• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Komunikasi Pedagang Dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage (Studi Fenomenologi Perilaku Komunikasi Pedagang Pasar Cimol Dari Suku Minang Dalam Menarik Pembeli di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Komunikasi Pedagang Dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage (Studi Fenomenologi Perilaku Komunikasi Pedagang Pasar Cimol Dari Suku Minang Dalam Menarik Pembeli di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Minang Dalam Menarik Pembeli di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)pada Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

GUSTIAN NUGROHO NIM. 41810162

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : GustianNugroho

Tempat, TanggalLahir : Bandung, 15 Agustus 1991

Umur : 22 tahun

JenisKelamin : Laki-laki Tinggi, Berat badan : 172 cm, 61 kg

Gol. Darah : A

Agama : Islam

Alamat : Jl. TerataiMekar II No. 5 Komp.Panghegar Permai 4 Ujung Berung Bandung

Kewarganegaraan : Indonesia (WNI) Telephone : 08562277791

(5)

LatarbelakangPendidikan

2010 – Sekarang : Sebagai mahasiswa Fak. Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung

(6)

PENGALAMAN ORGANISASI :

NAMA ORGANISASI TAHUN TEMPAT

234 SC JABAR 2010 – sampai sekarang Bandung TRIKUMBARA 2013 – sampai sekarang Bandung

PENGALAMAN KERJA :

PERUSAHAAN JABATAN TAHUN ALAMAT

MEGA Comp Sales 2009 Bandung

Blackberry SPB/Leader 2011 Bandung

PT. DJARUM SPB/Leader 2012 Bandung

PIKIRAN RAKYAT

(7)

ix

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 8

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

(8)

x

2.1.1 Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu ... 11

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 13

2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 13

2.1.2.2 Komponen Komunikasi ... 15

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi ... 17

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 18

2.1.3.1 DefinisiKomunikasiAntarPribadi ... 18

2.1.3.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 18

2.1.3.3 Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi ... 20

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal ... 20

2.1.4.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 20

2.1.4.2 Macam-macam Bahasa Verbal ... 21

2.1.4.3 Tata Bahsa Verbal ... 21

2.1.4.4 Fungsi Bahasa ... 22

2.1.4.5 Keterbatasan Bahasa ... 23

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal ... 25

2.1.5.1 Definisi Komunikasi Non Verbal ... 25

2.1.5.2 Ciri-ciri UmumPesan Non Verbal ... 25

2.1.5.3 Klasifikasi Pesan Non Verbal ... 26

(9)

xi

2.1.7 Tinjauan Tentang Pedagang ... 32

2.1.7.1 Definisi Pedagang ... 32

2.1.8 Tinjauan Tentang Konsumen ... 33

2.1.8.1 Definisi Konsumen ... 33

2.2 Kerangka Pemikiran ... 33

2.2.1 KerangkaTeorotis ... 33

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Objek Penelitian ... 39

3.1.1 Sejarah Pasar Cimol Gedebage ... 39

3.2 Metode Penelitian ... 41

3.2.1 Desain Penelitian ... 41

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 43

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 45

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 46

3.2.4 Teknik Analisi Data ... 47

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 49

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

(10)

xii

4.2. Hasil Penelitian ... 66 4.2.1 Penggunaan Komunikasi Verbal Pedagang dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung ... 67 4.2.2 Penggunaan Komunikasi Non Verbal Pedagang dari Suku

Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung ... 74 4.2.3 Motif yang Mendasari Perilaku Komunikasi Pedagang dari

Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung... 79 4.3. Pembahasan Penelitian ... 84 4.3.1 Penggunaan Komunikasi Verbal Pedagang dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung ... 85 4.3.2 Penggunaan Komunikasi Non Verbal Pedagang dari Suku

Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung ... 91 4.3.3 Motif yang Mendasari Perilaku Komunikasi Pedagang dari

Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung... 97 4.3.4 Perilaku Komunikasi Pedagang dari Suku Minang di Pasar

Cimol Gedebage Kota Bandung dalam Interaksionalisme Simbolik... 100 4.3.5 Perilaku Komunikasi Pedagang Suku Minang di Pasar Cimol

(11)

xiii

5.2.1. Bagi Pedagang dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage

Kota Bandung ... 108

5.2.2. Bagi Peneliti Selanjutnya... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110

LAMPIRAN ... 112

(12)

xiv

Tabel 3.1 : Data Informan Penelitian ... 47

Tabel 3.3 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 54

Tabel 4.1 : Tabel Wawancara... 57

Tabel 4.2 : Tabel Observasi Penelitian ... 57

Tabel 4.3 : Profil Informan Penelitian ... 58

(13)

xv

Gambar 2.1 : Model Alur Kerangka Pemikiran ... 36

Gambar 3.1 : Pasar Cimol Gedebage ... 41

Gambar 3.2 : Komponen Dalam Analisis Data ... 48

Gambar 4.1 : Informan Heru ... 59

Gambar 4.2 : Informan Ibnu... 61

Gambar 4.3 : Informan Erik ... 63

Gambar 4.4 : Informan Abdullah ... 65

Gambar 4.5 : Model Penggunaan Komunikasi Verbal Pedagang Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung ... 90

Gambar 4.6 : Model Penggunaan Komunikasi Non Verbal Pedagang Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung ... 95

Gambar 4.7 : Model Motif yang Mendasari Perilaku Komunikasi Pedagang Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung ... 98

(14)

xvi

Lampiran 1 Pedoman Wawancara (Informan Penelitian) ... 111

Lampiran 2 Pedoman Observasi ... 114

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Pembimbing Mengikuti Seminar Usulan Penelitian ... 117

Lampiran 4 Pengajuan Pendaftaran Seminar Usulan Penelitian ... 118

Lampiran 5 Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 119

Lampiran 6 Identitas Informan... 120

Lampiran 7 Permohonan Persetujuan Judul dan Pembimbing ... 133

Lampiran 8 Berita Acara Bimbingan ... 134

Lampiran 9 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Sidang Sarjana ... 135

Lampiran 10 Surat Pengajuan Pendaftaran Sidang Sarjana ... 136

Lampiran 11 Lembar Revisi Usulan Skripsi ... 137

Lampiran 12 Kartu Partisipan Sidang ... 138

(15)

vi Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat

Allah SWT karena atas semua rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah yang berjudul “PERILAKU KOMUNIKASI PEDAGANGDARI SUKU MINANGDI PASAR CIMOL GEDEBAGE (Studi Fenomenologi Perilaku Komunkasi Pedagang Pasar Cimol Dari Suku Minang Dalam Menarik Pembeli di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung)

Peneliti juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Mama tersayang, Hani Hardianti Suminar yang telah melahirkan dan membesarkan peneliti dan Kakak tersayang Nurwidya Purwaningsih yang selalu member motivasi peneliti. Terimakasih atas semua kasih sayang yang telah diberikan serta dorongan dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.

(16)

vii

telah mengeluarkan surat pengantar penelitian.

2. Yth. Drs. Manap Solihat., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pengesahan untuk melaksanakan sidang dan untuk seluruh ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama perkuliahan. 3. Yth. Melly Maulin P., S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi dan selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan segala bimbingan, arahan, waktu, dan semangat selama peneliti mengerjakan sampai dengan menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini. Peneliti sangat berterimakasih atas kesediaan waktu yang telah banyak diberikan untuk membimbing peneliti selama ini.

4. Yth. Adiyana Slamet, S.IP., M.Si selaku Dosen Wali yang telah memberikan segala perhatian, waktu, dan bimbingannya selama peneliti menempuh studi hingga saat ini.

5. Yth. Bapak/Ibu Dosen Ilmu Komunikasiyang telah memberikan segala ilmunya selama peneliti menempuh studi hingga saat ini.

(17)

viii

8. Untuk teman-teman IK-J2 yang seelalu memberikan keceriaan selama perkuliahan dan memberikan arti pertemanan.

9. Rekan-rekan TRIKUMBARA yang selalu menemani di saat susah maupun senang, memberikan arti kehidupan dan kebersamaan.

10.Sahabat-sahabat peneliti Laiqa, Upay, Yayas, Imam, Aries, Fuja, Dhimas, Febri untuk persahabatan yang kita jalin sejak SD dan terima kasih atas semangat juga doa yang telah diberikan untuk peneliti.

11.Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Mohon maaf atas segala kekurangan peneliti.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih perlu penyempurnaan baik dari segi bahasa maupun dari segi keilmuan maupun lainnya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.

Bandung,Juli2014 Peneliti,

(18)

110 1. Buku

Creswell, John . 1994. Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing Among Five Traditions. London : SAGE Publication.

Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia (Edisi 5). Kharisma Publishing.

Effendy, OnongU. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : CV Mandar Maju.

Kuswarno, Engkus. 2013. Fenomenologi. Bandung : Widya Padjadjaran.

Moleong, Lexy J. 2008. MetodePenelitianKualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

(19)

Riswandi. 2009. IlmuKomunikasi. Yogyakarta :GrahaIlmu

Ruben, Brent D., Stewart, Lea P. 2013. Komunikasi Dan PerilakuManusia (EdisiKelima).Jakarta :Rajawali Pers.

Sugiono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :Alfabeta

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Suranto, Aw. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sobur, Alex. 2013. FilsafatKomunikasi. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya. 2. SumberKaryaIlmiah

RiaDwiMutiara, 2013, Perilaku Komunikasi sales Promotion Girl Provider XL Axiata (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata Dalam Memberikan Pelayanan Terhadap Konsumen di Dukomsel Kota Bandung),Skripsi : Universitas Komputer Indonesia.

3. Sumber Online

http://id.wikipedia.org/wiki/Saudagar_Minangkabau (Senin, 21 April 2014 Pukul 22.30 WIB)

http://www.bandung123.com/2012/02/pusat-perdagangan-barang-bekas-cimol_6.htmlMinggu 8/3/14 02.10

(20)

1 1.1.Latar Belakang Masalah

Pedagang tentu sudah tidak asing lagi bagi kita, dalam kehidupan sehari-hari kita sering berinteraksi langsung dengan pedagang. Ada bermacam-macam pedagang, ada yang menjual makanan dan ada juga yang menjual kebutuhan kita sehari-hari seperti pakaian, sepatu, dan alat-alat kebutuhan lainnya. Pedagang adalah orang yang melakukan atau berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan. Banyak cara yang dilakukan oleh pedagang untuk menarik pelanggan atau konsumen sebanyak-banyaknya untuk membeli barang dagangannya. Salah satunya adalah para pedagang di pasar Cimol Gedebage Bandung. Para pedagang itu bersaing dalam satu lokasi atau kawasan untuk mempromosikan barang-barang dagangannya kepada konsumen yang datang ke Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung, karena dalam satu lokasi itu banyak pedagang yang menjual barang dagangannya sama dengan pedagang lain.

(21)

Biasanya pedagang disana berasal dari Kota Padang, sehingga pada saat mereka menawarkan barang dagangannya terdengar logat bahasa yang berbeda. Masing-masing dari pedagang itu harus memiliki kemampuan dalam berinteraksi yang baik karena barang dagangan yang diperjualbelikan disana semuanya hampir sama antara pedagang satu dengan yang lainnya, jadi para pedangang di tuntut untuk memiliki daya tarik tersendiri dalam berinteraksi dengan konsumen agar konsumen tersebut tertarik dengan barang dagangannya.

Nama Cimol muncul merupakan singkatan dari CIBADAK MALL, karena pada awalnya para pedagang barang import bekas/second ini menjajakan dagangannya mulai dari sepatu, baju, jaket, yang branded dari luar di Jalan Cibadak Bandung sekitar pertangahan tahun 90an. Pada saat itu barang second atau barang bekas dari luar sangat diminati oleh masyarakat karena harganya yang miring namun kualitasnya bagus di bandingkan dengan barang imitasi.1 Karena semakin lama semakin ramai dan padat di kawasan Cibadak ini menjadi semerawut dan terlihat kumuh. Untuk itu pemerintah Kota Bandung menyediakan lahan di sekitar pasar induk Gedebage agar para pedagang pindah ke daerah sana dan jalan Cibadak dan sekitarnya bisa normal kembali tidak semerawut.

Pada saat ini terdapat kurang lebih 2000-an toko yang ada di pasar Cimol Gedebage, mulai dari sepatu, baju, jaket, tas, celana, topi dan masih banyak lagi. Pasar ini merupakan salah satu tujuan wisata belanja di Bandung karena pasar Cimol Gedebage pusat dari barang bekas yang berkualitas di Bandung. Lokasinya pun cukup nyaman karena sarana dan prasarananya sudah memadai seperti sudah

1

(22)

beratap dan beralaskan lantai keramik, terdapat lahan parkir yang luas dan relatif aman, toilet, dan masjid.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti beranggapan pasar Cimol Gedebage Kota Bandung cocok untuk dijadikan tempat penelitian mengenai perilaku komunikasi pedagang pasar Cimol Gedebage dari Suku Minang dalam menarik pembeli di pasar Cimol Gedebage Kota Bandung. Berdagang merupakan salah satu kultur yang menonjol dalam masyarakat Minang. Bagi masyarakat Minang, berdagang tidak hanya sekadar mencari nafkah dan mengejar kekayaan, tetapi juga sebagai bentuk eksistensi diri untuk menjadi seorang yang merdeka. Selain itu, kultur merantau yang menanamkan budaya mandiri, menjadikan profesi berdagang sebagai pekerjaan pemula untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karenanya menjadi pedagang kaki lima sering menjadi pekerjaan awal bagi banyak perantau Minang.

Dalam budaya Minang yang egaliter, setiap orang akan berusaha untuk menjadi seorang pemimpin. Prinsip "Elok jadi kapalo samuik daripado ikua gaja” yang berarti lebih baik menjadi pemimpin kelompok kecil daripada menjadi anak buah organisasi besar merupakan prinsip sebagian besar masyarakat Minang.2 Menjadi seorang pedagang merupakan salah satu cara memenuhi prinsip tersebut. Dengan berdagang, orang Minang bisa memenuhi ambisinya, dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan keinginannya, hidup bebas tanpa ada pihak yang mengekang sehingga banyak perantau muda Minang lebih memilih

2

(23)

panas terik di pinggir jalan, berteriak berjualan kaos kaki, daripada harus kerja kantoran, yang seering kali disuruh dan dimarah-marahi.

Para pedagang Cimol Gedebage yang mempunyai perbedaan latar belakang suku dan budaya tentunya dan memiliki cara tersendiri dalam memikat para pelanggan agar mau membeli barang yang mereka perjualkan. Cara mereka dalam berinteraksi dengan konsumen pun tentunya berbeda antara satu dengan lainnya dan memilliki keunikan. Pada saat peneliti melakukan pra penelitian, peneliti menemukan perbedaan di setiap pedagang, misalnya seperti pedagang yang berasal dari Suku Minang, tentu saja mereka mempunyai keunikan tersendiri dalam menarik konsumen untuk membeli barang dagangan mereka.

Peneliti ingin meneliti bagaimana perilaku komunikasi pedagang di pasar Cimol Gedebage Bandung dengan konsumennya menggunakan komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan oleh para pedagang pasar Cimol Gedebage dalam menarik dan berinteraksi dengan konsumen maka, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana perilaku komunikasi verbal dan non verbal pedagang pasar Cimol Gedebage saat berinterkasi dengan konsumen dalam menarik konsumen untuk membeli barang dagangannya. Para pedagang tentu mempunyai keunikan sendiri dalam menarik konsumennya untuk membeli barang dagangannya, karena cara mereka berkomunikasi tentu berbeda-beda maka dari itu peneliti tertarik untuk menelitinya serta bagaimana perilaku komunikasi pedagang pasar Cimol Gedebage serta bagaimana proses komunikasi pedagang dengan konsumennya.

(24)

berarti pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran, ikut ambil bagian, pergaulan, peran serta, atau kerja sama. Asal katanya sendiri berasal dari kata communis yang berati common (bersifat umum, sama, atau bersama-sama). Sedangkan kata kerjanya communicare yang berate berdialog, berunding atau bermusyawarah. Berdasarkan Buku Mengenal Ilmu Komunikasi, komunikasi menurut Sir Geral Barry (2010:15) menyatakan :

Dengan komunikasi orang akan memperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman, terbentuknya saling pengertian, berlangsungnya sebuah percakapan, keyakinan, kepercayaan, dan control juga sangat diperlukan” Perilaku komunikasi seorang pedagang bisa dilihat saat mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan konsumen ketika sedang melayani konsumen mengenai barang-barang yang mereka perjualkan. Pedagang tersebut pada dasarnya dilatari oleh motif untuk memperoleh tujan tertentu. Seorang pedagang dituntut untuk memiliki kemampuan berkomuikasi dengan baik karena pasti selalu berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi adalah bagian yang sangat penting di kehidupan manusia, karena manusia adalah mahkluk social yang selalu melakukan interaksi dengan manusia lain melalui komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari pun manusia berkomunikasi untuk saling bertukar informasi dengan orang lain.

Menurut Kuswarno (2013:104) dalam bukunya yang berjudul Fenomenologi, menyatakan perilaku komunikasi sebagai berikut ini :

(25)

Pedagang pasar cimol ini mampu berkomunikasi yang baik dengan konsumennya, sehingga terjadi komunikasi yang efektif. Dalam komunikasi verbal bahasa mempunyai peranan yang penting, karena dalam proses komunikasi seorang pedagang menggunakan bahasa. Inti dari penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara pedagang di pasar Cimol Gedebage dari Suku Minang ini menarik pembelinya menggunakan simbol-simbol dalam proses komunikasi yaitu pada saat berinteraksi dengan pembelinya.

Komunikasi verbal terjadi ketika pedagang tersebut menggunakan kata-kata, baik itu menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Di dalam percakapan antara pedagang dan konsumen akan efektif jika keduanya saling mengerti apa yang disampaikannya. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya melalui non verbal misalnya seperti gerakan tubuh, nada bicara, dan ekspresi wajah. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari kita sering berinteraksi dengan orang lain menggunakan komunikasi non verbal, misalnya ketika kita

menganggukan kepala yang berarti “iya” lalu ketika kita menggelengkan kepala

yang berarti “tidak”. Pada praktiknya, komunikasi verbal dan komunikasi non

verbal sering kali digunakan secara bersamaan, misalkan pedagang yang memanggil pembeli sambil melambaikan tangannya.

Perilaku komunikasi seorang pedagang di pasar Cimol juga dilatari oleh motif. Menurut Kuswarno (2013:192) motif adalah :

(26)

Motif mempengaruhi alasan seseorang bertindak sesuatu untuk suatu tujuan tertentu. Pedagang di pasar Cimol Gedebage ini mempunyai cara tersendiri untuk menarik minat pembeli pada saat berinteraksi dengan konsumen melalui komunikasi verbal dan non verbal.

Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi, berdasarkan buku Fenomenologi (Kuswarno, 2013:17) menurut Alfred Schutz menyatakan :

“Bahwa tugas fenomenologi adalah menghubungkan antara pengetahuan

ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, dan dari kegiatan di mana

pengalaman dan pengetahuan itu berasal”

Dengan kata lain mendasarkan tindakan sosial pada pengalaman, makna, dan kesadaran. Intinya bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Proses penafsiran dapat digunakan untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan kopnsep kepekaan yang implisit. Schutz meletakan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Schutz mengikuti pemikirandari Husserl, yaitu proses pemahaman actual kegiatan kita, dan pemberian makna terhadapnya, sehingga ter-refleksi dalam tingkah laku.

Dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti perilaku komunikasi pedagang pasar Cimol Gedebage dari Suku Batak dan Minang dalam menarik pembeli,

1.2.Rumusan Masalah

(27)

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

Bagaimana perilaku komunikasi pada pedagang dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung?

1.2.2 Rumusan masalah Mikro

1. Bagaimana komunikasi verbal yang digunakan oleh pedagang dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung?

2. Bagaimana komunikasi non verbal yang digunakan oleh pedagang dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung?

3. Bagaimana motif yang mendasari perilaku komunikasi pedagang dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung?

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai perilaku komunikasi pedagang di pasar Cimol Gedebage Kota Bandung adalah sebagai berikut :

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menjelaskan dan menguraikan tentang perilaku komunikasi pada pedagang dari Suku Minang menggunakan komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang mendasari perilaku komunikasi pedagang dari Suku Minang di pasar Cimol Gedebage Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(28)

2. Untuk mengetahui komunikasi non verbal yang digunakan oleh pedagang dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui motif yang mendasari perilaku komunikasi

pedagang dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai perilaku komunikasi pedagang di pasar Cimol Gedebage Kota Bandung adalah sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis penelitian adalah untuk pengembangan Imu Komunikasi secara umum dan kegunaan teoritis secara khusus tentang perilaku komunikasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memiliki kegunaan unutuk segala pihak. Kegunaan praktis yang telah peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi : a. Peneliti

(29)

b. Akademi

Sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ilmu komunikasi dan yang akan melakukan penelitian tentang perilaku komunikasi.

c. Masyarakat

(30)

11 2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung pelengkap, pembanding dan member gambaran awal mengenai kajian terkait permasalahan dalam penelitian ini.

Berikut ini peneliti temukan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai Perilaku Komunikasi :

Judul penelitian Hasil Penelitian

1 Ridwan Aripin

Fenomena Internet Forum (WEB Forum) Sebagai Media Interaksi Dalam Proses Pembentukan Komunitas Virtual

(31)

dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Disamping itu pula kebebasan yang dimilki oleh media tersebut (Internet dan Forum) memilki ruang kebebasan yang sangat luas, sehingga masyarakat (kelompok) yang menganggap dirinya sebagai komunitas virtual mampu berekspresi.

2 Suardi PERILAKU KOMUNIKASI DALANG SANDIWARA (Studi Fenomenologi mengenai Perilaku Komunikasi Dalang Sandiwara di Kecamatan Patrol Kabupaten Indramayu)

Hasil penelitian, dalam perilaku komunikasi Dalang Sandiwara dalam memberikan alur cerita terhadap penonton, dimana terlihat komunikasi verbal berupa penggunaan bahasa jawa dan bahasa Indonesia walaupun keduanya memiliki intensitas penggunaan yang berbeda.

(32)

3 Interaksi Simbolik Pengemis Di Hadapan Calaon Dermawan Di Kota Bandung)

Proses Komunikasi dengan gerakan tubuh yang ditunjukkan sebagai makna belas kasihan dan arti status dan kedudukan pengemis. Kepribadian, menampilkan penampilan sebagai identitas diri. Interaksi Simbolik pengemis yang dikelola untuk menciptakan suatu kesan orang-orang yang melihatnya dari simbol-simbol. Kesimpulan Interaksi Simbolik pengemis menunjukkan suatu penyampaian pesan yang dimaknai bersama dengan tujuan yang spesifik dari pengemis untuk di belas kasihani, diberi bantuan, dan mendapatkan simpati.

Sumber : Penulis (2014)

2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.2.1. Definisi Komunikasi

(33)

kita temukan di semua sendi-sendi kehidupan, dimana setiap proses interaksi antara manusia dengan manusia lain pasti terdapat komunikasi.

Ilmu Komunikasi merupakan ilmu sosial terapan, bukan ilmu sosial murni, ilmu komunikasi tidak bersifat absolut, sifat ilmu komunikasi dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman, hal tersebut dikarenakan ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan tindak-tanduk perilaku manusia, sedangkan perilaku atau tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk perkembangan zaman.

Pengertian komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran, ikut ambil bagian, pergaulan, peran serta, atau kerja sama. Asal katanya sendiri berasal dari kata communis yang berati common (bersifat umum, sama, atau bersama-sama). Sedangkan kata kerjanya communicare yang berati berdialog, berunding atau bermusyawarah. Berdasarkan Buku Mengenal Ilmu Komunikasi, komunikasi menurut Sir Geral Barry (2010:15) menyatakan :

“Dengan komunikasi orang akan memperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman, terbentuknya saling pengertian, berlangsungnya sebuah percakapan, keyakinan, kepercayaan, dan

control juga sangat diperlukan”

Dan menurut Effendi (1993:28) menyatakan :

“Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dimana yang dinyatakan itu adalah ppikiran, perasaan seseorang kepada orang lain, dengan menggunakan bahasa sebagai alat

(34)

Definisi komunikasi yang dikemukakan itu belum mewakili definisi-definisi yang dibuat oleh para ahli, karena komunikasi menyangkut banyak tahap sehingga sifatnya dinamis atau berkembang, karena itu sebuah kegiatan komunikasi disebut sebagai sebuah proses komunikasi. Dari definisi yang telah dikemukakan tersebut kita sedikit memperoleh gambaran tentang komunikasi tersebut, bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan seperti mendapatkan informasi yang menggunakan bahasa sebagai alat bertukar informasi tersebut.

2.1.2.2. Komponen Komunikasi

A. Communicator (Komunikator)

(35)

B. Message (Pesan)

Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.Penyampaian pesan dapat dilakukan secara verbal yakni dengan menggunakan bahasa dan secara non verbal yakni dengan menggunakan alat, isyarat, gambar atau warna untuk mendapatkan umpan balik (feedback) dari komunikan.

C. Channel (Media)

Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara

langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan perasaan

komunikator kepada komunikan.

D. Communicant, Communicate, Receiver, Recipient (Komunikan)

(36)

Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif atau negatif.

E. Effect, Impact, Influence (Efek)

Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator. Tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator terhadap isi pesan, yang dapat menimbulkan reaksi dari kedua belah pihak.

2.1.2.3. Tujuan Komunikasi

Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku.

Menurut Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan dalam berkomunikasi, yaitu:

a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan Pendapat (opinion change) c. Perubahan Perilaku (behavior change)

(37)

2.1.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi 2.1.3.1. Definisi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dominan di kehidupan sehari-hari, sebagian besar kegiatan komunikasi tersebut berlangsung salam situasi komunkasi antar pribadi.

“Komunikasi antar pribadi adalah ionteraksi tatap muka antadua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.” (M.Hardjana 2003:83).

Menurut Devito (1989) komunikasi antar pribadi adalah :

“Penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknyadan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera” (Suranto,2011: 4).

Berdasarkan definisi itu komunikasi antar pribadi dapat berlangsung antara dua orang yang sedang berdua atau lebih yang dalam suatu pertemuan. Pada hakikatnya komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses, dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Komunikasi antar personal dianggap efektif untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan.

2.1.3.2. Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

(38)

antar pribadi ada bermacam-macam, beberapa diantaranya dipaparkan berikut ini.

a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain

Mengungkapkan perhatian kepada orang lain, misalnya saat berkomunikasi dengan cara tersenyum, melambaikan tangan, menyapa, dan sebagainya.

b. Menemukan diri sendiri

Ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain.

c. Menemukan dunia luar

Dengan komunikasi antar pribadi diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai macam informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan actual.

d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis

Di tujukan untuk memlihara hubungan sosial dengan orang lain, karena sebagai makhluk sosial salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain.

e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung atau tidak langsung (dengan menggunakan media).

(39)

Komunikasi antar pribadi dapat mengihalngkan kerugian akibat salah komunikasi (mis communication) dan salah interpretasi (mis interpretation) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan.

2.1.3.3. Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang mempunyai efek besar dalam hal mempengaruhi orang lain terutama perindividu. Hal ini disebabkan, biasanya pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi bertemu secara langsung, tidak menggunakan media dalam penyampaian pesannya sehingga tidak ada jarak antara komunkator dan komunikan (face to face). Oleh karena saling berhadapan muka, maka masing-masing pihak dapat langsung mengetahui respon yang diberikan, serta mengurangi tingkat ketidak jujuran ketika sedang terjadi komunikasi.

2.1.4. Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal 2.1.4.1. Definisi Komunikasi Verbal

Manusia sebagai makhluk sosial sering berinteraksi dan bertukar informasi melalui bahasa dan juga symbol-simbol.

“Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam symbol, baik yang diciptakan oleh manusia sendiri maupun yang bersifat alami.Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal” (Deddy Mulyana, 2005).

(40)

usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Devito, 2011:51).

2.1.4.2. Macam-macam Bahasa Verbal

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan sebagai aspek realitas individual kita. Adapun macam bahasa verbal yang digunakan adalah :

1. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia yang dipakai untuk memperlancar hubungan komunikasi dan merupakan lambang kebangsaan bangsa Indonesia (Buku Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan & Kebudayaan).

2. Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan pada suatu daerah tertentu dan memiliki ciri khas tertentu di bidang kosa kata, peristilahan, struktur kalimat dan ejaannya. Bahasa daerah merupakan lambang kebanggaan daerah yang bersangkutan. 2.1.4.3. Tata Bahasa Verbal

(41)

2.1.4.4 Fungsi Bahasa

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana, 2005) bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. 3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

(42)

mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita. 3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa

memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

2.1.4.5. Keterbasan Bahasa

Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.

Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.

1. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula.

2. Kata-kata mengandung bias budaya

(43)

atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.

3. Percampuradukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.

(44)

sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal 2.1.5.1. Definisi Komunkasi Non Verbal

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (Riswandi, 2009:69), mendifisikan :

“Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunakan limgkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau

penerima”

Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata, komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal.

2.1.5.2. Ciri-Ciri Umum Pesan Non Verbal

Devito (2011:54) mengemukakan bahwa pesan-pesan non-verbal mempunyai ciri-ciri umum, yaitu :

1. Perilaku komunikasi bersifat komunikatif, yaitu dalam situasi interaksi, perilaku demikian selalu mengkomunikasikan sesuatu.

2. Komunikasi non-verbal terjadi dalam suatu konteks yang membantu menentukan makna dari setiap perilaku non-verbal.

(45)

4. Pesan non-verbal sangat di percaya, umumnya bila pesan verbal saling bertentangan, kita mempercayai pesan non-verbal.

5. Komunikasi non-verbal di kendalikan oleh aturan.

6. Komunikasi verbal seringkali bersifat metakomunikasi, pesan non-verbal seringkali berfungsi untuk mengkomentari pesan-pesan lain baik verbal maupun non-verbal.

2.1.5.3. Klasifikasi Pesan Non Verbal

Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

a. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

(46)

b) Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan

c) Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif. 2. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.

Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

3. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

4. Pesan paralinguistik adalah pesan non verbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.

5. Pesan sentuhan dan bau-bauan.

(47)

Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.

b. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan – menandai wilayah mereka, mengindentifikasikan keadaan emosional, penncitraan, dan menarik lawan jenis.

2.1.5.4. Fungsi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal bisa dikatakan hanya menggunakan isyarat atau tidak menggunakan kata-kata yang lisan, tapi tetap saja memiliki fungsi dalam penggunaannya. Menurut Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaannya komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk :

1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repletion)

2. Menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)

3. Menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)

4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempat. (Cangara, 2011:106)

(48)

1. Repetisi

Mengulang kembali gagasan yang sebelumnya sudah disajikan secara verbal.

2. Subtitusi

Menggantikan lambang-lambang verbal. 3. Kontradiski

Menolak pesan verbal ataumemberi makna yang lain terhadan pesan verbal.

4. Komplemen

Melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal. 5. Aksentuasi

Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya (Suranto, 2010:173)

2.1.5.5. Tujuan Komunikasi Non Verbal

Ketika kita melakukan komunikasi, baik itu melakukan komunikasi verbal terlebih dahulu yang kemudian diiringi dengan komunikasi non verbal atau sebaliknya. Bahkan keduanya seringkali berbarengan dalam melakukannya ataupun penyampaiannya. Setiap penyampaian pesannya baik secara verbal ataupun non verbal sebenarnya memiliki tujuan-tujuan tertentu didalam pesan tersebut.

Adapun tujuan dari komunikasi non verbal diantaranya adalah sebagai berikut :

(49)

2. Mengatur alur suara percakapan. 3. Mengekspresikan emosi.

4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan dari komunikasi verbal.

5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.

6. Mempermudah tugas-tugas khusus yang memerlukan komunikasi non verbal.

2.1.5.6. Jenis Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal yang kita anggap cukup penting ternyata dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis pesan yang digunakannya. Dari jenis komunikasi non verbal yang pernah diberikan oleh para ahli sangat beragam. Adapun jenis-jenis komunikasi non verbal yaitu sebagai berikut :

1. Bahasa tubuh : a. Isyarat tangan b. Gerakan tangan

c. Postur tubuh dan posisi kaki

d. Ekspresi wajah dan tatapan mata 2. Sentuhan

3. Parabahasa

4. Penampilan fisik : a. Busana

(50)

5. Bau-bauan

6. Orientasi ruang dan jarak pribadi : a. Ruang pribadi dan ruang publik

b. Posisi duduk dan pengatutan ruangan 7. Konsep waktu

8. Diam

9. Warna

10. Artefak (Mulyana, 2010:353-433)

2.1.6 Tinjauan Tentang Motif

Merujuk pada Kuswarno (2013:167), motif adalah dorongan untuk menetapkan suatu pilihan perilaku yang secara konsisten dijalani oleh seseorang sedangkan alasan adalah keputusan yang pertama kali keluar pada diri seseorang ketika dirinya mengambil suatu tindakan tertentu.

Motif merupakan konfigurasi makna yang menjadi landasan untuk bertindak, oleh karena itu motif menjadi penting dalam setiap tindakan informan. Pentingnya motif untuk meninjau diri informan terdapat dalam pernyataan Schutz. Menurut Schutz terdapat dua macam motif yaitu :in order to motive dan because motive.

(51)

Individu tersebut perlu mengetahui makna, motif dan maksud dari tindakan orang lain tersebut. Menurut Weber untuk memahami motif dan makna tindakan manusia pasti terkait dengan tujuan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motif adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak. Motif dapat diartikan sebagai suatu keadaan, kebutuhan atau dorongan dalam diri seorang yang disadari maupun tidak yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku.

2.1.7 Tinjauan Tentang Pedagang 2.1.7.1 Definisi Pedagang

Perdagangan adalah semua tindakan yang tujuannya menyampaikan barang untuk tujuan hidup sehari-hari, prosesnya berlangsung dari produsen kepada konsumen. Orang yang perkerjaannya meperjualbelikan barang atas prakarsa dan resiko dinamakan pedagang.1

Sementara itu, pedagang sendiri jenisnya bermacam-macam. Ada pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang dari pintu ke pintu (door to door), pedangang kaki lima, grosir (pedagang besar), pedagang supermarket dan sebagainya. Jenis-jenis pedagang ini lazim dibedakan berdasarkan pada cara menawarkan barang dagangannya masing-masing. Pedagang di pasar Cimol Gedebage merupakan jenis pedagang grosir. Pedagang grosir tidak langsung menawarkan barang kepada calon pembeli

1

(52)

sebagaimana pedagang eceran, melainkan calon pembelilah yang mendatangi pedagang.

2.1.8 Tinjauan Tentang Konsumen 2.1.8.1. Definisi Konsumen

Konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk di konsumsi pribadi (Kotler, 2000). Sedangkan menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), Konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.2

Konsumen selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, seperti

kebutuhan primer dan sekundernya. Tingkat kesejahteraan seseorang atau

masyarakat bergantung pada tinggkat konsumsi yang digunakan. Setiap

konsumen pada dasarnya selalu menginginkan barang-barang yang

berkualitas, beberapa sifat dari konsumen seperti ingin mengetahui keadaan

dari barang-barang yang akan dibelinya, menginginkan barang yang murah

harganya dan menginginkan barang yang baik dan berkualitas.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Perilaku komunikasi pedagang di pasar Cimol Gedebage dapat dilihat dari teori Interaksi Simbolik. Bahwa manusia bertindak berdasarkan

2

(53)

atas makna-makna, dimana makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain, serta makna-makna itu terus berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi itu berlangsung. Dalam interaksi yang dilakukan itu terjadipertukaran simbol-simbol baik verbal maupun non verbal.

Dalam komunikasi antar pribadi, interaksi simbolik menjelaskan bahwa pikiran terdiri dari sebuah percakapan internal yang mencerminkan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain. Menurut George Hebert membahas teorinya tentang interaksionisme simbolik (Karl J. Veeger, 1992:95-96) melukiskan mind (pikiran manusia) sebagai salah satu cara bertindak manusia yang berlangsung di dalam diri individu. Mind ini merupakan sejenis interaksi individu dengan dirinya sendiri, yaitu percakapan atau konservasi dalam batinnya sendiri, dimana bagian yang satu menanggapi, mengulas bahkan membandingkannya apa yang telah dikemukakan pada bagian lainnya. Menurut Mead, diri (self) adalah

terbentuk dari dua unsur, yaitu “aku” (me) dan “aku” (i). Me boleh

(54)

Tingkah laku seseorang terbentuk didalam kelompok sosial selama proses interaksi dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh symbol yang diberikan oleh orang lain, demikian juga perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa symbol-simbol, maka kita dapat mengemukakan maksud dan pikiran kita, sebaliknya juga kita dapat mengerti maksud orang lain dengan cara membaca simbol-simbol yang di tampilkan oleh orang lain. Teori yang mengkaji mengenai interaksi ini adalah interaksi sombolik yang merupakan sebuah perspektif yaitu fenomenologi.

(55)

Gambar 2.1

Model Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti, 2014

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, peneliti menggambarkan dan menjelaskan perilaku komunikasi pedagang Cimol Gedebage dalam menarik pembeli, dibagi kedalam tiga poin, yaitu perilaku komunikasi

PerilakuKomunika si Pedagang Pasar Cimol Gedebage

untuk menarik pembeli Interaksi Simbolik Perilaku Komunikasi Pedagang Suku Batak

dan Minang di Cimol

KomunikasiNonVerb al

Motif KomunikasiVerba

(56)

yang menggunakan komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang mendasari perilaku komunikasi tersebut.

Perilaku komunikasi pedagang Cimol Gedebage dapat dilihat dari pandangan teori Interaksi Simbolik. Bahwa interaksi simbolik manusia selalu melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Dalam interaksi tersebut terjadi pertukaran simbol-simbol baik itu verbal maupun non verbal. Dalam simbol-simbol atau lambang-lambang tersebut terdapat makna yang hanya di dipahami oleh anggotanya saja. Makna ini sangat akan mempengaruhi individu bertingkah laku atau berperilak. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni pertukaran simbol atau komunikasi yang diberi makna. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana setiap individu harus mengembangkan pikirannya melalui interaksi dengan individu atau orang lain, mengenai diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan masyarakat (Society) hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap.

(57)

perilaku komunikasinya baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbalnya sesuai karakter dari pedagang tersebut. Perilaku pedagang tersebut bisa dilihat dari cara mereka saat berkomunikasi dan berinteraksi dengan pembeli ketika sedang melayani pembeli mengenai barang-barang yang mereka perjualkan. Perilaku komunikasi merupakan perilaku yang lahir dari intergrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial, ketiga keterampilan ini terdiri dari keterampilan linguistik, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya.

Komunikasi verbal ini dapat dilihat saat pedagang sedang berkomunikasi menggunakan bahasa verbal kepada pembelinya. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005).

(58)

39 3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Sejarah Pasar Cimol Gedebage

Pasar Cimol sangat terkenal dengan barang-barang second atau bekas yang dijual dengan harga lebih murah namun memiliki kualitas yang cukup baik dan sangat diminati oleh masyarakat banyak dikarenakan barang-barang yang dijual di Cimol ini merupakan barang branded yang asli produksi luar. Salah satunya adalah Pasar Cimol Gedebage Bandung berbeda dengan pedagang kaki lima, karena tempat berdagang mereka sudah permanen.

Cimol Gedebage pusat datang barang second atau barang bekas gedebage terletak di pasar induk gede bage, jalan soekarno hatta, daerah timur kota bandung. kawasan perdagangan barang bekas ini sekarang telah di tata dengan baik dan menempati lahan baru tepat di sebelah lokasi lama yang berada tepat berada belakang pasar tradisional, karena lokasi lama telah habis rata dengan tanah akibat kebakaran. Tidak seperti lokasilama yang terkesan kumuh, tidak terawat, sumpek dan tidak tertata dengan baik, kini Cimol Gedebage lebih tertata, dibawah bangunan yang mirip gudang para pedagang menggunakan los los yang telah di sediakan. Seperti telah diketahui Cimol Gedebage lokasi lama kini telah rata dengan tanah akibat kebakaran

(59)

menjajakan dagangannya mulai dari sepatu, baju, jaket, dan masih banyak lagi yang branded dari luar di Jalan Cibadak Bandung sekitar pertangahan tahun 90an. Pada saat itu barang second atau barang bekas dari luar sangat diminati oleh masyarakat karena harganya yang miring namun kualitasnya bagus di bandingkan dengan barang imitasi. Karena semakin lama semakin ramai dan padat di kawasan cibadak ini menjadi semerawut, terlihat kumuh dan memacetkan jalan disekitar. Untuk itu pemerintah Kota Bandung menyediakan lahan di sekitar pasar Induk Gedebage agar para pedagang pindah ke daerah sana dan jalan Cibadak dan sekitarnya bisa normal kembali tidak semerawut.

(60)

Gambar 3.1 Pasar Cimol Gedebage

Sumber : Peneliti

3.2. Metode Penelitian

Penelitian kualitatif yakni salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif, yaitu jenis penalaran yang melangkah dari suatu yang khusus ke yang umum. Melalui penelitian inilah peneliti dapat mengenali subjek lebih dalam, karena dalam penelitian kualitatif ini peneliti terlibat langsung dalam situasi dan setting fenomena yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan studi fenomenologi.

3.2.1 Desain penelitian

(61)

“Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak

mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif .

(Mulyana, 2003:150)”

Penelitian kualitatif selalu mengandalkan adanya suatu kegiatan proses berpikir induktif untuk memahami suatu realitas, peneliti yang terlibat langsung dalam situasi dan latar belakang fenomena yang diteliti serta memusatkan perhatian pada suatu peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks penelitian.

Dalam hal ini subyek peneliti di lapangan menjadi salah satu pendekatan fenomenologi. Fenomenogi adalah studi yang mempelajari fenomena seperti penampakan, segala hal yang muncul dalam pengalaman kita, cara kita mengalami sesuatu, dan makna yang kita miliki dalam pengalaman kita. (Kuswano, 2013:22). Lebih lanjut Alfred Schutz mengatakan fenomenologi adalah menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, dan dari kegiatan di mana pengalaman dan pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain mendasarkan tindakan sosial pada pengalaman, makna, dan kesadaran (Kuswarno, 2013:17).

(62)

memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep kepekaan yang implisit.

Poin fenomenologi terletak pada kemampuannya membantu peneliti memasuki bidang persepsi orang lain guna memandang kehidupan sebagaimana dilihat oleh orang-orang tersebut. Fenomenologi membantu peneliti memasuki sudut pandang orang lain, dan berupaya memahami mengapa mereka menjalani hidupnya dengan cara seperti itu. Maka peneliti menggunakan pedagang dari Suku Minang di Pasar Cimol Gedebage dalam menarik pembeli sebagai objek penelitian yang diteliti karena pedagang tersebut dalam menarik pembelinya mereka punya cara tersendiri. Pemilihan topik penelitian kualitatif ini dimungkinkan mendapat informasi yang bersifat alamiah atau apa adanya, mengenai perilaku komunikasi pedagang di Pasar Cimol Gedebage dalam menarik pembeli pada saat terjadinya interaksi dengan pembeli yang dilihat dari komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang mendasari perilaku komunikasi pedagang di Pasar Cimol Gedebage.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data 3.2.2.1 Studi Pustaka

(63)

sumber dengan cara menemukan sumber tepat dari suatu spesialis tertentu. Peneliti di sini dalam melakukan penelitian tentu tidak terlepas dari adanya pencarian data dengan menggunakan studi kepustakaan. Di sini peneliti menggunakan studi pustaka dengan mencari berbagai data sebagai pendukung dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu dengan menggunakan :

a. Referensi Buku

Referensi buku adalah buku yang dapat memberikan keterangan topik perkataan, tempat peristiwa, data statistika, pedoman, alamat, nama orang, riwayat orang-orang terkenal. Pelayanan referensi adalah pelayanan dalam menggunakan buku-buku referensi dan di sebut

“koleksi referensi” sedangkan ruang tempat penyimpanan disebut ruang

referensi. Karena sifatnya yang dapat memberikan petunjuk, harus selalu tersedia di perpustakaan sehingga dapat dipakai oleh setiap orang pada setiap saat.

b. Skripsi Peneliti terdahulu

(64)

c. Internet Searching

Merupakan fasilitas dari media internet melalui browser untuk mencari informasi yang kita inginkan. Internet Searching menampung database situs-situs dari berbagai penjuru dunia yang jumlahnya tidak terhitung, hanya dengan memasukan berupa kata kunci dari sebuah kalimat yang akan kita cari maka internet searching secara otomatis akan menampilkan halaman-halaman dari web yang bersangkutan dengan kata kunci yang telah kita masukan.

3.2.2.2 Studi Lapangan

a.Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Untuk memperdalam lagi data yang akan diperoleh maka dalam penelitian ini akan menggunakan wawancara mendalam (Indepth interview). Wawancara mendalam adalah “Percakapan dengan maksud dan tujuan tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu” ( Moleong : 135 ).

(65)

b. Observasi

Observasi digunakan untuk mendapatkan data hasil pengamatan. Observasi penting dilakukan agar dalam penelitian tersebut data-data yang diperoleh dari wawancara dan sumber tertulis dapat di analisis nantinya dengan melihat kecenderungan yang terjadi melalui proses dilapangan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa (field note) yang sudah berlalu dan teknik pengambilan data ini menggunakan beberapa perangkat seperti kamera, dan perekam video. Dokumen dapat berupa gambar, tulisan, atau karya karya yang monumental dari seseorang.

3.2.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik pengambilan informan adalah menggunakan Purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

(66)

Tabel 3.1 Data Informan Penelitian

NO Nama Pekerjaan Asal

1 Heru Pedagang baju

second

Padang

2 Ibnu Pedagang

jaket second

Padang

3 Erik Pedagang tas

second

Padang

4 Abdullah Pedagang

jaket second

Padang

Sumber : Peneliti, 2014

3.2.4 Teknik Analisis Data

(67)

Gambar 3.2

Komponen Dalam Analisis Data

Sumber : (Sugiyono 2012:247)

1. Data collection ( pengumpulan data)

Data yang dikelompokan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan, dan penelusuran onlineI.

2. Data Reduction ( Reduksi data )

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Peneliti mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yamg pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan memepermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Data Collection

Data Reduction

Data Display

(68)

3. Data Display ( Penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data, kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data teroganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Tetapi jika dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat , bagan, atau bisa dengan hubungan antar kategori.

4. Conlusing Drawing/Verification ( Penarikan kesimpulan)

Langkah ini adalah langkah untuk penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang di kemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada saat pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel mengenai perilaku komunikasi pedagang Suku Minang di pasar Cimol Gedebage Kota Bandung.

3.2.5 Uji Keabsahan Data

(69)

dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Menurut Sugiono (2005:270) cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi data, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan membercheck. Tetapi peneliti memilih beberapa saja sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian yang dilakukan. Seperti yang digambarkan dibawah ini :

A. Perpanjangan Pengamatan (Prolonged engagement)

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian. Dimana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari. (Sugiyono, 2012:270)

B. Meningkatkan Ketekunan (Persistent observation)

(70)

dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak. (Sugiyono, 2012:272)

C. Triangulasi (Peer Debriefing)

Diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara megecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiono, 2012:273).

D. Diskusi dengan teman sejawat,

(71)

dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong, 2007:334)

E. Membercheck

Data itu harus diakui dan diteruma kebenarannya oleh sumber informasi. Data itu juga harus dibenarkan oleh sumber atau informan lainnya. Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada informan, tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh pemberi data. Apabila para pemberi data sudah menyepakati data yang diberikan berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel. Akan tetapi menjadi sebaliknya yaitu tidak valid dan kredibel apabila para pemberi data justru meragukan data dan peneliti tidak melakukan diskusi lebih lanjut dengan informan. Dengan demikian, perlu dilakukan diskusi lebih lanjut apabila ditemukan ketidakcocokan antara data yang sudah dielaborasi oleh peneliti dengan penjelasan lebih lanjut dari informannya. Dalam kasus ini, peneliti harus menyesuaikan dengan pemberi data, sehingga data atau informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud informan.

(72)

mendokumentasikan moment ini dan membuat formal administrative sebagai kelengkapan administrasi penelitian. (Sugiono, 2005 : 276)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data, yaitu triangulasi data untuk mengetahui kredibilitas informan berdasarkan waktu, tempat, dan mengecek kembali data yang valid mengenai Perilaku Komunikasi Pedagang Pasar Cimol Gedebage Dari Suku Minang.

3.2.6. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.6.1. Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Pasar Cimol Gedebage Kota Bandung. Lokasi penelitian beralamatkan di Jalan Soekarno Hatta Bandung Jawa Barat.

3.2.6.2. Waktu Penelitian

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1
Gambar 3.1 Pasar Cimol Gedebage
Tabel 3.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

prospek pengembangan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 melibatkan unsur akademisi, bisnis, Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah.. Paragraf

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan

(6) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) sampai dengan ayat (5) ditetapkan oleh Pemerintah dan dilaporkan dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran

punggung kaki yang dilakukan melalui media karet pada siswa kelas V SD. Negeri 2

[r]

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pegawai tidak memenuhi kewajiban yang semestinya dilakukan., kurangnya keramahan dari para pegawai dalam pengurusan berbagai

Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Promosi dan Cuaca terhadap Keputusan Pembelian Teh Siap Minum dalam Kemasan Merek Teh Botol Sosro (Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas

Penerapan pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray berbasis praktikum untuk meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika di