• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemasaran Semen Beku Sapi Potong Di Balai Inseminasi Buatan Lembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pemasaran Semen Beku Sapi Potong Di Balai Inseminasi Buatan Lembang"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN SEMEN BEKU SAPI POTONG

DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

ELIZA DIANY

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam tesis yang berjudul : STRATEGI PEMASARAN SEMEN BEKU SAPI POTONG DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG.

Merupakan hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis diperguruan tinggi lain dan belum pernah dipublikasikan.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2016

(3)

RINGKASAN

ELIZA DIANY. Strategi Pemasaran Semen Beku Sapi Potong Di Balai Inseminasi Buatan Lembang. Dibimbing oleh SURYAHADI sebagai Ketua dan TJAHJA MUHANDRI sebagai Anggota.

Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang adalah salah satu produsen penghasil semen beku ternak di Indonesia. BIB Lembang sebagai BIB pertama di Indonesia, diberi mandat oleh Pemerintah untuk memproduksi semen beku sapi potong dan sapi perah dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan inseminasi buatan (IB) di Indonesia agar tidak selalu tergantung pada semen beku impor.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pemasaran semen beku sapi potong BIB Lembang, (2) menyusun dan merumuskan strategi pemasaran semen beku sapi potong menyangkut produk, harga, promosi dan distribusi. Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran semen beku sapi potong di BIB Lembang.

Berdasarkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang dimiliki BIB Lembang dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi BIB Lembang dirumuskan strategi pemasaran semen beku sapi potong menggunakan matriks IFE dan EFE. Skor IFE yang diperoleh oleh BIB Lembang adalah sebesar 2,944 dan skor EFE sebesar 2,316. Skor total yang terdapat pada matriks EFE menggambarkan dan mengindikasikan posisi perusahaan stabil dalam merespons situasi eksternal. Total skor matriks IFE sebesar 2,944, menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki BIB Lembang dapat mengatasi kelemahan dengan cukup baik. Total skor matriks EFE sebesar 2,316, menunjukkan bahwa BIB Lembang cukup baik dalam merespon peluang dan meminimalisasi ancaman.

Perpaduan skor IFE dan EFE dalam matriks IE menunjukkan posisi BIB Lembang terletak pada kuadran V, yaitu sel stabilitas dan pertumbuhan. Hal ini berarti BIB Lembang memiliki peluang untuk terus dipertahankan dan terus dipelihara. Strategi yang cocok untuk daerah ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

(4)

Berdasarkan hasil perhitungan dalam matriks QSPM, diperoleh strategi prioritas untuk diterapkan adalah meningkatkan sosialisasi dan pembinaan kepada peternak pada aspek manajemen pemeliharaan ternak, pakan, reproduksi dan manajemen kesehatan hewan, dengan total nilai daya tarik tertinggi di antara alternatif strategi lainnya.

(5)

SUMMARY

ELIZA DIANY. Marketing Strategy of Frozen Semen of Beef Cattle at Artificial Insemination Agency Lembang. SURYAHADI as head of team lecture and TJAHJA MUHANDRI as member of team lecture.

Artificial Insemination Agency (AIA) Lembang is one of frozen semen producer in Indonesia. AIA Lembang as the first received mandate from Government of Indonesia to produce frozen semen of beef cattle and dairy cattle in order to fulfill the of Artificial Insemination (AI) in Indonesia hopefully that Indonesia doesn’t always depend on imported frozen semen.

The purposes of these research are (1) to identify and analysis external and internal factors that influence marketing of frozen semen of beef cattle from AIA Lembang, (2) to compile and formulate marketing strategy of frozen semen of beef cattle regarding product, price, promotion and distribution. In this research, identifying internal and external factors that influence marketing of frozen semen of beef cattle were done at AIA Lembang.

Based on internal factors (strength and weakness) and owned by AIA Lembang and external factors (opportunity and threat) facing by AIA Lembang, marketing strategy of frozen semen of beef cattle were formulated by using IFE and EFE matrixs. IFE score for AIA Lembang is 2,944 and EFE score is 2,316. Total score in EFE matrix is describing and identifying that company is in stable position in responding to external situation. Total score for IFE matrix is 2,944, shows that the strength owned by AIA Lembang can overcome it weakness fairly enough. Total score EFE matrix is 2,316, shows that AIA Lembang good enough in responding to opportunity and minimize threat.

The combination of IFE and EFE scoring in IE matrix shows that AIA Lembang position is in quadrant V namely stability and growth cell. It means that AIA Lembang is stable condition. The good strategies for this region are market penetration and product development.

Using SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) produce 7 alternative strategy formula namely (1) widen and retain the existing marketing network, (2) utilize technology to improve the quality of frozen semen of beef cattle, (3) increase promotion activity of frozen semen of beef cattle, (4) increase cooperation with Veterinary Agency and animal husbandry unit to gain local healthy bull, (5) retain the quality of frozen semen and improve after sale service, (6) provide technical service to farmer, (7) increase socialization and supervision to farmers on maintainance, feeding and reproduction management as well as animal health management..

Based on calculation in QSP matrix, the most interesting strategy produced is increase socialization and supervision to farmers on maintainance, feeding and reproduction management as well as animal health management,with the highest score among any alternative strategies.

(6)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 201 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB

(7)

STRATEGI PEMASARAN SEMEN BEKU SAPI POTONG

DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

ELIZA DIANY

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Strategi Pemasaran Semen Beku Sapi Potong Di Balai Inseminasi Buatan Lembang

Nama : Eliza Diany NRP : P054124145

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Suryahadi, DEA Ketua

Dr. Tjahja Muhandri, STP, MT Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil dan Menengah

Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis,MS,Dipl,Ing,DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul “Strategi Pemasaran Semen Beku Sapi Potong di Balai Inseminasi Buatan Lembang.” Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.Ir. Suryahadi, DEA dan Bapak Dr. Tjahja Muhandri, SPT, MT selaku Komisi Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama penulis melakukan penelitian dan melakukan penulisan tesis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan di Program Studi Industri Kecil Menengah. Penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Balai Inseminasi Buatan Lembang beserta seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan penulis melakukan penelitian di BIB Lembang dan memberikan informasi terkait dengan penelitian penulis, seluruh pengajar Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pascasarjana IPB, mahasiswa Program Studi Industri Kecil Menengah serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan penulisan tugas akhir ini. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada mama, suami dan anak-anak serta seluruh keluarga yang telah memberikan do’a dan dukungan serta motivasi untuk penulis.

Semoga penelitian ini berguna dan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya untuk kemajuan peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia. Saran dan kritik atas penelitian ini sangat diharapkan, agar penelitian ini menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, Maret 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

1. PENDAHUULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA Sapi Potong Lokal

Semen Beku Pengertian Strategi Pemasaran

Strategi Pemasaran

Faktor Internal dan Eksternal

Matrks IFE dan EFE

Matrks IE

Matriks SWOT

Matriks QSP

Hasil Penelitian Terdahulu

3. METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisa Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum BIB Lembang

Visi dan Misi Balai

Organisasi Balai

Sarana dan Prasarana Balai

Proses Produksi Semen Beku

Bauran Pemasaran

Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Perumusan Strategi Pemasaran

Implikasi Manajerial

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

1. Hasil Evaluasi Faktor Internal BIB Lembang 2. Hasil Evaluasi Faktor Eksternal BIB Lembang

3. Urutan Prioritas Matriks QSP

DAFTAR GAMBAR

1. Produksi, Distribusi dan Stok Semen Beku Sapi Lokal

Tahun 2011-

2. Kerangka Pemikiran Penelitian

3. Tahapan Penelitian

4. Struktur Organisasi BIB Lembang

5. Produksi Semen Beku Sapi Potong BIB Lembang

6. Distribusi Semen Beku Hibah BIB Lembang

7. Penjualan Semen Beku Sapi Potong BIB Lembang 8. Faktor-faktor Internal dan Faktor-faktor Eksternal

9. Matriks Internal Eksternal

10.Matriks SWOT

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Balai

2. Penilaian Rating Faktor Internal dan Eksternal BIB Lembang

3. Matriks QSP BIB Lembang

4. Penilaian Pakar

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sapi potong merupakan salah satu hewan ternak yang potensial dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan daging. Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau (PSPK) , populasi sapi potong di Indonesia berjumlah 14.824.373 ekor (BPS . Untuk meningkatkan produksi dan populasi sapi potong, dapat dilakukan upaya peningkatan mutu genetik sapi potong. Teknologi yang tepat digunakan dalam upaya peningkatan mutu genetik sapi potong di Indonesia adalah inseminasi buatan.

Kegiatan Inseminasi Buatan (IB) terbukti memiliki keunggulan dibandingkan dengan kawin alam, antara lain penggunaan pejantan unggul, penghematan biaya dan tenaga pemeliharaan pejantan, pencegahan penularan penyakit dan efisiensi reproduksi dapat ditingkatkan (Tolihere Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shehu et al. (2010) dinyatakan bahwa keuntungan penggunaan semen beku pada sapi adalah (1) mengurangi jumlah pejantan karena satu ekor pejantan lebih mahal dibanding harga semen beku, (2) mengurangi resiko menyebarnya penyakit, (3) meningkatkan potensi pemilihan genetik yang terbaik, (4) meningkatkan keamanan untuk pejantan.

Hall dan Glaze (2013) menyatakan bahwa perkembangan teknologi IB di Amerika berkembang sangat pesat dengan tersedianya semen sexing sapi perah secara komersial selama satu dekade ini tetapi semen sexing untuk sapi potong baru tersedia lima tahun terakhir. Produsen semen sexing sapi perah telah memiliki katalog 28 jenis pejantan sapi perah sexing. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan semen sexing betina pada sapi perah, tingkat kebuntingan sapi perah lebih rendah 10-20% dibandingkan dengan tingkat kebuntingan menggunakan semen biasa. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Cooke et al. (2014) dalam penelitiannya, bahwa penggunaan semen sexing telah berkembang 50 tahun terakhir dan penggunaan semen sexing lebih banyak digunakan pada sapi perah dengan tingkat kebuntingan sebesar 70-

Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan IB adalah mutu semen beku yang dihasilkan. Mutu semen beku dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas penjantan yang menghasilkan sperma, cara produksi semen beku sampai saat pelaksanaan IB di lapangan termasuk penanganan terhadap pejantan (BSN

. Menurut Dwiyanto dan Inounu (2009), tingkat keberhasilan IB dipengaruhi oleh (i) kualitas semen di tingkat peternak, (ii) kondisi induk (BCS) sapi yang akan di IB, (iii) ketepatan deteksi birahi dan kecepatan melapor kepada petugas (iv) keterampilan inseminator di lapangan, (v) faktor kesehatan hewan dan manajemen (pakan) untuk mengantisipasi kemungkinan adanya interaksi pengaruh genetik dengan kondisi lingkungan.

(14)

Perkembangan teknologi inseminasi buatan (IB) diperkenalkan di dunia sejak tahun 1780 oleh peneliti Spallanzani dan melakukan IB pada pada anjing. Seiring dengan perkembangan teknologi IB, tahun 1890 Spallanzani melakukan IB pertama di Prancis pada kuda dan peneliti lainnya di Eropa seperti Rusia, Italia dan Inggris juga melakukan IB pada kuda, anjing dan domba. Selanjutnya tahun

dan 1930 peneliti dari Rusia melakukan IB pertama pada sapi dan diikuti oleh peneliti dari Denmark. Tahun 1949 ditemukan metode pembekuan semen beberapa spesies ternak, dan tahun 1960 N cair menjadi bahan untuk mempertahankan semen beku agar tetap baik. (Gordon dalam Shehu et al. . Perkembangan teknologi inseminasi buatan (IB) di Indonesia mulai diperkenalkan pada tahun 1950-an dan penggunaan semen beku mulai dilakukan awal tahun 1973 pada sapi perah dan saat ini telah berkembang di seluruh provinsi di Indonesia pada ternak lain seperti pada sapi potong, kerbau dan kambing (Tolihere 1981).

Penggunaan teknologi IB di Nigeria mulai dilakukan pada semen pejantan impor tahun 1949 dan dilakukan oleh swasta. Tahun 1953 IB dilakukan pada sapi perah. Selanjutnya IB banyak dilakukan oleh perusahaan sapi perah dan perguruan tinggi di Nigeria (Shehu et al Lebih lanjut dilaporkan bahwa tantangan petani Nigeria terkait teknologi IB adalah : (1) mutu genetik ternak masih rendah, (2) kesulitan memperoleh sarana IB, (3) pengetahuan peternak tentang IB masih rendah, (4) kurangnya perhatian pada industri peternakan dibandingkan pertanian, kurangnya insentif pada inseminator terkait transportasi dan lembur, (6) deteksi birahi kurang tepat. Di Brazil penggunaan semen pada ternak bersamaan dengan penggunaan semen pada ikan dan tumbuh menjadi industri global dengan nilai milyar dollar dan dimulai pada tahun 50an (Tiersch 2008).

Perkembangan teknologi inseminasi buatan (IB) di Indonesia mulai diperkenalkan pada tahun 1950-an dan penggunaan semen beku mulai dilakukan awal tahun 1973 pada sapi perah dan saat ini telah berkembang di seluruh provinsi di Indonesia pada ternak lain seperti pada sapi potong, kerbau dan kambing (Tolihere

Seiring dengan berkembangnya IB di Indonesia, program perkawinan silang antara sapi lokal (Ongole, Brahman, Madura, Aceh, Pasundan) dengan sapi eksotik (Simental, Limousin) juga berkembang pesat. Saat ini sebagian besar peternak rakyat di Pulau Jawa telah melakukan perkawinan melalui IB terutama dengan semen beku sapi eksotik karena (1) berat lahir anaknya lebih tinggi, (2) pertumbuhan yang lebih cepat, (3) adaptasi terhadap pakan dan lingkungan cukup baik, (4) ukuran tubuh dewasa lebih besar, (5) nilai jual lebih tinggi. Tingginya permintaan peternak terhadap semen beku sapi eksotik, mengakibatkan program perkawinan silang antara sapi lokal dengan sapi eksotik berkembang tidak terkontrol dan dalam jangka panjang dikhawatirkan sapi lokal semakin berkurang bahkan terancam punah.

(15)

memproduksi semen beku sapi potong dengan perbandingan sapi lokal 60% dan sapi eksotik 40%.

Kebijakan Pemerintah untuk mengajak masyarakat dalam meningkatkan populasi sapi potong di Indonesia melalui pengembangan sapi lokal sampai saat ini belum berjalan dengan mulus kecuali di daerah-daerah tertentu yang masyarakatnya sudah turun temurun memelihara sapi lokal seperti sapi Madura, Ongole/PO, Brahman, dan Aceh serta telah merasakan keuntungan dari memelihara sapi tersebut. Kenyataan di lapangan, masyarakat kurang tertarik mengembangkan sapi lokal karena harga jual sapi lokal lebih rendah dibanding harga jual sapi eksotik pada umur yang sama, sehingga kebutuhan semen beku sapi potong lokal juga tidak sebanyak kebutuhan semen beku sapi eksotik.

Charoensook et al. melaporkan bahwa sapi potong lokal yang dikembangkan di Thailand yaitu jenis Bos sondaicus dan hampir sama dengan yang dikembangkan di Indonesia seperti sapi Madura dan sapi Aceh. Bobot badan jantan rata-rata 300-450 kg dan betina bobotnya rata-rata 200-300 kg. Ciri-cirinya bentuk tubuh kecil, pertumbuhan lambat, tetapi adaptasi terhadap kondisi pakan yang rendah cukup baik, tahan terhadap cuaca panas dan parasit. Ciri-ciri tersebut mirip dengan sapi lokal Indonesia.

Kebutuhan semen beku untuk keperluan IB, sampai saat ini penyediaannya dilakukan oleh Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari dan Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, dan Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD). BIB Lembang adalah BIB milik Pemerintah yang dibangun tahun 1975 dan tahun 1983 dibangun kembali BIB Nasional kedua yaitu BBIB Singosari. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 58/Permentan/OT.140/5/2013, Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang adalah Balai yang tugasnya melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku ternak unggul serta pengembangan Inseminasi Buatan.

Semen beku sapi potong yang diproduksi oleh BIB Lembang yang berasal dari pejantan sapi lokal yaitu sapi Madura, sapi Ongole, sapi Brahman, sapi Pasundan, sedangkan yang berasal dari sapi eksotik yaitu sapi Simental, sapi Limousin, Brangus dan Angus. Saat ini jumlah pejantan sapi lokal perbandingannya cukup jauh dibanding sapi eksotik. Jumlah pejantan sapi lokal sampai tahun 2015 terdiri dari sapi Ongole 14 ekor, sapi Brahman 13 ekor, sapi Madura 5 ekor, sapi Aceh 4 ekor dan sapi Pasundan 2 ekor.sedangkan pejantan sapi eksotik terdiri dari sapi simental 55 ekor, sapi limousin 52 ekor dan sapi angus 8 ekor.

(16)

0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000

Produksi Distribusi Stok Semen

Produksi 223,059 245,156 278,887 413,695 407,882 Distribusi 207,819 164,267 210,024 250,257 483,359

Stok Semen 49,864 132,698 190,846 343,031 280,340 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 1. Produksi dan Distribusi Semen Beku Sapi Lokal Tahun 2011-

Perumusan Masalah

Permasalahan yang dihadapi oleh BIB Lembang saat ini adalah semen beku sapi potong lokal yang diproduksi oleh BIB Lembang kurang diminati oleh peternak karena berat lahir anak sapi lokal lebih kecil dibandingkan dengan berat lahir anak sapi eksotik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ferdianto et al. ( 0) dinyatakan bahwa berat lahir sapi peranakan ongole sebesar 11,31 kg. Hasil yang sama juga diperoleh oleh Talib et al. (2003) bahwa berat lahir sapi bali di beberapa provinsi bervariasi, provinsi NTT berat lahirnya 11,9 kg, Bali 16,8 kg, NTB, 12, 7 kg dan Sulawesi Selatan 12,3 kg. Penelitian yang dilakukan oleh Subiharta dan Sudrajat (2013) melaporkan bahwa berat lahir sapi PO antara 23 – 36 kg.

Berdasarkan penelitian Utomo et al. 005) berat lahir sapi silangan Simental-PO, untuk jantan 35 kg dan betina 32 kg. Affandhy et al. 06) melaporkan dalam penelitiannya bahwa bobot lahir sapi silangan Simental-PO dikawinkan dengan pejantan sapi Limousin sebesar 31 kg, sapi silangan Limousin-PO dikawinkan dengan pejantan Simental sebesar 29 kg.

(17)

rendah. Pada saat musim kering dan kurang pakan, sapi lokal akan melahirkan anak dengan ukuran kecil, dan sebagian mati dalam usia dini karena kekurangan susu.

Indriani (2005) meneliti tentang gambaran pemasaran semen beku sapi potong yang dilakukan oleh BIBD Yogyakarta. Strategi pemasaran meliputi segmentasi pasar, target pasar, penentuan posisi pasar dan bauran pemasaran. Strategi pemasaran yang harus dilakukan oleh BIBD Yogyakarta adalah strategi pertumbuhan agresif yaitu memanfaatkan atau mempertahankan dengan melakukan kegiatan antara lain peningkatan kualitas semen beku, penambahan pejantan, mempertahankan SDM yang profesional, peningkatan dukungan dana dari pemerintah, meningkatkan pelayanan purna jual semen beku dan mempertahankan harga dibawah standart harga dari pusat.

Penelitian tentang strategi pemasaran pada sapi dilakukan oleh Karupa et al. (2005) untuk mengetahui nilai ekonomis penjualan ternak dari 15 (lima belas) sifat produksi ternak pada sapi Slovakian Pied dengan membandingkan 3 (tiga) macam strategi pemasaran yaitu strategi A ekspor pedet surplus, strategi B penggemukan pedet surplus dan strategi C penggembalaan sapi dara tidak bunting. Hasil penelitian ini menyimpulkan strategi pemasaran A dapat diterapkan pada sifat bobot sapih, strategi B pada sifat bobot setahun dan strategi C pada sifat masa hidup induk.

Penelitian tentang strategi pemasaran semen beku sapi potong belum banyak dilakukan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang strategi pemasaran semen beku sapi potong di BIB Lembang terkait produk, harga, distribusi dan promosi di Balai Inseminasi Buatan Lembang.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang perlu dilakukan penelitian ini lebih lanjut adalah :

1. Faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (ancaman dan peluang) apakah yang berperan dalam pemasaran semen beku sapi potong BIB Lembang ?

2. Bagaimana menyusun dan merumuskan strategi pemasaran menyangkut produk, harga, promosi dan distribusi semen beku sapi potong yang diproduksi oleh BIB Lembang ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemasaran semen beku sapi potong, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang berperan dan pemasaran semen beku sapi potong BIB Lembang.

2. Menyusun dan merumuskan strategi pemasaran semen beku sapi potong menyangkut produk, harga, promosi dan distribusi.

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini adalah :

(18)

informasi serta sumbangan pemikiran khususnya bagi manajemen Balai Inseminasi Buatan Lembang dalam menentukan strategi pemasaran semen beku sapi potong ke depan.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Potong Lokal

Sapi potong merupakan jenis ternak sapi yang dipelihara untuk menghasilkan daging. Industri sapi potong akhir-akhir ini telah memperlihatkan perkembangan yang sangat pesat dan memberikan sumbangan ekonomi terbesar. Industri ini akan terus berkembang sepanjang manusia masih memiliki bahan pakan yang dikonsumsi oleh ternak untuk diubah menjadi energi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Manfaat yang diperoleh oleh manusia dapat berupa daging sapi (Litbang Pertanian ).

Beberapa jenis sapi potong lokal sebagai penghasil daging yang ada di Indonesia adalah :

1. Sapi Bali

Sapi Bali memiliki ciri-ciri tidak berpunuk, badannya montok, dan dadanya dalam. Sapi Bali jantan bertanduk dan berbulu warna hitam kecuali kaki dan pantat. Berat sapi Bali dewasa berkisar 350 hingga 450 kg, dan tinggi badannya 130 sampai 140 cm. Sapi Bali betina juga bertanduk dan berbulu warna merah bata kecuali bagian kaki dan pantat. Dibandingkan dengan sapi Bali jantan, sapi Bali betina relatif lebih kecil dan berat badannya sekitar 250 hingga 350 kg.

Berdasarkan penelitian Talib et al , berat lahir sapi bali yang ada di Indonesia seperti di NTT rata-rata 11,9 kg, NTB 12,7 kg, Bali 16,8 kg dan Sulawesi Selatan 12,3 kg. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ferdianto et al. (2010), bobot lahir sapi bali 12,3 kg. Berat lahir sapi Bali lebih rendah dibanding berat lahir sapi lokal lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Parwati dalam Hilmia et al. (2013) dilaporkan bahwa

(20)

Keunggulan sapi PO antara lain terkenal sebagai sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, tahan terhadap panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit; Pertumbuhan relatif cepat walaupun adaptasi terhadap pakan kurang; persentase karkas dan kualitas daging baik, aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak (Litbang Pertanian 2012).

3. Sapi Madura

Sapi Madura merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang pertama kali dibentuk dan dibudidayakan masyarakat di Pulau Madura dan sekitarnya secara turun-temurun. Sekarang banyak peternak yang menyilangkan dengan pejantan Limousin yang turunannya dikenal dengan Madrasin. Sapi Madura jantan termasuk tipe sapi kecil-sedang. Bobot hidup dari sapi Madura yang dipotong masih di bawah 250 kg dengan bobot karkas antara 50,96 - 51,72%. Sapi Madura terkenal karena daya adaptasinya terhadap keterbatasan lingkungan (kualitas pakan rendah dan iklim yang panas) dan relatif tahan terhadap penyakit. Ada tiga tipe pemanfaatan sapi Madura yakni: (1) sebagai ternak potong (penghasil daging) dan tenaga kerja; (2) "kerapan" (pacuan, pada sapi jantan); dan (3) "sonok" (kontes sapi hias, pada sapi betina). Dengan adanya budaya kerapan dan sonok, merupakan salah satu upaya pelestarian sumberdaya genetik suatu rumpun/galur ternak (Litbang Pertanian 2012).

Pertambahan bobot badan harian sapi Madura seperti dilaporkan oleh Ngadiono et al. (2001) dalam Hilmia sebesar 0,61 kg/ekor/hari. Keunggulan sapi Madura adalah merupakan sapi tipe daging yang baik, sebab mempunyai badan yang lebar dan dalam, berkaki pendek dan kualitas daging yang baik. Kelebihan dari daging Sapi Madura adalah warnanya lebih merah dari daging sapi Bali, efisien dalam mengkonsumsi pakan berkualitas rendah. Kelebihan tersebut menyebabkan Sapi Madura dapat menjadi sumber penghasil daging yang potensial.

Semen Beku

Semen beku adalah semen yang berasal dari pejantan unggul, sehat, bebas dari penyakit hewan menular yang diencerkan sesuai prosedur proses produksi sehingga menjadi semen beku dan disimpan dalam rendaman nitrogen cair pada suhu - oC dalam kontainer (SNI4869.1-

(21)

Menurut Tolihere (1981) beberapa keuntungan menggunakan semen beku diantaranya (1) semen pejantan unggul, baik yang masih sehat maupun yang terluka, cacat, pincang atau tua dapat dipakai secara efisien sepanjang tahun, (2) mengatasi hambatan waktu dan jarak, semen beku dapat menyediakan kapan dan dimana saja (3) memungkinkan perkawinan selektif dengan pejantan-pejantan unggul untuk daerah yang luas, (4) biaya pengangkutan semen dari pusat inseminasi buatan ke pelaksana IB atau di lapangan dan di pelosok pelosok sangat dikurangi karena penyediaan semen dan nitrogen cair hanya dilakukan sebulan sekali tidak dua kali seminggu seperti semen cair. Semen beku dapat dikirimkan dengan alat transportasi melalui darat, laut dan udara seperti mobil, kereta api, bus, pesawat atau kapal laut dan (5) pembekuan semen memungkinkan pengawetan semennya menjadi relatif infertil.

Pengertian Strategi

Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penyusunan strategi lebih banyak menggunakan proses analitis (Rangkuti

David (200 ) berpendapat, strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Strategi adalah tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumberdaya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Disamping itu strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Menurut Siagian (2008), strategi merupakan keputusan dasar yang dinyatakan secara garis besar. Dalam merumuskan dan menetapkan strategi, manajemen puncak mengembangkan profil tertentu bagi organisasi.

Pemasaran

Arti umum pemasaran adalah suatu sistem kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai target pasar dan sesuai dengan tujuan bisnis perusahaan (Wijayanti 2012). Pemasaran juga berarti menyesuaikan kemampuan perusahaan dengan kebutuhan para pelanggan dan mencapai tujuan perusahaan berupa profit yang berkelanjutan. Pemasaran harus disesuaikan dan diselaraskan dengan anggaran dan perkiraan pejualan untuk mendapatkan profit bagi perusahaan.

(22)

Pemasaran menurut Herlambang (2014) adalah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan sebuah nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi. Kegiatan pemasaran merupakan ujung tombak bagi kegiatan sebuah usaha. Keberhasilan sebuah usaha tergantung kepada keahlian di bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia, keuangan dan akuntansi. Selain itu tergantung kepada kemampuan untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut secara bersama agar perusahaan dapat berjalan secara lancar (Herlambang

Menurut Stanton (2001), pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan untuk mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut konsep pemasaran

(marketing concept). Konsep pemasaran tersebut dibuat dengan menggunakan tiga faktor dasar, yaitu:

1. Saluran perencanaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi pada konsumen/pasar.

2. Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan perusahaan, dan bukannya volume untuk kepentingan volume itu sendiri.

3. Seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan secara organisasi. Dari pendapat beberapa orang ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Strategi Pemasaran

Menurut pendapat Peter (1999) strategi pemasaran adalah suatu rencana yang didesain untuk mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya strategi pemasaran diarahkan untuk meningkatkan kemungkinan atau frekuensi perilaku konsumen seperti peningkatan kunjungan pada waktu tertentu dan atau pembelian produk tertentu. Hal ini dicapai dengan mengembangkan dan menyajikan bauran pemasaran yang diarahkan pada pasar sasaran yang dipilih suatu bauran pemasaran terdiri dari elemen produk, promosi, distribusi dan harga. Menurut Tjiptono et al (2008) strategi pemasaran merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu.

Strategi pemasaran merupakan pedoman atau dasar pembuatan rencana pemasaran suatu produk dan taktik pemasaran. Selain itu strategi pemasaran digunakan sebagai pedoman untuk melakukan penjualan dan pendistribusian produk (Wijayanti 2014). Strategi pemasaran secara sederhana dapat menggunakan minimal tiga komponen utama yang saling berhubungan atau saling mengikat yaitu :

1. Strategi pemasaran STP  Segmenting

(23)

Positioning

2. Strategi bauran pemasaran 4 P  Product

Price

Promotion

Place

3. Strategi consumer oriented 4C

 Solusi bagi konsumen (customer solution)  Biaya (cost)

 Kenyamanan (convenience)  Komunikasi (communication)

Menurut Rangkuti (2005) unsur-unsur pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama yaitu unsur strategi persaingan, unsur taktik pemasaran dan unsur nilai pemasaran.

1. Unsur strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

a. Segmenting pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen memiliki karakteristik, kebutuhan, produk dan bauran pemasaran tersendiri.

b. Targetting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segemen pasar yang akan dimasuki.

c. Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen.

2. Unsur Taktik Pemasaran, terdapat dua unsur yaitu :

a. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek dari perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan difrensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain.

b. Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk, harga, promosi dan tempat.

3. Unsur nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

a. Merek atau brand yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan.

b. Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen. Kualitas pelayanan kepada konsumen ini perlu ditingkatkan.

c. Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen.

Faktor Internal dan Eksternal

1. Faktor Internal

(24)

dengan selang sangat baik atau buruk (David 2006). Beberapa faktor internal perusahaan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan, antara lain :

a. Manajemen

Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan staf dan pengendalian. Perencanaan terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Pengorganisasian berkaitan dengan semua kualitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang. Fungsi pengorganisasian berkaitan dengan desain organisasi, spesialisasi pekerjaan dan analisis pekerjaan. Fungsi pemotivasian berkaitan erat dengan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, delegasi wewenang, kepuasan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan dan moral manajerial. Penunjukan staf berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yaitu administrasi gaji dan upah, tunjangan karyawan, wawancara penerimaan, pelatihan dan pengembangan manajemen. Pengendalian terdiri dari semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan hasil konsisten dengan yang direncanakan.

b. Pemasaran

Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa. Keputusan mendasar yang harus dibuat untuk menentukan pemasaran yang tepat adalah keputusan dalam bauran pemasaran (seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaannya).

c. Sumberdaya Manusia (SDM)

Masalah SDM sering menjadi faktor utama dalam sebuah perusahaan. Kegiatan mengelola orang-orang yang merupakan unsur dasar organisasi seringkali menjadi masalah bagi perusahaan. Keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumberdaya manusia.

d. Produksi dan operasi

(25)

e. Keuangan

Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing usaha kecil dan daya tarik keseluruhan bagi investor. Menetapkan kekuatan keuangan usaha kecil dan kelemahan amat penting untuk memutuskan alternatif strategi secara efektif.

2. Faktor Eksternal

Faktor strategi eksternal yang dimiliki organisasi meliputi peluang dan ancaman. Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan, teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan, sebagian besar di luar kendali suatu organisasi (David 2006). Ada beberapa faktor eksternal dalam perusahaan yang mempengaruhi positioning perusahaan antara lain: a. Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi suatu usaha beroperasi. Faktor ekonomi mempunyai daya tarik langsung pada daya tarik potensial dari berbagai strategi. Faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan usaha adalah pola konsumsi, laju inflasi, ketersediaan kredit, tingkat pajak, tren pertumbuhan ekonomi.

b. Kebijakan Pemerintah dan Politik

Kebijakan pemerintah dan politik dapat memberikan ancaman dan peluang bagi dunia usaha. Kebijakan pemerintah dapat berupa undang-undang baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten yang menentukan beroperasinya suatu perusahaan. Kebijakan perusahaan merupakan pertimbangan penting bagi pemimpin perusahaan dalam menentukan strategi pengembangan perusahaan.

c. Teknologi

Teknologi ini digunakan untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi. Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan strategi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan perkembangan produk baru yang lebih baik, menciptakan rangkaian produksi yang lebih pendek.

d. Pesaing

(26)

e. Ancaman pendatang baru

Ancaman pendatang baru ke dalam suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar dan sumberdaya yang cukup besar. Besarnya ancaman masuk pendatang baru ini tergantung pada hambatan masuk yang ada dan reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada. Sumber utama hambatan masuk industri diantaranya skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, pemasok, akses saluran distribusi. f. Kekuatan tawar-menawar konsumen

Konsumen selalu menginginkan kualitas produk yang tinggi, pelayanan yang baik dan harga yang murah. Konsumen yang kuat sering dapat negosiasi harga jual dengan memaksa harga turun, melakukan tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik.

g. Kekuatan tawar-menawar pemasok

Hal ini mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri terutama kalau jumlah pemasok sedikit, pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual ke industri.

h. Ancaman produk substitusi

Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk substitusi. Produk substitusi ini akan menjadi ancaman apabila mutunya sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri dan dihasilkan oleh industri yang menikmati laba tinggi.

Matriks IFE dan Matriks EFE

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan alat perumusan strategi meningkat dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dalam suatu usaha. Matriks ini juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan diantara bidang-bidang ini (David

Matriks External Factor Evaluation (EFE) merupakan alat perumusan strategi yang dapat meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Perusahaan harus mampu merespon secara ofensif maupun defensif terhadap faktor tersebut dengan merumuskan strategi yang dapat memanfaatkan peluang atau untuk meminimalkan dampak dari potensi ancaman (David

Matrik IE

Matrik IE merupakan alat untuk menentukan posisi suatu perusahaan pada internal dan eksternal perusahaan.Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis yang lebih detail. Melalui matrik IE dapat diidentifikasi menjadi tiga daerah utama yaitu :

(27)

b. Daerah kedua yaitu sel III, V dan VII merupakan tahap pertahankan dan pelihara. Strategi yang cocok digunakan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

c. Daerah ketiga yaitu sel VI, VII dan IX, paling baik dikelola dengan strategi panen dan investasi.

Matriks SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan (Rangkuti .

Alat analisis untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT, dapat menggambarkan dengan jelas kelemahan dan ancaman dari luar yang dihadapi, dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat set alternatif strategis yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT (Rangkuti yaitu :

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

a. Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

b. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

c. Strategi WT

Strategi ini didasarakan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Menurut David (2006), teknis perumusan strategi yang digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) tahap pengumpulan data yang meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi, (2) tahap pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal, (3) tahap keputusan, merupakan tahap untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan.

Matriks QSP

(28)

faktor kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi.dan membutuhkan penilaian intuitif yang baik.

Keunggulan dari QSPM adalah strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama. Selain itu, bahwa QSPM membutuhkan penyusunan strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan. Kelebihan lain dari QSPM adalah alat ini mengharuskan perencana strategi untuk memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait kedalam proses keputusan. QSPM dapat meningkatkan mutu pilihan strategik dalam perusahaan multinasional karena banyak faktor kunci dan strategi dapat dipertimbangkan sekaligus.

Keterbatasan QSPM adalah proses ini selalu memerlukan penilaian intuitif dan asumsi yang diperhitungkan. Memberi peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan subyektif, namun prosesnya harus menggunakan informasi obyektif. Diskusi di antara perencana strategi, manajer dan karyawan dalam seluruh proses perumusan strategi bersifat konstruktif dan memperbaiki keputusan strategis yang lalu. Diskusi konstruktif selama analisis dan pilihan strategi dapat timbul semata-mata karena perbedaan interpretasi informasi dan opini yang berbeda. Oleh karena itu informasi sebaiknya disampaikan dengan lengkap dan benar. Selain itu, untuk mengkaji dan atau menguji informasi yang diterima benar dan akurat, sebaiknya informasi berasal lebih dari dua orang yang berbeda dan dari pihak yang independen, tidak memiliki kepentingan terhadap informasi yang salah menjadi acuan (David 2006).

Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian strategi pemasaran ini bukan merupakan yang pertama. Beberapa penelitian sebelumnya yang menyinggung tentang strategi pemasaran telah banyak dilakukan sehingga banyak dijadikan acuan. Penelitian tentang strategi pemasaran ternak sapi oleh Karupa et al. (2005) untuk mengetahui nilai ekonomis penjualan ternak dari 15 (lima belas) sifat produksi ternak pada sapi Slovakian Pied dengan membandingkan 3 (tiga) macam strategi pemasaran yaitu strategi A ekspor pedet surplus, strategi B penggemukan pedet surplus dan strategi C penggembalaan sapi dara tidak bunting. Hasil penelitian ini menyimpulkan strategi pemasaran A dapat diterapkan pada sifat bobot sapih, strategi B pada sifat bobot setahun dan strategi C pada sifat masa hidup induk.

Hasil penelitian terdahulu yang dijadikan acuan berdasarkan metode yang digunakan seperti penelitian yang dilakukan Indriani (2005) dengan judul penelitian Stratetgi Pemasaran Semen Beku Sapi Potong di Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak Propinsi DIY. Hasil penelitian prioritas adalah meningkatkan kualitas semen beku, penambahan ternak pejantan, mempertahankan SDM yang professional, meningkatkan pelayanan purna jual dan mempertahankan harga dibawah standar harga semen beku dari Pusat.

(29)

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang merupakan salah satu produsen semen beku sapi potong yang melakukan pemasaran semen beku di seluruh Indonesia, tetapi semen beku sapi potong yang paling banyak dipesan berasal dari provinsi di Pulau Jawa yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, D. I Yogyakarta dan Jawa Timur.

Permasalahan yang ditemui dalam pemasaran semen beku sapi potong lokal adalah kurangnya minat peternak untuk membeli semen beku sapi lokal. Strategi yang telah dilakukan oleh BIB Lembang antara lain meningkatkan promosi produk semen beku sapi potong BIB Lembang kepada para peternak tentang memberikan pembinaan dan sosialisasi tentang keunggulan semen beku sapi potong lokal, selain itu menyebarkan leaflet, brosur, katalog kepada para peternak. Akan tetapi strategi yang telah diterapkan dalam melakukan pemasaran semen beku sapi potong lokal masih belum optimal. Untuk merancang strategi, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan dan sejauh mana faktor-faktor tersebut berperan dalam penyusunan strategi pemasaran dikaitkan dengan sumberdaya yang dimiliki oleh BIB Lembang.

Sebelum dilakukan penentuan prioritas strategi pemasaran terlebih dahulu ditentukan tujuan apa yang ingin dicapai oleh BIB Lembang terkait dengan permasalahan yang ada dalam pemasaran semen beku sapi potong. Tujuan BIB Lembang adalah meningkatkan penjualan semen beku sapi potong lokal dan diserap oleh pasar atau peternak. Untuk merealisasikan tujuan dari BIB Lembang tersebut, ditentukan faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pemasaran semen beku sapi potong. Penentuan faktor-faktor internal yaitu melalui bauran pemasaran yang, sedangkan penentuan faktor eksternal meliputi kebijakan pemerintah, keberadaan balai sejenis, kondisi ekonomi dan pasar global.

Hasil dari identifikasi faktor internal dan eksternal, kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks

External Factor Evaluation (EFE). Matriks IFE digunakan untuk untuk menganalisis faktor-faktor internal, mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan Balai, kemudian dilakukan pembobotan. Matriks EFE digunakan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal, mengklasifikasikannya menjadi peluang dan ancaman bagi BIB Lembang, kemudian dilakukan pembobotan.

Matriks IE digunakan dalam melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan EFE yang diperoleh dari audit internal dan eksternal Balai. Matriks ini bermanfaat untuk menentukan posisi Balai dan mempunyai dampak strategi yang berbeda, yaitu strategi tumbuh dan kembang, strategi jaga dan pertahankan serta strategi penciutan atau divestasi.

(30)

Selanjutnya digunakan matriks QSPM yang merupakan tahap akhir dari perumussn strategis yang secara objektif mengindikasikan alternatif strategi yang terbaik berdasarkan total nilai daya tarik dari masing-masing faktor internal dan eksternal. Secara rinci kerangka pemikiran penelitian strategi pemasaran semen beku sapi potong di BIB Lembang seperti pada Gambar .

Gambar . Kerangka Pemikiran Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang

– Bandung, yang berlokasi di Jalan Kiwi Kayu Ambon No. 78 Lembang – Bandung. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa BIB Lembang adalah salah satu produsen yang memproduksi semen beku sapi potong dan adanya ketersediaan data yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian.

Waktu penelitian selama 6 bulan mulai Oktober 2015 – Maret 2016 dengan kegiatan meliputi : penyusunan proposal, studi pustaka dan konsultasi dengan pembimbing, pengumpulan data lapangan, pengolahan data, penulisan hasil penelitian, pengajuan jurnal, seminar hasil dan ujian tugas akhir.

Produsen Semen Beku (BIB Lembang)

Pemasaran Semen Beku BIB Lembang

Faktor Internal

Matriks IFE dan EFE untuk menganalisis Faktor Internal dan Eksternal Pemasaran Semen Beku Sapi Potong

Analisis Posisi Balai (Matriks IE)

Alternatif Strategi Pemasaran Semen Beku Sapi (Matrks SWOT)

Prioritas Strategi Pemasaran Semen Beku Sapi Potong (Matriks QSPM)

(31)

Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden untuk mendapatkan informasi yang diinginkan atau diharapkan dengan menggunakan kuesioner. Data primer dikumpulkan meliputi harga, produk, permintaan semen beku, persaingan pasar, peluang pasar dan aspek keuangan. Data sekunder dikumpulkan dari studi pustaka dan dokumen balai yang berkaitan dengan topik penelitian meliputi SDM Balai, kondisi pejantan lokal, proses produksi semen beku, bahan dan peralatan produksi semen.

Metode pengambilan sampel dan responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah informan kunci (keys informan) yang merupakan subyek yang sangat mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh BIB Lembang Responden yang dipilih untuk mengisi kuesioner secara purposive yaitu Kepala BIB Lembang, Kepala Seksi Jasa Produksi, Kepala Seksi Pelayanan Teknis Produksi Semen, Kepala Seksi Pelayanan Teknis Pemeliharaan Ternak.

Untuk mengidentifikasi dan dan mengevaluasi secara lebih mendalam faktor kunci internal dan eksternal BIBI Lembang ditentukan 3 (tiga) orang responden pakar yaitu yang dianggap cukup ahli dan menguasai kondisi Balai dan permasalahannya yaitu : Kepala Seksi Jasa Produksi BIB Lembang, (2) Pakar pendamping BIB Lembang, dan Penanggung jawab kegiatan produksi dan peredaran semen beku di Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam wawancara tersebut, responden mengidentifikasi dan mengevaluasi serta memberikan bobot dan rating terhadap faktor-faktor strategis yang diuraikan dalam kuesioner. Data primer dan sekunder yang telah didapatkan, dimasukkan dan digitasi ke dalam bentuk soft file. Pengolahan data menggunakan metode yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan bantuan software Statistical Package for Social Science (SPSS) dan

microsoft Excel.

Pengolahan dan Analisa Data

Data yang akan dianalisis meliputi data data internal dan eksternal Balai yang merupakan faktor kunci dan berpengaruh terhadap perkembangan Balai. Data yang dianalisis merupakan data ordinal yang selanjutnya dianalisa dengan menggunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM.

a. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Faktor Evaluation (EFE). Matriks EFE digunakan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal, mengklasifikasikannya menjadi peluang dan ancaman bagi Balai, kemudian dilakukan pembobotan. Matriks IFE digunakan untuk untuk menganalisis faktor-faktor internal, mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan Balai kemudian dilakukan pembobotan. Tahapan dalam pembuatan matriks

(32)

1) Menentukan dalam kolom 1 faktor strategi enternal yang menjadi peluang dan ancaman serta faktor strategi internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan balai.

2) Memberikan bobot untuk masing-masing faktor dalam kolom 2. Dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan semua faktor harus sama dengan 1,0.

3) Memberikan peringkat 1 – 4 untuk masing-masing faktor kunci dalam kolom 3 tentang seberapa efektif strategi Balai dalam merespon faktor tersebut dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik) hingga 1 (di bawah rataan). Pemberian nilai rating untuk faktor kekuatan dan peluang bersifat positif (kekuatan atau peluang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika kekuatan atau peluang kecil diberi rating 1). Pemberian sangat besar rating adalah 1. Sebaliknya jika nilai kelemahan atau ancaman di bawah rataan atau kecil nilainya adalah 4).

4) Mengalikan masing-masing bobot faktor dengan ratingnya untuk menentukan nilai tertinggi dari skor.

5) Menjumlahkan skor dari masing-masing peubah untuk menentukan total skor Balai.

Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobot berkisar antara 1,0-4,0 dengan nilai rataan 2,5. Nilai di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal Balai lemah dan nilai di atas 2,5 menunjukkan posisi internal Balai kuat. Total nilai 4,0 menunjukkan Balai mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengantisipasi kelemahan dan total nilai 1,0 berarti Balai tidak dapat mengantisipasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki.

Dalam matriks EFE total keseluruhan nilai yang dibobot tertinggi adal 4,0 yang mengindikasikan bahwa Balai mampu merespon peluang yang ada dan menghindari ancaman di pasar industri. Nilai terendah adalah 1,0 yang menunjukkan strategi yang dilakukan Balai tidak dapat memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman yang ada. Setelah tersusun matriks IFE dan

EFE, dilakukan kombinasi alternatif strategi dengan menggunakan matriks IE

dan SWOT.

b. Matriks Internal External (IE)

Matriks IE digunakan dalam melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan EFE yang diperoleh dari audit internal dan eksternal Balai. Matriks IE terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE dan total skor dari matriks EFE. Total skor matriks IFE dipetakan pada sumbu X dengan skor 1,0-1,99 yang menyatakan posisi internal adalah lemah, skor 2,0-2,99 posisinya sedang, serta skor 3,0-4,0 adalah posisi kuat.

(33)

1) Strategi tumbuh dan kembang yang meliputi sel I, II, atau IV dan strategi yang cocok untuk diterapkan, antara lain strategi intensif atau strategi integratif.

2) Strategi jaga dan pertahankan yang meliputi sel III, V, atau VII, dapat dikelola dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3) Strategi penciutan atau divestasi yang meliputi sel VI, VIII, atau IX. c. Matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)

Matriks SWOT merupakan alat untuk merumuskan berbagai alternatif strategi yang diterapkan, dimana analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang Balai, dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi Balai. Matriks ini dapat menghasilkan empat tipe kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi SO yang merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari/mengurangi dampak ancaman, strategi WO bertujuan memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang dan strategi WT untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Kombinasi faktor internal dan faktor eksternal dalam matriks SWOT

(Rangkuti .

d. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM )

QSPM atau matriks perencanaan strategis kuantitatif adalah merupakan tahap akhir dari perumusan strategis yang secara objektif mengindikasikan alternatif strategi yang terbaik. QSPM terdiri atas empat komponen, antara lain (1) bobot yang diberikan sama dengan yang ada pada matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation

(IFE), (2) nilai daya tarik, (3) total nilai daya tarik dan (4) jumlah total nilai daya tarik. Langkah yang diperlukan untuk mengembangkan matriks ini (David yaitu:

Langkah : Mendaftarkan faktor kunci dari kekuatan atau kelemahan internal dan peluang atau ancaman eksternal Balai dalam kolom kiri matriks.

Langkah : Memberikan bobot untuk setiap faktor eksternal dan internal. Bobot sama dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE. Langkah : Memeriksa tahap kedua (pemaduan) dan mengidentifikasi

strategi alternatif yang dapat dipertimbangkan Balai untuk diimplementasikan.

Langkah 4 : Memeriksa tahap kedua (pemadan) dan mengidentifikasi strategi alternatif yang dapat dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.

(34)

Langkah 6 : Menghitung total nilai daya tarik dengan mengalikan antara bobot dengan nilai daya tarik.

Langkah : Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Jumlah ini mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap strategi. Semakin tinggi nilainya, menunjukkan strategi tersebut semakin menarik dan sebaliknya. Berdasarkan keterangan di atas tahapan penelitian seperti tertulis pada Gambar

Gambar 3 : Tahapan Penelitian

Produsen Semen Beku

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka dan Referensi

Penelitian

 Teknik Pengambilan Sampel : Non Probability Sampling (purposive sampling)

 Pengumpulan Data : Kuesioner

Metode dan Analisa Data

 Matriks IFE dan EFE untuk menganalisis Faktor Internal dan Eksternal

 Matriks IE untuk menganalisis posisi Balai

 Analisis SWOT untuk memformulasikan strategi pemasaran

 Analisis QSPM untuk merumuskan strategi terbaik

Pengumpulan data

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

(35)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum BIB Lembang

BIB Lembang terletak di jalan Kiwi Kayu Ambon No. 78 Lembang Bandung, berjarak sekitar 17 Km dari Kota Bandung. Letaknya sangat strategis untuk pemeliharaan ternak, yakni berada di wilayah Indonesia Barat yang sangat dekat dengan Jakarta sebagai Ibukota Negara. Lokasi BIB Lembang memiliki ketinggian 1.100 m dpl, dengan temperature - C, curah hujan 2.5 mm/tahun serta kelembaban 80-94%. Keadaan alam yang sejuk ini sangat cocok untuk pengembangan sapi. Sebagai BIB pertama di Indonesia, diberi mandat oleh Pemerintah untuk memproduksi semen beku sapi potong dan sapi perah dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan inseminasi buatan (IB) di Indonesia agar tidak selalu tergantung pada semen beku impor. BIB Lembang sejak berdiri sampai sekarang, telah memproduksi semen beku benih unggul lebih dari 33 juta dosis dan telah disebarkan ke daerah-daerah pelaksana IB di Indonesia.

Visi dan Misi Balai

BIB Lembang memiliki visi menjadi produsen semen beku terdepan yang bersih, efisien, dan berprestasi melalui teknologi Inseminasi Buatan untuk kesejahteraan masyarakat peternakan. Motto BIB Lembang : “Dengan Mani,

Membangun Negeri “. Misi BIB Lembang adalah sebagai berikut :

a) Melaksanakan produksi, penyimpanan dan distribusi serta pemasaran semen beku dalam rangka pelayanan prima kepada masyarakat.

b) Menggali potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) melalui optimalisasi pemanfaatan aset dalam menunjang tugas pokok dan fungsi balai.

c) Menyelenggarakan dan menggerakkan penyempurnaan teknik dan metoda untuk pengembangan inseminasi buatan.

d) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) peternakan melalui pelatihan/magang/bimbingan teknis.

e) Mendorong terciptanya peluang dan kesempatan kerja mandiri untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat peternak.

Organisasi Balai

Struktur organisasi BIB Lembang ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. 58/Permentan/OT.140/5/2013 tanggal 24 Mei 2013, yang menetapkan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Inseminasi Buatan Lembang. BIB Lembang adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan secara teknis dibina oleh Direktur Perbibitan Ternak dengan tugas pokok melaksanakan produksi dan pemasaran benih ternak unggul, serta pengembangan inseminasi buatan.

(36)

Kepala Balai, Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha merupakan jabatan struktural. Dalam melaksanakan tugas balai, kepala Balai juga dibantu oleh kelompok jabatan fungsional terdiri dari Pengawas Bibit Ternak, Pengawas Mutu Pakan, Medik Veteriner, Paramedik Veteriner dan sejumlah jabatan fungsional lainnya berdasarkan bidang masing-masing.

Jumlah Karyawan BIB Lembang saat ini telah sesuai dengan kebutuhan Balai, secara keseluruhan adalah sebanyak 90 orang yang terdiri dari 88 orang PNS, 2 orang CPNS, 14 orang karyawan kontrak. Berdasarkan pendidikan, karyawan BIB Lembang memiliki 2 (dua) orang magister/S2, 9 (sembilan) orang dokter hewan, 1 (satu) orang sarjana peternakan, 1 (satu) orang sarjana biologi, 3 (tiga) orang D4, 15 (lima belas) orang D3, 1 (satu) orang D2 dan 44 (empat puluh empat) orang lulusan Snakma/SLTA/SLTP/SD. Struktur organisasi BIB Lembang dapat dilihat pada Gambar .

Gambar . Struktur Organisasi BIB Lembang Sarana dan Prasarana Balai

Dalam menjalankan proses produksi semen beku ternak unggul, BIB Lembang memiliki sarana dan prasarana yang cukup modern terutama mesin dan peralatan produksi semen beku. Saat ini luas keseluruhan lahan BIB Lembang ±22,55 ha dengan rincian luas bangunan + kandang + jalan ± 4 ha, sedangkan luas kebun rumput 18,55 ha.

Balai Inseminasi Buatan Lembang mengadopsi teknologi dari Selandia Baru dalam teknik produksi semen beku. Laboratorium BIB Lembang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan telah menerapkan sistem manajemen mutu sesuai ISO : dan ISO 9001 : 2008. Peralatan yang ada berasal dari Prancis dan Jerman seperti container kapasitas 500 - 600 liter, dummy cow, mikroskop yang terhubung langsung dengan komputer, mesin printing-sealing-fealing yang ada saat ini sangat mutakhir serta peralatan laboratorium cukup lengkap untuk memproduksi semen beku.

Kepala Balai

Sub Bagian

Seksi Jasa Produksi Seksi

Pelayanan Teknis Produksi Semen Seksi

Pelayanan Teknis Pemeliharaan Ternak

(37)

Proses Produksi Semen Beku

Menurut Ditjennak (2008) Produksi semen beku adalah proses pembuatan semen beku sejak penampungan semen segar sampai semen beku siap untuk dipergunakan dalam kegiatan inseminasi buatan (IB). Adapun prosesnya sebagai berikut :

1. Penampungan Semen

Bahan dan alat yang digunakan dalam proses penampungan semen adalah vaselin, alkohol 70 %, handuk besar, lap tangan, tisu, kertas label, tali pita, stick glass, thermometer, vagina buatan (AV), inner liner, tabung sperma corong AV, pompa AV, pelindung tabung sperma, sikat pembersih AV, tali pengikat ekor, serbuk gergaji, segel tambang, tambang brongsong, kandang kawin pejantan,

dummy cow (boneka sapi betina) sapi pejantan/teaser.

Penampungan semen dilakukan oleh petugas yang terlatih yang disebut

collector. Collector harus selalu dalam posisi siap untuk menampung dan kaki kiri sejajar kaki kanan serta menggunakan sepatu khusus. Untuk menampung semen pejantan dapat digunakan pejantan lain/teaser atau menggunakan boneka sapi betina. Semen yang telah tertampung segera dibawa dan diserahkan ke laboratorium untuk dilakukan evaluasi.

2. Pemeriksaan Semen Segar

Semen yang telah ditampung selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan secara makroskopis dengan cara melihat dan mencatat volume (minimal 2 ml), warna (susu, krem, kuning) dan kekentalan (encer, sedang, kental). Pemeriksaan secara mikroskopis yaitu semen diperiksa dibawah mikroskop dengan melihat gerakan massa semen. Semen segar yang layak diproses adalah semen yang dinilai dengan gerakan massa minimal ++ dan persentase sperma hidup minimal 70%. Selanjutnya adalah pemeriksaan konsentrasi semen dengan menggunakan alat spektofotometer. Semen yang memenuhi standar untuk diproses menjadi semen beku konsentrasi spermatozoa minimal 600 juta per ml. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pH semen dengan menggunakan alat pH meter.

3. Pelaksanaan Printing

Printing adalah proses identifikasi straw untuk membedakan antara semen satu pejantan dengan semen pejantan lain dengan menggunakan mesin printing

atau easy coder. Pada proses printing ini, akan tertulis kode pejantan. Untuk memudahkan dalam mengenal bangsa pejantan di tiap straw, dibedakan melalui warna straw.

4. Proses Pembuatan Semen Beku

Gambar

Gambar
Gambar  . Produksi Semen Beku Sapi Potog BIB Lembang
Gambar  . Penjualan Semen  Beku Sapi Potong BIB Lembang
Tabel  . Hasil Evaluasi Faktor Internal BIB Lembang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Analisis SWOT yang meliputi strength, weakness, opportunities, threats, digunakan untuk meningkatkan pemasaran Bank Syariah Bukopin.Dari hasil matriks SWOT

“ Strategi Strengts Weakness Opportunities Threats (SWOT) Sebagai Dasar Penentuan Strategi Bersaing ( Studi pada Rumah.. Ubi Dinarmas Jl.Karya Wisata

Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui dan memahami tata laksana proses produksi semen beku sapi Friesien Holstein (FH) meliputi proses

Pada bangsa Simmental uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa dari setiap BCS menunjukkan perbedaan yang nyata antara BCS sedang dan BCS optimum (P>0,05),

sapi bangsa Limousin yaitu 0,02 (Tabel 2) berarti tidak ada hubungan antara frekuensi penampungan ejakulasi semen dengan volume semen segar pada sapi bangsa

Besarnya hubungan antara pH semen dengan gerak massa spermatozoa ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi ( ) sebesar 0,072 yang artinya sebanyak 0,072 atau 7,2% gerak

Pada pusat IB di Ungaran Jawa Tengah, thawing terhadap semen beku dalam straw dengan air kran dikatakan memberi hasil yang memuaskan dibanding thawing memakai air es walaupun

1) Memperluas jaringan pemasaran dengan melakukan penetrasi pasar, misalnya dengan membuka tempat pemotongan Sapi baru. Di samping itu jaringan pemasaran dapat pula