• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis efisiensi desalinasi unit 1B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis efisiensi desalinasi unit 1B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh

PUTRI WAHYUNI INDRIATY 106097003258

PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh:

PUTRI WAHYUNI INDRIATY 106097003258

PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG

Skripsi

diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains dari Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta oleh

Putri Wahyuni Indriaty NIM 106097003258

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Arif Tjahjono, S.T, MSi Rachmatsyah, S. Kom, MT

NIP. 1975110720070 11015 NIP.7092136 K3

Mengetahui

Ketua Program Studi Fisika

(4)

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi berjudul “ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG” yang ditulis oleh Putri Wahyuni Indriaty dengan NIM 106097003258 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu tanggal 5 Januari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Fisika.

Jakarta, 5 Januari 2011 Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Arif Tjahjono, S.T, Msi Rachmatsyah, S. Kom, MT NIP: 1975110720070 11015 NIP: 7092136 K3

Penguji I Penguji II

Drs. Sutrisno, M. Si Ambran Hartono, M. Si NIP: 19590202 198203 1005 NIP: 19710408200212 1002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Fisika

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 10 Januari 2011

(6)

ABSTRAK

Hingga saat ini Indonesia masih mengalami krisis energi. Salah satu usaha yang telah dilakukan Pemerintah adalah dengan membangun berbagai fasilitas pembangkit listrik yang baru dan mengoptimalkan pembangkit yang ada. Adapun di dalam siklus PLTU membutuhkan air demineralisasi diperoleh dari air tawar, maka peran desalination plant sangat dibutuhkan untuk menyediakan air tawar. Peran

desalination plant tersebut yang menjadi latar belakang dari tugas akhir yang berjudul Analisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang.

Analisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang ini dilakukan dengan mengamati proses evaporasi dan kondensasi yang berada di desalinasi tersebut. Adapun peralatan utama yang terkait dalam proses desalinasi tersebut adalah Evaporator, Main Ejector, Vent Ejector, Ejector Condenser,

Centrifugal Pumps, Scale Inhibitor, dan Anti Foam. Prinsip kerja analisis efisiensi desalinasi ini adalah perhitungan berdasarkan biaya operasi desalinasi tersebut.

Setelah melakukan pengamatan, maka didapatkan hasil yang berupa biaya air produk. Dimana biaya air produk tersebut diperoleh dari hasil produksi operasi desalinasi dari seluruh kemampuan total. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Analisis Efisiensi Desalinasi ini sudah mendapatkan hasil yang dibutuhkan.

(7)

ABSTRACT

Until now, Indonesia is still experiencing an energy crisis. One of the efforts that have been made by the Government is to build new power generation facilities and optimize the existing plant. As in the cycle od demineralization plant needs water is obtained from fresh water, then the role of the desalination plant is needed to provide fresh water. The role of desalination plant, which became the backdrop of final project titled Desalination Plant Efficiency Analysis Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang.

Desalination plant Efficiency Analysis Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang is done by observing the process of evaporation and condensation in desalination plant. The major equipment involved in process of desalination plant is the Evaporation, the Main Ejector, Vent Ejector, Ejector Condenser, Centrifugal

Pumps, Scale Inhibitor, and Anti – Foam. The working principle desalination plant efficiency analysis is the calculation based on the operating costs of desalination plant.

After making observations, then the results obtained in the form of cost of product water. Where the cost of the product water obtained from the production operation of the entire ability total desalination. It can be concluded that the Desalination Plant Efficiency Analysis has been to get the needed results.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahhirohmannirrohim,

Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dan menyusun laporan ini dengan tepat waktu.

Tugas akhir ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan Sarjana Strata (S-1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Dengan judul “Analisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang”.

Kesempurnaan adalah milik-Nya semata, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan, sehingga dalam penulisan selanjutnya dapat lebih baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari keterlibatan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar – besarnya kepada yang terhormat :

(9)

2. Mas Wingga yang tersayang, yang telah memberikan kesempatan kuliah dan dukungan kepada penulis di Jurusan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Sutrisno, M. Si, selaku Ketua Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir.

4. Bapak Arif Tjahjono, M.Si, selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak membantu, membimbing dengan sabar, dan memberikan masukan motivasi, kritik serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

5. Bapak Rachmatsyah, S. Kom, MT, selaku Pembimbing lapangan serta Pembimbing Tugas Akhir yang dalam kesibukannya masih sempat meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dengan sabar dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Harun Pardiyansyah yang telah banyak membantu, memberikan semangat, motivasi, saran serta doa yang tiada kunjung henti kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

(10)

8. Seluruh dosen dan staff Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

9. Uwa Dewi, Uwa Alfa, Teh Mira, dan Mita yang telah membantu dan memberikan perhatian, semangat, dan doa dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

10.Om Okas, Tante Lia, Jericho, dan Anggi yang selalu membantu dan memberikan motivasi, semangat serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

11.Seluruh operator desalinasi unit 1 B PT. PJB UP Muara Karang Jakarta, khususnya Mas Luluk, Mas Hadi dan Mas Oky yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

12.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir.

Semoga kepada semua pihak yang telah membantu penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Tiada harapan dari penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis khususnya.

Ciputat, 3 Januari 2010

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Permasalahan Penelitian ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 3

1.5Batasan Masalah ... 4

1.6Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Desalination Plant ... 6

(12)

2.1.2 Multi Stage Flash (MSF) ... 14

2.1.3 Reverse Osmosis ... 18

2.2 Termodinamika di Lingkungan Sistem Desalinasi ... 24

2.3 Asas Black ... 24

2.4 Hukum Kalor ... 25

2.4.1 Hukum Kalor Jenis ... 26

2.4.2 Kapasitas Kalor ... 26

2.4.3 Kalor Uap ... 27

2.5 Perpindahan Panas ... 28

2.5.1 Perpindahan Panas Konduksi ... 28

2.5.2 Perpindahan Panas Konveksi ... 29

2.5.3 Perpindahan Panas Radiasi ... 31

2.6 Proses Penguapan (Evaporation) ... 32

2.7 Proses Pengembunan (Condensation) ... 33

2.8 Sistem Destilasi ... 34

2.9 Siklus Carnot ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ... 40

3.2Tahapan Penelitian ... 40

3.3Data – data Penelitian ... 43

3.3.1 Evaporasi ... 44

(13)

3.3.3 Vent Ejector ... 44

3.3.4 Ejector Condenser ... 44

3.3.5 Centrifugal Pumps ... 44

3.3.6 Scale Inhibitor ... 45

3.3.7 Anti Foam ... 45

3.4Deskripsi Proses Desalination Plant ... 46

3.4.1 Prinsip Operasi Desalination Plant ... 47

3.4.2 Operasi saat Turndown Desalination Plant ... 50

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Biaya Produk ... 51

4.2 Proses Evaporasi Multi Effect Distillation With Thermal Vapor Compression (MED – TVC) ... 57

4.3 Analisis Product Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC) ... 60

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(14)
[image:14.612.115.502.133.544.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Desalinasi ... 7

Gambar 2.2 Multi Effect Distillasi (MED) ... 13

Gambar 2.3 Multi Stage Flash (MSF)... 17

Gambar 2.4 Reverse Osmosis (RO) ... 22

Gambar 2.5 Reverse Osmosis Membrane Coil ... 23

Gambar 2.6 Batasan Sistem ... 36

Gambar 2.7 Diagram Siklus Carnot P - V... 37

Gambar 2.8 Diagram Siklus Carnot P - h ... 39

Gambar 3.1 Diagram Flow Chart Penelitian ... 42

Gambar 3.2 Flow Diagram 4 Effect Reheat Seawater ... 47

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

Di Indonesia kebutuhan energi listrik meningkat setiap tahunnya, hal ini seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi dan perkembangan yang ada. Namun tingginya kebutuhan energi listrik tersebut belum mampu dipenuhi mengingat keterbatasan daya listrik yang ada, walaupun Pemerintah melalui PT. PLN (persero) tetap berusaha secara maksimal untuk memenuhi tingginya kebutuhan energi listrik tersebut.

Hingga saat ini Indonesia masih mengalami krisis energi. Hal ini ditandai dengan pemadaman secara bergilir yang masih terus terjadi. Masalah krisis listrik merupakan masalah yang sangat serius, sehingga harus segera dicarikan solusinya. Salah satu usaha yang telah dilakukan Pemerintah adalah dengan membangun berbagai fasilitas pembangkit listrik yang baru dan mengoptimalkan pembangkit yang telah ada. Untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional saat ini diperlukan pasokan listrik sekitar 3.000 MW pertahun, hal ini sangat memerlukan investasi dan dana yang tidak sedikit.

(17)

2

PT. Pembangkit Jawa Bali yang ada di Muara Karang memiliki dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdiri dari unit IV dan unit V. Dan dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) yaitu blok 1 terdiri dari 3 PLTG dan 1 PLTU, blok 2 terdiri dari 2 PLTG dan 3 PLTU. Dalam penelitian ini hanya difokuskan di PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB) Muara Karang khususnya Desalinasi pada unit 1 B. Desalinasi unit 1 B terdapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) yang terdapat di blok 2. Pada PLTU memiliki peralatan utama dan peralatan tambahan. Peralatan utama meliputi bolier, turbin, generator, trafo, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk peralatan penunjang/ tambahan berupa desalinasi, demineralisasi, dan lain – lain.

Di dalam siklus PLTU membutuhkan air demineralisasi, hal ini dilakukan agar alat – alat pada siklus PLTU tidak terjadi korosi (berkarat). Sebelum memperoleh air demineralisasi terlebih dahulu yang dibutuhkan adalah air tawar. Dikarenakan sulitnya mendapatkan air tawar dan untuk menyediakan air tawar dalam jumlah besar, maka di dalam unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap peran desalinasi sangat diperlukan untuk menyediakan air tawar sebagai bahan baku produksi listrik.

(18)

3

dan kesempurnaan evaporasi dalam desalinasi secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah air baku yang dibutuhkan PLTU. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan penelitian tentang menganalisis efisiensi desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang, sehingga evaporasi dan kondensasi dapat terus terjadi sempurna dan air tawar yang dihasilkan akan maksimal.

1.2 Permasalahan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu bagaimana efisiensi sistem desalinasi pada unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang. Apakah air baku yang dihasilkan oleh desalinasi lebih murah daripada air yang di beli dari Perusahaan Air Minum (PAM).

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efisiensi desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB) UP. Muara Karang Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

(19)

4

1.5 Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian yang akan dilakukan, maka penelitian ini hanya dibatasi mengenai :

1. Plant yang dijadikan objek studi adalah desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang Jakarta.

2. Rasio yang dikontrol adalah menganalisa efisiensi desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang.

3. Asumsi tekanan, suhu dan harga adalah konstan. 4. Biaya Investasi dan Biaya Pemeliharaan diabaikan.

5. Perhitungan efisiensi berdasarkan biaya operasi desalinasi.

1.6 Sistematika Penulisan

Pada penulisan laporan Tugas Akhir ini, dapat dibuat urutan bab serta isinya secara garis besar. Diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang pendahuluan dengan substansi : latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

(20)

5

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan secara keseluruhan sistem kerja metode penelitian dengan substansi pengolahan data.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang permasalahan dan pembahasan dengan substansi hasil pengolahan data.

BAB V PENUTUP

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Desalination Plant

Desalination Plant atau desalinasi merupakan sebuah instrumen yang

berfungsi untuk menghasilkan air tawar yang berasal dari air laut melalui proses

evaporasi dan kondensasi. Desalination Plant terdiri atas dua bagian utama yaitu

flashing stage dan brine heater. Flashing stage merupakan sebuah chamber

tempat terjadinya proses evaporasi dan kondensasi. Proses evaporasi dan

kondensasi ini sangat bergantung pada temperatur air laut yang berasal dari brine

heater (top brine temperature). Untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan

maka top brine temperature perlu untuk dijaga agar tetap stabil. Di dalam unit

pembangkit peran Desal sangat diperlukan karena menyediakan air sebagai bahan

(22)
[image:22.612.114.508.113.549.2]

Gambar 2.1 Skema Desalinasi

Desalinasi pada unit 1 B di PLTU PT. PJB Muara karang menggunakan

jenis desalinasi Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED -

TVC). Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC)

memiliki beberapa peralatan utama, yaitu :

 Evaporator

Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan)

dengan penambahan panas. Panas dapat disuplai dengan berbagai cara,

diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi didasarkan pada

proses pendidihan secara intensif, yaitu pemberian panas ke dalam cairan,

(23)

dan mengkondensasikan uapnya.

Main Ejector

Pemvakuman yang terjadi pada saat vakum mencapai – 0,89 BarG di effect,

bertujuan memvakum semua effect untuk mempercepat proses terjadinya air

tawar.

Vent Ejector

Setelah proses filling, kemudian yang terbuka pertama kali dalam pembukaan

vakum adalah vent ejector. Pemvakuman yang terjadi di heater akan terbuka pada

saat mencapai – 0,58 BarG.

Ejector Condenser

Pemvakuman di condenser yang berada di effect ke empat akan membuka

pada saat mencapai – 0,55 BarG, agar memaksimalkan air laut yang terkondensasi

(24)

Centrifugal Pumps

Suatu pompa rotodynamic yang menggunakan berputar impeller untuk

meningkatkan dan laju alir tekanan dari suatu fluida. Pompa sentrifugal adalah

jenis yang paling umum digunakan pompa untuk memindahkan cairan melalui

sistem perpipaan.

Scale Inhibitor / Anti Scaling

Suatu larutan kimia yang akan diinjeksikan ke air laut agar tidak terjadi

korosi (kerak).

Anti Foam

Suatu bahan kimia yang akan diinjeksikan ke air laut agar menghilangkan

busa – busa yang terdapat di dalam kandungan air laut.

2.1.1 Multi Effect Distilasi (MED)

Multi Effect Distilasi (MED) adalah penyulingan proses yang sering

digunakan untuk air laut desalinasi. Ini terdiri dari beberapa tahapan atau ”effect”.

(25)

Sebagian air menguap, dan uap ini mengalir ke dalam tabung tahap berikutnya,

pemanasan dan penguapan air lebih banyak. Setiap tahap dasarnya menggunakan

kembali energi dari tahap sebelumnya. Tabung dapat tenggelam dalam air umpan

(feed water) disemprotkan di atas bank tabung horizontal, dan kemudian menetes

dari tabung ke tabung sampai dikumpulkan di bawah panggung (stage).

Multi Effect Distilasi dapat dilihat sebagai urutan ruang tertutup

dipisahkan oleh dinding tabung, dengan sumber panas di satu ujung dan heat sink

di ujung yang lain. Setiap ruang terdiri dari dua subspaces berkomunikasi, bagian

luar tabung n stage dan bagian dalam tabung dalam tahap n + 1. Setiap ruang

memiliki suhu yang lebih rendah dan tekanan daripada ruang sebelumnya., dan

dinding tabung memiliki suhu penengah antara suhu dari cairan disetiap sisi.

Tekanan dalam ruang tidak dapat berada dalam ekuilibrium dengan temperatur

dinding kedua subspaces. Ini memiliki tekanan menengah. Kemudian tekanan

terlalu rendah atau suhu terlalu tinggi dalam subspace pertama., dan air menguap.

Dalam subspace kedua, tekanan yang terlalu tinggi atau suhu terlalu rendah, dan

uap kondenser. Hal ini membawa energi penguapan dari subspace pertama lebih

hangat ke dingin subspace kedua. Pada subspace kedua energi mengalir dengan

(26)

Makin tipis logam dalam tabung dan lapisan tipis cairan di kedua sisi

dinding tabung, lebih efisien adalah transportasi energi dari ruang ke ruang.

Memperkenalkan tahap lebih antara sumber panas dan tenggelam mengurangi

perbedaan suhu antara ruang dan sangat mengurangi transportasi permukaan

panas per unit tabung. Energi yang diberikan digunakan kembali untuk

menguapkan air lebih banyak, tetapi proses tersebut membutuhkan waktu lebih

lama. Jumlah air suling per tahap berbanding lurus dengan jumlah transportasi

energi. Jika transportasi diperlambat, dapat meningkatkan luas permukaan per

tahap, yaitu jumlah dan panjang tabung, dengan mengorbankan biaya instalasi

meningkat.

Air garam dikumpulkan dibagian bawah setiap tahap bisa

disemprotkan pada tabung di tahap berikutnya, karena air ini memiliki suhu yang

sesuai dan tekanan didekat atau sedikit diatas suhu operasi dan tekanan pada tahap

berikutnya. Beberapa air ini akan menguap menjadi uap seperti yang dilepaskan

ke tahap berikutnya pada tekanan rendah daripada tahap asalnya.

Tahapan pertama dan terakhir perlu eksternal pemanasan dan

pendinginan masing – masing. Jumlah panas yang dikeluarkan dari tahap terakhir

(27)

desalinasi air laut, bahkan tahap pertama dan paling hangat biasanya dioperasikan

pada suhu dibawah 70oC, untuk menghindari pembentukan skala.

Tahapan tekanan terendah diperlukan luas permukaan yang relatif lebih

untuk mencapai transportasi energi yang sama di dinding tabung. Biaya

pemasangan luas permukaan ini membatasi kegunaan menggunakan tekanan yang

sangat rendah dan suhu pada tahap selanjutnya. Gas terlarut dalam air umpan

(feed water) dapat berkontribusi untuk mengurangi perbedaan tekanan jika

diizinkan untuk terakumulasi dalam tahap.

Ekstenal air umpan (feed water) harus diberikan untuk tahap pertama.

Tabung dari tahap pertama dipanaskan menggunakan sumber eksternal dari uap

atau sumber lain meskipun panas.

Kondensat (air tawar) dari semua tabung dari semua tahap harus

dipompa keluar dari tekanan masing – masing tahap terhadap tekanan ambien. Air

garam dikumpulkan dibagian bawah tahap terakhir harus dipompa keluar karena

(28)
[image:28.612.114.508.67.506.2]

Gambar 2.2 Multi Effect Distillasi

Berikut ini skema dari MED desalinasi efek ganda. Tahap pertama adalah

dibagian atas. Daerah pink adalah uap, daerah biru ringan adalah air umpan (feed

water) cair. Pirus kuat adalah kondensat. Hal ini tidak menunjukkan bagaimana

air umpan (feed water) masuk tahap – tahap lain daripada yang pertama.

F – Air umpan masuk (feed water in)

S – Pemanasan uap masuk (heating steam in)

C – Pemanasan uap keluar (heating steam out)

W – Air kondensat keluar (fresh water condensat out)

(29)

O – Pendingin masuk (coolant in)

P – Pendingin keluar (coolant out)

VC - Pendingin terakhir stage (VC is the last-stage cooler)

2.1.2 Multi Stage Flash (MSF)

Multi Stage Flash (MSF) memiliki serangkaian ruang yang disebut tahap

(stage), masing – masing berisi penukar panas dan kondensat kolektor. Urutan ini

memiliki akhir dingin dan panas, sementara akhir tahap – tahap peralihan

memiliki suhu menengah. Tahapan memiliki tekanan sesuai dengan titik didih air

pada suhu panggung (stage). Setelah berakhirnya panas ada wadah yang disebut

air garam pemanas.

Ketika plant yang beroperasi di tunak (in steady state), air umpan (feed

water) pada suhu dingin arus masuk, atau dipompa melalui penukar panas pada

stage dan warm up. Ketika mencapai pemanas air garam sudah memiliki hampir

suhu maksimum. Dalam pemanas, sejumlah panas tambahan ditambahkan.

Setelah pemanas, air mengalir melalui katup kembali ke tahap yang pernah

menurunkan tekanan dan temperatur. Seperti mengalir kembali melalui tahap air

sekarang disebut air garam, untuk membedakannya dari air inlet. Dalam setiap

(30)

stage, dan sebagian kecil dari air asin mendidih air untuk uap sehingga

mengurangi suhu sampai kesetimbangan tercapai. Uap panas yang dihasilkan

adalah sedikit daripada air umpan (feed water) dalam penukar panas. Uap dingin

dan kondenser terhadap tabung penukar panas, sehingga pemanasan air (feed

water) seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Penguapan total disemua tahapan sampai dengan approx. 12% air mengalir

melalui sistem, tergantung pada kisaran temperatur yang digunakan. Dangan

meningkatnya suhu ada kesulitan tumbuh pembentukan skala dan korosi 120oC

tampaknya maksimal, meskipun skala menghindari mungkin memerlukan suhu

dibawah 70oC.

Air umpan (feed water) membawa menghilangkan panas laten dari uap

terkondensasi, menjaga suhu rendah stage. Tekanan dalam ruang tetap konstan

sebagai jumlah yang sama dari uap terbentuk. Ketika air garam hangat baru

memasuki stage dan uap akan dihapus karena mengembun pada tabung penukar

panas. Kesetimbangan ini stabil, karena jika pada beberapa bentuk uap titik lebih

meningkatkan tekanan dan yang mengurangi penguapan dan kondensasi

(31)

Pada tahap final air garam dan kondensat mempunyai suhu dekat suhu

masuk. Kemudian air garam dan kondensat yang dipompa keluar dari tekanan

rendah di stage untuk tekanan ambien (ambient pressure). Air garam dan

kondensat masih membawa sejumlah kecil panas yang hilang dari sistem ketika

mereka dibuang. Panas yang ditambahkan dalam pemanas membuat terjadinya

kerugian ini.

Panas ditambahkan dalam pemanas air garam biasanya datang dalam

bentuk uap panas dari proses industri co terletak dengan desalinasi. Uap

diperbolehkan untuk menyingkat terhadap tabung yang membawa air garam

(mirip dengan stage).

Energi yang membuat penguapan memungkinkan semua hadir dalam air

garam saat meninggalkan pemanas. Alasan untuk membiarkan penguapan terjadi

dalam beberapa tahapan bukan satu tahap pada tekanan dan suhu terendah, adalah

bahwa dalam satu stage, feed water hanya akan hangat untuk suhu penengah

antara suhu masuk dan pemanas. Sementara banyak uap tidak akan mengembun

dan stage tidak akan mempertahankan tekanan dan suhu terendah. Karena air

(32)

suling). Relatif energi panas sedikit dikeluarkan. Sebagian besar panas yang

diambil oleh air garam dingin yang mengalir ke pemanas dan energi didaur ulang.

Selain itu, Penyulingan MSF, khususnya yang besar, seringkali

dipasangkan dengan Pembangkit Listrik di cogeneration konfigurasi. Limbah

panas dari pembangkit listrik digunakan untuk memanaskan air laut, memberikan

pendinginan untuk pembangkit listrik pada saat yang sama. Hal ini mengurangi

energi yang dibutuhkan oleh satu setengah sampai dua pertiga, yang secara drastis

mengubah ekonomi MSF. Reverse osmosis, penyulingan yang merupakan pesaing

utama MSF, membutuhkan pretreatment lebih dari air laut dan pemeliharaan yang

lebih, serta energi dalam bentuk kerja (listrik, tenaga mesin) sebagai lawan – kelas

[image:32.612.113.511.141.653.2]

limbah panas rendah lebih murah.

(33)

Skema dari Multi Stage Flash Desalinator :

A – Uap Masuk (Steam in)

B – Air Laut Masuk (Seawater in)

C – Air Keluar (Portable water out)

D – Limbah Keluar (Waste out)

E – Uap Keluar (Steam out)

F – Pertukaran Panas (Heat exchange)

G – Koleksi Kondensasi (Condensation collection)

H – Brine heater

2.1.3 Reverse Osmosis

Reverse Osmosis ( Osmosis Terbalik ) adalah sebuah istilah teknologi

yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah filtrasi metode yang menghilangkan

banyak jenis besar molekul dan ion dari solusi dengan memberi tekanan solusi

ketika di salah satu sisi selektif membrane. Hasilnya adalah bahwa zat terlarut

dipertahankan pada sisi bertekanan membrane dan murni pelarut diperbolehkan

untuk lolos ke sisi lain. Untuk menjadi "selektif," membran ini tidak harus

(34)

memungkinkan komponen yang lebih kecil dari solusi (seperti pelarut) untuk lulus

bebas.

Reverse osmosis yang paling umum dikenal untuk penggunaannya di

minum pemurnian air dari air laut , mengeluarkan garam dan zat lain dari molekul

air. Ini adalah kebalikan dan normal proses osmosis, dimana secara alamiah

bergerak pelarut dari daerah konsentrasi terlarut rendah, melalui membrane ke

area konsentrasi zat terlarut tinggi. Pergerakan pelarut murni untuk menyamakan

konsentrasi solute pada setiap sisi membrane yang menghasilkan tekanan dan ini

adalah “tekanan osmotik”. Menerapkan tekanan eksternal untuk membalik aliran

alami dari pelarut murni disebut reverse osmosis.

Proses ini mirip dengan filtrasi membrane. Namun, ada perbedaan utama

antara reverse osmosis dan filtrasi. Mekanisme penghapusan dominan dalam

filtrasi membrane adalah berusaha, atau pengecualian ukuran. Sehingga proses

yang secara teoritis dapat mencapai pengecualian sempurna partikel terlepas dari

parameter operasional seperti tekanan umpan (influent pressure) dan konsentrasi.

Reverse osmosis, bagaimanapun melibatkan suatu mekanisme difusi sehingga

efisiensi pemisah tergantung pada konsentrasi zat terlarut, tekanan dan kadar air

(35)

Secara formal, reverse osmosis adalah proses memaksa pelarut dari daerah

konsentrasi zat terlarut tinggi melalui membrane semipermeabel ke daerah

konsentrasi terlarut rendah dengan menerapkan tekanan yang melebihi tekanan

osmotik.

Membrane yang digunakan untuk reverse osmosis memliki lapisan

penghalang padat dalam matriks polimer mana yang paling terjadi pemisahan.

Dalam kebanyakan kasus, membran ini dirancang untuk memungkin air hanya

untuk lulus melalui lapisan padat, sementara mencegah bagian zat terlarut (seperti

ion garam). Proses ini mensyaratkan suatu tekanan tinggi diberikan pada sisi

membrane konsentrasi tinggi, biasanya 2 – 17 bar (30 – 250 psi) untuk air tawar

dan payau air tawar, dan 40 – 70 bar (600 – 1000 psi) untuk air laut, yang

memiliki sekitar 24 bar (350 psi) tekanan osmotik alam yang harus diatasi. Proses

ini dikenal untuk digunakan dalam desalinasi (menghilangkan garam dari air laut

untuk mendapatkan air tawar). Tetapi sejak awal 1970-an itu juga telah digunakan

untuk memurnikan air segar untuk kesehatan, industri dan domestik aplikasi

medis.

Osmosis bergerak menggambarkan bagaimana pelarut antara dua larutan

(36)

perbedaan konsetrasi diantara solusi. Ketika dua solusi dengan konsentrasi yang

berbeda dari zat terlarut dicampur, jumlah zat terlarut dalam dua solusi akan sama

– sama disalurkan dalam jumlah pelarut dari dua solusi. Daripada pencampuran

dua solusi bersama – sama, mereka dapat dimasukkan ke dalam dua kompartemen

dimana mereka terpisah satu sama lain dengan sebuah membrane semipermeabel.

Membrane semipermeabel tidak memungkinkan zat terlarut untuk berpindah dari

satu kompartemen ke yang lain, namun memungkinkan pelarut untuk bergerak.

Karena kesetimbangan tidak bisa dicapai oleh pergerakan zat terlarut dari

kompartemen dengan konsentrasi zat terlarut tinggi untuk yang satu dengan

konsentrasi zat terlarut rendah, itu bukan dicapai oleh pergerakan pelarut dari

daerah konsentrasi zat terlarut rendah ke daerah – daerah konsentrasi zat terlarut

tinggi. Ketika pelarut bergerak jauh dari daerah konsentrasi rendah, hal ini

menyebabkan daerah – daerah untuk menjadi lebih terkonsentrasi. Disisi lain,

ketika pelarut bergerak ke daerah – daerah konsentrasi tinggi, konsentrasi zat

terlarut akan berkurang. Proses ini disebut osmosis. Kecenderungan untuk pelarut

dapat mengalir melalui membrane dapat dinyatakan sebagai “tekanan osmotik”,

karena analog mengalir disebabkan oleh perbedaan tekanan. Osmosis adalah

(37)

Dalam reverse osmosis, dalam sebuah set up yang sama seperti yang di

osmosis, tekanan diterapkan ke dalam ruangan dengan konsentrasi tinggi. Dalam

hal ini, ada dua gaya yang mempengaruhi gerakan air : tekanan disebabkan oleh

perbedaan konsentrasi zat terlarut antara dua kompartemen (tekanan osmotik) dan

[image:37.612.111.516.188.552.2]

tekanan eksternal diterapkan.

Gambar 2.4 Reverse Osmosis

Berikut ini skema sistem reverse osmosis desalinasi yang menggunakan penukar

tekanan :

1. Masukan air laut (sea water inflow)

(38)

3. Arus konsentrat (concentrate flow) 60%

4. Air laut mengalir (sea water flow) 60%

5. Konsentrat (drain)

A. Tekanan pompa aliran tinggi (high pressure pump flow) 40%

B. Pompa sirkulasi (circulation pump)

C. Osmosis unit dengan membran (osmosis unit with membrane)

[image:38.612.114.506.130.652.2]

D. Penukar tekanan (Pressure exchanger)

(39)

2.2 Termodinamika di Lingkungan Sistem Desalinasi

Termodinamika adalah ilmu yang membahas hubungan (pertukaran)

antara panas dengan kerja. Dalam termodinamika banyak membahas tentang

sistem dan lingkungan. Kumpulan benda-benda yang sedang ditinjau disebut

sistem, sedangkan semua yang berada di sekeliling (di luar) sistem disebut

lingkungan.

2.3 Asas Black

Asas Black terjadi apabila ada dua benda yang suhunya berbeda

kemudian disatukan atau dicampur berada dalam sistem yang tertutup, maka

energi akan berpindah seluruhnya dari benda yang memiliki suhu tinggi menuju

benda yang bersuhu rendah. Maka ketika mencapai suhu yang sama, energi yang

diterima oleh benda yang memiliki suhu yang lebih rendah sama dengan energi

yang dilepaskan oleh benda yang memiliki suhu yang lebih tinggi. Karena energi

yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu sama dengan kalor, maka bisa

dikatakan bahwa dalam sistem tertutup, kalor yang dilepaskan sama dengan kalor

(40)

berada dalam sistem tertutup, maka tidak semua energi dari benda bersuhu tinggi

berpindah menuju benda yang bersuhu rendah.

Secara matematis dapat dirumuskan :

Qlepas = Qterima

(M1 x C1) (T1-Ta) = (M2 x C2) (Ta-T2)

Keterangan :

M1 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi.

C1 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi.

Ta = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi.

T1 = Temperatur akhir pencampuran kedua benda.

M2 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah.

C2 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah.

T2 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah.

2.4 Hukum Kalor

Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang

menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda

dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor

(41)

dilepaskan oleh suatu benda.

2.4.1 Hukum Kalor Jenis

Kalor jenis adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan

temperatur dari 1 gr massa bahan sebesar 1 oC.

Q = m x c x Δt

Q = m x c x (t2 – t1)

Dengan ketentuan :

 Q = Kalor yang diterima suatu zat (Joule, Kilojoule, Kalori, Kilokalori)

 M = Massa zat (Gram, Kilogram)

 C = Kalor jenis (Joule/kilogramoc, Kalori/gramoc)

 Δt = Perubahan suhu (oc)

2.4.2 Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh benda

untuk menaikkan suhunya 1oc.

(42)

H = m x c x ∆t ∆t

H = m x c

Dengan syarat :

 Q = Kalor yang diterima suatu zat (Joule, Kilojoule, Kalori, Kilokalori)

 M = Massa zat (Gram, Kilogram)

 C = Kalor jenis (Joule/kilogramoc, Kalori/gramoc)

 Δt = Perubahan suhu (o

c)

 H = kapasitas kalor (Joule/oc)

2.4.3 Kalor Uap

Kalor uap adalah proses penguapan yang terjasi karena perubahan wujud

dari bentuk cait menjadi gas. Untuk mengubah wujud suatu zat tentunya juga

memerlukan kalor yang berbeda – beda antara zat yang satu dengan yang lainnya

tergantung pada jenis zat tersebut. Untuk menguapkan 1 kg zat cair menjadi uap

atau gas pada titik didihnya disebut dengan kalor uap (U). Dari perngertian diatas

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Q = m x U

Dengan ketentuan :

(43)

 M = Massa zat (Gram, Kilogram)

 U = Kalor uap zat (Joule/kilogram, Kilojoule/kilogram, Joule/gram)

2.5 Perpindahan panas

Perpindahan panas atau heat transfer adalah ilmu yang mempelajari

perpindahan energi sebagai akibat dari adanya perbedaan temperatur diantara dua

medium misalnya: sesama medium padat atau medium padat dengan fluida.

Energi yang berpindah tersebut dinamakan kalor atau panas (heat). Panas akan

berpindah dari medium yang bertemperatur lebih tinggi ke medium dengan

temperatur yang lebih rendah. Perpindahan ini berlangsung terus sampai terjadi

kesetimbangan temperatur diantara kedua medium tersebut atau tidak terjadi

perbedaan temperatur diantara kedua medium.

Perpindahan panas dapat terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu

perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

2.5.1 Perpindahan Panas Konduksi

Proses perpindahan panas secara konduksi adalah suatu proses

perpindahan energi panas dimana energi panas tersebut mengalir dari daerah yang

bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah dalam suatu medium

(44)

q = −k A dT dx

Dimana : q

k = laju perpindahan panas konduksi (Watt)

k = konduktivitas termal bahan (W/m. K)

A = luas penampang tegak lurus terhadap arah aliran panas (m2)

dx dT

= gradien suhu (perubahan temperatur terhadap arah x) (K/m).

Tanda negatif (-) diselipkan dalam hukum Fourier yang menyatakan

bahwa panas berpindah dari media bertemperatur tinggi ke media yang

bertemperatur lebih rendah.

2.5.2 Perpindahan Panas Konveksi

Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi dari

permukaan media padat atau fluida yang diam menuju fluida yang mengalir

(begerak) atau sebaliknya, dimana diantara keduanya terdapat perbedaan

temperatur.

Besarnya konveksi tergantung pada :

a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).

b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T).

c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :

(45)

# Kecepatan fluida

# Perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida

# Kapasitas panas fluida

# Rapat massa fluida

# Bentuk permukaan kontak

Persamaan perpindahan panas konveksi dikenal sebagai hukum

Newton untuk pendinginan (Newton’s Law of Cooling) yang dirumuskan

sebagai berikut:

JikaT

s>T∞:

q

Konv = h. A (Ts – T∞)

Dimana: q

Konv = Laju perpindahan panas konveksi (Watt)

h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 .K)

A = Luas permukaan perpindahan panas (m2)

T

s = Temperatur permukaan (K)

(46)

2.5.3 Perpindahan Panas Radiasi

Proses perpindahan panas secara radiasi (pancaran) adalah suatu

proses perpindahan energi panas yang terjadi dari benda yang bertemperatur

tinggi menuju benda dengan temperatur yang lebih rendah tanpa melalui

suatu medium perantara, misalkan benda-benda tersebut terpisah dalam

ruang atau bahkan bila terdapat suatu ruang hampa udara diantaranya.

Untuk dapat melakukan penghitungan laju perpindahan energi panas

secara radiasi dipergunakan persamaan laju perpindahan panas radiasi

sebagai berikut :

q

ε · σ · A ·

Dimana : q

rad = laju perpindahan panas secara radiasi (Watt)

ε = emisivitas permukaan benda

σ = konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 . 10-8 W/m2. K 4)

A = luas bidang permukaan perpindahan panas radiasi (m2)

T

s = temperatur permukaan benda (K)

T

(47)

2.6 Proses Penguapan (Evaporation)

Secara umum penguapan berarti berubahnya fase zat dari zat cair menjadi

uap. Penguapan juga berarti perpindahan massa zat cair ke atas dengan adanya

gradien temperatur antara permukaan zat cair dengan udara diatasnya. Hal ini

merupakan peristiwa konveksi alami. Konveksi alami terjadi akibat adanya efek

gaya apung yang bekerja pada fluida. Efek gaya apung merupakan mekanisme

yang terjadi karena adanya gradient massa jenis. Massa jenis akan menurun jika

temperatur fluida meningkat, begitu juga sebaliknya temperatur meningkat maka

masssa jenis fluida akan menurun. Fluida yang ringan (memiliki massa jenis yang

rendah) akan menempati posisi yang lebih diatas. Sehingga jika terus menerus

diberi panas maka tempera

tur fluida akan terus meningkat dan massa jenisnya akan terus menurun dan

terjadilah penguapan.

q

Dimana: qevap = Laju energi pada saat penguapan

m

v = Massa yang berubah menjadi uap (kg)

hfg = Kalor laten penguapan (J/kg)

(48)

2.7 Proses Pengembunan (Condensation)

Peristiwa pengembunan terjadi seperti pada penguapan yaitu berubahnya

fase suatu zat, hanya dalam hal ini perubahan itu terjadi dari fase uap menjadi fase

cair, kebalikan dari peristiwa penguapan. Perpindahan kalor pengembuan

dipengaruhi oleh besarnya laju konsentrasi massa uap air yang berubah menjadi

air (massa yang terkondensasi). Pengembunan juga terjadi akibat dari uap jenuh

yang bersentuhan dengan permukaan yang dingin (suhu permukaan suatu plat

lebih rendah dari suhu jenuh uap) akan terjadi kondensasi pada permukaan plat,

hal ini berarti uap jenuh tersebut melepaskan kalor latennya, dan karena pengaruh

gravitasi kondensat akan mengalir kebawah.

Berikut ini adalah persamaan umum untuk menentukan laju energi pada saat

pengembunan :

Dimana: qc = Laju energi pada saat pengembunan

m

c = Massa yang terkondensasi (kg)

hfg = Kalor laten peembunan (J/kg)

(49)

Harga sifat-sifat air seperti kalor laten penguapan dan kalor laten

pengembunan, dicari pada temperatur film (T

f). Rumus temperatur film untuk

proses pengembunan adalah sebagai berikut:

2.8 Sistem Destilasi

Destilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan menggunakan panas

sebagai pemisah. Jikalarutan yang terdiri daru dua buah komponenen yang cukup

mudah menguap, maka fase uap yang terbentuk akan mengandung komponen

yang lebih menguap dalam jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan

fase cair. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi destilasi adalah sebagai

berikut :

a. Laju detilasi

Laju destilasi merupakan massa yang dihasilkan dari proses

destilasi per satuan waktu. Massa yang dihasilkan dari proses ini adalah

massa dari air yang terkondensasi.

Dimana :

.

m = Laju Destilasi (kg / s) m

c = Massa air yang terkondensasi (kg)

(50)

b. Efisiensi produk

Efisiensi produk adalah rasio antara massa produk yang dihasilkan

/ digunakan dengan masa produk yang diberikan ke sistem.

%

Dimana : ηp = Efisiensi produk (%)

m = Massa air kondensat (kg)

m

in = Massa air yang masuk ke sistem (kg)

c. Efisiensi Sistem Destilasi

Efisiensi alat destilasi air merupakan perbandingan dari energi

berguna dengan energi panas yang diberikan oleh briket ke sistem selama

proses pembakaran (q

in). Energi berguna merupakan energi panas yang

digunakan dalam proses penguapan (q

evap) dan energi panas yang

digunakan saat pengembunan (q

c). Sehingga dalam perhitungan efisiensi

alat destilasi air akan terdapat dua efisiensi yaitu efisiensi untuk sistem air

air) dan efisiensi untuk sistem uap (ηuap). Berikut ini merupakan gambar

(51)
[image:51.612.115.501.114.541.2]

Gambar 2.6 Batasan sistem

Dimana : η

tot = Efisiensi alat destilasi air

q

c = Laju energi kondensasi (W )

q

in = Laju energi masuk (W)

2.9 Siklus Carnot

Mesin carnot merupakan mesin kalor yang dapat mengubah energi (kalor)

menjadi bentuk lainnya (usaha mekanik). Disamping mesin carnot, terdapat pula

(52)

diesel dan bensin, mesin jet dan reaktor atom. Pada prinsipnya cara kerja mesin

kalor ada tiga proses penting yaitu :

1. Proses penyerapan kalor dari sumber panas yang sering disebut sebagai

reservoir (tandon) panas.

2. Usaha yang dikeluarkan oleh mesin.

3. Proses pembuangan kalor pada temoat yang bersuhu rendah, tempat ini sering

disebut reservoir (tandon) dingin.

Mesin carnot bekerja berdasarkan suatu siklus yang disebut siklus carnot.

Siklus ini terjadi pada sebuah silinder berisi gas yang dinding – dindingnya

terisolasi secara thermal (panas tidak dapt menembus dinding silinder). Bahan

atau zat yang dilibatkan dalam mesin kalor berdasarkan siklus carnot adalah suatu

gas ideal. Proses termodinamika yang terlibat dalam siklus carnot terdiri dari dua

[image:52.612.114.511.151.512.2]

proses isothermal dan dua proses adiabatik. Proses ini dapat dilihat pada grafik.

(53)

Proses Isothermal (AB)

Pada proses ini, gas dikontakkan dengan reservoir panas bersuhu T1 melalui dasar

silinder. Kemudian beban sedikit demi sedikit dikurangi sehingga piston

(penghisap) terangkat dan gas akan memuai (berekspansi) secara isothermal pada

suhu T1. Selama proses ini gas menyerap kalor sejumlah Q1 dan melakukan usaha

(WAB) dengan menaikkan piston keatas.

Proses Adiabatik (BC)

Pada proses ini, dasar silinder yang semula dikontakkan pada reservoir panas,

sekarang diberi dinding yang terisolasi terhadap lingkunagan. Sedikit demi sedikit

beban dikurangi dan membiarkan gas memuai (mengembang = berekspansi)

secara adiabatik. Selama proses ini suhu gas turun T1 dan gas melakukan usaha

sebanyak WBC yang ditunjukkan dengan naiknya piston.

Proses Isothermal (CD)

Pada proses ini, gas dikontakkan dengan reservoir dingin bersuhu T2 melalui dasar

silinder. Kemudian beban ditambahkan seikit demi sedikit sehingga piston turun

dan membiarkan gas termampatkan (terkompres) secara isothermal pada suhu T2.

Selama proses ini gas akan membuang kalor sebanyak Q2 dan menerima usaha

(54)

Proses Adiabatik (DA)

Pada proses ini, dasar silinder kembali di isolasikan terhadap lingkungan. Sedikit

demi sedikit, beban ditambahkan dan biarkan gas termampatkan secara adiabatic.

Selama proses ini suhu gas naik dari T2 menjadi T1 dan gas menerima usaha dari

[image:54.612.113.503.239.570.2]

luar sebanyak WDA yang ditunjukkan dengan turunnya piston.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Pembangkit Jawa Bali Desalinasi Unit

1 B Muara Karang, Jakarta Utara. Adapun tempat penelitian dilaksanakan di

Ruang Control Room Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara

Karang dan untuk pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Terpadu

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan waktu penelitian

dilakukan selama 2 bulan. Penelitian dimulai dari tanggal 2 Oktober sampai

dengan tanggal 20 Desember 2010.

3.4 Tahapan Penelitian

Adapun langkah – langkah dalam penelitian berawal dari studi literature

yang meliputi pembelajaran proses Desalinasi unit 1 B yang ada pada PT.

Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang serta survey lapangan untuk proses

melakukan pengamatan serta pengambilan data. Kemudian tahap selanjutnya

mengetahui komponen – komponen utama, cara kerjanya serta fungsinya yang

(56)

dilakukanlah analisis efisiensi desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP.

Muara Karang Jakarta. Setelah diperoleh hasil dari analisis efisiensi desalinasi,

maka ditarik suatu kesimpulan. Dalam melakukan suatu penelitian, diperlukan

sebuah pembuatan flow chart sebagai awal dari penelitian. Dengan flow chart

mempermudah pemahaman bagaimana cara kerja dari suatu penelitian. Pada

(57)
[image:57.612.113.500.109.674.2]

Gambar 3.1 Diagram Flow Chart Penelitian Studi Literature

Studi Lapangan

Peralatan Utama Desalination Plant

Analisa Hasil Efisiensi Desalination Plant

Pembahasan

kesimpulan Proses

Evaporasi

(58)

3.3 Data – data penelitian

Secara umum tahap menganalisa yang akan dilakukan pertama – tama

adalah dengan studi literature yang meliputi pembelajaran desalinasi unit 1 B PT.

Pembangkit Jawa Bali (PJB) Muara Karang. Kemudian dilakukanlah suatu

pengamatan dan pengambilan data yang mengharuskan untuk terjun ke lapangan.

Data tersebut berupa daily repot (laporan harian), observasi, serta wawancara

kepada operator desalinasi tersebut. Observasi yang dilakukan adalah dengan

mengamati cara kerja serta fungsi dari peralatan utama yang terdapat di desalinasi

tersebut. Setelah mengetahui cara kerja serta fungsi dari masing – masing

peralatan utama tersebut, maka dapat dilihat seberapa besar peran dari peralatan

utama untuk desalinasi.

Untuk mengetahui efisiensi dari desalinasi, tidak hanya dilihat dari

peralatan utama saja, tetapi dari proses berlangsungnya desalinasi itu. Proses

desalinasi yang berlangsung terdiri dari proses evaporasi dan proses kondensasi.

Kedua proses tersebut dapat mempengaruhi proses desalinasi. Setelah mengamati

kedua proses tersebut, selanjutnya yang dilakukan adalah dengan mengetahui

berapa banyak produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

(59)

Adapun fungsi – fungsi dari peralatan utama desalinasi sebagai berikut :

3.3.1 Evaporasi

Evaporasi berfungsi untuk melakukan proses penguapan dengan menurunkan titik

didih air pada kondisi vakum.

3.3.2 Main Ejector

Main ejector berfungsi untuk menjaga kestabilan vakum pada saat desalinasi

beroperasi berada di effect ke empat.

3.3.3 Vent Ejector

Vent ejector berfungsi untuk melakukan pengvakuman sebelum desalinasi

beroperasi atau sebelum start.

3.3.4 Ejector Condenser

Ejector condenser berfungsi untuk melakukan pengvakuman bersama – sama vent

ejector sebelum desalinasi beroperasi.

3.3.5 Centrifugal Pumps

Centrifugal pumps yang menjadi peralatan utama desalination plant terdiri dari

(60)

a. Brine Blowdown Pump

Berfungsi untuk memompa air laut yang tidak dapat terkondensasikan kemudian

akan dibuang ke laut lepas.

b. Product Water Pump

Berfungsi untuk memompa air produk ke make up water tank.

c. Desalination Seawater Feed Pump

Berfungsi untuk meangambil air laut untuk di proses ke dalam desalination plant.

3.3.6 Scale Inhibitor unit / Anti Scaling

Berfungsi untuk mencegah terbentuknya pembentukan kerak pada permukaan

pipa evaporator di dalam effect.

3.3.7 Anti Foam unit

Berfungsi untuk menghilangkan busa atau memperkecil busa yang terdapat di air

(61)

3.4 Deskripsi Proses Desalination Plant

Desalinasi tipe reheat seawater terdiri dari multi-effect evaporator,

condenser, main ejector, vent ejector, desalination seawater feed pump, brine

blowdown pump, product pump, dan scale inhibitor/ anti foam injection system.

Main ejector merupakan ejektor sederhana, di mana uap LP dialirkan ke

dalam jet nozzle. Campuran steam/vapor dikirimkan oleh ejector pada tekanan

menengah (intermediate pressure), vapor tekanan rendah terkompresi secara

efektif dengan demikian temperaturnya pun akan naik. Proses tersebut disebut

proses Thermal Vapor Compression.

Kombinasi multi-effect dan proses kompresi-uap (thermal compression

process) dibuat untuk mendapatkan efisiensi desalinasi yang tinggi dengan efek

samping yang seminimal mungkin. Sistem 4-Effect dan main ejector tunggal

(62)
[image:62.612.113.508.113.518.2]

Gambar 3.2 Flow Diagram 4 Effect Reheat Seawater Desalination Plant

3.4.1 Prinsip Operasi Desalination Plant

Pada multi-effect evaporator, air laut dispraikan dari atas tube bundle

setiap effect-nya dan turun sehingga membentuk lapisan tipis (thin film) diluar

pipa sepanjang susunan pipa-pipa HE (Heat Exchanger Tube). Untuk flow steam

(aliran uap) diperoleh dari auxiliary boiler atau HRSG. Kemudian uap mengalir di

dalam pipa di mana uap tersebut akan mengalami kondensasi menjadi air distilat.

Seiring dengan terkondensasinya uap di dalam pipa (tube), uap tersebut akan

memanaskan lapisan tipis air laut dan menyebabkan lapisan tersebut akan

menguap, sehingga dapat menjadi suplai uap baru yang akan masuk ke dalam

effect selanjutnya. Setiap effect yang berada pada multi effect evaporator bekerja

(63)

penguapan terjadi karena proses tersebut berulang dari effect yang terpanas ke

effect terdingin.

Ketika dua proses digabungkan di dalam Reheat Desalination Plant,

main ejector membawa vapor di dalam effect terakhir, menekannya sehingga

temperaturnya naik dan memasukkannya ke dalam effect pertama. Banyaknya

effect dipilih bergantung pada kapasitas dan efisiensi termalnya.

Pada sistem ini, heat input diperoleh dari proses yang terjadi melalui uap

yang disuplai ke dalam nozzlenya main ejector, dan kebanyakan heat input akan

dibuang melalui air pendingin, kemudian akan dikembalikan ke laut. Pada plant

4-effect ini, hanya vapor dari effect terakhir saja yang akan dikompres ulang dan

sisanya mengalir ke heat rejection condenser.

Aliran distillate dan brine mengalir secara alamiah dari effect satu ke

effect yang lainnya tanpa perlu dipompa. Kemudian panas sensibel (sensible

heat)-nya dikembalikan ke dalam proses melalui pencampuran langsung dengan

cairan panas (hot liquid) yang masuk ke dalam effect berikutnya. Akhirnya,

distillate dan brine akan ditarik dari evaporator/ R2 condenser dengan pompa.

Sedangkan vent ejector akan membuat vacuum up, mempertahankannya, dan

(64)

Dengan membatasi temperatur maksimum brine pada nilai rendahnya,

maka pembentukan kerak pada pipa Heat Exchanger secara efektif dapat terjaga.

Sedangkan proses pembentukan thin-film boiling, juga berkontribusi pada

fenomena operasi scale-free. Sebagai pencegahan terakhir, suplai air laut

di-dosing dengan sejumlah larutan kimia “scale-inhibitor”.

Kelebihan dari Reheat Desalination Plant adalah apabila terjadi

kebocoran pipa atau sebagian pipa, tidak akan menyebabkan pencemaran air

distilat. Apabila terjadi kebocoran pipa atau sebagian pipa, maka akan terlindungi

oleh air distilat secara otomatis sehingga mengalir seperti lapisan film di

permukaan dalam pipa dikarenakan adanya gradien tekanan dari dalam sampai

keluar pipa. Tidak ada perubahan loss output atau performance kecuali lubang

semakin membesar atau terjadinya kerusakan yang cukup serius pada pipa.

Air laut di-dosing dengan larutan scale inhibitor berfungsi untuk menjaga

terbentuknya kerak pada permukaan evaporator tube (yang berada di dalam

effect). Kemudian larutan kimia disiapkan di dalam tangki larutan yang akan

berfungsi sebagai pengaduk (mixer) dan akan diinjeksikan ke dalam air laut

(65)

Sebagai tambahan, sodium bi-sulfite diinjeksikan juga ke dalam air laut

sebagai proses de-chlorination. Ketika air laut bergaram tinggi diumpankan ke

dalam evaporator, maka akan terbentuk gas bromide yang akan menyebabkan

beberapa masalah. Salah satunya adalah masalah korosi pada cooper alloy dan

stainless steel. Masalah lain yang timbul adalah penurunan kualitas air distilat

(conductivity tinggi dan rendah PH).

3.4.2 Operasi saat “Turndown” Desalination Plant

Operasi turndown dilakukan dengan cara yang sangat sederhana yaitu

mengurangi tekanan uap motif (motive steam pressure) ke ejektor utama (main

ejector). Dari tekanan 6 bara pada beban 100 % menjadi 3.1 bar pada beban 50 %.

Parameter operasi lainnya seperti laju aliran feed water, chemical dosing rate,

level brine, level distilat, dan sebagainya, sehingga dipertahankan sama seperti

(66)

51

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diberikan penjabaran mengenai hasil serta analisis dari Efisiensi Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang. Adapun data – data yang digunakan dalam Analisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B ini diperoleh dari data record harian periode bulan Desember 2010 yang ada di desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang. Data record harian tersebut diambil bulan Desember 2010, dikarenakan desalinasi unit 1 B baru saja beroperasi bulan November 2010. Tetapi bulan November belum ada data record hariannya.

4.1 Analisis Biaya Produk

(67)

52

Flow steam dari auxiliary boiler tersebut membutuhkan air demineralisasi dan bahan bakar. Air demineralisasi biasanya sudah tersedia di make up water tank yang sebelumnya di suplay oleh desalinasi Multi Stage Flash One Through (MSF – OT)desalination plant pada PLTU unit 4 dan 5. Air demineralisasi sangat berperan penting dalam siklus PLTU. Dikarenakan di dalam larutan air demineralisasi tidak terdapat kandungan – kandungan yang dapat menyebabkan terjadinya korosif pada perangkat – perangkat utama PLTU. Air demineralisasi dapat dikatakan seperti itu karena mempunyai alasan tertentu. Alasan tersebut adalah apabila sebuah air mencapai conductivity yang sudah ditetapkan. Conductivity yang baik adalah dibawah angka 1 (satu). Apabila conductivity

mencapai batasan yang sudah ditetapkan yaitu kurang dari angka 1 (satu) µS

maka air demineralisasi dapat digunakan.

Selain mempergunakan air demineralisasi untuk membangkitkan steam sebagai supply steam desalination plant digunakan juga bahan bakar. Dalam hal ini bahan bakar yang dipergunakan adalah High Speed Diesel (HSD).

Steam yang dipakai dalam auxiliary boiler (dibutuhkan saat desalination plant start) membutuhkan pemakaian listrik. Pemakaian listrik tersebut diambil dari pemakaian sendiri, disebabkan pemakaian listrik relatif sangat kecil. Pemakaian listrik pada auxiliary boiler diperkirakan mencapai beban maksimal 12 Ampere. Arus listrik tersebut dipergunakan untuk menjalankan Feed Water Pump

(68)

53

dari ruang bakar (burner). Jadi Forced Draft Fan merupakan suatu alat untuk mensuplai kebutuhan udara dari suatu proses pembakaran dalam ruang boiler.

Tidak hanya steam yang dibutuhkan untuk start desalinasi tetapi pemakaian listrik juga berperan penting dalam hal ini. Untuk pemakaian listrik, desalinasi mempunyai trafo tersendiri. Kemudian trafo tersebut tidak dipergunakan untuk 1 (satu) desalinasi saja. Tetapi dipergunakan untuk 2 (dua) desalinasi yaitu desalinasi unit 1 A dan unit 1 B. Kedua desalinasi ini merupakan tipe reheat seawater atau jenis Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC). Kemudian yang akan dibahas adalah desalinasi unit 1 B saja. Pada desalinasi unit 1 B, rasio pada kuat arus mencapai 25 A. Sedangkan untuk tegangan listriknya mencapai 396 V, maka daya yang dipergunakan adalah 13,2 KW.

Biasanya desalinasi unit 1 B beroperasi hanya untuk mengisi air sebanyak 1 m di make up water tank , tetapi pada waktu tertentu dapat beroperasi lebih lama dari biasanya. Hal tersebut disebabkan karena pengoperasiannya sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Untuk pengisisan 1 (satu) m pada make up water tank

membutuhkan 60 ton air. Sehingga untuk membutuhkan 60 ton air dapat dilakukan sebanyak 3 jam atau kapasitas produksinya 20 t/h (dalam kemampuan pengoperasian 70%).

(69)

54

Pemakaian listrik :

Energi listrik desalination plant = daya x waktu

= P x t

= 13,2 KW x 1 jam

= 13,2 KWh

Energi listrik dari auxiliary boiler = kuat arus x tegangan listrik

= 12 A x 380 V

= 4560 Watt

= 4,56 KW x 1 jam

= 4,56 KWh

Energi total = 13,2 KWh + 4,56 Kwh

= 17,76 KWh

Biaya listrik = energi listrik x tarif per KWh

= 17,76 KWh x Rp 1.100,-

= Rp 19.536 / h

(70)

55

Steam :

Flow steam = 2 t / h = 2000 kg / h

Tekanan (P) = 8,5 bar = 124,95 psia

[image:70.612.114.513.131.652.2]

Temperature (T) = 270 deg C = 518 oF

(71)

56

Dari parameter – parameter di atas dengan menggunakan steam table online maka diperoleh entalpi steam adalah 1286,1 BTU / lb.

Entalpi = 1286,1 BTU / lb

Energi = Entalpi x flow steam

= 1286,1 BTU / lb x 2000 kg / h

= 2858 BTU / kg x 2000 kg / h

= 5.716.000 BTU / h

Setelah memperoleh energi steam, maka dapat diperoleh biaya steam dengan mendekatkan energi steam dengan biaya bahan bakar.

Biaya steam = 5.716.000 BTU / h : 130.500 BTU / gallon

= 43,8 gallon / h x 3,7 lt

= 162,06 lt / h x Rp 4.500

= Rp 729.270

Biaya Listrik = Energi Listrik x Tarif per KWh

= 1,4 KWh x Rp 1.100

= Rp 1.540 / h

Ket : 1 US Gallon = 3,7 lt

(72)

57

Petro – diesel = 130.500 BTU / gallon

Hasil dari perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah energi yang dipakai untuk melakukan operasi desalination plant selama 1 (satu) jam adalah sebagai berikut :

Jumlah Input = Biaya Pemakaian Listrik + Biaya Steam

= Rp 19.536 + Rp 729.270

= Rp 748.806 per 20 ton

= Rp 37.440,3 / ton

4.2 Proses Evaporasi Multi – Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC)

Setelah melakukan pengamatan dan pengambilan data, maka langkah selanjutnya adalah mengindentifikasi proses evaporasi yang berada di proses

desalination plant Multi – Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC). Adapun proses desalination plant Multi – Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC) akan dijelaskan seperti dibawah ini : Air laut rata – rata sebanyak 179 t/h (68 % load) akan dipompa ke dalam

(73)

58

Desalination plant ini memiliki kapasitas mencapai 480 ton/hari. MED – TVC merupakan jenis reheat, yang mengkombinasikan prinsip multi-effect, pipa horizontal, spray film evaporation, dan thermal vapor compression (oleh steam jet ejector).

Kemudian air laut mengalir di dalam pipa heat rejection condenser (R1 dan R2) yang bertindak sebagai pendingin, yang akan mengambil panas dari evaporator. Setelah meninggalkan heat rejection condenser, kemudian air laut dicabang dan diumpankan ke dalam effect, di mana air laut tersebut akan dispraikan pada permukaan luar pipa evaporator dan sisanya dibuang ke laut.

Uap pemanas yang melewati main ejector, akan bertindak sebagai kompresor. Kemudian akan diumpankan ke dalam effect pertama, lalu diambil panas latennya dan akan dikondensasikan. Sebagai hasilnya, sebagian air laut akan teruapkan di sana. Sisa dari air laut disebut sebagai brine, yang akan jatuh di lantai effect pertama dan mengalir ke dalam effect berikutnya dengan melewati pipa loop seal.

(74)

59

luar pipa. Kondensat vapor merupakan bagian dari air produk (air distilat). Selanjutnya steam yang terkondensasikan di effect pertama dan vapor yang terkondensasikan di effect lain-nya akan terambil oleh effect berikutnya. Dengan kata lain, proses evaporasi dan proses kondensasi terjadi berulang dari effect ke

effect.

Sebagian vapor yang dihasilkan dari effect ke-4 akan terambil R1

condenser

Gambar

Gambar 2.1    Skema Desalinasi ................................................................
Gambar 2.1 Skema Desalinasi
Gambar 2.2 Multi Effect Distillasi
Gambar 2.3 Multi Stage Flash Desalinasi
+7

Referensi

Dokumen terkait