LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulasi Ransum Ayam Broiler Starter
Starter P0: Ransum dengan menggunakan 0% tepung limbah ikan gabus pasir
Starter P1: Ransum dengan menggunakan 50% tepung limbah ikan gabus pasir Bahan Pakan Penggunaan Harga Jadi PK SK EM LK
Total 100 5527 21.4327 3.9832 2980.15 5.4125
Lampiran 2. Formulasi Ransum Ayam Broiler Finisher
Finisher P0: Ransum dengan menggunakan 0% tepung limbah ikan gabus pasir Bahan Pakan Penggunaan Harga Jadi PK SK EM LK
Finisher P1: Ransum dengan menggunakan 50% tepung limbah ikan gabus pasir Bahan Pakan Penggunaan Harga Jadi PK SK EM LK
Total 100 4593 19.4477 4.3708 2968.75 5.7905
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian
ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBTITUSI TEPUNG
IKAN DALAM RANSUM TERHADAP AYAM BROILER DIKOTA BINJAI
Oleh :
RAHMAINI HIDAYATI 110306015
DAFTAR PERTANYAAN
IDENTITAS PETERNAK
Nama :
Umur : tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki Wanita
Pendidikan Terakhir : SD SLTP SLTA
Perguruan Tinggi
Alamat :
Kecamatan :
Desa :
PERTANYAAN
1. Sudah berapa lamakah beternak ayam ?... tahun
2. Berapakah jumlah ayam yang dipelihara ?...ekor
3. Berapakah harga bibit / DOC?Rp.../ekor
5. Berapa kalikah dalam sehari pemberian pakan pada ayam ?
3 x sehari 2 x sehari 1 x sehari dan lain-lain (……)
6. Berapakah biaya yang dikeluarkan untuk pakan ayam ?
Rp………
7. Kandang yang digunakan untuk beternak ?
permanen semi permanen sederhana
8. Jenis kandang apa yang digunakan beternak ayam ?
Kandang sistem litter Kandang panggung
9. Bila menggunakan sisitem litter. Berapa biaya yang dibutuhkan
untuk membeli Koran/ litter?Rp………….
10. Kepemilikan kandang yang digunakan untuk beternak ayam?
Sendiri sewa
11. Berapakah biaya kandang yang dikeluarkan untuk beternak
ayam?Rp………….
12. Berapakah biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan
kandang?Rp………….
13. Berapakah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pencucian
kandang?Rp………….
14. Berapakah biaya yang dikeluarkan dalam melakukan fumigasi
kandang?Rp………….
15. Apakah dalam beternak ayam anda menggunakan tenaga kerja?
16. Berapakah jumlah tenaga kerja yang ada dipeternakan ayam
anda?...orang
17. Bagaimana pemberian upah tenaga kerja?
Harian Mingguan Bulanan
18. Biaya yang yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja?
Rp…………../Hari
Rp…………./Mingguan
Rp…………../Bulan
19. Apakah dalam pemeliharaan ayam dilakukan vaksinasi?
Ya Tidak
20. Apabial ya, berapa kali vaksinasi dalam pemeliharaan ayam
broiler?
2 x 1 x dan lain-lain (…..)
21. Vaksinasi dilakukan dengan cara ?
melalui air minum melalui tetes mata/ mulut
22. Berapa biaya yang dibuthkan untuk melakukan vaksinasi?
Rp………..
23.Biaya obat-obatan yang dibutuhkan dalam pemeliharaan ayam ?
ND : Rp……..
IB : Rp……..
Gumboro : Rp……..
Marek : Rp……..
24.Berapa biaya transportasi yang harus dikeluarkan selama pemeliharaan
ayam ? Rp………..
25.Berapa biaya pemanen ayam ? Rp………..
26.Berapakah biaya listrik dan air selama pemeliharaan ayam ?Rp……….
27.Hasil penjualan ayam broiler ? Rp…………./kg
28.Selain penjualan ayam broiler masih adakah hasil penerimaan lainnya?
Ya Tidak
29.Apabila masih ada, coba anda sebutkan penerimaan itu?
1. ……….: Rp……….. 3. …………: Rp………….
Lampiran 5. Bobot Badan Akhir Ayam Broiler
Perlakuan Ulangan
U1 U2 U3 U4 U5 U6
P0 5842 6114 6812 6286 6254 6432
P1 6843 6185 6577 6153 6922 6150
Lampiran 6. Total Konsumsi Ransum Fase Starter
Perlkauan Ulangan
U1 U2 U3 U4 U5 U6
P0 2760 2975 3154 3049 2905 3012
P1 3108 2968 3125 3111 3068 3039
Lampiran 7. Total Konsumsi Ransum Fase Finisher
Perlkauan Ulangan
U1 U2 U3 U4 U5 U6
P0 11035 10705 11993 11563 10783 12209
P1 11728 11113 11321 11705 12016 10618
Lampiran 8. Data Survei Peternakan Ayam Broiler di Kotamadya Binjai (Rp/periode)
Skala Total Biaya Total Hasil Biaya Laba/Rugi R/C IOFC
Produksi Produksi Pakan Ratio
Skala I
Rp. 82.870.833,33 Rp. 96.500.000,00 Rp. 67.500.000,00 Rp. 13.629.166,67 1,16 Rp. 29.000.000,00 Rp. 82.279.166,67 Rp. 96.500.000,00 Rp. 68.400.000,00 Rp. 14.220.833,33 1,17 Rp. 28.100.000,00 Rp. 109.603.333,30 Rp. 128.935.000,00 Rp. 91.200.000,00 Rp. 19.331.666,70 1,18 Rp. 37.735.000,00 Rp. 122.870.000,00 Rp. 144.660.000,00 Rp. 97.500.000,00 Rp. 21.790.000,00 1,18 Rp. 47.160.000,00 Rp. 135.305.000,00 Rp. 160.600.000,00 Rp. 112.500.000,00 Rp. 25.295.000,00 1,19 Rp. 48.100.000,00 Rp. 136.258.333,30 Rp. 160.600.000,00 Rp. 112.500.000,00 Rp. 24.341.666,70 1,18 Rp. 48.100.000,00 Rp. 112.126.666,70 Rp. 128.875.000,00 Rp. 90.000.000,00 Rp. 16.748.333,30 1,15 Rp. 38.875.000,00 Rp. 111.760.000,00 Rp. 128.875.000,00 Rp. 90.000.000,00 Rp. 17.115.000,00 1,15 Rp. 38.875.000,00
Rataan
Rp. 111.634.166,70 Rp. 130.693.125,00 Rp. 91.200.000,00 Rp. 19.058.958,34 1,17 Rp. 39.493.125,00
Skala II
Rp. 164.775.000,00 Rp. 192.600.000,00 Rp. 135.000.000,00 Rp. 27.825.000,00 1,17 Rp. 57.600.000,00
Skala III
Lampiran 9. Data Survei Peternakan Ayam Broiler di Kotamadya Binjai Jika
Dikonversikan Pada Perhitungan 30 Ekor (Rp/periode)
Rp. 822.025,00 Rp. 967.012,50 Rp. 684.000,00 Rp. 144.987,50 1,18 Rp. 283.012,50 Rp. 819.133,33 Rp. 964.400,00 Rp. 650.000,00 Rp. 145.266,67 1,18 Rp. 314.400,00 5 Rp. 811.830,00 Rp. 963.600,00 Rp. 675.000,00 Rp. 151.770,00 1,19 Rp. 288.600,00 6 Rp. 817.550,00 Rp. 963.600,00 Rp. 675.000,00 Rp. 146.050,00 1,18 Rp. 288.600,00 7 Rp. 840.950,00 Rp. 966.562,50 Rp. 675.000,00 Rp. 125.612,50 1,15 Rp. 291.562,50 8 Rp. 838.200,00 Rp. 966.562,50 Rp. 675.000,00 Rp. 128.362,50 1,15 Rp. 291.562,50 Rataan Rp. 825.148,54 Rp. 965.217,19 Rp. 674.125,00 Rp. 140.068,65 1,17 Rp. 291.092,19
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, H.R., 1985. Ilmu Pakan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta.
Budiono, 1990. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1. Edisi kedua, Cetakan ke II. BPFE, Yogyakarta.
Gultom, L., 2010. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Dikaitkan dengan Faktor Fisik dan Kimia Air di Muara Sungai Asahan. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hanifah, A., 2010. Taksonomi Ayam. Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan UNS.
Kadariah, 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Kadarsan, H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis . Cetakan Kedua. PT. Gramedia, Jakarta.
Karo – Karo, S., S. Junias and K. Henk. 1995. Farmers Shares, Marketing Margin and Demand for Small Ruminant In North Sumatera, Working Paper No.150 November.
Kasmir dan Jakfar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, 2014. Program Studi Peternakan FP USU, Medan.
Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, 2014. Sumatera Utara.
Murtidjo, B. A., 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.
Nuraini, I., 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhamadiyah Malang. Malang.
Pelawi, W.N. 2016. Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis Amboinensis). Program Studi Peternaka FP USU, Medan
Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Gizi Komparatif. BPEE, Yogyakarta.
Rahim, A. dan R. D. H. Diah. 2008. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf. M., 1997. Penyajian Ayam Petelur. Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf. M., 1995. Peternakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Riyanto, B., 1978. Dasar Pembelanjaan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sigit, S., 1991. Analisa Break Event Point. Rancangan Linier Secara Ringkas dan Praktis. BPFE, Yogyakarta.
Sirait, M. B., 1987. Dasar –Dasar Ekonomi Sebagai Aspek Ilmu Ekonomi dan Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.
SNI- 01- 3930- 2006. Pakan Anak Ayam Ras Pedaging (Broiler Starter). Badan Standarisasi Nasioal (BSN).
SNI- 01- 3931- 2006. Pakan Ayam Ras Pedaging Masa Akhir (Broiler Finisher). Badan Standarisasi Nasioal (BSN).
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI-Press, Jakarta.
Soekartawi. 1993. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sudarmono, A. S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius, Yogyakarta.
Stevie, P. K., R. Wardhani, P. J. Budi. 2009. Rancangan Mesin Penggiling Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan Kapasitas 118,8 Kg/Jam. http//www. Mesin Penggiling Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan.com
Suharno, B., dan Nazaruddin., 1994. Ternak Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sukoco, A., 2011. Analisis PuPlanzg Pokok. Universitas Narotama. Surabaya.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kotamadya Binjai dari bulan Agustus 2015
sampai dengan September 2015.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Bahan yang digunakan adalah ayam broiler sebanyak 90 ekor, bahan
penyusun ransum terdiri dari jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai,
tepung ikan, minyak nabati, tepung limbah ikan gabus pasir (Butis ambonensis),
top mix, air minum memenuhi kebutuhan air dalam tubuh yang diberikan secara
ad libitum, air gula untuk mengurangi stress dari kelelahan transportasi, rodalon
sebagai desinfektan kandang dan peralatan tempat pakan dan minum, formalin
40% dan KMnO4 (Kalium Permanganat) untuk fumigasi kandang, vitamin dan
suplemen tambahan seperti vitachick, vaksin ND strain lasota.
Alat
Alat yang digunakan kandang model panggung sebanyak 18 plot,
masing-masing dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 100cm dan tinggi 50 cm, peralatan
kandang terdiri dari 18 unit tempat pakan dan 18 unit tempat minum dan
timbangan digital untuk menimbang bobot badan ayam broiler dan menimbang
ransum, alat penerangan dan pemanas berupa lampau pijar 40 watt sebanyak 18
buah, thermometer sebagai pengukur suhu kandang, alat pembersih kandang
berupa sapu, ember, sekop dan hand sprayer. Alat yang digunakan untyuk survei
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplanasi survei yaitu
dengan membandingkan antara penelitian pemeliharaan ayam broiler dengan
menggunakan ransum tepung limbah ikan gabus pasir (Butis ambonensis) sebagai
subsitusi tepung ikan komersil dengan peternakan ayam broiler di Kotamadya
Binjai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wirartha (2006) yang menyatakan bahwa
penelitian eksplanasi bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat dari
variabel-variabel yang diteliti. Penelitian dengan format eksplanasi ini dapat
dilakukan melalui survei dan eksperimen. Dengan demikian ada format eksplanasi
survei dan format eksplanasi eksperimen. Pada ransum ayam broiler diberikan
perlakuan sebagai berikut:
P0 = Kontrol (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0%)
P1 = Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 50%
P2 = Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 100%
Data Usaha Peternakan
Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) bahwa di kotamadya Binjai
terdapat 5 kecamatan. Dalam penelitian ini sampel yang diambil pada 3
kecamatan dan masing-masing kecamatan diambil 3 desa yaitu Kecamatan Binjai
Selatan (Desa Tanah Merah, Desa Rambung Barat dan Desa Tanah Seribu),
Kecamatan Binjai Timur (Desa Dataran Tinggi, Desa Suntel Mulyorejo dan Desa
Tanah Tinggi) dan Kecamatan Binjai Utara (Desa Jati Karya, Desa Kebun Lada
dan Desa Nangka). Alasan pemilihan kecamatan dan desa dikarenakan populasi
ternak ayam broiler tertinggi jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya,
Pemilihan responden peternak dilakukan secara acak sederhana diambil dari
masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa. Wirartha (2006)
menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan data statistik ukuran
sampel paling sedikit 30% dapat mewakili populasi.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan yaitu sistem panggung, terdiri dari 18 plot,
setiap plot terdapat 5 ekor ayam broiler. Sebelum ayam dimasukkan, kandang
dibersihkan dengan air dan detergen kemudian didesinfektan menggunakan
rodalon dan fumigasi menggunakan formalin 40% dan KMnO4. Kandang harus
dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta alat penerangan. Istirahat
kandang selama 1 minggu. Air gula diberikan ke DOC pada saat baru tiba untuk
mengurangi stres selama perjalanan.
Pengacakan Ayam Broiler
Sebelum ayam dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan,
dilakukan pemilihan secara acak (random) untuk menghindari bias (galat
percobaan), lalu ditempatkan pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 5
ekor.
Pembuatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)
Pendahuluan penelitian dengan menggunakan tiga metode, dimana di
antara tiga metode yang dianalisis, bahan pakan yang terbaik adalah metode
pengukusan. Pembuatan tepung diawali dengan membersihkan limbah ikan gabus
pasir dengan air, kemudian ditiriskan, lalu ikan dikukus selama 15 menit 60ºC,
Limbah ikan gabus pasir basah (kepala, isi perut)
Dikukus pada suhu 60oC selama 15 menit
Ditiriskan
Dioven pada suhu 60oC selama 8 jam
Digrinder (penggilingan)
Tepung limbah ikan gabus pasir
Tepung siap dijadikan bahan pakan
Penyusunan Ransum
Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri atas jagung, dedak padi,
bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil kelapa, minyak nabati, tepung limbah ikan
gabus pasir (Butis amboinensis) dan top mix.
Bahan penyusun ransum sebaiknya ditimbang terlebih dahulu sesuai
komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi setiap
perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara
manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya
Pemeliharaan Ayam Broiler
Pada saat DOC datang diberikan air gula sebagai air minum. DOC harus
dijaga kesehatan dan kenyamanannya agar tidak terjadi stress yang dapat
menyebabkan ayam mati. Ransum yang digunakan sesuai dengan perlakuan
dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ayam tersebut. Ayam broiler
dipelihara dalam kandang perlakuan diberi pemanas dan penerangan (lampu pijar
40 watt). Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum.
Metode Pengambilan Data
Dilakukan survei dan observasi langsung ke peternakan dan melakukan
wawancara tentang peternakan tersebut. Survei dilaksanakan di Kotamadya
Binjai. Pengambilan data di peternakan menggunakan kuisioner. Melakukan
analisis ekonomi dari hasil penelitian performans pemanfaatan tepung limbah ikan
gabus pasir (Butis amboinensis) sebagai subtitusi tepung ikan dan
membandingkan dengan peternakan yang menggunakan pakan komersil.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari setiap pengamatan ditabulasi kemudian dianalisa.
Analisis data yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Analisis eksplanasi digunakan untuk menjelaskan hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya, menganalisis data dengan pengamatan
langsung terhadap suatu obyek penelitian guna mengetahui keadaan lokasi
usaha dan karakteristik peternakan ayam broiler.
2. Analisis ekonomi yaitu: total biaya, total penerimaan, analisis laba rugi , R/C
Menyimpulkan Data
Disimpulkan semua data menjadi sebuah rangkuman informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian.
Parameter Penelitian 1. Total Biaya Produksi
Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, yang diperoleh dengan cara
menghitung : biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya pembuatan kandang, biaya
sewa lahan, dan biaya obat-obatan.
TC = FC + VC
Dimana :
TC = Biaya Total
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Tidak Tetap
2. Total Hasil Produksi
Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang
dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung
penjualan ayam dan feses ayam.
3. Laba/Rugi
Analisa laba/rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut
menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan
dan total pengeluaran.
Dimana :
K = Keuntungan
TR = Total Penerimaan
TC = Total Pengeluaran
4. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
R/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan
biaya yang dikeluarkan.
R/C Ratio=
5. Income Over Feed Cosh (IOFC)
Income Over Feed Cosh (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih
pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan
merupakan perkalian antara produksi pertambahan bobot badan akibat perlakuan
dengan harga jual, sedangka biaya ransum adalah biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan pertumbuhan bobot badan ternk.
IOFC= Total hasil produksi – biaya pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Rekapitulasi data hasil penelitian pemeliharaan ayam broiler dengan
menggunakan tepung limbah ikan gabus pasir sebagai substitusi tepung ikan
dalam ransum terhadap ayam broiler dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi data hasil penelitian (Rp/30 ekor/perlakuan/periode)
Parameter Perlakuan P0 P1 P2
Total Biaya Produksi
Biaya Pembelian Bibit Rp. 156.000,00 Rp. 156.000,00 Rp. 156.000,00 Biaya Ransum Rp. 416.638,52 Rp. 416.426,91 Rp. 386.104,60 Biaya obat-obatan Rp. 36.450,00 Rp. 36.450,00 Rp. 36.450,00
Penjualan Ayam Rp. 780.280,00 Rp. 802.440,00 Rp. 667.940,00 Feses Rp. 60.000,00 Rp. 60.000,00 Rp. 60.000,00 Total Rp. 840.280,00 Rp. 862.440,00 Rp. 727.940,00
Laba/Rugi Rp. 128.753,48 Rp. 151.125,09 Rp. 46.947,40
R/C Ratio 1,18 1,21 1,07
Dilakukan survei di peternakan ayam broiler yang ada di Kotamadya
Binjai dengan menggunakan kuisioner. Kriteria penentuan skala usaha adalah
berdasarkan jumlah kepemilikan ternak yang diusahakan. Penentuan batas
distribusi frekuensi panjang kelas, bahwa penentuan rentang yaitu kepemilikan
terbesar dikurangi kepemilikan terkecil di bagi panjang kelas. Pembagian skala
usaha berdasarkan pada rumus:
Interval =
Interval =
= 2.333 ekor
1. Skala I = 3.000 + 2.333 = 5.333 ekor
3.000 sampai dengan 5.333 ekor
2. Skala II = 5.334 + 2.333 = 7.667 ekor
5.334 sampai dengan 7.667 ekor
3. Skala III = 7.668 + 2.333 = 10.001 ekor
7.668 sampai dengan 10.001 ekor
Rekapitulasi data total biaya produksi, total hasil produksi, biaya pakan,
laba/rugi, R/C Ratio dan IOFC hasil survei peternakan ayam broiler di Kotamadya
Tabel 4. Rekapitulasi data survei peternakan ayam broiler di Kota Binjai (Rp/periode)
Parameter
Skala Peternakan Ayam Broiler
Skala I Skala II Skala III
Total Biaya Produksi Rp. 111.634.166,70 Rp. 164.775.000,00 Rp. 252.172.222,20
Total Hasil Produksi Rp. 130.693.125,00 Rp. 192.600.000,00 Rp. 289.075.000,00
Biaya Pakan Rp. 91.200.000,00 Rp. 135.000.000,00 Rp. 199.833.333,00
Laba/Rugi Rp. 19.058.958,34 Rp. 27.825.000,00 Rp. 36.902.777,80
R/C Ratio 1,17 1,17 1,14
IOFC Rp. 39.493.125,00 Rp. 57.600.000,00 Rp. 89.241.667,00
Dari hasil survei peternakan ayam broiler di Kotamadya Binjai
dikonversikan kepada perhitungan 30 ekor setiap skalanya sesuai dengan jumlah
ayam broiler yang dipelihara pada setiap perlakuan dan di bandingkan dengan
perlakuan P1 menggunakan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 50% dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi data perbandingan hasil survei jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor dengan perlakuan P1 (Rp/periode)
Parameter
Perlakuan Skala Peternakan Ayam Broiler
P1 Skala I Skala II Skala III
Pembahasan
Total Biaya Produksi
Berdasarkan Tabel. 3 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan total biaya
produksi pemeliharaan ayam broiler selama penelitian. Total biaya produksi
tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar Rp. 711.526,52,-/periode dan
total biaya produksi terendah pada perlakuan P2 yaitu sebesar Rp.
680.992,60,-/periode. Hal ini disebabkan karena biaya pakan yang dikeluarkan P0 yaitu sebesar
Rp. 416.638,52,-/periode lebih besar dibandingkan dengan P2 yaitu sebesar Rp.
386.104,60,-/periode. Sementara biaya produksi lainnya seperti bibit, biaya
obat-obatan, pembuatan kandang, perlengkapan kandang, tenaga kerja, transportasi,
dan biaya listrik air adalah sama. Hal ini seperti diungkapkan oleh Prawirokusumo
(1990), mengatkan bahwa besarnya biaya pakan berkisar antara 60 - 80% dari
total biaya produksi.
Peternakan ayam broiler di Kotamadya Binjai memiliki ternak ayam
broiler antara 3.000 ekor sampai 10.000 ekor dan dibagi dalam 3 skala yaitu skala
I, skala II dan skala III. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan biaya produksi
peternakan di Kota Binjai yang tertinggi terdapat pada skala III yaitu sebesar
Rp. 252.172.222,20,-/periode jika dibandingkan dengan skala I yaitu sebesar
Rp. 111.634.166,7,-/periode dan skala II yaitu sebesar Rp.
164.775.000,00,-/periode. Hal ini dikarenakan jumlah ternak yang dimiliki pada skala III lebih
banyak dibandingkan skala I dan II sehingga total biaya produksi yang
dikeluarkan akan lebih besar pula.
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan total biaya produksi
perhitungan 30 ekor pada setiap skalanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan
total biaya produksi perlakuan P1. Pada skala I sebesar Rp. 825.148,54,-/periode ,
skala II sebesar Rp. 823.875,00,-/periode dan skala III sebesar Rp.
842.153,70,-/periode sedangkan pada perlakuan P1 sebesar Rp. 711.314,92,-/periode. Hal ini
dikarenakan harga pakan menggunakan tepung limbah ikan gabus pasir lebih
murah jika dibandingkan dengan harga pakan yang digunakan oleh peternak ayam
broiler di Kotamadya Binjai.
Total Hasil Produksi
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat total hasil produksi pemeliharaan ayam
broiler selama penelitian. Total hasil produksi tertinggi terdapat pada perlakuan P1
yaitu sebesar Rp. 862.440,-/periode dan total hasil terendah terdapat pada
perlakuan P2 yaitu sebesar Rp. 727.940,-/periode. Perbedaan total hasil produksi
setiap perlakuan disebabkan pertambahan bobot badan pada perlakuan P1 lebih
tinggi daripada pertambahan bobot badan perlakuan P0 dan P2 sehingga
pendapatan dari penjualan ayam berbeda dari setiap perlakuan sedangkan harga
penjualan feses setiap perlakuan sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelawi
(2016), yang menyatakan bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam broiler
selama penelitian sebesar 686.51 g/ekor/minggu. Dimana rataan tertinggi terdapat
pda perlakuan P1 dan terendah terdapat pada perlakuan P2. Uji Lanjut Duncan
menunjukkan bahwasannya pemberian tepung limbah ikan gabus pasir
berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan yaitu dengan
perlakuan P1.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan total hasil produksi dari
skala. Rataan total hasil produksi terdapat pada skala III yaitu sebesar
Rp. 289.075.000,-/periode lebih tinggi jika dibandingkan dengan skala I dan skala
II yaitu sebesar Rp. 130.693.125,-/periode dan Rp. 192.600.000,-/periode.
Perbedaan total hasil produksi pada tiap skala dikarenakan jumlah pemeliharaan
ternak dan produksi yang dihasilkan, dan besarnya angka pendapatan tidak
menjamin besarnya suatu usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ucokaren
(2011), yang menyatakan bahwa pendapatan dan keuntungan usahatani yang besar
tidak selalu mencerminkan tingkat efisiensi usaha yang tinggi.
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan total hasil produksi
peternakan ayam broiler di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada
perhitungan 30 ekor pada skala I yaitu sebesar Rp. 965.217,19,-/periode, skala II
yaitu sebesar Rp. 963.000,00,-/periode, skala III yaitu sebesar Rp.
963.645,14,-/periode lebih besar jika dibandingkan perlakuan P1 dapat yaitu sebesar
Rp. 862.440,00,-/periode. Perbedaan total hasil produksi disebabkan karena
jumlah penerimaan dari penjualan ayam dan feses berbeda. Hal ini sesuai
pernyataan Budiono (1990), bahwa penerimaan adalah penerimaan dari produsen
dari hasil penjualan output. Total penerimaan adalah output dikali harga jual
output. Rasyaf (1995) menambahkan penerimaan dalam suatu peternakan terdiri
dari: 1. Hasil produksi utama berupa penjualan aym ras pedaging, baik itu berat
hidup atau dalam berat karkas. 2. Hasil penjualan feses atau alas litter yang laku
Laba/Rugi
Analisis Laba/Rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi
atau untung dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan atau total
hasil produksi dan total pengeluaran atau total biaya produksi.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa analisis laba rugi pemeliharaan
ayam broiler selama penelitian, menunjukan hasil yang berbeda setiap perlakuan
keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar Rp.
151.125,09,-/periode dan yang terendah pada perlakuan P2 yaitu sebesar Rp.
46.947,40,-/periode. Keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 , Hal ini dikarenakan
bobot badan ayam pada perlakuan P1 lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0 dan
P2. Sehingga total hasil produksi yaitu total penjualan ayam dan penjualan feses
memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu biaya
pembelian bibit, biaya ransum, biaya obat-obatan, biaya pembuatan kandang,
biaya perlengkapan kandang, biaya tenaga kerja, biaya transportasi dan biaya
listrik dan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1987), yaitu
keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah
pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari pada jumlah
pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka
secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan.
Berdasarkan tabel 4 bahwa rataan laba/rugi peternakan di Kotamadya
Binjai memiliki perbedaan pada setiap skala. Laba/rugi terbesar terdapat pada
skala III yaitu sebesar Rp. 36.902.777,8,-/periode jika dibandingkan dengan
Rp. 27.825.000,-/periode. Perbedaan ini dikarenakan jumlah ternak yang dimiliki
setiap skala berbeda-beda, sehingga skala III lebih menguntungkan.
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan laba/rugi peternakan ayam
broiler di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor pada
skala I yaitu sebesar Rp. 140.068,65,-/periode, skala II yaitu sebesar Rp.
139.125,00 dan skala III yaitu sebesar Rp. 121. 491,44,-/periode lebih kecil jika
dibandingkan dengan laba/rugi perlakuan P1 yaitu sebesar Rp.
151.125,09,-/periode. Hal ini disebabkan karena biaya produksi yang dikeluarkan bila
menggunakan tepung limbah ikan gabus pasir lebih kecil jika dibandingkan
dengan biaya produksi yang dikeluarkan peternak di Kotamadya Binjai yang
menggunakan pakan komersil.
R/C Ratio
Analisis R/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak
atau tidak usaha itu untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya usaha
tersebut dihentikan karena kurang layak. R/C Ratio diperoleh dengan cara
membagikan total hasil produksi dengan total biaya produksi atau dituliskan
dengan rumus :
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa R/C Ratio yang diperoleh
menunjukkan bahwa perlakuan P0 masih dianggap memiliki kelayakan untuk
dilanjutkan karena memiliki nilai R/C Ratio sebesar 1,18 yaitu (R/C > 1),
perlakuan P1 dianggap layak untuk dilanjutkan karena memiliki rataan sebesar
memiliki hasil rataan sebesar 1,07 (R/C > 1). Hal ini sesuai dengan pernyataan
Kadariah (1987), menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu
usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan
dibagi besarnya pengeluaran, dimana bila:
R/C Ratio > 1 : Efisien
R/C Ratio = 1 : Impas
R/C Ratio < 1 : Tidak efisien
R/C Ratio tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 1,21 dan R/C
Ratio terendah diperoleh pada perlakuan P2 sebesar 1,07. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Karo-karo et al. (1995), bahwa usaha dapat dikatakan memberikan
keuntungan bila nilai R/C Ratio > 1.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada peternakan ayam broiler
yang dimiliki masyarakat di Kotamadya Binjai dapat dilihat pada tabel 4,
memiliki nilai R/C Ratio yan berbeda pada setiap skala. R/C Ratio yang tertinggi
pada skala I yaitu sebesar 1,17 dan skala II yaitu sebesar 1,17 jika dibandingkan
skala III yaitu sebesar 1,14. Hal ini menunjukkan skala I dan skala II lebih efisien
untuk dijalankan. Perbedaan R/C Ratio pada setiap skala disebabkan karena total
biaya produksi dan total hasil produksi yang dihasilkan berbeda pada setiap
skalanya.
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan R/C Ratio peternakan
ayam broiler di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor
pada skala I yaitu 1,17, skala II yaitu 1,17 dan skala III yaitu 1,14 lebih kecil jika
dibandingkan dengan R/C Ratio perlakuan P1 yaitu 1,21. Sehingga perlakuan P1
sesuai dengan pernyataan dari Soekartawi et al., (1986), yang menyatakan bahwa
suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C Ratio > 1. Semakin
besar nilai R/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya,
semakin kecil nilai R/C Rationya maka semakin tidak efisien usaha tersebut.
IOFC
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih antara dari total pendapatan
usaha peternakan dengan dikurangi biaya pakan. Income Over Feed Cost (IOFC)
ini merupakan barometer untuk melihat besar biaya pakan yang merupakan biaya
terbesar dalam usaha pemeliharaan ternak.
Berdasarkan tabel 3 IOFC pemeliharaan ayam broiler selama penelitian
IOFC tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar Rp. 446.013,09,-/periode,
perlakuan P0 yaitu sebesar Rp. 423.641,48,-/periode dan IOFC terendah pada
perlakuan P2 yaitu sebesar Rp. 341.835,40,-/periode. Hal ini disebabkan karena
perbedaan harga ransum per kg setiap perlakuan dan pertambahan bobot badan
selama penelitian. Menurut Prawirokusumo (1990) IOFC diperoleh dengan
menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya ransum.
Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan
bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual.
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat nilai rataan IOFC dari peternakan di
Kotamadya Binjai berbeda pada setiap skala. Nilai rataan IOFC yan tertinggi pada
skala III yaitu sebesar Rp. Rp. 89.241.667,00,-/periode, pada skala II yaitu sebesar
Rp. 57.600.000,00-/periode dan terendah pada skala I yaitu sebesar
banyaknya pakan yang digunakan dan bayaknya ternak yang dipelihara sehingga
akan mempengaruhi biaya pakan dan pendapatan.
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan IOFC peternakan ayam
broiler di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor pada
skala I yaitu Rp. 291.029,19,-/periode, skala II yaitu Rp. 288.029,19,-/periode dan
skala III yaitu 295.811,81,-/periode lebih kecil jika dibandingkan IOFC perlakuan
P1 yaitu Rp. 446.013,09,-/periode. Menurut pernyataan Rasyaf (2005) nilai IOFC
yaitu perbandingan rata-rata antara jumlah penerimaan dari hasil penjualan ayam
dan biaya untuk pengeluaran ransum. Semakin tinggi nilai IOFC, akan semakin
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan tepung limbah ikan gabus pasir dapat menggantikan tepung
ikan komersil untuk meningkatkan pendapatan peternak.
Saran
Disarankan untuk dapat meningkatkan pendapatan peternak sebaiknya
menggantikan pakan komersil dengan menggunakan tepung limbah ikan gabus
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri
khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan
rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada umumnya broiler ini
siap panen pada usia 28-45 hari dengn berat badan 1,2–1,9 kg/ekor (Priyatno,
2000). Taksonomi broiler adalah Kingdom : Animalia, Filum : Chordata,
Kelas : Aves, Subkelas : Neornithes, Ordo : Galliformis, Genus : Gallus,
Spesies : Gallus domestica (Hanifah, 2010).
Kebutuhan Nutrisi Broiler
Untuk keperluan hidup dan produksi, ayam membutuhkan sejumlah unsur
nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan berkualitas,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Semua unsur gizi itu saling terkait satu
sama lain dan saling mempengaruhi (Rasyaf,1997).
Broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh
cukup energi guna pertumbuhan maksimum. Penyesuaian tersebut berkisar antara
2800–3400 kkal energi metabolisme per kg ransum (Anggorodi, 1985).
Tujuan utama dalam pemberian pakan pada ayam pedaging adalah
menjamin penambahan bobot badan selama pertumbuhan dan penggemukannya.
Pada ayam pedaging, kebutuhan zat-zat makanan berbeda jumlahnya pada setiap
fase atau tingkatan umur ayam. Kebutuhan zat nutrisi broiler pada fase yang
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi broiler
Analisa usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu
usaha ternak komersil. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai
kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak
untuk memperbaiki kendala yang dihadapi. Hasil analisis ini dapat digunakan
untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau
memperbesar skala usaha. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan
usaha dan tersedianya dana yang nyata untuk periode berikutnya.
Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994) gambaran mengenai usaha
ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis
dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan,
penggunaan modal, besarnya biaya untuk bibit, pakan dan kandang, lamanya
modal kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.
Menurut Riyanto (1978) analisis ekonomi peternakan adalah usaha untuk
menegetahui bagaimana kebutuhan dana tersebut digunakan. Dengan kata lain
dengan analisa ekonomi tersebut dapat diketahui darimana datangnya dana, untuk
mengetahui analisis tersebut maka pimpinan perusahaan akan dapat mengambil
kebijaksanaan tentang produk yang hendak dicapai dan menekan tingkat
kesalahan agar tidak mengalami kerugian. Disamping itu, pimpinan perusahaan
juga dapat mengetahui laba yang diperoleh atau kerugian yang akan diderita
dengan tingkat penjualan yang dicapai oleh perusahaan (Sirait, 1987).
Total Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
menjalankan proses usaha. Jika seluruh biaya produksi usaha ternak dapat
diketahui, maka keadaan harga persatuan produksi akan mudah diperhitungkan.
Untuk menghitung keadaan harga persatuan produksi haruslah diketahui terlebih
dahulu jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dibagi dengan banyaknya produksi
daging yang dihasilkan akan menghasilkan angka atau nilai biaya persatuan
produksi (Sudarmono, 2003).
Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan,
baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya
produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana
produksi untuk bibit, pupuk dan obat-obatan serta jumlah tenaga kerja
(Soekartawi, 1993).
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang
prodksi yang dijual. Biaya produksi dapat dibagi yaitu biaya tetap dan biaya tidak
tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak
sedikitnya jumlah output, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya
tetap dan biaya tidak tetap ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan total biaya
yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produksi. Jadi, total biaya = total biaya tetap + total biaya tidak tetap
(Nuraini, 2001).
Total Hasil Produksi
Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua
biaya atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau
penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/ penerimaan total
adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi
biaya produski (Rahim dan Diah, 2008).
Pendapatan usaha ternak merupakan selisih antara penerimaan dan semua
biaya, dapat dirumuskan sebagai Pd= TR – TC, dimana Pd adalah pendapatan
usaha ternak, TR adalah total penerimaan dan TC adalah total biaya
(Soekartawi, 1995).
Nilai total pendapatan adalah merupakan jumlah uangyang diterima dari
penjualan suatu produk yaitu perkalian antara jumlah harga (P) dan jumlah barang
(Q) atau dapat dirumuskan sebagai TR= P x Q, dimana TR adalah total revenue
(total pendapatan), P adalah harga jual produk dan Q adalah jumlah barang
(Sukoco, 2011).
Penerimaan dalam suatu peternakan terdiri dari hasil produksi utama
berupa penjualan ayam ras pedaging, baik itu berat hidup atau dalam berat karkas
dan hasil menjual feses atau alas litter yang laku dijual kepada petani sayur-mayur
Analisis Laba/ Rugi
Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai
K= TR – TC, dimana K adalah keuntungan, TR adalah total penerimaan dan TC
adalah total pengeluaran.
Soekartawi (1995), mendefinisikan laba sebagai nilai maksimum yang
dapat didistribusikan oleh suatu satuan usaha dalam suatu periode. Untuk
memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau kerugian suatu
usaha, hal yang terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatan, baik untuk
pos-pos pengeluaran (biaya) maupun pos-pos pendapatan. Sekecil apapun biaya
dan pendapatan tersebut harus dicatat.
Memperoleh laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya jumlah dalm periode yang
sama (Kasmir dan Jakfar, 2005).
Bila dalam suatu usaha peternakan dapat mengontrol konsumsi harga
pakan serendah mungkin tanpa mengabaikan kualitas dari pakan tersebut maka
akan diperoleh keuntungan dari usaha peternakan tersebut (Murtidjo, 1987).
Income Over Feed Cost (IOFC)
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan
biaya ransum yang digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini
merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang
merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh
dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya ransum.
Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan
R/C (Return of Cost)
R/C adalah singkatan dari return of cost yaitu perbandingan (nisbah)
anatara penerimaan dan biaya. Analisis R/C ratio perbandingan antara penerimaan
dan biaya total. Secara sistematik dapat ditulis:
a= R/C
keterangan : a = R/C rasio
R = Total penerimaan
C = Total biaya
Dan nanti hasil dari R/C ratio dikategorikan menjadi 3 yaitu:
a. Bila R/C > 1, artinya usaha ternak mendapatkan keuntungan
b. Bila R/C < 1, artinya usaha ternak mengalami kerugian
c. Bila R/C = 1, artinya usaha ternak impas (tidak untung/ tidak rugi)
Efisiensi usaha tani ditentukan dengan menggunakan konsep RCR
(revenue cost ratio), yang imbangan antara total penghasilan (out put) dengan
total biaya (input). Nilai RCR >1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan.
Semakin besar nilai RCR maka usaha dinyatakan semakin efisien
(Karo-karo et al., 1995).
R/C Ratio adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukkan besarnya
penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam
produksi usaha ternak. Analisis ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat
keuntungan relatif kegiatan usaha ternak, artinya dari angka rasio tersebut dapat
diketahui, apakah suatu usaha ternak menguntungkan atau tidak. Usaha ternak
dikatakan menguntungkan bila nilai R/C Ratio lebih besar dari satu. Sebaliknya,
1. Semakin besar nilai R/C, maka semakin baik usaha ternak tersebut
(Kadarsan, 1995).
Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)
Menurut binomial, ikan gabus pasir diklasifikasikan sebagai berikut;
Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae,
Genus: Butis amoinensis. Karakteristik dari ikan gabus pasir yaitu kepala pipih
datar, lebar badan 5-5, 5 kali lebih pendek dari panjang standart, 6-7 kali lebih
pendek dari panjang total, tidak mempunyai sisik tambahan, interorbital, pipi dan
kepala bersisik, tidak ada sisik antara mata dan tulang mata, gigi pada barisan
depan tidak membesar, tipe ekor membulat (Gultom, 2010).
Limbah ikan gabus pasir terdiri atas kepala, isi perut. Limbah ikan gabus
pasir diolah menjadi tepung dengan cara dipanaskan (cooking), dipressing, dioven
dan digrinder menjadi tepung ikan. Tepung ikan mengadung protein yang tinggi
dan dapat meingkatkan produksi dan nilai gizi telur dan daging
(Stevie et al., 2009).
Tabel 2. Komposisi nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir
Jenis Nutrisi Kandungan
Gross Energi (K.cal/g) 3,6341a
Kadar air (%) 4,71a
Protein kasar (%) 59,09a
Lemak kasar (%) 6,25a
Bahan kering (%) 92,82b
Abu (%) 30,44a
Kalsium (%) 5,86b
Posfor (%) 0,026b
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia perkembangan jumlah penduduk terus meningkat dari tahun
ke tahun dan diikuti kesadaran arti penting tentang peningkatan nilai gizi dalam
kehidupan terutama sumber protein hewani. Dalam pemenuhan protein hewani
dan peningkatan pendapatan peternak, maka pemerintah dan peternak telah
berupaya mendayagunakan sebagian besar komoditi ternak yang dikembangkan
diantaranya adalah ayam broiler.
Permintaan daging ayam broiler cenderung mengalami peningkatan dari
waktu ke waktu dan diikuti dengan peningkatan produksi daging ayam broiler dari
tahun ke tahun. Data peningkatan produksi daging ayam broiler di Sumatera Utara
pada tahun 2012 sebanyak 35.168 ton, pada tahun 2013 sebanyak 37.836 ton,
pada tahun 2014 sebanyak 39.038 ton.
Kendala utama yang dihadapi selama pengembangan ternak unggas di
Indonesia adalah tingginya harga ransum sehingga biaya produksi pakan menjadi
tinggi. Salah satu cara untuk menekan biaya ransum adalah dengan memanfaatkan
limbah pertanian, perkebunan dan perikanan yang sangat berlimpah.
Limbah ikan dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif yang dapat
digunakan sebagai sumber protein dalam ransum dan memberikan peluang yang
baik adalah tepung limbah ikan gabus pasir yang berasal dari kepala ikan dan isi
perut yang tidak termanfaatkan di tempat pelelangan ikan atau di gudang ikan.
Limbah ikan gabus pasir dapat diolah menjadi tepung untuk menjadi pakan ternak
Ikan gabus pasir banyak terdapat di daerah Sumatera Utara khususnya
Medan Belawan yang berada di Jalan Gabion Kecamatan Medan Belawan
bertempat TPI (Tempat Pelelangan Ikan) KUD (Koperasi Unit Desa). Daging ikan
gabus dimanfaatkan menjadi bakso dan siomay oleh masyarakat dan juga ikan ini
dikirim ke negara Malaysia untuk dijadikan bahan makanan olahan di negara
tersebut. Kepala ikan gabus beserta isi perutnya merupakan limbah ikan, limbah
ikan tersebut dalam satu hari berjumlah 80 kg sampai dengan 100 kg dan dalam
seminggu bisa mencapai 600-700 kg limbah ikan gabus.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir
(Butis amoinensis) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan dalam Ransum terhadap Ayam
Broiler di Kotamadya Binjai”.
Rumusan Masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler adalah
biaya produksi. Biaya produksi diantaranya terdapat harga pakan, harga bibit,
biaya obat-obatan, sewa kandang dan biaya peralatan kandang, dan biaya
transportasi. Namun yang paling membutuhkan biaya besar adalah biaya pakan.
Salah satu upaya untuk memgurangi biaya produksi ransum dalam pemeliharaan
yaitu dengan memanfaatkan tepung limbah ikan gabus pasir. Sehingga perlu
dilakukan analisis usaha di Kotamadya Binjai untuk mengetahui pendapatan
peternak yang menggunakan pakan tanpa tepung limbah ikan gabus pasir yang
akan dibandingkan dengan pendapatan yang menggunakan pakan dengan tepung
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kelayakan pemanfaatan tepung limbah ikan gabus pasir
(Butis amboinensis) sebagai subtitusi tepung ikan dalam ransum terhadap ayam
broiler di Kotamadya Binjai dan mengetahui efisiensi nilai ekonomis dan IOFC
usaha pemeliharaan ternak ayam broiler.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti,
peternak ayam broiler dan masyarakat tentang analisis usaha pemanfaatan tepung
ABSTRAK
RAHMAINI HIDAYATI, 2016. “Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis Amboinensis) Sebagai Subsitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Ayam Broiler di Kotamadya Binjai”. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan ISKANDAR SEMBIRING.
Penelitian ini dilaksanakan di Kotamadya Binjai dari bulan Agustus sampai dengan September 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksplanasi survei dengan pertimbangan antara penelitian pemeliharaan ayam broiler dengan menggunakan ransum tepung limbah ikan gabus pasir (TLIGP) sebagai subsitusi tepung ikan komersil (TIK) dengan perlakuan P0 (0% TLIGP :
100% TIK), P1 (50% TLIGP : 50% TIK), dan P2 (100% TLIGP : 0% TIK) dengan
peternakan rakyat yang menggunakan pakan pabrikan di Kotamadya Binjai dengan pembagian skala usaha. Metode pengumpulan data adalah dengan observasi dan wawancara langsung terhadap peternak yang terdiri atas 12 peternak. Responden dikelompokkan menjadi tiga skala, skala 1 (3.000 sampai dengan 5.333 ayam) terdiri dari 8 peternak, skala 2 (5.334 sampai dengan 7.667 ayam) terdiri dari 1 peternak dan skala 3 (7.668 sampai dengan 10.001 ayam) terdiri dari 3 peternak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P1 lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan P0 dan P2. Pada hasil data penelitian bahwa P1 merupakan
laba/rugi tertinggi sebesar Rp. 151.125,03,-/periode, P0 sebesar Rp.
128.753,48,-/periode dan terendah P2 sebesar Rp. 46.947,40,-/periode. Pada hasil survei
peternakan di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor bahwa skala I merupakan laba/rugi tertinggi sebesar Rp. 140.068,65,-/periode, skala II sebesar Rp. 139.125,00,-/periode dan terendah skala III sebesar Rp.121.491,44,-/periode. Perlakuan P1 lebih menguntungkan jika dibandingkan
dengan peternakan ayam broiler di Kotamadya Binjai yang dikonversikan pada perhitungan 30 ekor. Kesimpulan bahwa penggunaan tepung limbah ikan gabus pasir dapat menggantikan tepung ikan komersil untuk meningkatkan pendapatan peternak.
Kata kunci : Analisa Usaha, Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir.
ABSTRACT
RAHMAINI HIDAYATI, 2016. "Business Analysis of Utilization Gabus Pasir (Butis amboinensis) Waste Fish Meal As a Substitution Commercial Fish Meal In Diet on Broiler chickens in Binjai City". Under supervised by NURZAINAH GINTING and ISKANDAR SEMBIRING.
This survey was conducted in Binjai City from August to September 2015. The method used was survey explanation with consideration of broiler chickens maintenance studies using Gabus Pasir (Butis amboinensis) waste fish meal (GPWFM) as substitution of commercial fish meal (CFM) with treatments P0 (0% GPWFM : 0% CFM), P1 (50% GPWFM : 50% CFM), dan P2 (100% GPWF : 100% CFM) with farm people with use of feed manufacturer in municipalities
Binjai with the division of business scale. Methods of data collection is by direct observation and interviews to farmers consisting of 15 farmers. Respondents were categorised into three scales, scale I (3.000 up to 5.333 chickens) consists of 8 farmers, scale II (5.334 up to 7.667 chickens) consists of 1 farmer and scale III (7.668 up to 10.001 chickens) consists of 3 farmers.
The results showed that P1 more profitable than P0 and P2. The result of research data that P1 is highest profit as Rp. 151.125,03,-/period, Po Rp. 128.753,48,-/period, and lowest P2 Rp. 46.947,40,-/period. In the survey farm people in municipalities Binjai which converted on calculations of 30 chickens
found that scale I is higest profitable Rp. 140.068,65,-/period, scale II Rp. 139.125,00,-/period and lowest scale II Rp.121.491,44,-/period. The
treatment P1 more profitable than farm people inBinjai City which converted on
calculations of 30 chickens. The conclusion is that the utilization of gabus pasir
fish meal can substitute commercial fish meal to improve farmer incomes.
ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN
GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBTITUSI
TEPUNG IKAN DALAM RANSUM TERHADAP AYAM
BROILER DI KOTAMADYA BINJAI
SKRIPSI
RAHMAINI HIDAYATI 110306015
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN
GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBTITUSI
TEPUNG IKAN DALAM RANSUM TERHADAP AYAM
BROILER DI KOTAMADYA BINJAI
SKRIPSI
Oleh :
RAHMAINI HIDAYATI 110306015
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Ayam Broiler di Kotamadya Binjai Nama : Rahmaini Hidayati
NIM : 110306015 Program Studi : Peternakan
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc Ir. Iskandar Sembiring, MM
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
RAHMAINI HIDAYATI, 2016. “Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis Amboinensis) Sebagai Subsitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Ayam Broiler di Kotamadya Binjai”. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan ISKANDAR SEMBIRING.
Penelitian ini dilaksanakan di Kotamadya Binjai dari bulan Agustus sampai dengan September 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksplanasi survei dengan pertimbangan antara penelitian pemeliharaan ayam broiler dengan menggunakan ransum tepung limbah ikan gabus pasir (TLIGP) sebagai subsitusi tepung ikan komersil (TIK) dengan perlakuan P0 (0% TLIGP :
100% TIK), P1 (50% TLIGP : 50% TIK), dan P2 (100% TLIGP : 0% TIK) dengan
peternakan rakyat yang menggunakan pakan pabrikan di Kotamadya Binjai dengan pembagian skala usaha. Metode pengumpulan data adalah dengan observasi dan wawancara langsung terhadap peternak yang terdiri atas 12 peternak. Responden dikelompokkan menjadi tiga skala, skala 1 (3.000 sampai dengan 5.333 ayam) terdiri dari 8 peternak, skala 2 (5.334 sampai dengan 7.667 ayam) terdiri dari 1 peternak dan skala 3 (7.668 sampai dengan 10.001 ayam) terdiri dari 3 peternak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P1 lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan P0 dan P2. Pada hasil data penelitian bahwa P1 merupakan
laba/rugi tertinggi sebesar Rp. 151.125,03,-/periode, P0 sebesar Rp.
128.753,48,-/periode dan terendah P2 sebesar Rp. 46.947,40,-/periode. Pada hasil survei
peternakan di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor bahwa skala I merupakan laba/rugi tertinggi sebesar Rp. 140.068,65,-/periode, skala II sebesar Rp. 139.125,00,-/periode dan terendah skala III sebesar Rp.121.491,44,-/periode. Perlakuan P1 lebih menguntungkan jika dibandingkan
dengan peternakan ayam broiler di Kotamadya Binjai yang dikonversikan pada perhitungan 30 ekor. Kesimpulan bahwa penggunaan tepung limbah ikan gabus pasir dapat menggantikan tepung ikan komersil untuk meningkatkan pendapatan peternak.
Kata kunci : Analisa Usaha, Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir.
ABSTRACT
RAHMAINI HIDAYATI, 2016. "Business Analysis of Utilization Gabus Pasir (Butis amboinensis) Waste Fish Meal As a Substitution Commercial Fish Meal In Diet on Broiler chickens in Binjai City". Under supervised by NURZAINAH GINTING and ISKANDAR SEMBIRING.
This survey was conducted in Binjai City from August to September 2015. The method used was survey explanation with consideration of broiler chickens maintenance studies using Gabus Pasir (Butis amboinensis) waste fish meal (GPWFM) as substitution of commercial fish meal (CFM) with treatments P0 (0% GPWFM : 0% CFM), P1 (50% GPWFM : 50% CFM), dan P2 (100% GPWF : 100% CFM) with farm people with use of feed manufacturer in municipalities
Binjai with the division of business scale. Methods of data collection is by direct observation and interviews to farmers consisting of 15 farmers. Respondents were categorised into three scales, scale I (3.000 up to 5.333 chickens) consists of 8 farmers, scale II (5.334 up to 7.667 chickens) consists of 1 farmer and scale III (7.668 up to 10.001 chickens) consists of 3 farmers.
The results showed that P1 more profitable than P0 and P2. The result of research data that P1 is highest profit as Rp. 151.125,03,-/period, Po Rp. 128.753,48,-/period, and lowest P2 Rp. 46.947,40,-/period. In the survey farm people in municipalities Binjai which converted on calculations of 30 chickens
found that scale I is higest profitable Rp. 140.068,65,-/period, scale II Rp. 139.125,00,-/period and lowest scale II Rp.121.491,44,-/period. The
treatment P1 more profitable than farm people inBinjai City which converted on
calculations of 30 chickens. The conclusion is that the utilization of gabus pasir
fish meal can substitute commercial fish meal to improve farmer incomes.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di PKS Sei Silau, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten
Asahan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 28 Oktober 1993 dari
Bapak Ngatimun dan Ibu Jasmi dan penulis merupakan anak kedua dari empat
bersaudara.
Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Buntu Pane dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur
undangan dan memilih Program Studi Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan
(HIMMIP).
Penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada bulan
Juli-Agustus 2014 di Loka Penelitian Kambing Potong (Lolit Kambing) Desa Sei
Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Penulis melaksanakan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisa Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan
Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan Dalam Ransum
Terhadap Ayam Broiler Di Kotamadya Binjai”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua penulis atas doa, semangat dan pengorbanan materil
maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing
dan Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini sehingga dapat
terlaksana dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Parameter Penelitian ... 16
Total Biaya Produksi ... 16
Total Hasil produksi ... 16
Laba/Rugi ... 16
R/C Ratio ... 17
IOFC(Income Over Feed Ratio) ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18
Rekapitulasi data hasil penelitian dengan menggunakan tepung limbah ikan gabus pasir ... 18
Rekapitulasi data survei peternakan di Kotamadya Binjai (Rp/periode) ... 20
Rekapitulasi data perbandingan survei peternakan di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor dengan perlakuan P1 ... 20
Pembahasan ... 21
Total Biaya Produksi ... 21
Total Hasil Produksi ... 23
Laba/Rugi ... 24
R/C Ratio ... 25
IOFC ... 27
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29
Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
LAMPIRAN ... 32
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Kebutuhan Nutrisi Broiler ... 5
2. Komposisi Nutrisi Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir ... 10
3. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian dengan Menggunakan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Rp/30 ekor/ perlakuan/periode) ... 18
4. Rekapitulasi Data Survei Peternakan di Kotamadya Binjai (Rp/periode) ... 20
5. Rekapitulasi Data Perbandingan Survei Peternakan di Kotamadya Binjai Jika Dikonversikan Pada Perhitungan 30 Ekor dengan Perlakuan P1
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Formulasi Ransum Ayam Broiler Starter... 32
2. Formulasi Ransum Ayam Broiler Finisher ... 33
3. Kuisioner Penelitian ... 34
4. Bobot Badan Akhir Ayam Broiler ... 38
5. Total Konsumsi Ransum Fase Starter ... 39
6. Total Konsumsi Ransum Fase Finisher ... 40
7. Data Survei Peternakan Ayam Broiler di Kotamadya Binjai ... 41
8. Data Survei Peternakan Ayam Broiler di Kotamadya Binjai Jika Dikonversikan Pada Perhitungan 30 ekor ... 42