabiri 2012). Pengamatan CGR dilakukan dengan menggunakan 2 tanaman yang didekstruksi selain tanaman contoh dari setiap satuan percobaan. Pengambilan tanaman dilakukan pada 7 MST, 11 MST, dan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

(27)

13

Berdasarkan data pada Tabel 7, jarak tanam 60 cm x 10 cm pada 11 MST memiliki nilai rata-rata CGR tertinggi sedangkan pada 16 MST jarak tanam 50 cm x 10 cm memiliki nilai rata-rata tertinggi. Perlakuan jarak tanam 60 cm x 20 cm memiliki nilai CGR terendah baik pada 11 MST maupun pada 16 MST.

Tren peningkatan nilai CGR serupa dengan tren peningkatan ILD. Peningkatan CGR dan ILD terjadi seiring dengan meningkatnya populasi tanaman atau semakin rapatnya jarak tanam. Peningkatan nilai CGR berbanding lurus dengan nilai ILD (Addo-Quaye 2011). Peningkatan ILD dapat meningkatkan penyerapan radiasi matahari untuk melakukan fotosintesis lebih banyak sehingga akan menghasilkan bobot kering yang lebih besar dan CGR lebih tinggi (Valadabadi dan Farahani 2010; Addo-Quaye et al. 2011).

Fase Generatif

Fase generatif tanaman dimulai ketika tanaman tersebut mulai berbunga. Pertumbuhan tanaman akan mengalami penurunan saat memasuki fase generatif. Tanaman kacang bogor dalam penelitian ini mulai berbunga pada 6 MST.

Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan jarak tanam secara nyata mempengaruhi bobot polong kering per tanaman, indeks panen, bobot polong basah per meter, bobot polong kering per meter, dan bobot biji per meter. Pemupukan tidak berpengaruh secara nyata pada peubah generatif yang diamati. Hal ini dapat terjadi akibat tanah yang digunakan sudah mengandung hara yang cukup untuk produksi kacang bogor. Penelitian Redjeki (2003) di Gresik pada ketinggian 5 m dpl menunjukan bahwa pemupukan NPK tidak memberikan perbedaan yang nyata pada jumlah polong dan bobot 100 biji kacang bogor.

Bobot Brangkasan dan Polong per Tanaman

Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot polong kering per tanaman sedangkan pemupukan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot brangkasan kering, bobot polong basah, bobot polong kering, dan bobot biji. Bobot polong kering per tanaman yang paling tinggi terdapat pada jarak tanam 50 cm x 20 cm.

Tabel 8 Bobot brangkasan kering (BBK), bobot polong basah (BPB), bobot polong kering (BPK), bobot biji (BB) per tanaman kacang bogor

(28)

14

Berdasarkan Tabel 6, jarak tanam 50 cm x 20 cm memiliki bobot polong kering yang nyata lebih tinggi daripada jarak tanam lain. Akpalu et al. (2012) juga menyatakan bahwa jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan bobot polong dan biji per tanaman yang paling besar di antara jarak tanam lainnya. Tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 10 cm menghasilkan bobot brangkasan kering, bobot polong, dan bobot biji terkecil karena kepadatan populasi tanaman yang lebih tinggi daripada jarak tanam lain (Tabel 8).

Populasi yang tinggi menyebabkan tingkat persaingan faktor tumbuh semakin tinggi sehingga pembungaan dan pengisian polong tidak maksimal. Bobot polong dan bobot biji per tanaman dapat lebih besar jika pertumbuhan vegetatif baik seperti yang terjadi pada jarak tanam 50 cm x 20 cm. Hal ini disebabkan radiasi matahari yang ditangkap oleh daun akan meningkatkan aktivitas fotosintesis yang akan menghasilkan fotosintat untuk membentuk polong dan biji lebih banyak (Manshuri 2011).

Indeks Panen

Perbandingan antara hasil panen ekonomis dengan hasil panen biologis suatu tanaman dikenal dengan istilah indeks panen. Hasil panen ekonomis merupakan bagian tertentu yang dipanen dari suatu tanaman yang bernilai ekonomi sedangkan hasil panen biologis merupakan bobot kering total dari suatu tanaman. Peningkatan indeks panen menandakan adanya peningkatan hasil produksi yang merupakan tujuan dari banyak penelitian tentang produksi tanaman (Gardner 1991).

Tabel 9 Indeks panen (IP) per tanaman kacang bogor

Perlakuan IP menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

(29)

15

Jumlah Polong Bernas dan Cipo per Tanaman

Polong kacang bogor digolongkan menjadi 3 jenis yaitu polong bernas, polong hijau, dan polong cipo. Polong bernas adalah polong yang sudah terisi sempurna sedangkan polong hijau adalah polong yang berubah warna ketika tidak terkubur dalam tanah. Polong cipo adalah polong yang kosong atau tidak terisi sempurna. Polong cipo terjadi karena siklus panen yang terlalu lama sehingga perpanjangan umur panen dapat dilakukan untuk menguranginya (Juwita 2012).

Perlakuan jarak tanam dan pemupukan tidak mempengaruhi jumpah polong bernas dan polong cipo secara nyata. Namun dampak persaingan terlihat pada jumlah polong bernas yang dihasikan akibat penggunaan jarak tanam yang semakin rapat. Jumlah polong bernas terbanyak terdapat pada perlakuan jarak tanam 50 cm x 20 cm dan jumlah polong bernas semakin menurun seiring dengan semakin rapatnya jarak tanam. Tanaman pada jarak tanam 50 cm x 10 cm menghasilkan polong paling sedikit baik polong bernas maupun cipo (Tabel 10). Tabel 10 Jumlah polong bernas (JPB) dan jumlah polong cipo (JPC) per tanaman

kacang bogor

Berdasarkan penelitian Turmudi dan Suprijono (2010) yang meneliti pertumbuhan dan produksi kacang bogor pada beberapa kerapatan tanaman, jumlah polong tanaman kacang bogor terbanyak dari tanaman dengan kerapatan 150 000 tanaman ha-1 dan menurun seiring dengan semakin rapatnya tanaman. Tanaman pada kerapatan tersebut masih mendapatkan unsur hara, air, dan cahaya yang cukup sehingga dapat menghasilkan produksi yang baik sedangkan tanaman pada kerapatan yang lebih tinggi memiliki persaingan yang lebih besar dengan tanaman lain yang dibuktikan dengan adanya penurunan produksi.

Produksi Kacang Bogor

Panen merupakan tahap akhir dari proses budidaya tanaman. Hasil produksi yang tinggi menjadi harapan semua orang. Oleh karena itu, banyak penelitian tanaman pangan bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik dengan produksi yang optimal.

Data hasil produksi kacang bogor per hektar pada penelitian ini diperoleh dengan cara mengonversi data produksi per m2 yang didapat dari lapangan. Tanaman yang dipanen hanya seluas 1 m2 per petak supaya dapat dipilih tanaman yang berkompetisi sempurna.

(30)

16 paling optimal untuk meningkatkan produksi kacang bogor.

Jarak tanam 60 cm x 10 cm menghasilkan bobot polong dan biji per meter yang paling besar tetapi bobot polong dan biji per tanaman yang paling besar dihasilkan pada jarak tanam 50 cm x 20 cm. Hal ini dapat terjadi karena jumlah tanaman pada jarak tanam 60 cm x 10 cm lebih banyak daripada jarak tanam 50 cm x 20 cm sehingga meskipun pertumbuhan dan produksi per tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 20 cm lebih tinggi daripada jarak tanam 60 cm x 10 cm, produksi per meter tanaman jarak tanam 60 cm x 10 cm akan melebihi produksi per meter jarak tanam 50 cm x 20 cm.

Tabel 11 Produksi kacang bogor per meter

Perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Asiwe dan Kutu (2007) serta Akpalu et al. (2012) yang menunjukan bobot biji per hektar terbanyak dihasilkan dari jarak tanam yang paling rapat. Hal ini dapat disebabkan persaingan antartanaman pada jarak tanam yang digunakan dalam penelitian tersebut belum sampai menurunkan hasil panen.

Korelasi Antarpeubah

Bobot polong dan jumlah polong bernas merupakan karakter produksi yang diharapkan akan baik hasilnya dalam penelitian ini (Juwita 2012). Bobot polong dan jumlah polong bernas ini hanya dapat diamati setelah tanaman dipanen sehingga sulit untuk memperkiran hasil produksi sebelum panen. Oleh karena itu korelasi antara bobot polong dan jumlah polong bernas dengan fenotipe tanaman perlu diketahui untuk memudahkan dalam memperkirakan hasil produksi.

(31)

17

brangkasan kering, jumlah polong bernas, bobot polong basah per tanaman, bobot polong kering per tanaman, bobot biji per tanaman, dan indeks panen. Penelitian Juwita (2012) menunjukkan adanya korelasi antara lebar kanopi tanaman kacang bogor dengan bobot polong basah, bobot polong kering, dan jumlah polong bernas sehingga semakin lebar lebar kanopi maka bobot polong yang dihasilkan semakin tinggi dan jumlah polong semakin banyak.

ILD berkorelasi positif dengan bobot polong basah, bobot polong kering, dan bobot biji per meter. Daun sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Jumlah daun yang semakin banyak dan ILD yang semakin besar akan menghasilkan fotosintat semakin banyak pula sehingga dapat digunakan untuk pembentukan polong dengan jumlah yang lebih banyak dan bobot lebih berat. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya korelasi positif antara bobot brangkasan kering dengan jumlah polong bernas, bobot polong basah per tanaman, bobot polong kering per tanaman, dan bobot biji per tanaman.

(32)

18 Tabel 12 Koefisien korelasi antar peubah tanaman kacang bogor

Peubaha JD6 LK6 LK8 LK10 LK12 ILD7

CGR11-16 BBK JPB JPC BPB BPK BB IP BPBM BPKM

LK6 0.71**

LK8 0.78** 0.70**

LK10 0.71** 0.55** 0.64**

LK12 0.85** 0.64** 0.64** 0.79**

ILD7 0.38 0.40 0.10 0.12 0.11

CGR11-16 0.56* 0.44 0.51 0.52 0.63 0.44

BBK 0.72** 0.54 0.47 0.79 0.82 0.19 0.57*

JPB 0.82** 0.60 0.62 0.65 0.89 0.10 0.69** 0.71**

JPC 0.21 0.05 0.12 0.35 0.32 -0.16 0.36 0.25 0.22

BPB 0.81** 0.59 0.57 0.68 0.91 0.18 0.76** 0.77** 0.96** 0.27

BPK 0.72** 0.49* 0.60** 0.69** 0.83** 0.05 0.67** 0.73** 0.90** 0.27 0.89**

BB 0.79** 0.62** 0.63** 0.68** 0.90** 0.08 0.71** 0.69** 0.96** 0.30 0.98** 0.89**

IP 0.52** 0.33 0.46* 0.42* 0.62** -0.05 0.65** 0.39 0.80** 0.31 0.78** 0.87** 0.81**

BPBM 0.48* 0.51* 0.24 0.20 0.29 0.49* 0.18 0.22 0.38 -0.25 0.42* 0.19 0.38 0.22

BPKM 0.51* 0.53** 0.29 0.26 0.34 0.46* 0.16 0.25 0.43 -0.18 0.45 0.23 0.42* 0.27 0.98**

BBM 0.52** 0.55** 0.30 0.26 0.35 0.45* 0.18 0.26 0.44 -0.18 0.46 0.24 0.43* 0.27 0.98** 1.00**

aJD6 = jumlah daun 6 MST, LK6 = lebar kanopi 6 MST, LK8 = lebar kanopi 8 MST, LK10 = lebar kanopi 10 MST, LK12 = lebar kanopi 12 MST, ILD7 = indeks luas daun 7 MST,

(33)

19

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan pertumbuhan dan produksi per individu tanaman yang terbaik sedangkan jarak tanam 60 cm x 10 cm menghasilkan produksi per meter yang terbaik. Pemupukan tidak memberikan pengaruh pada peubah-peubah yang diamati.

Saran

Jarak tanam yang sebaiknya digunakan untuk meningkatkan produksi dalam budidaya kacang bogor adalah jarak tanam 50 x 20 cm karena dapat memberikan pertumbuhan yang baik dengan penggunaan benih yang lebih sedikit dibandingkan jarak tanam 60 x 10 cm. Selain itu, produksi per meter yang dihasilkan pada jarak tanam 50 x 20 cm sama tingginya dengan jarak tanam 60 cm x 10 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Actaria D. 2012. Evaluasi galur-galur kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) asal Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Addo-Quaye AA, Darkwa AA, Ocloo GK. 2011. Growth analysis of component crops in a maize-soybean intercropping system as affected by time of planting and spatial arrangement. J Agric Biol Sci. 6(6): 34 – 44.

Akpalu MM, Sarkodie-Addo J, Akpalu SE. 2012. Effect of spacing on growth and yield of five bambara groundnut (Vigna subterranea (L) Verdc.) landraces. J Sci Tech. 32(2): 9 – 19.

Asiwe JAN, Kutu RF. 2007. Effects of plant spacing on yield, weeds, insect infestation and leaf blight of bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdc.). African Crop Science Conference Proceedings [internet]. El-Minia (EG): African Crop Science Society . Hlm 1947 – 1950; [diunduh 2015 Agustus 26]. Tersedia pada: http://www.acss.ws/acw/Upload/XML/ Research/520.pdf.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Jakarta (ID): Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

(34)

20

Breda NJJ. 2003. Ground-based measurements of leaf area index: a review of methods, instruments and current controversies. J Exper Bot. 54(392): 2403 – 2417.

Doku EV, Whyte JBE. 1978. Effect of plant density and fertilizer nitrogen on some agronomic characters and grain yield in bambara groundnut (Voandzeia subterrana) 1 preliminary study. Ghana J Agric Sci. 11: 147 – 152.

Fachrudin L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Gul H, Khan AZ, Khalil SK, Rehman HR, Anwar S, Saeed B, Farhatullah, Akbar

H. 2013. Crop growth analysis and seed development profile of wheat cultivars in relation to sowing date and nitrogen fertilization. Pak J Bot. 45(3): 951 – 960.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisologi Tanaman Budidaya. Gardner H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.

Juwita L. 2012. Pembentukan populasi dasar untuk perbaikan produksi kacang Bogor (Vigna subterranean (L.) Verdcourt) asal Darmaga, Sukabumi, dan Parung. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hanafiah KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo

Persada.

Harjadi SS. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta (ID): PT Gramedia.

Hasanuzzaman M, Rahman ML, Roy TS, Ahmed JU, Zobaer ASM. 2009. Pant characters, yield components and yield of late transplanted Aman Rice as affected by plant spacing and number of seedling per hill. Advan Biol Res. 3(5 – 6): 201 – 207.

Jumin HB. 2005. Dasar-dasar Agronomi. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada. Khabiri E, Jafari M. 2012. The effect of different light levels on the growth of

Manshuri AG. 2011. Laju pertumbuhan vegetatif dan generatif genotipe kedelai berumur genjah. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 30(3): 204 – 209. Marsono SP. 2001. Pupuk Akar. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Marzuki R. 2009. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Mkandawire FL, Sibuga KP. 2002. Yield response of bambara groundnut to plant

population and seedbed type. African Crop Sci J. 10(1): 39-49.

Mwale SS, Azam-Ali SN, Massawe FJ. 2007. Growth and development of bambara groundnut (Vigna subterranea) in response to soil moisture 1. dry matter and yield. Europ J Agron. 26: 345 – 353.

[NAS] National Academy of Sciences. 1979. Tropical Legumes: Resources for the Future. Washington DC (US): National Academy of Sciences.

(35)

21

Rahmawati A. 2014. Pertumbuhan dan produksi kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada beberapa jarak tanam dan frekuensi pembumbunan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Redjeki ES. 2003. Pengaruh populasi dan pemupukan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil kacang bogor (Vigna subterranea L.). Agrofish. 2(1): 67 – 77. Rukmana R, Oesman YY. 2000. Kacang Bogor, Budidaya dan Prospek Usaha

Tani. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Sutedjo MM. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan Ed ke-4. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.

Turmudi E, Suprijono E. 2010. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang bogor pada berbagai tingkat kerapatan tanaman dan frekuensi penyiangan. Jurnal Ilmiah Pertanian Biofarm. 13(8): 100 – 109.

Valadabadi SA, Farahani HA. 2010. Effects of planting density and pattern on physiological growth indices in maize (Zea mays L.) under nitrogenous fertilizer application. J Agric Ext Rural Dev. 2(3): 40 – 47.

Van der Maesen LJG, Somaatmadja S (editor). 1992. Plant Resources of South East Asia No 1, Pulses. Bogor (ID): PROSEA Foundation.

Vurayai R, Emongor V, Moseki B. 2011. Effect of water stress imposed at different growth and development stages on morphological traits and yield of bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdc). Am J Plant Physiol. 6(1): 17 – 27.

(36)

22

Lampiran 1 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah

Peubah tanah

Nilai Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat tinggi

C (%) <1 1-2 2-3 3-5 >5

N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75 P2O5 Olsen (ppm P) <5 5-10 11-15 16-20 >20 K2O HCl 25%

(mg 100g-1) <10 10-20 21-40 41-60 >60 pH H2O

Sangat Masam < 4.5

Masam 4.5-5.5

Agak Masam 5.6-6.5

Netral 6.6-7.5

Agak Alkalis 7.6-8.5

Alkalis > 8.5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2005)

Lampiran 2 Data iklim Dramaga bulan Maret-Juli 2015 Lokasi : Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor

Lintang: 06o31’ LS Bujur: 106o44’ BT Elevasi: 207 m dpl

Bulan Curah hujan (mm) Suhu (°C) Kelembaban Udara (%)

Maret 374 25 88

April 206 25.6 85

Mei 202 25.8 86

Juni 90 26.2 79

Juli 1.6 26.1 74

(37)

Gambar

Tabel 2  Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jarak tanam dan pemupukan
Tabel 3  Jumlah daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan
Tabel 4  Lebar kanopi kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan
Tabel 5  Indeks luas daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelakuan penempatan pupuk alur memberikan pertumbuhan kacang bogor yang lebih baik dibandingkan dengan penempatan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pengaruh Dosis

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk P berpengaruh nyata terhadap bobot polong per sampel tanaman kacang bogor dan pemberian arang sekam padi

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pada beberapa karakter, tanaman kacang bogor akibat perlakuan kolkisin menunjukkan koefisien keragaman rendah pada karakter

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Jarak

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Tertulis (Skripsi)

x KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Subhana Wata’alah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas Kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat

Evaluasi Ketahanan Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan dan Komponen Hasil Lima Galur Kacang Bambara Vigna subterranea L.. Pertumbuhan Mucuna bracteata pada Berbagai Komposisi Media