• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LUMUT (BRYOPHYTA) SEBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LUMUT (BRYOPHYTA) SEBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH LUMUT (BRYOPHYTA) SEBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHANDAN PRODUKSI TANAMAN

SAWI HIJAU (Brassica junceaL.)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna memperoleh

Gelar Sarjana Sains Biologi

Disusun oleh: Annisa Milda Novasari

12308144005

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang diterbitkan orang lain kecuali sabagai acuan maupun kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang lazim.

Yogyakarta, 14 November 2016 Yang Menyatakan,

(4)
(5)

v MOTTO

 “Be happy! Please always be happy!” (인피니트, 김성규)

 “While we are young we need to make mistakes, so we can grow up.”

(인피니트, 장동우)

 “You’re only human. You don’t have to have it together

every minute of everyday.”

(Anne Hathway- Bride wars)

 “Time doesn’t pass by just for us, it passes by for everyone. Stop complaining, just accept it and go along with it”

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

 Allah SWT for the endless blessings

 Ibu, Babe and Mbah Putri for the love and supports that keep

me going

 Best buddies; Arum, Fitri, Honi, Ucog, et al for accepting me

as Me and for the solid support system

(7)

vii

PENGARUH LUMUT (BRYOPHYTA) SEBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)

Annisa Milda N 12308144005

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengaruh media tanam lumut yang mengandung unsur hara terhadap parameter pertumbuhan tanaman sawi hijau. (2)Mengetahui pengaruh media tanam lumut yang mengandung unsur hara terhadap parameter produksi tanaman sawi hijau. (3) Mengetahui komposisi jenis media mana yang memberikan hasil paling baik terhadap pertumbuhan dan produksi sawi hijau.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap yang dilakukan pada April-Juni 2016 di Kebun Biologi FMIPA UNY. Media tanam sawi hijau berasal dari kombinasi lumut, sekam, dan cocopeat. Berbagai media tanam tersebut diuji kandungan N, P, K, C-Organik, Kadar air, dan pH-nya di BPTP DIY

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media tanam lumut dan kombinasinya memberikan pengaruh signifikan ditunjukkan dengan nilai α< 0.05 pada tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah, dan bobot kering. Akan tetapi media tanam lumut dan kombinasinyamemberikan pengaruh yang tidak signinifkan (α > 0.05) pada tanaman sawi hijau untuk parameter kadar klorofil total. Media tanam B dengan campuran lumut+arang sekam dengan kandungan N 0,42%; P 226 mg; K 190 mg; C-Organik 5.27%; Kadar air 24.66%; dan pH 6.67 memberikan hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman dan kadar klorofil total. Media tanam D dengan campuran lumut + cocopeat dengan kandunganN 0.49%; P 205 mg; K 181 mg; C-Organik 7.94%; Kadar air 38.36%; dan pH 6.32 memberikan hasil terbaik pada parameter bobot basah dan bobot kering. Media tanam A dengan komposisi lumut memiliki kandungan N 0,6%; P 210 mg; K 56 mg; C-Organik 4,48%; Kadar air 22.52%; dan pH 6.62 memberikan hasil terbaik pada parameter jumlah daun.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, taufik dan hidayahNya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi beserta penyusunan laporannya.

Tugas akhir skripsi merupakan syarat kelulusan yang harus ditempuh oleh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta sehingga wajib bagi setiap mahasiswa untuk menempuh dan menyelesaikan. Tugas akhir skripsi ini dimaksudkan untuk melakukan penelitian, mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh selama mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi.

Tugas akhir skripsi berjudul “Pengaruh Lumut (Bryophyta) Sebagai Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Hijau (Brassica Juncea L.)dapat terselesaikan dengan baik. Ungkapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada yang terhormat:

1. Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dr. Slamet Suyanto, M.Ed. selaku Wakil Dekan I FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Dr. Paidi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Dr. Tien Aminatun, M.Si selaku ketua Program Studi Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Prof. Dr. Djukri, M.S. selaku pembimbing I yang telah memberikan masukan, bimbingan dan saran untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

6. Prof. Dr. IGP. Suryadarma, M.S selaku Penasehat Akademik dan selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan dan saran untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

7. Dr. Ir. Suhartini, M.S.selaku dosen penguji utama yang telah memberikan pengarahan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

8. Lili Sugiyarto, S.Si., M. Si. selaku dosen penguji pendamping yang telah memberikan pengarahan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

(9)

ix

10.Segenap staff Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menyediakan alat penelitian sehingga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.

11.Arum, Fitri, Aulia dan Layn teman seperjuangan selama di Green House yang telah banyak membantu.

12.Fitri, Arum, Rima dan Zein, sesama Pejuang Toga yang telah membantu dan memberikan semangat.

13.Semua teman-teman Biologi Swadana 2012 yang selalu mendoakan, memberi dukungan dan motivasinya kepada penulis.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu melaksanakan seluruh kegiatan penyusunan tugas akhir skripsi ini.

Penulisan laporan TAS ini telah dilakukan sebaik-baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf dan mengharapkan kritik sekaligus saran yang bersifat membangun untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang membutuhkan.

(10)

x DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Istilah Operasional ... 7

(11)

xi

1. Deskripsi Lumut ... 9

2. Macam-Macam Lumut ... 10

B. Lumut Sebagai Media Tanam ... 13

C. Tanaman Sawi ... 14

1. Deskripsi Tanaman Sawi Hijau ... 14

2. Morfologi Tanaman Sawi Hijau... 14

3. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Hijau ... 15

D. Pertumbuhan ... 17

1. Definisi Pertumbuhan ... 17

2. Unsur Hara Tanaman ... 18

E. Klorofil ... 23

F. Kerangka Pikir ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

1. Waktu Penellitian ... 29

2. Tempat Penelitian ... 29

C. Objek Penelitian ... 30

D. Variabel ... 30

1. Variabel Bebas ... 30

2. Variabel Tergayut... 30

3. Variabel Penjelas ... 30

4. Data Pendukung ... 30

E. Alat dan Bahan Peneltian ... 31

1. Alat ... 31

2. Bahan ... 31

F. Prosedur Kerja ... 31

1. Persiapan Media Tanam ... 31

2. Persiapan Benih Sawi ... 32

(12)

xii

4. Pemeliharaan ... 32

5. Pengamatan dan Pengukuran Tanaman Sawi Hijau... 33

6. Kondisi Fisik Lingkungan ... 34

7. Kondisi Edafik ... 34

8. Pengukuran Kadar Klorofil ... 34

G. Teknin Pengumpulan Data ... 35

H. Teknin Analisis Data ... 35

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

1. Kondisi Fisik Lingkungan ... 36

2. Kandungan Media Tanam dan Variasinya ... 37

3. Pertumbuhan Tanaman Sawi... 38

a. Tinggi Tanaman ... 38

b. Jumlah Daun ... 50

c. Kadar Klorofil ... 61

4. Produksi Tanaman Sawi ... 65

a. Bobot Basah ... 65

b. Bobot Kering ... 67

B. Pembahasan Penelitian ... 70

1. Kondisi Fisik Lingkungan ... 70

2. Kondisi Edafik ... 71

3. Kandungan Media Tanam dan Variasinya ... 72

4. Pertumbuhan Tanaman Sawi... 77

a. Tinggi Tanaman ... 77

b. Jumlah Daun ... 79

c. Kadar Klorofil ... 81

5. Produksi Tanaman Sawi ... 82

a. Bobot Basah ... 82

(13)

xiii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN A. Data Mentah Hasil Pengukuran Panjang Tanaman Sawi ... 91

B. Data Mentah Hasil Pengukuran Jumlah Daun Tanaman Sawi ... 94

C. Data Mentah Hasil Pengukuran Kadar Klorofil Total ... 97

D. Data Mentah Hasil Pengukuran Bobot Basah Tanaman Sawi ... 97

E. Data Mentah Hasil Pengukuran Bobot Kering Tanaman Sawi ... 98

F. Laporan Dokumentasi Kegiatan... 99

G. Tabel Analisis Ragam ... 102

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengukuran Klimatik ... 36

Tabel 2. Hasil Pengukuran Edafik ... 37

Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Media Tanam ... 38

Tabel 4. Rerata Tinggi Tanaman Sawi Umur 1-6 Minggu ... 39

Tabel 5. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Sawi ... 42

Tabel 6. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 1 Minggu ... 43

Tabel 7. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 2 Minggu ... 45

Tabel 8.Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 3 Minggu ... 46

Tabel 9.Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 4 Minggu ... 47

Tabel 10. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 5 Minggu ... 48

Tabel 11. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 6 Minggu ... 49

Tabel 12. Rerata Jumlah Daun Sawi Umur 1-6 Minggu ... 51

Tabel13. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi ... 54

Tabel14. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 1 Minggu ... 55

Tabel 15. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 2 Minggu .... 56

Tabel 16. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 3 Minggu .... 57

Tabel 17. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 4 Minggu .... 58

(15)

xv

Tabel 19. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 6 Minggu .... 60

Tabel 20. Hasil Analisis ragam Kadar Klorofil Total Daun Tanaman Sawi ... 64

Tabel 21. Hasil Analisis Ragam Bobot Basah Tanaman Sawi ... 66

Tabel 22. Hasil Uji DMRT Rerata Bobot Basah Tanaman Sawi ... 67

Tabel 23. Hasil Analisis Ragam Bobot Kering Tanaman Sawi ... 69

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lumut ... 10

Gambar 2. Sawi Hijau ... 14

Gambar 3. Struktur Kimia Klorofil ... 24

Gambar 4. Struktur Kimia Klorofil a dan b ... 25

Gambar 5. Kerangka Pikir... 27

Gambar 6. Desain RAL (Rancangan Acak Lengkap) ... 29

Gambar 7. Diagram Rerata Tinggi Tanaman Sawi Umur 1-6 Minggu... 39

Gambar 8. Diagram Batang Rerata Tinggi Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau Umur 1-6 Minggu ... 51

Gambar 9. Diagram Rerata Kadar Klorofil Tanaman Sawi ... 62

Gambar 10. Rerata Hasil Pengukuran Bobot Basah Tanaman Sawi ... 65

Gambar 11. Rerata Hasil Pengukuran Bobot Kering Tanaman Sawi ... 68

Gambar 12. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi Hijau ... 78

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati, kayu lapuk, sersah, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan penyinaran yang cukup. Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti, suhu, kelembaban dan cahaya. Lumut yang hidup seperti pada pohon akan dipengaruhi oleh struktur permukaan kulit kayu atau tempat tersebut harus lembab dengan intensitas cahaya yang cukup (Ariyanti dkk, 2008).

Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2009). Ada 24.000 spesies Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut membutuhkan kondisi lingkungan yang lembab yang masuk kedalam siklus kehidupan tumbuhan tersebut. Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepatophyta) dengan 9000 spesies dan 240 genus; lumut tanduk (Anthocerotopyhta)hanya 500 spesies; dan lumut daun (Bryopsida) memiliki 12.000-14.500 spesies dan 670 genus (Semple, 1999).

(18)

yang hidup menyendiri biasanya tidak menarik, akan tetapi dapat tampak bahkan menarik jika tumbuh berkelompok. Pada umumnya jenis tumbuhan ini kurang beradaptasi pada kondisi kehidupan daratan, dan sebagian besar merupakan tumbuhan yang hidup pada lingkungan lembab dan terlindung. Meskipun demikian, lumut tertentu khususnya lumut sejati (Bryopsida), dapat bertahan hidup pada musim kering. Pertumbuhannya mengalami peremajaan jika air tersedia kembali (Tjitrosomo, 1984).

Secara ekologis lumut berperan penting di dalam fungsi ekosistem. Layaknya lahan gambut yang sangat tergantung pada lapisan atau tutupan lumut, sehingga keberadaan lumut sebagai penutup permukaan tanah juga mempengaruhi produktivitas, dekomposisi serta pertumbuhan komunitas di hutan (Saw dan Goffinet, 2000).

(19)

Sifat lumut yang menyerupai spons yang dapat menyimpan air berfungsi untuk menjaga kelembaban dan sebagai absorban. Tumbuhan ini juga diduga memiliki berbagai kandungan organik yang dapat menunjang sifatnya sebagai tanaman perintis. Berbagai fungsi di atas menguatkan bahwa lumut dapat digunakan sebagai media tanam yang pada penelitian kali ini akan dicoba untuk melakukan menanam benih sawi yang kemudian akan dilihat performanisnya (Suryadarma, 2015).

Lumut hidup, aktif mengasamkan media tanam di bawahnya. Lumut hidup, aktif melepaskan ion Hidrogen (H+) ke media. Lumut juga terbukti memiliki sifat anti gulma dan jamur. Lapisan lumut yang tebal bisa menghambat pertumbuhan gulma dan jamur, karena biji-biji gulma dan spora jamur yang menempel pada lapisan lumut tersebut tidak bisa tumbuh karena kondisi yang terlalu asam (Washington, 2012)

(20)

0.49 %; P 210 mg/100g; K 56mg/100g; C-Organik9.54%; kadar air 79.22%; dan pH 6.82. Media yang terakhir adalah media kontrol (tanah) yang mengandung N 0.11%; P 293 mg/100g; K 36mg/100g; C-Organik2.4%; kadar air 12.24%; dan pH 6.82.

Tanaman sayur sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Awalnya tanaman ini dikenal sebagai tanaman perkebunan rakyat, tetapi kini lebih dikenal dengan nama hortikultura. Budidaya sayuran perlu pengolahan dan perhatian yang lebih dari tanaman lain agar dapat menghasilkan tanaman yang maksimal. Budidaya tanaman hortikultura merupakan salah satu andalan bagi sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari permintaan tanaman hortikultura yang setiap tahunnya kian meningkat. Seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat di Indonesia maka kebutuhan akan pangan terutama makanan pokok seperti buah dan sayuran akan meningkat. Dari sekian banyak tanaman hortikultura, sawi hijau/caisin (Brassica juncea L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura dari jenis sayur sayuran yang memanfaatkan daun-daunnya yang masih muda. Daun sawi sebagai sayuran memiliki macam-macam manfaat dan kegunaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sawi selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan sayuran, juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan (Cahyono, 2003).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melihat pengaruh lumut (bryophyta) sebagai komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi sawi hijau (Brassica juncea. L).

(21)

1. Lumut merupakan tumbuhan banyak tersedia di sekitar dan seringkali diabaikan. 2. Lumut mengadung unsur hara, sifat anti jamur dan kemampuan absorbsi air dari

alam sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman, akantetapi belum banyak diketahui manfaatnya.

3. Sawi hijau merupakan salah satu komoditi utama tanaman holtikulturausia pendek yang dapat ditanam dengan menggunakan media lumut dan variasinya.

4. Lumut yang dikombinasikan dengan berbagai bahan yang biasa digunakan untuk perlakuan penanaman seperti, arang sekam, dan serbuk sabut kelapa (cocopeat) kemudian diujikan untuk mengetahui kandungan zat haranya.

C. Pembatasan Masalah

1. Lumut dan variasinya sebagi media tanam alternatif selain tanah.

2. Jenis media lumut dan variasinya yang mampu memberikan hasil paling optimal terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau.

3. Kandungan zat hara yang terkandung dalam media tanam lumut dan variasinya sesuai hasil pengujian.

4. Tanaman sawi hijau dipergunakan karena merupakan tanaman usiapendek.

5. Pengukuran faktor klimatik dan edafik hanya dilakukan satu kali selama penelitian.

(22)

1. Bagaimanakah pengaruh media tanam lumut yang mengandung unsur hara terhadap parameter pertumbuhan tanaman sawi hijau?

2. Bagaimanakah pengaruh media tanam lumut yang mengandung unsur hara terhadap parameter produksi tanaman sawi hijau?

3. Komposisi jenis media mana yang mmemberikan hasil paling baik terhadap pertumbuhan dan produksi sawi hijau?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh media tanam lumut yang mengandung unsur hara terhadap parameter pertumbuhan tanaman sawi hijau.

2. Mengetahui pengaruh media tanam lumut yang mengandung unsur hara terhadap parameter produksi tanaman sawi hijau

3. Mengetahui komposisi jenis media mana yang memberikan hasil paling baik terhadap pertumbuhan dan produksi sawi hijau.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

(23)

2. Bagi Kesehatan

Pemanfaatan lumut sebagai alternatif media tanam tanaman sawi hijau yang dapat digunakan dalam skala rumahan dan diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam bidang ketahanan pangan.

3. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh petani sayur besar maupun skala rumahan untuk dapat menggunakan lumut sebagai alternatif media tanam tanaman sawi hijau selain tanah.

G. Istilah Operasional

1. Media tanam lumut yang dimaksud dalam penelitian ini ialah media tanam yang terdiri dari lumut, lumut+arang sekam, lumut+cocopeat, sekam, cocopeat, dan tanah sebagai media kontrol.

2. Cocopeat atau serbuk sabut kelapa berasal dari sabut kelapa yang sudah dipisahkan dari seratnya, dan telah direbus untuk menghilangkan zat tanin (zat yang dapat mematikan tanaman). Cocopeat memiliki kemampuan mengikat air dan menyimpan air dengan kuat, swerta mengandung unsur-unsur hara esensial sepertiCa, Mg, K, Na, dan P.

(24)

4. Kandungan yang terdapat pada media tanam lumut dan variasinya adalah unsur N, P, K, C-Organik, pH, dan kadar air. Hasil analisis kandungan diperoleh setelah diuji di Laboratorium Ilmu Tanah BPTP Yogyakarta.

5. Lumut yang digunakan sebagai media tanam ialah lumut daun yang banyak ditemui di sekitar kita.

6. Tanaman sawi yang ditanam pada media lumut ialah tanaman sawi hijau (Brassica Juncea L.)

7. Pertumbuhan vegetatif tanaman sawi hijau yang diamati melliputi, tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah, bobot kering dan kadar klorofil total daun.

8. Parameter tinggi tanaman dan jumlah tanaman dihitung setiap satu minggu sekali mulai dari minggu 1 sampai dengan minggu 6.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA KAJIAN TEORI

A. Lumut

1. Deskripsi Lumut

Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non vaskuler. Adapun ciri-ciri dari lumut ialah sebagai berikut:

a. Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit.

b. Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem). Pada tumbuhan lumut terdapat gametangia (alat-alat kelamin) yaitu: Alat kelamin jantan disebut anteridium yang menghasilkan spermatozoid. Alat kelamin betina disebut arkegonium yang menghasilkan ovum.

c. Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu (monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (dioesius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan gerak kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.

(26)

e. Lumut mengalami keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya, lumut mengalami dua fase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase sporofit (diploid). Alat perkembangbiakan jantan berupa antheridium dan alat perkembangbiakan betina berupa arkegonium.

Gambar1. Lumut yang Menempel pada Tembok (Dokumen Pribadi, 2016)

2. Macam-Macam Lumut a. Lumut hati (Hepaticeae)

(27)

b. Lumut Daun/Musci

Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang periodik mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun dapat tumbuh. Selanjutnya lumut-lumut itu dapat kita jumpai di antara rumput-rumput, di atas batu-batu cadas, pada batang dan cabang-cabang pohon, di rawa-rawa tetapi jarang di air. Bryopsida merupakan kelas lumut terbesar, terdiri 95% dari seluruh spesies lumut, kira-kira 9.500 spesies. Kelompok ini terkenal dengan memilikinya spore capsules dengan gigi yaitu Arthrodontous; yang terpisah dari lainnya dan tergabung di dasar dimana mereka mengikat untuk membuka kapsulnya. Gigi ini membuka saat penutup operkulum jatuh. Pada kelompok lumut lain, kapsul adalah nematodontous dengan operkulum terikat, atau lainnya membuka tanpa operculum atau gigi (Sainuddin, 2013). c. Lumut Tanduk

(28)

berupa talus yang lebar dan tipis dengan tepi yang berlekuk, rhizoid berada pada bagian ventral, habitatnya didaerah yg mempunyai kelembaban tinggi. Cotohnya Anthoceros leavis (Sainuddin, 2013).

B. Lumut Sebagai Media Tanam

Tumbuhan lumut memiliki peranan dalam menyediakan oksigen untuk tumbuhan lain, mengingat tumbuhan lumut memiliki sifat sel yang menyerupai spons untuk menyerap air. Tumbuhan ini selalu menjadi perintis untuk tumbuh di tempat yang tidak disukai tanaman pada umumnya. Sifat lumut yang menyerupai spons yang dapat menyimpan air berfungsi untuk menjaga kelembaban dan sebagai absorban. Tumbuhan ini juga diduga memiliki berbagai kandungan hara yang dapat menunjang sifatnya sebagai media tanam. Berbagai fungsi di atas menguatkan bahwa lumut dapat digunakan sebagai media tanam yang pada penellitian kali ini akan dicoba untuk melakukan penyemaian benih sawi yang kemudian akan dilihat performanisnya (Suryadarma, 2015).

Menurut Washington (2012), lumut mampunyai properti-properti sebagai berikut:

1. Mampu menyimpan banyak air.

2. Lumut kering dapat mengembang ukurannya menjadi 16 hingga 26 kali pada saat basah.

(29)

dan jamur, karena biji-biji gulma dan spora jamur yang menempel pada lapisan lumut tersebut tidak bisa tumbuh karena kondisi yang terlalu asam (Washington, 2012). C. Tanaman Sawi

1. Deskripsi Tanaman Sawi Hijau

Tanaman sayur merupakan salah satu tanaman andalan negara Indonesia. Banyak sekali petani Indonesia yang membudidayakan berbagai jenis tanaman sayuran. Hal tersebut disebabkan karena iklim di Indonesia memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran, baik sayur dataran rendah hingga sayur dataran tinggi, sehingga jika ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Tanaman ssayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim atau sawi hijau karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik.

(30)

2. Morfologi Tanaman Sawi Hijau

[image:30.612.212.485.303.491.2]

Tanaman sawi hijau memiliki sistem perakaran tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Umunya daun-daun sawi bersayap dan bertangkai panjang dan bentuknya pipih (Rahmat Rukmana, 1994: 15-16). Tanaman sawi dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Sawi Hijau (Sumber: Google, 2016)

Klasisfikasi botani dari tanaman sawi hijau adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta.

Subdivisi : Angiospermae. Kelas : Dicotyledonae.

(31)

Jenis : Brassica.

Spesies : Brassica Juncea L. 3. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Hijau

Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dapat memberikan hasil panen yang tinggi. Sehingga dengan demikian untuk menunjang usaha tani sawi hijau yang berhasil, lokasi usaha tani harus memilki kondisi lingkungan yang sesuai seperti yang di kehendaki tanaman. Kecocokan keadaan lingkunan (iklim dan tanah) sangat menunjang produktifitas tanaman berproduksi (Yudharta, 2010).

Sawi dikenal sebagai tanaman sayuran dengan iklim sedang (sub-tropis), tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari ± 15.6oC dan siang harinya ±21.1oC serta penyinaran matahari 10-13 jam per hari (Rahmat Rukmana, 1994:34).

(32)

Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanamn sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk, lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang, dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok ntuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat keasaman pH tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.

D. Pertumbuhan

1. Definisi Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambah besarnya tanaman atau bagian tanaman akibat adanya penambahan unsur-unsur struktural yang baru. Organisme hidup mengalami pertumbuhan atau pertambahan dalam jumlah sel, volume, berat dan jumlah protoplasma dan kompleksitasnya (Saslisbury dan Ross, 1985: 291).

Pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan pertambahan ukuran berat kering yang tidak dapat dibalik, terjadi karena ukuran dan jumlah sel bertambah. Pertambahan ukuran dan berat kering mencerminkan bertambhanya protoplasma. Sel mengalami perubahan dengan cara yang berbeda-beda, menghasilkan tumbuhan dewasa yang terususun dari berbagai jenis sel.

(33)

karbohidrat, asamnukleat, klorofil dan sebagainya. Bentuk akhir dari gejala pertumbuhan yang mudah diamati tercermin dalam perubahan tinggi, ukuran dan berat tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995:141).

2. Unsur Hara Tanaman

Unsur hara tanaman adalah unsur yang diserap oleh tumbuhan. Menurut Hanafiah (2007), unsur kimia yang dianggap esensial sebagai unsur hara tanaman adalah jika memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Unsur hara harus terlibat langsung dalam penyediaan nutrisi yang dibutuhkan tanaman.

b. Unsur ini tersedia agar tanaman dapat melengkapi siklus hidupnya.

c. Jika tanaman mengalami defisiensi hanya dapat diperbaiki dengan unsur tersebut.

(34)

Menurut Sutedjo (2010), jumlah besar yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk unsur hara dibedakan menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur makro terdiri atas:

a. Karbon, Oksigen, dan Hidrogen (C, O, dan H)

Karbon, Oksigen dan Hirogen merupakan bahan baku dalam pembentukan jaringan tubuh tanaman. Berada dalam bentuk H2O (air), H2CO3 (asam arang),

dan CO2 dalam udara.

1) Karbon (C). Penting sebagai pembangun bahan hara, karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, diambil dalam bentuk CO2.

2) Oksigen (O). Terdapat dalam bahan organik sebagai atom dan termasuk pembangun bahan organik, daimabil dalam bentuk CO2.

3) Hidrogen (H). Merupakan elemen pokok pembangun bahan organik, yang tersuplai dari air

b. Nitrogen

Nitogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak akan menimbulkan terhambatnya pembungaan dan pembuahan pada tanaman. Fungsi nitrogen adalah sebagai berikut:

(35)

2) Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar, dan warna yang lebih hijau (pada daun muda berwarna kuning).

3) Meingkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman. 4) Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan.

5) Meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah. Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (Nitrat) dan NH4+ (ammonium), akan tetapi nitrat akan segera tereduksi menjadi amonium. Kekurangan unsur nitrogen dapat terlihat dimulai dari daunnya, warnanya yang hijau agak kekuningan selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap. Jaringan daun mati, daun mati inilah yangmenyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.

c. Fosfor

Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO4. Secara umum,

fungsi dari fosfor (P) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut: 1) Dapat mempercepat pertumbuhan akar.

2) Dapat mempercepat serta memperkuat pertumuhan tanaman muda menjadi dewasa.

3) Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan biji atau gabah. 4) Dapat meningkatkan produksi biji-bijian.

(36)

d. Kalium

Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda).Kalium banyak terdapat pada sel-sel muda bagian tanaman yang mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium. Zat kalium mempunyai sifat mudah larut dan hanyut, selain itu mudah difiksasi dalam tanah. Zat kalium yang tidak diberikan secara cukup, maka efisiensi N dan P akan rendah, dengan demikian maka produksi yang tinggi tidak dapat diharapkan. Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan bagian kayu dari tanaman, meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit, meningkatkan kualitas biji/buah.

Gejala defisiensi yang terdapat pada daun, awalnya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun, pada akhirnya daun akan nampak bercak-bercak kotor, berwaran coklat, dan jatuh kemudian mengering dan mati

e. Kalsium

Kalsium diserap dalam bentuk Ca++, sebagian besar terdapat dalam daun berbentuk kalsium pektat yaitu bagian lamella pada dinding sel. Selain itu, terdapat juga pada batang, berpengaruh baik dalam pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar. Kalsium terdapat pada tanaman yang banyak mengandung protein.Beberapa fungsi kalsium yaitu:

(37)

2) Penting bagi pertumbuhan akar.

3) Dapat menetralkan tanah asam, dapat menguraikan bahan organik, tersedianya pH pada tanah juga bergantung pada kalsium.

Defisiensi unsur Ca menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran. Gejala tampak pada daun-dan muda yang selai berkeriput juga mengalami perubahan warna pada ujung-ujung tepinya. Defisiensi Ca menyebabkan pertumbuhan tanaman lemah. Karena pengaruh terkumpulnya zat-zat lain yang banyak pada sebagian dan jaringan-jaringannya dan menyebabkan distribusi zat-zat yang penting bagi pertumbuhan bagian yang lain terhambat.

f. Magnesium

Magnesium diserap dalam bentuk Mg++, merupakan bagain dari klorofil. Kadar Mg di dalam baian-bagian vegetatif dapat dikatakan rendah daripada kadar Ca, akan tetapi di dalam bagain-bagain generatif malah sebaliknya. Mg banyak terdapat terdapat dalam buah dan tanah. Ada beberapa faktor seperti temperatur, kelembaban pH, dan beberapa faktor lainya dapa mempengaruhi tersedianya magnesium di dalam tanah.

Menurut Sutedjo (2010) unsur hara mikro yang diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya antara lain ialah:

(38)

Zat besi penting dalam pembentukan hijau daun (klorofil), pembentukan zat karbohidrat, lemak, protein, dan enzim. Tersedianya zat besi dalam tanah secara berlebihan misalnya karena pemupukan yang berlebihan dapat membahayakan bagi tanaman. Sebagai pupuk zat besi ini dipakai dalam bentuk larutan yang disemprotkan melalui daun atau dalam bentuk bubuk yang diinjeksikan ke tanah.

Gejala defisiensi Fe pada daun muda mulai tidak secara bersamaan berwarna hijau muda pucat atau hijau kekuningan, sedangkan tulang daun serta jaringannya tidak mati. Kemudian tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya hijau menjadi kuning dan adapula yang menjadi putih.

b. Borium

Borium diserap tanaman dalam bentuk BO3 dan berperan dalam

pembentukan/pembiakan sel terutama pada titik tumbuh puncak, juga dalam pertumbuhan tepungsari, bunga dan akar. Kekurangan unsur ini dapat berpengaruh pada kuncup-kuncup pucuk yang tumbuh dan akibatnya dapat memtikan. Petumbuhan meristem juga dapat terganggu, dapat menyebabkan kelainan-kelainan dalam pembentukan berkas pembuluh.

c. Mangan (Mn)

(39)

mangan akan banyak tersedia. Kelebihan mn bisa dikurangi dengan cara menambah zat fosor dan kapur. Defisiensi Mn gejalanya daun-daun muda di antara-tulang-tulang daun akan secara bersamaa terjadi klorosis, dari warna hujau menjadi kuning dan selanjutnya putih.

d.Tembaga (Cu)

Unsur tembaga diserap oleh akar tanaman calam bentuk Cu++.Tembaga sangan dperlukan untuk pembentukan enzim-enzim dan juga pembentukan hijau daun (klorofil). Pada umumnya tanah jarang sekali kekurangan Cu, apabila terjadi maka akan berpengaruh pada daun yaitu belang, ujung daun memutih, dan juga pertumbuhan mejadi tidak normal.

e. Seng (Zn)

Zn diserap tanaman dalam bentuk Zn++. Dalam keadaan yang sedikit Zn sudah cukup untuk tanaman dan apabila kelebihan akan menjadi racun bagi tanaman. Kekurangan Zn terjadi pada tanah-tanah yang asam sampai sedikit netral.Defisiensi Zn dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif terhambat selain itu juga dapat menghamat pertumbuhan biji.

Dilihat dari fungsi utamanya bagi tanaman, unsur-unsur hara dapat dikelompokkan menjadi

a. Hara komponen: C,H, O, N dan S yang peraen utamanya sebagai komponen utama bahan-bahan organik.

(40)

c. Hara keseimbangan ionik: K, Mg, Ca, dan Cl yang berfungsi tak spesifik, atau sebagai komponen spesifik dari senyawa-senyawa organik, atau untuk mempertahankan keseimbangan ionik.

d. Hara enzimatik: Cu, Fe, Mn, dan Zn yang berperan dalam transport elektron dan sebagai katalis reaksi-reaksi atau aktivitas enzimatik.

e. Hara klorofil: N, Mg, Cu, dan Zn yang berperan sebagai penyusun atau sintesis klorofil.

f. Hara produksi oksigen: Mn dna Cl yang berperan dalam sistem produksi O2

g. Hara mekanikan: K, Ca, dan Mn yang berperan secara structural atau fisik tanaman(Hanafiah, 2007:253).

E. Klorofil

Salah satu produk biomasa penting dalam tanaman adalah klorofil. Klorofil merupakan pigmen hijau yang berperan penting pada proses fotosintesis. Pigmen hijau daun tersebut disintesis di dalam kloroplas terutama mesofil daun atau jaringan palisade. Secara ultrastruktur, klorofil menempati membrane tilakoid grana suatu kloroplas bersama pigmen-pigmen lain yang mendukung proses penyerapan energi surya. Menurut Leech (1976), kloroplas terdapat di dalam sitoplasma, sel-sel mesofil atau palisade, menempati lebih dari 90% volume sitoplasma.

Molekul klorofil tersusun atas 4 cincin pirol dengan Mg sebagai inti.pada klorofil terdapat rangkaian yang disebut fitil (C20H39O) yang jika terkena air dengen

pengaruh enzim klorofilase akan berubah menjadi fitol (C20H39OH). Fitol adalah

(41)
[image:41.612.153.504.137.308.2]

proses produksi klorofil (Suyitno, 2008:4). Struktur kimia dari klorofil dapar dilihat pada gambar 3

Gambar 3. Struktur Kimia Klorofil (Sumber: bestekin.com, 2016)

(42)
[image:42.612.156.482.79.367.2]

Gambar 4. Struktur Kimia Klorofil a dan b (Sumber: Suyitno Al, 2008)

Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan dalam gelombang yang berlainan.Klorofil banyak menyerap sinar dengan panjang gelombang antara 400-700 nm, terutama sinar merah dan biru. Sifat kimia klorofil antara lain:

a. Tidak larut dalam air, melainkan larut dalam pelarut organic yang lebih polar, seperti etanol dan kloroform.

b. Inti Mg akan tegeser oleh atom H bila dalam suasan asam, sehingga membentuk suatu persenyawaan yang disebut feofitin yang berwarna coklat (Suyitno, 2008).

(43)
(44)
[image:44.612.77.524.145.653.2]

F. Kerangka Pikir

Gambar 5. Kerangka Pikir

Media Tanam Lumut (Bryophyta) Tanaman Perintis Peng-hasil Oksige n Menahan Erosi Penyimpan Air

 Menjaga kelembaban

 Sebagai absorban

 Mengandung bahan-bahan organik  Tanaman sayur permintaan tinggi Media tanam tananaman sawi hijau Pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau

Variasi campuran (sekam, cocopeat)

Parameter pertumbuan; tinggi tanaman, jumlah daun, dan kadar klorofil

(45)

1 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini terdiri dari 6 perlakuan, dan masing-masing terdiri dari 10 pengulangan, sehingga terdapat 60 tanaman.

Setiap perlakuan menggunakan perbandingan volume bagian, perlakuan yang dilakukan adalah:

a. Tanah (kontrol)

b. Lumut (1 bagian)

c. Arang sekam (1 bagian) d. Cocopeat (1 bagian) e. Lumut : arang sekam (2 : 1 bagian) f. Lumut : cocopeat (2 : 1 bagian)

Media perlakuan dibuat perbandingannya menggunakan gelas ukur yang sama.Lumut yang digunakan ialah lumut segar yang telah didiamkan selama ± 1 minggu setelah panen.

(46)
[image:46.595.113.518.83.312.2]

2

Gambar 6. Desain/Rancangan Acak Lengkap (RAL) B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan mulai dari bulan April sampai dengan Juni 2016.

2. Tempat Penelitian

a. Tempat penanaman tanaman sawi dengan media lumut dan variasinya dilakukan di Green House Kebun Biologi FMIPA UNY.

b. Tempat penelitian laboratoris seperti pengukuran bobot basah, bobot kering, dan kadar klorofil daun tanaman sawi dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Biologi FMIPA UNY

(47)

3 C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah tanaman sawi hijau yang diberikan perlakuan media tanamnya yang berupa lumut, arang sekam, cocopeat, lumut+arang sekam, dan lumut +cocopeat.

D. Variabel

1. Variabel Bebas: macam-macam kombinasi campuran media tanam.

a. A = lumut (1 bagian)

b. B = lumut : arang sekam (2 : 1 bagian) c. C = arang sekam (1 bagian) d. D = lumut : cocopeat (2 : 1 bagian)

e. E = cocopeat (1 bagian)

f. tanah (kontrol)

2. Variabel Tergayut

a. Pertumbuhan; tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun (helai) b. Produksi tanaman; bobot basah dan bobot kering tanaman (gram) c. Kadar klorofil daun (mg/gram)

3. Variabel Penjelas Derajat keasaman (pH) 4. Data Pendukung

a. Faktor klimatik&edafik; kelembaban udara (%), intensitas cahaya (Lux), dan suhu udara (oC), pH, suhu media tanam

(48)

4 E. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

a. Polybag ukuran 25x25 b. Mistar dan meteran c. Alat dokumentasi d. Alat tulis

e. Ayakan f. Water spray

g. Kelambu h. Soil tester i. Termometer j. Hygrometer k. Lux meter

l. Timbangan analitik m. Gelas ukur

(49)

5 2. Bahan

a. Lumut segar yang telah didiamkan selama ± 1 minggu b. Tanah

c. Cocopeat

d. Arang sekam padi

e. Benih tanaman sawi caisim (Brassica juncea L. Var.) F. Prosedur Kerja

1. Persiapan Media Tanam

a. Menyiapakan lumut dengan diayak untuk memisahkan kotoran berupa akar dan serasah yang menempel.

b. Melakukan pengayakan arang sekam padi sebelum digunakan untuk membersihkan kotoran.

c. Masing-masing media tanam yang digunakan yaitu lumut, cocopeat, arang sekam padi. Media tanam ini kemudian akandikomposisikan dengan perbandingan yang telah ditentukan lalu dimasukkan ke dalam polybag.

2. Persiapan Benih Sawi

a. Merendam benih sawi yang telah disiapkan dengan air selama ± 2 jam.

b. Selama perendaman, benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang. Benih yang tenggelam digunakan untuk disemai.

3. Penanaman Benih Sawi

(50)

6

b. Membuat lubang tanam dengan diameter 2-3 cm dan kedalaman 3-4 cm. c. Semprot agar media menjadi basah dengan menggunakan sprayer. 4. Pemeliharaan

a. Melakukan penyiraman setiap hari untuk menjaga kelembaban dan suhu pada tanaman dengan menggunakan sprayer.

b. Melakukan pengawasan dan pemeliharaan tanaman terhadap hama atau penyakit setiap hari dengan memeriksa setiap helai tanaman sawi. Apabila ditemukan gangguan seperti penyakit maupun hama maka harus segera dimatikan.

c. Melakukan penyulaman apabila ada tanaman yang mati.

d. Pemeliharaan dan perawatan tanaman sawi hijau dilakukan secara rutin dari hari setelah tanam hingga masa panen.

e. Menyiangi media tanam dari gulma agar tidak mengganggu pertumbuahn tanaman sawi.

5. Pengamatan dan pengukuran tanaman sawi hijau a. Pengukuran Tinggi Tanaman

Pengukuran dilakukan dengan mengukur tinggi masing-masing tanaman dari permukaan media sampai ujung daun tertinggi. Tinggi diukur sekali seminggu sejak minggu pertama hingga minggu keenam.

b. Penghitungan Jumlah Daun

(51)

7 c. Pengukuran Bobot Basah Tanaman

Pengukuran ini dilakukan setelah pemanenan, sampel dipotong dipisahkan dari akarnya, kemudian ditimbang dengan timbangan analitik untuk mengetahui bobotnya.

d. Pengukuran bobot kering tanaman

Dilakukan dengan cara membungkus setiap sampel tanaman yang telah dipisahkan dari akarnya dengan kertas payung. Memasukkan ke dalam oven pengering dengan suhu 105oC selama dua hari. Kemudian sampel ditimbang berulang-ulang sampai diperoleh berat yang konstan.

6. Pengukuran kondisi fisik lingkungan

Pengukuran kondisi klimatik dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-09.00 WIB, siang hari pukul 12.00-13.00 WIB, dan sore hari pukul 15.00-16.00 WIB. Pengamatan meliputi parameter mikroklimat antara lain suhu udara dengan thermometer (oC), kelembaban udara dengan hygrometer (%), intensitas cahaya dengan Luxmeter (Lux).

7. Pengukuran kondisi edafik media tanam

Pengukuran kondsi edafik dilakukan bersamaa dengan pengukuran kondisi klimatik. Paramater yang diukur ialah pH dan suhu media tanam (oC)

(52)

8

Pengukuran kadar klorofil daun tanaman sawi dilakukan dengan menggunakan metode Wintermans dan de Mots menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 649 nm dan 665 nm. Cara pengukurannya adalah sebagai berikut:

a. Menimbang daun sawi segar sebanyak 0.5 gram b. Menghaluskan daun sawi dengan mortar hingga halus

c. Melarutkan daun sawi yang telah halu dengan 10 ml ethanol 96% dan menyaringnya dengan kertas saring.

d. Memasukkan larutan ke dalam tabung cuvet hingga batas garis tabung. e. Menyediakan ethanol 96% dalam tabung cuvet sebagai kontrol.

f. Meletakkan cuvet dalam sample compartement pada spektrofotometer.

g. Mengukur nilai absorbansi dengan melakukan pembacaan pada spektrofotometer dengan 649nm dan 665nm.

h. Melakukan penghitungan klorofil dengan rumus: Klorofil-a= (13,7 x 665) – (5,76 x 649) Klorofil-b= (25,8 x 649) – (7.60 x 665) Klorofil-total= (20,0 x 649) – (6,10 x 665) G. Teknik Pengumpulan Data

(53)

9

bobot keringnya, serta kadar klorofil. Selanjutnya melakukan perbandingan parameter hasil yang ada antar media kontrol dan media perlakuan.

H. Teknik Analisis Data

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Fisik Lingkungan

Parameter yang diukur dari kondisi fisik lingkungan adalah kondisi klimatik dan edafik. Parameter klimatik meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya. Parameter edafik meliputi pH dan suhu media tanam.

a. Kondisi Klimatik

Pengukuran kondisi klimatik dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-09.00 WIB, siang hari pukul 12.00-13.00 WIB, dan sore hari pukul 15.00-16.00 WIB. Data dari hasil pengukuran dapat dibaca pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Klimatik

Parameter Satuan Hasil

Rata-Rata Pagi Siang Sore

Suhu Udara oC 29 33 33 31.7

Kelembaban

Udara % 60 48 50 52.7

Intensitas

Cahaya Lux 6100 10300 8700 8367

b. Kondisi Edafik

(55)

Tabel 2. Hasil Pengukuran Edafik

Paramater Hasil

Kontrol Lumut Lumut+Sekam Lumut+Cocopeat SekamArang Cocopeat

Ph 6.82 6.62 6.67 6.32 5.81 6.82

Suhu Media 25oC 23oC 24oC 25oC 24oC 25oC

2. Kandungan Media Tanam dan Variasinya

Media tumbuh merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman, karena sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tumbuh, selanjutnya diserap dan digunakam oleh akar untuk pertumbuhan serta tempat memperkokoh berdirinya tanaman. Sehingga di dalam media tumbuh harus tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman. (Hanafiah, 2012: 13-15)

Pada penelitian ini dilakukan juga pengujian kandungan hara yang terkandung dalam media tanam yang digunakan yaitu tanah sebagai kontrol, media lumut, media lumut + cocopeat, dan media lumut + sekam, media sekam, dan media cocopeat. Unsur-unsur yang diujikan antara lain adalah N, P, K, C- Organik, kandungan air, serta pH. Analisis kandungan media tanam dilakukan di Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta

(56)

Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Media Tanam

No. Parameter Uji Tanah (Kon trol) Lumut (A) Sekam (C) Cocopeat (E) Lumut + Cocopeat (D) Lumut + Sekam (B) Satuan

1 Kadar Air 12.24 22.52 56.40 79.22 38.36 24.66 %

2 pH 6.82 6.62 5.81 6.82 6.32 6.67

3 C-Organik 2.4 4.48 41.13 9.54 7.94 5.27 %

4 N-Total 0.11 0.6 0.52 0.49 0.49 0.42 %

5 P2O5 293 210 293 210 205 226

mg/100 gr

6 K2O 36 56 67 56 181 190

mg/100 gr

3. Pertumbuhan Tanaman Sawi a. Tinggi Tanaman

(57)
[image:57.612.82.559.105.555.2]

Tabel 4. Rerata Tinggi Tanaman Sawi Umur 1-6 Minggu

Jenis Media Satuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Rata-Rata Kontrol Cm

7,3 9,67 11,13 13,51 17,41 21,2 13,37

A (lumut) 8,48 11,22 13,64 17,95 21,73 24,74 16,29333

B (lumut+sekam) 8,96 12,46 14,71 17,25 20,79 24,53 16,45

C (arang sekam) 3,91 4,96 5,9 7,06 8,95 11,07 6,975

D

(lumut+cocopeat) 9,22 11,18 14,83 16,87 16,81 21,43 15,05667

E (cocopeat) 5,9 7,26 8,2 8,9 9,1 12,63 8,665

Gambar 7. Diagram Batang Rerata Tinggi Tanaman Sawi Umur 1-6 Minggu Dapat dilihat pada gambar 7, rerata tinggi tanaman sawi minggu pertamaterdapat perbedaan tinggi tanaman dengan perlakuan media tanam terhadap tinggi tanaman sawi. Kelompok tanaman D yaitu perlakuan media 0 5 10 15 20 25 30

MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 5 MINGGU 6

(58)

lumut+cocopeat menunjukkan hasil rerata paling maksimal pada umur tanaman 1 minggu yaitu 9.22 cm. Berdasarkan analisis uji kandungan zat hara yang telah dilakukan, media D yaitu lumut+cocopeat memiliki kadar air 38.36 %, N 0.49%, P 205 mg/100gr, K 181 mg/100gr, dan C-Organik 7.94%. Walaupun bukan merupakan media dengan kandungan N tertinggi, adanya prosentase unsur N yang cukup besar dalam media lumut+cocopeat dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak akan menimbulkan terhambatnya pembungaan dan pembuahan pada tanaman. (Hanafiah, 2007)

Dari gambar 7, terlihat bahwa adanya perbedaan tinggi tanaman yang diberikan perlakuan media tanaman. Tanaman sawi yang ditanam pada media B (lumut+arang sekam) dengan kandungan N 0.42%; P 226 mg/100gr; dan K 190mg/100gr menghasilkan rerata tinggi tanaman sebesar 12.46 cm per tanaman. Jumlah tersebut merupakan rerata tinggi maksimal tanaman sawi pada 2 minggu.

(59)

minggu. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan unsur K (kalium) yang pada media B (lumut + arang sekam), kandungan unsur K tercatat lebih tinggi dari media lainnya. Secara umum, fungsi K (kalium) berfungsi dalam metabolisme nitrogen dan sintesis protein, pengaturan pemanfaatan berbagai unsur hara utama, netralisasi asam-asam organik, aktivasi berbagai enzim, percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem, pengaturan membuka dan menutup stomata, serta pengaturan penggunaan air (Hanafiah, 2007).

Dari gambar 7, terlihat bahwa adanya perbedaan tinggi tanaman yang diperikan perlakuan media tanam. Tanaman sawi yang ditanam pada media D (lumut+cocopeat) menghasilkan rerata tinggi tanaman sebesar 14.83 cm per tanaman.Jumlah tersebut merupakan rerata tinggi maksimal tanaman sawi pada usia 3 minggu.

(60)

prosentase tersebut merupakan nilai terbesar diantara kandungan unsur N pada media lainnya. Fungsi nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau dan meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan (Sutedjo, 2010).

Hasil pengukuran tinggi tanaman sawi pada umur 1 sampai dengan 6 minggu kemudain dianalisis statisik dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Sawi

F Sig.

Tinggi tanaman 1 minggu 170.901 .000

Tinggi tanaman 2 minggu 22.838 .000

Tinggi tanaman 3 minggu 22.625 .000

Tinggi tanaman 4 minggu 20.139 .000

Tinggi tanaman 5 minggu 22.414 .000

Tinggi tanaman 6 minggu 28.830 .000

Hasil yang dapat ditarik dari tabel analisis ragam di atas adalah bahwa nilai signifikansi dari tinggi tanaman usia 1 sampai dengan 6 minggu = .000, sesuai

dengan ketetapan α = 0.05. Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi semua

tanaman 1-6 minggu menunjukan nilai sig = 0.000 <0.05 yang berarti Ho

(61)

Setelah hasil pengukuran tinggi tanaman sawi dianalisis menggunakan uji One Way Anova dan diperoleh hasil yang signifikan, selanjutnya hasil yang signifikan tersebut diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). 1) Tinggi Tanaman Sawi 1 Minggu

[image:61.612.154.476.339.503.2]

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 1 Minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan (Tabel 6)

Tabel 6. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 1 Minggu

PJGTNMN

Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

C 10 2.6300a

E 10 5.3100b

K 10 7.3000c

A 10 7.6200cd 7.6200cd

B 10 8.9600de 8.9600de

D 10 9.2200e

Sig. 1.000 1.000 .666 .075 .726

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

(62)

nyata terhadap perlakuan B, A, K, E, dan C. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh kemampuan respirasi dan fotosintesis masing-masing tanaman yang berbeda sehingga dapat menyebabkan perbedaan laju pertumuhan tanaman.Berdasarkan analisis uji kandungan zat hara yang telah dilakukan, media D yaitu lumut+cocopeat memiliki kadar air 38.36 %, N 0.49%, P 205 mg/100gr, K 181 mg/100gr, dan C-Organik 7.94%. Walaupun bukan merupakan media dengan kandungan N tertinggi, adanya prosentase unsur N yang cukup besar dalam media lumut+cocopeat dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak akan menimbulkan terhambatnya pembungaan dan pembuahan pada tanaman. (Hanafiah, 2007)

2) Tinggi Tanaman Sawi 2 Minggu

(63)
[image:63.612.169.477.144.303.2]

Tabel 7. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 2 Minggu

PNJGTNM

Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

C 10 3.9700a

E 10 6.5400b

K 10 9.6700c

D 10 11.1800cd 11.1800cd

A 10 11.2200cd 11.2200cd

B 10 12.5600d

Sig. 1.000 1.000 .132 .180

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf5%.

(64)

perkembangan jaringan meristem, pengaturan membuka dan menutup stomata, serta pengaturan penggunaan air (Hanafiah, 2007).

3) Tinggi Tanaman Sawi 3 Minggu

[image:64.612.168.411.316.481.2]

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 3 minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan (Tabel 8)

Tabel 8. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 3 Minggu

PJGTNMN

Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

C 10 5.7400a

E 10 7.4600a

K 10 11.2600b

B 10 14.7100c

D 10 14.8300c

A 10 15.1000c

Sig. .174 1.000 .771

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

(65)

A, D, dan B berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E, dan C. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman mentranslokasikan unsur-unusr hara yang dibutuhkan dari jaringan tua ke jaringan muda.

4) Tinggi Tanaman Sawi 4 Minggu

[image:65.612.168.409.337.500.2]

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 4 Minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan (Tabel 9)

Tabel 9. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 4 Minggu

PJGTNMN

Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

C 10 7.0600a

E 10 8.9000a

K 10 13.5100b

D 10 16.8700c

B 10 17.2500c

A 10 19.4100c

Sig. .243 1.000 .129

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

(66)

A, B dan D berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E, dan C. Perbedaan di atas dapat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam menyerap zat hara dari media tanam. Unsur N diserap dalam bentuk NH4+, unsur P diserap dalam bentuk HPO4-2 dan unur K diserap tanaman dalam bentuk ion K+.

5) Tinggi Tanaman Sawi 5 Minggu

[image:66.612.168.410.352.530.2]

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 5 minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan (Tabel 10)

Tabel 10.Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 5 Minggu

PJGTNMN

Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

E 10 8.8700a

C 10 8.9500a

K 10 16.6900b

D 10 18.9600bc 18.9600bc

B 10 20.7700c

A 10 21.7300c

Sig. .962 .185 .127

.

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

(67)

dilihat pada tabel 10 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media A dan B berbeda secara nyata terhadap perlakuan D, K, C, dan E.Media A (lumut) memiliki kandungan unsur N sebesar 0.60%, prosentase tersebut merupakan nilai terbesar diantara kandungan unsur N pada media lainnya. Fungsi nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau dan meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan (Sutedjo, 2010).

6) Tinggi Tanaman Sawi 6 Minggu

[image:67.612.169.509.462.656.2]

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 6 Minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan (Tabel 11)

Tabel 11.Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 6 Minggu PJGTNMN

ME

DIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

Duncana C 10 11.0700a

E 10 12.6300a

K 10 20.5000b

D 10 21.4300bc 21.4300bc

B 10 24.5300cd 24.5300cd

A 10 24.7400d

(68)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 11 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman 6 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A menghasilkan rerata tinggi tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat pada tabel 11 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media A berbeda secara nyata terhadap perlakuan B, D, K, E, dan C. Media A (lumut) memiliki kandungan unsur N sebesar 0.60%, prosentase tersebut merupakan nilai terbesar diantara kandungan unsur N pada media lainnya. Fungsi nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau dan meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan (Sutedjo, 2010).

b. Jumlah Daun

(69)
[image:69.612.82.563.154.564.2]

Tabel 12. Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau Umur 1-6 Minggu

Jenis Media Satuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Rata-Rata Kontrol Helai

2,6 3,9 4,2 5,7 6,1 6,3 4,8

A (lumut) 3,1 5 5,4 6,1 7,7 6,1 5,566667

B (lumut+sekam) 2,9 4,7 5,4 6,5 7,2 6 5,45

C (arang sekam) 2,4 2,5 2,3 3,3 4,2 4,1 3,133333

D

(lumut+cocopeat) 2,9 4,5 5,5 6,5 7,6 6,3 5,55

[image:69.612.86.561.354.574.2]

E (cocopeat) 2,55 3,2 3,8 4,2 5 4,1 3,808333

Gambar 8. Diagram Batang Rerata Tinggi Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau Umur 1-6 Minggu

(70)

Gambar 8 di atas menunjukkan adanya perbedaan rerata jumlah daun tanaman sawi usia 1 dan 2 minggu antar perlakuan. Hasil rerata jumlah daun paling banyak terdapat pada kelompok A yaitu 3.10 dan 5 helai per tanaman, diikuti oleh perlakuan B 2.90 dan 4.70 helai pertanaman kemudian media D dengan 2.90 dan 4.50 helai per tanaman, perlakuan kontrol 2.60 dan 3.90 helai per tanaman, kemudian tanaman dengan media E 2.55 dan 3.20 helai per tanaman dan terakhir media C dengan 2.40 dan 2.50 helai per tanaman. Media A dengan kandungan unsur nitrogen (N) sebesar 0.60% memiliki peran yang besar pada pertumbuhan daun pada suatu tanaman. Seperti yang dikemukakan oleh Rinsema (1986), tumbuhan yang banyak mendapatkan nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau dan lebat. Nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur sangat pening untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen berpengaruh besar dalam menaikkan potensi pembentukkan daun-daunan.

(71)

N 0.49%; P 205 mg/100g; dan K 181 mg/100g, karena adanya unsur N, P dan K yang saling berkaitan satu sama lain, meskipun konsentrasi nitrogen rendah, namun dengan adanya kandungan unsur P danK yang lebih tinggi maka dapat mempercepat perkembangan akar danakan mempengaruhi kalium dalam meningkatkan metabolisme nitrogen, sehingga daun akan tumbuh lebih cepat.

Tanaman sawi usia 5 minggu menunjukkan adanya perbedaan rerata jumlah daun tanaman sawi antar perlakuan. Hasil rerata jumlah daun paling banyak terdapat pada kelompok A yaitu 7.70 helai per tanaman, diikuti oleh perlakuan D 7.60 dan B 7.20 helai per tanaman, perlakuan kontrol 6.10 helai per tanaman, kemudian tanaman dengan media E 5.00 helai per tanaman dan terakhir media C dengan 4.20 helai per tanaman. Rerata jumlah daun tanaman sawi pada usia 5 minggu menunjukkan rerata yang paling tinggi selama penelitian dilakukan selama 6 minggu.

(72)
[image:72.612.104.534.204.359.2]

Hasil analisis jumlah daun sawi pada umur 1 sampai dengan 6 minggu, yang dianalisis statistik dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi

Hasil yang dapat ditarik dari tabel analisis ragam menunjukkan bahwa nilai signifikan dari jumlah daun 1 sampai dengan 6 minggu = .000, sesuai dengan

ketetapan α = 0.05. Hasil analisis nilai signifikansi semua tanaman usia 1-6 minggu menunjukan bahwa nilai sig = 0.000 <0.05 yang berarti Hoditolak,

artinya ada ada interaksi antar media dan jumlah daun tanaman sawi pada penelitian ini.

Setelah hasil pengukuran jumlah dauntanaman sawi dianalisis menggunakan uji One Way Anova dan diperoleh hasil yang signifikan, selanjutnya hasil yang signifikan tersebut diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). 1) Jumlah Daun Tanaman Sawi 1 Minggu

F Sig.

Jumlah daun 1 minggu 2.303 .001

Jumlah daun 2 minggu 19.340 .000

Jumlah daun 3 minggu 44.253 .000

Jumlah daun 4 minggu 31.930 .000

Jumlah daun 5 minggu 31.930 .000

(73)
[image:73.612.172.421.219.387.2]

Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 1 minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan (Tabel 14)

Tabel 14. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 1 Minggu

JMLDAUN

Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

C 10 1.7000a

E 10 2.2000a 2.2000b

K 10 2.6000bc 2.6000bc

B 10 2.9000bc 2.9000bc

D 10 2.9000bc 2.9000bc

A 10 3.1000c

Sig. .157 .071 .198

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

(74)

besar pada pertumbuhan daun pada suatu tanaman. Seperti yang dikemukakan oleh Rinsema (1986), tumbuhan yang banyak mendapatkan nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau dan lebat. Nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur sangat pening untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik lainnya. nitrogen berpengaruh besar dalam menaikkan potensi pembentukkan daun-daunan.

2) Jumlah Daun Tanaman Sawi 2 Minggu

[image:74.612.172.459.426.589.2]

Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 2 minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan (Tabel 15)

Tabel 15.Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 2 Minggu

JMLDAUN

Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

C 10 2.4000a

E 10 3.2000b

K 10 3.9000c

A 10 4.5000d

D 10 4.5000d

B 10 4.7000d

Sig. 1.000 1.000 1.000 .471

(75)

Tabel 15 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman sawi 2 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan B, D, dan A menghasilkan rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat pada tabel 15 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media B, D dan A berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E, dan C.Perbedan tersebut dapat disebabkan oleh kemampuan tanaman dalam menyerap zat hara dari media tanam baik dengan cara difusi, intersepsi akar dan aliran massa. 3) Jumlah Daun Tanaman Sawi 3 Minggu

[image:75.612.171.461.434.593.2]

Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 3 minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan (Tabel 16)

Tabel 16. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 3 Minggu

JMLDAUN

Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

C 10 2.3000a

E 10 4.0000b

K 10 4.6000c

A 10 5.4000d

B 10 5.4000d

D 10 5.5000d

Sig. 1.000 1.000 1.000 .728

(76)

Tabel 16 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman sawi 3 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan D, B, dan A menghasilkan rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat pada tabel 16 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media A, B dan D berbeda secara nyata terhadap pe

Gambar

Gambar 2. Sawi Hijau
Gambar 3. Struktur Kimia Klorofil
Gambar 4. Struktur Kimia Klorofil a dan b
Gambar 5. Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada perlakuan berbagai komposisi media tanam memberikan pengaruh nyata terhadap komponen tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat segar tanaman.Media tanam pasir +

Sedangkan pada perlakuan media tanam arang sekam : cocopeat 1:1, interval pemberian nutrisi 2 hari menunjukkan ratarata luas daun yang lebih tinggi dibandingkan interval 3 hari,

Hasil penelitian menunjukkan penambahan serbuk sabut kelapa ( cocopeat ) pada media arang sekam berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau

Perlakuan media tanam (tanah, humus, cocopeat dan arang sekam) dan bahan vertikultur (karpet, karung goni dan terpal plastik) berpengaruh nyata terhadap seluruh

Pada penelitian ini, perlakuan J5 menggunakan media tanam cocopeat + arang sekam (3:1) memiliki berat segar akar tertinggi sebesar 5,03 gram menggunakan media

Berdasarkan hasil penelitian jumlah tanaman yang hidup dan tumbuh sampai pada pengamatan terakhir menggunakan campuran media tanam arang sekam, kerikil cadas dan kotoran kambing pada

Artinya pemberian media tanam dengan komposisi arang sekam: zeolit maupun cocopeat: zeolit yang berbeda memberikan pengaruh yang sama terhadap kemanisan buah.. Hasil

Kandungan nitrogen daun tanaman pamelo pada media tanam arang sekam : tanah nyata lebih besar dibandingkan dengan pada media arang sekam : cocopeat dan tanah