PENGARUH MEDIA SEMAI
TERHADAP PERTUMBUHAN PELITA
(
Eucalyptus pellita
F.Muell)
LINGGA MULIAWAN
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Pelita
(Eucalyptus pellita F. Muell)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
LINGGA MULIAWAN
E14203038
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
THE EFFECT OF NURSERY GROWTH MEDIA ON THE GROWTH OF PELITA
(Eucalyptus pellita F.Muell) SEEDLINGS By:
Lingga Muliawan, and Cahyo Wibowo
INTRODUCTION. Forest is one of the natural resources which give a lot of benefit for human welfare. Development of plantation forest is expected to serve as substitute for natural forest in supplying wood. Eucalyptus pellita is one of the fast growing-species which has a potential to be developed in plantation forest. Plantation forest always involves the activity of nursery. The use of top soil as growing media in nursery causes soil degradation in the area where the top soil is collected. The objective of this research was learning the effect of various nursery media (as substitutes for soil) on the growth of Eucalyptus pellita seedling.
MATERIALS AND METHOD. Materials used in this research were Eucalyptus pellita seed, top soil, sheep manure, compost, rice husk, polybag, cocopeat, peat moss, vermiculite, sawdust, attachment label, and germination box. Experimental design in this research was Randomized Complete Block Design. There were 20 kinds of nursery media (treatments) in this study. Each treatment had 4 replications (blocks). Each treatment in each block comprised 5 polybags. Every
polybag was filled with one plant of Eucalyptus pellita. Total number of polybag
used was 400 polybags. The variables observed were seedling height (cm), number of leaves (which were measured once a week) and seedling diameter (cm) in the end of experiment period.
RESULTS AND DISCUSSION. Application of top soil and sheep manure with volume ratio of 2:1 (M5) produced the highest height growth. Media (cocopeat, peat moss, vermiculite =2:2:1) and sheep manure with volume ratio of 2:1 (M20) showed highest diameter growth. Media of cocopeat and compost with volume ratio of 2:1 (M8) showed the greatest increase in number of leaves. Media of (cocopeat, peat moss, vermiculite =2:2:1) and sheep manure with volume ratio of 1:1 (M19) produced the smallest height / diameter ratio.
RINGKASAN
LINGGA MULIAWAN (E14203038). Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Pelita (Eucalyptus pellita F. Muell). Dibimbing oleh CAHYO WIBOWO.
Hutan merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan. Pembangunan hutan tanaman ini diharapkan dapat menggantikan hutan alam dalam penyediaan kayu. Eucalyptus pellita merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan cepat tumbuh yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Hutan Tanaman Industri (HTI). Hutan tanaman sering melibatkan kegiatan persemaian. Penggunaan top soil sebagai media tanam dalam persemaian menyebabkan terjadinya degradasi tanah di area di mana top soil tersebut tersedia. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh media semai (sebagai pengganti tanah) pada pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita.
Bahan yang diperlukan dalam kegiatan penelitian adalah benih Eucalyptus pellita, tanah (top soil), kompos, kotoran domba, sekam padi, polybag, cocopeat,
peat moss, vermiculite, serbuk gergaji, label tempel, dan germination box. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap untuk perlakuan pada media sapih. Total banyaknya perlakuan yaitu 20 perlakuan dengan ulangan/blok sebanyak 4 kali dan setiap perlakuan dalam blok mempunyai 5 polybag. Tiap polybag berisi 1 tanaman Eucalyptus pellita. Keseluruhan
polybag yang digunakan berjumlah 400 buah. Dalam hal ini satu ulangan adalah 5
polybag yang berisi masing-masing 1 tanaman Eucalyptus pellita. Peubah yang diamati selama penyapihan adalah: tinggi bibit (cm), Jumlah daun (helai), yang diukur 1x dalam seminggu serta , diameter batang bibit (cm) diukur pada akhir pengamatan.
Aplikasi media tanah top soil dan kotoran domba dengan perbandingan 2:1 (M5) menghasilkan pertumbuhan tinggi terbesar. Media (cocopeat, peat moss, vermiculite =2:2:1) dan kotoran domba dengan perbandingan 2:1 (M20) menunjukkan pertumbuhan diameter terbesar. Media cocopeat dan kompos dengan perbandingan 2:1 (M8) menunjukkan pertambahan jumlah helai daun terbesar. Media (cocopeat, peat moss, vermiculite =2:2:1) dan kotoran domba dengan perbandingan 1:1 (M19) menghasilkan nisbah tinggi diameter terkecil.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Media semai Terhadap Pertumbuhan
Pelita (Eucalyptus pellita F.Muell) Nama Mahasiswa : Lingga Muliawan
NIM : E14203038
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Cahyo Wibowo, M.Sc.F.Trop
NIP. 131 628 545
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan IPB
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr
NIP. 131 578 788
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Media Semai
Terhadap Pertumbuhan Pelita (Eucalyptus pellita F.Muell) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah
digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2009
Lingga Muliawan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
”Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Pelita (Eucalyptus pellita
F.Muell)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai
jenis media semai terkait dengan pertumbuhan pelita.
Dengan penuh kesadaran atas segala kekurangan, penulis menyadari bahwa
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan saran yang
membangun untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
kehutanan serta pihak yang memerlukan
Bogor, Februari 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Agustus 1984 di Lubuk Linggau,
Sumatera Selatan sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ir.
Minardjo dan Ibu Sri Mumpuni Handayani. Pendidikan formal penulis dimulai di
Sekolah Dasar Negeri Taman Pagelaran Bogor pada tahun 1991 – 1997. Pada
tahun 1997, penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2
Bogor dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun
2003.
Pada tahun 2003 penulis melanjutkan Pendidikan Program Sarjana di
Fakultas Kehutanan, Departemen Silvikultur, Program Studi Budidaya Hutan
Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Masuk Seleksi IPB).
Selama kuliah di IPB penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan dan
Pengelolaan Hutan (P3H) yang terdiri atas Praktek Umum Pengelolaan Hutan
(PUPH) di KPH Ngawi BKPH Getas Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dan
Praktek Umum Kehutanan (PUK) di Baturaden-Cilacap, serta Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Sukawening, Bogor.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,
penulis menyusun karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Media Semai
UCAPAN TERIMAKASIH
Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak
yang telah ikut mendukung dan memberi bantuan. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak, ibu, dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan
2. Bapak Dr. Ir. Cahyo Wibowo, M.Sc.F.Trop selaku Dosen pembimbing skripsi
3. Bapak Ir. Koerdi Nuryanto, MM selaku pembimbing lapangan di Rumpin Seed Source and Nursery Center
4. Bapak Ujang Susep Irawan, S.Hut, MS selaku pembimbing lapangan di
Rumpin Seed Source and Nursery Center
5. Asisten lapangan dan pegawai Rumpin Seed Source and Nursery Center
6. Bapak Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc selaku Ketua Departemen Silvikultur
Fakultas Kehutanan IPB
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc sebagai Dosen penguji dari
Departemen Hasil Hutan
8. Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc sebagai Dosen penguji dari Departemen
KSHE
9. Keluarga besar KPAP Departemen Silvikultur yang telah memudahkan dan
membantu penulis dalam mengurus administrasi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.3 Manfaat Penelitian ... 2
1.4 Kerangka Pikir ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Eucalyptus pellita F. Muell ... 3
2.2 Perkecambahan Benih ... 4
2.3 Media Tanam... 5
2.4 Pertumbuhan... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat... 12
3.2 Alat dan Bahan ... 12
3.3 Metode Kerja ... 12
3.4 Rancangan Percobaan... 14
3.5 Pengamatan Selama Sapih... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pertumbuhan Eucalyptus pellita F.Muell... 17
4.1.1 Pertumbuhan Tinggi ... 19
4.1.2 Pertumbuhan Diameter ... 21
4.1.3 Pertambahan Jumlah Helai Daun ... 22
4.1.4 Nisbah Tinggi / Diameter Batang... 23
4.2. Pembahasan Pertumbuhan Eucalyptus pellita... 24
PENGARUH MEDIA SEMAI
TERHADAP PERTUMBUHAN PELITA
(
Eucalyptus pellita
F.Muell)
LINGGA MULIAWAN
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Pelita
(Eucalyptus pellita F. Muell)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
LINGGA MULIAWAN
E14203038
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
THE EFFECT OF NURSERY GROWTH MEDIA ON THE GROWTH OF PELITA
(Eucalyptus pellita F.Muell) SEEDLINGS By:
Lingga Muliawan, and Cahyo Wibowo
INTRODUCTION. Forest is one of the natural resources which give a lot of benefit for human welfare. Development of plantation forest is expected to serve as substitute for natural forest in supplying wood. Eucalyptus pellita is one of the fast growing-species which has a potential to be developed in plantation forest. Plantation forest always involves the activity of nursery. The use of top soil as growing media in nursery causes soil degradation in the area where the top soil is collected. The objective of this research was learning the effect of various nursery media (as substitutes for soil) on the growth of Eucalyptus pellita seedling.
MATERIALS AND METHOD. Materials used in this research were Eucalyptus pellita seed, top soil, sheep manure, compost, rice husk, polybag, cocopeat, peat moss, vermiculite, sawdust, attachment label, and germination box. Experimental design in this research was Randomized Complete Block Design. There were 20 kinds of nursery media (treatments) in this study. Each treatment had 4 replications (blocks). Each treatment in each block comprised 5 polybags. Every
polybag was filled with one plant of Eucalyptus pellita. Total number of polybag
used was 400 polybags. The variables observed were seedling height (cm), number of leaves (which were measured once a week) and seedling diameter (cm) in the end of experiment period.
RESULTS AND DISCUSSION. Application of top soil and sheep manure with volume ratio of 2:1 (M5) produced the highest height growth. Media (cocopeat, peat moss, vermiculite =2:2:1) and sheep manure with volume ratio of 2:1 (M20) showed highest diameter growth. Media of cocopeat and compost with volume ratio of 2:1 (M8) showed the greatest increase in number of leaves. Media of (cocopeat, peat moss, vermiculite =2:2:1) and sheep manure with volume ratio of 1:1 (M19) produced the smallest height / diameter ratio.
RINGKASAN
LINGGA MULIAWAN (E14203038). Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Pelita (Eucalyptus pellita F. Muell). Dibimbing oleh CAHYO WIBOWO.
Hutan merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan. Pembangunan hutan tanaman ini diharapkan dapat menggantikan hutan alam dalam penyediaan kayu. Eucalyptus pellita merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan cepat tumbuh yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Hutan Tanaman Industri (HTI). Hutan tanaman sering melibatkan kegiatan persemaian. Penggunaan top soil sebagai media tanam dalam persemaian menyebabkan terjadinya degradasi tanah di area di mana top soil tersebut tersedia. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh media semai (sebagai pengganti tanah) pada pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita.
Bahan yang diperlukan dalam kegiatan penelitian adalah benih Eucalyptus pellita, tanah (top soil), kompos, kotoran domba, sekam padi, polybag, cocopeat,
peat moss, vermiculite, serbuk gergaji, label tempel, dan germination box. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap untuk perlakuan pada media sapih. Total banyaknya perlakuan yaitu 20 perlakuan dengan ulangan/blok sebanyak 4 kali dan setiap perlakuan dalam blok mempunyai 5 polybag. Tiap polybag berisi 1 tanaman Eucalyptus pellita. Keseluruhan
polybag yang digunakan berjumlah 400 buah. Dalam hal ini satu ulangan adalah 5
polybag yang berisi masing-masing 1 tanaman Eucalyptus pellita. Peubah yang diamati selama penyapihan adalah: tinggi bibit (cm), Jumlah daun (helai), yang diukur 1x dalam seminggu serta , diameter batang bibit (cm) diukur pada akhir pengamatan.
Aplikasi media tanah top soil dan kotoran domba dengan perbandingan 2:1 (M5) menghasilkan pertumbuhan tinggi terbesar. Media (cocopeat, peat moss, vermiculite =2:2:1) dan kotoran domba dengan perbandingan 2:1 (M20) menunjukkan pertumbuhan diameter terbesar. Media cocopeat dan kompos dengan perbandingan 2:1 (M8) menunjukkan pertambahan jumlah helai daun terbesar. Media (cocopeat, peat moss, vermiculite =2:2:1) dan kotoran domba dengan perbandingan 1:1 (M19) menghasilkan nisbah tinggi diameter terkecil.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Media semai Terhadap Pertumbuhan
Pelita (Eucalyptus pellita F.Muell) Nama Mahasiswa : Lingga Muliawan
NIM : E14203038
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Cahyo Wibowo, M.Sc.F.Trop
NIP. 131 628 545
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan IPB
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr
NIP. 131 578 788
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Media Semai
Terhadap Pertumbuhan Pelita (Eucalyptus pellita F.Muell) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah
digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2009
Lingga Muliawan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
”Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Pelita (Eucalyptus pellita
F.Muell)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai
jenis media semai terkait dengan pertumbuhan pelita.
Dengan penuh kesadaran atas segala kekurangan, penulis menyadari bahwa
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan saran yang
membangun untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
kehutanan serta pihak yang memerlukan
Bogor, Februari 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Agustus 1984 di Lubuk Linggau,
Sumatera Selatan sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ir.
Minardjo dan Ibu Sri Mumpuni Handayani. Pendidikan formal penulis dimulai di
Sekolah Dasar Negeri Taman Pagelaran Bogor pada tahun 1991 – 1997. Pada
tahun 1997, penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2
Bogor dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun
2003.
Pada tahun 2003 penulis melanjutkan Pendidikan Program Sarjana di
Fakultas Kehutanan, Departemen Silvikultur, Program Studi Budidaya Hutan
Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Masuk Seleksi IPB).
Selama kuliah di IPB penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan dan
Pengelolaan Hutan (P3H) yang terdiri atas Praktek Umum Pengelolaan Hutan
(PUPH) di KPH Ngawi BKPH Getas Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dan
Praktek Umum Kehutanan (PUK) di Baturaden-Cilacap, serta Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Sukawening, Bogor.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,
penulis menyusun karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Media Semai
UCAPAN TERIMAKASIH
Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak
yang telah ikut mendukung dan memberi bantuan. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak, ibu, dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan
2. Bapak Dr. Ir. Cahyo Wibowo, M.Sc.F.Trop selaku Dosen pembimbing skripsi
3. Bapak Ir. Koerdi Nuryanto, MM selaku pembimbing lapangan di Rumpin Seed Source and Nursery Center
4. Bapak Ujang Susep Irawan, S.Hut, MS selaku pembimbing lapangan di
Rumpin Seed Source and Nursery Center
5. Asisten lapangan dan pegawai Rumpin Seed Source and Nursery Center
6. Bapak Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc selaku Ketua Departemen Silvikultur
Fakultas Kehutanan IPB
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc sebagai Dosen penguji dari
Departemen Hasil Hutan
8. Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc sebagai Dosen penguji dari Departemen
KSHE
9. Keluarga besar KPAP Departemen Silvikultur yang telah memudahkan dan
membantu penulis dalam mengurus administrasi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.3 Manfaat Penelitian ... 2
1.4 Kerangka Pikir ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Eucalyptus pellita F. Muell ... 3
2.2 Perkecambahan Benih ... 4
2.3 Media Tanam... 5
2.4 Pertumbuhan... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat... 12
3.2 Alat dan Bahan ... 12
3.3 Metode Kerja ... 12
3.4 Rancangan Percobaan... 14
3.5 Pengamatan Selama Sapih... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pertumbuhan Eucalyptus pellita F.Muell... 17
4.1.1 Pertumbuhan Tinggi ... 19
4.1.2 Pertumbuhan Diameter ... 21
4.1.3 Pertambahan Jumlah Helai Daun ... 22
4.1.4 Nisbah Tinggi / Diameter Batang... 23
4.2. Pembahasan Pertumbuhan Eucalyptus pellita... 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 32
5.2 Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Perlakuan Media Sapih (20 perlakuan dengan perbandingan
berdasarkan volume) ... 14
2. Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan Tinggi (cm) Eucalyptus pellita
pada Berbagai Media Semai Selama 13 Minggu pada taraf α 1% ... 17 3. Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan Diameter (cm) Eucalyptus pellita
pada Berbagai Media Semai Selama 13 Minggu pada taraf α 1% ... 17 4. Hasil Sidik Ragam Nisbah Tinggi / Diameter Batang (cm/mm)
Eucalyptus pellita pada Berbagai Media Semai Selama 13
Minggu pada taraf α 5% ... 18 5. Hasil Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Helai Daun Eucalyptus
pellita pada Berbagai Media Semai Selama 13 Minggu pada taraf
α 1%... 18 6. Rekapitulasi Hasil Uji Sidik Ragam (Pr>F) Pertumbuhan Tinggi,
Diameter, dan Jumlah Helai Daun Pada Umur 13 Minggu... 18
7. Hasil Uji Duncan Terhadap Rata-rata Pertumbuhan Tinggi (cm)
Eucalyptus pellita Pada Berbagai Perlakuan Media Semai Selama
13 Minggu ... 19
8. Hasil Uji Duncan Terhadap Rata-rata Pertumbuhan Diameter (cm) Eucalyptus pellita Pada Berbagai Perlakuan Media Semai
Selama 13 Minggu... 21
9. Hasil Uji Duncan Terhadap Rata-rata Pertambuhan Jumlah Helai Daun Eucalyptus pellita Pada Berbagai Perlakuan Media
Semai Selama 13 Minggu ... 22
10. Hasil Uji Duncan Terhadap Nisbah Tinggi / Diameter Batang (cm/mm) Eucalyptus pellita Pada Berbagai Perlakuan Media
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Alur Kerangka Pemikiran ... 2
2. Pertumbuhan Eucalyptus pellita (A) ,pertumbuhan akar (B), dan grafik pertumbuhan pada berbagai media selama umur 13
minggu ... 20
3. Histogram Nisbah Tinggi / Tiameter Batang Eucalyptus pellita
Pada Penggunaan Berbagai Jenis Media Semai Selama 13
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Pengukuran Tinggi (cm) dan diameter (cm) Eucalyptus pellita... 36 2. Pengukuran Pertambahan Jumlah Helai Daun Eucalyptus pellita... 56 3. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi (cm) Mingguan ... 76
4. Pengukuran Nisbah Tinggi / Diameter (cm/mm)... 77
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi
kesejahteraan manusia, baik manfaat yang dapat dirasakan secara langsung,
maupun yang dirasakan secara tidak langsung. Keberadaan hutan ditentukan oleh
tinggi rendahnya kesadaran manusia terhadap arti penting hutan di dalam
pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Dalam rangka memperoleh manfaat hutan
dan kawasan hutan yang optimal bagi kesejahteraan rakyat, maka semua hutan
dan kawasan hutan dapat dimanfaatkan dengan cara memperhatikan sifat,
karakteristik, dan kerentanannya, serta tidak dibolehkan mengubah fungsi
utamanya.
Pembangunan hutan tanaman dengan menggunakan tanaman kehutanan
dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan terhadap kayu dan
mengembalikan fungsi hutan yang telah dieksploitasi. Pembangunan hutan
tanaman ini diharapkan dapat menggantikan peran hutan alam dalam memenuhi
kebutuhan manusia terhadap kayu yang semakin meningkat.
Eucalyptus pellita F. Muell merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan cepat tumbuh yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam Hutan
Tanaman Industri (HTI). Jenis tanaman kehutanan ini tidak menuntut persyaratan
tinggi dalam tempat tumbuhnya. Eucalyptus pellita ini dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembah, berawa, dengan variasi kesuburan tanah
mulai dari yang mempunyai kandungan hara kurang sampai tanah yang baik dan
subur (Anonim 1994).
Hutan tanaman sering melibatkan kegiatan persemaian. Penggunaan top soil
sebagai media tanam dalam persemaian menyebabkan terjadinya degradasi tanah
di area di mana top soil tersebut tersedia. Oleh karena itu, adanya penggunaan media tanpa tanah sebagai media tanam dapat menjadi salah satu alternatif untuk
1.2
Tujuan PenelitianTujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh media semai
(sebagai pengganti tanah) pada pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita.
1.3
Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
sejauh mana media semai yang digunakan dapat memberikan pengaruh
pertumbuhan Eucalyptus pellita.
1.4
Kerangka PikirKualitas semai suatu jenis tanaman kehutanan dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu komposisi media tanam dan manipulasi lingkungan di mana
pertumbuhan pohon diukur dengan menggunakan dimensi pohon berupa diameter,
serta tinggi pohon. Faktor penggunaan media tanam dapat mempunyai pengaruh
dalam ketersediaan unsur hara dan air sehingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman. Kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.
Proses Fisiologis Kualitas
Semai Komposisi media
tanam
Manipulasi lingkungan
Pertumbuhan Pohon
Analisis Pertumbuhan Pohon
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Eucalyptus pellita F. Muell2.1.1 Tinjauan Botanis Eucalyptus pellita F. Muell (Pelita)
Eucalyptus pellita F. Muell merupakan salah satu jenis dari famili Myrtaceae, dimana famili Myrtaceae terdiri dari kurang lebih 700 spesies. Jenis
pelita dapat berupa semak atau perdu dengan ketinggian mencapai 10 meter,
berbatang bulat dan lurus, tidak berbanir serta sedikit bercabang. Pohon pelita
umumnya bertajuk sedikit ramping, dan ringan. Percabangannya lebih banyak
membuat sudut ke atas, dan daunnya tidak begitu lebat. Daunnya berbentuk lanset
hingga bulat telur memanjang dan bagian ujungnya runcing membentuk kait.
Ciri khas lain pelita adalah sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas
dengan bentuk kulit bermacam-macam mulai dari kasar dan berserabut, halus
bersisik, tebal bergaris-garis atau berlekuk-lekuk. Warna kulit mulai dari putih
kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu sampai coklat, merah, sawo matang sampai
coklat. Jenis pelita termasuk jenis yang sepanjang tahun tetap hijau dan sangat
membutuhkan cahaya. Tanaman dapat bertunas kembali setelah dipangkas dan
agak tahan terhadap serangan rayap. Sistem perakaran tanaman ini tergolong cepat
sekali memanjang menembus ke dalam tanah. Intensitas penyebaran akarnya ke
arah bawah hampir sama banyaknya dengan ke arah samping (Anonim 1994).
2.1.2 Penyebaran dan Habitat Eucalyptus pellita F. Muell
Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman asli New South Wales, Queensland. Daerah penyebaran alami Eucalyptus pellita berada di sebelah timur garis Walace mulai dari 7° LU sampai 43°39 LS dan sebagian besar tumbuh di
Australia dan pulau-pulau di sekitarnya. Beberapa jenis ekaliptus tumbuh di Papua
New Guinea dan jenis-jenis tertentu terdapat di Sulawesi, Papua, Seram, Filipina,
pulau di Nusa Tenggara Timur dan Timor Leste.
tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa, secara periodik
digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari yang mempunyai
kandungan hara kurang sampai tanah yang baik dan subur. Jenis ekaliptus dapat
tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari
daratan rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai
bagi pertumbuhannya antara 0 – 1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20°-32°C
(Anonim 1994).
2.1.3 Manfaat Eucalyptus pellita F. Muell
Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi besar dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Manfaat
yang dominan dari pohon ini adalah untuk bahan baku pulp. Kayunya mempunyai
nilai ekonomi yang cukup tinggi untuk dipakai sebagai kayu gergajian, konstruksi,
veneer, plywood, furniture dan bahan pembuatan pulp dan kertas. Oleh karena itu, jenis tanaman ini cenderung selalu dikembangkan (Anonim 1994).
2.2 Perkecambahan Benih
Perkecambahan adalah proses fisiologi pada tahap awal pertumbuhan
benih. Pada proses ini berarti kembali aktifnya pertumbuhan embrio yang
ditunjukkan oleh munculnya radikula yang menembus dan muncul dari benih
(Departemen Kehutanan 2004).
Perkecambahan benih merupakan batas antara benih yang masih
bergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu
berdiri sendiri dalam mengambil hara. Oleh karena itu, perkecambahan
merupakan mata rantai terakhir dalam proses penanganan benih.
Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan
berkecambah), perlakuan awal (pematahan dormansi), dan kondisi
perkecambahan seperti air, suhu, kelembaban, cahaya dan bebas dari patogen.
cahaya, suhu dan kelembaban merupakan tiga faktor utama yang mempengaruhi
proses perkecambahan. Selama proses perkembangan semai, kondisi dan
persyaratan tempat tumbuh seperti pH, salinitas, dan drainase menjadi sangat
benih, benih dan semai menjadi rentan terhadap tekanan fisiologis, kerusakan
mekanik, dan infeksi.
Penyediaan kondisi lingkungan yang optimal dimaksudkan untuk dapat
mempercepat proses perkecambahan sehingga anakan/ semai dapat melalui proses
tekanan fisiologis, kerusakan mekanik, dan infeksi (Schmidt 2000).
2.3 Media Tanam
Media tanam merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting untuk
pertumbuhan agar tanaman mendapat unsur hara dan air. Media tanam yang
memenuhi syarat sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Jenis dan sifat media tanam berperan dalam ketersediaan unsur hara dan air
sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perbedaan
karakteristik media adalah dalam hal kandungan unsur hara dan daya mengikat air
tercermin pada porositas, kelembaban, dan aerasi (Hardjanti 2005).
Berbagai jenis limbah pertanian (organik) telah diteliti dan mempunyai
potensi sebagai media pengganti tanah seperti serat sabut kelapa, bagas tebu, dan
tandan kosong kelapa sawit. Namun, media tersebut umumnya belum diproses
menjadi media tanam dengan sifat fisik dan kimia sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh industri tanaman hias. Selain sebagai tempat berpijaknya
tanaman, media juga berfungsi menyediakan unsur hara makro dan mikro yang
dibutuhkan tanaman. Media tersebut juga tidak mengandung biji gulma dan
patogen yang merugikan (Muhit dan Qodriyah 2006).
Upaya perbanyakan tanaman dengan cara pembiakan generatif atau
penyemaian dengan biji biasanya membutuhkan waktu yang lama, tetapi dapat
dibiakkan dalam jumlah yang banyak dengan pertumbuhan yang seragam serta
memiliki perakaran yang kuat agar tanaman tidak mudah roboh maka diperlukan
penelitian diantaranya menggunakan media tanam untuk pembibitan secara
generatif (Harmanto 2001, diacu dalam Erlan 2005).
Media tanam yang baik harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai
berikut: tidak mengandung bibit hama dan penyakit dan bebas gulma,
mampu menampung air, tetapi juga mampu membuang/mengalirkan kelebihan
air, remah dan porous sehingga akar bisa tumbuh dan berkembang menembus
Penggunaan media tanam yang tepat akan menentukan pertumbuhan bibit yang
ditanam (Anonim 2007).
Jenis dan sifat media tanam berperan dalam ketersediaan unsur hara dan
air sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perbedaan
karakteristik media terutama pada kandungan unsur hara bagi tanaman dan daya
mengikat air tercermin pada porositas, kelembaban dan aerasi (Hardjanti 2005).
2.3.1 Tanah
Tanah didefinisikan sebagai tubuh alam yang tersusun dari air, udara dan
bagian padat yang terdiri dari bahan-bahan mineral organik serta jasad hidup yang
membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri khas yang berperan
dalam pertumbuhan tanaman dalam kurun waktu tertentu. Perbandingan air dan
udara selalu berubah tergantung pada iklim dan faktor lainnya (Bailey 1986).
Tanah mempunyai peran untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup
tanaman, seperti memberi dukungan mekanis, tempat berjangkarnya akar,
menyediakan ruang untuk pertumbuhan dan perkembangan akar, menyediakan
udara (oksigen) untuk respirasi, menyediakan air dan hara dan sebagai media
terjadinya saling tindak (interaksi) antara tanaman dengan jasad tanah (Anonim
2007).
2.3.2 Cocopeat
Cocopeat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Cocopeat berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat. Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam dikarenakan
karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, serta
mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg),
kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).
Cocopeat dapat dicampur dengan pasir, kompos, dan pupuk lainnya untuk membuat media pot yang baik. Cocopeat umumnya mempunyai keasaman dalam kisaran pH 5.5 -6.5. Kisaran pH ini adalah asam untuk beberapa tanaman,
menjadikan media ini sebagai tempat tumbuhnya jamur di mana jamur menyukai
adanya selulosa (Anonim 2007).
2.3.3 Serbuk Gergaji
Serbuk gergaji merupakan hasil dari sisa limbah industri kayu gergajian.
Serbuk kayu yang dihasilkan dari limbah penggergajian kayu dapat dimanfaatkan
menjadi briket arang, arang aktif, komposit kayu plastik , pot organik sebagai
pengganti polybag , sebagai media tanam jamur dan bentuk-bentuk lainnya. Di luar negeri serbuk gergaji digunakan sebagai campuran media pot jika kulit pinus
tidak tersedia (Handreck dan Black 1994, diacu dalam Wuryan 2008 ).
Xu et al. (1995) diacu dalam Wuryan (2008) melaporkan bahwa campuran serbuk gergaji dengan gambut dan pasir dapat menghindari stres air
pada tanaman pot Prunus cistena. Manfaat media serbuk gergaji antara lain mempunyai kemampuan menahan air tinggi, kualitas media cukup baik, mudah
didapat, harganya murah dan ramah terhadap lingkungan. Serbuk gergaji segar
tidak mengikat unsur – unsur hara dengan baik (Nelson 1978, diacu dalam
Wuryan 2008).
2.3.4 Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak
dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama.
Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah
sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi
karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam
bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media
tanam ini menjadi gembur tetapi sekam bakar cenderung mudah lapuk.
Kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air,
tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan
tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh
dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur hara
2.3.5 Vermiculite
Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari
pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan kalium.
Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang memiliki
kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam keadaan padat dan
saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis, dan meningkatkan daya
serap air jika digunakan sebagai campuran media tanaman sehingga mudah
diserap oleh akar tanaman. Penggunaan vermikulit sebagai media tanam
sebaiknya dikombinasikan dengan bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman
dalam menyerap unsur-unsur hara (Anonim 2007).
2.3.6 Peat moss
Peat moss merupakan bentukan tipe peat yang terdekomposisi kurang sempurna. Peat moss dapat digunakan sebagai bahan tambahan tanah yang dapat meningkatkan kapasitas daya pegang air. Peat moss merupakan nama lain sphagnum di mana sphagnum merupakan dari genus dari moss. Peat moss
mempunyai kandungan kalsium dan magnesium (Anonim 2007).
2.3.7 Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal
dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun,
rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media
tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu,
kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting
untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan
kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil conditioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering,
Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu kompos
yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan perubahan
warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki
kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang (Anonim 2007).
2.3.8 Pupuk Kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk
kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P),
dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media
tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang
diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi
komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis
makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum
diaplikasikan sebagai media tanam.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang
sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat.
Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah
munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman (Anonim 2007).
2.4 Bahan Organik
Bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta
berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah
serta lingkungan. Bahan organik berfungsi sebagai pengikat butiran primer tanah
menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini
berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi dan
temperature tanah (Setyorini 2005).
Bahan organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan organik, antara lain
sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk
gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasar, limbah rumah tangga
bervariasi sehingga kualitas pupuk yang dihasilkan juga beragam sesuai dengan
kualitas bahan asalnya.
Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami dan sekam memberikan
pengaruh yang lebih besar pada perubahan sifat-sifat fisik tanah dibanding bahan
organik yang telah terdekomposisi seperti kompos. Meskipun mengandung unsur
hara yang rendah, bahan organik penting dalam: (1) menyediakan hara makro dan
mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si, (2) meningkatkan kapasitas tukar
kation (KTK) tanah, serta (3) dapat bereaksi dengan ion logam untuk membentuk
senyawa kompleks, sehingga ion logam yang meracuni tanaman atau menghambat
penyediaan hara seperti Al, Fe dan Mn dapat dikurangi. Fungsi biologis bahan
organik adalah sebagai sumber energi dan makanan mikroorganisme tanah
sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang sangat
bermanfaat dalam penyediaan hara tanaman.
Bahan organik yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu
yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan perubahan
warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki
kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang (Setyorini 2005).
Penggunaan berbagai bahan organik dan fungsi beberapa
mikroorganisme tersebut akan menciptakan media tumbuh tanaman yang baik
sehingga dapat menampilkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang baik pula
(Anonim 2007).
2.5 Pertumbuhan
Sitompul dan Guritno (1995) berpendapat bahwa pertumbuhan adalah
proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman
semakin besar dan juga menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran organ
tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari pertumbuhan bagian-bagian
tanaman akibat dari pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertambahan
ukuran sel.
Media tumbuh yang baik mengandung unsur hara yang cukup, bertekstur
ringan, dan dapat menahan air sehingga menciptakan kondisi yang dapat
menahan air yang baik, cukup hara, bebas dari gulma dan patogen, serta
kemasaman tanah optimal bagi pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan oleh bahan tanam
di samping kondisi lingkungan serta faktor media tanam. Media tanam berfungsi
sebagai tempat tumbuh dan perkembangan akar serta tempat tanaman
mengabsorpsi unsur hara dan air (Hardjanti 2005).
Sutedjo dan Kartasapoetra (1991) mengemukakan bahwa tanah sebagai
media pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak begitu saja menunjang
keberhasilan dalam usaha penanaman, ada kalanya hasil usaha tanaman tersebut
memuaskan, ada kalanya demikian menyedihkan bahkan sampai pada kegagalan.
Hal ini dikarenakan tanah memberikan berbagai pengaruh bagi pertumbuhan
media. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain suhu udara, kelembaban tanah,
kesarangan tanah, permeabilitas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad renik dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu pada 12 Mei 2008-19
Agustus 2008 dan bertempat di Rumpin Seed Source and Nursery Center (RSSNC), Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
3.2
Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian adalah gayung, mistar,
ayakan, sendok media, kamera, caliper digital, gembor, auto sprinkler dan alat tulis. Bahan yang diperlukan dalam kegiatan penelitian adalah benih Eucalyptus pellita, tanah (top soil), kompos, kotoran domba, sekam padi, polybag, cocopeat,
peat moss, vermiculite, serbuk gergaji, label tempel, dan germination box.
3.3
Metode KerjaMetode kerja yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah
3.1.1 Pengadaan Benih
Benih Eucalyptus pellita diperoleh dari Rumpin Seed Source and Nursery Center ( RSSNC ) sebanyak 2 gram yang mengandung ± 1200-1800 butir benih di mana 1 kg berisi antara 625.000-909.091 butir benih (Lembaga Penelitian Hutan
2002)
3.1.2 Pengadaan Media Perkecambahan
Media yang digunakan dalam proses perkecambahan Eucalyptus pellita
berupa tanah + sekam padi dengan perbandingan 1:1 berdasarkan volume dalam
box perkecambahan.
3.1.3 Pengadaan Media Sapih
Media sapih yang digunakan berupa campuran antara tanah, vermikulit dan
berbagai bahan organik dengan komposisi yang bervariasi. Komponen-komponen
yang digunakan dalam media sapih adalah berupa:
• cocopeat
• campuran cocopeat + serbuk gergaji + sekam padi (1:1:1) berdasarkan perbandingan volume
• campuran cocopeat + peat moss + vermiculite (2:2:1) berdasarkan perbandingan volume.
• kompos (yang digunakan dalam studi ini adalah kompos komersil yang
dibeli dari toko pertanian)
• kotoran domba yang telah melapuk
Macam-macam komposisi media sapih yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 1.
3.1.4 Penaburan Benih dan Perlakuan Pendahuluan
Penaburan dilakukan oleh pihak Rumpin Seed Source and Nursery Center (RSSNC) sebanyak kurang lebih 2 gram, tanpa perlakuan, hanya berupa penggunaan benih yang baru.
3.1.5 Pengisian Polybag
Media sapih diisikan ke dalam polybag dilakukan sampai penuh dengan kondisi tidak terlalu padat maupun tidak terlalu longgar dengan cara
menghentakkan polybag dari atas ke bawah dengan tangan. Pengisian dilakukan dengan menggunakan sendok media dengan perbandingan yang telah ditentukan
untuk media sapih.
3.1.6 Pengangkutan Polybag
Pengangkutan polybag dilakukan dengan menggunakan troli dari lokasi pembuatan dan pengisian media ke dalam polybag menuju shading house.
3.1.7 Penataan Polybag
Polybag disusun dengan rapi sesuai dengan label perlakuan masing–masing dengan tidak memberi jarak antar polybag.
3.1.8 Penyapihan Benih Eucalyptus pellita ke dalam Polybag
Sebelum dilakukan penyapihan, terlebih dahulu dilakukan penyiraman
berkecambah (10 hari setelah tanam). Penyapihan bibit dilakukan secara hati-hati
ke dalam polybag sapih.
3.1.9 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman yang dilakukan setiap hari
yaitu pada pagi hari sekitar pukul 08.00-09.00 dan sore hari sekitar pukul
15.00-16.00 dengan menggunakan auto sprinkler yang bekerja secara mekanis. Selain itu dilakukan pemeliharaan berupa pembersihan semai dari gulma dan kotoran,
dan perbaikan posisi polybag yang tepat.
3.4
Rancangan PercobaanRancangan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap untuk
perlakuan pada media sapih. Perlakuan-perlakuan media sapih yang digunakan
[image:38.595.115.512.392.666.2]dalam percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 1. (Total semua=20 perlakuan)
Tabel 1 Perlakuan Media Sapih (20 perlakuan dengan perbandingan berdasarkan volume)
No Perlakuan Keterangan 1 M1 Tanah murni
2 M2 Tanah : kompos = 1:1 3 M3 Tanah : kompos = 2:1 4 M4 Tanah : kotoran domba = 1:1 5 M5 Tanah : kotoran domba = 2:1
6 M6 Cocopeat
7 M7 Cocopeat : kompos = 1:1 8 M8 Cocopeat : kompos = 2:1 9 M9 Cocopeat : kotoran domba = 1:1 10 M10 Cocopeat : kotoran domba = 2:1
11 M11 (Cocopeat + serbuk gergaji + sekam padi = 1:1:1)
12 M12 (Cocopeat + serbuk gergaji + sekam padi = 1:1:1): kompos = 1:1 13 M13 (Cocopeat + serbuk gergaji + sekam padi = 1:1:1) : kompos = 2:1 14 M14 (Cocopeat + serbuk gergaji + sekam padi = 1:1:1) : kotoran domba = 1:1 15 M15 (Cocopeat + serbuk gergaji + sekam padi = 1:1:1) : kotoran domba = 2:1 16 M16 (Cocopeat + peat moss + vermiculite = 2:2:1)
17 M17 (Cocopeat + peat moss + vermiculite = 2:2:1) : kompos = 1:1 18 M18 (Cocopeat + peat moss + vermiculite = 2:2:1) : kompos = 2:1 19 M19 (Cocopeat + peat moss + vermiculite = 2:2:1) : kotoran domba = 1:1 20 M20 (Cocopeat + peat moss + vermiculite = 2:2:1) : kotoran domba = 2:1
Sebagai contoh perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. M1, berarti media yang digunakan berupa tanah
Total banyaknya perlakuan yaitu 20 perlakuan dengan ulangan/blok
sebanyak 4 kali dan setiap perlakuan dalam blok mempunyai 5 polybag. Tiap
polybag berisi 1 tanaman Eucalyptus pellita. Keseluruhan polybag yang digunakan berjumlah 400 buah. Dalam hal ini satu ulangan adalah 5 polybag yang berisi masing-masing 1 tanaman Eucalyptus pellita. Layout penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5.
Model rancangan yang digunakan :
Y
ij= µ +
α
i+
β
j+ є
ijKeterangan :
Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j i = 1,2,...,6 dan j = 1,2,...,6
µ = rataan umum
αi = pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j
єij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Peubah yang diamati selama penyapihan adalah: tinggi bibit (cm), Jumlah
daun (helai), yang diukur 1x dalam seminggu serta , diameter batang bibit (cm)
diukur pada akhir pengamatan. Semua data diolah dengan menggunakan Program
Statistik SAS (Statistical Analysis System) for Windows Release 9.1.
3.5
Pengamatan Selama SapihPengamatan yang dilakukan selama proses penyapihan antara lain:
3.5.1 Pengamatan Diameter Semai
Pengamatan diameter semai dilakukan pada akhir pengamatan yaitu pada
umur 3 bulan sapihan (bibit siap ditanam di lapangan). Pengukuran diameter
dilakukan untuk mengetahui perkembangan diameter setelah pemberian
3.5.2 Pengamatan Tinggi Semai
Pengukuran tinggi semai dilakukan setiap 1 minggu sekali. Pengukuran
pertama dilakukan satu minggu setelah tanam. Pengukuran tinggi dimulai dari
leher akar sampai pucuk.
3.5.3 Pengamatan Jumlah Helai Daun
Pengamatan jumlah daun dimulai sejak benih mulai berkecambah sampai
pengamatan selama 3 bulan. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pertumbuhan Eucalyptus pellita F.Muell
Analisis keragaman tinggi tanaman (cm), pada berbagai perlakuan media
[image:41.595.109.515.256.337.2]semai, disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan Tinggi (cm) Eucalyptus pellita pada Berbagai Media Semai Selama 13 Minggu pada taraf α 1%
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-Hitung Pr>F
Kelompok/blok 3 73.24482 24.41494 1.38 0.2569
Perlakuan 19 12224.53162 643.39640 36.48 <0.0001
Galat 57 1005.42418 17.63902
Total 79 13303.20062
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan media semai memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi (cm). Hal ini ditunjukkan dengan
dengan nilai (Pr>F) sebesar <0.0001.
Analisis keragaman diameter tanaman (cm), pada berbagai perlakuan media
[image:41.595.108.512.483.554.2]semai, disajikan pada Tabel 4
Tabel 3 Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan Diameter (cm) Eucalyptus pellita pada Berbagai Media Semai Selama 13 Minggu pada taraf α 1%
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-Hitung Pr>F
Kelompok/blok 3 0.00154375 0.00051458 0.41 0.7492
Perlakuan 19 0.34811375 0.01832178 14.46 <0.0001
Galat 57 0.07223125 0.00126721
Total 79 0.42188875
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan media semai memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap pertumbuhan diameter (cm). Hal ini ditunjukkan
dengan nilai (Pr>F) sebesar <0.0001.
Analisis keragaman nisbah tinggi / diameter tanaman (cm/mm), pada
Tabel 4 Hasil Sidik Ragam Nisbah Tinggi / Diameter Batang (cm/mm) Eucalyptus pellita pada Berbagai Media Semai Selama 13 Minggu pada taraf α 5%
Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung Pr>F
Kelompok/blok 3 38.9345438 12.9781813 1.25 0.2999
Perlakuan 19 391.4897138 20.6047218 1.99 0.0242
Galat 57 591.447981 10.376280
Total 79 1021.872239
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan media semai memberikan pengaruh
yang nyata terhadap nisbah tinggi / diameter batang (cm/mm). Hal ini ditunjukkan
dengan dengan nilai (Pr>F) sebesar 0.0242.
Analisis keragaman jumlah helai daun tanaman (helai), pada berbagai
[image:42.595.110.514.340.414.2]perlakuan media semai, disajikan pada Tabel 5
Tabel 5 Hasil Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Helai Daun Eucalyptus pellita pada Berbagai Media Semai Selama 13 Minggu pada taraf α 1%
Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung Pr>F
Kelompok/blok 3 5.5000000 1.8333333 0.75 0.5274
Perlakuan 19 477.8000000 25.1473684 10.28 <0.0001
Galat 57 139.5000000 2.4473684
Total 79 622.8000000
Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan media semai memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap pertambahan jumlah helai daun (helai). Hal ini
ditunjukkan dengan nilai (Pr>F) sebesar <0.0001.
Rekapitulasi data berdasarkan hasil uji beda nyata terhadap beberapa
[image:42.595.111.487.561.611.2]parameter yang diamati dalam berbagai media semai disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Uji Sidik Ragam (Pr>F) Pertumbuhan Tinggi, Diameter, dan Jumlah Helai Daun Pada Umur 13 Minggu
Perlakuan Tinggi Diameter Jumlah Helai Daun Nisbah tinggi / diameter
Media Semai *<0.0001 *<0.0001 *<0.0001 **0.0242 Keterangan : sangat nyata pada taraf α 1%
**nyata pada taraf α 5%
Rekapitulasi ini menunjukkan bahwa pemberian berbagai media semai
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi, diameter dan
jumlah helai daun serta berpengaruh nyata terhadap nilai nisbah tinggi / diameter
4.1.1 Pertumbuhan Tinggi
[image:43.595.120.459.219.542.2]Pertumbuhan tinggi pada Eucalyptus pellita menurut uji beda nyata Duncan memberikan hasil sangat nyata pada taraf α 1% pada berbagai perlakuan media semai selama 13 minggu di green house. Hasil analisis uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Uji Duncan Terhadap Rata-rata Pertumbuhan Tinggi (cm) Eucalyptus pellita Pada Berbagai Perlakuan Media Semai Selama 13 Minggu
Perlakuan Rata-rata
(cm)
Duncan Group
Keterangan
M5 57.56 a T : D = 2:1
M18 56.71 a (C, P, V = 2:2:1) : K = 2:1 M16 56.24 a C, P, V = 2:2:1
M2 56.13 a T : K = 1:1
M17 55.73 a (C, P, V = 2:2:1) : K = 1:1 M20 55.11 a (C, P, V = 2:2:1) : D = 2:1
M3 53.91 a T : K = 2:1
M7 53.85 a C : K = 1:1
M4 53.29 a T : D = 1:1
M8 50.97 ab C : K = 2:1
M6 50.71 ab C
M19 47.12 bc (C, P, V = 2:2:1) : D = 1:1 M14 43.20 cd (C, S, Sp = 1:1:1) : D = 1:1 M13 41.86 cd (C, S, Sp = 1:1:1) : K = 2:1 M12 41.69 cd (C, S, Sp = 1:1:1) : K = 1:1
M1 39.86 d T
M9 37.85 d C : D = 1:1
M10 36.65 d C : D = 2:1
M15 22.13 e (C, S, Sp = 1:1:1) : D = 2:1 M11 8.68 f C, S, Sp = 1:1:1 Keterangan :
T : Top soil S: Serbuk Gergaji P: Peat moss Sp: Sekam Padi V: Vermiculite K: Kompos C: Cocopeat D: Kotoran Domba
Hasil analisis uji beda nyata pada Tabel 7 menunjukkan bahwa media tanah
top soil dengan kotoran domba dengan perbandingan 2:1 (M5) menghasilkan nilai terbesar yaitu 57.56 cm. Hal ini tidak berarti media M5 menjadi media yang dapat
menghasilkan pertumbuhan tinggi terbaik. Hasil analisis uji beda nyata pada Tabel
7 menunjukkan bahwa media M18 - M6 juga memberikan respon yang sama
dengan media M5.
Tinggi bibit terkecil diperoleh dari penggunaan media (cocopeat , serbuk gergaji + sekam padi =1:1:1) atau M11 sebesar 8.68 cm. Hasil analisis uji beda
respon yang sama dengan media M5 dan memberikan hasil pertumbuhan tinggi
terkecil dibanding dengan perlakuan lainnya.
(A)
(B)
[image:44.595.125.480.140.670.2](C)
Gambar 2 memperlihatkan bahwa penggunaan berbagai jenis media semai
mempengaruhi pertumbuhan tinggi Eucalyptus pellita di mana selama 13 minggu menunjukkan pertumbuhan dengan naiknya kurva. Dalam kurva terlihat bahwa
kenaikan yang paling baik dalam pertumbuhan Eucalyptus pellita diperoleh dari penggunaan tanah top-soil dengan kotoran domba (2:1) (M5).
4.1.2 Pertumbuhan Diameter
[image:45.595.160.454.344.632.2]Pertumbuhan diameter pada Eucalyptus pellita menurut uji beda nyata pada uji Duncan memberikan hasil sangat nyata pada taraf α 1% pada berbagai perlakuan media semai selama 13 minggu di green house. Hasil analisis uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil Uji Duncan Terhadap Rata-rata Pertumbuhan Diameter (cm) Eucalyptus pellita Pada Berbagai Perlakuan Media Semai Selama 13 Minggu
Perlakuan Rata-rata
(cm)
Duncan
Group Keterangan M20 0.30 a (C, P, V = 2:2:1) : D = 2:1 M19 0.29 a (C, P, V = 2:2:1) : D = 1:1 M18 0.29 a (C, P, V = 2:2:1) : K = 2:1
M4 0.29 a T : D = 1:1
M8 0.29 a C : K = 2:1
M7 0.28 a C : K = 1:1
M16 0.28 a C, P, V = 2:2:1 M17 0.28 a (C, P, V = 2:2:1) : K = 1:1
M2 0.28 a T : K = 1:1
M3 0.26 ab T : K = 2:1
M5 0.26 ab T : D = 2:1
M6 0.22 bc C
M14 0.20 c (C, S, Sp = 1:1:1) : D = 1:1 M13 0.20 c (C, S, Sp = 1:1:1) : K = 2:1 M12 0.19 c (C, S, Sp = 1:1:1) : K = 1:1
M9 0.19 c C : D = 1:1
M10 0.18 c C : D = 2:1
M1 0.16 c T
M15 0.11 d (C, S, Sp = 1:1:1) : D = 2:1 M11 0.06 e C, S, Sp = 1:1:1 Keterangan :
T : Top soil S: Serbuk Gergaji P: Peat moss Sp: Sekam Padi V: Vermiculite K: Kompos C: Cocopeat D: Kotoran Domba
Hasil uji beda nyata pada taraf α 1%menunjukkan bahwa media (cocopeat , peat moss , vermiculite =2:2:1) dicampur kotoran domba dengan perbandingan 2:1 (M20) memberikan nilai terbesar yaitu 0.30 cm. Hasil analisis uji beda nyata
sama dengan media M20 sehingga media M20 tidak dapat dikatakan sebagai
media terbaik dalam menghasilkan diameter.
Nilai terkecil dari pertumbuhan diameter menurut uji beda nyata dengan uji
Duncan berada pada media (cocopeat , serbuk gergaji , sekam padi =1:1:1) atau M11 dengan nilai sebesar 0.06 cm sedangkan nilai terbesar diperoleh pada media
(cocopeat , peat moss , vermiculite =2:2:1) dengan kotoran domba dengan perbandingan 2:1 (M20) sebesar 0.30 cm.
4.1.3 Pertambahan Jumlah Helai Daun
Pertambahan jumlah helai daun Eucalyptus pellita berdasarkan analisis uji Duncan menunjukkan perbedaan sangat nyata antar perlakuan (media semai)
[image:46.595.130.454.384.683.2]pada taraf α 1% selama 13 minggu di green house. Hasil analisis Uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil Uji Duncan Terhadap Rata-rata Pertambuhan Jumlah Helai Daun Eucalyptus pellita Pada Berbagai Perlakuan Media Semai Selama 13 Minggu
Perlakuan Rata-rata
(cm)
Duncan
Group Keterangan
M8 17.25 a C : K = 2:1
M7 17 ab C : K = 1:1
M6 15.25 abc C
M5 15.25 abc T : D = 2:1
M20 15.25 abc (C, P, V = 2:2:1) : D = 2:1
M3 15.25 abc T : K = 2:1
M9 15 abc C : D = 1:1
M2 15 abc T : K = 1:1
M17 14.5 bc (C, P, V = 2:2:1) : K = 1:1
M1 14.25 c T
M18 14 c (C, P, V = 2:2:1) : K = 2:1
M10 14 c C : D = 2:1
M13 13.75 cd (C, S, Sp = 1:1:1) : K = 2:1 M14 13.75 cd (C, S, Sp = 1:1:1) : D = 1:1 M19 13.5 cd (C, P, V = 2:2:1) : D = 1:1
M4 13.25 cd T : D = 1:1 M16 12.75 cd C, P, V = 2:2:1 M12 11.25 de (C, S, Sp = 1:1:1) : K = 1:1 M15 9.75 e (C, S, Sp = 1:1:1) : D = 2:1
M11 6 f C, S, Sp = 1:1:1
Keterangan :
T : Top soil S: Serbuk Gergaji C: Cocopeat P: Peat moss Sp: Sekam Padi D: Kotoran domba V: Vermiculite K: Kompos
pada media ini menjadi sangat kecil bila dibandingkan perlakuan-perlakuan
lainnya. Nilai terkecil pertambahan jumlah helai daun adalah pada pemberian
media (cocopeat , serbuk gergaji , sekam padi =1:1:1) atau M11 pada penggunaan uji Duncan memberikan nilai sebesar 6. Nilai terbesar pertambahan jumlah helai
daun adalah pada pemberian media cocopeat dicampur kompos (2:1) atau M8
pada penggunaan uji Duncan memberikan nilai sebesar 17.25. Hal ini tidak
berarti bahwa media M8 merupakan media terbaik karena pada Tabel 9
menunjukkan bahwa M7-M2 memberikan respon yang sama dengan media M8.
4.1.4 Nisbah Tinggi / Diameter Batang
Nisbah tinggi / diameter batang berhubungan dengan kekokohan batang
[image:47.595.129.453.443.750.2](stem sturdiness). Nisbah tinggi / diameter batang semai (cm/mm) Eucalyptus pelita berdasarkan uji Duncan menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan (media semai) pada taraf α 5% selama 13 minggu di green house. Hasil analisis uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil Uji Duncan Terhadap Nisbah Tinggi / Diameter Batang (cm/mm) Eucalyptus pellita Pada Berbagai Perlakuan Media Semai Selama 13 Minggu
Perlakuan Rata-rata
(cm)
Duncan
Group Keterangan
M1 25.37 a T
M12 24.38 ab (C, S, Sp = 1:1:1) : K = 1:1
M6 23.86 ab C
M15 23.82 ab (C, S, Sp = 1:1:1) : D = 2:1
M5 23.26 abc T : D = 2:1
M13 23.23 abc (C, S, Sp = 1:1:1) : K = 2:1
M10 22.94 abc C : D = 2:1
M18 22.66 abc (C, P, V = 2:2:1) : K = 2:1 M16 22.52 abcd C, P, V = 2:2:1 M14 22.51 abcd (C, S, Sp = 1:1:1) : D = 1:1
M3 22.28 abcd T : K = 2:1
M9 21.9 abcd C : D = 1:1
M17 20.16 abcd (C, P, V = 2:2:1) : K = 1:1
M2 20.01 abcd T : K = 1:1
M7 19.85 bcd C : K = 1:1
M4 19.77 bcd T : D = 1:1
M8 19.29 bcd C : K = 2:1
M20 19.2 bcd (C, P, V = 2:2:1) : D = 2:1 M11 17.88 cd C, S, Sp = 1:1:1 M19 17.2 d (C, P, V = 2:2:1) : D = 1:1 Keterangan :
T : Top soil S: Serbuk Gergaji C: Cocopeat
Uji Duncan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa media (cocopeat , peat moss , vermiculite =2:2:1) dengan kotoran domba dengan perbandingan 1:1 (M19) menghasilkan nisbah tinggi / diameter terkecil dengan nilai sebesar 17.2
dibandingkan dengan perlakuan-perlakuan lainnya. Hal ini dapat terlihat pada
[image:48.595.126.504.213.439.2]gambar 5 di mana nisbah tinggi / diameter batang Eucalyptus pellita terkecil berada pada M19.
Gambar 3 Histogram nisbah tinggi / diameter batang Eucalyptus pellita pada penggunaan berbagai jenis media semai selama 13 minggu
4.2 Pembahasan Pertumbuhan Eucalyptus pellita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan media semai
mempunyai perbedaan yang dominan terhadap parameter-parameter yang diamati.
Pemberian suatu media yang bervariasi akan memberikan hasil yang bervariasi
dalam pertumbuhan suatu jenis tanaman. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji
Duncan terhadap pertumbuhan Eucalyptus pellita dengan menggunakan beberapa media semai yang memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi,
diameter dan pertambahan jumlah helai daun yang bervariasi dan pengaruh yang
nyata terhadap nisbah tinggi / diameter batang selama 13 minggu dalam shading house.
Nilai yang terbesar untuk parameter tinggi diperoleh dari media tanah
dengan kotoran domba (2:1) (M5), dan nilai terbesar untuk diameter diperoleh
(M20) sedangkan nilai pertambahan jumlah helai daun yang terbesar berada pada
perlakuan media cocopeat dengan kompos (2:1) atau M8. Nilai yang terbaik untuk nisbah tinggi / diameter batang diperoleh dari dari media (cocopeat , peat moss ,
vermiculite =2:2:1) dengan kotoran domba (1:1) atau M19.
Hal ini diduga bahwa media yang dipakai dan bahan organik lainnya yang
digunakan untuk menghasilkan pertumbuhan tinggi dan diameter terbesar dapat
menyediakan unsur hara yang siap dipakai atau diserap tanaman untuk melakukan
proses metabolisme sehingga menghasilkan pertumbuhan yang optimal seperti
tinggi dan diameter.
Nilai respon tinggi media M5 diperoleh hasil sebesar 57.56 cm di mana
media tersebut terdiri dari tanah dan kotoran domba (2:1). Hal ini dikarenakan
bahwa dalam media tanah telah mempunyai kandungan unsur hara baik sehingga
dapat diserap oleh tumbuhan dan melalui proses metabolisme maka unsur hara
tersebut digunakan untuk membangun sel-sel baru yang menyebabkan terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman (Irawan 2005). Media ini
memiliki kandungan unsur hara yang dapat memicu pertumbuhan tinggi yang
terbaik walaupun pertumbuhan diameter dan pertambahan jumlah helai daun
hampir sebaik pertumbuhan tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan uji
Duncan di mana media M5 memberikan respon yang sama dengan media M20
untuk diameter terbesar dan M8 untuk pertambahan jumlah helai daun terbesar.
Pemberian media M20 yang terdiri dari (cocopeat , peat moss , vermiculite =2:2:1) dengan kotoran domba dengan perbandingan 2:1 menghasilkan nilai diameter terbesar sedangkan pemberian media M19 memberikan pengaruh untuk
nilai nisbah tinggi / diameter batang Eucalyptus pellita di mana media M19 juga mempunyai komponen media yang sama baik makro dan mikro dengan media
M20.
Hal ini dikarenakan media-media tersebut terdiri dari empat macam
komponen penyusun media yaitu cocopeat, peat moss , vermiculite dan kotoran domba. Media cocopeat mempunyai kandungan asam yang kecil dibandingkan dengan media peat moss, mempunyai kapasitas daya pegang air yang tinggi, menyumbang beberapa nutrisi baik dari makronutrsi seperti N, P, K, Ca, Mg, Cl,
Ketaren dan Djatmiko (1981) menyatakan bahwa media serbuk sabut kelapa
(cocopeat) mempunyai aerasi yang baik serta memiliki kapasitas memegang air yang tinggi dalam mempertahankan kelembaban media sehingga menyebabkan
ketersediaan air dan unsur hara lebih banyak dan efektif diserap akar. Serbuk
sabut kelapa (cocopeat) mempunyai daya menyimpan air yang sangat baik, yaitu 6 - 8 kali dari berat media serta mengandung unsur-unsur yang diperlukan
tanaman seperti N, P, Ca dan Mg meskipun dalam jumlah yang kecil.
Media peat moss memberikan aerasi yang baik dan menyediakan kapasitas daya pegang air yang kuat untuk menghindari kekeringan yang cepat dan
mempunyai range pH antara 4,0 – 5,0 serta mempunyai tingkat kesuburan yang
rendah Media peat moss mengandung kurang lebih 95% bahan organik sehingga membuat media ini menjadi menguntungkan untuk bahan tambahan dalam
memperbaiki struktur media dan aktivitas mikroorganisme. Media peat moss
mempunyai kapasitas tukar kation yang baik sehingga media ini mempunyai
kemampuan untuk menyerap dan mempertahankan nutrisi serta mengurangi
pencucian hara sampai nutrisi hara tersebut dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Media peat moss juga mempunyai porositas yang baik sehingga dapat berguna untuk mempertahankan air dan udara serta dapat membantu proses perakaran.
Media ini mempunyai kandungan hara nitrogen yang kecil dan hara lainnya
seperti kalium, fosfor, kalsium, magnesium dan sulfur yang kandungannya samhat
kecil. Meskipun begitu, nitrogen yang terkandung dalam peat moss ini tidak mudah terlepas cepat sehingga nitrogennya tidak selalu tersedia untuk tanaman.
Media vermiculite juga memberikan kapasitas daya pegang air yang kuat dan memberikan beberapa nutrisi hara yang dibutuhkan tanaman seperti
magnesium dan kalium. Media vermiculite ini mempunyai range pH antara 6,5 – 7 dan steril (Niemiera 2007). Media ini mempunyai kapasitas tukar kation yang
tinggi sehingga media ini dapat mempertahankan hara, memperbaiki aerasi dan
tidak meminta penyiraman yang sering. Vermiculite berguna dalam membantu sistem perakaran dengan cepat dan penetrasi ke bawah sehingga memudahkan
perakaran dalam menyerap nutrisi hara.
Media-media tersebut mempunyai kandungan unsur hara yang bervariasi