• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI GULA DALAM NEGERI DAN PROYEKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI GULA DI INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENUTUP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI GULA DALAM NEGERI DAN PROYEKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI GULA DI INDONESIA."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

66 BAB V PENUTUP

Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan

pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan

pembahasan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Saran dibuat berdasarkan

pengalaman dan pertimbangan penulis, ditujukan kepada pengambil kebijakan

yang terkait dengan masalah yang diteliti atau kepada peneliti dalam bidang

sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang sudah

diselesaikan.

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan yang telah diuraikan, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil ramalan produksi dan konsumsi gula Indonesia untuk dua puluh

tahun ke depan cenderung naik dari tahun 2013 ke tahun 2032. Jumlah

produksi gula belum mampu menutupi jumlah konsumsi gula hingga tahun

2032.

2. Jumlah produksi tebu, luas areal, rendemen, jumlah impor gula pada tahun

sebelumnya, dan kebijakan tarif bea masuk impor gula putih secara

bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah produksi gula Indonesia.

3. Jumlah produksi tebu berpengaruh positif terhadap jumlah produksi gula

(2)

4. Luas areal tebu berpengaruh positif terhadap jumlah produksi gula

Indonesia

5. Rendemen berpengaruh positif terhadap jumlah produksi gula Indonesia

6. Jumlah impor gula putih di tahun sebelumnya tidak berpengaruh positif

terhadap jumlah produksi gula Indonesia di tahun berikutnya (sekarang)

7. Kebijakan tarif bea masuk impor gula putih berpengaruh positif terhadap

jumlah produksi gula Indonesia

5.2Saran

Untuk meningkatkan hasil produksi gula Indonesia maka dapat

disarankan:

1. Ramalan produksi dan konsumsi gula untuk dua puluh tahun ke depan

semakin meningkat. Berdasarkan hasil ramalan tersebut, jumlah produksi

yang dihasilkan harus lebih ditingkatkan agar dapat memenuhi jumlah

kebutuhan gula dalam negeri. Pemerintah selaku pemberi kebijakan harus

menetapkan kebijakan yang efektif untuk meningkatkan produksi gula

dalam negeri. Kebijakan yang ditetapkan tidak hanya dalam pembatasan

impor, tetapi kebijakan yang juga dapat meningkatkan kinerja petani dan

pengusaha gula. Kerja sama yang baik antara pemerintah, pengusaha dan

petani gula juga diperlukan untuk meningkatkan produksi gula dalam

negeri. Banyak faktor yang harus diperbaiki dan ditingkatkan untuk

menghasilkan jumlah produksi gula yang tinggi dan mampu memenuhi

(3)

68

hasil rendemen tebu, pemilihan benih unggul dan penanaman varietas

yang sesuai dengan kondisi lahan menjadi beberapa faktor yang dapat

meningkatkan jumlah produksi gula di Indonesia.

2. Jumlah produksi tebu berpengaruh terhadap jumlah produksi gula. Tidak

hanya jumlah produksi tebu yang harus ditingkatkan tetapi juga

diperhatikan sistem pengolahan dan penebangan tanaman tebu serta jenis

varietas tebu yang ditanam agar produksi gula yang disesuaikan lebih

besar.

3. Luas areal berpengaruh terhadap jumlah produksi gula. Pengembangan

luas areal harus ditingkatkan atau diperluas yang tidak hanya berorientasi

di pulau Jawa tetapi di luar pulau Jawa. Pemilihan lahan juga harus

diperhatikan dalam menanam tebu. Jenis lahan yang ditanami harus sesuai

dengan jenis varietas tebu yang akan ditanam agar produksi gula yang

dihasilkan lebih meningkat.

4. Rendemen sangat berpengaruh positif terhadap jumlah produksi gula.

Rendemen tebu di Indonesia masih lebih sedikit dibandingkan negara lain.

Peningkatan jumlah rendemen yang dihasilkan harus lebih diperhatikan

agar jumlah produksi gula yang dihasilkan jauh lebih besar. Proses

penggilingin dan mesin yang digunakan harus lebih baik dan berkualitas

agar rendemen yang dihasilkan dari batang tebu tidak sedikit.

5. Jumlah impor gula signifikan berpengaruh terhadap produksi gula.

Tingginya jumlah impor pada tahun sebelumnya akan menurunkan jumlah

(4)

impor dan peningkatan hasil produksi gula harus dilakukan untuk

mengatasi besarnya jumlah impor gula yang masuk ke Indonesia.

6. Kebijakan tarif bea masuk impor gula putih signifikan berpengaruh

terhadap jumlah produksi gula. Kebijakan penetapan tarif bea masuk

impor gula putih dalam peneliian ini telah berhasil meningkatkan jumlah

produksi gula di Indonesia dibandingkan sebelum diadakannya kebijakan.

Pemerintah harus lebih selektif dalam menentukan kebijakan yang efektif

untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi industri pergulaaan di

Indoensia. Pemerintah juga harus mengetahui faktor – faktor yang

berpengaruh terhadap jumlah produksi gula, agar mampu menetapkan

(5)

70 Daftar Pustaka

a. Buku

Arsyad, Lincolin, (1991), Ekonomi Mikro, Edisi Kedua, BPFE, UGM,

Yogyakarta.

Bettie,R., Bruce, Taylor, Robert, C., (1994), Ekonomi Produksi, Diterjemahkan oleh Sueratno Josohardjono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Daniel, Moehar, (2004), Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta. Ferguson, C.E, dan Gould, I.P, (1975), Microeconomic Theory and Appli cation,

Prentice Hall International, Inc, London.

Gaspersz, Vincent, (1996), Ekonomi Manajerial, Penerapan Konsep-Konsep Ekonomi Dalam Manajemen Bisnis Total, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gujarati, Damador N., (2006), Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.

Mubyarto, (1984), Masalah Industri Gula di Indonesia, Edisi Pertama, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Mubyarto, (1989), Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Yogyakarta.

Mubyarto dan Daryanti, (1991), Gula Kajian Sosial-Ekonomi, Aditya Media,

Yogyakarta.

Nicholson, W., (1991), Microeconomic Theory : Basic principle and Extensions. 4th Edition, The Dryden Press. Hinsdale, Illionis.

Nicholson, W., (1995), Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya, Edisi Kelima, Jilid Satu, Alih Bahasa Agus Maulana, Penerbit Binarupa Aksara,

Jakarta.

Nicholson, W., (2002), Mikroekonomi Intermediete dan Aplikasinya, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.

Pindyck, S, Robert, dan Rubinfeld, L, Daniel, (2007), Mikroekonomi Edisi Keenam Jilid 1, PT. Indeks, Jakarta.

(6)

Salvatore, Dominick, (1990), Ekonomi Internasional, Terjemahan dari Theory and Problem of International Economics oleh Drs. Rudy Sitompul dan Drs. Haris Munandar, Second Ed., Penerbit Erlangga, Jakarta.

Setyamidjaja dan Husaini, (1992), Tebu : Bercocok Tanam dan Pascapanen, Yasaguna, Jakarta.

Soejardi, (2003), Proses Pengolahan di Pabrik Gula Tebu, LPP, Yogyakarta. Sukirno, Sadono, (1997), Pengantar Teori Mikroekonomi, Edisi Kedua, Cetakan

Kesembilan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sukirno, Sadono, (2002), Pengantar Ekonomi, Cetakan Ketujuhbelas, PT.Raja Grafindo, Yogyakarta.

Sumodiningrat, Gunawan, (1994), Ekonometrika, BPFE – UGM, Yogyakarta. Widodo, Tri, (2006), Perencanaan Pembangunan : Aplikasi Komputer (Era

Otonomi Daerah), UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

b. Jurnal/majalah Ilmiah

Cahyani, U.E., (2008), “Analisis Daya Saing Dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gula Indonesia”, Skripsi, Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hadi, Prajogo U., dan Sri Nuryanti, (2005), “Dampak Kebijakan Proteksi Terhadap Ekonomi Gula Indonesia”, Jurnal Agro Ekonomi, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Sosial Pertanian, Bogor.

Husni Malian, H., dan Saptana, (2003), “dampak peningkatan Tarif Impor Gula Terhadap Pendapatan Petani Tebu”, Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Pusat Penelitian dan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Maria, (2009), “Analisis Kebijakan Tataniaga Gula terhadap Ketersediaan dan

Harga Domestik Gula Pasir di Indonesia”, Jurnal Agribisnis, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.

Meireni Dachliani, Diesy, (2006), “Permintaan Impor Gula Indonesia Tahun 1980

(7)

72

Nainggolan, Kaman, (2005), “Kebijakan Gula Nasional dan persaingan Global”, Jurnal, Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Rachmat, Handewi P, et al, (2004), “Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap

Kinerja Ketahanan Pangan Nasional”, Jurnal, Vol 1, No.1, pp. 47-45 Pengembangan Inovasi Pertanian.

Sugiyanto, C., (2007), “Permintaan Gula Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No. 2, Desember, hal. 113 – 127.

Susila, W.R., dan Sinaga, B.M., (2005), “Analisis Kebijakan Industri Gula

Indonesia”, Jurnal Agro Akonomi, Vol.23, No.1, Mei, hal. 30-53.

Widiastuty, L.K., dan Haryadi, B., (2001), “Analisa Pemberlakuan Tarif Gula di Indonesia”, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 3, No. 1, Maret, hal. 34 – 47.

Winarno, F.G dan Birowo, A.T, (1988), “Gula dan Pemanis Buatan di Indonesia”,

Jurnal, Sekretariat Dewan Gula Indonesia, Jakarta.

c. Referensi yang diakses dari internet

Haryanto, (1999), “Sejarah Baron Pemain Perdagangan Gula Nasional”, diakses dari http://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2010/11/11/sejarah-baron-pemain-perdagangan-gula-nasional/ pada tanggal 24 Februari 2013

Sapuan, (1998), “Kebijaksanaan Pergulaan dan Perkembangan Tata Niaga Gula di

Indonesia”, diakses dari http:// www.bulog.go.id\papers\k_001gula.Html

(8)
(9)

74

Lampiran 1

Tabel Data Produksi Gula, Produksi Tebu, Luas Areal, Rendemen, Jumlah Impor, Kebijakan (D), 1985-2012

Tahun Prod (ton) Pt (ton) L (Ha) R (desimal) Imp(t-1) (ton) D1

(10)

Lampiran 2

Tabel Metode Naif

Hasil Ramalan Produksi Dan Konsumsi Gula,2013-2032 Tahun Produksi (Ton) Konsumsi(Ton)

2013 2.482.107 2.691.856

2014 2.448.833 2.929.123

2015 2.096.472 3.170.936

2016 2.094.195 3.067.483

2017 2.189.967 3.366.944

2018 1.481.685 2.724.953

2019 1.494.333 2.889.171

2020 1.690.004 2.989.171

2021 1.725.467 3.150.866

2022 1.755.433 3.300.808

2023 1.631.919 3.300.811

2024 2.051.643 3.388.808

2025 2.241.742 3.057.536

2026 2.307.027 3.760.000

2027 2.448.143 3.750.067

2028 2.668.429 3.508.000

2029 2.299.503 4.850.109

2030 2.214.489 4.289.000

2031 2.228.259 4.670.770

(11)

76

Lampiran 3

Tabel Metode Tren Linear

Hasil Ramalan Produksi Dan Konsumsi Gula,2013-2032 Tahun Produksi (Ton) Konsumsi (Ton)

2013 2.095.213,3929 3.144.865,6786

2014 2.105.609,8994 3.238.663,8600

2015 2.116.006,4060 3.332.462,0415

2016 2.126.402,9126 3.426.260,2229

2017 2.136.799,4191 3.520.058,4044

2018 2.147.195,9257 3.613.856,5858

2019 2.157.592,4323 3.707.654,7672

2020 2.167.988,9388 3.801.452,9487

2021 2.178.385,4454 3.895.251,1301

2022 2.188.781,9520 3.989.049,3116

2023 2.199.178,4585 4.082.847,4930

2024 2.209.574,9651 4.176.645,6745

2025 2.219.971,4717 4.270.443,8559

2026 2.230.367,9782 4.364.242,0374

2027 2.240.764,4848 4.458.040,2188

2028 2.251.160,9914 4.551.838,4002

2029 2.261.557,4979 4.645.636,5817

2030 2.271.954,0045 4.739.434,7631

2031 2.282.350,5111 4.833.232,9446

(12)

Lampiran 4

Tabel Metode Tren Kuadratik

Hasil Ramalan Produksi Dan Konsumsi Gula,2013-2032 Tahun Produksi (Ton) Konsumsi(Ton)

(13)

78

Lampiran 5

Tabel Metode Tren Eksponensial

Hasil Ramalan Produksi Dan Konsumsi Gula,2013-2032 Tahun Produksi (Ton) Konsumsi(Ton)

(14)

Lampiran 6

Tabel Metode Moving Average

Hasil Ramalan Produksi Dan Konsumsi Gula,2013-2032 Tahun Produksi (Ton) Konsumsi(Ton)

(15)

80

Lampiran 7

Tabel Metode Penghalusan Eksponensial

Hasil Ramalan Produksi Dan Konsumsi Gula,2013-2032 Tahun Produksi (Ton) Konsumsi(Ton)

2013 2.296.937,1333 4.215.268,7013 2014 1.837.549,7067 3.372.214,9611 2015 1.470.039,7653 2.697.771,9688 2016 1.176.031,8123 2.158.217,5751 2017 940.825,4498 1.726.574,0601 2018 752.660,3599 1.381.259,2480 2019 602.128,2879 1.105.007,3984 2020 481.702,6303 884.005,9188 2021 385.362,1042 707.204,7350 2022 308.289,6834 565.763,7880 2023 246.631,7467 452.611,0304 2024 197.305,3974 362.088,8243 2025 157.844,3179 289.671,0595 2026 126.275,4543 231.736,8476 2027 101.020,3635 185.389,4781 2028 80.816,2908 148.311,5824 2029 64.653,0326 118.649,2660

2030 51.722,4261 94.919,4128

2031 41.377,9409 75.935,5302

(16)

Lampiran 8

Gambar Nilai MAD dan MSE Kurva Produksi Gula

(17)

82

Lampiran 9

Hasil Regresi Linear Berganda Dependent Variable: LNPROD

Method: Least Squares Date: 06/06/13 Time: 20:51 Sample: 1985 2012

Included observations: 28

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

(18)

Lampiran 10

Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.294035 Probability 0.829200 Obs*R-squared 1.242268 Probability 0.742886

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 06/06/13 Time: 21:03

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.237549 1.842074 0.128957 0.8987

(19)

84

Lampiran 11

Hasil Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.901998 Probability 0.534497 Obs*R-squared 7.707040 Probability 0.462598

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 06/06/13 Time: 20:52 Sample: 1985 2012

Included observations: 28

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.681836 1.593717 -2.310219 0.0323

LNPT 0.332160 0.170146 1.952209 0.0658

LNPT^2 -0.010545 0.005388 -1.957098 0.0652

LNL 0.025213 0.014543 1.733639 0.0992

LNR -0.554666 0.314831 -1.761792 0.0942

LNR^2 -0.102596 0.058830 -1.743944 0.0973

LNIMP 0.003651 0.006992 0.522198 0.6076

LNIMP^2 -0.000182 0.000301 -0.605566 0.5520

D1 0.003667 0.003177 1.154466 0.2626

(20)

Lampiran 12

Hasil Uji Multikolinearitas

¾ AUXILIARY PERTAMA Dependent Variable: LNPT Method: Least Squares Date: 06/06/13 Time: 20:56 Sample: 1985 2012

Included observations: 28

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.766512 13.36838 -0.356551 0.7247

LNL 1.528916 1.035490 1.476515 0.1534

LNR -0.115043 1.067843 -0.107734 0.9151

LNIMP 0.151581 0.059879 2.531441 0.0187

D1 -0.232649 0.270296 -0.860719 0.3983

(21)

86

¾ AUXILIARY KEDUA Dependent Variable: LNL Method: Least Squares Date: 06/06/13 Time: 20:58 Sample: 1985 2012

Included observations: 28

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

(22)

¾ AUXILIARY KETIGA Dependent Variable: LNR Method: Least Squares Date: 06/06/13 Time: 20:59 Sample: 1985 2012

Included observations: 28

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.902869 2.586695 -0.735637 0.4694 LNPT -0.004384 0.040695 -0.107734 0.9151 LNL -0.030780 0.211412 -0.145592 0.8855 LNIMP -0.019464 0.012580 -1.547260 0.1355 D1 0.060385 0.052110 1.158786 0.2584 R-squared 0.138457 Mean dependent var -2.606568

Adjusted R-squared -0.011376 S.D. dependent var 0.088213

S.E. of regression 0.088713 Akaike info criterion -1.846380

Sum squared resid 0.181011 Schwarz criterion -1.608487

Log likelihood 30.84932 F-statistic 0.924076

(23)

88

¾ AUXILIARY KEEMPAT Dependent Variable: LNIMP Method: Least Squares Date: 06/06/13 Time: 21:00 Sample: 1985 2012

Included observations: 28

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -6.887756 41.25734 -0.166946 0.8689

LNPT 1.437546 0.567877 2.531441 0.0187

LNL -1.395193 3.323853 -0.419752 0.6786

LNR -4.843581 3.130425 -1.547260 0.1355

Gambar

Tabel Data Produksi Gula, Produksi Tebu, Luas Areal, Rendemen, Jumlah Impor, Kebijakan (D), 1985-2012
Tabel Metode Naif
Tabel Metode Tren Linear
Tabel Metode Tren Kuadratik
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil buku dan beberapa skripsi di atas, dapat diketahui yang menjadi perbandingan dengan penelitian saya adalah perkembangan fisik Kota dari tahun 1993-2018,

12 M. Nu’am Yasin, Fikih Kedoktern di terjemahkan oleh Munirul Abidin, h.194.. bagi Donor yang hidup adalah bahwa organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital

(2) Kemampuan Guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan media teks dialog sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

Peran lembaga pendidikan tinggi di negara-negara ASEAN mencakup satu aspek yang sangat besar di mana sistem pendidikan harus diintegrasikan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

(b) Salinan minit Mesyuarat Agong Tahunan hendaklah dikemukakan kepada Timbalan Naib Canselor Hal Ehwal Pelajar, dan mana-mana kakitangan Universiti sebagaimana yang

kunjungan rumah dilakukan, tim mendapatkan tinggi badan Sangguno kurang dari -3 SD Standar WHO NCHS. Bagaimana Saudara menjelaskan apa yang terjadi pada Sangguno

Hasil pengujian statistik menunjukkan tingkat signifikansi VAIC sebesar 0,076 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga tidak dapat membuktikan bahwa

Pada saaat masa anaka-anak awal pertumbuhan fisik anak berlangsung lambat ( sekitar 2 tahun) dari pada pertumbuhan fisik anak ketika masih bayi. Pada masa awal anak-anak