• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Ayam Broiler di Kotamadya Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Ayam Broiler di Kotamadya Binjai"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

 

LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulasi Ransum Ayam Broiler Starter

Starter P0: Ransum dengan menggunakan 0% tepung limbah ikan gabus pasir

Starter P1: Ransum dengan menggunakan 50% tepung limbah ikan gabus pasir Bahan Pakan Penggunaan Harga Jadi PK SK EM LK

Total 100 5527 21.4327 3.9832 2980.15 5.4125

(2)

Lampiran 2. Formulasi Ransum Ayam Broiler Finisher

Finisher P0: Ransum dengan menggunakan 0% tepung limbah ikan gabus pasir Bahan Pakan Penggunaan Harga Jadi PK SK EM LK

Finisher P1: Ransum dengan menggunakan 50% tepung limbah ikan gabus pasir Bahan Pakan Penggunaan Harga Jadi PK SK EM LK

Total 100 4593 19.4477 4.3708 2968.75 5.7905

(3)

 

Lampiran 3. Kuisioner Penelitian

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBTITUSI TEPUNG

IKAN DALAM RANSUM TERHADAP AYAM BROILER DIKOTA BINJAI

Oleh :

RAHMAINI HIDAYATI 110306015

DAFTAR PERTANYAAN

IDENTITAS PETERNAK

Nama :

Umur : tahun

Jenis Kelamin : Laki - Laki Wanita

Pendidikan Terakhir : SD SLTP SLTA

Perguruan Tinggi

Alamat :

Kecamatan :

Desa :

PERTANYAAN

1. Sudah berapa lamakah beternak ayam ?... tahun

2. Berapakah jumlah ayam yang dipelihara ?...ekor

3. Berapakah harga bibit / DOC?Rp.../ekor

(4)

5. Berapa kalikah dalam sehari pemberian pakan pada ayam ?

3 x sehari 2 x sehari 1 x sehari dan lain-lain (……)

6. Berapakah biaya yang dikeluarkan untuk pakan ayam ?

Rp………

7. Kandang yang digunakan untuk beternak ?

permanen semi permanen sederhana

8. Jenis kandang apa yang digunakan beternak ayam ?

Kandang sistem litter Kandang panggung

9. Bila menggunakan sisitem litter. Berapa biaya yang dibutuhkan

untuk membeli Koran/ litter?Rp………….

10. Kepemilikan kandang yang digunakan untuk beternak ayam?

Sendiri sewa

11. Berapakah biaya kandang yang dikeluarkan untuk beternak

ayam?Rp………….

12. Berapakah biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan

kandang?Rp………….

13. Berapakah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pencucian

kandang?Rp………….

14. Berapakah biaya yang dikeluarkan dalam melakukan fumigasi

kandang?Rp………….

15. Apakah dalam beternak ayam anda menggunakan tenaga kerja?

(5)

16. Berapakah jumlah tenaga kerja yang ada dipeternakan ayam

anda?...orang

17. Bagaimana pemberian upah tenaga kerja?

Harian Mingguan Bulanan

18. Biaya yang yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja?

Rp…………../Hari

Rp…………./Mingguan

Rp…………../Bulan

19. Apakah dalam pemeliharaan ayam dilakukan vaksinasi?

Ya Tidak

20. Apabial ya, berapa kali vaksinasi dalam pemeliharaan ayam

broiler?

2 x 1 x dan lain-lain (…..)

21. Vaksinasi dilakukan dengan cara ?

melalui air minum melalui tetes mata/ mulut

22. Berapa biaya yang dibuthkan untuk melakukan vaksinasi?

Rp………..

23.Biaya obat-obatan yang dibutuhkan dalam pemeliharaan ayam ?

ND : Rp……..

IB : Rp……..

Gumboro : Rp……..

Marek : Rp……..

(6)

24.Berapa biaya transportasi yang harus dikeluarkan selama pemeliharaan

ayam ? Rp………..

25.Berapa biaya pemanen ayam ? Rp………..

26.Berapakah biaya listrik dan air selama pemeliharaan ayam ?Rp……….

27.Hasil penjualan ayam broiler ? Rp…………./kg

28.Selain penjualan ayam broiler masih adakah hasil penerimaan lainnya?

Ya Tidak

29.Apabila masih ada, coba anda sebutkan penerimaan itu?

1. ……….: Rp……….. 3. …………: Rp………….

(7)

Lampiran 5. Bobot Badan Akhir Ayam Broiler

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 5842 6114 6812 6286 6254 6432

P1 6843 6185 6577 6153 6922 6150

(8)

Lampiran 6. Total Konsumsi Ransum Fase Starter

Perlkauan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 2760 2975 3154 3049 2905 3012

P1 3108 2968 3125 3111 3068 3039

(9)

Lampiran 7. Total Konsumsi Ransum Fase Finisher

Perlkauan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 11035 10705 11993 11563 10783 12209

P1 11728 11113 11321 11705 12016 10618

(10)

Lampiran 8. Data Survei Peternakan Ayam Broiler di Kotamadya Binjai (Rp/periode)

Skala Total Biaya Total Hasil Biaya Laba/Rugi R/C IOFC

Produksi Produksi Pakan Ratio

Skala I

Rp. 82.870.833,33 Rp. 96.500.000,00 Rp. 67.500.000,00 Rp. 13.629.166,67 1,16 Rp. 29.000.000,00 Rp. 82.279.166,67 Rp. 96.500.000,00 Rp. 68.400.000,00 Rp. 14.220.833,33 1,17 Rp. 28.100.000,00 Rp. 109.603.333,30 Rp. 128.935.000,00 Rp. 91.200.000,00 Rp. 19.331.666,70 1,18 Rp. 37.735.000,00 Rp. 122.870.000,00 Rp. 144.660.000,00 Rp. 97.500.000,00 Rp. 21.790.000,00 1,18 Rp. 47.160.000,00 Rp. 135.305.000,00 Rp. 160.600.000,00 Rp. 112.500.000,00 Rp. 25.295.000,00 1,19 Rp. 48.100.000,00 Rp. 136.258.333,30 Rp. 160.600.000,00 Rp. 112.500.000,00 Rp. 24.341.666,70 1,18 Rp. 48.100.000,00 Rp. 112.126.666,70 Rp. 128.875.000,00 Rp. 90.000.000,00 Rp. 16.748.333,30 1,15 Rp. 38.875.000,00 Rp. 111.760.000,00 Rp. 128.875.000,00 Rp. 90.000.000,00 Rp. 17.115.000,00 1,15 Rp. 38.875.000,00

Rataan

Rp. 111.634.166,70 Rp. 130.693.125,00 Rp. 91.200.000,00 Rp. 19.058.958,34 1,17 Rp. 39.493.125,00

Skala II

Rp. 164.775.000,00 Rp. 192.600.000,00 Rp. 135.000.000,00 Rp. 27.825.000,00 1,17 Rp. 57.600.000,00

Skala III

(11)

 

Lampiran 9. Data Survei Peternakan Ayam Broiler di Kotamadya Binjai Jika

Dikonversikan Pada Perhitungan 30 Ekor (Rp/periode)

 

Rp. 822.025,00 Rp. 967.012,50 Rp. 684.000,00 Rp. 144.987,50 1,18 Rp. 283.012,50 Rp. 819.133,33 Rp. 964.400,00 Rp. 650.000,00 Rp. 145.266,67 1,18 Rp. 314.400,00 5 Rp. 811.830,00 Rp. 963.600,00 Rp. 675.000,00 Rp. 151.770,00 1,19 Rp. 288.600,00 6 Rp. 817.550,00 Rp. 963.600,00 Rp. 675.000,00 Rp. 146.050,00 1,18 Rp. 288.600,00 7 Rp. 840.950,00 Rp. 966.562,50 Rp. 675.000,00 Rp. 125.612,50 1,15 Rp. 291.562,50 8 Rp. 838.200,00 Rp. 966.562,50 Rp. 675.000,00 Rp. 128.362,50 1,15 Rp. 291.562,50 Rataan Rp. 825.148,54 Rp. 965.217,19 Rp. 674.125,00 Rp. 140.068,65 1,17 Rp. 291.092,19

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, H.R., 1985. Ilmu Pakan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta.

Budiono, 1990. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1. Edisi kedua, Cetakan ke II. BPFE, Yogyakarta.

Gultom, L., 2010. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Dikaitkan dengan Faktor Fisik dan Kimia Air di Muara Sungai Asahan. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hanifah, A., 2010. Taksonomi Ayam. Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan UNS.

Kadariah, 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kadarsan, H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis . Cetakan Kedua. PT. Gramedia, Jakarta.

Karo – Karo, S., S. Junias and K. Henk. 1995. Farmers Shares, Marketing Margin and Demand for Small Ruminant In North Sumatera, Working Paper No.150 November.

Kasmir dan Jakfar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, 2014. Program Studi Peternakan FP USU, Medan.

Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, 2014. Sumatera Utara.

Murtidjo, B. A., 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Nuraini, I., 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhamadiyah Malang. Malang.

Pelawi, W.N. 2016. Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis Amboinensis). Program Studi Peternaka FP USU, Medan

Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Gizi Komparatif. BPEE, Yogyakarta.

Rahim, A. dan R. D. H. Diah. 2008. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

(13)

Rasyaf. M., 1997. Penyajian Ayam Petelur. Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf. M., 1995. Peternakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Riyanto, B., 1978. Dasar Pembelanjaan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sigit, S., 1991. Analisa Break Event Point. Rancangan Linier Secara Ringkas dan Praktis. BPFE, Yogyakarta.

Sirait, M. B., 1987. Dasar –Dasar Ekonomi Sebagai Aspek Ilmu Ekonomi dan Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

SNI- 01- 3930- 2006. Pakan Anak Ayam Ras Pedaging (Broiler Starter). Badan Standarisasi Nasioal (BSN).

SNI- 01- 3931- 2006. Pakan Ayam Ras Pedaging Masa Akhir (Broiler Finisher). Badan Standarisasi Nasioal (BSN).

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI-Press, Jakarta.

Soekartawi. 1993. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sudarmono, A. S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius, Yogyakarta.

Stevie, P. K., R. Wardhani, P. J. Budi. 2009. Rancangan Mesin Penggiling Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan Kapasitas 118,8 Kg/Jam. http//www. Mesin Penggiling Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan.com

Suharno, B., dan Nazaruddin., 1994. Ternak Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sukoco, A., 2011. Analisis PuPlanzg Pokok. Universitas Narotama. Surabaya.

(14)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kotamadya Binjai dari bulan Agustus 2015

sampai dengan September 2015.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Bahan yang digunakan adalah ayam broiler sebanyak 90 ekor, bahan

penyusun ransum terdiri dari jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai,

tepung ikan, minyak nabati, tepung limbah ikan gabus pasir (Butis ambonensis),

top mix, air minum memenuhi kebutuhan air dalam tubuh yang diberikan secara

ad libitum, air gula untuk mengurangi stress dari kelelahan transportasi, rodalon

sebagai desinfektan kandang dan peralatan tempat pakan dan minum, formalin

40% dan KMnO4 (Kalium Permanganat) untuk fumigasi kandang, vitamin dan

suplemen tambahan seperti vitachick, vaksin ND strain lasota.

Alat

Alat yang digunakan kandang model panggung sebanyak 18 plot,

masing-masing dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 100cm dan tinggi 50 cm, peralatan

kandang terdiri dari 18 unit tempat pakan dan 18 unit tempat minum dan

timbangan digital untuk menimbang bobot badan ayam broiler dan menimbang

ransum, alat penerangan dan pemanas berupa lampau pijar 40 watt sebanyak 18

buah, thermometer sebagai pengukur suhu kandang, alat pembersih kandang

berupa sapu, ember, sekop dan hand sprayer. Alat yang digunakan untyuk survei

(15)

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplanasi survei yaitu

dengan membandingkan antara penelitian pemeliharaan ayam broiler dengan

menggunakan ransum tepung limbah ikan gabus pasir (Butis ambonensis) sebagai

subsitusi tepung ikan komersil dengan peternakan ayam broiler di Kotamadya

Binjai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wirartha (2006) yang menyatakan bahwa

penelitian eksplanasi bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat dari

variabel-variabel yang diteliti. Penelitian dengan format eksplanasi ini dapat

dilakukan melalui survei dan eksperimen. Dengan demikian ada format eksplanasi

survei dan format eksplanasi eksperimen. Pada ransum ayam broiler diberikan

perlakuan sebagai berikut:

P0 = Kontrol (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0%)

P1 = Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 50%

P2 = Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 100%

Data Usaha Peternakan

Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) bahwa di kotamadya Binjai

terdapat 5 kecamatan. Dalam penelitian ini sampel yang diambil pada 3

kecamatan dan masing-masing kecamatan diambil 3 desa yaitu Kecamatan Binjai

Selatan (Desa Tanah Merah, Desa Rambung Barat dan Desa Tanah Seribu),

Kecamatan Binjai Timur (Desa Dataran Tinggi, Desa Suntel Mulyorejo dan Desa

Tanah Tinggi) dan Kecamatan Binjai Utara (Desa Jati Karya, Desa Kebun Lada

dan Desa Nangka). Alasan pemilihan kecamatan dan desa dikarenakan populasi

ternak ayam broiler tertinggi jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya,

(16)

Pemilihan responden peternak dilakukan secara acak sederhana diambil dari

masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa. Wirartha (2006)

menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan data statistik ukuran

sampel paling sedikit 30% dapat mewakili populasi.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan yaitu sistem panggung, terdiri dari 18 plot,

setiap plot terdapat 5 ekor ayam broiler. Sebelum ayam dimasukkan, kandang

dibersihkan dengan air dan detergen kemudian didesinfektan menggunakan

rodalon dan fumigasi menggunakan formalin 40% dan KMnO4. Kandang harus

dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta alat penerangan. Istirahat

kandang selama 1 minggu. Air gula diberikan ke DOC pada saat baru tiba untuk

mengurangi stres selama perjalanan.

Pengacakan Ayam Broiler

Sebelum ayam dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan,

dilakukan pemilihan secara acak (random) untuk menghindari bias (galat

percobaan), lalu ditempatkan pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 5

ekor.

Pembuatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)

Pendahuluan penelitian dengan menggunakan tiga metode, dimana di

antara tiga metode yang dianalisis, bahan pakan yang terbaik adalah metode

pengukusan. Pembuatan tepung diawali dengan membersihkan limbah ikan gabus

pasir dengan air, kemudian ditiriskan, lalu ikan dikukus selama 15 menit 60ºC,

(17)

Limbah ikan gabus pasir basah (kepala, isi perut)

Dikukus pada suhu 60oC selama 15 menit

Ditiriskan

Dioven pada suhu 60oC selama 8 jam

Digrinder (penggilingan)

Tepung limbah ikan gabus pasir

Tepung siap dijadikan bahan pakan

Penyusunan Ransum

Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri atas jagung, dedak padi,

bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil kelapa, minyak nabati, tepung limbah ikan

gabus pasir (Butis amboinensis) dan top mix.

Bahan penyusun ransum sebaiknya ditimbang terlebih dahulu sesuai

komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi setiap

perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara

manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya

(18)

Pemeliharaan Ayam Broiler

Pada saat DOC datang diberikan air gula sebagai air minum. DOC harus

dijaga kesehatan dan kenyamanannya agar tidak terjadi stress yang dapat

menyebabkan ayam mati. Ransum yang digunakan sesuai dengan perlakuan

dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ayam tersebut. Ayam broiler

dipelihara dalam kandang perlakuan diberi pemanas dan penerangan (lampu pijar

40 watt). Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum.

Metode Pengambilan Data

Dilakukan survei dan observasi langsung ke peternakan dan melakukan

wawancara tentang peternakan tersebut. Survei dilaksanakan di Kotamadya

Binjai. Pengambilan data di peternakan menggunakan kuisioner. Melakukan

analisis ekonomi dari hasil penelitian performans pemanfaatan tepung limbah ikan

gabus pasir (Butis amboinensis) sebagai subtitusi tepung ikan dan

membandingkan dengan peternakan yang menggunakan pakan komersil.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap pengamatan ditabulasi kemudian dianalisa.

Analisis data yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Analisis eksplanasi digunakan untuk menjelaskan hubungan antara satu

variabel dengan variabel lainnya, menganalisis data dengan pengamatan

langsung terhadap suatu obyek penelitian guna mengetahui keadaan lokasi

usaha dan karakteristik peternakan ayam broiler.

2. Analisis ekonomi yaitu: total biaya, total penerimaan, analisis laba rugi , R/C

(19)

Menyimpulkan Data

Disimpulkan semua data menjadi sebuah rangkuman informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian.

Parameter Penelitian 1. Total Biaya Produksi

Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, yang diperoleh dengan cara

menghitung : biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya pembuatan kandang, biaya

sewa lahan, dan biaya obat-obatan.

TC = FC + VC

Dimana :

TC = Biaya Total

FC = Biaya Tetap

VC = Biaya Tidak Tetap

2. Total Hasil Produksi

Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang

dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung

penjualan ayam dan feses ayam.

3. Laba/Rugi

Analisa laba/rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut

menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan

dan total pengeluaran.

(20)

Dimana :

K = Keuntungan

TR = Total Penerimaan

TC = Total Pengeluaran

4. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan

biaya yang dikeluarkan.

R/C Ratio=

5. Income Over Feed Cosh (IOFC)

Income Over Feed Cosh (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih

pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan

merupakan perkalian antara produksi pertambahan bobot badan akibat perlakuan

dengan harga jual, sedangka biaya ransum adalah biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan pertumbuhan bobot badan ternk.

IOFC= Total hasil produksi – biaya pakan

(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Rekapitulasi data hasil penelitian pemeliharaan ayam broiler dengan

menggunakan tepung limbah ikan gabus pasir sebagai substitusi tepung ikan

dalam ransum terhadap ayam broiler dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rekapitulasi data hasil penelitian (Rp/30 ekor/perlakuan/periode)

   

Parameter Perlakuan P0 P1 P2

Total Biaya Produksi

Biaya Pembelian Bibit Rp. 156.000,00 Rp. 156.000,00 Rp. 156.000,00 Biaya Ransum Rp. 416.638,52 Rp. 416.426,91 Rp. 386.104,60 Biaya obat-obatan Rp. 36.450,00 Rp. 36.450,00 Rp. 36.450,00

Penjualan Ayam Rp. 780.280,00 Rp. 802.440,00 Rp. 667.940,00 Feses Rp. 60.000,00 Rp. 60.000,00 Rp. 60.000,00 Total Rp. 840.280,00 Rp. 862.440,00 Rp. 727.940,00

Laba/Rugi Rp. 128.753,48 Rp. 151.125,09 Rp. 46.947,40

R/C Ratio 1,18 1,21 1,07

(22)

Dilakukan survei di peternakan ayam broiler yang ada di Kotamadya

Binjai dengan menggunakan kuisioner. Kriteria penentuan skala usaha adalah

berdasarkan jumlah kepemilikan ternak yang diusahakan. Penentuan batas

distribusi frekuensi panjang kelas, bahwa penentuan rentang yaitu kepemilikan

terbesar dikurangi kepemilikan terkecil di bagi panjang kelas. Pembagian skala

usaha berdasarkan pada rumus:

Interval =

Interval =

= 2.333 ekor

1. Skala I = 3.000 + 2.333 = 5.333 ekor

3.000 sampai dengan 5.333 ekor

2. Skala II = 5.334 + 2.333 = 7.667 ekor

5.334 sampai dengan 7.667 ekor

3. Skala III = 7.668 + 2.333 = 10.001 ekor

7.668 sampai dengan 10.001 ekor

Rekapitulasi data total biaya produksi, total hasil produksi, biaya pakan,

laba/rugi, R/C Ratio dan IOFC hasil survei peternakan ayam broiler di Kotamadya

(23)

Tabel 4. Rekapitulasi data survei peternakan ayam broiler di Kota Binjai (Rp/periode)

Parameter

Skala Peternakan Ayam Broiler

Skala I Skala II Skala III

Total Biaya Produksi Rp. 111.634.166,70 Rp. 164.775.000,00 Rp. 252.172.222,20

Total Hasil Produksi Rp. 130.693.125,00 Rp. 192.600.000,00 Rp. 289.075.000,00

Biaya Pakan Rp. 91.200.000,00 Rp. 135.000.000,00 Rp. 199.833.333,00

Laba/Rugi Rp. 19.058.958,34 Rp. 27.825.000,00 Rp. 36.902.777,80

R/C Ratio 1,17 1,17 1,14

IOFC Rp. 39.493.125,00 Rp. 57.600.000,00 Rp. 89.241.667,00

Dari hasil survei peternakan ayam broiler di Kotamadya Binjai

dikonversikan kepada perhitungan 30 ekor setiap skalanya sesuai dengan jumlah

ayam broiler yang dipelihara pada setiap perlakuan dan di bandingkan dengan

perlakuan P1 menggunakan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 50% dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi data perbandingan hasil survei jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor dengan perlakuan P1 (Rp/periode)

Parameter

Perlakuan Skala Peternakan Ayam Broiler

P1 Skala I Skala II Skala III

(24)

Pembahasan

Total Biaya Produksi

Berdasarkan Tabel. 3 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan total biaya

produksi pemeliharaan ayam broiler selama penelitian. Total biaya produksi

tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar Rp. 711.526,52,-/periode dan

total biaya produksi terendah pada perlakuan P2 yaitu sebesar Rp.

680.992,60,-/periode. Hal ini disebabkan karena biaya pakan yang dikeluarkan P0 yaitu sebesar

Rp. 416.638,52,-/periode lebih besar dibandingkan dengan P2 yaitu sebesar Rp.

386.104,60,-/periode. Sementara biaya produksi lainnya seperti bibit, biaya

obat-obatan, pembuatan kandang, perlengkapan kandang, tenaga kerja, transportasi,

dan biaya listrik air adalah sama. Hal ini seperti diungkapkan oleh Prawirokusumo

(1990), mengatkan bahwa besarnya biaya pakan berkisar antara 60 - 80% dari

total biaya produksi.

Peternakan ayam broiler di Kotamadya Binjai memiliki ternak ayam

broiler antara 3.000 ekor sampai 10.000 ekor dan dibagi dalam 3 skala yaitu skala

I, skala II dan skala III. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan biaya produksi

peternakan di Kota Binjai yang tertinggi terdapat pada skala III yaitu sebesar

Rp. 252.172.222,20,-/periode jika dibandingkan dengan skala I yaitu sebesar

Rp. 111.634.166,7,-/periode dan skala II yaitu sebesar Rp.

164.775.000,00,-/periode. Hal ini dikarenakan jumlah ternak yang dimiliki pada skala III lebih

banyak dibandingkan skala I dan II sehingga total biaya produksi yang

dikeluarkan akan lebih besar pula.

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan total biaya produksi

(25)

perhitungan 30 ekor pada setiap skalanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan

total biaya produksi perlakuan P1. Pada skala I sebesar Rp. 825.148,54,-/periode ,

skala II sebesar Rp. 823.875,00,-/periode dan skala III sebesar Rp.

842.153,70,-/periode sedangkan pada perlakuan P1 sebesar Rp. 711.314,92,-/periode. Hal ini

dikarenakan harga pakan menggunakan tepung limbah ikan gabus pasir lebih

murah jika dibandingkan dengan harga pakan yang digunakan oleh peternak ayam

broiler di Kotamadya Binjai.

Total Hasil Produksi

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat total hasil produksi pemeliharaan ayam

broiler selama penelitian. Total hasil produksi tertinggi terdapat pada perlakuan P1

yaitu sebesar Rp. 862.440,-/periode dan total hasil terendah terdapat pada

perlakuan P2 yaitu sebesar Rp. 727.940,-/periode. Perbedaan total hasil produksi

setiap perlakuan disebabkan pertambahan bobot badan pada perlakuan P1 lebih

tinggi daripada pertambahan bobot badan perlakuan P0 dan P2 sehingga

pendapatan dari penjualan ayam berbeda dari setiap perlakuan sedangkan harga

penjualan feses setiap perlakuan sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelawi

(2016), yang menyatakan bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam broiler

selama penelitian sebesar 686.51 g/ekor/minggu. Dimana rataan tertinggi terdapat

pda perlakuan P1 dan terendah terdapat pada perlakuan P2. Uji Lanjut Duncan

menunjukkan bahwasannya pemberian tepung limbah ikan gabus pasir

berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan yaitu dengan

perlakuan P1.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan total hasil produksi dari

(26)

skala. Rataan total hasil produksi terdapat pada skala III yaitu sebesar

Rp. 289.075.000,-/periode lebih tinggi jika dibandingkan dengan skala I dan skala

II yaitu sebesar Rp. 130.693.125,-/periode dan Rp. 192.600.000,-/periode.

Perbedaan total hasil produksi pada tiap skala dikarenakan jumlah pemeliharaan

ternak dan produksi yang dihasilkan, dan besarnya angka pendapatan tidak

menjamin besarnya suatu usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ucokaren

(2011), yang menyatakan bahwa pendapatan dan keuntungan usahatani yang besar

tidak selalu mencerminkan tingkat efisiensi usaha yang tinggi.

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan total hasil produksi

peternakan ayam broiler di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada

perhitungan 30 ekor pada skala I yaitu sebesar Rp. 965.217,19,-/periode, skala II

yaitu sebesar Rp. 963.000,00,-/periode, skala III yaitu sebesar Rp.

963.645,14,-/periode lebih besar jika dibandingkan perlakuan P1 dapat yaitu sebesar

Rp. 862.440,00,-/periode. Perbedaan total hasil produksi disebabkan karena

jumlah penerimaan dari penjualan ayam dan feses berbeda. Hal ini sesuai

pernyataan Budiono (1990), bahwa penerimaan adalah penerimaan dari produsen

dari hasil penjualan output. Total penerimaan adalah output dikali harga jual

output. Rasyaf (1995) menambahkan penerimaan dalam suatu peternakan terdiri

dari: 1. Hasil produksi utama berupa penjualan aym ras pedaging, baik itu berat

hidup atau dalam berat karkas. 2. Hasil penjualan feses atau alas litter yang laku

(27)

Laba/Rugi

Analisis Laba/Rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi

atau untung dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan atau total

hasil produksi dan total pengeluaran atau total biaya produksi.

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa analisis laba rugi pemeliharaan

ayam broiler selama penelitian, menunjukan hasil yang berbeda setiap perlakuan

keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar Rp.

151.125,09,-/periode dan yang terendah pada perlakuan P2 yaitu sebesar Rp.

46.947,40,-/periode. Keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 , Hal ini dikarenakan

bobot badan ayam pada perlakuan P1 lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0 dan

P2. Sehingga total hasil produksi yaitu total penjualan ayam dan penjualan feses

memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu biaya

pembelian bibit, biaya ransum, biaya obat-obatan, biaya pembuatan kandang,

biaya perlengkapan kandang, biaya tenaga kerja, biaya transportasi dan biaya

listrik dan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1987), yaitu

keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah

pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari pada jumlah

pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka

secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan.

Berdasarkan tabel 4 bahwa rataan laba/rugi peternakan di Kotamadya

Binjai memiliki perbedaan pada setiap skala. Laba/rugi terbesar terdapat pada

skala III yaitu sebesar Rp. 36.902.777,8,-/periode jika dibandingkan dengan

(28)

Rp. 27.825.000,-/periode. Perbedaan ini dikarenakan jumlah ternak yang dimiliki

setiap skala berbeda-beda, sehingga skala III lebih menguntungkan.

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan laba/rugi peternakan ayam

broiler di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor pada

skala I yaitu sebesar Rp. 140.068,65,-/periode, skala II yaitu sebesar Rp.

139.125,00 dan skala III yaitu sebesar Rp. 121. 491,44,-/periode lebih kecil jika

dibandingkan dengan laba/rugi perlakuan P1 yaitu sebesar Rp.

151.125,09,-/periode. Hal ini disebabkan karena biaya produksi yang dikeluarkan bila

menggunakan tepung limbah ikan gabus pasir lebih kecil jika dibandingkan

dengan biaya produksi yang dikeluarkan peternak di Kotamadya Binjai yang

menggunakan pakan komersil.

R/C Ratio

Analisis R/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak

atau tidak usaha itu untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya usaha

tersebut dihentikan karena kurang layak. R/C Ratio diperoleh dengan cara

membagikan total hasil produksi dengan total biaya produksi atau dituliskan

dengan rumus :

 

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa R/C Ratio yang diperoleh

menunjukkan bahwa perlakuan P0 masih dianggap memiliki kelayakan untuk

dilanjutkan karena memiliki nilai R/C Ratio sebesar 1,18 yaitu (R/C > 1),

perlakuan P1 dianggap layak untuk dilanjutkan karena memiliki rataan sebesar

(29)

memiliki hasil rataan sebesar 1,07 (R/C > 1). Hal ini sesuai dengan pernyataan

Kadariah (1987), menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu

usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan

dibagi besarnya pengeluaran, dimana bila:

R/C Ratio > 1 : Efisien

R/C Ratio = 1 : Impas

R/C Ratio < 1 : Tidak efisien

R/C Ratio tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 1,21 dan R/C

Ratio terendah diperoleh pada perlakuan P2 sebesar 1,07. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Karo-karo et al. (1995), bahwa usaha dapat dikatakan memberikan

keuntungan bila nilai R/C Ratio > 1.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada peternakan ayam broiler

yang dimiliki masyarakat di Kotamadya Binjai dapat dilihat pada tabel 4,

memiliki nilai R/C Ratio yan berbeda pada setiap skala. R/C Ratio yang tertinggi

pada skala I yaitu sebesar 1,17 dan skala II yaitu sebesar 1,17 jika dibandingkan

skala III yaitu sebesar 1,14. Hal ini menunjukkan skala I dan skala II lebih efisien

untuk dijalankan. Perbedaan R/C Ratio pada setiap skala disebabkan karena total

biaya produksi dan total hasil produksi yang dihasilkan berbeda pada setiap

skalanya.

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan R/C Ratio peternakan

ayam broiler di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor

pada skala I yaitu 1,17, skala II yaitu 1,17 dan skala III yaitu 1,14 lebih kecil jika

dibandingkan dengan R/C Ratio perlakuan P1 yaitu 1,21. Sehingga perlakuan P1

(30)

sesuai dengan pernyataan dari Soekartawi et al., (1986), yang menyatakan bahwa

suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C Ratio > 1. Semakin

besar nilai R/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya,

semakin kecil nilai R/C Rationya maka semakin tidak efisien usaha tersebut.

IOFC

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih antara dari total pendapatan

usaha peternakan dengan dikurangi biaya pakan. Income Over Feed Cost (IOFC)

ini merupakan barometer untuk melihat besar biaya pakan yang merupakan biaya

terbesar dalam usaha pemeliharaan ternak.

Berdasarkan tabel 3 IOFC pemeliharaan ayam broiler selama penelitian

IOFC tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar Rp. 446.013,09,-/periode,

perlakuan P0 yaitu sebesar Rp. 423.641,48,-/periode dan IOFC terendah pada

perlakuan P2 yaitu sebesar Rp. 341.835,40,-/periode. Hal ini disebabkan karena

perbedaan harga ransum per kg setiap perlakuan dan pertambahan bobot badan

selama penelitian. Menurut Prawirokusumo (1990) IOFC diperoleh dengan

menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya ransum.

Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan

bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual.

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat nilai rataan IOFC dari peternakan di

Kotamadya Binjai berbeda pada setiap skala. Nilai rataan IOFC yan tertinggi pada

skala III yaitu sebesar Rp. Rp. 89.241.667,00,-/periode, pada skala II yaitu sebesar

Rp. 57.600.000,00-/periode dan terendah pada skala I yaitu sebesar

(31)

banyaknya pakan yang digunakan dan bayaknya ternak yang dipelihara sehingga

akan mempengaruhi biaya pakan dan pendapatan.

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan IOFC peternakan ayam

broiler di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor pada

skala I yaitu Rp. 291.029,19,-/periode, skala II yaitu Rp. 288.029,19,-/periode dan

skala III yaitu 295.811,81,-/periode lebih kecil jika dibandingkan IOFC perlakuan

P1 yaitu Rp. 446.013,09,-/periode. Menurut pernyataan Rasyaf (2005) nilai IOFC

yaitu perbandingan rata-rata antara jumlah penerimaan dari hasil penjualan ayam

dan biaya untuk pengeluaran ransum. Semakin tinggi nilai IOFC, akan semakin

(32)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan tepung limbah ikan gabus pasir dapat menggantikan tepung

ikan komersil untuk meningkatkan pendapatan peternak.

Saran

Disarankan untuk dapat meningkatkan pendapatan peternak sebaiknya

menggantikan pakan komersil dengan menggunakan tepung limbah ikan gabus

(33)

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri

khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan

rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada umumnya broiler ini

siap panen pada usia 28-45 hari dengn berat badan 1,2–1,9 kg/ekor (Priyatno,

2000). Taksonomi broiler adalah Kingdom : Animalia, Filum : Chordata,

Kelas : Aves, Subkelas : Neornithes, Ordo : Galliformis, Genus : Gallus,

Spesies : Gallus domestica (Hanifah, 2010).

Kebutuhan Nutrisi Broiler

Untuk keperluan hidup dan produksi, ayam membutuhkan sejumlah unsur

nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan berkualitas,

karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Semua unsur gizi itu saling terkait satu

sama lain dan saling mempengaruhi (Rasyaf,1997).

Broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh

cukup energi guna pertumbuhan maksimum. Penyesuaian tersebut berkisar antara

2800–3400 kkal energi metabolisme per kg ransum (Anggorodi, 1985).

Tujuan utama dalam pemberian pakan pada ayam pedaging adalah

menjamin penambahan bobot badan selama pertumbuhan dan penggemukannya.

Pada ayam pedaging, kebutuhan zat-zat makanan berbeda jumlahnya pada setiap

fase atau tingkatan umur ayam. Kebutuhan zat nutrisi broiler pada fase yang

(34)

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi broiler

Analisa usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu

usaha ternak komersil. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai

kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak

untuk memperbaiki kendala yang dihadapi. Hasil analisis ini dapat digunakan

untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau

memperbesar skala usaha. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan

usaha dan tersedianya dana yang nyata untuk periode berikutnya.

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994) gambaran mengenai usaha

ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis

dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan,

penggunaan modal, besarnya biaya untuk bibit, pakan dan kandang, lamanya

modal kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Menurut Riyanto (1978) analisis ekonomi peternakan adalah usaha untuk

menegetahui bagaimana kebutuhan dana tersebut digunakan. Dengan kata lain

dengan analisa ekonomi tersebut dapat diketahui darimana datangnya dana, untuk

(35)

mengetahui analisis tersebut maka pimpinan perusahaan akan dapat mengambil

kebijaksanaan tentang produk yang hendak dicapai dan menekan tingkat

kesalahan agar tidak mengalami kerugian. Disamping itu, pimpinan perusahaan

juga dapat mengetahui laba yang diperoleh atau kerugian yang akan diderita

dengan tingkat penjualan yang dicapai oleh perusahaan (Sirait, 1987).

Total Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

menjalankan proses usaha. Jika seluruh biaya produksi usaha ternak dapat

diketahui, maka keadaan harga persatuan produksi akan mudah diperhitungkan.

Untuk menghitung keadaan harga persatuan produksi haruslah diketahui terlebih

dahulu jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dibagi dengan banyaknya produksi

daging yang dihasilkan akan menghasilkan angka atau nilai biaya persatuan

produksi (Sudarmono, 2003).

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan,

baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya

produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana

produksi untuk bibit, pupuk dan obat-obatan serta jumlah tenaga kerja

(Soekartawi, 1993).

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang

prodksi yang dijual. Biaya produksi dapat dibagi yaitu biaya tetap dan biaya tidak

tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak

sedikitnya jumlah output, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya

(36)

tetap dan biaya tidak tetap ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan total biaya

yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan

produksi. Jadi, total biaya = total biaya tetap + total biaya tidak tetap

(Nuraini, 2001).

Total Hasil Produksi

Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua

biaya atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau

penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/ penerimaan total

adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi

biaya produski (Rahim dan Diah, 2008).

Pendapatan usaha ternak merupakan selisih antara penerimaan dan semua

biaya, dapat dirumuskan sebagai Pd= TR – TC, dimana Pd adalah pendapatan

usaha ternak, TR adalah total penerimaan dan TC adalah total biaya

(Soekartawi, 1995).

Nilai total pendapatan adalah merupakan jumlah uangyang diterima dari

penjualan suatu produk yaitu perkalian antara jumlah harga (P) dan jumlah barang

(Q) atau dapat dirumuskan sebagai TR= P x Q, dimana TR adalah total revenue

(total pendapatan), P adalah harga jual produk dan Q adalah jumlah barang

(Sukoco, 2011).

Penerimaan dalam suatu peternakan terdiri dari hasil produksi utama

berupa penjualan ayam ras pedaging, baik itu berat hidup atau dalam berat karkas

dan hasil menjual feses atau alas litter yang laku dijual kepada petani sayur-mayur

(37)

Analisis Laba/ Rugi

Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai

K= TR – TC, dimana K adalah keuntungan, TR adalah total penerimaan dan TC

adalah total pengeluaran.

Soekartawi (1995), mendefinisikan laba sebagai nilai maksimum yang

dapat didistribusikan oleh suatu satuan usaha dalam suatu periode. Untuk

memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau kerugian suatu

usaha, hal yang terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatan, baik untuk

pos-pos pengeluaran (biaya) maupun pos-pos pendapatan. Sekecil apapun biaya

dan pendapatan tersebut harus dicatat.

Memperoleh laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya jumlah dalm periode yang

sama (Kasmir dan Jakfar, 2005).

Bila dalam suatu usaha peternakan dapat mengontrol konsumsi harga

pakan serendah mungkin tanpa mengabaikan kualitas dari pakan tersebut maka

akan diperoleh keuntungan dari usaha peternakan tersebut (Murtidjo, 1987).

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan

biaya ransum yang digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini

merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang

merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh

dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya ransum.

Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan

(38)

R/C (Return of Cost)

R/C adalah singkatan dari return of cost yaitu perbandingan (nisbah)

anatara penerimaan dan biaya. Analisis R/C ratio perbandingan antara penerimaan

dan biaya total. Secara sistematik dapat ditulis:

a= R/C

keterangan : a = R/C rasio

R = Total penerimaan

C = Total biaya

Dan nanti hasil dari R/C ratio dikategorikan menjadi 3 yaitu:

a. Bila R/C > 1, artinya usaha ternak mendapatkan keuntungan

b. Bila R/C < 1, artinya usaha ternak mengalami kerugian

c. Bila R/C = 1, artinya usaha ternak impas (tidak untung/ tidak rugi)

Efisiensi usaha tani ditentukan dengan menggunakan konsep RCR

(revenue cost ratio), yang imbangan antara total penghasilan (out put) dengan

total biaya (input). Nilai RCR >1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan.

Semakin besar nilai RCR maka usaha dinyatakan semakin efisien

(Karo-karo et al., 1995).

R/C Ratio adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukkan besarnya

penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam

produksi usaha ternak. Analisis ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat

keuntungan relatif kegiatan usaha ternak, artinya dari angka rasio tersebut dapat

diketahui, apakah suatu usaha ternak menguntungkan atau tidak. Usaha ternak

dikatakan menguntungkan bila nilai R/C Ratio lebih besar dari satu. Sebaliknya,

(39)

1. Semakin besar nilai R/C, maka semakin baik usaha ternak tersebut

(Kadarsan, 1995).

Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)

Menurut binomial, ikan gabus pasir diklasifikasikan sebagai berikut;

Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae,

Genus: Butis amoinensis. Karakteristik dari ikan gabus pasir yaitu kepala pipih

datar, lebar badan 5-5, 5 kali lebih pendek dari panjang standart, 6-7 kali lebih

pendek dari panjang total, tidak mempunyai sisik tambahan, interorbital, pipi dan

kepala bersisik, tidak ada sisik antara mata dan tulang mata, gigi pada barisan

depan tidak membesar, tipe ekor membulat (Gultom, 2010).

Limbah ikan gabus pasir terdiri atas kepala, isi perut. Limbah ikan gabus

pasir diolah menjadi tepung dengan cara dipanaskan (cooking), dipressing, dioven

dan digrinder menjadi tepung ikan. Tepung ikan mengadung protein yang tinggi

dan dapat meingkatkan produksi dan nilai gizi telur dan daging

(Stevie et al., 2009).

Tabel 2. Komposisi nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir

Jenis Nutrisi Kandungan

Gross Energi (K.cal/g) 3,6341a

Kadar air (%) 4,71a

Protein kasar (%) 59,09a

Lemak kasar (%) 6,25a

Bahan kering (%) 92,82b

Abu (%) 30,44a

Kalsium (%) 5,86b

Posfor (%) 0,026b

(40)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia perkembangan jumlah penduduk terus meningkat dari tahun

ke tahun dan diikuti kesadaran arti penting tentang peningkatan nilai gizi dalam

kehidupan terutama sumber protein hewani. Dalam pemenuhan protein hewani

dan peningkatan pendapatan peternak, maka pemerintah dan peternak telah

berupaya mendayagunakan sebagian besar komoditi ternak yang dikembangkan

diantaranya adalah ayam broiler.

Permintaan daging ayam broiler cenderung mengalami peningkatan dari

waktu ke waktu dan diikuti dengan peningkatan produksi daging ayam broiler dari

tahun ke tahun. Data peningkatan produksi daging ayam broiler di Sumatera Utara

pada tahun 2012 sebanyak 35.168 ton, pada tahun 2013 sebanyak 37.836 ton,

pada tahun 2014 sebanyak 39.038 ton.

Kendala utama yang dihadapi selama pengembangan ternak unggas di

Indonesia adalah tingginya harga ransum sehingga biaya produksi pakan menjadi

tinggi. Salah satu cara untuk menekan biaya ransum adalah dengan memanfaatkan

limbah pertanian, perkebunan dan perikanan yang sangat berlimpah.

Limbah ikan dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif yang dapat

digunakan sebagai sumber protein dalam ransum dan memberikan peluang yang

baik adalah tepung limbah ikan gabus pasir yang berasal dari kepala ikan dan isi

perut yang tidak termanfaatkan di tempat pelelangan ikan atau di gudang ikan.

Limbah ikan gabus pasir dapat diolah menjadi tepung untuk menjadi pakan ternak

(41)

Ikan gabus pasir banyak terdapat di daerah Sumatera Utara khususnya

Medan Belawan yang berada di Jalan Gabion Kecamatan Medan Belawan

bertempat TPI (Tempat Pelelangan Ikan) KUD (Koperasi Unit Desa). Daging ikan

gabus dimanfaatkan menjadi bakso dan siomay oleh masyarakat dan juga ikan ini

dikirim ke negara Malaysia untuk dijadikan bahan makanan olahan di negara

tersebut. Kepala ikan gabus beserta isi perutnya merupakan limbah ikan, limbah

ikan tersebut dalam satu hari berjumlah 80 kg sampai dengan 100 kg dan dalam

seminggu bisa mencapai 600-700 kg limbah ikan gabus.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir

(Butis amoinensis) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan dalam Ransum terhadap Ayam

Broiler di Kotamadya Binjai”.

Rumusan Masalah

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler adalah

biaya produksi. Biaya produksi diantaranya terdapat harga pakan, harga bibit,

biaya obat-obatan, sewa kandang dan biaya peralatan kandang, dan biaya

transportasi. Namun yang paling membutuhkan biaya besar adalah biaya pakan.

Salah satu upaya untuk memgurangi biaya produksi ransum dalam pemeliharaan

yaitu dengan memanfaatkan tepung limbah ikan gabus pasir. Sehingga perlu

dilakukan analisis usaha di Kotamadya Binjai untuk mengetahui pendapatan

peternak yang menggunakan pakan tanpa tepung limbah ikan gabus pasir yang

akan dibandingkan dengan pendapatan yang menggunakan pakan dengan tepung

(42)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kelayakan pemanfaatan tepung limbah ikan gabus pasir

(Butis amboinensis) sebagai subtitusi tepung ikan dalam ransum terhadap ayam

broiler di Kotamadya Binjai dan mengetahui efisiensi nilai ekonomis dan IOFC

usaha pemeliharaan ternak ayam broiler.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti,

peternak ayam broiler dan masyarakat tentang analisis usaha pemanfaatan tepung

(43)

ABSTRAK

RAHMAINI HIDAYATI, 2016. “Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis Amboinensis) Sebagai Subsitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Ayam Broiler di Kotamadya Binjai”. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan ISKANDAR SEMBIRING.

Penelitian ini dilaksanakan di Kotamadya Binjai dari bulan Agustus sampai dengan September 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksplanasi survei dengan pertimbangan antara penelitian pemeliharaan ayam broiler dengan menggunakan ransum tepung limbah ikan gabus pasir (TLIGP) sebagai subsitusi tepung ikan komersil (TIK) dengan perlakuan P0 (0% TLIGP :

100% TIK), P1 (50% TLIGP : 50% TIK), dan P2 (100% TLIGP : 0% TIK) dengan

peternakan rakyat yang menggunakan pakan pabrikan di Kotamadya Binjai dengan pembagian skala usaha. Metode pengumpulan data adalah dengan observasi dan wawancara langsung terhadap peternak yang terdiri atas 12 peternak. Responden dikelompokkan menjadi tiga skala, skala 1 (3.000 sampai dengan 5.333 ayam) terdiri dari 8 peternak, skala 2 (5.334 sampai dengan 7.667 ayam) terdiri dari 1 peternak dan skala 3 (7.668 sampai dengan 10.001 ayam) terdiri dari 3 peternak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa P1 lebih menguntungkan jika

dibandingkan dengan P0 dan P2. Pada hasil data penelitian bahwa P1 merupakan

laba/rugi tertinggi sebesar Rp. 151.125,03,-/periode, P0 sebesar Rp.

128.753,48,-/periode dan terendah P2 sebesar Rp. 46.947,40,-/periode. Pada hasil survei

peternakan di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor bahwa skala I merupakan laba/rugi tertinggi sebesar Rp. 140.068,65,-/periode, skala II sebesar Rp. 139.125,00,-/periode dan terendah skala III sebesar Rp.121.491,44,-/periode. Perlakuan P1 lebih menguntungkan jika dibandingkan

dengan peternakan ayam broiler di Kotamadya Binjai yang dikonversikan pada perhitungan 30 ekor. Kesimpulan bahwa penggunaan tepung limbah ikan gabus pasir dapat menggantikan tepung ikan komersil untuk meningkatkan pendapatan peternak.

Kata kunci : Analisa Usaha, Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir.

(44)

ABSTRACT

RAHMAINI HIDAYATI, 2016. "Business Analysis of Utilization Gabus Pasir (Butis amboinensis) Waste Fish Meal As a Substitution Commercial Fish Meal In Diet on Broiler chickens in Binjai City". Under supervised by NURZAINAH GINTING and ISKANDAR SEMBIRING.

This survey was conducted in Binjai City from August to September 2015. The method used was survey explanation with consideration of broiler chickens maintenance studies using Gabus Pasir (Butis amboinensis) waste fish meal (GPWFM) as substitution of commercial fish meal (CFM) with treatments P0 (0% GPWFM : 0% CFM), P1 (50% GPWFM : 50% CFM), dan P2 (100% GPWF : 100% CFM) with farm people with use of feed manufacturer in municipalities

Binjai with the division of business scale. Methods of data collection is by direct observation and interviews to farmers consisting of 15 farmers. Respondents were categorised into three scales, scale I (3.000 up to 5.333 chickens) consists of 8 farmers, scale II (5.334 up to 7.667 chickens) consists of 1 farmer and scale III (7.668 up to 10.001 chickens) consists of 3 farmers.

The results showed that P1 more profitable than P0 and P2. The result of research data that P1 is highest profit as Rp. 151.125,03,-/period, Po Rp. 128.753,48,-/period, and lowest P2 Rp. 46.947,40,-/period. In the survey farm people in municipalities Binjai which converted on calculations of 30 chickens

found that scale I is higest profitable Rp. 140.068,65,-/period, scale II Rp. 139.125,00,-/period and lowest scale II Rp.121.491,44,-/period. The

treatment P1 more profitable than farm people inBinjai City which converted on

calculations of 30 chickens. The conclusion is that the utilization of gabus pasir

fish meal can substitute commercial fish meal to improve farmer incomes.

(45)

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN

GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBTITUSI

TEPUNG IKAN DALAM RANSUM TERHADAP AYAM

BROILER DI KOTAMADYA BINJAI

SKRIPSI

RAHMAINI HIDAYATI 110306015

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN

GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBTITUSI

TEPUNG IKAN DALAM RANSUM TERHADAP AYAM

BROILER DI KOTAMADYA BINJAI

SKRIPSI

Oleh :

RAHMAINI HIDAYATI 110306015

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(47)

Judul Skripsi : Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Ayam Broiler di Kotamadya Binjai Nama : Rahmaini Hidayati

NIM : 110306015 Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc Ir. Iskandar Sembiring, MM

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan

(48)

ABSTRAK

RAHMAINI HIDAYATI, 2016. “Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis Amboinensis) Sebagai Subsitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Ayam Broiler di Kotamadya Binjai”. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan ISKANDAR SEMBIRING.

Penelitian ini dilaksanakan di Kotamadya Binjai dari bulan Agustus sampai dengan September 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksplanasi survei dengan pertimbangan antara penelitian pemeliharaan ayam broiler dengan menggunakan ransum tepung limbah ikan gabus pasir (TLIGP) sebagai subsitusi tepung ikan komersil (TIK) dengan perlakuan P0 (0% TLIGP :

100% TIK), P1 (50% TLIGP : 50% TIK), dan P2 (100% TLIGP : 0% TIK) dengan

peternakan rakyat yang menggunakan pakan pabrikan di Kotamadya Binjai dengan pembagian skala usaha. Metode pengumpulan data adalah dengan observasi dan wawancara langsung terhadap peternak yang terdiri atas 12 peternak. Responden dikelompokkan menjadi tiga skala, skala 1 (3.000 sampai dengan 5.333 ayam) terdiri dari 8 peternak, skala 2 (5.334 sampai dengan 7.667 ayam) terdiri dari 1 peternak dan skala 3 (7.668 sampai dengan 10.001 ayam) terdiri dari 3 peternak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa P1 lebih menguntungkan jika

dibandingkan dengan P0 dan P2. Pada hasil data penelitian bahwa P1 merupakan

laba/rugi tertinggi sebesar Rp. 151.125,03,-/periode, P0 sebesar Rp.

128.753,48,-/periode dan terendah P2 sebesar Rp. 46.947,40,-/periode. Pada hasil survei

peternakan di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor bahwa skala I merupakan laba/rugi tertinggi sebesar Rp. 140.068,65,-/periode, skala II sebesar Rp. 139.125,00,-/periode dan terendah skala III sebesar Rp.121.491,44,-/periode. Perlakuan P1 lebih menguntungkan jika dibandingkan

dengan peternakan ayam broiler di Kotamadya Binjai yang dikonversikan pada perhitungan 30 ekor. Kesimpulan bahwa penggunaan tepung limbah ikan gabus pasir dapat menggantikan tepung ikan komersil untuk meningkatkan pendapatan peternak.

Kata kunci : Analisa Usaha, Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir.

(49)

ABSTRACT

RAHMAINI HIDAYATI, 2016. "Business Analysis of Utilization Gabus Pasir (Butis amboinensis) Waste Fish Meal As a Substitution Commercial Fish Meal In Diet on Broiler chickens in Binjai City". Under supervised by NURZAINAH GINTING and ISKANDAR SEMBIRING.

This survey was conducted in Binjai City from August to September 2015. The method used was survey explanation with consideration of broiler chickens maintenance studies using Gabus Pasir (Butis amboinensis) waste fish meal (GPWFM) as substitution of commercial fish meal (CFM) with treatments P0 (0% GPWFM : 0% CFM), P1 (50% GPWFM : 50% CFM), dan P2 (100% GPWF : 100% CFM) with farm people with use of feed manufacturer in municipalities

Binjai with the division of business scale. Methods of data collection is by direct observation and interviews to farmers consisting of 15 farmers. Respondents were categorised into three scales, scale I (3.000 up to 5.333 chickens) consists of 8 farmers, scale II (5.334 up to 7.667 chickens) consists of 1 farmer and scale III (7.668 up to 10.001 chickens) consists of 3 farmers.

The results showed that P1 more profitable than P0 and P2. The result of research data that P1 is highest profit as Rp. 151.125,03,-/period, Po Rp. 128.753,48,-/period, and lowest P2 Rp. 46.947,40,-/period. In the survey farm people in municipalities Binjai which converted on calculations of 30 chickens

found that scale I is higest profitable Rp. 140.068,65,-/period, scale II Rp. 139.125,00,-/period and lowest scale II Rp.121.491,44,-/period. The

treatment P1 more profitable than farm people inBinjai City which converted on

calculations of 30 chickens. The conclusion is that the utilization of gabus pasir

fish meal can substitute commercial fish meal to improve farmer incomes.

(50)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di PKS Sei Silau, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten

Asahan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 28 Oktober 1993 dari

Bapak Ngatimun dan Ibu Jasmi dan penulis merupakan anak kedua dari empat

bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Buntu Pane dan pada tahun

yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur

undangan dan memilih Program Studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan

(HIMMIP).

Penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada bulan

Juli-Agustus 2014 di Loka Penelitian Kambing Potong (Lolit Kambing) Desa Sei

Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Penulis melaksanakan

(51)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisa Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan

Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan Dalam Ransum

Terhadap Ayam Broiler Di Kotamadya Binjai”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua penulis atas doa, semangat dan pengorbanan materil

maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing

dan Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini sehingga dapat

terlaksana dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

 

(52)
(53)

Parameter Penelitian ... 16

Total Biaya Produksi ... 16

Total Hasil produksi ... 16

Laba/Rugi ... 16

R/C Ratio ... 17

IOFC(Income Over Feed Ratio) ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18

Rekapitulasi data hasil penelitian dengan menggunakan tepung limbah ikan gabus pasir ... 18

Rekapitulasi data survei peternakan di Kotamadya Binjai (Rp/periode) ... 20

Rekapitulasi data perbandingan survei peternakan di Kotamadya Binjai jika dikonversikan pada perhitungan 30 ekor dengan perlakuan P1 ... 20

Pembahasan ... 21

Total Biaya Produksi ... 21

Total Hasil Produksi ... 23

Laba/Rugi ... 24

R/C Ratio ... 25

IOFC ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN ... 32

(54)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kebutuhan Nutrisi Broiler ... 5

2. Komposisi Nutrisi Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir ... 10

3. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian dengan Menggunakan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Rp/30 ekor/ perlakuan/periode) ... 18

4. Rekapitulasi Data Survei Peternakan di Kotamadya Binjai (Rp/periode) ... 20

5. Rekapitulasi Data Perbandingan Survei Peternakan di Kotamadya Binjai Jika Dikonversikan Pada Perhitungan 30 Ekor dengan Perlakuan P1

(55)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Formulasi Ransum Ayam Broiler Starter... 32

2. Formulasi Ransum Ayam Broiler Finisher ... 33

3. Kuisioner Penelitian ... 34

4. Bobot Badan Akhir Ayam Broiler ... 38

5. Total Konsumsi Ransum Fase Starter ... 39

6. Total Konsumsi Ransum Fase Finisher ... 40

7. Data Survei Peternakan Ayam Broiler di Kotamadya Binjai ... 41

8. Data Survei Peternakan Ayam Broiler di Kotamadya Binjai Jika Dikonversikan Pada Perhitungan 30 ekor ... 42

Gambar

Tabel 3. Rekapitulasi data hasil penelitian (Rp/30 ekor/perlakuan/periode)
Tabel 4. Rekapitulasi data survei peternakan ayam broiler di Kota Binjai  (Rp/periode)
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi broiler
Tabel 2. Komposisi nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir

Referensi

Dokumen terkait

Intisel Prodaktifakom.Untuk memperoleh gambaran yang jelas sebagai bahan penulisan ilmiah selain penulis membaca dan mempelajari bukubuku yang relevan dengan tema penulisan,penulis

bahwa untuk tertibnya pelaksanaan pemberian Izin Mendirikan Bangunan oleh Camat dan agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata

Dalam perkembangannya untuk menuju kondisi yang lebih baik dan sebagai perusahaan yang sedang berkembang, maka perlu diadakannya suatu sistem informasi akuntansi khususnya di

Tata Cara penerbitan SPTPD, SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a adalah prosedur yang dilakukan untuk menerbitkan

Surat keterangan telah terjadinya perkawinan dari pemuka agama/pendeta atau surat perkawinan penghayat kepercayaan yang ditandatangani oleh pemuka

Aplikasi ini berisi tentang penggambaran secara umum tes toefl, tata cara mengerjakan tes, keterangan dari ketiga jenis tes, soal-soal tes yaitu tes listening, tes structure, dan

Kepala Seksi Kerjasama dan Inovasi/Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dan Pemanfaatan Data meneliti kutipan akta dan membubuhkan

Sarana belajar atau yang disebut juga dengan sekolah sangat penting untuk dicari tentang informasi sekolah tersebut, karena sekolah merupakan elemen penting untuk meningkatkan