• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kombinasi Antar Olahraga, Konsumsi Teh Hijau dan Buah Tin Terhadap Komposisi Tubuh dan Kebugaran Remaja Putri Gemuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kombinasi Antar Olahraga, Konsumsi Teh Hijau dan Buah Tin Terhadap Komposisi Tubuh dan Kebugaran Remaja Putri Gemuk"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMBINASI ANTARA OLAHRAGA,

KONSUMSI TEH HIJAU DAN BUAH TIN TERHADAP

KOMPOSISI TUBUH DAN KEBUGARAN JASMANI

REMAJA PUTRI GEMUK

ARYA KEMAL PRADANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Kombinasi Antara Olahraga, Konsumsi Teh Hijau dan Buah Tin terhadap Komposisi Tubuh dan Kebugaran Jasmani Remaja Putri Gemuk adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Arya Kemal Pradana

(3)

RINGKASAN

ARYA KEMAL PRADANA. Pengaruh Kombinasi Antara Olahraga, Konsumsi Teh Hijau dan Buah Tin Terhadap Komposisi Tubuh dan Kebugaran Jasmani Remaja Putri Gemuk. Dibimbing oleh AHMAD SULAEMAN dan BUDI SETIAWAN.

Prevalensi gemuk dan obesitas meningkat di seluruh dunia. Meningkatnya jaringan lemak di daerah perut dan panggul berkaitan dengan beberapa penyakit seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, hipertensi dan aterosklerosis. Olahraga serta konsumsi teh hijau dan buah tin terbukti mampu mengurangi lemak tubuh dan meningkatkan kebugaran jasmani orang gemukdan obes.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi eksperimental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kombinasi antara olahraga, konsumsi teh hijau dan buah tin terhadap komposisi tubuh dan kebugaran jasmani remaja putri gemuk selama 6 minggu. Sebanyak 28 remaja putri gemuk berusia 15-18 tahun dibagi kedalam 4 kelompok perlakuan; kombinasi antara olahraga dan teh hijau (OR+TH), kombinasi antara olahraga dan buah tin (OR+BT), kombinasi antara teh hijau dan buah tin (TH+BT) dan kelompok kontrol (C). Komposisi tubuh (berat badan, indeks massa tubuh, total body fat dan lean body

mass) diukur menggunakan metode Body Impedance Analysis (BIA) menggunakan alat Body Composition Analyzer Olimpia 3.5®. Kebugaran jasmani (VO2max) diukur menggunakan tes Cooper. Pengukuran dilakukan 3 kali yaitu

pada minggu 0, 3, dan 6. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan diuji menggunakan uji paired t-test, one way ANOVA dan tes Duncan.

Hasil uji one way ANOVA menunjukkan bahwa kombinasi antara olahraga, konsumsi teh hijau dan buah tin dalam 6 minggu tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan komposisi tubuh (penurunan berat badan, indeks massa tubuh, total body fat dan peningkatan lean body mass) dengan nilai p > 0.05, namun perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan kebugaran jasmani (peningkatan VO2max) remaja

putri gemuk dengan nilai p < 0.05. Pada kelompok OR+TH terjadi peningkatan VO2max sebesar 8.0 ml/kg/menit, sedangkan pada kelompok OR+BT terjadi

peningkatan VO2max sebesar 9.8 ml/kg/menit.

(4)

SUMMARY

ARYA KEMAL PRADANA. The effect of combination between exercise, green tea and figs consumption on body composition and physical fitness of overweight girls. Supervised by AHMAD SULAEMAN dan BUDI SETIAWAN.

Prevalance of overweight and obesity are increases all over the world. Increasing of fat tissue in the abdominal and pelvis area is associated with several diseases such as heart attack, type 2 diabetic, high blood pressure and atherosclerosis. Exercise and consumption of green tea or figs are believed to decrease body fat and to increase physical fitness overweight and obes people.

This study used quasi experimental design. The aim of this study is to analyze the effect of combination between exercise, green tea and figs consumption on body composition and physical fitness of overweight girls. Twenty eight overweight girls aged 15-18 years old was divided into 4 intervention groups; combination of exercise and green tea consumption (E+GT), combination of exercise and figs consumption (E+F), combination of green tea and figs consumption (GT+F) and control (C). Body composition (body weight, body mass index, total body fat and lean body mass) were measured using Body Impedance Analysis (BIA) method using Body Composition Analyzer Olympia 3.5®. Physical fitness (VO2max) was measured using the Cooper test.

Measurements were performed 3 times that at week 0, 3, and 6. Furthermore, the data were analyzed descriptively and tested using the paired t-test, one way ANOVA and Duncan tests.

The result of one way ANOVA test showed that the combination between exercise, green tea and figs consumption in 6 weeks did not give any significant effect on body composition (reduction in body weight, body mass index, total body fat and increase lean body mass) with p-value > 0.05, but those treatments significantly affected on physical fitness (VO2max improvement) of overweight

adolescent girls with p-value < 0.05. In E+GT group VO2max increased 8.0

ml/kg/minute, whereas the E+F group VO2max increased 9.8 ml/kg/minute.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

PENGARUH KOMBINASI ANTARA OLAHRAGA,

KONSUMSI TEH HIJAU DAN BUAH TIN TERHADAP

KOMPOSISI TUBUH DAN KEBUGARAN JASMANI

REMAJA PUTRI GEMUK

ARYA KEMAL PRADANA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul Tesis : Pengaruh Kombinasi Antar Olahraga, Konsumsi Teh Hijau dan Buah Tin Terhadap Komposisi Tubuh dan Kebugaran Remaja Putri Gemuk

Nama : Arya Kemal Pradana NIM : I151110061

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Ir Ahmad Sulaeman, MS, PhD Dr Ir Budi Setiawan, MS Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Gizi Masyarakat

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “Pengaruh Kombinasi Antara Olahraga, Konsumsi Teh Hijau dan Buah Tin terhadap Komposisi Tubuh dan Kebugaran Jasmani Remaja PutriGemuk ini berhasil diselesaikan.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman, MS dan Dr Ir Budi Setiawan, MS selaku komisi pembimbing yang telah bersedia

membimbing dan mengarahkan sehingga tesis ini dapat tersusun, serta Dr Ir Hadi Riyadi, MS selaku penguji yang telah memberikan saran untuk

perbaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Papa (Dr Ir Suwarto, M.Si), Mama (Endang Supriati) dan adik-adikku tersayang (Hilmi, Upit, Ikhlas, Salma) juga Gea Soraya atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Hipotesis 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Olahraga 4

High Intensity Interval Training (HIIT) 5

HIIT dan Penurunan Lemak Tubuh 5

Teh Hijau 6

Teh Hijau dan Penurunan Lemak Tubuh 7

Buah Tin 8

Buah Tin dan Penurunan Lemak Tubuh 9

Remaja 9

Gemuk dan Obes 11

Faktor Penyebab Gemuk dan Obes 11

Komposisi Tubuh 13

Kebugaran Jasmani 14

Volume Ambilan Oksigen Maksimal (VO2max) 15

Kerangka Pemikiran 16

METODE 18

Desain, Tempat dan Waktu 18

Populasi dan Sampel 18

Prosedur Penelitian 19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 20 Pengolahan dan Analisis Data 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Karakteristik Sampel Penelitian 21 Pengaruh Perlakuan Terhadap Komposisi tubuh 22 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kebugaran Jasmani 28 Kaitan Komposisi Tubuh dengan Kebugaran Jasmani 29

SIMPULAN DAN SARAN 30

Simpulan 30

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 36

(12)

DAFTAR TABEL

1. Kandungan gizi dalam 100 g buah tin kering 8 2. Klasifikasi indeks massa tubuh (IMT) penduduk Asia 11 3. Komposisi tubuh manusia dari janin hingga dewasa 13 4. Rekomendasi komposisi tubuh 14 5. Pengukuran variabel penelitian 21 6. Karakteristik sampel penelitian 22 7. Kategori kebugaran (VO2max) untuk perempuan 28

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran 17

2. Rata-rata berat badan (kg) sampel tiap kelompok perlakuan

pada minggu awal, pertengahan dan akhir perlakuan 22 3. Rata-rata IMT (kg/m2) sampel tiap kelompok perlakuan

pada minggu awal, pertengahan dan akhir perlakuan 24 4. Rata-rata LBM (%) sampel tiap kelompok perlakuan

pada minggu awal, pertengahan dan akhir perlakuan 25 5. Rata-rata TBW (%) sampel tiap kelompok perlakuan

pada minggu awal, pertengahan dan akhir perlakuan 26 6. Rata-rata TBF (%) sampel tiap kelompok perlakuan

pada minggu awal, pertengahan dan akhir perlakuan 26 7. Rata-rata VO2Max (ml/kg/menit) sampel tiap kelompok perlakuan

pada minggu awal, pertengahan dan akhir perlakuan 28

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi gemuk dan obes pada anak-anak dan remaja meningkat di seluruh dunia (Wong et al. 2008). Meningkatnya jaringan lemak pada tubuh terutama di daerah perut dan panggul akan meningkatkan pula resiko terhadap penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan beberapa tipe kanker (Parikh et al. 2007). Selain itu, kelebihan lemak tubuh sering dihubungkan dengan berbagai penyakit kronik seperti hiperkolesterolemia, penyakit batu empedu, dan osteoartritis (Turk et al. 2009). Penumpukan lemak abdomen, khususnya lemak viseral merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Interaksi dari berbagai faktor seperti faktor genetik, lingkungan, dan psikososial berpengaruh terhadap timbulnya gemuk dan obes. Namun secara sederhana, obes terjadi karena ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi antara lain yang diakibatkan oleh pola hidup tidak sehat seperti diet tinggi karbohidrat, lemak jenuh, kurang serat, serta aktivitas fisik yang sedikit (Wilborn et al. 2005).

Sekitar 43 juta anak-anak di dunia (35 juta diantaranya di negara berkembang) masuk ke dalam kategori gemuk dan obes. Prevalensi ini meningkat dari 4.2% pada tahun 1990 menjadi 6.7% pada tahun 2010 (Onis et al. 2010). Di Indonesia sendiri, prevalensi gemuk dan obes pada kelompok dewasa (>18 tahun) pada tahun 2013 adalah sebesar 21.7%. Prevalensi tersebut lebih tinggi pada perempuan (32.9%) dibandingkan dengan laki-laki (19.7%) dan lebih banyak dijumpai pada daerah perkotaan dengan status ekonomi yang tinggi. Jumlah remaja gemuk usia 16-18 tahun mencapai 7.3% (RISKESDAS 2013).

Gemuk merupakan keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal, sedangkan obes adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat akumulasi lemak dalam tubuh lebih dari 20% untuk pria dan 25% untuk wanita. Gemuk dan obes dapat menimpa semua tahapan usia tak terkecuali remaja. Masa remaja merupakan masa yang sangat rentan terhadap perkembangan gemuk maupun obes. Hal ini disebabkan oleh penurunan aktivitas fisik dan perlambatan laju pertumbuhan terutama pada remaja putri, sehingga aktivitas fisik yang cukup pada masa remaja memberikan peranan penting dalam mencegah gemuk dan obes serta mencegah perkembangannya (Stankov 2012).

(14)

12 minggu terbukti dapat menurunkan indeks massa tubuh (IMT) dan meningkatkan massa tubuh tanpa lemak remaja obes (Wong et al. 2008). Selain itu, olahraga dengan intensitas sedang hingga tinggi yang dilakukan 3 kali seminggu dengan durasi 45 menit selama 8 minggu pada anak obes mampu menurunkan IMT dan berat badan sebesar 0.7 kg (Anam 2010).

Saat ini telah banyak metode olahraga yang dikembangkan untuk mengatasi masalah gemuk dan obes. Salah satu metode tersebut adalah High Intensity Interval Training atau latihan berselang dengan intensitas tinggi yang disingkat denganHIIT. HIIT merupakan salah satu metode olahraga yang ditandai dengan latihan yang menampilkan performa maksimal, yaitu >90 denyut nadi maksimal (DNM) diselingi dengan istirahat aktif (jogging/berjalan) dan dilakukan secara berulang-ulang (Gibala 2007). Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa HIIT mampu memberikan efek yang maksimal terhadap pengurangan massa lemak tubuh dengan lebih efektif dan efisien. Trapp et al. (2008) mengungkapkan bahwa HIIT yang dilakukan 3 kali seminggu selama 15 minggu terbukti signifikan berhubungan dengan pengurangan total lemak tubuh, serta lemak di bagian paha dan panggul. Sejalan dengan hal tersebut, Heydari et al. (2012) mengungkapkan bahwa HIIT yang dilakukan selama 12 minggu dengan durasi 20-30 menit terbukti signifikan mampu mengurangi total lemak tubuh, lemak di bagian perut dan pinggul, serta meningkatkan kapasitas aerobik remaja gemuk.

Selain berolahraga, konsumsi pangan tertentu juga telah banyak dianjurkan untuk mengatasi masalah gemuk dan obes, diantaranya adalah dengan mengkonsumsi teh hijau dan buah tin. Kandungan polifenol dalam teh hijau yang dikenal dengan katekin telah banyak diteliti memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan terutama dalam mencegah dan mengatasi berbagai macam masalah kesehatan salah satunya adalah obes (Kao et al. 2006). Sebuah studi epidemiologi menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi teh hijau lebih dari 10 tahun dapat menurunkan persentase total lemak tubuh dan lingkar pinggang (Wu et al. 2003). Selain itu, teh hijau juga mampu mengurangi berat badan penderita obes di Thailand dengan meningkatkan pengeluaran energi dan membantu oksidasi lemak tubuh (Auvichayapat et al. 2007).

(15)

Perumusan Masalah

1. Apakah kombinasi antara olahraga, konsumsi teh hijau dan buah tin berpengaruh terhadap komposisi tubuh remaja putri gemuk.

2. Apakah kombinasi antara olahraga dan konsumsi teh hijau dan buah tin berpengaruh terhadap kebugaran remaja putri gemuk.

Tujuan

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi antara olahraga, konsumsi teh hijau dan buah tin terhadap komposisi tubuh dan kebugaran jasmani remaja putri gemuk. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji pengaruh kombinasi antara olahraga dan konsumsi teh hijau terhadap perubahan komposisi tubuh dan kebugaran jasmani remaja putri gemuk.

2. Mengkaji kombinasi antara olahraga dan konsumsi buah tin terhadap komposisi tubuh dan kebugaran jasmani remaja putri gemuk.

3. Mengkaji pengaruh kombinasi antara konsumsi teh hijau dan buah tin terhadap perubahan komposisi tubuh dan kebugaran jasmani remaja putri gemuk.

Hipotesis

1. Kombinasi antara olahraga dan konsumsi teh hijau berpengaruh terhadap perubahan komposisi tubuh dan kebugaran jasmani remaja putri gemuk. 2. Kombinasi antara olahraga dan konsumsi buah tin berpengaruh terhadap

perubahan komposisi tubuh dan kebugaran jasmani remaja putri gemuk. 3. Kombinasi antara konsumsi teh hijau dan buah tin berpengaruh terhadap

perubahan komposisi tubuh dan kebugaran jasmani remaja putri gemuk.

Manfaat Penelitian

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Olahraga

Dari sudut pandang ilmu fisiologi olahraga, olahraga dapat didefinisikan sebagai serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan seseorang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya sesuai dengan tujuannya melakukan olahraga (Giriwijoyo 2005). Apabila ditinjau dari sudut pandang ilmu kesehatan olahraga, Giriwijoyo et al. (2007) mendefinisikan olahraga sebagai serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (yang berarti mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti meningkatkan kualitas hidup).

Berdasarkan sifat dan tujuannya, olahraga dibagi menjadi tiga yaitu olahraga prestasi, olahraga rekreasi, dan olahraga kesehatan (Giriwijoyo 2005). Olahraga prestasi adalah olahraga yang dilakukan dengan tujuan mencapai prestasi maksimal, olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan dengan kegiatan rekreasi, sedangkan olahraga kesehatan merupakan olahraga yang dilakukan dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang.

Dari ketiga jenis olahraga di atas, olahraga kesehatan merupakan olahraga yang paling mudah dilakukan untuk menjaga kesehatan seseorang. Secara umum, olahraga kesehatan dilakukan dengan intensitas yang setingkat diatas intensitas gerak raga yang biasa dilakukan untuk pelaksanaan tugas kehidupan sehari-hari yaitu antara 60-80% DNM (Giriwijoyo 2005). DNM seseorang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

DNM = 220 – usia.

Olahraga kesehatan memiliki ciri umum dan khusus. Ciri umum olahraga kesehatan diantaranya adalah massal, mudah, murah, meriah, manfaat dan aman (Giriwijoyo 2005). Massal berarti olahraga kesehatan harus mampu menampung sejumlah besar peserta secara bersama-sama. Mudah berarti gerakannya mudah sehingga dapat diikuti oleh kebanyakan orang (peserta) yang menjadikan kemampuan dan keterampilan gerak dasar menjadi meningkat. Murah berarti peralatannya sangat minim atau bahkan tanpa peralatan sama sekali. Meriah berarti mampu membangkitkan kegembiraan dan tidak membosankan. Manfaat dan aman berarti manfaatnya jelas dirasakan oleh setiap peserta dengan tingkat umur dan derajat sehat dinamis yang berbeda-beda.

(17)

waktu pelaksanaan olahraga kesehatan agar dapat menghasilkan manfaat serta santai tanpa beban emosional dan bukanlah suatu perlombaan atau pertandingan.

Olahraga kesehatan sendiri berfungsi untuk meningkatkan derajat sehat statis dan dinamis (Giriwijoyo 2005). Adapun yang dimaksud sehat statis adalah sehat pada waktu istirahat, sedangkan sehat dinamis adalah sehat pada waktu bergerak atau bekerja. Orang yang sehat dinamis pasti sehat statis sedangkan orang yang sehat statis belum tentu sehat dinamis. Olahraga kesehatan memiliki tiga tahap sasaran yaitu sasaran minimal, sasaran antara dan sasaran utama. Sasaran minimal bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak yang masih ada, sasaran antara bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan otot untuk kemampuan gerakannya lebih lanjut, sedangkan sasaran utama bertujuan untuk memelihara kemampuan kapasitas aerobik yang telah memadai atau meningkatkan kemampuan aerobik untuk mencapai kategori minimal sedang.

High Intensity Interval Training (HIIT)

High Intensity Interval Training (HIIT) atau latihan berselang dengan intensitas tinggi merupakan suatu metode latihan yang ditandai oleh latihan dengan menampilkan performa maksimal (>90 DNM) diselingi dengan istirahat aktif dan dilakukan secara berulang-ulang (Gibala 2007). HIIT memiliki berbagai macam variasi, namun secara umum HIIT ditandai dengan lari cepat yang singkat pada intensitas maksimal dan kemudian diikuti dengan jogging pada intensitas rendah atau istirahat aktif. Jarak antara lari cepat dan jogging atau istirahat aktif bervariasi yaitu 6 detik hingga 4 menit (Boutcher 2011). Dalam kaitannya dengan upaya pengurangan lemak tubuh dan mencegah gemuk dan obes, metode HIIT yang paling sesuai digunakan adalah metode 8s/12s (Boutcher 2011). Metode 8s/12s merupakan metode HIIT yang terdiri dari 8 detik lari cepat dan diselingi istirahat aktif (jogging) selama 12 detik yang dilakukan selama 20 menit.

Penelitian mengungkapkan bahwa HIIT yang dilakukan selama 8 hingga 15 minggu dengan durasi 20-30 menit tiap sesi terbukti signifikan mengurangi total lemak tubuh, lemak disekitar perut dan panggul serta meningkatkan kapasitas aerobik dan kebugaran jasmani seseorang. Heydari et al. (2012) mengungkapkan bahwa HIIT yang dilakukan selama 12 minggu dengan durasi 25 menit tiap sesi terbukti signifikan menurunkan total lemak tubuh, lemak bagian paha, perut dan panggul serta terbukti signifikan meningkatkan massa otot tanpa lemak dan kapasitas aerobik pada 46 laki-laki gemuk selama 12 minggu. Selain itu, hasil penelitian Trapp et al. (2008) juga mengungkapkan bahwa HIIT (8s/12s) dengan durasi 20 menit/sesi yang dilakukan 3 kali seminggu selama 15 minggu terbukti signifikan mengurangi total lemak tubuh, serta lemak di bagian paha dan panggul pada remaja wanita obes.

HIIT dan Penurunan Lemak Tubuh

(18)

intensitas tinggi (>90% DNM) mampu membakar lemak tubuh lebih banyak dibandingkan dengan intensitas sedang (Boutcher 2010).

Sebagian besar penelitian mengenai HIIT difokuskan pada adaptasi otot rangka dalam jangka waktu yang pendek (2 sampai 6 minggu), namun beberapa penelitian telah memanfaatkan progam HIIT tersebut untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pengurangan lemak tubuh. Tremblay et al. (1994) mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan latihan steady state, HIIT yang dilakukan selama 24 minggu berpengaruh lebih besar terhadap pengurangan lemak tubuh. Selanjutnya Trapp et al. (2008) melakukan progam HIIT selama 15 minggu dengan menggunakan metode 8s/12s pada remaja putri obes dan terbukti mampu mengurangi lemak tubuh secara signifikan (2.5 kg) .

Saat ini fokus penelitian terkait HIIT terhadap pengurangan lemak tubuh difokuskan pada durasi Post-exercise Oxygen Consumption (EPOC) atau konsumsi oksigen setelah latihan. Pada saat setelah melakukan olahraga dengan intensitas tinggi, metabolisme dalam tubuh akan meningkat sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat pula. Semakin lama kita membutuhkan oksigen dalam jumlah besar, maka kalori yang dibakar akan semakin banyak (Boutcher 2011). Berkaitan dengan hal tersebut, Trembley et al. (1994) mengungkapkan bahwa HIIT menyebabkan pengurangan lemak tubuh yang lebih baik dibandingkan olahraga dengan intensitas sedang dimana kalori pada saat HIIT lebih banyak digunakan dibandingkan dengan olahraga intensitas sedang. HIIT selama 2 minggu juga dapat meningkatkan kapasitas oksidasi lemak tubuh pada saat berolahraga (Talanian et al. 2007).

Teh Hijau

Teh sebagai bahan minuman terbuat dari pucuk daun muda teh yang telah mengalami proses pengolahan seperti pelayuan, oksidasi enzimatis, penggilingan dan pengeringan. Teh hijau adalah teh yang dalam proses pembuatannya tidak mengalami fermentasi. Teh hijau dapat diperoleh melalui pemanasan (udara panas) dan penguapan. Kedua metode itu berguna untuk mencegah terjadinya oksidasi enzimatis katekin. Teh hijau memiliki berbagai khasiat, antara lain mengurangi resiko kanker (kanker perut, kanker payudara, kanker kandungan, kanker prostat, kanker rongga mulut), menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah tekanan darah tinggi, membunuh bakteri, membunuh virus-virus influenza, mengurangi stres, melangsingkan badan, meningkatkan kemampuan belajar, menurunkan kadar gula darah, mencegah pengeroposan gigi, antioksidan dan mencegah penuaan dini, mengatasi penyakit jantung koroner, menurunkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah penyakit ginjal, mencegah penyakit parkinson, mencegah nafas tidak sedap, dan antiosteoporosis (Widyaningrum 2013).

(19)

(Setyamidjaja 2000). Keempat kelompok tersebut diantaranya adalah (1) substansi fenol: tanin/katekin, flavanol (querecetin, kaemferol dan myricetin), (2) substansi bukan fenol: karbohidrat (sukrosa, glukosa, fruktosa), substansi pektin (pektin dan asam pektat), alkaloid (kafein, teobromin, teofilin), protein, substansi resin, vitamin (vitamin C, K, A, B1, B2, asam nikotinat dan asam pantotenat), serta substansi mineral, (3) substansi aromatis: fraksi karboksilat, fenolat, karbonil, netral bebas karbonil (sebagian besar terdiri atas alkohol), (4) enzim: invertase, amilase, glukosidase, oximetilase, protease, dan peroksidase.

Epigallocatechin-3-gallate (EGCG) merupakan komponen polifenol utama yang ditemukan pada teh hijau. Beberapa komponen polifenolyang dikenal dengan nama katekin juga ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit pada teh hijau, yakni epicatechin-3-gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), epicatechin

(EC) dan catechin (Nagle et al. 2006). EGCG merupakan katekin yang paling banyak terkandung pada teh hijau dan mewakili hampir sekitar 50-80% dari total katekin yang terkandung pada teh hijau (Rains et al. 2011). EGCG juga dianggap sebagai komponen yang paling bioaktif yang terdapat pada teh hijau (Wolfram et al. 2006).

Teh Hijau dan Penurunan Lemak Tubuh

Secara mendasar terdapat 2 cara untuk mencegah atau mengurangi lemak tubuh yang berlebih yaitu dengan cara mengurangi asupan energi atau meningkatkan pengeluaran energi. Beberapa penelitian mengungkapkan pengaruh bahan-bahan makanan terhadap aktivitas sistem saraf simpatis dengan tujuan mencegah keseimbangan energi positif pada manusia. Aktivasi sistem saraf simpatis akan menurunkan rasa lapar, memperlama rasa kenyang dan menstimulasi pengeluaran energi, diantaranya dengan meningkatkan oksidasi lemak (Belza et al. 2009). Meskipun belum dapat diketahui dengan pasti mekanisme yang tepat tentang peran teh hijau terhadap pengurangan lemak tubuh, namun beberapa penelitian mengungkapkan bahwa teh hijau mampu menghambat enzim catechol O-methyl-transferase, menghambat enzim fosfodiesterase, aktivasi termogenesis brown adipose tissue dan Menurunkan absorbsi energi (Belza et al. 2009).

Teh hijau mengandung kadar polifenol yang cukup tinggi. Salah satunya adalah epigallocathechin-3-gallate (EGCG) atau yang dikenal dengan katekin. Katekin pada teh hijau telah terbukti secara invitro mampu menghambat enzim

catechol O-methyl transferase (COMT), enzim yang mendegadasi norepinefrin (Belza et al. 2009). Dengan terhambatnya enzim COMT oleh katekin, maka terjadi reduksi degadasi norepinefrin yang akan menghasilkan penambahan waktu kerja norepinefrin pada sistem saraf simpatis. Aktivasi sistem saraf simpatis ini akan menstimulasi pengeluaran energi di antaranya dengan meningkatkan termogenesis dan oksidasi lemak (Belza et al. 2009).

(20)

Dengan demikian teh hijau yang mengandung katekin dan kafein bekerja pada jalur modulasi yang berbeda yang saling sinergis menghasilkan efek antiobes (Diepvens et al. 2007).

Klaus et al. (2005) mengungkapkan bahwa ekstrak teh hijau yang diperkaya dengan katekin meningkatkan termogenesis yang dimediasi oleh sistem saraf simpatis pada brown adipose tissue. Ekstrak teh hijau ditemukan dapat meningkatkan pengeluaran energi dengan cara mengaktivasi termogenesis brown adipose tissue. Pada mencit yang diberi makan diet tinggi lemak, katekin dari teh menghasilkan efek antiobes dan menstimulasi katabolisme lemak pada hati. kandungan energi pada feces meningkat secara signifikan dengan suplementasi katekin, dan apabila dosis ditingkatkan akan didapatkan kandungan energi pada feces juga mengalami peningkatan. Lee et al. (2009) melaporkan bahwa teh hijau mampu menghambat absorbsi intestinal lipid dari diet dengan jalan mengganggu emulsifikasi dan solubilisasi miselar dari lipid, yang merupakan langkah penting dalam absorbsi intestinal akan lemak dari diet, kolesterol dan lipid lainnya.

Buah Tin

Buah tin (Ficus carica L.) merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh subur di daerah mediterania. Hampir semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan. Buah ini dapat dikonsumsi baik dalam keadaan segar maupun yang telah dikeringkan serta banyak dimanfaatkan dalam industri makanan karena kandungan mineral, vitamin dan lemak nabati yang cukup tinggi. Selain itu, buah tin juga mengandung banyak kalsium dan serat (Alsavar dan Sahidi 2013). Kandungan gizi dalam 100 g buah tin kering tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan gizi dalam 100 g buah tin kering Kandungan Gizi Jumlah

(21)

Dalam keadaan segar, kandungan serat buah tin adalah sebanyak 2.9 g/ 100 g, sedangkan dalam keadaan yang telah dikeringkan buah tin mengandung serat sebanyak 9.8 g/ 100 g (Alsavar dan Sahidi 2013). Disamping itu, buah tin yang telah dikeringkan juga banyak mengandung antioksidan dan sering dijadikan sebagai pencahar (Joseph dan Raj 2011).

Buah Tin dan Penurunan Lemak Tubuh

Fungsi serat pada dasarnya adalah mencegah sembelit dan memperlancar buang air besar. Serat dibagi menjadi dua macam yaitu serat larut air (soluble fiber) dan serat tidak larut air (insoluble fiber). Serat larut air mempunyai kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan. Dengan kemampuan ini, serat larut dapat menunda pengosongan makanan dari lambung, menghambat percampuran isi saluran cerna dengan enzim-enzim pencernaan, sehingga terjadi pengurangan penyerapan zat-zat makanan di bagian proksimal. Mekanisme inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan penyerapan (absorbsi) asam amino dan asam lemak oleh serat larut air. Cairan kental ini akan mengurangi keberadaan asam amino dalam tubuh melalui penghambatan peptida usus.

Buah tin merupakan buah yang kaya akan kandungan gizi. Dalam keadaan yang telah dikeringkan, buah tin merupakan sumber serat dan kalsium yang sangat baik (Kadam et al. 2011). Dalam 100 g buah tin yang telah dikeringkan terkandung serat larut sebanyak 9.8 g dan hampir mampu memenuhi kebutuhan serat harian remaja dimana rata-rata kebutuhan serat remaja usia 9-18 tahun dalam sehari masing-masing adalah 12 g untuk remaja putri dan 15 g untuk remaja putra. Tingginya kandungan serat larut inilah yang membuat buah tin kering sangat cocok untuk dijadikan makanan selingan bagi orang-orang dengan kategori gemuk dan obes (Alsavar dan Sahidi 2013).

Remaja

lstilah remaja atau adolesence berasal dari kata adolescere yang berarti 'tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa". Masa remaja dimulai pada saat anak perempuan mengalami menstruasi yang pertama atau menarche, sedangkan pada anak laki-laki yaitu pada saat keluarnya cairan sperma. Waktu terjadi proses kematangan seksual pada laki-laki dan perempuan berbeda, hal ini dipengaruhi oleh asupan zat gizi pada saat anak-anak. Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional (Batubara 2010).

Masa remaja atau adolescence diartikan sebagai perubahan emosi dan perubahan sosial pada masa remaja. Masa remaja menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosi yang mendalam. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak (Batubara 2010).

(22)

psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelainan maupun penyakit tertentu bila tidak diperhatikan dengan seksama. Maturasi seksual terjadi melalui tahapan-tahapan yang teratur yang akhirnya mengantarkan anak siap dengan fungsi fertilitasnya, laki-laki dewasa dengan spermatogenesis, sedangkan anak perempuan dengan ovulasi. Disamping itu, juga terjadi perubahan psikososial anak baik dalam tingkah laku, hubungan dengan lingkungan serta ketertarikan dengan lawan jenis. Perubahan-perubahan tersebut juga dapat menyebabkan hubungan antara orangtua dengan remaja menjadi sulit apabila orangtua tidak memahami proses yang terjadi. Perubahan perkembangan remaja ini yang dapat diatasi jika kita mempelajari proses perkembangan seorang anak menjadi dewasa.

Pada masa remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Pada anak perempuan awal pubertas terjadi rata-rata pada usia 8 tahun sedangkan anak laki-laki terjadi rata-rata pada usia 9 tahun. Faktor genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya dianggap berperan dalam masa pubertas. Pertumbuhan pada masa remaja (adolescent) dibagi dalam 3 tahap yaitu early, middle, dan late adolescent (Batubara 2010). Berkaitan dengan hal tersebut, Monks et al (1982) membagi remaja kedalam 3 tahapan rentang usia yaitu remaja awal (12-15 tahun), remaja pertengahan (15-18 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Masing-masing tahapan tersebut memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri yang secara umum ditandai oleh (1) pertumbuhan fisik yang sangat cepat (adolescent gowth spurt); (2) pertumbuhan dan perkembangan pada remaja putri terjadi lebih awal, yaitu pada usia 11-13 tahun, sehingga pada usia 13-14 tahun remaja putri terlihat lebih tinggi dan besar; (3) pertumbuhan remaja putra dan putri berbeda dalam besar dan susunan tubuh sehingga kebutuhan gizinya pun berbeda; (4) pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi-fungsi tubuh adalah proses akhir dari masa remaja. Keadaan ini menentukan pada waktu dewasa seperti bertambah pendek atau tinggi, lamban atau energik, ulet atau pasrah; dan (5) terjadi perubahan hormon seks.

Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap gemukdan obes. Pada masa remaja terutama pada remaja perempuan, terjadi penurunan laju pertumbuhan dan aktivitas fisik. Aktivitas fisik remaja terutama pada remaja putri terkadang tidak sesuai dengan porsi yang dianjurkan (Stankov et al. 2012). Hal ini berbanding terbalik dengan remaja laki-laki dimana terjadi peningkatan laju pertumbuhan dan aktivitas fisik. Akibatnya remaja perempuan lebih rentan terhadap gemukdan obes dibandingkan remaja laki-laki.

(23)

Gemuk dan Obes

Gemuk dan obes merupakan dua istilah yang sering digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan berat badan pada seseorang. Gemuk dan obes memiliki pengertian yang berbeda. Gemuk adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal, sedangkan obes adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan.

Obes berhubungan dengan pola makan terutama bila makan makanan yang mengandung tinggi kalori, tinggi garam, dan rendah serat. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor demogafi, faktor sosiokultur, faktor biologi dan faktor perilaku (Wijayanti 2013). Obes juga dapat disebabkan oleh faktor genetik atau faktor keturunan. Menurut Dietz (2003) dalam Wijayanti (2013), kemungkinan seorang anak beresiko menderita obes sebesar 80% jika kedua orangtuanya mengalami obes. Seorang anak akan beresiko menderita obes sebesar 40% jika salah satu orang tuanya mengalami obes.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menentukan gemuk dan obes, diantaranya adalah mengukur dan menghubungkan berat badan dengan tinggi badan menggunakan indeks massa tubuh (IMT), pengukuran lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit, serta rasio pinggang dan panggul. Dari ketiga teknik tersebut, pengukuran IMT merupakan teknik yang paling sering digunakan untuk menentukan gemuk dan obes. IMT dapat dihitung menggunakan rumus berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m2). Secara lengkap dapat dituliskan sebagai berikut :

IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (m2)

Klasifikasi gemuk dan obes berdasarkan IMT menurut kriteria penduduk Asia tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT pada penduduk Asia Kategori IMT Resiko penyakit penyerta

Kurus

(24)

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor genetik, minimnya aktivitas fisik, diet tinggi kalori dan gaya hidup yang kurang baik.

Faktor Genetik

Apabila kedua orang tua obes, 80% anaknya akan menjadi obes. Apabila salah satu orang tuanya obes, kejadian obes menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obes, maka prevalensinya menjadi 14%. Gemuk dan obes dapat diturunkan dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya seringkali dijumpai orang tua yang gemuk cenderung memiliki anak yang gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh seseorang.

Minimnya Aktivitas Fisik

Minimnya aktivitas fisik juga dapat memicu terjadinya gemuk dan obes. Penelitian di negara maju menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik yang rendah dengan kejadian obes. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dari pada orag yang aktif berolahraga secara teratur. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obes di tengah-tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit energi. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obes.

Diet Tinggi Kalori

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh: waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi. Mengkonsumsi minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-anak sangat menggemari minuman ini. Selain itu mengkomsumsi makanan cepat saji, daging dan makanan berlemak akan meningkatkan risiko terjadinya obes menjadi lebih besar. Keadaan ini disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi yang berlebihan. Apabila cadangan lemak tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-80 % disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas.

Gaya Hidup yang Kurang Baik

(25)

rumah, menyebabkan anak lebih senang bermain komputer/games, play station,

nonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas fisik atau olahraga. Selain itu juga meningkatnya jumlah pendapatan dan perubahan status sosial ekonomi serta gaya hidup modern serta ketersediaan dan harga dari makanan junk food

(makanan cepat saji) yang mudah di dapat dan terjangkau harganya akan berisiko menimbulkan terjadinya obes menjadi lebih tinggi.

Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh gambaran persentase lemak, tulang, air dan otot pada tubuh manusia secara keseluruhan. Supariasa et al. (2000) mengungkapkan bahwa komposisi tubuh merupakan jumlah keseluruhan bagian tubuh yang terdiri dari jaringan adiposa dan massa jaringan bebas lemak. Pengukuran antropometri dapat dilakukan untuk mengukur kedua jenis jaringan lemak dan jaringan bebas lemak secara tidak langsung yang variasi, jumlah dan proporsinya dapat dipergunakan sebagai status gizi. Kelebihan metode ini adalah non-invasive, cepat, dan membutuhkan peralatan yang minimal dibandingkan dengan pengukuran secara laboratorium.

Perubahan jaringan lemak akan menggambarkan perubahan keseimbangan energi, sedangkan jaringan otot menggambarkan cadangan protein tubuh. Dalam ilmu kedokteran, indikator komposisi tubuh digunakan untuk mengidentifikasikan kekurangan gizi atau kelebihan gizi serta memantau perubahan komposisi tubuh selama pemberian dukungan nutrisi. Komposisi tubuh manusia dari janin hingga dewasa dapat dilihat dari Tabel 3. Untuk rekomendasi komposisi tubuh ideal untuk orang dewasa tersaji dalam Tabel 4.

(26)

Tabel 4 Rekomendasi komposisi tubuh

No Komposisi Persentase

1. Air 62.4%

2. Protein 16.4%

3. Mineral 5.9%

4. Lemak 15.3%

5. Massa otot tanpa lemak (lean body mass) 84.7%

Sumber: Supariasa et al. (2001)

Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani pada dasarnya adalah kemampuan fisik seseorang dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Giriwijoyo (2005) mendefinisikan kebugaran jasmani sebagai derajat sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam menjalankan tugas hidup sehari-hari dengan selalu masih mempunyai cadangan kemampuan untuk melakukan kegiatan aktivitas fisik ekstra serta pulih kembali sebelum menjalani tugasnya sehari-hari. Dengan berolahraga secara teratur, seseorang dapat mencapai tingkat kebugaran yang baik serta dapat menjadi awet muda (Rejeski et al 2009). Unsur kebugaran jasmani merupakan unsur dasar dari kondisi fisik yang dimiliki seseorang dan dapat meningkat dengan adanya latihan yang rutin dilakukan. Adapun unsur-unsur kebugaran jasmani tersebut diantaranya adalah daya tahan, kekuatan, kecepatan dan kelentukan (Giriwijoyo 2005).

Daya tahan merupakan suatu keadaan yang mengacu pada kapasitas kerja yang dilakukan secara terus menerus dan merupakan aktivitas aerobik. Secara umum daya tahan yang sering dibahas adalah daya tahan kardiorespiratori dan otot. Daya tahan ini merupakan faktor utama dalam kebugaran jasmani. Daya tahan kardiovaskuler dapat dilakukan dengan mengukur denyut nadi dan tekanan darah. Kedua hal tersebut merupakan indikator yang dapat menggambarkan kebugaran jasmani seseorang. Adapun metode yang banyak dilakukan untuk mengukur kebugaran jasmani diantaranya adalah menggunakan pendekatan Tes Cooper, Tes Blip, Tes Balke dan Tes Harvard.

Kekuatan pada dasarnya menggambarkan kemampuan maksimal otot atau sekelompok otot terhadap suatu tahanan atau beban. Kontraksi otot sendiri bergantung pada berat ringannya beban yang harus ditahan. Kekuatan otot dapat meningkat dengan cara berlatih beban (weight training) sesuai prinsip dan kaidah latihan beban.

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat mungkin atau kemampuan seseorang untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu yang singkat. Kecepatan bergantung kepada beberapa faktor diantaranya adalah tipe tubuh, kekuatan, waktu reaksi dan fleksibilitas (Harsono 1997). Kecepatan yang dimiliki seseorang akan menurun seiring bertambahnya usia, menurunnya kekuatan serta kelenturan seseorang.

(27)

mengungkapkan bahwa dengan memiliki kelentukan yang baik akan mengurangi resiko terjadinya cedera pada otot dan sendi, membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan, membantu perkembangan prestasi, menghemat pengeluaran tenaga (efisiensi) pada waktu melakukan gerakan gerakan dan membantu memperbaiki sikap tubuh.

Volume Ambilan Oksigen Maksimal (VO2max)

VO2max adalah suatu ukuran seberapa banyak jumlah oksigen tubuh dapat

diproses untuk menghasilkan energi. Hal ini diukur dalam milimeter oksigen per kilogam berat badan per menit. Konsepnya adalah ada sejumlah oksigen yang ditransfer dengan kecepatan tertentu ke mitokondria untuk mendukung fosforilasi oksidatif yang akan menghasilkan ATP (adenosine tri phosphate) untuk melakukan aktivitas fisik. VO2maxtelah digunakan secara luas dalam ilmu klinis

sebagai alat ukur dalam menilai performa olahraga, penanda kebugaran dan penyakit jantung, dan bahkan sebagai sinyal bahwa pasien dengan gagal jantung berada diambang dekompensasi dan harus dirujuk untuk transplantasi jantung (Levine 2008).

Ganong (2008) mendefinisikan VO2maxsebagai hasil dari curah jantung

maksimal dan ekstraksi oksigenmaksimal oleh jaringan, dan keduanya meningkat dengan latihan. Perubahan yang terjadi pada otot rangka dengan latihan adalah

peningkatan jumlah mitokondria dan enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif. Terjadi peningkatan jumlah kapiler dengan distribusi darah ke serat otot menjadi lebih baik. Efek akhir ialah ekstraksi oksigen yang lebih sempurna dan akibatnya untuk beban kerja yang sama, peningkatan pembentukan laktat lebih rendah. Peningkatan aliran darah ke otot menjadi lebih rendah dan karena hal ini, kecepatan denyut jantung dan curah jantung kurang meningkat dibanding orang yang tidak terlatih. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi VO2max seseorang

menurut Ganong (2008) adalah sebagai berikut. Curah Jantung

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung dalam satu menit. Curah jantung merupakan hasil kali stroke volume dengan denyut jantung. Volume sekuncup (stroke volume) adalah volume darah yang dipompa keluar dari ventrikel kanan atau kiri per menit. Denyut jantung adalah jumlah kontraksi jantung per menit. Curah jantung pada individu dalam keadaan istirahat rata-rata sekitar 5 liter/menit. Detak jantung individu tidak terlatih dalam keadaan normal adalah sekitar 72 kali per menit, sehingga volume sekuncupnya sekitar 70 mililiter. Volume sekuncup akan meningkat dengan olahraga dan curah jantung maksimal pada individu yang sangat terlatih bisa mencapai 40 liter/menit. Kemampuan untuk menghasilkan curah jantung yang tinggi merupakan penentu utama untuk memiliki nilai ambilan oksigen maksimal yang tinggi.

Jumlah Hemoglobin

Pada sebagian besar individu, jumlah hemoglobin dalam darah sekitar 15 gam/ 100 ml darah. Setiap gam hemoglobin dapat mengikat sekitar 1,34 ml oksigen. Jadi, 15 gam hemoglobin dalam 100 ml darah dapat membawa oksigen sekitar 20 ml setelah melewati paru-paru. Kemampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah disebut sebagai ekstraksi oksigen.

(28)

Semakin besar massa otot rangka yang diberikan beban kerja, semakin besar potensi untuk meningkatkan ambilan oksigen tubuh. Otot yang terbiasa terhadap latihan memiliki kemampuan yang lebih besar/baik untuk mengekstraksi oksigen dari darah karena otot-otot tersebut menggunakan oksigen dengan cepat dan memiliki lebih banyak kapiler-kapiler pembuluh darah.

Jenis Kelamin

VO2max laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini disebabkan

konsentrasi hemoglobin dalam darah pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.

Umur

Nilai VO2maxmencapai puncak pada usia 18-20 tahun. Nilai ini akan berkurang

secara bertahap (1% per tahun) setelah usia 25 tahun. Pada orang yang aktif secara fisik, penurunan terjadi 5% per dekade, sedangkan pada orang dengan gaya hidup sedenter, penurunan VO2maxmencapai 10% per dekade.

Ketinggian

VO2maxmenurun seiring dengan bertambahnya ketinggian di atas 1600 m.Untuk

setiap kenaikan 1000 m diatas 1600 m, ambilan oksigen maksimum akan menurun sekitar 8%-11%. VO2max berkurang 26% pada ketinggian 4000 m. Penurunan ini

terjadi karena penurunan curah jantung (hasil kali volume sekuncup dengan denyut jantung). Volume sekuncup mengalami penurunan karena terjadinya penurunan volume plasma darah.

Latihan

Latihan merupakan kegiatan terstruktur yang direncanakan dan dirancang untuk meningkatkan kebugaran fisik secara keseluruhan. Kebiasaan latihan pada seseorang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap VO2max. Nilainya

bervariasi antara 5%-20% tergantung dari kebugaran pada saat melakukan uji kebugaran.

Kerangka Pemikiran

Gemuk dan obes merupakan suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak di jaringan adipose. Meningkatnya lemak di jaringan adipose akan meningkatkan pula resiko penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit jantung, hipertensi, kanker dan meningkatkan resiko kematian. Selain itu, kelebihan lemak tubuh sering dihubungkan dengan berbagai penyakit kronik seperti hiperkolesterolemia, penyakit batu empedu, dan osteoartritis. Penumpukan lemak abdomen, khususnya lemak viseral merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas (Turk et al. 2009).

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya gemuk dan obes. salah satu penyebab gemuk dan obes tersebut diantaranya adalah minimnya aktivitas fisik. Dengan minimnya aktivitas fisik tersebut maka akan terjadi ketidakseimbangan energi positif, artinya energi yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak dibandingkan dengan yang dikeluarkan. Olahraga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas fisik sehingga terjadi keseimbangan antara energi yang masuk ke dalam tubuh dengan yang dikeluarkan.

(29)

dikatakan efektif dan efisien karena latihan yang dilakukan tidaklah sulit dan hanya membutuhkan waktu yang singkat yaitu 20-25 menit tiap sesinya. Heydari

et al. (2012) mengungkapkan bahwa HIIT yang dilakukan selama 12 minggu dengan durasi 20 menit terbukti signifikan mampu mengurangi total lemak tubuh, lemak di bagian perut dan pinggul, serta meningkatkan kapasitas aerobik remaja gemuk.

Selain berolahraga, konsumsi makanan dan minuman tertentu juga banyak diungkapkan mampu membantu mengatasi masalah gemuk dan obes. diantaranya adalah dengan mengkonsumsi teh hijau serta buah tin kering. Teh hijau merupakan minuman yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Sejak dahulu teh hijau sudah banyak digunakan sebagai obat tradisional di Cina. Teh hijau dipercaya mampu memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan terutama dalam mencegah dan mengobati berbagai macam masalah kesehatan salah satunya adalah obes (Kao et al., 2006). Teh hijau juga mampu meningkatkan pengeluaran energi dan membantu proses oksidasi lemak tubuh (Auvichayapat et al. 2007).

Buah tin merupakan buah yang kaya akan kandungan gizi. Dalam keadaan yang telah dikeringkan, buah tin merupakan sumber serat dan kalsium yang baik. Meskipun belum banyak penelitian khusus mengenai hubungan konsumsi buah tin dengan obes, namun kandungan serat (serat larut) dan antioksidan yang tinggi pada buah tin yang telah dikeringkan diduga mampu mencegah sembelit, membantu mengontrol berat badan dan meningkatkan kebugaran seseorang (Joseph & Raj 2011). Untuk melihat hubungan lebih lanjut antara olahraga, teh hijau dan buah tin terhadap komposisi tubuh dan kebugaran dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan :

Variabel yang diukur ; Variabel yang tidak diukur

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

METODE

Olahraga Teh Hijau Buah Tin

Aktivitas Fisik Lain Konsumsi Status Kesehatan

Komposisi Tubuh

Berat Badan Indeks Massa Tubuh

Lean Body Mass Total Body Water

Total Body Fat

VO2max

(30)

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen pretest dan

postest dengan 4 kelompok perlakuan. Kelompok 1 (OR+TH) diberikan perlakuan olahraga dan teh hijau. Kelompok 2 (OR+BT) diberikan perlakuan olahraga dan buah tin. Kelompok 3 (TH+BT) diberikan perlakuan teh hijau dan buah tin. Kelompok 4 (Kontrol) tidak diberikan apapun namun tetap di ukur komposisi tubuh dan kebugarannya pada awal perlakuan (minggu ke-0), pertengahan perlakuan (minggu ke-3) dan akhir perlakuan (minggu ke-6). Perlakuan olahraga dan tes kebugaran jasmani dilakukan di lapangan voli dan lintasan lari SMK Pandu Cibungbulang Kabupaten Bogor. Untuk tes komposisi tubuh dilakukan di laboratorium gizi dan olahraga Fakultas Ekologi Manusia IPB. Penelitian ini dilakukan bulan Mei hingga Oktober 2013.

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh siswi SMK Pandu Cibungbulang Kabupaten Bogor. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun kriteria inklusi penelitian ini diantaranya adalah siswi SMK Pandu, berusia antara 15-18 tahun, tidak sedang sakit atau dalam masa penyembuhan, memiliki indeks massa tubuh ≥23, tidak ikut serta dalam kegiatan penelitian lain, dan bersedia mengikuti penelitian dari awal hingga akhir.

Menurut Supranto (2000), untuk penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap, acak kelompok atau faktorial, secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut.

(t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan : t = banyak kelompok perlakuan r = jumlah replikasi

Berdasarkan rumus di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 6 orang untuk tiap kelompok perlakuan. Untuk mengantisipasi hilangnya unit eksperimen akibat mengundurkan diri atau drop out maka ditambahkan 1 orang pada tiap kelompok perlakuan. Dengan demikian maka jumlah total sampel untuk empat kelompok perlakuan dalam penelitian ini adalah 28 orang.

(31)

Sebelum sampel dibagi kedalam kelompok dan diberikan perlakuan, terlebih dahulu dilakukan sosialisasi penelitian kepada seluruh sampel penelitian untuk menyamakan persepsi dan untuk menjelaskan mengenai tujuan, manfaat serta hasil dari penelitian ini. Selain itu, pada saat sosialisasi penelitian seluruh sampel juga dijelaskan mengenai hal-hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk dilakukan selama mengikuti penelitian. Pada saat sosialisasi penelitian ini pula seluruh sampel penelitian dimohon untuk menandatangani surat kesediaan mengikuti penelitian dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Sampel yang terkumpul kemudian dibagi kedalam empat kelompok perlakuan. Tiap-tiap kelompok mendapat perlakuan yang berbeda-beda selama enam minggu. Kelompok 1 (OR+TH) diberi perlakuan olahraga dan konsumsi teh hijau. Kelompok 2 (OR+BT) diberi perlakuan olahraga dan konsumsi buah tin. Kelompok 3 (TH+BT) diberi perlakuan konsumsi teh hijau dan buah tin. Kelompok 4 (Kontrol) tidak diberi perlakuan apapun.

Pada kelompok 1 (OR+TH), olahraga yang diberikan adalah high intensity interval training (HIIT) atau latihan berselang dengan intensitas tinggi dengan metode 8s/12s dengan durasi 20 menit yang dilakukan 3 kali seminggu pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Metode 8s/12s merupakan metode HIIT yang terdiri dari 8 detik lari cepat dan diselingi istirahat aktif (jogging) selama 12 detik yang dilakukan selama 20 menit. Dalam kaitannya dengan upaya pengurangan lemak tubuh dan mencegah gemuk dan obes, metode HIIT yang paling sesuai digunakan adalah metode 8s/12s (Boutcher 2011). Teh hijau diberikan 3 kali seminggu sebanyak 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore hari. Komposisi teh hijau yang diberikan adalah 2.5 g daun teh kering diseduh menggunakan air sebanyak 200 ml dengan suhu air ±70 oC selama tiga menit (Basu et al. 2010). Dalam penelitian ini teh hijau yang digunakan berasal dari perkebunan teh Cakra Bandung. Berkaitan dengan penurunan berat badan, Hursel et al. (2011) mengungkapkan bahwa dalam secangkir teh hijau (200 ml) mengandung katekin sebanyak 253 mg yang mampu mengoksidasi lemak tubuh sebanyak 5.7 g. Penelitian yang dilakukan oleh Basu et al. (2010) mengungkapkan bahwa dengan mengkonsumsi 0.5-2 cangkir teh sehari selama 12 minggu terbukti secara signifikan mampu menurunkan berat badan dan IMT orang obes.

Pada Kelompok 2 (OR+BT), olahraga yang diberikan adalah high intensity interval training (HIIT) atau latihan berselang dengan intensitas tinggi dengan metode 8s/12s dengan durasi 20 menit yang dilakukan 3 kali seminggu pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Buah tin akan diberikan 3 kali seminggu pada hari (2005) mengungkapkan bahwa rata-rata kebutuhan serat remaja usia 9-18 tahun dalam sehari masing-masing adalah 12 g untuk remaja putri dan 15 g untuk remaja putra.

(32)

menit. Untuk buah tin diberikan 3 kali seminggu pada hari selasa, kamis dan sabtu sebanyak ±100 g (4 buah) dalam keadaan yang telah dikeringkan. Teh hijau dan buah tin akan diberikan 3 kali seminggu sebanyak 3 kali sehari setiap pagi, siang dan sore hari pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu dan jenis teh maupun buah tin masih sama seperti yang diberikan pada kelompok OR+TH dan OR+BT.

Pada kelompok 4 (Kontrol) tidak diberikan perlakuan apapun, namun pengukuran komposisi tubuh dan kebugaran tetap dilakukan pada awal perlakuan (minggu ke-0), pertengahan perlakuan (minggu ke-3) dan akhir perlakuan (minggu ke-6). Selama berjalannya penelitian, seluruh sampel penelitian selalu dipantau dengan mengumpulkan dan melakukan diskusi seminggu sekali. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa sampel penelitian tidak merubah pola konsumsi dan melakukan aktivitas fisik dengan intensitas yang cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi hasil akhir dari penelitian ini.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan seluruhnya adalah data primer. Data tersebut meliputi data tinggi badan, berat badan, komposisi tubuh dan kebugaran jasmani. IMT diukur menggunakan rumus BB (kg)/TB2 (m). Berat badan (kg) diukur menggunakan timbangan scale person dengan ketelitian 0.1 kg, sedangkan tinggi badan (cm) dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Pengukuran variabel komposisi tubuh (berat badan, indeks massa tubuh,

lean body mass, total body water, total body fat) dilakukan dengan menggunakan metode Body Impedance Analysis (BIA) menggunakan alat Body Composition Analyzer dengan merk Olimpia 3.5®. Kyle et al. (2004) mengungkapkan bahwa BIA merupakan metode yang umum digunakan untuk menghitung komposisi tubuh dan persentase lemak tubuh. semenjak dikenalkan pertama kali pada pertengahan tahun 1980an, metode ini semakin banyak digunakan dan menjadi populer dikarenakan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan metode pengukuran komposisi tubuh lainnya.

Pengukuran kebugaran jasmani dilakukan menggunakan tes kebugaran jasmani menggunakan pendekatan Tes Cooper. Tes Cooper merupakan tes yang cukup terkenal untuk mengukur kapasitas aerobik seseorang. Tes kebugaran jasmani ini digunakan untuk menghitung VO2max. Dr Cooper menemukan bahwa

ada hubungan yang sangat kuat antara jarak tempuh berlari atau berjalan yang berhasil seseorang raih dengan nilai VO2max mereka. Tes ini sejak dahulu hingga

sekarang masih menjadi salah satu dasar untuk menilai kebugaran yang banyak digunakan untuk militer, atlet, para pelatih dan juga personal trainer untuk meilai kebugaran kardiorespiratori (Das 2013). Jarak tempuh yang berhasil dicapai selama 12 menit dicatat dan kemudian dikonversikan menjadi VO2max dengan

menggunakan rumus Cooper berikut.

VO2max (ml/kg/menit) = (22.351 x jarak tempuh (km)) – 11.288

(33)

Tabel 5. Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Indikator Metode Waktu Pengukuran Komposisi

Tes Cooper Diukur pada awal (minggu ke-0), Pertengahan

(minggu ke-3) dan akhir (minggu ke-6) penelitian

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20.0. Untuk mengetahui sebaran data secara deskriptif data yang terkumpul di lapangan dianalisa menggunakan analisis univariat. Selanjutnyan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada sebelum dan setelah perlakuan pada tiap kelompok perlakuan maka dilakukan uji Paired Sample T Test. Uji One Way ANOVA dilakukan untuk membandingkan perbedaan pengaruh perlakuan pada sebelum dan setelah perlakuan antar kelompok perlakuan. Dalam penelitian ini tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sampel Penelitian

Dari hasil pengumpulan data pada minggu awal penelitian, diperoleh data karakteristik sampel penelitian yang meliputi rata-rata usia, tinggi badan, berat badan dan IMT sampel. Rata-rata usia sampel dalam penelitian ini adalah 15.7 tahun dengan rata-rata tertinggi 16.0 tahun pada kelompok TH+BT dan kontrol serta rata-rata terendah 15.2 tahun pada kelompok OR+TH (Tabel 6 ). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa keseluruhan sampel pada penelitian ini merupakan remaja tahap pertengahan (15-18 tahun).

(34)

dan rata-rata terendah 55.3 kg pada kelompok kontrol (Tabel 6). Rata-rata IMT sampel adalah 24.8 kg/m2 dengan rata-rata tertinggi 25.3 kg/m2 pada kelompok OR+BT dan rata-rata terendah 24.5 kg/m2 pada kelompok OR+TH (Tabel 6). Dari rata-rata IMT tersebut dapat diketahui bahwa sampel dalam penelitian ini seluruhnya merupakan remaja putri dengan kategori gemuk (IMT >23 kg/m2).

Tabel 6. Karakteristik Sampel Penelitian Kelompok Usia (tahun) Tinggi Badan

(cm)

Gambar 2 menunjukkan kecenderungan penurunan berat badan pada keempat kelompok perlakuan. Hasil uji paired samples t test (p < 0.05) menunjukkan penurunan rata-rata berat badan yang nyata antara minggu awal dan minggu akhir pada kelompok perlakuan OR+TH (p = 0.006) dan OR+BT (p = 0.003), sedangkan pada kelompok perlakuan TH+BT (p = 0.199) dan Kontrol (p = 0.470) tidak menunjukkan penurunan rata-rata berat badan yang nyata. Berdasarkan hasil uji one way ANOVA (p < 0.05) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antar keempat kelompok perlakuan terhadap penurunan rata-rata berat badan antara minggu awal dan minggu akhir perlakuan (p = 0.136).

Gambar 2 Rata-rata berat badan sampel pada tiap kelompok perlakuan pada minggu awal, pertengahan dan akhir perlakuan

Olahraga dengan intensitas tinggi selama 20-30 menit mampu membakar kalori sebanyak 3500 kkal atau setara dengan lemak sebanyak 0.45 kg. Selain itu, olahraga dengan intensitas tinggi selama 2 minggu telah diungkapkan juga mampu memberikan efek positif terhadap penurunan berat badan pada orang gemuk dan obes (Zare & Sarvestani 2012). Heydari et al. (2012) mengungkapkan

(35)

bahwa HIIT yang dilakukan selama 12 minggu dengan durasi 25 menit tiap sesi terbukti signifikan menurunkan total lemak tubuh, lemak bagian paha, perut dan panggul serta terbukti signifikan meningkatkan massa otot tanpa lemak dan kapasitas aerobik pada 46 laki-laki gemuk selama 12 minggu. Selain itu, hasil penelitian Trapp et al. (2008) juga mengungkapkan bahwa HIIT (8s/12s) dengan durasi 20 menit/sesi yang dilakukan 3 kali seminggu selama 15 minggu terbukti signifikan mengurangi total lemak tubuh, serta lemak di bagian paha dan panggul pada remaja wanita obes.

Klaus et al. (2005) mengungkapkan bahwa kandungan katekin dalam ekstrak teh hijau berfungsi meningkatkan termogenesis yang dimediasi oleh sistem saraf simpatis pada brown adipose tissue. Pada mencit yang diberi makan diet tinggi lemak, katekin dari teh menghasilkan efek antiobes dan menstimulasi katabolisme lemak pada hati. Selain itu, kandungan energi pada feces meningkat secara signifikan dengan suplementasi katekin, dan apabila dosis ditingkatkan akan didapatkan kandungan energi pada feces juga mengalami peningkatan. Hal inilah yang menyebabkan teh hijau dapat menyebabkan penurunan berat badan yang disebabkan oleh penurunan lemak tubuh (Phung et al. 2010).

Serat larut memiliki kemampuan untuk menghambat pengosongan lambung dan mengurangi rasa lapar sehingga mampu menurunkan berat badan dan IMT seseorang (Deremaux et al. 2011). Dalam keadaan yang telah dikeringkan, buah tin mengandung serat larut yang cukup tinggi yaitu sekitar 9.8 g dalam 100 g buah tin kering (Alsavar & Sahidi 2013). Penelitian ini mengungkapkan bahwa kombinasi antara olahraga dan konsumsi buah tin terbukti secara nyata mampu menurunkan berat badan remaja putri gemuk. Sejalan dengan hal tersebut, Melanson et al. (2006) mengungkapkan bahwa pemberian perlakuan kombinasi antara diet rendah kalori dan tinggi serat serta olahraga pada orang dewasa gemuk dan obes selama 12 minggu terbukti secara nyata menurunkan berat badan dan lemak tubuh.

Dari beberapa penelitian tersebut mengungkapkan bahwa olahraga, konsumsi teh hijau atau buah tin sama-sama memiliki kemampuan untuk menurunkan berat badan pada orang gemuk dan obes. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pemberian perlakuan kombinasi antara olahraga dan konsumsi teh hijau (OR+TH) dan olahraga dan konsumsi buah tin (OR+BT) selama 6 minggu memberikan pengaruh yang nyata pula terhadap penurunan berat badan antara minggu awal dan minggu akhir perlakuan. Namun kombinasi antara konsumsi teh hijau dan buah tin (TH+BT) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan berat padan antara minggu awal dan minggu akhir perlakuan meskipun telah diungkap bahwa konsumsi teh hijau maupun buah tin mampu menurunkan berat badan orang gemuk dan obes.

Indeks massa tubuh

(36)

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antar keempat kelompok perlakuan terhadap penurunan rata-rata IMT antara minggu awal dan minggu akhir perlakuan (p = 0.508).

Gambar 3 Rata-rata indeks massa tubuh sampel pada tiap kelompok perlakuan pada minggu awal, pertengahan dan akhir perlakuan

Penurunan IMT yang terjadi pada kelompok perlakuan OR+TH dan OR+BT antara minggu awal dan minggu akhir dalam penelitian ini disebabkan oleh penurunan berat badan yang terjadi pula pada kelompok tersebut (Gambar 3). Berkaitan dengan hal tersebut, olahraga yang dilakukan 2 kali seminggu dengan durasi 40 menit terbukti secara nyata menurunkan berat badan dan IMT remaja gemuk (Wong et al. 2008). Phung et al. (2010) mengungkapkan bahwa konsumsi teh hijau tinggi katekin mampu menurunkan berat badan dan IMT orang gemuk dan obes. Sedangkan Deremaux et al. (2011) mengungkapkan bahwa konsumsi diet tinggi serat mampu mengurangi berat badan dan IMT orang gemuk. Dari penelitian-penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penurunan berat badan berpengaruh pula terhadap penurunan IMT.

Lean Body Mass

Pada kelompok perlakuan OR+TH, OR+BT dan Kontrol rata-rata LBM cenderung mengalami peningkatan, sedangkan pada kelompok perlakuan TH+BT rata-rata LBM cenderung mengalami penurunan pada minggu ke-6 (Gambar 4). Hasil uji paired samples t test (p < 0.05) menunjukkan peningkatan rata-rata LBM yang nyata antara minggu awal dan minggu akhir perlakuan pada kelompok

perlakuan OR+TH (p = 0.003) saja, sedangkan pada kelompok OR+BT (p = 0.186), TH+BT (p = 0.620), dan Kontrol (p = 0.058) tidak menunjukkan

Gambar

Tabel 1 Kandungan gizi dalam 100 g buah tin kering
Tabel 3 Komposisi tubuh manusia mulai dari janin hingga dewasa
Gambar 1.
Tabel 5. Pengukuran Variabel Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kinerja aparat pemerintah diamati dari hasil kerja yang berkulitas, jumlah pekerjaan yang diselesaikan, dan kesesuaian

Sebagai konsekuensi dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pembebanan Hak Tanggungan atas bangunan, tanaman, dan hasil karya yang merupakan satu kesatuan dengan tanah

Musik Pop kreatif adalah musik pop yang memiliki keunikan dalam ritme, melodi, harmoni, instrumen, gaya dan lirik karena keterpaduannya dengan gaya musik yang lain, seperti

Penelitian ini membandingkan antara upah minimum setiap provinsi di Sumatera dan pendapatan petani dari produksi hasil pertanian yang sehingga diketahui bahwa

TAMSUR

Berdasarkan pada penelitian kelas yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa pembelajaran menulis cerita dengan metode sugesti imajinasi melalui media pergelaran

Berdasarkan observasi awal di Kantor Desa Moncongloe Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros pada hari Kamis, tanggal 23 Juli 2015 diketahui bahwa peran Kepala Desa

Besarnya kontribusi pengaruh variabel BOPO sebesar 27.353 persen .Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa BOPO secara parsial memiliki pengaruh negatif yang