• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Kampanye Pelestarian Hutan Mangrove Dipesisir Pantai Utara Kabupaten Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Kampanye Pelestarian Hutan Mangrove Dipesisir Pantai Utara Kabupaten Tangerang"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI UTARA

KABUPATEN TANGERANG

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh:

Wijoko

NIM:

51907186 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

 

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pantai Utara Kabupaten Tangerang merupakan kawasan hutan

mangrove yang berada di provinsi Banten. Hutan mangrove berfungsi

sebagai penahan abrasi pantai, penahan angin, dan intrusi air laut,

penahan sendimen. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai habitat

bagi satwa liar (burung, reptilia, amphibi, udang dan ikan), serta

sebagai tempat untuk berkembang biak jenis-jenis ikan, udang dan

kepiting.

Saat ini kawasan hutan mangrove di wilayah pesisir pantai

utara Kabupaten Tangerang mengalami kerusakan, kerusakan

kawasan hutan mangrove di sepanjang Pantai Utara kabupaten

Tangerang mencapai 60-70%, dikutip dari Nasional Republika

(21/06/10) Menurut Kabid Konservasi Sumber Daya Alam dan

Pengendalian Kerusakan Lingkungan BLHD Kabupaten Tangerang,

Kawasan hutan mangrove yang lazimnya berfungsi sebagai pelindung

pantai dari abrasi dan sebagai tempat untuk habitat bagi satwa liar kini

telah beralih fungsi, kawasan hutan mangrove dijadikan lahan baru

untuk tambak ikan dan pembuatan warung – warung menggunakan

pohon – pohon dari hutan mangrove. Pemanfaatan lahan dan pohon

dari hutan mangrove oleh masyarakat menyebabkan tidak

(3)

Ketidakadaan perlindungan pada pantai yang sebetulnya

menjadi penyebab percepatan abrasi, abrasi pantai terjadi karena

meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, kenaikan suhu udara di

bumi berdampak pada peningkatan suhu air laut dan secara tidak

langsung menambah volume air laut samudera dan implikasinya

adalah permukaan air laut yang semakin tinggi lalu menggerus pantai.

Abrasi pantai yang terjadi di pesisir pantai utara Kabupaten

Tangerang sangat mengkhwatirkan. Abrasi menyebabkan potensi

ekonomi 24 desa di Kecamatan Kronjo, Kemiri, Mauk, Sukadiri, Paku

Haji, dan Teluk Naga, kerugian setiap desa ditaksir mencapai Rp 95

miliar per tahun.

Banyaknya pengerukan pasir pantai yang dilakukan oleh

masyarakat setempat dan adanya pembangunan proyek pembangkit

listrik tenaga uap (PLTU), oleh Pemerintah yang dilakukan dibibir

pantai menjadi faktor rusaknya hutan mangrove. Program rehabilitasi

hutan mangrove telah dilakukan salah satunya dengan menanam

tanaman bakau yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan aktivis

lingkungan hidup untuk mengatasi kerusakan pantai, tanaman bakau

(4)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan,

masalah yang teridentifikasi diantaranya:

- Abrasi yang terjadi karena semakin berkurangnya hutan mangrove

sebagai pelindung pantai yang disalahgunakan oleh masyarakat.

- Kawasan pesisir pantai utara kabupaten Tangerang telah beralih

fungsi, kawasan hutan mangrove dijadikan lahan baru untuk

tambak ikan dan pembuatan warung – warung menggunakan

pohon – pohon dari hutan mangrove.

- Adanya pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap

(PLTU) yang dilakukan dibibir pantai turut menjadi faktor rusaknya

hutan mangrove.

1.3. Fokus Masalah

Dari sekian banyaknya masalah yang timbul, maka permasalahannya

difokuskan pada bagaimana penggunaan hutan mangrove secara

bijak dan menginformasikan fungsi dan manfaat hutan mangrove

(5)

1.4. Tujuan Perancangan

- Untuk menginformasikan manfaat hutan mangrove kepada

masyarakat pesisir pantai utara kabupaten Tangerang.

- Membangun rasa peduli masyarakat terhadap hutan mangrove.

- Untuk memberitahukan dampak dari kerusakan hutan mangrove

bagi pesisir pantai, menginformasikan fungsi dan manfaat hutan

(6)

BAB II

PERANCANGAN KAMPANYE PELESTARIAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI UTARA KABUPATEN TANGERANG

2.1. Pelestarian

Pelestarian merupakan upaya untuk melindungi lingkungan dari

kerusakan, misalnya pemanasan global dan perusakan sumber daya

alam. Pelestarian berkaitan erat dengan lingkungan hidup, lingkungan

hidup adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan

tak hidup di alam yang ada di Bumi. Hutan mangrove termasuk

kedalam unsur biotik, hutan mangrove layak di lestarikan karena

hutan mangrove memiliki ciri kehidupan dan berfungsi sebagai

penyeimbang kehidupan bagi pesisir pantai.

Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1982, lingkungan hidup

merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,

dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya

yang memengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lainnya. Berdasarkan pengertian

tersebut, lingkungan hidup tersusun dari berbagai unsur yang saling

berhubungan satu sama lain, yaitu unsur biotik, abiotik, dan sosial

budaya.

- Unsur Biotik

Unsur biotik adalah unsur-unsur makhluk hidup atau benda yang

(7)

memerlukan makanan, tumbuh, dan berkembang biak. Unsur

biotik terdiri atas manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Secara

umum, unsur biotik meliputi produsen, konsumen, dan pengurai.

- Unsur Abiotik

Unsur abiotik adalah unsur-unsur alam berupa benda mati yang

dapat mendukung kehidupan makhluk hidup. Termasuk unsur

abiotik adalah tanah, air, cuaca, angin, sinar matahari, dan

berbagai bentuk bentang lahan.

- Sosial Budaya

Unsur sosial budaya merupakan bentuk penggabungan antara

cipta, rasa, dan karsa manusia yang disesuaikan atau dipengaruhi

oleh kondisi lingkungan alam setempat.

2.2. Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan

yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove (seperti

dikutip Arifin 2003) adalah sebutan umum yang digunakan untuk

menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang

didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau

semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam

perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang

tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan

berbunga yaitu :Api – api (Avicenniea sp), Pedada (Sonneratia),

(8)

(Lummitzera), (Laguncularia), (Aegiceras), (Aegiatilis), (Snaeda),

(Ceriops), dan (Conocarpus) (Bengen, 2000).

Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Kita sering

menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau.

Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove.

Istilah ‘mangrove’ digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk

menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang

terdiri atas pohon bakau Rhizophora sp. Karena bukan hanya pohon

bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis

tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.

Dalam bahasa Indonesia hutan mangrove disebut juga hutan

pasang surut, hutan payau, rawa-rawa payau atau hutan bakau. Istilah

yang sering digunakan adalah hutan mangrove, hutan bakau, atau

hutan payau namun untuk menghindari kesalahan literasi dianjurkan

penggunaan istilah mangrove karena bakau adalah nama lokal untuk

anggota genus Rhizophora sp, sementara hutan mangrove disusun

oleh banyak genus dan spesies tumbuhan lainnya.

Penyebutan hutan mangrove dengan hutan bakau sebaiknya

dihindari. Sedangkan ekosistem mangrove yaitu suatu sistem di alam

tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan

timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara

makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh

(9)

yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Arifin,

2003).

2.2.1 Jenis Hutan mangrove

Adapun jenis mangrove berdasarkan penggenangan air

laut adalah sebagai berikut :

a. Overwash mangrove forest

Mangrove merah merupakan jenis yang dominan di

pesisir pantai yang sering dibanjiri dan dibilas oleh air laut,

menghasilkan ekspor bahan organik dengan tingkat yang

tinggi. Tinggi pohon maksimum adalah sekitar 7 meter.

Gambar 2.1 Overwash mangrove Forest

Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2345462694/in/

photostream.jpg (12/04/2011)

b. Fringe mangrove forest

Mangrove fringe ini ditemukan sepanjang terusan air,

digambarkan sepanjang garis pantai yang tingginya lebih

dari rata-rata pasang naik. Ketinggian mangrove maksimum

(10)

Gambar 2.2 Fringe mangrove Forest

Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2344590285/in/photostream.jpg

(12/04/2011)

c. Riverine mangrove forest

Kelompok ini adalah hutan yang tinggi letaknya di

sepanjang daerah pasang surut sungai dan teluk,

merupakan daerah pembilasan reguler. Ketiga jenis bakau,

yaitu putih (Laguncularia racemosa), hitam (Avicennia

germinans) dan mangrove merah (Rhizophora mangle)

adalah terdapat di dalamnya. Tingginya rata- rata dapat

mencapai 18-20 meter.

Pohon bakau memiliki karakter yang khas dan memiliki ciri

yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan

berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang

meruncing, serta buah yang berkecambah dan masih

(11)

Gambar 2.3 Riverine mangrove Forest

Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2345462696/in/photostream.jpg

(12/04/2011)

d. Basin mangrove forest

Kelompok ini biasanya adalah jenis yang kerdil terletak

di bagian dalam rawa karena tekanan tanah yang

menyebabkan terbentuknya cekungan atau terusan ke arah

pantai. Bakau merah terdapat dimana ada pasang surut

yang membilas tetapi ke arah yang lebih dekat pulau,

mangrove putih dan hitam lebih mendominasi. Pohon dapat

mencapai tinggi 15 meter.

Gambar 2.4 Basin mangrove Forest

Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2344503527/in/photostream.jpg

(12)

e. Hammock forest

Biasanya serupa dengan tipe Basin mangrove forest

tetapi mereka ditemukan pada lokasi sedikit lebih tinggi dari

area yang melingkupi. Semua jenis ada tetapi tingginya

jarang lebih dari 5 meter.

Gambar 2.5 Hammock mangrove Forest

Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2344621031/in/photostream.jpg

(12/04/2011)

f. Scrub or dwarf forest

Jenis komunitas Scrub or dwarf forest secara khas,

ditemukan di pinggiran yang rendah. Jenis ini jarang melebihi

1.5 meter (4.9kaki), tergolong kedalam jenis mangrove kerdil.

Gambar 2.6 Scrub mangrove Forest

Sumber : http://www.flickr.com/photos/catorg/2345462706/in/photostream.jpg

(13)

2.2.2 Fungsi Hutan Mangrove

Fungsi fisik hutan mangrove sebagai penahan abrasi

pantai, penahan angin, dan intrusi air laut, perangkap/penahan

sedimen. Fungsi biologi hutan mangrove sebagai habitat satwa

liar (burung, reptilia, amphibi, udang dan ikan).

2.3. Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua

yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada

posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan dengan

Laut Jawa, sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di

sebelah selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan

Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan langsung

dengan Kabupaten Serang.

Jarak antara Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik

Indonesia, Jakarta, sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu

setengah jam.Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat

bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas

perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dari 200

Juta lebih penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di kedua

pulau tersebut (Pulau Jawa 120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa).

Kabupaten Tangerang memiliki tempat pariwisata bahari yaitu

(14)

sekarang sangat memprihatinkan hampir tidak terlihat lagi adanya

hutan mangrove. (Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang, 2008).

Gambar 2.7 kondisi pesisir pantai utara kabupaten Tangerang

Sumber : Dokumen Pribadi

2.4. Kampanye

Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan

komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga.

Penyelenggara kampanye umumnya bukan individu melainkan

lembaga atau organisasi dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek

atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan

kampanye sebagai “Serangkaian tindakan komunikasi yang terencana

dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar

khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu

tertentu” (Venus, 2004:7).

Setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung

empat hal, yaitu tindakan kampanye yang ditujukan untuk

(15)

yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui

serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir.

Kampanye memiliki karakteristik, yaitu sumber yang jelas, yang

menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung

jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap

individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi

bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.

Selain itu pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk

didiskusikan, bahkan gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi

diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi.

Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan

kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala

tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi,

yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau

melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Dengan

demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi

secara nyata. Dalam ungkapan Perloff (1993) dikatakan “Campaigns

generally exemplify persuasion in action” (Venus, 2004:7).

Dengan demikian setiap tindakan kampanye pada prinsipnya

adalah tindakan persuasi. Persuasi adalah proses transaksional

diantara dua orang atau lebih dimana terjadi upaya merekonstruksi

realitas melalui pertukaran makna simbolis yang kemudian

menghasilkan peubahan kepercayaan, sikap atau perilaku secara

(16)

2.4.1 Jenis Kampanye

Kampanye berkaitan dengan aktivitas berkomunikasi suatu

kepentingan demi tercapainya tujuan. Dalam berbagai kegiatan

tersebut terdapat beberapa jenis program kampanye yang

bertitik tolak untuk memotivasi dan membujuk sehingga tujuan

kampanye dapat tercapai. Menurut Charles U.Larson (1992)

dalam Venus (2004:7) jenis kampanye terbagi menjadi:

- Product – Oriented Campaigns

Kegiatan kampanye yang berorientasi pada produk.

Biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial

kampanyepromosi pemasaran atau peluncuran produk

baru.

Gambar 2.8 Promo Produk Suzuki

Sumber :

(17)

- Candidate – Oriented Campaigns

Kegiatan kampanye yang berorientasi pada pencalonan

(kandidat) untuk kepentingan kampanye politik.

Gambar 2.9 kampanye partai Demokrat

Sumber :

http://abisyakir.files.wordpress.com/2010/06/sby-kampanye.jpg (29/04/2011)

- Ideological or Cause – Oriented Campaigns

Jenis kampanye ini berorientasi pada masalah sosial,

sering disebut juga kampanye sosial. Informasi yang

diberikan tidak dikenakan biaya, dibuat untuk

menyampaikan informasi, aktivitas maupun program

yang telah dibuat oleh pemerintah maupun organisasi

(18)

Gambar 2.10 kampanye lingkungan

Sumber : http://tarakadesign.com/rspibaru/media/k2/items/

cache/9ecd376e5371efaef9aad9bc9143aed8_XL.jpg

(29/04/2011)

Kampanye pelestarian hutan mangrove ini termasuk

kedalam kampanye sosial.

2.5. Target Audience 2.5.1 Demografis

- Jenis kelamin : pria dan wanita

- Umur : 20 – 40 tahun, karena pada usia

20 – 40 tahun adalah suatu periode yang dalam usia manusia

boleh disebut sangat dinamis dan produktif (Dariyo, 2008:7)

dan mempunyai peranan penting sebagai masyarakat aktif

dalam kegiatan di wilayahnya.

- Pekerjaan : nelayan, pengusaha tambak.

(19)

2.5.2 Geografis

Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai utara

Kabupaten Tangerang.

2.5.3 Psikografis

mangrove.

• Sebagian m

Masyarakat yang tidak mengetahui informasi tentang hutan

asyarakat masih menganggap hutan mangrove

sebagai tumbuhan yang tidak mempunyai fungsi.

2.6. An

bentuk analisa situasi dan

kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini

asi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan,

yang k

ri organisasi atau program pada saat ini.

ng merupakan

kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.

• Masyarakat memiliki kesadaran yang rendah untuk

melestarikan hutan mangrove.

alisa SWOT

Analisa SWOT adalah sebuah

menempatkan situ

emudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing

(Rangkuti, 2002).

Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan da

(20)

3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang

Strategi Analisa SWOT dapat dikembangkan dengan skema

tabel sebagai berikut :

berkembang bagi organisasi dimasa depan.

4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat

mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.

Eksternal faktor

Internal Faktor

Opportunities (Peluang) Therats (Ancaman)

- Kondisi lahan yang - Pola fikir masyarakat masih memungkinkan yang masih untuk diadakannya

kampanye pelestarian menganggap hutan mangrove tidak hutan mangrove penting

- Masih ada jeda waktu - Pemerintah pusat dan sebelum masyarakat LSM telah melakukan beraktifitas untuk penyuluhan dan melakukan kampanye menanam kembali - Tempat berkumpul namun masyarakat

masyarakat masih cenderung masih tidak mem

terjangkau sosialisasi perdulikan

Strengths (Kekuatan) - Sebagian - Memberikan informasi

tentang hutan mangrove kepada masyarakat dapat mencegah rusaknya hutan mangrove - Mengajak untuk

menanam kembali pohon – pohon hutan

(21)

Weaknesses (Kelemahan)

- Pola fikir masyarakat dapat diubah melalui media – media kampanye karena kondisi lahan yang masih mungkin untuk diadakannya kampanye pelestarian

- Pola fikir masyarakat yang masih

Tabel 2.1 Analisa SWOT

2.7. Pembahasan dan Analisa SWOT Hutan Mangrove di pesisir pantai utara kabupaten Tangerang

Dalam melengkapi data dan informasi terkait masalah di

daerah pesisir pantai utara kabupaten Tangerang, peneliti

menggunakan metode analisia SWOT, dan mendapatkan hasil

sebagai berikut yaitu: Memberikan informasi tentang keadaan hutan

mangrove yang berada di pesisir pantai utara kabupaten Tangerang

yang rusak dan memberikan informasi tentang fungsi dan manfaat

hutan mangrove dapat menyadarkan masyarakat.

Setelah melakukan penyebaran kuesioner pada tanggal 04 –

april 2011, yang telah dilakukan terhadap responden, maka

didapatkan hasil bahwa seluruh responden pada umumnya hanya

sedikit, yang mengetahui tentang Hutan Mangrove tapi tidak

mengetahui secara mendalam tentang fungsi dan manfaat hutan

mangrove.

Berdasarkan data yang diperoleh dari 50 responden, yaitu

(22)

kategori pertanyaan pengetahuan tentang hutan mangrove adalah

sebagai berikut :

1. 80% masyarakat mengetahui tentang apa itu hutan mangrove.

2. 35% masyarakat mengetahui fungsi hutan mangrove.

3. 20% masyarakat mengetahui dampak dari rusaknya hutan

mangrove.

4. 10% masyarakat mengetahui cara melestarikan hutan

mangrove.

5. 50% masyarakat mengetahui adanya penyuluhan atau

informasi tentang hutan mangrove.

Berikut adalah Analisis SWOT mengenai pentingnya Hutan

Mangrove bagi Pesisir Pantai berdasarkan data penelitian yang sudah

didapat :

1. Strength (kekuatan)

Dari 50 orang responden, hampir semuanya mengetahui

kondisi tentang hutan mangrove.

2. Weakness (kelemahan)

‐ Hampir 50% dari responden tidak terlalu memahami

secara mendalam tentang hutan mangrove.

‐ Responden hanya mengetahui informasi tentang hutan

mangrove secara sekilas saja, tidak mengetahui secara

(23)

3. Opportunity (peluang)

‐ Kerusakan hutan mangrove dapat dicegah dengan cara

membangun kesadaran pada masyarakat dan

memberikan informasi secara berulang tentang fungsi

dari hutan mangrove.

‐ Setelah mengetahui dampak dari kerusakan hutan

mangrove yang menyebabkan abrasi, Keinginan untuk

mengetahui informasi tentang hutan mangrove cukup

besar.

‐ Membangun kesadaran masyarakat agar melestarikan

hutan mangrove dapat mencegah terjadinya percepatan

abrasi.

4. Threat (Ancaman)

Ada hambatan untuk membangun kesadaran masyarakat,

karena masih banyak masyarakat yang mempunyai pola fikir

kurang maju dan menganggap kurang pentingnya hutan

mangrove bagi pesisir pantai.

2.8. Solusi

Pengenalan hutan mangrove dengan media–media kampanye

mulai dari manfaat sampai dampak dari kerusakan hutan mangrove

merupakan dan memberikan informasi tentang pentingnya fungsi dan

manfaat hutan mangrove merupakan solusi dari permasalahan yang

(24)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Perancangan

Perancangan yang akan dilakukan dan diuraikan dari

pemecahan masalah penyalahgunaan hutan mangrove dengan

memberikan informasi melalui kampanye pelestarian hutan mangrove di

Pesisir Pantai Utara Kabupaten Tangerang.

Membuat media kampanye yang bersifat mengingatkan dan

mengajak masyarakat untuk melindungi hutan mangrove dan ikut

melestarikan hutan mangrove.

3.1.1. Strategi Komunikasi

Secara umum komunikasi berarti penyampaian pesan

atau informasi, pernyataan yang dilakukan oleh seorang

(komunikator) kepada orang lain dalam hubungan sosial.

Permasalahan yang ada di kawasan hutan mangrove

pesisir, pantai kabupaten Tangerang adalah perlunya sebuah

perancangan informasi yang bisa menjelaskan atau memberikan

gambaran manfaat hutan mangrove. Seiring dengan semakin

meningkatnya kerusakan hutan mangrove di pesisir pantai utara

kabupaten Tangerang, maka perlu adanya sebuah solusi untuk

mengenalkan fungsi dan manfaat hutan mangrove agar

(25)

utara Tangerang. perancangan informasi (komunikasi) disusun

agar bisa mengenai target sasaran dengan tepat dan jelas, baik

materi, cara penyampaiannya, dan tentunya bisa efektif kepada

target yang telah direncanakan.

Strategi yang dilakukan yaitu :

- Menginformasikan dan mengingatkan akan kerugian dari

kerusakan hutan mangrove.

- Mengajak masyarakat untuk melindungi hutan mangrove.

3.1.2. Pendekatan Visual

Untuk merancang kampanye pelestarian hutan

mangrove ini penulis menggunakan pendekatan dengan gaya

visual dalam bentuk Ilustrasi surealisme yang menampilkan

ilustrasi yang menggambarkan keadaan pesisir pantai dalam

keadaan sebenarnya yang sekarang rusak tapi di lebih -

lebihkan, dimana ekosistem biota pantai sangat bergantung

kepada hutan mangrove. Pendekatan menggunakan ilustrasi

diharapkan bisa lebih menarik perhatian karena penggunaan

warna – warna dengan menggunakan warna – warna cerah.

Visual I Visual II Visual III

(26)

3.1.3. Pendekatan Verbal

Berdasarkan wilayah target audience yang berada di

pesisir pantai, dengan mayoritas penduduknya adalah nelayan,

penyampaian pesan dari kampanye pelestarian hutan

mangrove ini menggunakan bahasa Indonesia tidak baku. Agar

lebih mudah dimengerti.

Tagline

Headline

Menjaga Lebih Baik dari pada Merusak

Gunakan Tanganmu untuk Menjaga Mangrove

3.1.4. Tujuan Komunikasi

Dalam perancangan kampanye sebagai media

informasi, tujuan komunikasi sangatlah penting agar media

kampanye yang disampaikan dapat tepat ke sasaran yang

dituju.

Adapun tujuan perancangan kampanye ini untuk

mengatasi permasalahan yang ada di kawasan hutan mangrove

(27)

- Untuk menginformasikan bahwa sangat penting hutan

mangrove bagi pesisir pantai utara Tangerang.

- Membangun rasa peduli masyarakat terhadap hutan

mangrove.

- Untuk memberitahukan dampak dari kerusakan hutan

mangrove bagi pesisir pantai, menginformasikan fungsi dan

anfaat hutan mangrove bagi pesisir pantai.

3.2. Strategi

ax Ernst, Rere Margritte, Juan Miro, Salvador Dali

(Sam Haidy, 2008).

ar 3.12 The Persistence of Memory by Salvador dali m

Kreatif

Strategi kreatif yang akan digunakan pada kampanye

pelestarian ini menggunakan gaya bahasa yang mudah di terima oleh

target audience dan penggunaan visualisasi dengan gaya ilustrasi

surealisme agar lebih menarik perhatian, gaya surealisme adalah

Sebuah lukisan realisme atau naturalisme namun merupakan daya

khayal dan sesuatu yang kadang tidak mungkin, atau di lebih - lebih

kan. Surealisme merupakan gerakan budaya yang bermula pada

pertengahan tahun 1920-an, Tokoh - Tokohnya adalah Andre bretton,

Giorgio de Chirico, M

(28)

3.3. Strategi

ntai menjadi seimbang, ekosistem terjaga dan pantai

terlindun

ang sekarang rusak, sampai pada keadaan pantai setelah

dilestarikan.

3.3.1. Forma

limat penjelas

sebag

ngnya dibuat

berbeda agar lebih bervariasi dan tidak monoton.

Visual

Konsep visual merupakan awal yang penting dalam

menciptakan sebuah media informasi yang informatif dan menarik.

Dengan memberikan solusi yaitu memberikan informasi tentang tentang

fungsi dan manfaat hutan dan mengajak menanam kembali pohon –

pohon hutan mangrove dan disandingkan dengan lahan tambak agar

keadaan pa

gi.

Dengan memberikan tiga visualisasi yang berbeda dan di

distribusikan secara berkala mulai dari keadaan pantai dalam kondisi

sebenarnya y

t Desain

Format Desain yang akan diaplikasikan pada kampanye

ini berupa ilustrasi dengan gaya surealisme agar bisa di

hiperbola atau dilebih–lebihkan, dengan sedikit ka

ai penguat pesan yang akan disampaikan.

Format desain portrait yaitu media utama berupa poster

(29)

3.3.2. Tata L

nerima pesan yang

kampanye ini.

ogo dan tagline

eadline

ustrasi

3.3.3. Huruf

rang dan memiliki ukuran besar dan di Bold agar terlihat

gunakan adalah :

-

etak / Layout

Tata letak atau layout merupakan komposisi yang akan

di tampilkan didalam media, pengaturan tata letak yang akan

ditampilakan sesuai dengan arah baca sehingga masyarakat

akan cepat me akan disampaikan dalam

L

H

Il

Huruf yang digunakan adalah huruf yang mempunyai

tingkat keterbacaan tinggi dikarenakan target audience adalah

nelayan yang tinggal didaerah pesisir pantai utara kabupaten

Tange

jelas.

Jenis font yang di

Myriad Pro

Huruf myriad pro digunakan untuk tagline disamping

(30)

memiliki fleksibilitas yang cukup bagus disandingkan

d

The quick brown fox jumps

over the lazy dog., %-“

1234567890

-

nakan untuk headline disamping

emiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, huruf ini digunakan

The quick brown fox jumps

over the lazy dog., %-“

1234567890

engan logo.

Britannic Bold

Huruf Britannic Bold digu

m

(31)

3.3.4. Ilustra

an untuk memicu rasa ketertarikan dari target

tidak ada

anam mangrove dan menuai hasil dari menanam

dan akar hutan mangrove

ang mengelilingi ekosistem pantai.

3.3.5. Warna

yang digunakan dalam perancangan kampanye ini

adalah :

si

Ilustrasi yang digunakan dalam kampanye ini adalah

menggunakan gaya surealisme, penggunaan gaya ini

dimaksudk

audience.

Ada tiga visualisasi yang berbeda untuk ilustrasinya :

- Visualisasi yang pertama menggambarkan keadaan pantai yang sebenarnya yang sedang rusak karena

pelindung untuk untuk pantai yaitu hutan mangrove.

- Visualisasi yang kedua menggambarkan kondisi pantai yang rusak dan tambahan visualisasi tangan untuk menguatkan

ajakan men

mangrove.

- Visualisasi yang ketiga menggambarkan keadaan pantai dan hutan mangrove setelah dilestarikan

y

Warna bisa memicu respon atau ketertarikan bagi yang

melihatnya, warna juga dapat dapat membangkitan rasa bosan

atau pun rasa semangat bagi yang melihatnya. Adapun warna

(32)

-

i warna daun pohon – pohon hutan

-

pantai saat ini yang

n.

-

mangrove membutuhkan sentuhan

-

ntai dan hutan mangrove setelah

ilestarikan. Logo

Warna logo menggunakan warna hijau yang

diambil dar

mangrove.

Visualisasi pertama

Menggunakan warna kusam, Karena mau

menunjukan keadaan

mengalami kerusaka

Visualisasi kedua

Untuk visualisasi yang kedua menggunakan

warna yang sama dengan waran pada visualisasi

yang pertama yaitu kusam tapi ditambahkan

dengan warna cerah agar target audience tahu

kalau hutan

dari mereka.

Visualisasi ketiga

Visualisasi yang ketiga menggunakan warna –

warna yang cerah disini mau menunjukan

keadaan pa

(33)

- Logo

Tabel 3.2 Warna Logo

- Visualisasi pertama

abel 3.3 Warna Visualisasi Pertama

- Visualisai kedua

abel 3.4 Warna Visualisasi Kedua T

(34)

- Visualisasi ketiga

Tabel 3.5 Warna Visualisasi Ketiga

3.4. ategi

gai penguat kampanye. Adapun media

pendukung yang lainnya yaitu:

Str Media

Media kampanye merupakan suatu alat yang digunakan untuk

menyampaikan suatu pesan kepada target audience. Dalam kampanye

ini pesan disampaikan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah

Pesisir pantai utara Kabupaten Tangerang sebagai target audience,

media utama yang digunakan yaitu berupa media poster yaitu berisi

gambar ilustrasi agar lebih menarik perhatian. Media ini dipilih karena

lebih efektif dan langsung dilihat oleh masyarakat yang tinggal di daerah

pesisir pantai utara kabupaten Tangerang, disamping penggunaan

(35)

- lih

tkan di

pusat kota yang berada sebelum kawasan hutan mangrove.

- Span

n ini mengalami kerusakan hutan mangrove yang paling

parah.

-

n target audience jika di tempatkan pada tempat yang

ditempatkan di counter hp, warnet - warnet dan

warung – warung.

Ba o

Baliho adalah media informasi yang dipasang di tempat

terbuka, di tempat-tempat strategis seperti jalan raya, umunya baliho

menggunakan rangka dari bambu, Media ini akan di tempa

duk

Spanduk adalah media informasi yang berupa kain berukuran

panjang, dipasang di tepi-tepi jalan dengan cara dibentangkan.

Teknik pembuatanya dapat dikerjakan dengan tangan secara

langsung (menggunakan cat), teknik sablon (screen printing) dan

offset (cetak mesin). Media ini ditempatkan di jalur menuju kawasan

hutan mangrove seperti area menuju ke tempat pariwisata dimana

kawasa

X Banner

X banner adalah media yang dapat memberikan informasi

cukup panjang yang sifatnya persuasif, yang mampu menarik

perhatia

sesuai

(36)

- lan

bawah, media ini

iharapkan bisa efektif di baca oleh masyarakat.

-

terhadap air dan sinar matahari, biasanya di pasang

tan kota, media ditempatkan di kaca belakang

ngkutan kota.

- os

lipatan tertentu hingga membentuk sejumlah

an memuat informasi tentang

ngsi dan manfaat Hutan Mangrove.

- le

dipergunakan di atas meja. Merupakan media pengingat yang dilihat

Ik Koran

Media cetak atau surat kabar merupakan media yang target

marketnya adalah masyarakat menengah ke

d

Car Branding

Adalah stiker yang dapat diaplikasikan di luar ruang, dan sticker

tersebut tahan

di kaca mobil.

Ada dua jalur utama untuk mobilitas masyarakat pesisir pantai

utara kabupaten Tangerang menuju ke arah kota Tangerang dan

ada dua angku

a

Br ur

Brosur atau pamflet umumnya dicetak pada kedua sisi dan

dilipat dengan pola

panel yang terpisah.

Brosur atau pamflet ini nanti ak

fu

Ka nder Duduk

(37)

setiap hari, Pemilihan kalender ini dimaksudkan agar masyarakat

ketika melihat hari mereka melihat juga pesan kampanye ini.

- Jam Dinding

Jam dinding adalah jam yang difungsikan secara letak, atau

biasanya dipergunakan di dinding. Jam merupakan media pengingat

yang dilihat setiap waktu, Pemilihan jam dinding ini dimaksudkan

agar masyarakat ketika melihat waktu mereka melihat juga pesan

kampanye ini.

- Kaos

r

n

kaos yang bertulisakan tagline akan diberikan kepada target

audience. T-shirt juga dapat di pakai untuk keseharian dan dapat

dilihat oleh orang lain.

- Stike

Stiker adalah sebuah media yang praktis bisa ditempatkan

dimana saja dan efektif untuk menyampaikan pesan kampanye

karena bisa ditempatkan sesuai keinginan target audience.

- Topi nelaya

Media ini dapat digunakan nelayan untuk melaut agar tidak

(38)

- Pos jaga/tiket

Media ini akan tempatkan di pinggir area sungai dan area pos

masuk ke tempat pariwisata bahari yang saat ini hutan mangrovenya

rusak, yang bisa digunakan untuk beristirahatnya nelayan dan

menjadi pos pengambilan tiket ke tempat pariwisata bahari.

3.5. Strategi Distribusi

Strategi distribusi digunakan agar dapat tepat sasaran dan

terjangkau oleh target. Setelah perancangan kampanye selesai maka

selanjutnya, hal yang akan dilakukan yaitu pendistribusian media -

media kampanye, pendistribusian dilakukan selama 5 Bulan, tahap I

dilakukan di Bulan pertama, tahap II dilakukan selama 3 Bulan karena

waktu 3 bulan adalah waktu pembibitan sampai bisa di tempatkan di

polybag atau penempatan mangrove di kantong plastik yang siap

ditempakan di lokasi penanaman, tahap III dilakukan di bulan terakhir

yaitu bulan ke 5, bulan kelima ini merupakan proses pembiaran tunas –

tunas dilokasi penanaman yang membutuhkan perhatian dari

masyarakat agar proses pembibitan ini dapat berlangsung dan terhindar

dari gangguan binatang–binatang lain yang menghambat proses

(39)
(40)

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Pra Produksi

Sebelum memasuki tahap produksi, tahan yang harus dilakukan dalam

pembuatan media kampanye yaitu meliputi :

- Sketsa

Pembuatan sketsa mulai dari bentuk ilustrasi yang akan

dirancang, seperti tampilan visual pada media kampanye.

(41)

- Pengolahan Gambar

Pengolahan gambar meliputi pengolahan teknis gambar

ilustrasi lalu di digitalisasi meliputi pewarnaan dan pendetailan.

Kemudian pengolahan gambar secara keseluruhan meliputi

penempatan visual, headline, dan tagline.

(42)

- Finishing

Setelah proses digitalisasi selesai kemudian mulai pada proses

cetak.

Visual I

Gambar 4.15 Visual I

Visual II

(43)

Visual III

Gambar 4.17 Visual III

4.2 Teknis Cetak

Teknis media dibuat berdasarkan pengelompokan tahapan

perancangan media kampanye sebagai berikut :

1. Poster ( media utama )

Format / bentuk : Portrait

Ukuran : 59.4 x 42 cm

Teknik produksi : Cetak Offset

Material : Art paper 180 gsm

Poster merupakan media lini atas yang juga termasuk media

(44)

tempat-tempat umum dan informasi yang akan disampaikan dapat

cepat tersampaikan kepada target audience, penggunaan

poster sebagai media utama dalam kampanye ini karena:

- Visualisasi menarik

- Tingkat keterbacaan tinggi

- Mempunyai jangkauan dan penempatan luas

- Berfungsi sebagai media informasi dan media pengingat

- Fungsi Poster I

Fungsi poster I adalah untuk memberikan informasi pantai

setelah hutan mangrove mengalami kerusakan dan dampak

kerusakan hutan mangrove.

- Fungsi Poster II

Fungsi poster II adalah untuk memberikan informasi tentang

ajakan untuk menanam kembali hutan mangrove, akan ada

hasil yang akan kita dapatkan dari hutan mangrove setelah

dilestarikan. Disini penulis menggunakan ilustrasi dengan

surealisme dipadukan dengan penggabungan headline dan

tagline untuk mempertegas ilustrasi.

- Fungsi Poster III

Fungsi poster III adalah untuk memberikan informasi mengenai

hutan mangrove setelah dilestarikan.

(45)
(46)

2. Baliho ( media pendukung )

Format / bentuk : Portrait

Ukuran : 3 x 4m

Teknik produksi : Printing

Material : FL Matte 340 gsm

Media ini ditempatkan di pusat kota sebelum kawasan hutan

mangrove dan diditribusikan pada tahap I kampanye.

(47)

3. Spanduk ( media pendukung )

Format / bentuk : persegi panjang

Ukuran : 1 x 4m

Teknik produksi : Printing

Material : FL Matte 340 gsm

Media ini di tempatkan di jalur masuk ke kawasan wisata yang

hutan mangrovenya mengalami kerusakan yaitu di kawasan

pintu masuk ke pulau Cangkir.

(48)

4. X Banner ( media pendukung )

Ukuran : 60 x 160cm

Teknik produksi : Digital Printing

Material : Synthetic

Media ini di tempatkan didepan warung agar setiap orang yang

mau belanja di warung itu bisa melihat pesan kampanye ini.

(49)

5. Car Branding ( media pendukung )

Format / bentuk : persegi

Ukuran : 1 x 1.5m

Teknik produksi : Printing

Bahan : One way / sticker bolong – bolong

Ada dua jalur utama untuk mobilitas masyarakat pesisir pantai

utara kabupaten Tangerang menuju ke arah kota Tangerang

dan ada dua angkutan kota, media ditempatkan di kaca

belakang angkutan kota.

(50)

6. Iklan Koran kom )

Format / bentuk : persegi

rodu i et

Media cetak atau surat kabar merupakan media yang target

i

Gambar 4.23 Iklan Koran pas ( media pendukung

Ukuran : 9 x 12cm

Teknik p ks : Cetak Offs

marketnya adalah masyarakat menengah kebawah, media in

(51)

7. Brosur ( media pendukung )

Format / bentuk : Persegi panjang

Ukuran : 29.7 x 21 cm

Teknik produksi : Cetak Offset

Bahan : art paper 150 gsm

Media brosur akan dibagikan langsung ke target audience

sebagai media informasi yang berisikan tentanng fungsi dan

manfaat hutan mangrove serta ajakan untuk melestarikan

hutan mangrove.

(52)

8. Kaos ( media pendukung )

Format / bentuk : kaos

Ukuran : M

Teknik produksi : Sablon

Kaos yang bertulisakan tagline akan diberikan kepada target

audience. Kaos juga dapat di pakai untuk keseharian dan dapat

dilihat oleh orang lain.

(53)

9. Jam Dinding ( media pendukung )

Ukuran : Diameter 26.5 cm

Teknis pembuatan : Printing

Jam dinding adalah jam yang difungsikan secara letak, atau

biasanya dipergunakan di dinding. Pemilihan jam dinding ini di

maksudkan agar masyarakat ketika melihat waktu mereka

melihat juga pesan kampanye ini.

Teknis untuk jam dinding ini menggunakan stiker, penempelan

stiker di tengah jam dinding.

(54)

10. Stiker ( media pendukung )

Teknis pembuatan menggunakan cutting sticker.

Stiker adalah sebuah media yang praktis bisa ditempatkan

dimana saja dan efektif untuk menyampaikan pesan kampanye

karena bisa ditempatkan sesuai keinginan target audience.

(55)

11. Pos Jaga ( media pendukung )

Ukuran : 4 x 6 meter

Teknis pembuatan : di bata, cat mural

Media ini akan tempatkan di pinggir area sungai dan area pos

masuk ke tempat pariwisata, yang bisa digunakan untuk

beristirahatnya nelayan dan menjadi pos pengambilan tiket ke

tempat pariwisata.

(56)

12. Topi ( media pendukung )

Ukuran : Ukuran topi M / 7-7 1/8"

Teknis pembuatan : Brodir

Media ini dapat digunakan nelayan untuk melaut agar tidak

kepanasan sekaligus juga sebagai media pengingat kampanye.

(57)

13. Kalender Duduk

Ukuran : 20 x 25 centimeter

Teknis pembuatan : Printing

Bahan : Art Paper 250 gsm

Kalender yang difungsikan secara letak, atau biasanya

dipergunakan di atas meja. Merupakan media pengingat yang

dilihat setiap hari, pemilihan kalender ini dimaksudkan agar

masyarakat ketika melihat hari mereka melihat juga pesan

kampanye ini.

(58)

‐ Arief, Arifin. (2003). Hutan Mangrove. Yogyakarta: Kanisius.   

‐ Dariyo, Agoes. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. 

Jakarta:Grasindo.  Risalah Akademik. Universitas Komputer Indonesia. Bandung. 

 

‐ Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. (2008). Sekilas Tangerang

Diakses pada 14 Januari 2011 dari  

http://www.tangerangkab.go.id/?pilih=hal&id=2   

‐ Purnomo, Dony. (2010). Definisi Mangrove dan Hutan Mangrove. Diakses  pada 2 Januari 2011 dari 

http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/31/definisi‐mangrove‐dan‐hutan‐ mangrove/  

 

‐ Rangkuti, Fredy. (2002). Analisa Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis. 

Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.   

‐ Rustan, Surianto. (2009). Layout dasar dan Penerapannya. 

Jakarta:Kompas Gramedia.   

‐ Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta:Kompas Gramedia. 

(59)

 

‐ Sihombing, Danton. (2008). Tipografi. Jakarta:Gramedia.   

  

‐ Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa  Rekatama Media. 

 

‐ Yudhi, M. (2008). Makalah tentang Abrasi. Diakses pada 25 Desember  2010 dari  

http://yudhim.blogspot.com/2008/11/contoh‐makalah‐tentang‐ abrasi.html 

(60)

NAMA Wijoko

ALAMAT Kp. Pasilian, Desa. Kronjo, Kab. Tangerang

E-MAIL Jojodkv@yahoo.com

TEMPAT, TGL LAHIR Indramayu, 02 April 1988

STATUS Belum Menikah

PENDIDIKAN

1995 - 2000 SD Negri Kronjo 03, Tangerang

2000 - 2004 SMP Negri Kronjo 01 Kronjo, Tangerang 2004 - 2007 SMA Mandiri Balaraja, Tangerang

PENGALAMAN KERJA

-

PENGALAMAN MAGANG

2010 Harian Pagi Bandung Ekspres

KEMAMPUAN SPESIFIK Photography

Audio Visual

Basic Photography Basic Videography

(61)

• Exhibition Typography 1 In Design.

• Photo Contest ”Pijar Pijar Art Fair”, Lisma Unpas Bandung.

• Photo Contest ”Kemilau Nusantara”, For Bandung 200 year.

• Photo Contest ”Pos Indonesia Photo Contest”, Pos Indonesia.

• Seminar “1001 Inspiration Design Festival” Creative Seminar & Demo Workshop at UNIKOM, Bandung.

Hormat saya,

Gambar

Gambar 2.1 Overwash mangrove Forest
Gambar 2.2 Fringe mangrove Forest
Gambar 2.3 Riverine mangrove Forest
Gambar 2.6 Scrub mangrove Forest
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan hutan mangrove melalui pendekatan sosial dengan sistem tumpangsari pola empang parit merupakan alternatif pelestarian ekosistem mangrove untuk tetap

Data yang diperoleh dari kusioner kemudian ditabulasikan pada setiap aspek modal sosial untuk mengetahui modal sosial dalam pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove di

Strategi perancangan yang dilakukan dalam kampanye pelestarian telur penyu hijau ini yaitu bersifat meyadarkan dan menghimbau terutama kepada para masyarakat sekitar

Penelitian ini penting dilakukan untuk melihat Kontribusi Pelestarian Hutan Mangrove Terhadap Tingkat Pendapatan Kelompok Pengelola Mangrove (KPM) Belukap di Desa

Semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan semakin tinggi peran serta masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove, Namun hal ini tidak terjadi pada masyarakat di Desa Batu Gajah

Hutan mangrove di pesisir pantai timur Sumatera Utara yang terletak di sistem lahan KJP dan PTG disusun oleh 20 jenis flora mangrove, dengan jenis paling dominan adalah A..

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Tingkat Pengetahuan dan Pertisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove di Desa Maccini Baji Kecamatan

Upaya pelestarian yang masyarakat daerah Kabupaten Donggala terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Kabonga Besar melalui Dinas Kehutanan, Kesatuan