HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI UTARA
KABUPATEN TANGERANG
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011
Oleh:
Wijoko
NIM:
51907186 Program Studi
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pantai Utara Kabupaten Tangerang merupakan kawasan hutan
mangrove yang berada di provinsi Banten. Hutan mangrove berfungsi
sebagai penahan abrasi pantai, penahan angin, dan intrusi air laut,
penahan sendimen. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai habitat
bagi satwa liar (burung, reptilia, amphibi, udang dan ikan), serta
sebagai tempat untuk berkembang biak jenis-jenis ikan, udang dan
kepiting.
Saat ini kawasan hutan mangrove di wilayah pesisir pantai
utara Kabupaten Tangerang mengalami kerusakan, kerusakan
kawasan hutan mangrove di sepanjang Pantai Utara kabupaten
Tangerang mencapai 60-70%, dikutip dari Nasional Republika
(21/06/10) Menurut Kabid Konservasi Sumber Daya Alam dan
Pengendalian Kerusakan Lingkungan BLHD Kabupaten Tangerang,
Kawasan hutan mangrove yang lazimnya berfungsi sebagai pelindung
pantai dari abrasi dan sebagai tempat untuk habitat bagi satwa liar kini
telah beralih fungsi, kawasan hutan mangrove dijadikan lahan baru
untuk tambak ikan dan pembuatan warung – warung menggunakan
pohon – pohon dari hutan mangrove. Pemanfaatan lahan dan pohon
dari hutan mangrove oleh masyarakat menyebabkan tidak
Ketidakadaan perlindungan pada pantai yang sebetulnya
menjadi penyebab percepatan abrasi, abrasi pantai terjadi karena
meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, kenaikan suhu udara di
bumi berdampak pada peningkatan suhu air laut dan secara tidak
langsung menambah volume air laut samudera dan implikasinya
adalah permukaan air laut yang semakin tinggi lalu menggerus pantai.
Abrasi pantai yang terjadi di pesisir pantai utara Kabupaten
Tangerang sangat mengkhwatirkan. Abrasi menyebabkan potensi
ekonomi 24 desa di Kecamatan Kronjo, Kemiri, Mauk, Sukadiri, Paku
Haji, dan Teluk Naga, kerugian setiap desa ditaksir mencapai Rp 95
miliar per tahun.
Banyaknya pengerukan pasir pantai yang dilakukan oleh
masyarakat setempat dan adanya pembangunan proyek pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU), oleh Pemerintah yang dilakukan dibibir
pantai menjadi faktor rusaknya hutan mangrove. Program rehabilitasi
hutan mangrove telah dilakukan salah satunya dengan menanam
tanaman bakau yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan aktivis
lingkungan hidup untuk mengatasi kerusakan pantai, tanaman bakau
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan,
masalah yang teridentifikasi diantaranya:
- Abrasi yang terjadi karena semakin berkurangnya hutan mangrove
sebagai pelindung pantai yang disalahgunakan oleh masyarakat.
- Kawasan pesisir pantai utara kabupaten Tangerang telah beralih
fungsi, kawasan hutan mangrove dijadikan lahan baru untuk
tambak ikan dan pembuatan warung – warung menggunakan
pohon – pohon dari hutan mangrove.
- Adanya pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) yang dilakukan dibibir pantai turut menjadi faktor rusaknya
hutan mangrove.
1.3. Fokus Masalah
Dari sekian banyaknya masalah yang timbul, maka permasalahannya
difokuskan pada bagaimana penggunaan hutan mangrove secara
bijak dan menginformasikan fungsi dan manfaat hutan mangrove
1.4. Tujuan Perancangan
- Untuk menginformasikan manfaat hutan mangrove kepada
masyarakat pesisir pantai utara kabupaten Tangerang.
- Membangun rasa peduli masyarakat terhadap hutan mangrove.
- Untuk memberitahukan dampak dari kerusakan hutan mangrove
bagi pesisir pantai, menginformasikan fungsi dan manfaat hutan
BAB II
PERANCANGAN KAMPANYE PELESTARIAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI UTARA KABUPATEN TANGERANG
2.1. Pelestarian
Pelestarian merupakan upaya untuk melindungi lingkungan dari
kerusakan, misalnya pemanasan global dan perusakan sumber daya
alam. Pelestarian berkaitan erat dengan lingkungan hidup, lingkungan
hidup adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan
tak hidup di alam yang ada di Bumi. Hutan mangrove termasuk
kedalam unsur biotik, hutan mangrove layak di lestarikan karena
hutan mangrove memiliki ciri kehidupan dan berfungsi sebagai
penyeimbang kehidupan bagi pesisir pantai.
Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1982, lingkungan hidup
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya
yang memengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Berdasarkan pengertian
tersebut, lingkungan hidup tersusun dari berbagai unsur yang saling
berhubungan satu sama lain, yaitu unsur biotik, abiotik, dan sosial
budaya.
- Unsur Biotik
Unsur biotik adalah unsur-unsur makhluk hidup atau benda yang
memerlukan makanan, tumbuh, dan berkembang biak. Unsur
biotik terdiri atas manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Secara
umum, unsur biotik meliputi produsen, konsumen, dan pengurai.
- Unsur Abiotik
Unsur abiotik adalah unsur-unsur alam berupa benda mati yang
dapat mendukung kehidupan makhluk hidup. Termasuk unsur
abiotik adalah tanah, air, cuaca, angin, sinar matahari, dan
berbagai bentuk bentang lahan.
- Sosial Budaya
Unsur sosial budaya merupakan bentuk penggabungan antara
cipta, rasa, dan karsa manusia yang disesuaikan atau dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan alam setempat.
2.2. Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan
yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove (seperti
dikutip Arifin 2003) adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang
didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau
semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam
perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang
tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan
berbunga yaitu :Api – api (Avicenniea sp), Pedada (Sonneratia),
(Lummitzera), (Laguncularia), (Aegiceras), (Aegiatilis), (Snaeda),
(Ceriops), dan (Conocarpus) (Bengen, 2000).
Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal
woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Kita sering
menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau.
Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove.
Istilah ‘mangrove’ digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk
menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang
terdiri atas pohon bakau Rhizophora sp. Karena bukan hanya pohon
bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis
tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.
Dalam bahasa Indonesia hutan mangrove disebut juga hutan
pasang surut, hutan payau, rawa-rawa payau atau hutan bakau. Istilah
yang sering digunakan adalah hutan mangrove, hutan bakau, atau
hutan payau namun untuk menghindari kesalahan literasi dianjurkan
penggunaan istilah mangrove karena bakau adalah nama lokal untuk
anggota genus Rhizophora sp, sementara hutan mangrove disusun
oleh banyak genus dan spesies tumbuhan lainnya.
Penyebutan hutan mangrove dengan hutan bakau sebaiknya
dihindari. Sedangkan ekosistem mangrove yaitu suatu sistem di alam
tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara
makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh
yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Arifin,
2003).
2.2.1 Jenis Hutan mangrove
Adapun jenis mangrove berdasarkan penggenangan air
laut adalah sebagai berikut :
a. Overwash mangrove forest
Mangrove merah merupakan jenis yang dominan di
pesisir pantai yang sering dibanjiri dan dibilas oleh air laut,
menghasilkan ekspor bahan organik dengan tingkat yang
tinggi. Tinggi pohon maksimum adalah sekitar 7 meter.
Gambar 2.1 Overwash mangrove Forest
Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2345462694/in/
photostream.jpg (12/04/2011)
b. Fringe mangrove forest
Mangrove fringe ini ditemukan sepanjang terusan air,
digambarkan sepanjang garis pantai yang tingginya lebih
dari rata-rata pasang naik. Ketinggian mangrove maksimum
Gambar 2.2 Fringe mangrove Forest
Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2344590285/in/photostream.jpg
(12/04/2011)
c. Riverine mangrove forest
Kelompok ini adalah hutan yang tinggi letaknya di
sepanjang daerah pasang surut sungai dan teluk,
merupakan daerah pembilasan reguler. Ketiga jenis bakau,
yaitu putih (Laguncularia racemosa), hitam (Avicennia
germinans) dan mangrove merah (Rhizophora mangle)
adalah terdapat di dalamnya. Tingginya rata- rata dapat
mencapai 18-20 meter.
Pohon bakau memiliki karakter yang khas dan memiliki ciri
yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan
berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang
meruncing, serta buah yang berkecambah dan masih
Gambar 2.3 Riverine mangrove Forest
Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2345462696/in/photostream.jpg
(12/04/2011)
d. Basin mangrove forest
Kelompok ini biasanya adalah jenis yang kerdil terletak
di bagian dalam rawa karena tekanan tanah yang
menyebabkan terbentuknya cekungan atau terusan ke arah
pantai. Bakau merah terdapat dimana ada pasang surut
yang membilas tetapi ke arah yang lebih dekat pulau,
mangrove putih dan hitam lebih mendominasi. Pohon dapat
mencapai tinggi 15 meter.
Gambar 2.4 Basin mangrove Forest
Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2344503527/in/photostream.jpg
e. Hammock forest
Biasanya serupa dengan tipe Basin mangrove forest
tetapi mereka ditemukan pada lokasi sedikit lebih tinggi dari
area yang melingkupi. Semua jenis ada tetapi tingginya
jarang lebih dari 5 meter.
Gambar 2.5 Hammock mangrove Forest
Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2344621031/in/photostream.jpg
(12/04/2011)
f. Scrub or dwarf forest
Jenis komunitas Scrub or dwarf forest secara khas,
ditemukan di pinggiran yang rendah. Jenis ini jarang melebihi
1.5 meter (4.9kaki), tergolong kedalam jenis mangrove kerdil.
Gambar 2.6 Scrub mangrove Forest
Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2345462706/in/photostream.jpg
2.2.2 Fungsi Hutan Mangrove
Fungsi fisik hutan mangrove sebagai penahan abrasi
pantai, penahan angin, dan intrusi air laut, perangkap/penahan
sedimen. Fungsi biologi hutan mangrove sebagai habitat satwa
liar (burung, reptilia, amphibi, udang dan ikan).
2.3. Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua
yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada
posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan dengan
Laut Jawa, sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di
sebelah selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan langsung
dengan Kabupaten Serang.
Jarak antara Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik
Indonesia, Jakarta, sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu
setengah jam.Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat
bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas
perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dari 200
Juta lebih penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di kedua
pulau tersebut (Pulau Jawa 120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa).
Kabupaten Tangerang memiliki tempat pariwisata bahari yaitu
sekarang sangat memprihatinkan hampir tidak terlihat lagi adanya
hutan mangrove. (Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang, 2008).
Gambar 2.7 kondisi pesisir pantai utara kabupaten Tangerang
Sumber : Dokumen Pribadi
2.4. Kampanye
Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan
komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga.
Penyelenggara kampanye umumnya bukan individu melainkan
lembaga atau organisasi dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek
atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan
kampanye sebagai “Serangkaian tindakan komunikasi yang terencana
dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar
khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu
tertentu” (Venus, 2004:7).
Setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung
empat hal, yaitu tindakan kampanye yang ditujukan untuk
yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui
serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir.
Kampanye memiliki karakteristik, yaitu sumber yang jelas, yang
menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung
jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap
individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi
bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.
Selain itu pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk
didiskusikan, bahkan gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi
diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi.
Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan
kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala
tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi,
yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau
melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Dengan
demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi
secara nyata. Dalam ungkapan Perloff (1993) dikatakan “Campaigns
generally exemplify persuasion in action” (Venus, 2004:7).
Dengan demikian setiap tindakan kampanye pada prinsipnya
adalah tindakan persuasi. Persuasi adalah proses transaksional
diantara dua orang atau lebih dimana terjadi upaya merekonstruksi
realitas melalui pertukaran makna simbolis yang kemudian
menghasilkan peubahan kepercayaan, sikap atau perilaku secara
2.4.1 Jenis Kampanye
Kampanye berkaitan dengan aktivitas berkomunikasi suatu
kepentingan demi tercapainya tujuan. Dalam berbagai kegiatan
tersebut terdapat beberapa jenis program kampanye yang
bertitik tolak untuk memotivasi dan membujuk sehingga tujuan
kampanye dapat tercapai. Menurut Charles U.Larson (1992)
dalam Venus (2004:7) jenis kampanye terbagi menjadi:
- Product – Oriented Campaigns
Kegiatan kampanye yang berorientasi pada produk.
Biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial
kampanyepromosi pemasaran atau peluncuran produk
baru.
Gambar 2.8 Promo Produk Suzuki
Sumber :
- Candidate – Oriented Campaigns
Kegiatan kampanye yang berorientasi pada pencalonan
(kandidat) untuk kepentingan kampanye politik.
Gambar 2.9 kampanye partai Demokrat
Sumber :
http://abisyakir.files.wordpress.com/2010/06/sby-kampanye.jpg (29/04/2011)
- Ideological or Cause – Oriented Campaigns
Jenis kampanye ini berorientasi pada masalah sosial,
sering disebut juga kampanye sosial. Informasi yang
diberikan tidak dikenakan biaya, dibuat untuk
menyampaikan informasi, aktivitas maupun program
yang telah dibuat oleh pemerintah maupun organisasi
Gambar 2.10 kampanye lingkungan
Sumber : http://tarakadesign.com/rspibaru/media/k2/items/
cache/9ecd376e5371efaef9aad9bc9143aed8_XL.jpg
(29/04/2011)
Kampanye pelestarian hutan mangrove ini termasuk
kedalam kampanye sosial.
2.5. Target Audience 2.5.1 Demografis
- Jenis kelamin : pria dan wanita
- Umur : 20 – 40 tahun, karena pada usia
20 – 40 tahun adalah suatu periode yang dalam usia manusia
boleh disebut sangat dinamis dan produktif (Dariyo, 2008:7)
dan mempunyai peranan penting sebagai masyarakat aktif
dalam kegiatan di wilayahnya.
- Pekerjaan : nelayan, pengusaha tambak.
2.5.2 Geografis
Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai utara
Kabupaten Tangerang.
2.5.3 Psikografis
•
mangrove.
• Sebagian m
Masyarakat yang tidak mengetahui informasi tentang hutan
asyarakat masih menganggap hutan mangrove
sebagai tumbuhan yang tidak mempunyai fungsi.
2.6. An
bentuk analisa situasi dan
kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini
asi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan,
yang k
ri organisasi atau program pada saat ini.
ng merupakan
kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.
• Masyarakat memiliki kesadaran yang rendah untuk
melestarikan hutan mangrove.
alisa SWOT
Analisa SWOT adalah sebuah
menempatkan situ
emudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing
(Rangkuti, 2002).
Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :
1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan da
3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang
Strategi Analisa SWOT dapat dikembangkan dengan skema
tabel sebagai berikut :
berkembang bagi organisasi dimasa depan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat
mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.
Eksternal faktor
Internal Faktor
Opportunities (Peluang) Therats (Ancaman)
- Kondisi lahan yang - Pola fikir masyarakat masih memungkinkan yang masih untuk diadakannya
kampanye pelestarian menganggap hutan mangrove tidak hutan mangrove penting
- Masih ada jeda waktu - Pemerintah pusat dan sebelum masyarakat LSM telah melakukan beraktifitas untuk penyuluhan dan melakukan kampanye menanam kembali - Tempat berkumpul namun masyarakat
masyarakat masih cenderung masih tidak mem
terjangkau sosialisasi perdulikan
Strengths (Kekuatan) - Sebagian - Memberikan informasi
tentang hutan mangrove kepada masyarakat dapat mencegah rusaknya hutan mangrove - Mengajak untuk
menanam kembali pohon – pohon hutan
Weaknesses (Kelemahan)
- Pola fikir masyarakat dapat diubah melalui media – media kampanye karena kondisi lahan yang masih mungkin untuk diadakannya kampanye pelestarian
- Pola fikir masyarakat yang masih
Tabel 2.1 Analisa SWOT
2.7. Pembahasan dan Analisa SWOT Hutan Mangrove di pesisir pantai utara kabupaten Tangerang
Dalam melengkapi data dan informasi terkait masalah di
daerah pesisir pantai utara kabupaten Tangerang, peneliti
menggunakan metode analisia SWOT, dan mendapatkan hasil
sebagai berikut yaitu: Memberikan informasi tentang keadaan hutan
mangrove yang berada di pesisir pantai utara kabupaten Tangerang
yang rusak dan memberikan informasi tentang fungsi dan manfaat
hutan mangrove dapat menyadarkan masyarakat.
Setelah melakukan penyebaran kuesioner pada tanggal 04 –
april 2011, yang telah dilakukan terhadap responden, maka
didapatkan hasil bahwa seluruh responden pada umumnya hanya
sedikit, yang mengetahui tentang Hutan Mangrove tapi tidak
mengetahui secara mendalam tentang fungsi dan manfaat hutan
mangrove.
Berdasarkan data yang diperoleh dari 50 responden, yaitu
kategori pertanyaan pengetahuan tentang hutan mangrove adalah
sebagai berikut :
1. 80% masyarakat mengetahui tentang apa itu hutan mangrove.
2. 35% masyarakat mengetahui fungsi hutan mangrove.
3. 20% masyarakat mengetahui dampak dari rusaknya hutan
mangrove.
4. 10% masyarakat mengetahui cara melestarikan hutan
mangrove.
5. 50% masyarakat mengetahui adanya penyuluhan atau
informasi tentang hutan mangrove.
Berikut adalah Analisis SWOT mengenai pentingnya Hutan
Mangrove bagi Pesisir Pantai berdasarkan data penelitian yang sudah
didapat :
1. Strength (kekuatan)
Dari 50 orang responden, hampir semuanya mengetahui
kondisi tentang hutan mangrove.
2. Weakness (kelemahan)
‐ Hampir 50% dari responden tidak terlalu memahami
secara mendalam tentang hutan mangrove.
‐ Responden hanya mengetahui informasi tentang hutan
mangrove secara sekilas saja, tidak mengetahui secara
3. Opportunity (peluang)
‐ Kerusakan hutan mangrove dapat dicegah dengan cara
membangun kesadaran pada masyarakat dan
memberikan informasi secara berulang tentang fungsi
dari hutan mangrove.
‐ Setelah mengetahui dampak dari kerusakan hutan
mangrove yang menyebabkan abrasi, Keinginan untuk
mengetahui informasi tentang hutan mangrove cukup
besar.
‐ Membangun kesadaran masyarakat agar melestarikan
hutan mangrove dapat mencegah terjadinya percepatan
abrasi.
4. Threat (Ancaman)
Ada hambatan untuk membangun kesadaran masyarakat,
karena masih banyak masyarakat yang mempunyai pola fikir
kurang maju dan menganggap kurang pentingnya hutan
mangrove bagi pesisir pantai.
2.8. Solusi
Pengenalan hutan mangrove dengan media–media kampanye
mulai dari manfaat sampai dampak dari kerusakan hutan mangrove
merupakan dan memberikan informasi tentang pentingnya fungsi dan
manfaat hutan mangrove merupakan solusi dari permasalahan yang
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1. Strategi Perancangan
Perancangan yang akan dilakukan dan diuraikan dari
pemecahan masalah penyalahgunaan hutan mangrove dengan
memberikan informasi melalui kampanye pelestarian hutan mangrove di
Pesisir Pantai Utara Kabupaten Tangerang.
Membuat media kampanye yang bersifat mengingatkan dan
mengajak masyarakat untuk melindungi hutan mangrove dan ikut
melestarikan hutan mangrove.
3.1.1. Strategi Komunikasi
Secara umum komunikasi berarti penyampaian pesan
atau informasi, pernyataan yang dilakukan oleh seorang
(komunikator) kepada orang lain dalam hubungan sosial.
Permasalahan yang ada di kawasan hutan mangrove
pesisir, pantai kabupaten Tangerang adalah perlunya sebuah
perancangan informasi yang bisa menjelaskan atau memberikan
gambaran manfaat hutan mangrove. Seiring dengan semakin
meningkatnya kerusakan hutan mangrove di pesisir pantai utara
kabupaten Tangerang, maka perlu adanya sebuah solusi untuk
mengenalkan fungsi dan manfaat hutan mangrove agar
utara Tangerang. perancangan informasi (komunikasi) disusun
agar bisa mengenai target sasaran dengan tepat dan jelas, baik
materi, cara penyampaiannya, dan tentunya bisa efektif kepada
target yang telah direncanakan.
Strategi yang dilakukan yaitu :
- Menginformasikan dan mengingatkan akan kerugian dari
kerusakan hutan mangrove.
- Mengajak masyarakat untuk melindungi hutan mangrove.
3.1.2. Pendekatan Visual
Untuk merancang kampanye pelestarian hutan
mangrove ini penulis menggunakan pendekatan dengan gaya
visual dalam bentuk Ilustrasi surealisme yang menampilkan
ilustrasi yang menggambarkan keadaan pesisir pantai dalam
keadaan sebenarnya yang sekarang rusak tapi di lebih -
lebihkan, dimana ekosistem biota pantai sangat bergantung
kepada hutan mangrove. Pendekatan menggunakan ilustrasi
diharapkan bisa lebih menarik perhatian karena penggunaan
warna – warna dengan menggunakan warna – warna cerah.
Visual I Visual II Visual III
3.1.3. Pendekatan Verbal
Berdasarkan wilayah target audience yang berada di
pesisir pantai, dengan mayoritas penduduknya adalah nelayan,
penyampaian pesan dari kampanye pelestarian hutan
mangrove ini menggunakan bahasa Indonesia tidak baku. Agar
lebih mudah dimengerti.
Tagline
Headline
Menjaga Lebih Baik dari pada Merusak
Gunakan Tanganmu untuk Menjaga Mangrove
3.1.4. Tujuan Komunikasi
Dalam perancangan kampanye sebagai media
informasi, tujuan komunikasi sangatlah penting agar media
kampanye yang disampaikan dapat tepat ke sasaran yang
dituju.
Adapun tujuan perancangan kampanye ini untuk
mengatasi permasalahan yang ada di kawasan hutan mangrove
- Untuk menginformasikan bahwa sangat penting hutan
mangrove bagi pesisir pantai utara Tangerang.
- Membangun rasa peduli masyarakat terhadap hutan
mangrove.
- Untuk memberitahukan dampak dari kerusakan hutan
mangrove bagi pesisir pantai, menginformasikan fungsi dan
anfaat hutan mangrove bagi pesisir pantai.
3.2. Strategi
ax Ernst, Rere Margritte, Juan Miro, Salvador Dali
(Sam Haidy, 2008).
ar 3.12 The Persistence of Memory by Salvador dali m
Kreatif
Strategi kreatif yang akan digunakan pada kampanye
pelestarian ini menggunakan gaya bahasa yang mudah di terima oleh
target audience dan penggunaan visualisasi dengan gaya ilustrasi
surealisme agar lebih menarik perhatian, gaya surealisme adalah
Sebuah lukisan realisme atau naturalisme namun merupakan daya
khayal dan sesuatu yang kadang tidak mungkin, atau di lebih - lebih
kan. Surealisme merupakan gerakan budaya yang bermula pada
pertengahan tahun 1920-an, Tokoh - Tokohnya adalah Andre bretton,
Giorgio de Chirico, M
3.3. Strategi
ntai menjadi seimbang, ekosistem terjaga dan pantai
terlindun
ang sekarang rusak, sampai pada keadaan pantai setelah
dilestarikan.
3.3.1. Forma
limat penjelas
sebag
ngnya dibuat
berbeda agar lebih bervariasi dan tidak monoton.
Visual
Konsep visual merupakan awal yang penting dalam
menciptakan sebuah media informasi yang informatif dan menarik.
Dengan memberikan solusi yaitu memberikan informasi tentang tentang
fungsi dan manfaat hutan dan mengajak menanam kembali pohon –
pohon hutan mangrove dan disandingkan dengan lahan tambak agar
keadaan pa
gi.
Dengan memberikan tiga visualisasi yang berbeda dan di
distribusikan secara berkala mulai dari keadaan pantai dalam kondisi
sebenarnya y
t Desain
Format Desain yang akan diaplikasikan pada kampanye
ini berupa ilustrasi dengan gaya surealisme agar bisa di
hiperbola atau dilebih–lebihkan, dengan sedikit ka
ai penguat pesan yang akan disampaikan.
Format desain portrait yaitu media utama berupa poster
3.3.2. Tata L
nerima pesan yang
kampanye ini.
ogo dan tagline
eadline
ustrasi
3.3.3. Huruf
rang dan memiliki ukuran besar dan di Bold agar terlihat
gunakan adalah :
-
etak / Layout
Tata letak atau layout merupakan komposisi yang akan
di tampilkan didalam media, pengaturan tata letak yang akan
ditampilakan sesuai dengan arah baca sehingga masyarakat
akan cepat me akan disampaikan dalam
L
H
Il
Huruf yang digunakan adalah huruf yang mempunyai
tingkat keterbacaan tinggi dikarenakan target audience adalah
nelayan yang tinggal didaerah pesisir pantai utara kabupaten
Tange
jelas.
Jenis font yang di
Myriad Pro
Huruf myriad pro digunakan untuk tagline disamping
memiliki fleksibilitas yang cukup bagus disandingkan
d
The quick brown fox jumps
over the lazy dog., %-“
1234567890
-
nakan untuk headline disamping
emiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, huruf ini digunakan
The quick brown fox jumps
over the lazy dog., %-“
1234567890
engan logo.Britannic Bold
Huruf Britannic Bold digu
m
3.3.4. Ilustra
an untuk memicu rasa ketertarikan dari target
tidak ada
anam mangrove dan menuai hasil dari menanam
dan akar hutan mangrove
ang mengelilingi ekosistem pantai.
3.3.5. Warna
yang digunakan dalam perancangan kampanye ini
adalah :
si
Ilustrasi yang digunakan dalam kampanye ini adalah
menggunakan gaya surealisme, penggunaan gaya ini
dimaksudk
audience.
Ada tiga visualisasi yang berbeda untuk ilustrasinya :
- Visualisasi yang pertama menggambarkan keadaan pantai yang sebenarnya yang sedang rusak karena
pelindung untuk untuk pantai yaitu hutan mangrove.
- Visualisasi yang kedua menggambarkan kondisi pantai yang rusak dan tambahan visualisasi tangan untuk menguatkan
ajakan men
mangrove.
- Visualisasi yang ketiga menggambarkan keadaan pantai dan hutan mangrove setelah dilestarikan
y
Warna bisa memicu respon atau ketertarikan bagi yang
melihatnya, warna juga dapat dapat membangkitan rasa bosan
atau pun rasa semangat bagi yang melihatnya. Adapun warna
-
i warna daun pohon – pohon hutan
-
pantai saat ini yang
n.
-
mangrove membutuhkan sentuhan
-
ntai dan hutan mangrove setelah
ilestarikan. Logo
Warna logo menggunakan warna hijau yang
diambil dar
mangrove.
Visualisasi pertama
Menggunakan warna kusam, Karena mau
menunjukan keadaan
mengalami kerusaka
Visualisasi kedua
Untuk visualisasi yang kedua menggunakan
warna yang sama dengan waran pada visualisasi
yang pertama yaitu kusam tapi ditambahkan
dengan warna cerah agar target audience tahu
kalau hutan
dari mereka.
Visualisasi ketiga
Visualisasi yang ketiga menggunakan warna –
warna yang cerah disini mau menunjukan
keadaan pa
- Logo
Tabel 3.2 Warna Logo
- Visualisasi pertama
abel 3.3 Warna Visualisasi Pertama
- Visualisai kedua
abel 3.4 Warna Visualisasi Kedua T
- Visualisasi ketiga
Tabel 3.5 Warna Visualisasi Ketiga
3.4. ategi
gai penguat kampanye. Adapun media
pendukung yang lainnya yaitu:
Str Media
Media kampanye merupakan suatu alat yang digunakan untuk
menyampaikan suatu pesan kepada target audience. Dalam kampanye
ini pesan disampaikan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah
Pesisir pantai utara Kabupaten Tangerang sebagai target audience,
media utama yang digunakan yaitu berupa media poster yaitu berisi
gambar ilustrasi agar lebih menarik perhatian. Media ini dipilih karena
lebih efektif dan langsung dilihat oleh masyarakat yang tinggal di daerah
pesisir pantai utara kabupaten Tangerang, disamping penggunaan
- lih
tkan di
pusat kota yang berada sebelum kawasan hutan mangrove.
- Span
n ini mengalami kerusakan hutan mangrove yang paling
parah.
-
n target audience jika di tempatkan pada tempat yang
ditempatkan di counter hp, warnet - warnet dan
warung – warung.
Ba o
Baliho adalah media informasi yang dipasang di tempat
terbuka, di tempat-tempat strategis seperti jalan raya, umunya baliho
menggunakan rangka dari bambu, Media ini akan di tempa
duk
Spanduk adalah media informasi yang berupa kain berukuran
panjang, dipasang di tepi-tepi jalan dengan cara dibentangkan.
Teknik pembuatanya dapat dikerjakan dengan tangan secara
langsung (menggunakan cat), teknik sablon (screen printing) dan
offset (cetak mesin). Media ini ditempatkan di jalur menuju kawasan
hutan mangrove seperti area menuju ke tempat pariwisata dimana
kawasa
X Banner
X banner adalah media yang dapat memberikan informasi
cukup panjang yang sifatnya persuasif, yang mampu menarik
perhatia
sesuai
- lan
bawah, media ini
iharapkan bisa efektif di baca oleh masyarakat.
-
terhadap air dan sinar matahari, biasanya di pasang
tan kota, media ditempatkan di kaca belakang
ngkutan kota.
- os
lipatan tertentu hingga membentuk sejumlah
an memuat informasi tentang
ngsi dan manfaat Hutan Mangrove.
- le
dipergunakan di atas meja. Merupakan media pengingat yang dilihat
Ik Koran
Media cetak atau surat kabar merupakan media yang target
marketnya adalah masyarakat menengah ke
d
Car Branding
Adalah stiker yang dapat diaplikasikan di luar ruang, dan sticker
tersebut tahan
di kaca mobil.
Ada dua jalur utama untuk mobilitas masyarakat pesisir pantai
utara kabupaten Tangerang menuju ke arah kota Tangerang dan
ada dua angku
a
Br ur
Brosur atau pamflet umumnya dicetak pada kedua sisi dan
dilipat dengan pola
panel yang terpisah.
Brosur atau pamflet ini nanti ak
fu
Ka nder Duduk
setiap hari, Pemilihan kalender ini dimaksudkan agar masyarakat
ketika melihat hari mereka melihat juga pesan kampanye ini.
- Jam Dinding
Jam dinding adalah jam yang difungsikan secara letak, atau
biasanya dipergunakan di dinding. Jam merupakan media pengingat
yang dilihat setiap waktu, Pemilihan jam dinding ini dimaksudkan
agar masyarakat ketika melihat waktu mereka melihat juga pesan
kampanye ini.
- Kaos
r
n
kaos yang bertulisakan tagline akan diberikan kepada target
audience. T-shirt juga dapat di pakai untuk keseharian dan dapat
dilihat oleh orang lain.
- Stike
Stiker adalah sebuah media yang praktis bisa ditempatkan
dimana saja dan efektif untuk menyampaikan pesan kampanye
karena bisa ditempatkan sesuai keinginan target audience.
- Topi nelaya
Media ini dapat digunakan nelayan untuk melaut agar tidak
- Pos jaga/tiket
Media ini akan tempatkan di pinggir area sungai dan area pos
masuk ke tempat pariwisata bahari yang saat ini hutan mangrovenya
rusak, yang bisa digunakan untuk beristirahatnya nelayan dan
menjadi pos pengambilan tiket ke tempat pariwisata bahari.
3.5. Strategi Distribusi
Strategi distribusi digunakan agar dapat tepat sasaran dan
terjangkau oleh target. Setelah perancangan kampanye selesai maka
selanjutnya, hal yang akan dilakukan yaitu pendistribusian media -
media kampanye, pendistribusian dilakukan selama 5 Bulan, tahap I
dilakukan di Bulan pertama, tahap II dilakukan selama 3 Bulan karena
waktu 3 bulan adalah waktu pembibitan sampai bisa di tempatkan di
polybag atau penempatan mangrove di kantong plastik yang siap
ditempakan di lokasi penanaman, tahap III dilakukan di bulan terakhir
yaitu bulan ke 5, bulan kelima ini merupakan proses pembiaran tunas –
tunas dilokasi penanaman yang membutuhkan perhatian dari
masyarakat agar proses pembibitan ini dapat berlangsung dan terhindar
dari gangguan binatang–binatang lain yang menghambat proses
BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
4.1 Pra Produksi
Sebelum memasuki tahap produksi, tahan yang harus dilakukan dalam
pembuatan media kampanye yaitu meliputi :
- Sketsa
Pembuatan sketsa mulai dari bentuk ilustrasi yang akan
dirancang, seperti tampilan visual pada media kampanye.
- Pengolahan Gambar
Pengolahan gambar meliputi pengolahan teknis gambar
ilustrasi lalu di digitalisasi meliputi pewarnaan dan pendetailan.
Kemudian pengolahan gambar secara keseluruhan meliputi
penempatan visual, headline, dan tagline.
- Finishing
Setelah proses digitalisasi selesai kemudian mulai pada proses
cetak.
Visual I
Gambar 4.15 Visual I
Visual II
Visual III
Gambar 4.17 Visual III
4.2 Teknis Cetak
Teknis media dibuat berdasarkan pengelompokan tahapan
perancangan media kampanye sebagai berikut :
1. Poster ( media utama )
Format / bentuk : Portrait
Ukuran : 59.4 x 42 cm
Teknik produksi : Cetak Offset
Material : Art paper 180 gsm
Poster merupakan media lini atas yang juga termasuk media
tempat-tempat umum dan informasi yang akan disampaikan dapat
cepat tersampaikan kepada target audience, penggunaan
poster sebagai media utama dalam kampanye ini karena:
- Visualisasi menarik
- Tingkat keterbacaan tinggi
- Mempunyai jangkauan dan penempatan luas
- Berfungsi sebagai media informasi dan media pengingat
- Fungsi Poster I
Fungsi poster I adalah untuk memberikan informasi pantai
setelah hutan mangrove mengalami kerusakan dan dampak
kerusakan hutan mangrove.
- Fungsi Poster II
Fungsi poster II adalah untuk memberikan informasi tentang
ajakan untuk menanam kembali hutan mangrove, akan ada
hasil yang akan kita dapatkan dari hutan mangrove setelah
dilestarikan. Disini penulis menggunakan ilustrasi dengan
surealisme dipadukan dengan penggabungan headline dan
tagline untuk mempertegas ilustrasi.
- Fungsi Poster III
Fungsi poster III adalah untuk memberikan informasi mengenai
hutan mangrove setelah dilestarikan.
2. Baliho ( media pendukung )
Format / bentuk : Portrait
Ukuran : 3 x 4m
Teknik produksi : Printing
Material : FL Matte 340 gsm
Media ini ditempatkan di pusat kota sebelum kawasan hutan
mangrove dan diditribusikan pada tahap I kampanye.
3. Spanduk ( media pendukung )
Format / bentuk : persegi panjang
Ukuran : 1 x 4m
Teknik produksi : Printing
Material : FL Matte 340 gsm
Media ini di tempatkan di jalur masuk ke kawasan wisata yang
hutan mangrovenya mengalami kerusakan yaitu di kawasan
pintu masuk ke pulau Cangkir.
4. X Banner ( media pendukung )
Ukuran : 60 x 160cm
Teknik produksi : Digital Printing
Material : Synthetic
Media ini di tempatkan didepan warung agar setiap orang yang
mau belanja di warung itu bisa melihat pesan kampanye ini.
5. Car Branding ( media pendukung )
Format / bentuk : persegi
Ukuran : 1 x 1.5m
Teknik produksi : Printing
Bahan : One way / sticker bolong – bolong
Ada dua jalur utama untuk mobilitas masyarakat pesisir pantai
utara kabupaten Tangerang menuju ke arah kota Tangerang
dan ada dua angkutan kota, media ditempatkan di kaca
belakang angkutan kota.
6. Iklan Koran kom )
Format / bentuk : persegi
rodu i et
Media cetak atau surat kabar merupakan media yang target
i
Gambar 4.23 Iklan Koran pas ( media pendukung
Ukuran : 9 x 12cm
Teknik p ks : Cetak Offs
marketnya adalah masyarakat menengah kebawah, media in
7. Brosur ( media pendukung )
Format / bentuk : Persegi panjang
Ukuran : 29.7 x 21 cm
Teknik produksi : Cetak Offset
Bahan : art paper 150 gsm
Media brosur akan dibagikan langsung ke target audience
sebagai media informasi yang berisikan tentanng fungsi dan
manfaat hutan mangrove serta ajakan untuk melestarikan
hutan mangrove.
8. Kaos ( media pendukung )
Format / bentuk : kaos
Ukuran : M
Teknik produksi : Sablon
Kaos yang bertulisakan tagline akan diberikan kepada target
audience. Kaos juga dapat di pakai untuk keseharian dan dapat
dilihat oleh orang lain.
9. Jam Dinding ( media pendukung )
Ukuran : Diameter 26.5 cm
Teknis pembuatan : Printing
Jam dinding adalah jam yang difungsikan secara letak, atau
biasanya dipergunakan di dinding. Pemilihan jam dinding ini di
maksudkan agar masyarakat ketika melihat waktu mereka
melihat juga pesan kampanye ini.
Teknis untuk jam dinding ini menggunakan stiker, penempelan
stiker di tengah jam dinding.
10. Stiker ( media pendukung )
Teknis pembuatan menggunakan cutting sticker.
Stiker adalah sebuah media yang praktis bisa ditempatkan
dimana saja dan efektif untuk menyampaikan pesan kampanye
karena bisa ditempatkan sesuai keinginan target audience.
11. Pos Jaga ( media pendukung )
Ukuran : 4 x 6 meter
Teknis pembuatan : di bata, cat mural
Media ini akan tempatkan di pinggir area sungai dan area pos
masuk ke tempat pariwisata, yang bisa digunakan untuk
beristirahatnya nelayan dan menjadi pos pengambilan tiket ke
tempat pariwisata.
12. Topi ( media pendukung )
Ukuran : Ukuran topi M / 7-7 1/8"
Teknis pembuatan : Brodir
Media ini dapat digunakan nelayan untuk melaut agar tidak
kepanasan sekaligus juga sebagai media pengingat kampanye.
13. Kalender Duduk
Ukuran : 20 x 25 centimeter
Teknis pembuatan : Printing
Bahan : Art Paper 250 gsm
Kalender yang difungsikan secara letak, atau biasanya
dipergunakan di atas meja. Merupakan media pengingat yang
dilihat setiap hari, pemilihan kalender ini dimaksudkan agar
masyarakat ketika melihat hari mereka melihat juga pesan
kampanye ini.
‐ Arief, Arifin. (2003). Hutan Mangrove. Yogyakarta: Kanisius.
‐ Dariyo, Agoes. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda.
Jakarta:Grasindo. Risalah Akademik. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
‐ Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. (2008). Sekilas Tangerang.
Diakses pada 14 Januari 2011 dari
http://www.tangerangkab.go.id/?pilih=hal&id=2
‐ Purnomo, Dony. (2010). Definisi Mangrove dan Hutan Mangrove. Diakses pada 2 Januari 2011 dari
http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/31/definisi‐mangrove‐dan‐hutan‐ mangrove/
‐ Rangkuti, Fredy. (2002). Analisa Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
‐ Rustan, Surianto. (2009). Layout dasar dan Penerapannya.
Jakarta:Kompas Gramedia.
‐ Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta:Kompas Gramedia.
‐ Sihombing, Danton. (2008). Tipografi. Jakarta:Gramedia.
‐ Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
‐ Yudhi, M. (2008). Makalah tentang Abrasi. Diakses pada 25 Desember 2010 dari
http://yudhim.blogspot.com/2008/11/contoh‐makalah‐tentang‐ abrasi.html
NAMA Wijoko
ALAMAT Kp. Pasilian, Desa. Kronjo, Kab. Tangerang
E-MAIL Jojodkv@yahoo.com
TEMPAT, TGL LAHIR Indramayu, 02 April 1988
STATUS Belum Menikah
PENDIDIKAN
1995 - 2000 SD Negri Kronjo 03, Tangerang
2000 - 2004 SMP Negri Kronjo 01 Kronjo, Tangerang 2004 - 2007 SMA Mandiri Balaraja, Tangerang
PENGALAMAN KERJA
-
PENGALAMAN MAGANG
2010 Harian Pagi Bandung Ekspres
KEMAMPUAN SPESIFIK Photography
Audio Visual
Basic Photography Basic Videography
• Exhibition Typography 1 In Design.
• Photo Contest ”Pijar Pijar Art Fair”, Lisma Unpas Bandung.
• Photo Contest ”Kemilau Nusantara”, For Bandung 200 year.
• Photo Contest ”Pos Indonesia Photo Contest”, Pos Indonesia.
• Seminar “1001 Inspiration Design Festival” Creative Seminar & Demo Workshop at UNIKOM, Bandung.
Hormat saya,