• Tidak ada hasil yang ditemukan

Food Analysis at Interior Cavity of Lizard (Eutropis multifasciata) in Bogor West Java.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Food Analysis at Interior Cavity of Lizard (Eutropis multifasciata) in Bogor West Java."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPOSISI MAKANAN PADA LAMBUNG KADAL (

Eutropis

multifasciata)

DI BOGOR JAWA BARAT

RATIH PUSPITANINGRUM

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

RATIH PUSPITANINGRUM. Analisis Komposisi Makanan pada Lambung Kadal (Eutropis multifasciata) di Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan TARUNI SRI PRAWASTI.

Lambung merupakan organ otot berongga yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardiak, fundus dan pilorus. Isi lambung memberikan informasi tentang komposisi makanan dan strategi mencari makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi makanan yang ada di lambung kadal (Eutropis multifasciata) di Bogor Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2009. Penangkapan kadal dilakukan dengan menggunakan jala dan tongkat. Kadal yang berhasil ditangkap berjumlah 30 ekor. Kadal yang ditangkap di Darmaga memiliki isi lambung yang terdiri dari serangga (29.41%), Moluska (5.88%), Malacostraka (2.94%), cacing (5.88%), dan material tumbuhan (29.41%), sedangkan kadal yang ditangkap di Cibatok memiliki isi lambung yang terdiri dari serangga (87.5%) dan Moluska (12.5%). Kadal yang ditangkap di Darmaga dan di Cibatok merupakan pemangsa oportunis. Jenis makanan yang paling banyak dimakan kadal di Darmaga adalah Arachnida, sedangkan jenis makanan yang paling banyak dimakan kadal di Cibatok adalah ordo Orthoptera.

ABSTRACT

RATIH PUSPITANINGRUM. Food Analysis at Interior Cavity of Lizard (Eutropis multifasciata) in Bogor West Java. Under the direction of ACHMAD FARAJALLAH and TARUNI SRI PRAWASTI.

(3)

ANALISIS KOMPOSISI MAKANAN PADA LAMBUNG KADAL (

Eutropis

multifasciata)

DI BOGOR JAWA BARAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

RATIH PUSPITANINGRUM

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul

: Analisis komposisi makanan pada lambung kadal (

Eutropis

multifasciata

) di Bogor Jawa Barat

Nama : Ratih Puspitaningrum

NIM :

G34053104

Menyetujui:

Pembimbing

I,

Pembimbing II,

Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si. Dra. Taruni Sri Prawasti

NIP. 196504271990021002 NIP. 195511301983032003

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA

NIP 196103281986011002

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala rahmat dan karuniaNya. Sholawat dan salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian yang dilaporkan dalam karya ilmiah ini dilaksanakan pada bulan Februari 2009 sampai dengan Juni 2009, di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si dan Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Hadisunarso selaku penguji, staf dosen Laboratorium Zoologi IPB dan seluruh dosen Biologi IPB atas saran dan perhatiannya. Teman-temanku Ahmad Budi, Ika Rezza, Titin Junaesih, Alfa, seluruh teman-teman mahasiswa Biologi 42, seluruh warga Zoologi IPB, saudara-saudaraku di Puri Sembilan (Ivah, Ari, Endah, Ismi, Ika, Dhina) atas kebersamaanya selama ini.

Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak, Ibu, Adik Dimas, dan keluarga besar di Pati atas doa serta dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 3 November 2009

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati, tanggal 21 Februari 1987, dari Ayah Sudiyono dan Ibu Sini. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis lulus SD pada tahun 1999 dan lulus SLTP tahun 2002. Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Pati dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB).

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Tujuan ... 1

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 1

Penangkapan Kadal ... 1

Pengukuran Karakter Tubuh dan Identifikasi Spesimen ... 1

Analisis Isi Lambung ... 2

Analisis Data ... 2

HASIL Jumlah Individu dan Ukuran Tubuh Kadal ... 2

PEMBAHASAN ... 3

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan... ... 4

Saran ... ... 5

DAFTAR PUSTAKA ... 5

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Ukuran rata-rata karakter tubuh kadal yang ditangkap... 2 2 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Darmaga... 3 3 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Cibatok... 3

DAFTAR GAMBAR

(9)

1

PENDAHULUAN Latar belakang

Kadal merupakan anggota kelas Reptil, ordo Squamata dan Famili Scincidae (Wood et al. 2004). Kadal merupakan kelompok terbesar dari anggota Reptil. Reptil terdiri atas 3.751 spesies dalam 383 genus dan 16 famili. Proporsi kadal mencapai 51% dari anggota Reptil. Kadal adalah hewan berkaki empat, tubuh terdiri dari kepala, badan dan ekor, ukuran tubuh 137-400 mm, pelupuk mata dapat dibuka tutup, dan tubuh ditutupi oleh sisik. Sisik pada kadal berfungsi untuk mengatur sirkulasi air melalui kulitnya. Sisik tersebut tersusun dari protein yang disebut dengan keratin. Pada manusia, keratin merupakan protein penyusun kuku jari tangan dan kaki (MC Laren & Rotundo 1985). Spesies kadal yang banyak dijumpai di Bogor dan sekitarnya adalahEutropis multifasciata. Spesies kadal ini menyebar luas di Asia Tenggara mulai dari India, Cina Selatan, Taiwan, Burma, Laos, Kamboja, Semenanjung Malaya dan pulau-pulau di sekitar Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Papua (Patrick & Andreas 2003).

Eutropis multifasciata dan hampir semua jenis kadal adalah hewan raptorial yaitu pemasukan makanan tanpa didahului proses mengunyah, mangsa dipegang alih sisi kemudian ditelan. Reptil berburu makanan dengan cara duduk, berjalan simpang siur, dan berburu intensif. Reptil yang berburu dengan duduk adalah bunglon. Cicak berburu dengan berjalan simpang siur sedangkan biawak dan kadal famili Scincidae berburu secara intensif (Vitt 1991).

Sebagian besar Reptil bersifat karnivora dengan pakan beragam dari serangga sampai mamalia, tetapi kadal lebih bersifat omnivora (Halliday & Adler 2000). Keanekaragaman makanan pada kadal dapat dipelajari melalui analisis isi lambung. Isi lambung memberikan informasi tentang komposisi makanan dan strategi mencari makan (Grahame et al. 1979). Kajian makanan pada kadal dapat dipelajari dengan pengamatan empiris yaitu mengamati langsung perilaku mencari makanan dan pengamatan isi lambung dengan cara membedah. Rocha et al (2002) melaporkan bahwa di dalam lambung kadalMabuya agilis ditemukan Acarina (38%), ordo Homoptera (27%), ordo Coleoptera (13%), dan material lain (22%).

Lambung merupakan organ otot berongga yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardiak, fundus dan pilorus. Lambung berfungsi

sebagai tempat penyimpanan makanan, yang berkontraksi untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan tiga zat penting yaitu: lendir, asam klorida, dan prekusor pepsin. Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim. Kadal mencari makan pada pagi hari dan pada malam hari kadal tidur di bawah serasah, dan timbunan kayu. Kadal merupakan hewan ektotermal karena memerlukan sumber panas eksternal untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Aktivitas makan kadal pada pagi hari antara pukul 07.00-10.00 WIB, kadal akan berjemur sampai mencapai suhu tubuh 33-34 C, dan setelah pukul 16.00 WIB kadal sudah jarang terlihat. Kadal mempunyai hubungan mutualisme dengan lingkungan sebagai pengendali serangga di sawah (Zug et al. 1977).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi komposisi makanan yang ada di lambung kadal (Eutropis multifasciata) di Bogor Jawa Barat.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2009. Kadal diambil di sekitar Pemandian Air Panas Cibatok (2.211 m dpl) dan Darmaga (70 m dpl). Analisis dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor.

Penangkapan Kadal

Penangkapan kadal dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-17.00 WIB dengan menggunakan jala, tongkat, kandang kadal, gunting, botol dan lain-lain. Kadal yang tertangkap dibius menggunakan kloroform, ditimbang dengan timbangan digital AND 0,1 gram kemudian dibedah perutnya. Lambung dipotong dan diawetkan dalam etanol 70% untuk menginaktifkan enzim-enzim pencernaan.

Pengukuran Karakter Tubuh dan Identifikasi Spesimen

(10)

2

Analisis Isi Lambung

Lambung kadal yang telah diawetkan dalam etanol 70% dipindahkan ke dalam cawan. Isi lambung dikeluarkan, kemudian dipilah-pilah dengan menggunakan kuas dan jarum. Makanan dari lambung dipisahkan antara hewan, material tumbuhan dan material lainnya. Hewan dari kelompok Arthropoda diidentifikasi sampai tingkat ordo berdasarkan Borror et al. (2005), sedangkan hewan lain akan diidentifikasi sampai kelas. Spesimen kadal dan lambung disimpan di Laboratorium Zoologi, FMIPA IPB.

Analisis Data

Penghitungan jumlah mangsa kadal menggunakan indeks Pianka (Krebs 1989) yaitu:

Keterangan

Ojk : Indeks Pianka untuk tumpang tindih relung jenis j dan k

Pij : Perbandingan mangsa i yang digunakan jenis j.

Pik : Perbandingan mangsa i yang digunakan jenis k

N : Jumlah keseluruhan mangsa yang digunakan oleh jenis j dan k

Indeks Pianka (O) berkisar dari 0.00 (tidak ada tumpang tindih) sampai 1.00 (tumpang tindih penuh). Pengolahan data menggunakan analisis program SPSS 15.

HASIL

Jumlah Individu dan Ukuran Tubuh Kadal Kadal yang berhasil ditangkap berjumlah 30 ekor, yang terdiri dari 17 ekor berasal dari Darmaga (10 ekor berjenis kelamin betina dan 7 ekor berjenis kelamin jantan) dan 13 ekor berasal dari Cibatok (5 ekor berjenis kelamin betina dan 8 ekor berjenis kelamin jantan). Kadal yang ditangkap termasuk jenisEutropis multifasciata dengan ciri-ciri sebagai berikut: garis sutura pada bagian punggung; postnasal pada bagian kepala; sisik pada bagian ventral yang berjumlah 30-34; lamela pada selaput jari. Rata-rata berat badan kadal yang berhasil ditangkap adalah 33.04 gram (Tabel 1) dengan kisaran antara 22.1 gram dan 49 gram. Hal ini menunjukkan bahwa semua kadal

dikategorikan sebagai kadal dewasa. Ciri kadal dewasa adalah di permukaan bagian ventral bewarna coklat kekuningan. Beberapa ukuran bagian-bagian tubuh kadal disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Ukuran rata-rata karakter tubuh kadal yang ditangkap

Jenis makanan yang ada di lambung kadal dibedakan menjadi dua,yaitu: material hancur dan material utuh atau semi utuh. Kadal yang ditangkap di Darmaga pada pukul 06.00-09.00 WIB memiliki lambung yang berisi serangga (5.88%), Malacostraka (2.94%), Arachnida (8.82%), cacing (2.94%), material tumbuhan (14.7%) dan seterusnya (Tabel 2). Sedangkan kadal yang ditangkap di Cibatok pada pukul 09.00-11.00 WIB memiliki lambung yang berisi serangga (37.5%), Moluska (12.5) dan seterusnya (Tabel 3).

Cibatok memiliki ketinggian 2.211 m dpl dengan lokasi yang berbatu dan sedikit tumbuhan. Sedangkan Darmaga memiliki ketinggian 70 m dpl dengan vegetasi tumbuhan yang lebat. Kadal yang ditangkap di Darmaga memiliki isi lambung yang terdiri dari serangga (29.41%), Moluska (5.88%), Malacostraka (2.94%), Arachnida (26.47%), Cacing (5.88%), dan material tumbuhan (29.41%). Sedangkan kadal yang ditangkap di Cibatok memiliki isi lambung yang terdiri dari serangga (87.5%) dan Moluska (12.5%). Jenis makanan yang paling banyak dimakan kadal di Darmaga adalah Arachnida (26.47%) dan jenis makanan yang paling banyak dimakan kadal di Cibatok adalah ordo Orthoptera (62.5%).

Nilai Indeks Pianka jenis-jenis makanan yang ada di lambung kadal antara Darmaga dan Cibatok adalah Ojk= 0.0177. Nilai indeks Pianka memperlihatkan tidak adanya tumpang tindih mangsa antara Darmaga dan Cibatok. Kadal yang ditangkap di Darmaga di habitat

No. Parameter Ukuran

1 Berat Badan BB 33.04 gram

2 Panjang Total PT 224.34 mm

3 Panjang Badan PB 63.67 mm

4 Panjang Ekor PE 111.69 mm

5 Diameter Mata DM 3.21 mm

6 Diameter Telinga DT 2.57 mm

7 Lebar Kepala LK 12.47 mm

8 Tinggi Kepala TK 10.69 mm

9 Lebar Badan LB 19.62 mm

10 Tinggi Badan TB 14.76 mm

11 Lebar Mulut LM 19.76 mm

(11)

3

Gambar 1 Jenis-jenis makanan dalam lambung kadal

Arachnida Orthoptera Daun Moluska

Hymenoptera Biji Blattaria

Material hancur Batang Malacostraka

serasah, pada lambungnya terdapat makanan berupa serangga (Orthoptera, Hymenoptera, Blattaria), Arachnida, Cacing, Moluska dan material tumbuhan (daun, batang, biji), di habitat bebatuan, pada lambungnya terdapat makanan berupa serangga (Hymenoptera) dan Arachnida, sedangkan di habitat tanah, pada

lambungnya terdapat makanan berupa Arachnida, Malacostraca, Cacing, dan material tumbuhan (daun dan batang). Kadal yang ditangkap di Cibatok di habitat serasah dan tanah, pada lambungnya ditemukan makanan berupa serangga (Orthoptera dan Hymenoptera).

Tabel 2 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Darmaga

Hym Orth Blatt Mol Mala Ara Ccng Daun Btng Biji 06.00-09.00 WIB 5.88 2.94 8.82 2.94 5.88 5.88 2.94 09.00-11.00 WIB 8.82 5.88 2.94 2.94 14.71 5.88 5.88 11.00-13.00 WIB 2.94 2.94 2.94 2.94 2.94 2.94 13.00-15.00 WIB

15.00-17.00 WIB

Material Tumbuhan (%) Waktu Penangkapan Hewan (%)

Tabel 3 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Cibatok

Keterangan tabel :

Hym : Ordo Hymenoptera Mala : Malacostraka Orth : Ordo Orthoptera Ccng : Cacing Blatt : Ordo Blattaria Daun : Daun Mol : Moluska Btng : Batang Ara : Arachnida Biji : Biji

Hym Orth Blatt Mol Mala Ara Ccng Daun Btng Biji 06.00-09.00 WIB

09.00-11.00 WIB 12.5 25 12.5 11.00-13.00 WIB 12.5

13.00-15.00 WIB

15.00-17.00 WIB 12.5 25

(12)

4

PEMBAHASAN

Kadal yang ditangkap di Darmaga pada pukul 06.00-09.00 WIB memiliki lambung yang berisi material semi utuh yang terdiri dari Hymenoptera, Malacostraka, Arachnida, cacing, dan material tumbuhan. Kadal yang ditangkap pada pukul 09.00-11.00 WIB memiliki isi lambung yang terdiri dari serangga (Hymenoptera, Orthoptera, dan Blattaria), Moluska, Arachnida, dan material tumbuhan. Ordo Orthoptera merupakan serangga yang melakukan aktivitas pada malam hari (Borror et al. 2005). Selain itu, Ordo Orthoptera merupakan serangga pemakan tumbuhan. Ordo Hymenoptera merupakan serangga yang melakukan aktivitas pada pagi hari (Borror et al. 2005). Arachnida merupakan kelompok Arthropoda yang memiliki empat pasang kaki dan beraktivitas sepanjang hari (Powell et al. 1990). Aktivitas kitinase dalam proses pencernaan berlangsung selama dua jam (Zug et al.1977). Kadal yang ditangkap pada pukul 15.00-17.00 WIB memiliki isi lambung berupa material hancur. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan aktivitas makan kadal dilakukan pada pukul 14.00 WIB atau sebelumnya. Hal ini didukung oleh Rocha et al.(2002) yang menemukan adanya material hancur pada penangkapan kadal pukul 16.00-17.00 WIB.

Kadal yang ditangkap di Cibatok pada pukul 09.00-11.00 WIB memiliki lambung yang berisi material semi utuh yang terdiri dari serangga (Ordo Hymenoptera dan Orthoptera) dan Moluska. Kadal yang ditangkap pukul 11.00-13.00 WIB memiliki isi lambung berupa Ordo Hymenoptera, sedangkan kadal yang ditangkap pukul 15.00-17.00 WIB memiliki isi lambung yang masih bisa diidentifikasi berupa serangga (Ordo Hymenoptera dan Orthoptera). Dapat disimpulkan bahwa kadal dalam melakukan aktivitas makan tidak bergantung pada pola waktu.

Kadal yang ditangkap di Cibatok tidak ditemukan makanan berupa Ordo Blattaria. Hal ini dikarenakan kebutuhan energi kadal sudah terpenuhi dan kemungkinan di Cibatok tidak ada Ordo Blattaria. Adanya perbedaan biomassa antara Darmaga dengan Cibatok juga menyebabkan tidak ditemukannya Malacostraka dan material tumbuhan. Kadal akan berhenti makan jika kebutuhan energinya sudah terpenuhi. Oleh karena itu, zat-zat gizi seperti protein,

vitamin, dan mineral harus tersedia dalam perbandingan yang tepat sehingga kadal mendapatkan zat gizi yang cukup pada saat kebutuhan energinya terpenuhi (Scottet al. 1982).

Makanan yang dimakan kadal di Darmaga adalah material hewan dan tumbuhan. Kadal yang ditangkap di Darmaga merupakan pemangsa oportunis. Sedangkan makanan yang dimakan kadal di Cibatok adalah material hewan yaitu serangga. Kadal bisa digolongkan sebagai pemangsa oportunis karena selain memangsa hewan, mereka juga memangsa tumbuhan. Ketersediaan makanan pada lokasi, waktu, dan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi seekor hewan menjadi pemangsa oportunis (Powellet al. 1990).

Nilai indeks Pianka Darmaga dengan Cibatok adalah Ojk= 0,0177 yang berarti tidak ada tumpang tindih mangsa antara kedua daerah tersebut. Berdasarkan Uji-T hubungan antara makanan di lambung dengan parameter ukuran tubuh seperti BB, PT, PB, PE, DM, DT, LK, TK, LB, TB dan LM secara berturut-turut adalah 0.531 gram, 0.975 mm, 0.113 mm, 0.849 mm, 0.234 mm, 0.488 mm. 0.199 mm, 0.929 mm, 0.738 mm, 0.263 mm, 0.535 mm (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa berat badan, panjang total kadal, panjang ekor, tinggi kepala, lebar badan dan lebar mulut tidak berpengaruh pada volume atau biomassa makanan yang ada di lambung. Berdasarkan data penelitian, kadal dengan berat badan 44 gram memiliki volume makanan di lambung yang lebih sedikit daripada kadal yang memiliki berat badan 35 gram. Demikian juga kadal yang memiliki panjang total 256.7 mm memiliki volume makanan di lambung yang lebih sedikit daripada kadal yang memiliki panjang total 209.6 mm (Lampiran 1). Berat badan dan panjang total kadal, tidak berpengaruh terhadap volume makanan di lambung kadal.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

(13)

5

Saran

Kadal merupakan salah satu agen pengendali hayati (serangga) sehingga keberadaan kadal perlu dijaga.

DAFTAR PUSTAKA

Borror DJ, Charles AT, Norman FJ. 2005. Borror and Delong s Introduction to the Study of Insects 7th Ed. Australia: The Ohio State University.

Grahame JW, Manolis SC, Buckworth R.1979. Crocodylus johnstoni in the mc kinlay river area, NTI: variation in the Diet and new method of assessing the relative importance of prey. Aust J Zool 30:877-879.

Halliday T, Adler K. 2000. The Encyclopedia of Reptile and Amphibians. New York: Fact on File Inc.

Iskandar DT. 2001.A Checklist of Southeast Asian and New Guinean Reptiles Part II: Reptilia- Lacertilia. Jakarta: Binamitra.

Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper & Row.

MC Laren JE, Rotundo L. 1985. Health Biology. Massachustss: DC Health and Company.

Patrick M, Andreas S.2003. Molecular Phylogeography, Intraspecific Variation and Speciation of the Asian Scincid Lizard Genus Eutropis Fitzinger, (Squamata: Reptilia: Scincidae): Taxonomic and Biogeographic Implications. J Evol 3: 161-171.

Powell R, Parmelle JS, Rice MA. 1990. Ecological observation of Hemidactylus brokii haitianus Meerwarh (Sauria : Geckonidae) from Hispaniola. Caribbean J Science 26 :67-90.

Rocha CF, Vrcibradic D, Van Sluys M. 2002. Diet of the lizard Mabuya agilis (Sauria; Scincidae) in an insular habitat (Ilha Grande, RJ, Brazil).J Biol 64 (1): 135-9. Rooij ND. 1915. The Reptiles of The

Indo-Australian Archipelago Part 1 Lacertilia, Chelonian, Emydosauria. Leiden: EJ. Brill Ltd.

Scott ML, MC Nesheim, RJ Young. 1982. Nutrition of the Chicken 3rd Ed. Ithaca: ML Scott Associaties.

Vitt LJ. 1991. An introduction to the ecology of Cerrado lizard. J. Herp.,25(1): 79-90.

Wood et al. 2004. A first report on the herpetofauna of Pulau Besar, Johor, West Malaysia. Hamadryad 28 (1&2): 100-109.

(14)

6

Lampiran 1 Parameter ukuran tubuh kadal

Sampel Sex BB (g)

PS (mm)

PB (mm)

PE (mm)

DM (mm)

DT (mm)

LK (mm)

TK (mm)

LB (mm)

TB (mm)

LM (mm)

1 betina 22.1 148.2 43.3 104.9 2.2 1.1 10.9 6.9 14.9 10.9 12.9

2 jantan 23.0 209.6 54.9 154.7 2.5 1.8 10.6 8.1 18.9 11.1 12.8

3 betina 22.3 194.3 105.5 88.8 2.1 2.6 10.4 10.6 17.65 15.65 11.1

4 jantan 40.5 238.6 61.0 177.6 1.3 1.2 12.1 9.7 17.9 13.7 9.1

5 jantan 40.8 346.2 56.5 289.7 4.4 3.3 14.7 16.2 11.1 21.7 12.3

6 betina 35.0 216.6 58.3 158.3 3.3 4.3 11.1 13.4 22.2 23.45 12.5

7 jantan 30.0 131.4 59.6 71.8 4.3 2.8 13.2 11.5 15.7 17.6 6.8

8 jantan 41.0 217.6 60.3 157.3 4.9 2.9 16.4 12.2 19.65 16.6 8.15

9 betina 32.6 181.2 80.9 100.3 3.3 2.10 12.5 10.9 23.9 16.5 9.2

10 betina 40.0 231.5 95.5 136.0 3.5 2.2 12.5 12.8 26.6 16.6 8.05

11 betina 41.5 264.7 71.8 192.9 4.7 2.8 11.1 10.8 19.4 18.05 7.8

12 betina 26.2 174.3 76.6 97.7 3.2 2.7 14.4 13.7 20.6 14.1 9.5

13 betina 40.0 221.8 80.8 141.0 3.3 2.9 13.3 9.4 20.5 11.6 7.05

14 betina 26.7 248.3 69.8 178.5 1.1 2.2 10.1 8.8 19.5 13.9 12.8

15 jantan 22.2 197.9 62.1 135.8 2.1 2.5 12.5 8.1 15.2 12.7 12.9

16 betina 33.7 218.5 75.1 143.4 2.5 1.2 12.7 9.6 20.7 15.9 10.2

17 jantan 32.8 162.3 74.8 87.5 3.4 2.8 13.2 9.6 21.5 14.4 10.0

18 betina 22.5 163.5 65.4 98.1 3.3 2.7 11.4 7.1 15.9 15.3 8.7

19 betina 25.6 111.0 65.1 45.9 2.1 1.1 11.5 9.7 20.4 10.1 7.7

20 betina 28.0 160.9 55.0 105.9 3.4 3.4 12.9 10.6 52.9 15.8 7.3

21 jantan 34.0 201.0 63.5 90.6 4.3 3.6 15.3 9.6 20.5 14.9 9.4

22 jantan 44.0 212.3 42.1 137.5 3.1 2.2 10.5 7.7 11.1 9.9 5.8

23 betina 28.0 131.2 50.8 80.4 3.8 3.1 11.3 9.9 20.1 12.2 4.2

24 jantan 44.0 230.3 66.4 163.9 3.8 2.1 15.8 10.1 18.1 15.7 12.7

25 jantan 41.0 258.0 63.8 194.2 4.7 2.9 15.1 10.1 19.1 15.1 8.1

26 jantan 49.0 220.0 62.2 157.8 3.2 2.1 16.1 11.2 22.4 15.4 7.8

27 betina 29.0 215.2 53.0 162.2 4.0 2.8 12.6 10.9 20.5 13.7 6.3

28 jantan 47.0 256.7 62.2 194.5 3.5 3.8 20.0 17.9 21.4 17.4 8.5

29 jantan 48.0 225.1 62.7 162.4 3.7 2.9 15.8 11.2 20.2 15.2 7.9

(15)

7

Lampiran 2 Hasil uji-T

Levels test for

Equality of varience t-test for equality of means

95% confidence interval of the difference Parameter

F t sign df sig (2-tailed) mean

difference lower upper

BB 0.402 0.531 0.943 28 0.354 -3.7889 -12.00272 4.44349

PS 0.001 0.975 1,705 28 0.099 -33.13125 -72.94014 6.67764

PB 0.099 0.113 0.212 28 0.834 -1.41339 -15.06105 12.23432

PE 0.037 0.849 1,435 27 0.165 -28.29938 -68.75691 12.15842

DM 1.000 0.234 0.489 27 0.628 0.25369 -0.80796 1.31714

DT 0.495 0.488 0.096 28 0.924 0.03813 -0.77682 0.85307

LK 0.734 0.199 0.514 26 0.018 -2.32974 -4.23456 -0.42494

TK 0.008 0.929 0.151 28 0.259 -1.29964 -3.61222 1.10394

LB 0.114 0.738 0.877 27 0.388 -1.5889 -2.12829 5.30644

TB 0.308 0.263 0.855 27 0.488 -1.27852 -2.12829 5.30644

(16)

ANALISIS KOMPOSISI MAKANAN PADA LAMBUNG KADAL (

Eutropis

multifasciata)

DI BOGOR JAWA BARAT

RATIH PUSPITANINGRUM

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

A B STR A K

RA TIH PU SPITA N IN GRU M . A nalisis K om posisi M akanan pada Lam bung K adal (Eutropis m ultifasciata) di Bogor Jaw a Barat. D ibim bing oleh A CH M A D FA RA JA LLA H dan TA RU N I SR I PRA W A STI.

Lam bung m erupakan organ otot berongga yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardiak, fundus dan pilorus. Isi lam bung m em berikan inform asi tentang kom posisi m akanan dan strategi m encari m akan. Penelitian ini bertujuan untuk m engidentifikasi m akanan yang ada di lam bung kadal (Eutropis m ultifasciata) di Bogor Jaw a Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sam pai Juni 2009. Penangkapan kadal dilakukan dengan m enggunakan jala dan tongkat. K adal yang berhasil ditangkap berjum lah 30 ekor. K adal yang ditangkap di D arm aga m em iliki isi lam bung yang terdiri dari serangga (29.41% ), M oluska (5.88% ), M alacostraka (2.94% ), cacing (5.88% ), dan m aterial tum buhan (29.41% ), sedangkan kadal yang ditangkap di Cibatok m em iliki isi lam bung yang terdiri dari serangga (87.5% ) dan M oluska (12.5% ). K adal yang ditangkap di D arm aga dan di Cibatok m erupakan pem angsa oportunis. Jenis m akanan yang paling banyak dim akan kadal di D arm aga adalah A rachnida, sedangkan jenis m akanan yang paling banyak dim akan kadal di Cibatok adalah ordo O rthoptera.

A BSTR A C T

RA TIH PU SPITA N IN GRU M . Food A nalysis at Interior Cavity of Lizard (Eutropis m ultifasciata) in Bogor W est Java. U nder the direction of A C HM A D FA RA JA LLA H and TA RU N I SR I PRA W A STI.

(18)

1

PENDAHULUAN Latar belakang

Kadal merupakan anggota kelas Reptil, ordo Squamata dan Famili Scincidae (Wood et al. 2004). Kadal merupakan kelompok terbesar dari anggota Reptil. Reptil terdiri atas 3.751 spesies dalam 383 genus dan 16 famili. Proporsi kadal mencapai 51% dari anggota Reptil. Kadal adalah hewan berkaki empat, tubuh terdiri dari kepala, badan dan ekor, ukuran tubuh 137-400 mm, pelupuk mata dapat dibuka tutup, dan tubuh ditutupi oleh sisik. Sisik pada kadal berfungsi untuk mengatur sirkulasi air melalui kulitnya. Sisik tersebut tersusun dari protein yang disebut dengan keratin. Pada manusia, keratin merupakan protein penyusun kuku jari tangan dan kaki (MC Laren & Rotundo 1985). Spesies kadal yang banyak dijumpai di Bogor dan sekitarnya adalahEutropis multifasciata. Spesies kadal ini menyebar luas di Asia Tenggara mulai dari India, Cina Selatan, Taiwan, Burma, Laos, Kamboja, Semenanjung Malaya dan pulau-pulau di sekitar Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Papua (Patrick & Andreas 2003).

Eutropis multifasciata dan hampir semua jenis kadal adalah hewan raptorial yaitu pemasukan makanan tanpa didahului proses mengunyah, mangsa dipegang alih sisi kemudian ditelan. Reptil berburu makanan dengan cara duduk, berjalan simpang siur, dan berburu intensif. Reptil yang berburu dengan duduk adalah bunglon. Cicak berburu dengan berjalan simpang siur sedangkan biawak dan kadal famili Scincidae berburu secara intensif (Vitt 1991).

Sebagian besar Reptil bersifat karnivora dengan pakan beragam dari serangga sampai mamalia, tetapi kadal lebih bersifat omnivora (Halliday & Adler 2000). Keanekaragaman makanan pada kadal dapat dipelajari melalui analisis isi lambung. Isi lambung memberikan informasi tentang komposisi makanan dan strategi mencari makan (Grahame et al. 1979). Kajian makanan pada kadal dapat dipelajari dengan pengamatan empiris yaitu mengamati langsung perilaku mencari makanan dan pengamatan isi lambung dengan cara membedah. Rocha et al (2002) melaporkan bahwa di dalam lambung kadalMabuya agilis ditemukan Acarina (38%), ordo Homoptera (27%), ordo Coleoptera (13%), dan material lain (22%).

Lambung merupakan organ otot berongga yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardiak, fundus dan pilorus. Lambung berfungsi

sebagai tempat penyimpanan makanan, yang berkontraksi untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan tiga zat penting yaitu: lendir, asam klorida, dan prekusor pepsin. Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim. Kadal mencari makan pada pagi hari dan pada malam hari kadal tidur di bawah serasah, dan timbunan kayu. Kadal merupakan hewan ektotermal karena memerlukan sumber panas eksternal untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Aktivitas makan kadal pada pagi hari antara pukul 07.00-10.00 WIB, kadal akan berjemur sampai mencapai suhu tubuh 33-34 C, dan setelah pukul 16.00 WIB kadal sudah jarang terlihat. Kadal mempunyai hubungan mutualisme dengan lingkungan sebagai pengendali serangga di sawah (Zug et al. 1977).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi komposisi makanan yang ada di lambung kadal (Eutropis multifasciata) di Bogor Jawa Barat.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2009. Kadal diambil di sekitar Pemandian Air Panas Cibatok (2.211 m dpl) dan Darmaga (70 m dpl). Analisis dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor.

Penangkapan Kadal

Penangkapan kadal dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-17.00 WIB dengan menggunakan jala, tongkat, kandang kadal, gunting, botol dan lain-lain. Kadal yang tertangkap dibius menggunakan kloroform, ditimbang dengan timbangan digital AND 0,1 gram kemudian dibedah perutnya. Lambung dipotong dan diawetkan dalam etanol 70% untuk menginaktifkan enzim-enzim pencernaan.

Pengukuran Karakter Tubuh dan Identifikasi Spesimen

(19)

1

PENDAHULUAN Latar belakang

Kadal merupakan anggota kelas Reptil, ordo Squamata dan Famili Scincidae (Wood et al. 2004). Kadal merupakan kelompok terbesar dari anggota Reptil. Reptil terdiri atas 3.751 spesies dalam 383 genus dan 16 famili. Proporsi kadal mencapai 51% dari anggota Reptil. Kadal adalah hewan berkaki empat, tubuh terdiri dari kepala, badan dan ekor, ukuran tubuh 137-400 mm, pelupuk mata dapat dibuka tutup, dan tubuh ditutupi oleh sisik. Sisik pada kadal berfungsi untuk mengatur sirkulasi air melalui kulitnya. Sisik tersebut tersusun dari protein yang disebut dengan keratin. Pada manusia, keratin merupakan protein penyusun kuku jari tangan dan kaki (MC Laren & Rotundo 1985). Spesies kadal yang banyak dijumpai di Bogor dan sekitarnya adalahEutropis multifasciata. Spesies kadal ini menyebar luas di Asia Tenggara mulai dari India, Cina Selatan, Taiwan, Burma, Laos, Kamboja, Semenanjung Malaya dan pulau-pulau di sekitar Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Papua (Patrick & Andreas 2003).

Eutropis multifasciata dan hampir semua jenis kadal adalah hewan raptorial yaitu pemasukan makanan tanpa didahului proses mengunyah, mangsa dipegang alih sisi kemudian ditelan. Reptil berburu makanan dengan cara duduk, berjalan simpang siur, dan berburu intensif. Reptil yang berburu dengan duduk adalah bunglon. Cicak berburu dengan berjalan simpang siur sedangkan biawak dan kadal famili Scincidae berburu secara intensif (Vitt 1991).

Sebagian besar Reptil bersifat karnivora dengan pakan beragam dari serangga sampai mamalia, tetapi kadal lebih bersifat omnivora (Halliday & Adler 2000). Keanekaragaman makanan pada kadal dapat dipelajari melalui analisis isi lambung. Isi lambung memberikan informasi tentang komposisi makanan dan strategi mencari makan (Grahame et al. 1979). Kajian makanan pada kadal dapat dipelajari dengan pengamatan empiris yaitu mengamati langsung perilaku mencari makanan dan pengamatan isi lambung dengan cara membedah. Rocha et al (2002) melaporkan bahwa di dalam lambung kadalMabuya agilis ditemukan Acarina (38%), ordo Homoptera (27%), ordo Coleoptera (13%), dan material lain (22%).

Lambung merupakan organ otot berongga yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardiak, fundus dan pilorus. Lambung berfungsi

sebagai tempat penyimpanan makanan, yang berkontraksi untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan tiga zat penting yaitu: lendir, asam klorida, dan prekusor pepsin. Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim. Kadal mencari makan pada pagi hari dan pada malam hari kadal tidur di bawah serasah, dan timbunan kayu. Kadal merupakan hewan ektotermal karena memerlukan sumber panas eksternal untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Aktivitas makan kadal pada pagi hari antara pukul 07.00-10.00 WIB, kadal akan berjemur sampai mencapai suhu tubuh 33-34 C, dan setelah pukul 16.00 WIB kadal sudah jarang terlihat. Kadal mempunyai hubungan mutualisme dengan lingkungan sebagai pengendali serangga di sawah (Zug et al. 1977).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi komposisi makanan yang ada di lambung kadal (Eutropis multifasciata) di Bogor Jawa Barat.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2009. Kadal diambil di sekitar Pemandian Air Panas Cibatok (2.211 m dpl) dan Darmaga (70 m dpl). Analisis dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor.

Penangkapan Kadal

Penangkapan kadal dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-17.00 WIB dengan menggunakan jala, tongkat, kandang kadal, gunting, botol dan lain-lain. Kadal yang tertangkap dibius menggunakan kloroform, ditimbang dengan timbangan digital AND 0,1 gram kemudian dibedah perutnya. Lambung dipotong dan diawetkan dalam etanol 70% untuk menginaktifkan enzim-enzim pencernaan.

Pengukuran Karakter Tubuh dan Identifikasi Spesimen

(20)

2

Analisis Isi Lambung

Lambung kadal yang telah diawetkan dalam etanol 70% dipindahkan ke dalam cawan. Isi lambung dikeluarkan, kemudian dipilah-pilah dengan menggunakan kuas dan jarum. Makanan dari lambung dipisahkan antara hewan, material tumbuhan dan material lainnya. Hewan dari kelompok Arthropoda diidentifikasi sampai tingkat ordo berdasarkan Borror et al. (2005), sedangkan hewan lain akan diidentifikasi sampai kelas. Spesimen kadal dan lambung disimpan di Laboratorium Zoologi, FMIPA IPB.

Analisis Data

Penghitungan jumlah mangsa kadal menggunakan indeks Pianka (Krebs 1989) yaitu:

Keterangan

Ojk : Indeks Pianka untuk tumpang tindih relung jenis j dan k

Pij : Perbandingan mangsa i yang digunakan jenis j.

Pik : Perbandingan mangsa i yang digunakan jenis k

N : Jumlah keseluruhan mangsa yang digunakan oleh jenis j dan k

Indeks Pianka (O) berkisar dari 0.00 (tidak ada tumpang tindih) sampai 1.00 (tumpang tindih penuh). Pengolahan data menggunakan analisis program SPSS 15.

HASIL

Jumlah Individu dan Ukuran Tubuh Kadal Kadal yang berhasil ditangkap berjumlah 30 ekor, yang terdiri dari 17 ekor berasal dari Darmaga (10 ekor berjenis kelamin betina dan 7 ekor berjenis kelamin jantan) dan 13 ekor berasal dari Cibatok (5 ekor berjenis kelamin betina dan 8 ekor berjenis kelamin jantan). Kadal yang ditangkap termasuk jenisEutropis multifasciata dengan ciri-ciri sebagai berikut: garis sutura pada bagian punggung; postnasal pada bagian kepala; sisik pada bagian ventral yang berjumlah 30-34; lamela pada selaput jari. Rata-rata berat badan kadal yang berhasil ditangkap adalah 33.04 gram (Tabel 1) dengan kisaran antara 22.1 gram dan 49 gram. Hal ini menunjukkan bahwa semua kadal

dikategorikan sebagai kadal dewasa. Ciri kadal dewasa adalah di permukaan bagian ventral bewarna coklat kekuningan. Beberapa ukuran bagian-bagian tubuh kadal disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Ukuran rata-rata karakter tubuh kadal yang ditangkap

Jenis makanan yang ada di lambung kadal dibedakan menjadi dua,yaitu: material hancur dan material utuh atau semi utuh. Kadal yang ditangkap di Darmaga pada pukul 06.00-09.00 WIB memiliki lambung yang berisi serangga (5.88%), Malacostraka (2.94%), Arachnida (8.82%), cacing (2.94%), material tumbuhan (14.7%) dan seterusnya (Tabel 2). Sedangkan kadal yang ditangkap di Cibatok pada pukul 09.00-11.00 WIB memiliki lambung yang berisi serangga (37.5%), Moluska (12.5) dan seterusnya (Tabel 3).

Cibatok memiliki ketinggian 2.211 m dpl dengan lokasi yang berbatu dan sedikit tumbuhan. Sedangkan Darmaga memiliki ketinggian 70 m dpl dengan vegetasi tumbuhan yang lebat. Kadal yang ditangkap di Darmaga memiliki isi lambung yang terdiri dari serangga (29.41%), Moluska (5.88%), Malacostraka (2.94%), Arachnida (26.47%), Cacing (5.88%), dan material tumbuhan (29.41%). Sedangkan kadal yang ditangkap di Cibatok memiliki isi lambung yang terdiri dari serangga (87.5%) dan Moluska (12.5%). Jenis makanan yang paling banyak dimakan kadal di Darmaga adalah Arachnida (26.47%) dan jenis makanan yang paling banyak dimakan kadal di Cibatok adalah ordo Orthoptera (62.5%).

Nilai Indeks Pianka jenis-jenis makanan yang ada di lambung kadal antara Darmaga dan Cibatok adalah Ojk= 0.0177. Nilai indeks Pianka memperlihatkan tidak adanya tumpang tindih mangsa antara Darmaga dan Cibatok. Kadal yang ditangkap di Darmaga di habitat

No. Parameter Ukuran

1 Berat Badan BB 33.04 gram

2 Panjang Total PT 224.34 mm

3 Panjang Badan PB 63.67 mm

4 Panjang Ekor PE 111.69 mm

5 Diameter Mata DM 3.21 mm

6 Diameter Telinga DT 2.57 mm

7 Lebar Kepala LK 12.47 mm

8 Tinggi Kepala TK 10.69 mm

9 Lebar Badan LB 19.62 mm

10 Tinggi Badan TB 14.76 mm

11 Lebar Mulut LM 19.76 mm

(21)

2

Analisis Isi Lambung

Lambung kadal yang telah diawetkan dalam etanol 70% dipindahkan ke dalam cawan. Isi lambung dikeluarkan, kemudian dipilah-pilah dengan menggunakan kuas dan jarum. Makanan dari lambung dipisahkan antara hewan, material tumbuhan dan material lainnya. Hewan dari kelompok Arthropoda diidentifikasi sampai tingkat ordo berdasarkan Borror et al. (2005), sedangkan hewan lain akan diidentifikasi sampai kelas. Spesimen kadal dan lambung disimpan di Laboratorium Zoologi, FMIPA IPB.

Analisis Data

Penghitungan jumlah mangsa kadal menggunakan indeks Pianka (Krebs 1989) yaitu:

Keterangan

Ojk : Indeks Pianka untuk tumpang tindih relung jenis j dan k

Pij : Perbandingan mangsa i yang digunakan jenis j.

Pik : Perbandingan mangsa i yang digunakan jenis k

N : Jumlah keseluruhan mangsa yang digunakan oleh jenis j dan k

Indeks Pianka (O) berkisar dari 0.00 (tidak ada tumpang tindih) sampai 1.00 (tumpang tindih penuh). Pengolahan data menggunakan analisis program SPSS 15.

HASIL

Jumlah Individu dan Ukuran Tubuh Kadal Kadal yang berhasil ditangkap berjumlah 30 ekor, yang terdiri dari 17 ekor berasal dari Darmaga (10 ekor berjenis kelamin betina dan 7 ekor berjenis kelamin jantan) dan 13 ekor berasal dari Cibatok (5 ekor berjenis kelamin betina dan 8 ekor berjenis kelamin jantan). Kadal yang ditangkap termasuk jenisEutropis multifasciata dengan ciri-ciri sebagai berikut: garis sutura pada bagian punggung; postnasal pada bagian kepala; sisik pada bagian ventral yang berjumlah 30-34; lamela pada selaput jari. Rata-rata berat badan kadal yang berhasil ditangkap adalah 33.04 gram (Tabel 1) dengan kisaran antara 22.1 gram dan 49 gram. Hal ini menunjukkan bahwa semua kadal

dikategorikan sebagai kadal dewasa. Ciri kadal dewasa adalah di permukaan bagian ventral bewarna coklat kekuningan. Beberapa ukuran bagian-bagian tubuh kadal disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Ukuran rata-rata karakter tubuh kadal yang ditangkap

Jenis makanan yang ada di lambung kadal dibedakan menjadi dua,yaitu: material hancur dan material utuh atau semi utuh. Kadal yang ditangkap di Darmaga pada pukul 06.00-09.00 WIB memiliki lambung yang berisi serangga (5.88%), Malacostraka (2.94%), Arachnida (8.82%), cacing (2.94%), material tumbuhan (14.7%) dan seterusnya (Tabel 2). Sedangkan kadal yang ditangkap di Cibatok pada pukul 09.00-11.00 WIB memiliki lambung yang berisi serangga (37.5%), Moluska (12.5) dan seterusnya (Tabel 3).

Cibatok memiliki ketinggian 2.211 m dpl dengan lokasi yang berbatu dan sedikit tumbuhan. Sedangkan Darmaga memiliki ketinggian 70 m dpl dengan vegetasi tumbuhan yang lebat. Kadal yang ditangkap di Darmaga memiliki isi lambung yang terdiri dari serangga (29.41%), Moluska (5.88%), Malacostraka (2.94%), Arachnida (26.47%), Cacing (5.88%), dan material tumbuhan (29.41%). Sedangkan kadal yang ditangkap di Cibatok memiliki isi lambung yang terdiri dari serangga (87.5%) dan Moluska (12.5%). Jenis makanan yang paling banyak dimakan kadal di Darmaga adalah Arachnida (26.47%) dan jenis makanan yang paling banyak dimakan kadal di Cibatok adalah ordo Orthoptera (62.5%).

Nilai Indeks Pianka jenis-jenis makanan yang ada di lambung kadal antara Darmaga dan Cibatok adalah Ojk= 0.0177. Nilai indeks Pianka memperlihatkan tidak adanya tumpang tindih mangsa antara Darmaga dan Cibatok. Kadal yang ditangkap di Darmaga di habitat

No. Parameter Ukuran

1 Berat Badan BB 33.04 gram

2 Panjang Total PT 224.34 mm

3 Panjang Badan PB 63.67 mm

4 Panjang Ekor PE 111.69 mm

5 Diameter Mata DM 3.21 mm

6 Diameter Telinga DT 2.57 mm

7 Lebar Kepala LK 12.47 mm

8 Tinggi Kepala TK 10.69 mm

9 Lebar Badan LB 19.62 mm

10 Tinggi Badan TB 14.76 mm

11 Lebar Mulut LM 19.76 mm

(22)

3

Gambar 1 Jenis-jenis makanan dalam lambung kadal

Arachnida Orthoptera Daun Moluska

Hymenoptera Biji Blattaria

Material hancur Batang Malacostraka

serasah, pada lambungnya terdapat makanan berupa serangga (Orthoptera, Hymenoptera, Blattaria), Arachnida, Cacing, Moluska dan material tumbuhan (daun, batang, biji), di habitat bebatuan, pada lambungnya terdapat makanan berupa serangga (Hymenoptera) dan Arachnida, sedangkan di habitat tanah, pada

lambungnya terdapat makanan berupa Arachnida, Malacostraca, Cacing, dan material tumbuhan (daun dan batang). Kadal yang ditangkap di Cibatok di habitat serasah dan tanah, pada lambungnya ditemukan makanan berupa serangga (Orthoptera dan Hymenoptera).

Tabel 2 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Darmaga

Hym Orth Blatt Mol Mala Ara Ccng Daun Btng Biji 06.00-09.00 WIB 5.88 2.94 8.82 2.94 5.88 5.88 2.94 09.00-11.00 WIB 8.82 5.88 2.94 2.94 14.71 5.88 5.88 11.00-13.00 WIB 2.94 2.94 2.94 2.94 2.94 2.94 13.00-15.00 WIB

15.00-17.00 WIB

Material Tumbuhan (%) Waktu Penangkapan Hewan (%)

Tabel 3 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Cibatok

Keterangan tabel :

Hym : Ordo Hymenoptera Mala : Malacostraka Orth : Ordo Orthoptera Ccng : Cacing Blatt : Ordo Blattaria Daun : Daun Mol : Moluska Btng : Batang Ara : Arachnida Biji : Biji

Hym Orth Blatt Mol Mala Ara Ccng Daun Btng Biji 06.00-09.00 WIB

09.00-11.00 WIB 12.5 25 12.5 11.00-13.00 WIB 12.5

13.00-15.00 WIB

15.00-17.00 WIB 12.5 25

(23)

4

PEMBAHASAN

Kadal yang ditangkap di Darmaga pada pukul 06.00-09.00 WIB memiliki lambung yang berisi material semi utuh yang terdiri dari Hymenoptera, Malacostraka, Arachnida, cacing, dan material tumbuhan. Kadal yang ditangkap pada pukul 09.00-11.00 WIB memiliki isi lambung yang terdiri dari serangga (Hymenoptera, Orthoptera, dan Blattaria), Moluska, Arachnida, dan material tumbuhan. Ordo Orthoptera merupakan serangga yang melakukan aktivitas pada malam hari (Borror et al. 2005). Selain itu, Ordo Orthoptera merupakan serangga pemakan tumbuhan. Ordo Hymenoptera merupakan serangga yang melakukan aktivitas pada pagi hari (Borror et al. 2005). Arachnida merupakan kelompok Arthropoda yang memiliki empat pasang kaki dan beraktivitas sepanjang hari (Powell et al. 1990). Aktivitas kitinase dalam proses pencernaan berlangsung selama dua jam (Zug et al.1977). Kadal yang ditangkap pada pukul 15.00-17.00 WIB memiliki isi lambung berupa material hancur. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan aktivitas makan kadal dilakukan pada pukul 14.00 WIB atau sebelumnya. Hal ini didukung oleh Rocha et al.(2002) yang menemukan adanya material hancur pada penangkapan kadal pukul 16.00-17.00 WIB.

Kadal yang ditangkap di Cibatok pada pukul 09.00-11.00 WIB memiliki lambung yang berisi material semi utuh yang terdiri dari serangga (Ordo Hymenoptera dan Orthoptera) dan Moluska. Kadal yang ditangkap pukul 11.00-13.00 WIB memiliki isi lambung berupa Ordo Hymenoptera, sedangkan kadal yang ditangkap pukul 15.00-17.00 WIB memiliki isi lambung yang masih bisa diidentifikasi berupa serangga (Ordo Hymenoptera dan Orthoptera). Dapat disimpulkan bahwa kadal dalam melakukan aktivitas makan tidak bergantung pada pola waktu.

Kadal yang ditangkap di Cibatok tidak ditemukan makanan berupa Ordo Blattaria. Hal ini dikarenakan kebutuhan energi kadal sudah terpenuhi dan kemungkinan di Cibatok tidak ada Ordo Blattaria. Adanya perbedaan biomassa antara Darmaga dengan Cibatok juga menyebabkan tidak ditemukannya Malacostraka dan material tumbuhan. Kadal akan berhenti makan jika kebutuhan energinya sudah terpenuhi. Oleh karena itu, zat-zat gizi seperti protein,

vitamin, dan mineral harus tersedia dalam perbandingan yang tepat sehingga kadal mendapatkan zat gizi yang cukup pada saat kebutuhan energinya terpenuhi (Scottet al. 1982).

Makanan yang dimakan kadal di Darmaga adalah material hewan dan tumbuhan. Kadal yang ditangkap di Darmaga merupakan pemangsa oportunis. Sedangkan makanan yang dimakan kadal di Cibatok adalah material hewan yaitu serangga. Kadal bisa digolongkan sebagai pemangsa oportunis karena selain memangsa hewan, mereka juga memangsa tumbuhan. Ketersediaan makanan pada lokasi, waktu, dan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi seekor hewan menjadi pemangsa oportunis (Powellet al. 1990).

Nilai indeks Pianka Darmaga dengan Cibatok adalah Ojk= 0,0177 yang berarti tidak ada tumpang tindih mangsa antara kedua daerah tersebut. Berdasarkan Uji-T hubungan antara makanan di lambung dengan parameter ukuran tubuh seperti BB, PT, PB, PE, DM, DT, LK, TK, LB, TB dan LM secara berturut-turut adalah 0.531 gram, 0.975 mm, 0.113 mm, 0.849 mm, 0.234 mm, 0.488 mm. 0.199 mm, 0.929 mm, 0.738 mm, 0.263 mm, 0.535 mm (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa berat badan, panjang total kadal, panjang ekor, tinggi kepala, lebar badan dan lebar mulut tidak berpengaruh pada volume atau biomassa makanan yang ada di lambung. Berdasarkan data penelitian, kadal dengan berat badan 44 gram memiliki volume makanan di lambung yang lebih sedikit daripada kadal yang memiliki berat badan 35 gram. Demikian juga kadal yang memiliki panjang total 256.7 mm memiliki volume makanan di lambung yang lebih sedikit daripada kadal yang memiliki panjang total 209.6 mm (Lampiran 1). Berat badan dan panjang total kadal, tidak berpengaruh terhadap volume makanan di lambung kadal.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

(24)

4

PEMBAHASAN

Kadal yang ditangkap di Darmaga pada pukul 06.00-09.00 WIB memiliki lambung yang berisi material semi utuh yang terdiri dari Hymenoptera, Malacostraka, Arachnida, cacing, dan material tumbuhan. Kadal yang ditangkap pada pukul 09.00-11.00 WIB memiliki isi lambung yang terdiri dari serangga (Hymenoptera, Orthoptera, dan Blattaria), Moluska, Arachnida, dan material tumbuhan. Ordo Orthoptera merupakan serangga yang melakukan aktivitas pada malam hari (Borror et al. 2005). Selain itu, Ordo Orthoptera merupakan serangga pemakan tumbuhan. Ordo Hymenoptera merupakan serangga yang melakukan aktivitas pada pagi hari (Borror et al. 2005). Arachnida merupakan kelompok Arthropoda yang memiliki empat pasang kaki dan beraktivitas sepanjang hari (Powell et al. 1990). Aktivitas kitinase dalam proses pencernaan berlangsung selama dua jam (Zug et al.1977). Kadal yang ditangkap pada pukul 15.00-17.00 WIB memiliki isi lambung berupa material hancur. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan aktivitas makan kadal dilakukan pada pukul 14.00 WIB atau sebelumnya. Hal ini didukung oleh Rocha et al.(2002) yang menemukan adanya material hancur pada penangkapan kadal pukul 16.00-17.00 WIB.

Kadal yang ditangkap di Cibatok pada pukul 09.00-11.00 WIB memiliki lambung yang berisi material semi utuh yang terdiri dari serangga (Ordo Hymenoptera dan Orthoptera) dan Moluska. Kadal yang ditangkap pukul 11.00-13.00 WIB memiliki isi lambung berupa Ordo Hymenoptera, sedangkan kadal yang ditangkap pukul 15.00-17.00 WIB memiliki isi lambung yang masih bisa diidentifikasi berupa serangga (Ordo Hymenoptera dan Orthoptera). Dapat disimpulkan bahwa kadal dalam melakukan aktivitas makan tidak bergantung pada pola waktu.

Kadal yang ditangkap di Cibatok tidak ditemukan makanan berupa Ordo Blattaria. Hal ini dikarenakan kebutuhan energi kadal sudah terpenuhi dan kemungkinan di Cibatok tidak ada Ordo Blattaria. Adanya perbedaan biomassa antara Darmaga dengan Cibatok juga menyebabkan tidak ditemukannya Malacostraka dan material tumbuhan. Kadal akan berhenti makan jika kebutuhan energinya sudah terpenuhi. Oleh karena itu, zat-zat gizi seperti protein,

vitamin, dan mineral harus tersedia dalam perbandingan yang tepat sehingga kadal mendapatkan zat gizi yang cukup pada saat kebutuhan energinya terpenuhi (Scottet al. 1982).

Makanan yang dimakan kadal di Darmaga adalah material hewan dan tumbuhan. Kadal yang ditangkap di Darmaga merupakan pemangsa oportunis. Sedangkan makanan yang dimakan kadal di Cibatok adalah material hewan yaitu serangga. Kadal bisa digolongkan sebagai pemangsa oportunis karena selain memangsa hewan, mereka juga memangsa tumbuhan. Ketersediaan makanan pada lokasi, waktu, dan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi seekor hewan menjadi pemangsa oportunis (Powellet al. 1990).

Nilai indeks Pianka Darmaga dengan Cibatok adalah Ojk= 0,0177 yang berarti tidak ada tumpang tindih mangsa antara kedua daerah tersebut. Berdasarkan Uji-T hubungan antara makanan di lambung dengan parameter ukuran tubuh seperti BB, PT, PB, PE, DM, DT, LK, TK, LB, TB dan LM secara berturut-turut adalah 0.531 gram, 0.975 mm, 0.113 mm, 0.849 mm, 0.234 mm, 0.488 mm. 0.199 mm, 0.929 mm, 0.738 mm, 0.263 mm, 0.535 mm (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa berat badan, panjang total kadal, panjang ekor, tinggi kepala, lebar badan dan lebar mulut tidak berpengaruh pada volume atau biomassa makanan yang ada di lambung. Berdasarkan data penelitian, kadal dengan berat badan 44 gram memiliki volume makanan di lambung yang lebih sedikit daripada kadal yang memiliki berat badan 35 gram. Demikian juga kadal yang memiliki panjang total 256.7 mm memiliki volume makanan di lambung yang lebih sedikit daripada kadal yang memiliki panjang total 209.6 mm (Lampiran 1). Berat badan dan panjang total kadal, tidak berpengaruh terhadap volume makanan di lambung kadal.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

(25)

5

Saran

Kadal merupakan salah satu agen pengendali hayati (serangga) sehingga keberadaan kadal perlu dijaga.

DAFTAR PUSTAKA

Borror DJ, Charles AT, Norman FJ. 2005. Borror and Delong s Introduction to the Study of Insects 7th Ed. Australia: The Ohio State University.

Grahame JW, Manolis SC, Buckworth R.1979. Crocodylus johnstoni in the mc kinlay river area, NTI: variation in the Diet and new method of assessing the relative importance of prey. Aust J Zool 30:877-879.

Halliday T, Adler K. 2000. The Encyclopedia of Reptile and Amphibians. New York: Fact on File Inc.

Iskandar DT. 2001.A Checklist of Southeast Asian and New Guinean Reptiles Part II: Reptilia- Lacertilia. Jakarta: Binamitra.

Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper & Row.

MC Laren JE, Rotundo L. 1985. Health Biology. Massachustss: DC Health and Company.

Patrick M, Andreas S.2003. Molecular Phylogeography, Intraspecific Variation and Speciation of the Asian Scincid Lizard Genus Eutropis Fitzinger, (Squamata: Reptilia: Scincidae): Taxonomic and Biogeographic Implications. J Evol 3: 161-171.

Powell R, Parmelle JS, Rice MA. 1990. Ecological observation of Hemidactylus brokii haitianus Meerwarh (Sauria : Geckonidae) from Hispaniola. Caribbean J Science 26 :67-90.

Rocha CF, Vrcibradic D, Van Sluys M. 2002. Diet of the lizard Mabuya agilis (Sauria; Scincidae) in an insular habitat (Ilha Grande, RJ, Brazil).J Biol 64 (1): 135-9. Rooij ND. 1915. The Reptiles of The

Indo-Australian Archipelago Part 1 Lacertilia, Chelonian, Emydosauria. Leiden: EJ. Brill Ltd.

Scott ML, MC Nesheim, RJ Young. 1982. Nutrition of the Chicken 3rd Ed. Ithaca: ML Scott Associaties.

Vitt LJ. 1991. An introduction to the ecology of Cerrado lizard. J. Herp.,25(1): 79-90.

Wood et al. 2004. A first report on the herpetofauna of Pulau Besar, Johor, West Malaysia. Hamadryad 28 (1&2): 100-109.

(26)

5

Saran

Kadal merupakan salah satu agen pengendali hayati (serangga) sehingga keberadaan kadal perlu dijaga.

DAFTAR PUSTAKA

Borror DJ, Charles AT, Norman FJ. 2005. Borror and Delong s Introduction to the Study of Insects 7th Ed. Australia: The Ohio State University.

Grahame JW, Manolis SC, Buckworth R.1979. Crocodylus johnstoni in the mc kinlay river area, NTI: variation in the Diet and new method of assessing the relative importance of prey. Aust J Zool 30:877-879.

Halliday T, Adler K. 2000. The Encyclopedia of Reptile and Amphibians. New York: Fact on File Inc.

Iskandar DT. 2001.A Checklist of Southeast Asian and New Guinean Reptiles Part II: Reptilia- Lacertilia. Jakarta: Binamitra.

Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper & Row.

MC Laren JE, Rotundo L. 1985. Health Biology. Massachustss: DC Health and Company.

Patrick M, Andreas S.2003. Molecular Phylogeography, Intraspecific Variation and Speciation of the Asian Scincid Lizard Genus Eutropis Fitzinger, (Squamata: Reptilia: Scincidae): Taxonomic and Biogeographic Implications. J Evol 3: 161-171.

Powell R, Parmelle JS, Rice MA. 1990. Ecological observation of Hemidactylus brokii haitianus Meerwarh (Sauria : Geckonidae) from Hispaniola. Caribbean J Science 26 :67-90.

Rocha CF, Vrcibradic D, Van Sluys M. 2002. Diet of the lizard Mabuya agilis (Sauria; Scincidae) in an insular habitat (Ilha Grande, RJ, Brazil).J Biol 64 (1): 135-9. Rooij ND. 1915. The Reptiles of The

Indo-Australian Archipelago Part 1 Lacertilia, Chelonian, Emydosauria. Leiden: EJ. Brill Ltd.

Scott ML, MC Nesheim, RJ Young. 1982. Nutrition of the Chicken 3rd Ed. Ithaca: ML Scott Associaties.

Vitt LJ. 1991. An introduction to the ecology of Cerrado lizard. J. Herp.,25(1): 79-90.

Wood et al. 2004. A first report on the herpetofauna of Pulau Besar, Johor, West Malaysia. Hamadryad 28 (1&2): 100-109.

(27)

6

Lampiran 1 Parameter ukuran tubuh kadal

Sampel Sex BB (g)

PS (mm)

PB (mm)

PE (mm)

DM (mm)

DT (mm)

LK (mm)

TK (mm)

LB (mm)

TB (mm)

LM (mm)

1 betina 22.1 148.2 43.3 104.9 2.2 1.1 10.9 6.9 14.9 10.9 12.9

2 jantan 23.0 209.6 54.9 154.7 2.5 1.8 10.6 8.1 18.9 11.1 12.8

3 betina 22.3 194.3 105.5 88.8 2.1 2.6 10.4 10.6 17.65 15.65 11.1

4 jantan 40.5 238.6 61.0 177.6 1.3 1.2 12.1 9.7 17.9 13.7 9.1

5 jantan 40.8 346.2 56.5 289.7 4.4 3.3 14.7 16.2 11.1 21.7 12.3

6 betina 35.0 216.6 58.3 158.3 3.3 4.3 11.1 13.4 22.2 23.45 12.5

7 jantan 30.0 131.4 59.6 71.8 4.3 2.8 13.2 11.5 15.7 17.6 6.8

8 jantan 41.0 217.6 60.3 157.3 4.9 2.9 16.4 12.2 19.65 16.6 8.15

9 betina 32.6 181.2 80.9 100.3 3.3 2.10 12.5 10.9 23.9 16.5 9.2

10 betina 40.0 231.5 95.5 136.0 3.5 2.2 12.5 12.8 26.6 16.6 8.05

11 betina 41.5 264.7 71.8 192.9 4.7 2.8 11.1 10.8 19.4 18.05 7.8

12 betina 26.2 174.3 76.6 97.7 3.2 2.7 14.4 13.7 20.6 14.1 9.5

13 betina 40.0 221.8 80.8 141.0 3.3 2.9 13.3 9.4 20.5 11.6 7.05

14 betina 26.7 248.3 69.8 178.5 1.1 2.2 10.1 8.8 19.5 13.9 12.8

15 jantan 22.2 197.9 62.1 135.8 2.1 2.5 12.5 8.1 15.2 12.7 12.9

16 betina 33.7 218.5 75.1 143.4 2.5 1.2 12.7 9.6 20.7 15.9 10.2

17 jantan 32.8 162.3 74.8 87.5 3.4 2.8 13.2 9.6 21.5 14.4 10.0

18 betina 22.5 163.5 65.4 98.1 3.3 2.7 11.4 7.1 15.9 15.3 8.7

19 betina 25.6 111.0 65.1 45.9 2.1 1.1 11.5 9.7 20.4 10.1 7.7

20 betina 28.0 160.9 55.0 105.9 3.4 3.4 12.9 10.6 52.9 15.8 7.3

21 jantan 34.0 201.0 63.5 90.6 4.3 3.6 15.3 9.6 20.5 14.9 9.4

22 jantan 44.0 212.3 42.1 137.5 3.1 2.2 10.5 7.7 11.1 9.9 5.8

23 betina 28.0 131.2 50.8 80.4 3.8 3.1 11.3 9.9 20.1 12.2 4.2

24 jantan 44.0 230.3 66.4 163.9 3.8 2.1 15.8 10.1 18.1 15.7 12.7

25 jantan 41.0 258.0 63.8 194.2 4.7 2.9 15.1 10.1 19.1 15.1 8.1

26 jantan 49.0 220.0 62.2 157.8 3.2 2.1 16.1 11.2 22.4 15.4 7.8

27 betina 29.0 215.2 53.0 162.2 4.0 2.8 12.6 10.9 20.5 13.7 6.3

28 jantan 47.0 256.7 62.2 194.5 3.5 3.8 20.0 17.9 21.4 17.4 8.5

29 jantan 48.0 225.1 62.7 162.4 3.7 2.9 15.8 11.2 20.2 15.2 7.9

(28)

7

Lampiran 2 Hasil uji-T

Levels test for

Equality of varience t-test for equality of means

95% confidence interval of the difference Parameter

F t sign df sig (2-tailed) mean

difference lower upper

BB 0.402 0.531 0.943 28 0.354 -3.7889 -12.00272 4.44349

PS 0.001 0.975 1,705 28 0.099 -33.13125 -72.94014 6.67764

PB 0.099 0.113 0.212 28 0.834 -1.41339 -15.06105 12.23432

PE 0.037 0.849 1,435 27 0.165 -28.29938 -68.75691 12.15842

DM 1.000 0.234 0.489 27 0.628 0.25369 -0.80796 1.31714

DT 0.495 0.488 0.096 28 0.924 0.03813 -0.77682 0.85307

LK 0.734 0.199 0.514 26 0.018 -2.32974 -4.23456 -0.42494

TK 0.008 0.929 0.151 28 0.259 -1.29964 -3.61222 1.10394

LB 0.114 0.738 0.877 27 0.388 -1.5889 -2.12829 5.30644

TB 0.308 0.263 0.855 27 0.488 -1.27852 -2.12829 5.30644

Gambar

Tabel 1 Ukuran rata-rata karakter tubuh kadalyang ditangkap
Gambar 1 Jenis-jenis makanan dalamlambung kadal
Tabel 1 Ukuran rata-rata karakter tubuh kadalyang ditangkap
Tabel 1 Ukuran rata-rata karakter tubuh kadalyang ditangkap
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengetahui perbandingan tingkat akurasi antara IVH Score, Modified Graeb Score, dan LeRoux Score untuk menilai outcome stroke. hemoragik, maka diharapkan penelitian

Film animasi pendek merupakan produk animasi dengan durasi singkat yang sudah ditentukan dimana dalam pelaksanaannya diperlukan teknik menggambar atau membuat

[r]

Nurul Fauzi, Zakiyah (2010) Studi Kasus tentang pelatihan dan Magang Pada Program Mahasiswa dalam meningkatkan Kemandirian Mahasiswa di Universitas pendidikan Indonesia.. Skripsi

[r]

Hal-hal yang belum jelas dapat menghubungi Panitia Pelaksana Seleksi/Pemilihan Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Provinsi Riau di Bidang Perhubungan Darat

Tujuan dengan durasi waktu lima tahun adalah tujuan yang tertera dalam rencana strategis (Renstra) UGM. Renstra disusun setiap lima tahun sekali oleh Rektor UGM

Pencegahan terhadap terjadinya reaksi antara dinding bagian dalam dengan zat yang dimasukkan, maka autoclave ini harus inert terhadap larutan (solvent).. sangat