• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metabolisme Kolesterol Hati: Khasiat Ramuan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dalam Mengatur Konsentrasi Kolesterol Selular.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metabolisme Kolesterol Hati: Khasiat Ramuan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dalam Mengatur Konsentrasi Kolesterol Selular."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

METABOLISME KOLESTEROL HATI: KHASIAT RAMUAN

JATI BELANDA (

Guazuma ulmifolia

Lamk

.

) DALAM

MENGATUR KONSENTRASI KOLESTEROL SELULAR

ANDY WAHYUDI

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

ANDY WAHYUDI. Metabolisme Kolesterol Hati: Khasiat Ramuan Jati Belanda

(

Guazuma ulmifolia

Lamk.) dalam Mengatur Konsentrasi Kolesterol Selular.

Dibimbing oleh SULISTIYANI dan POPI ASRI KURNIATIN.

Jumlah penderita penyakit jantung koroner yang tinggi, mendorong

penelitian untuk mencegah penyakit ini. Salah satunya dengan mempelajari lebih

jauh regulasi kolesterol dalam hati dan mencegah kenaikannya menggunakan

formula antikolesterol alami, yaitu formula daun jati belanda. Ada 32 kelinci

dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok normal yang diberi pakan standar,

kelompok hiperlipidemia dengan pakan kolesterol (0.5%), kelompok ekstrak

diberi pakan kolesterol dan formula daun jati belanda, dan kelompok lovastatin

diberi pakan kolesterol dan lovastatin (40 mg/70 kgBB). Pemberian perlakuan

dilakukan selama 8 minggu dan pada minggu terakhir konsentrasi kolesterol hati

dianalisis menggunakan metode Lieberman-Buchard.

(3)

ABSTRACT

ANDY WAHYUDI. Liver Cholesterol Metabolism: The Effect of Jati Belanda

(

Guazuma ulmifolia

Lamk.) Formulation in Regulating the Cellular Concentration

of Cholesterol. Under the direction of SULISTIYANI and POPI ASRI

KURNIATIN.

The high incidences of coronary heart disease encouraged studies to prevent

this disease. One of these studies is by studying the cholesterol regulation in the

liver and prevention of cholesterol increased by using extract of jati belanda

leaves as natural anticholesterol formula. As many as 32 rabbit were randomly

divided into 4 following group: normal group (fed with standard pellet),

hiperlipidemic group (fed with 0.5% rich-cholesterol diet), extract group (fed with

diet containing jati belanda formulation enriched with cholesterol), and lovastatin

group (fed with rich-cholesterol diet plus 40 mg/70 kgBB lovastatin). Experiment

was conducted for 8 consecutive weeks and liver cholesterol was analysed at the

end of the experiment using Lieberman-Buchard method.

(4)

METABOLISME KOLESTEROL HATI: KHASIAT RAMUAN

JATI BELANDA (

Guazuma ulmifolia

Lamk

.

) DALAM

MENGATUR KONSENTRASI KOLESTEROL SELULAR

ANDY WAHYUDI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Metabolisme Kolesterol Hati: Khasiat Ramuan Jati Belanda

(

Guazuma ulmifolia

Lamk.) dalam Mengatur Konsentrasi

Kolesterol Selular

Nama

: Andy Wahyudi

NIM

: G44103048

Disetujui

drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D

Popi Asri Kurniatin, S.Si., Apt.

Ketua

Anggota

Diketahui

Dr. drh. Hasim, DEA

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Agustus 1986 dengan

Achirullah Ladjin (Alm) sebagai ayah dan Ermy sebagai ibu. Penulis merupakan

anak ketiga dari empat bersaudara.

Sejak lahir penulis bersekolah di Jakarta hingga tingkat SMU. Tahun 2003

penulis lulus dari jenjang pendidikan SMU melalui program akselerasi (2 tahun)

di SMU 81 Jakarta dan melanjutkan ke jenjang Srata 1 pada Jurusan Biokimia

Institut Pertanian Bogor.

(7)

PRAKATA

Segala puji hanyalah milik Allah

’azza wa jalla

,

Shalawat

serta

salam

untuk

Rasulullah Muhammad saw. Syukur kepada Allah karena telah selesainya

penyusunan karya ilmiah saya dengan judul “Metabolisme Kolesterol Hati:

Khasiat Ramuan Jati Belanda (

Guazuma ulmifolia

Lamk.) dalam Mengatur

Konsentrasi Kolesterol Selular“. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil

penelitian yang saya lakukan selama kurang lebih enam bulan di awal tahun 2008

yang bertempat di Pusat Studi Biofarmaka (PSB) IPB dan Laboratorium Biokimia

Departemen Biokimia IPB.

Karya Ilmiah ini merupakan salah satu prasyarat kelulusan dalam

menempuh studi di Departemen Biokimia IPB dengan penelitian sebagai sarana

untuk menyusun karya ilmiah tersebut. Saya mengucapkan terima kasih kepada

drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing utama dan Popi Asri Kurniatin,

S.si., Apt. Sebagai pembimbing anggota dalam pelaksanaan penelitian ini. Terima

kasih juga saya sampaikan untuk Martini Hudayanti atas bantuan yang diberikan

dalam penelitian saya, para laboran, teknisi, dan rekan-rekan mahasiswa biokimia

lainnya sehingga kerja penelitian saya telah terlaksana dengan baik.

Dengan dukungan dari berbagai pihak dan dengan ridha Allah juga,

akhirnya karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga karya ilmiah ini

dapat memberikan kontribusi dalam proses pengembangan intelektual muda

Indonesia. Semoga!

Bogor, Januari 2009

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

PENDAHULUAN ...

TINJAUAN PUSTAKA

Metabolisme Kolesterol ...

Hiperkolesterolemia ...

Obat Alami Antikolesterol ...

Kelinci

New Zealand White

...

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat ...

Metode Penelitian ...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Energi Pakan ...

Jumlah Kolesterol dan Lemak Pakan ...

Konsentrasi Kolesterol Hati ...

Analisis Regresi Terhadap Efek Kolesterol dan Lemak Pakan Pada

Konsentrasi Kolesterol Hati ...

Hubungan antara Kolesterol Hati dengan Kolesterol Darah Total ...

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ...

Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

ix

ix

x

1

1

3

3

5

5

5

7

8

8

10

12

13

13

13

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

2

3

4

5

Pembagian hiperkolesterolemia berdasarkan konsentrasi kolesterol dan

LDL darah ...

Rata-rata konsumsi energi pakan kelompok kelinci ...

Rata-rata jumlah kolesterol dan lemak pakan kelompok kelinci ...

Hasil perhitungan regresi dan koefisien korelasi antara kolesterol pakan

dan kolesterol hati ...

Hasil perhitungan regresi dan koefisien korelasi antara lemak pakan dan

kolesterol hati ...

3

8

8

11

11

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jalur metabolisme eksogen kolesterol (Sheperd 2001) ...

Jalur metabolisme endogen kolesterol (Kwiterovich 2000) ...

Jalur

reverse cholesterol transport

(Kwiterovich 2000) ...

Daun jati belanda (

Guazuma ulmifolia

Lamk.) ...

Lovastatin (a) bentuk lakton inaktif (b) asam hidroksi terbuka ...

Diagram konsentrasi rata-rata kolesterol hati pada kelompok percobaan .

Grafik hubungan kolesterol hati normal dan hiperlipidemia dengan (a)

asupan kolesterol pakan (b) asupan lemak pakan ...

Grafik hubungan kolesterol hati dengan kolesterol pakan pada (a)

kelompok ekstrak (b) kelompok lovastatin ...

Grafik hubungan kolesterol hati dengan lemak pakan pada (a) kelompok

ekstrak (b) kelompok lovastatin ...

2

2

3

4

5

8

9

10

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Tahapan penelitian ...

Penentuan kurva standar ...

Data konsentrasi kolesterol hati ...

Penentuan kurva standar (pengenceran) ...

Data konsentrasi kolesterol hati (pengenceran) ...

Rangkuman konsentrasi kolesterol hati kelinci ...

Analisis data konsentrasi kolesterol hati kelinci menggunakan

minitab ...

Data konsumsi energi dan kolesterol pakan rata-rata kelinci ...

Data konsumsi lemak pakan rata-rata kelinci ...

Data konsentrasi kolesterol darah total kelinci ...

Interaksi antar kelompok data (kelompok normal dan kelompok

hiperlipidemia) ...

Interaksi antar kelompok data (kelompok ekstrak) …...

Interaksi antar kelompok data (kelompok lovastatin) …...

Grafik hubungan kolesterol hati dengan kolesterol darah total ……..

Kandungan pakan standar RB 12 ...

Kandungan minyak kelapa merk Barco ...

17

18

19

20

21

22

22

25

26

27

28

29

29

30

30

(11)

PENDAHULUAN

Penyakit jantung koroner (PJK) sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Menurut hasil survei dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), sejak tahun 1992 sampai survei terbaru tahun 2004, PJK masih menempati urutan pertama penyakit kronis yang diderita dan penyebab kematian di Indonesia (Soemantri et al.2005). Telah kita ketahui pula bahwa aterosklerosis adalah salah satu faktor risiko PJK yang paling besar pengaruhnya terhadap penyakit ini setelah kebiasaan merokok.

Aterosklerosis merupakan penyakit terbentuknya plak di dinding pembuluh arteri besar yang mengakibatkan menyempitnya rongga pembuluh darah dan menurunkan tingkat elastisitas pembuluh darah tersebut (Marks et al. 1996). Salah satu penyebabnya adalah tingginya konsentrasi kolesterol dalam darah. Tingginya konsentrasi kolesterol darah salah satu penyebabnya adalah akibat asupan kolesterol dan lemak dalam makanan yang cukup tinggi.

Pengendalian jumlah kolesterol dalam tubuh terjadi pada organ hati. Organ ini merupakan pusat biosintesis dan degradasi kolesterol tubuh. Apabila asupan kolesterol dan lemak dari makanan berlebih, maka hati sedemikian rupa akan menjaga agar konsentrasi kolesterol tubuh tetap normal dengan cara mengurangi laju biosintesis kolesterol dan meningkatkan sekresi kolesterol melalui cairan empedu sehingga jumlah kolesterol berkurang. Dengan regulasi dari hati, maka konsentrasi kolesterol tubuh dapat dipertahankan pada kondisi normal.

Rahayu (2007) dalam laporan penelitiannya menunjukkan bahwa konsentrasi kolesterol hati tikus yang mengalami hiperlipidemia naik 3-4 kali dari konsentrasinya pada hati tikus normal. Pengukuran konsentrasi kolesterol hati dalam hal ini dilihat sebagai keseimbangan kolesterol pada waktu tertentu. Penumpukan kolesterol ini tidak sesuai dengan fungsi organ hati sebagai pengendali kolesterol karena hati akan mengeluarkan kolesterol yang lebih dalam bentuk cairan empedu (tidak terakumulasi).

Pertanyaan muncul bagaimana kolesterol hati dapat naik dengan diberikannya asupan kolesterol dan lemak yang cukup besar. Permasalahan ini akan dikaitkan dengan efek

yang diberikan oleh formula daun jati belanda sebagai antikolesterol dan lovastatin yang merupakan obat alami antikolesterol dari golongan statin yang telah dikomersilkan sebagai pembandingnya.

Telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya, bahwa ekstrak daun jati belanda mampu mengurangi konsentrasi kolesterol darah kelinci (Monica & Farida 1997). Dalam rangka mengembangkan suatu formula antikolesterol alami, maka ekstrak ini dicampur dengan beberapa bahan alami lainnya dan dibuat sebuah formula yang disebut formula daun jati belanda. Formula ini kemudian diuji antikolesterolnya pada suatu penelitian payung yang bertujuan untuk mendapatkan obat alternatif dalam mencegah kenaikan kolesterol tubuh. Pada salah satu bagian dari penelitian payung ini, yaitu penelitian Rahayu (2007), formula ini memberikan hasil yang positif dapat mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol hati tikus setelah formula ini diujikan pada hewan coba tikus Sprague-Dawley.

Penelitian ini melanjutkan penelitian Rahayu (2007) dan bertujuan untuk mempelajari lebih jauh regulasi kolesterol dalam hati. Untuk itu telah dipelajari efek dari asupan makanan kaya kolesterol dan lemak terhadap konsentrasi kolesterol hati, kondisi rata-rata konsentrasi kolesterol darah dengan menggunakan data sekunder, dan efek inhibisi dari ekstrak formula jati belanda sebagai calon obat fitofarmaka dan lovastatin sebagai obat antikolesterol komersil.

Hipotesis penelitian ini adalah asupan pakan kaya kolesterol dan lemak akan menyebabkan terjadinya kenaikan konsentrasi kolesterol hati. Selain itu, formula daun jati belanda dan lovastatin yang digunakan dapat mencegah terjadinya kenaikan konsentrasi kolesterol hati.

TINJAUAN PUSTAKA

Metabolisme Kolesterol

(12)

2

Jalur Metabolisme Eksogen

Pada metabolisme ini, trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan berlemak masuk ke usus dan dicerna. Selain itu, dalam usus juga terdapat kolesterol yang berasal dari hati yang disekresikan bersama dengan empedu ke usus halus. Kedua trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dan hati ini yang terdapat di usus halus disebut lemak eksogen.

Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida diserap dalam bentuk asam lemak bebas sedangkan kolesterol diserap sebagai kolesterol. Setelah melewati mukosa usus halus, asam lemak bebas akan diubah kembali menjadi trigliserida dan kolesterol diesterifikasi menjadi kolesterol ester. Kedua jenis molekul ini bersamaan dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang disebut dengan kilomikron.

Kilomikron ini kemudian masuk ke saluran limfe dan akhirnya menuju ke aliran darah. Dalam aliran darah kilomikron dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas akan diserap oleh endotel pembuluh darah dan dapat disimpan sebagai trigliserida kembali pada jaringan adiposa. Namun bila terdapat dalam jumlah yang banyak, sebagian akan diambil oleh hati untuk membentuk trigliserida hati. Kilomikron sisa yang kaya kolesterol ester disebut kilomikron remnant dan akan dibawa ke hati (Shepherd 2001). Skema jalur eksogen kolesterol dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Jalur metabolisme eksogen kolesterol (Sheperd 2001).

Jalur Metabolisme Endogen

Hati memiliki kemampuan mensintesis kolesterol dan trigliserida. Kedua produk ini disekresikan ke dalam sirkulasi darah dalam

bentuk lipoprotein very low density lipoprotein (VLDL) (Gambar 2). Dalam sirkulasi, trigliserida di VLDL akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) sehingga VLDL berubah menjadi intermidiate density lipoprotein (IDL). IDL sebagian kembali ke hati dan sebagian lainnya akan dihidrolisis kembali oleh LPL sehingga berubah menjadi low density lipoprotein (LDL). LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang memiliki reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lainnya akan dioksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa. Jika konsentrasi kolesterol-LDL dalam plasma banyak, maka makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag (Kwiterovich 2000).

Gambar 2 Jalur metabolisme endogen kolesterol (Kwiterovich 2000).

Jalur Reverse Cholesterol Transport

Jalur ini berkaitan dengan metabolisme kolesterol-HDL. HDL dilepaskan sebagai partikel kecil yang miskin kolesterol dan mengandung apolipoprotein (apo) A, C, dan E. HDL ini disebut HDL nascent. HDL ini berasal dari usus halus dan hati. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag dan kemudian berubah menjadi HDL dewasa (Gambar 3).

(13)

3

cholesterol ester transfer protein (CETP). Dengan demikian, fungsi HDL sebagai pembersih kolesterol dari makrofag mempunyai dua jalur, yaitu langsung ke hati atau tidak langsung melalui VLDL dan IDL yang akan kembali ke hati (Kwiterovich 2000).

Gambar 3 Jalur reverse cholesterol transport (Kwiterovich 2000).

Hiperkolesterolemia

Konsentrasi kolesterol total darah atau Total Plasma Cholesterol (TPC) merupakan resultan konsentrasi dari molekul-molekul lipoprotein kilomikron, VLDL, IDL, LDL, dan HDL. Konsentrasi kolesterol total darah dapat melebihi batas normalnya karena berbagai hal, antara lain akibat kelainan genetik, obesitas, asupan makanan kaya kolesterol dan asam lemak jenuh, kekurangan hormon estrogen, lanjut usia, dan gangguan metabolisme (Linder 1992). Keadaan ini disebut hiperkolesterolemia.

Konsentrasi normal kolesterol total darah adalah di bawah 200 mg/dL. Kondisi hiperkolesterolemia akan muncul apabila konsentrasi kolesterol total darah melebihi 200 mg/dL. Hal ini akan memicu risiko aterosklerosis (Grundy 1991).

Hiperkolesterolemia dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan konsentrasi kolesterol total dan LDL darah. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Selain itu, hiperkolesterolemia juga dapat dibedakan berdasarkan sebab terjadinya, yaitu hiperkolesterolemia karena kelainan genetik disebut hiperkolesterolemia keturunan dan hiperkolesterolemia karena kelainan metabolisme lemak. Kelainan metabolisme lemak terjadi akibat pola makan yang tidak seimbang (kelebihan lemak atau karbohidrat), kurang berolahraga, dan merokok (Suharti 2007).

Hiperkolesterolemia dapat dikurangi dengan cara mengkonsumsi obat antikolesterol atau bahan-bahan alami yang

terbukti mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol, melakukan pengurangan asupan lemak dan kolesterol, serta berolahraga teratur.

Tabel 1 Pembagian hiperkolesterolemia berdasarkan konsentrasi kolesterol dan LDL darah

Jenis Konsentrasi Kolesterol (mg/dL) LDL (mg/dL) Normal Hiperkolestero lemia rendah Hiperkolestero lemia sedang Hiperkolestero lemia tinggi < 200 200-239 240-289 >290 < 139 139-160 160-209 >210

Sumber: Grundy (1991)

Obat Alami Antikolesterol

Menurut Dalimartha (2005), ada empat golongan obat antikolesterol yang beredar di pasaran, yaitu golongan resin yang mampu mengikat empedu dan meningkatkan pembuangan LDL dari darah, golongan penghambat sintesis lipoprotein yang mampu mengurangi sintesis VLDL dan meningkatkan HDL, golongan derivat asam fibrat yang mampu meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase, dan golongan statin yang dapat menghambat 3-hidroksi-3-metilglutaril-koenzim-A (HMG-KoA) reduktase.

Lovastatin yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam golongan statin, sedangkan formula daun jati belanda masih merupakan ekstrak kasar dari obat alami antikolesterol.

(14)

4

kotak atau bulat keras dan permukaan buahnya berduri (Soedibyo 1998).

Daun jati belanda mengandung senyawa flavonoid, asam fenolat, tanin, steroid/triterpenoid, dan karotenoid (Hartanto 1986). Menurut Miradiono (2002), serbuk daun jati belanda mengandung flavonoid, fenol hidrokuinon, dan senyawa flavonoid lainnya seperti kalkon, auron, dan flavonol. Daun jati belanda juga mengandung senyawa alkaloid, terpena, triterpena (sterol), resin, glukosa, asam lemak, asam fenolat, zat pahit, dan karbohidrat (Suharmiati & Maryani 2003).

Salah satu hasil penelitian yang meneliti pengaruh daun jati belanda terhadap kerja enzim lipase pankreas secara invitro menunjukkan bahwa seduhan dan rebusan daun jati belanda dapat meningkatkan konsentrasi asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa dengan bantuan enzim lipase (Wahyuditomo 2000).

Lendir daun jati belanda juga dapat menghambat kenaikan bobot badan tikus putih betina dengan pemberian dosis sebesar 350 mg/kg BB. Efek ini tidak lebih besar jika dibandingkan dengan daya hambat yang diberikan oleh seduhan daun jati belanda dosis 500 mg/kg BB terhadap kenaikan bobot badan tikus. Penghambatan kenaikan bobot badan ini dilaporkan oleh Sugiyanto (2000),dan tidak dipengaruhi oleh jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Monica dan Farida (2000) melaporkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun jati belanda 15% dan 30% sebanyak 2 mL/g bobot badan secara oral dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total serum kelinci. Sedangkan menurut Lestari dan Muchtadi (1997), pemakaian ekstrak etanol daun jati belanda dosis 1g/kg BB/hari dapat menghambat peningkatan kolesterol darah tikus yang diinduksi hiperkolesterolemia. Pengamatan dilakukan selama delapan hari dengan jumlah tikus masing-masing kelompok 3 ekor dengan propil tiourasil sebagai penginduksi kondisi hiperlipidemia. Kenaikan kolesterol yang terjadi pada kelompok hiperlipidemia sebesar 54.26%.

Menurut Rachmadani (2001), pemakaian ekstrak air daun jati belanda dosis 1g/kg BB tidak mempengaruhi kondisi tikus yang hiperlipidemia. Pengamatan dilakukan selama 28 hari dengan jumlah tikus 10 ekor perkelompok dan propil tiourasil dicampur pakan kolesterol digunakan untuk menginduksi kondisi hiperkolesterolemia. Kenaikan kolesterolnya pada kelompok

hiperlipidemia mencapai 129.12% pada hari ke tujuh.

Ekstrak heksana dan ekstrak kloroform daun jati belanda dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah tikus yang hiperkolesterolemia. Pemakaian ekstrak ini dianggap aman hingga 5 minggu pemakaian dengan melihat aktivitas SGOT dan SGPT darah tikusnya (Kristiani 2003).

Gambar 4 Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifoliaLamk.).

Lovastatin

Lovastatin merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan melalui jalur poliketida dan merupakan derivat dari asetat (Alberts 1989). Senyawa ini diketahui pertama kali dapat menjadi agen anti hiperkolesterolemia oleh Cimerman et al. pada tahun 1973. Saat ini, lovastatin telah ditemukan pada Aspergillus terreus dan berbagai cendawan genus Pleurotus seperti P.sapidus, P.erynggi, P.cornucopial dan P.ostreatus. Cara memperoleh senyawa ini melalui fermentasi bawah permukaan berbagai jamur berfilamen, khususnya dari kelas Basidiomycetes atau melalui ekstraksi tubuh buah secara kimiawi (Saimee 2003).

Rumus molekul lovastatin adalah C24H36O5dengan berat molekul 404.55 g/mol. Lovastatin hadir dalam bentuk lakton inaktif dan asam hidroksi terbuka aktif yang dapat dilihat pada Gambar 5, bersifat semi polar, dan larut baik dalam etanol (Albert 1989). Bentuk aktif dari lovastatin adalah dalam bentuk asam hidroksi terbuka karena dapat berperan sebagai inhibitor kompetitif HMG KoA reduktase (Saimee 2003).

(15)

5

lebih cenderung berikatan dengan lovasatin sehingga jumlah dan frekuensi sintesis kolesterol tereduksi (Omura 1992). Menurut Katzung (2002), obat golongan statin juga dapat menginduksi peningkatan kerja reseptor LDL sehingga meningkatkan katabolisme fraksional dari LDL dan ekstraksi prekursor LDL oleh hati (VLDL sisa). Albert (1989) juga mengatakan bahwa lovastatin mampu menurunkan kadar serum kolesterol, LDL, trigliserol, dan VLDL dalam darah.

Gambar 5 Lovastatin (a) bentuk lakton inaktif (b) asam hidroksi terbuka.

Kelinci New Zealand White

Kelinci merupakan hewan percobaan yang sering digunakan untuk mempelajari beberapa tujuan, antara lain kandungan gizi sampel, mencari produk medis seperti obat-obatan baru, dan studi tentang berbagai penyakit tertentu (Cheehe et al.1986). Kelinci (Oryctolagus cuniculus) diklasifikasikan ke dalam filum chordata, subfilum vertebrata, kelas mamalia, ordo lagomorpha, famili leporidae, dan genus oryctolagus. Selain genus oryctolagus, masih terdapat sembilan genus lainnya dengan spesies yang beragam (Lebas et al.1986).

Kelinci New Zealand White merupakan jenis kelinci yang paling banyak digunakan untuk penelitian karena sifatnya yang memberikan respon positif terhadap uji laboratorium dan kemampuannya yang baik dalam beradaptasi terhadap beberapa jenis penelitian. Secara fisiologis darah kelinci mengandung 35-53 mg/dL kolesterol dan 124-156 mg/dL trigliserida (Malole & Pramono 1989).

Pemberian pakan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol mampu meningkatkan konsentrasi kolesterol darah hewan coba dan pemberian 0.25-2.00% (b/b) kolesterol dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol plasma darah sebesar 300-400 mg/dL dalam jangka waktu satu minggu pada kelinci New Zealand White(Prawira 1998).

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Hewan coba yang digunakan pada awal penelitian adalah kelinci New Zealand White berjenis kelamin jantan, sehat, berumur 8 bulan-1 tahun, dan beraktivitas normal yang diperoleh dari PT Indo Anilab Bogor Jawa Barat dengan bobot yang seragam.

Bahan-bahan yang akan digunakan adalah ekstrak formula daun jati belanda yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM IPB, akuades, NaCl, KCl, etanol, dietil eter, kloroform, standar kolesterol, asam asetat anhidrida, H2SO4pekat, HCl, petroleum benzena, pakan kolesterol (kuning telur 0.5% dan minyak kelapa 5%), pakan standar, dan lovastatin.

Alat-alat yang digunakan adalah sentrifus klinis, spektrofotometer UV-VIS, neraca, oven, kandang kelinci, vorteks, dan penangas air.

Metode Penelitian Rancangan Percobaan

Kelinci yang digunakan sebanyak 32 ekor dan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan satu kandang untuk satu ekor kelinci. Tiap kelompok diberi pakan yang berbeda-beda. Pertama kali kelinci diadaptasikan selama dua minggu dengan pemberian pakan standar agar cara hidup dan makanannya menjadi seragam. Pada minggu ketiga, kelinci diberi pakan sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Pengelompokkan kelinci ditentukan berdasarkan kesamaan bobot badan. Ada empat kelompok kelinci, yaitu kelompok normal, kelompok hiperlipidemia, kelompok ekstrak, dan kelompok lovastatin. Kelompok normal diberi pakan standar, kelompok hiperlipidemia diberi pakan kolesterol, kelompok ekstrak diberi campuran pakan kolesterol dan ekstrak, dan kelompok lovastatin diberi pakan kolesterol yang telah dicampur dengan lovastatin dosis 40 mg/ 70 kgBB (Duane 1994; Merck 2007).

(16)

6

formula daun jati belanda sebanyak 80 g/ekor/hari pada pagi hari, kemudian pada sore harinya diberi pakan kolesterol sebanyak 70 g/ekor/hari; kelompok lovastatin diberi pakan dengan campuran pakan kolesterol dan lovastatin sebanyak 80g/ekor/hari pada pagi hari dan 70g/ekor/hari pakan kolesterol pada sore hari.

Pembuatan Ekstrak

Daun jati belanda dicuci bersih dan dikeringkan dalam oven. Setelah kering, bahan diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dan hasil maserasinya diuapkan dengan rotary evaporator. Hasil ekstrak daun jati belanda kemudian dicampur dengan bahan lainnya sesuai formulasi dari Pusat Studi Biofarmaka IPB.

Pembuatan Pakan Kolesterol

Pakan kolesterol yang digunakan dibuat dari tepung kuning telur ayam sebagai sumber kolesterol (konsentrasi kolesterol pakan 0.5%), 5% minyak kelapa, dan pakan standar sampai 100%. Pakan standar didapat dari Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Semua bahan dicampur merata dan dibentuk menjadi seperti pelet.

Tepung kolesterol dibuat dari kuning telur ayam yang dikeringkan dengan menggunakan metode Momuat et al. (2001) yang dimodifikasi. Telur ayam direbus selama 30 menit atau sampai matang, kemudian kuning telurnya dipisahkan dari putih telurnya. Kuning telur yang telah matang digerus di atas loyang sampai menjadi bubuk. Kemudian diratakan tipis di atas loyang dan dikeringkan dalam oven pada suhu 65 ºC selama 24 jam. Bubuk kuning telur yang telah kering digerus kembali menggunakan blender agar semakin halus.

Penentuan konsentrasi kolesterol tepung kuning telur dilakukan menggunakan metode Lieberman-Buchard (Alexander & Griffith 1993). Tepung kuning telur 0.02 g dimasukkan ke dalam tabung sentrifus 15 mL yang telah berisi 12 ml campuran etanol dan eter dengan perbandingan 3:1. Campuran dikocok dan dibiarkan selama 30 menit dengan posisi tabung horizontal. Tabung kemudian disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 3 menit. Supernatan yang terbentuk dipindahkan ke dalam gelas piala 50 ml dan diuapkan pada penangas air sampai kering. Residu yang didapat diekstrak menggunakan kloroform 2-2.5 mL dan dikocok perlahan agar residu terekstrak. Hasil

ekstraknya dipindahkan ke dalam tabung sentrifus. Gelas piala tadi dibilas lagi dengan kloroform dan bilasannya dimasukkan ke dalam tabung sentrifus sampai tepat 5 mL. Standar kolesterol yang digunakan dilarutkan dalam 5 mL kloroform, blanko digunakan kloroform 5 ml masing-masing dimasukkan ke dalam tabung sentrifus. Kemudian semua tabung ditambahkan 2 mL asetat anhidrida dan 0.1 mL asam sulfat pekat dan dikocok. Tabung kemudian disimpan di ruang gelap selama 15 menit dan larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dengan spektrofotometer UV-VIS.

Pembuatan Pakan Ekstrak

Pakan ekstrak yang digunakan merupakan pakan kolesterol yang ditambah dengan ekstrak formula daun jati belanda pada dosis tertentu. Semua bahan dicampur merata dan dibentuk seperti pelet. Dosis tidak dapat disebutkan terkait dengan kepentingan paten/ hak cipta dari mitra industri yang bekerjasama dalam penelitian ini.

Pembuatan Homogenat Hati dan Analisis Konsentrasi Kolesterol Hati (Alexander & Griffith 1993)

Hati dihomogenkan sebanyak kurang lebih 1 g dalam larutan KCL 1.5%, kemudian diambil sebanyak 0.2 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bertutup. Tabung sentrifus 15 mL diisi dengan 12 mL campuran etanol-eter (3:1). Kemudian tabung diisi 0.2 mL homogenat hati yang telah tersedia dalam tabung reaksi, diaduk perlahan sampai semua bercampur dengan etanol-eter (3:1). Tabung ditutup rapat dan didiamkan secara horizontal selama 30 menit. Selanjutnya, tabung disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 3 menit. Supernatan yang diperoleh dipindahkan ke dalam gelas piala ukuran 50 mL lalu diuapkan pada penangas air mendidih sampai supernatan kering. Residu kemudian dilarutkan dalam kloroform 2-2.5 mL dan dikocok perlahan agar residu terekstrak. Hasil ekstraknya dipindahkan ke dalam tabung reaksi. Gelas piala tadi dibilas lagi dengan kloroform dan bilasannya dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai tepat 5 mL.

(17)

7

absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dengan spektrofotometer UV-VIS.

Analisis Data

Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan pada rancangan penelitian ini dengan menggunakan metode ANOVA (Analysis of Variance) untuk menganalisis data. Model RAL menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah: Yij= + i+ ij Keterangan:

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

 = Pengaruh rataan umum

i = Pengaruh perlakuan ke-i, i = 1, 2, 3,4

ij = Pengaruh galat perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5, 6

Pertama kali dilakukan uji kehomogenan galat di antara tiap data untuk menentukan uji berikutnya. Hasil penelitian ini menggunakan uji lanjut Kruskal Walis dengan program Minitab.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan diberikan selama 8 minggu kepada semua kelompok kelinci sesuai pakannya masing-masing. Selama proses tersebut, beberapa ekor kelinci mengalami sakit dan akhirnya mati. Pada kelompok lovastatin, satu ekor kelinci mati dan pada tiga kelompok lainnya masing-masing dua ekor kelinci mati. Sehingga jumlah total kelinci pada akhir percobaan adalah sebanyak 25 ekor. Pada akhir penelitian semua kelinci tersebut dimatikan dan di ambil hatinya untuk dilakukan pengukuran terhadap kandungan kolesterolnya.

Konsumsi Energi Pakan

Informasi mengenai banyaknya jumlah energi yang dikonsumsi oleh hewan coba perlu diketahui agar hasil pembandingan konsentrasi kolesterol hati pada masing-masing kelompok diketahui berada pada kondisi yang sama atau berbeda. Apabila terdapat kesamaan jumlah konsumsi energi, maka akan diketahui bahwa tidak ada perbedaan dalam pemberian perlakuan kecuali komposisi lipid dari pakan tersebut. Hal ini membuat perbandingan analisis data kolesterol hati akan lebih dapat dipercaya.

Pada penelitian ini setiap kelompok kelinci diberikan pakan yang berbeda-beda sesuai dengan perlakuannya. Kelompok normal diberikan pakan standar yang di dapat dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi

Bogor. Pakan standar ini mengandung digest energy (DE) sebesar 2590 kkal/kg. Pakan yang diberikan ke kelinci masing-masing sebesar 150 g/hari. Rata-rata konsumsi pakan selama perlakuan (8 minggu) untuk kelompok normal berkisar antara 84.33-141.20 g per hari per ekor. Dengan demikian konsumsi energi rata-ratanya adalah sebesar 218.42-365.70 kkal per hari per ekor. Kemudian dihitung rata untuk satu kelompok, sehingga rata-rata konsumsi energi pada kelompok normal adalah sebesar 270.74 + 51.88 kkal per hari.

Kelompok kedua, yaitu kelompok hiperlipidemia mengkonsumsi pakan standar yang ditambah dengan 0.5% kolesterol tepung kuning telur ayam dan 5% minyak kelapa. Kuning telur ayam rata-rata memiliki kandungan energi sebesar 355 kalori per 100 gram. Kandungan kolesterol kuning telur sendiri berkisar antara 3.50-4.08% (mg/g), sehingga rata-rata konsumsi energi dari tepung kuning telur ayam pada kelompok hiperlipidemia adalah sebesar 40.94-54.32 kkal per hari per ekor. Demikian pula dengan konsumsi energi dari minyak kelapa. Sebanyak 14 gram minyak kelapa mengandung energi sebesar 126 kkal, sehingga rata-rata konsumsi energinya adalah sebesar 40.19-52.70 kkal per hari per ekor. Total rata-rata konsumsi energi adalah sebesar 312.47-410.31 kkal per hari per ekor. Kemudian data dihitung untuk satu kelompok sehingga didapat nilai rata-rata konsumsi energi kelompok hiperlipidemia lebih rendah dari nilai kelompok normal. Dengan cara yang sama, konsumsi energi kelompok ekstrak formula jati belanda dan kelompok lovastatin dapat ditentukan. Rata-rata konsumsi energi kelompok ekstrak dan lovastatin juga lebih rendah dari kelompok normal (Tabel 2).

(18)

8

Tabel 2 Rata-rata konsumsi energi pakan kelompok kelinci

Kelompok (Kkal) Standar Deviasi Normal Hiperlipidemia Ekstrak Lovastatin 270.74 257.33 220.21 209.80 51.88 28.82 54.52 33.02

Keterangan: P > 0.05

Jumlah Kolesterol dan Lemak Pakan Data jumlah kandungan kolesterol dan lemak dalam pakan diperlukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kenaikan konsentrasi kolesterol hati. Data ini didapat dari jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan coba. Setiap kelompok perlakuan diberikan pakan dengan komposisi yang berbeda, yang disesuaikan dengan jenis kelompoknya. Namun pada dasanya setiap kelompok diberikan pakan standar. Sedangkan yang membedakan hanyalah tambahan asupan yang sesuai dengan kelompoknya. Kelompok normal hanya diberikan pakan standar, kelompok hiperlipidemia diberikan pakan kolesterol, yaitu pakan standar dengan tambahan kolesterol, kelompok ekstrak diberikan pakan kolesterol yang ditambah formula jati belanda, dan kelompok lovastatin diberikan pakan kolesterol yang ditambah lovastatin. Masing-masing komponen yang diberikan sebagai pakan dihitung kandungan kolesterol dan lemaknya dan dijumlahkan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tidak adanya kolesterol pada kelompok normal karena memang pada pakannya tidak mengandung kolesterol dan tidak ditambahkan kuning telur dan minyak kelapa. Sedangkan ketiga kelompok lainnya memiliki jumlah kolesterol dan lemak yang hampir sama. Data ini dibutuhkan untuk melihat pengaruh ekstrak dan lovastatin dalam mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol hati apabila memang terbukti konsentrasi kolesterol hati naik dengan pemberian pakan kolesterol.

Tabel 3 Rata-rata jumlah kolesterol dan lemak pakan kelompok kelinci Kelompok Kolesterol (mg/hari) Lemak (mg/hari) Normal Hiperlipidemia Ekstrak Lovastatin 0.00 0.50 0.42 0.42 0.00 7.78 6.64 6.38 Keterangan: P > 0.05

Konsentrasi Kolesterol Hati

Pada setiap kelompok dilakukan analisis konsentrasi kolesterol hati menggunakan metode Liebermann-Buchard (Alexander & Griffith 1993). Kelompok normal memiliki konsentrasi kolesterol hati rata-rata sebesar 6.97 + 0.68 mg/g. Kondisi hati pada saat dilakukan analisis baik, kecuali satu buah hati kelinci tidak normal karena sakit. Kelompok hiperlipidemia konsentrasi rata-rata kolesterolnya jauh lebih besar dari kelompok normal, yaitu sebesar 44.38 + 29.50 mg/g. Sedangkan kelompok ekstrak dan lovastatin konsentrasi kolesterol hatinya sedikit lebih rendah daripada kelompok hiperlipidemia (Gambar 6).

Berdasarkan uji Kruskal- Wallis,nilai rata-rata konsentrasi kolesterol hati pada kelompok normal berbeda dengan nilai rata-rata dari konsentrasi kolesterol hati kelompok lainnya. Sedangkan konsentrasi kolesterol hati kelompok hiperlipidemia, ekstrak formula jati belanda, dan lovastatin, masing-masing dibandingkan satu sama lain menunjukkan bahwa konsentrasi yang didapat masing-masing kelompok tidak berbeda. Perhitungan statistiknya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Gambar 6 Diagram konsentrasi rata-rata kolesterol hati pada kelompok percobaan.

Pakan Kaya Kolesterol dan Lemak Meningkatkan Kolesterol Hati

(19)

9

Kenaikan konsentrasi kolesterol hati akibat asupan kolesterol pakan dapat dilihat dari nilai korelasi antara keduanya, yaitu sebesar 0.689. Sedangkan nilai korelasi kenaikan konsumsi lemak dengan kenaikan konsentrasi kolesterol hati adalah sebesar 0.691. Kedua nilai ini menjelaskan bahwa kenaikan asupan kolesterol dapat menaikkan konsentrasi kolesterol hati (Lampiran 11).

Kolesterol dan trigliserida yang terkandung dalam pakan, pada peripheral usus akan ditransport menggunakan kilomikron menuju ke hati melalui limfe dan jaringan adiposa. Trigliserida dalam kilomikron ketika melewati jaringan adiposa ataupun sel otot akan didegradasi menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh enzim lipoprotein lipase. Asam lemak bebas akan masuk ke dalam jaringan adiposa untuk kemudian didepositkan dalam bentuk trigliserida kembali. Kilomikron yang telah kehilangan asam lemak dan masih mengandung kolesterol (disebut kilomikron remnant) terus ditransport ke hati. Sebagian trigliserida dalam kilomikron juga dapat diambil hati untuk dibentuk menjadi trigliserida hati. Kilomikron kemudian masuk ke dalam hati dan kolesterol yang diangkut, dipisahkan oleh lisosom hati (Lehninger 2008). Kolesterol yang telah berada di organ hati kemudian akan ditransport ke seluruh tubuh oleh lipoprotein yang disebut very low

C Hati (a)

C Pakan

C Hati (b)

Lemak Pakan

Gambar 7 Grafik hubungan kolesterol hati normal dan hiperlipidemia dengan (a) asupan kolesterol pakan (b) asupan lemak pakan.

density lipoprotein (VLDL). VLDL ini dan derivatnya yang akan membawa molekul kolesterol menuju ke sel-sel tubuh yang memerlukan.

Pada saat kolesterol ditransport dari peripheral usus ke hati, maka HMG KoA reduktase yang bertugas merubah asetoasetil KoA menjadi mevalonat dalam sintesis kolesterol akan terhambat kerjanya sehingga produk sintesis kolesterol oleh hati sendiri akan berkurang. Sebagai gantinya digunakan kolesterol dari asupan pakan. Ketika asupan kolesterol dari pakan berlebih, maka terjadi penumpukan molekul kolesterol di dalam hati. Hal ini terjadi karena laju degradasi kolesterol di dalam hati tidak sebanding dengan jumlah kolesterol yang masuk ke hati dalam satuan waktu tertentu.

Begitu pula dengan konsumsi lemak. Lemak yang dikonsumsi ternyata juga memiliki pengaruh terhadap kenaikan konsentrasi kolesterol hati. Semakin banyak lemak yang dikonsumsi, maka konsentrasi kolesterol hati akan semakin meningkat.

Lemak dalam usus akan didegradasi menjadi trigliserida, kemudian ditransport oleh kilomikron ke jaringan adiposa atau otot. Pada jaringan ini trigliserida akan diurai menjadi asam lemak dan gliserol agar dapat masuk untuk kemudian disimpan kembali dalam bentuk trigliserida. Pada percobaan ini, asam lemak yang didepositkan dapat dikatakan sebagian besar didegradasi menjadi asetil koA atau tersimpan dalam bentuk trigliserida hati dan sebagian kecil disimpan sebagai cadangan energi. Asetil koA sendiri merupakan bahan pembuat kolesterol. Hal ini terjadi karena bobot badan kelinci selama perlakuan cenderung tetap dan bobot hati cenderung naik. Dengan demikian, peningkatan konsumsi kolesterol dan lemak akan mengakibatkan kenaikan konsentrasi kolesterol hati.

Pencegahan Kenaikan Kolesterol Hati oleh Formula Jati Belanda dan Lovastatin

(20)

10

formula jati belanda dan lovastatin dalam percobaan ini hanya mampu menurunkan sedikit konsentrasi kolesterol hati hiperlipidemia.

Nilai korelasi antara banyaknya asupan kolesterol dan lemak pakan dengan kenaikan konsentrasi kolesterol hati pada kelompok ekstrak dan lovastatin berturut-turut adalah sebesar -0.372 dan -0.384 untuk kelompok ekstrak, sedangkan kelompok lovastatin sebesar 0.275 dan 0.283. Nilai ini menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi kolesterol hati tidak memiliki hubungan yang jelas dengan jumlah asupan kolesterol dan lemak pakan. Gambar 8 dan Gambar 9 menunjukkan korelasi tersebut dalam grafik. Kemiringan grafik pada kedua gambar tersebut secara statistik tidak memiliki makna karena nilai korelasinya yang rendah.

Dugaan terhadap hasil ini adalah besarnya kenaikan konsentrasi kolesterol hati yang terjadi yang tidak berimbang dengan efek dari dosis ekstrak atau lovastatin yang diberikan. Hal ini didukung oleh nilai total plasma cholesterol (TPC) pada kelompok rata-rata sebesar 431.89 mg/dL (Darusman et al.2008), sedangkan TPC kelinci normalnya dibawah 200 mg/dL (Grundy 1991). Lebih lanjut Grundy (1991) membuat kategori hiperkolesterolemia tinggi pada level TPC di atas 290 mg/dL. Konsentrasi kolesterol kelinci hiperlipidemia ini dapat dikatakan sudah sangat besar, sehingga efek antihiperkolesterolemia baik dari ekstrak maupun lovastatin menjadi tidak begitu berarti. Kenyataan ini diperkuat karena kelinci

C Hati (a)

C Pakan

C Hati (b)

C Pakan

Gambar 8 Grafik hubungan kolesterol hati dengan kolesterol pakan pada (a) kelompok ekstrak (b) kelompok lovastatin.

termasuk ke dalam kelompok hewan coba yang mampu memberikan respon positif terhadap uji laboratorium dan mempunyai kemampuan yang baik dalam menyesuaikan diri terhadap beberapa jenis penelitian (Cheehe et al.1986).

C Hati (a)

Lemak Pakan

C Hati (b)

Lemak Pakan

Gambar 9 Grafik hubungan kolesterol hati dengan lemak pakan pada (a) kelompok ekstrak (b) kelompok lovastatin.

Analisis Regresi Terhadap Efek Kolesterol dan Lemak Pakan Pada Konsentrasi

Kolesterol Hati

Data kolesterol pakan digunakan sebagai nilai pada sumbu X dan konsentrasi kolesterol hati pada sumbu Y. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumsi kolesterol pakan sebesar 1 mg tiap harinya selama masa perlakuan (8 minggu) akan menaikkan konsentrasi kolesterol hati sebesar 73.1 mg/g bobot hati. Kemudian, Jika hewan coba tidak mendapatkan asupan kolesterol, maka dapat diperkirakan konsentrasi kolesterol hatinya sebesar 7.47 mg/g bobot hati (Tabel 4). Kolesterol tersebut kemungkinan berasal dari hasil sintesis hati sendiri. Walaupun demikian, efek kolesterol pakan pada konsentrasi kolesterol hati hanya dapat mewakili 47.5% keragaman asupan kolesterol pakan yang mungkin terjadi. Dengan kata lain, kurang dari 50% kemungkinan apabila hewan coba mengkonsumsi kolesterol sebesar 1 mg tiap harinya, asupan tersebut akan menaikkan kolesterol hati sebesar 73.1 mg/g bobot hati.

(21)

11

menaikkan konsentrasi kolesterol hati sebesar 4.69 mg/g bobot hati (Tabel 5). Nilai ini jauh di bawah efek kolesterol pakan dalam menaikkan kolesterol hati. Kemudian, jika asupan lemak tidak ada, maka konsentrasi kolesterol hatinya menjadi 7.41 mg/g bobot hati. Nilai ini hampir sama dengan kondisi apabila tidak ada asupan kolesterol. Walaupun demikian, efek lemak pakan terhadap konsentrasi kolesterol hati hanya dapat mewakili 47.8% keragaman asupan lemak pakan yang mungkin terjadi. Hal ini sama dengan analisis efek kolesterol pakan di atas.

Pada kelompok ekstrak formula jati belanda dan kelompok lovastatin, berdasarkan nilai koefisien korelasinya yang kecil, maka disimpulkan tidak ada hubungan antara asupan kolesterol dan lemak pakan dengan konsentrasi kolesterol hati. Hal ini mengakibatkan hasil analisis regresinya tidak dapat diterima. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai R-Square yang didapat. Nilai ini menunjukkan hasil regresi yang didapat hanya mewakili keragaman di bawah 15%. Jadi kemungkinan terjadinya di lapangan kecil sekali. Hal ini menjelaskan bahwa banyaknya asupan kolesterol dan lemak dari pakan pada kedua kelompok ini tidak berhubungan terhadap kenaikan konsentrasi kolesterol hati.

Tabel 4 Hasil perhitungan regresi dan koefisien korelasi antara kolesterol pakan dan kolesterol hati

K Persamaan R-Square KK N-H Y = 7.47 + 73.1 X 47.5% 0.689 E Y = 51.5 - 39.7 X 13.8% -0.372 L Y = 6.2 + 60.6 X 7.6% 0.275

Keterangan: Kelompok (K); Normal (N); Hiperlipidemia (H), Ekstrak (E); Lovastatin (L); Koefisien Korelasi (KK)

Tabel 5 Hasil perhitungan regresi dan koefisien korelasi antara lemak pakan dan kolesterol hati

K Persamaan R-Square KK N-H Y = 7.41 + 4.69 X 47.8% 0.691 E Y = 52.3 - 2.67 X 14.8% -0.384 L Y = 5.6 + 3.99 X 8.0% 0.283

Keterangan: Kelompok (K); Normal (N); Hiperlipidemia (H), Ekstrak (E); Lovastatin (L); Koefisien Korelasi (KK)

Kenaikan kolesterol hati yang tidak mengikuti kecenderungan kenaikan asupan kolesterol dan lemak pakan kemungkinan terjadi akibat adanya gangguan penyerapan kolesterol dan lemak oleh ekstrak. Ekstrak formula daun jati belanda telah terbukti mengandung tanin, pektin, dan kurkuminoid. Tanin di dalam tubuh dapat mengendapkan mukosa protein yang ada pada permukaan usus halus, sehingga dapat mengurangi efektifitas penyerapan kolesterol dan lemak (Suharmiati & Maryani 2003; Dalimartha 2005). Pakan standar yang diberikan mengandung sekitar 18.57% AKG protein dan asam amino, sehingga protein dari pakan standar ini kemungkinan terendapkan oleh tanin yang terkandung dalam ekstrak formula jati belanda. Dengan kata lain, transport kolesterol oleh kilomikron ke hati jumlahnya tidak berbanding lurus dengan konsentrasi kolesterol dari pakan.

Senyawa pektin yang dikandung ekstrak juga dapat mengganggu proses transport kolesterol dan lemak. Pektin di dalam tubuh dapat mengikat asam empedu dalam usus sehingga jumlah asam empedu berkurang. Dengan sendirinya, hati akan meningkatkan sintesis cairan empedu untuk memenuhi asam empedu yang hilang di usus. Peningkatan sintesis asam empedu ini dapat menurunkan konsentrasi kolesterol hati, sehingga kenaikan kolesterol di hati menjadi tidak berkorelasi dengan jumlah asupan kolesterol. Sedangkan kurkuminoid sendiri telah diselidiki memiliki aktivitas kolagoga yang akan meningkatkan sekresi cairan empedu sehingga partikel padat dalam kantung empedu akan berkurang (Dalimartha 2005).

Ekstrak daun jati belanda juga mampu menurunkan aktivitas dari enzim lipase pankreas sebesar 8.33-15.33 U/l dengan konsentrasi ekstrak 10%-30% (Rahardjo 2004). Berkurangnya aktivitas enzim lipase pankreas dapat mengurangi deposit trigliserida yang masuk dari usus halus mengingat kerja enzim ini mengubah trigliserida menjadi dua monogliserid dan dua asam lemak bebas sehingga dapat masuk ke pembuluh darah. Dengan kata lain, ekstrak daun jati belanda meningkatkan sekresi lemak melalui feses. Hal ini menyebabkan korelasi yang terjadi antara jumlah asupan lemak dan konsentrasi kolesterol hati tidak jelas.

(22)

12

1986). Senyawa ini dapat menurunkan tingkat absorpsi kolesterol di usus dan meningkatkan ekskresi melalui feses sehingga kolesterol yang masuk ke tubuh menjadi berkurang. Selain itu fitosterol juga dapat memperbaiki regulasi kolesterol darah pada tingkat yang normal (Anwar 2003).

Pada kelompok lovastatin tidak adanya korelasi antara kenaikan asupan kolesterol dan lemak dari pakan dengan kenaikan kolesterol hati kemungkinan disebabkan karena adanya hambatan sintesis kolesterol hati oleh lovastatin. Pada dasarnya konsentrasi kolesterol hati berasal dari kolesterol pakan dan hasil sintesis organ hati sendiri. Dengan terhambatnya sintesis kolesterol oleh hati mengakibatkan jumlah kolesterol yang ada lebih sedikit dari yang seharusnya. Meskipun demikian, konsentrasi kolesterol hati tetap naik walaupun kenaikannya tidak mengikuti kecenderungan kenaikan asupan kolesterol dari pakan.

Hubungan antara Kolesterol Hati dengan Kolesterol Darah Total

Kolesterol darah total (TPC) rata-rata selama perlakuan dihubungkan dengan konsentrasi kolesterol hati untuk mengetahui apakah kenaikan kolesterol hati dipengaruhi atau mempengaruhi kolesterol tubuh. Data TPC merupakan data sekunder yang didapat dari Darusman et al. (2008) yang penelitiannya merupakan payung penelitian ini. Hasil analisis data pada kelompok normal dan kelompok hiperlipidemia, konsentrasi kolesterol hati dan kolesterol darahnya memiliki nilai korelasi sebesar 0.760. Nilai ini menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi kolesterol hati dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol darah atau sebaliknya. Sedangkan pada kelompok ekstrak dan lovastatin, nilai korelasi yang didapat sebesar -0.002 untuk kelompok ekstrak dan 0.241 untuk kelompok lovastatin. Nilai ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara kolesterol hati dan kolesterol darah. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11-14.

Adanya hubungan antara kolesterol hati dan kolesterol darah pada kelompok normal dan hiperlipidemia dapat dijelaskan sebagai berikut. Molekul kolesterol yang menumpuk di hati akan dikemas untuk di distribusikan ke seluruh tubuh. Pada transport kali ini yang bertindak sebagai pembawa adalah VLDL. Hati akan melepas VLDL ke sirkulasi darah dengan membawa kolesterol dan trigliserida. Jumlah trigliserida yang dibawa lebih banyak

dari jumlah kolesterol. Dalam perjalanannya, trigliserida VLDL akan didegradasi menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh LPL sehingga keluar dari VLDL. VLDL yang telah kehilangan sebagian besar trigliserida disebut IDL dan pada perjalanannya kemudian, trigliserida yang tersisa di IDL akan mengalami lipolisis juga oleh LPL dan IDL berubah menjadi LDL. LDL banyak mengandung kolesterol dan akan mendistribusikan kolesterol tersebut ke sel-sel tubuh yang membutuhkan.

Ketika kebutuhan kolesterol oleh sel tubuh terpenuhi, maka LDL berlebih akan langsung kembali ke hati (jika diperlukan) dan juga ditangkap oleh sel makrofag endotel pembuluh darah sehingga membentuk sel busa. Pada akhirnya HDL yang berperan membersihkan darah dari kolesterol dengan mengambil kolesterol dari sel makrofag tersebut dan membawanya ke hati untuk didegradasi ataupun dikemas kembali dalam VLDL. Namun pengembalian ini tidak berlangsung sempurna karena masih banyaknya kolesterol di hati yang berasal dari makanan. Banyaknya kolesterol di hati akan mengurangi aktivitas dari reseptor LDL di hati sehingga LDL yang ada dalam darah tidak dapat masuk ke hati sehingga jumlah LDL meningkat di dalam darah. Reseptor HDL juga demikian, karena kolesterol di dalam hati masih cukup maka HDL sedikit yang masuk ke hati. Hal inilah yang menyebabkan konsentrasi kolesterol darah total meningkat.

Pada kelompok ekstrak formula jati belanda dan lovastatin, kenaikan konsentrasi kolesterol darah tidak mengikuti kecenderungan atau pola tertentu dari kenaikan konsentrasi kolesterol hati. Sehingga kenaikan kolesterol hati tidak dapat digunakan untuk memprediksikan kenaikan konsentrasi kolesterol darah. Begitu juga sebaliknya. Kenyataannya, kedua konsentrasi ini, kolesterol darah dan hati akan meningkat dengan pemberian pakan kaya kolesterol dan lemak.

(23)

13

mengurangi proses oksidasi LDL sehingga sel makrofag tidak dapat menangkapnya. Akibatnya, LDL akan terus bersirkulasi dalam darah yang menyebabkan kenaikan kolesterol darah. Kenaikan ini menyebabkan korelasi konsentrasi kolesterol hati dan kolesterol darah menjadi tidak jelas. Selain itu, ekstrak juga mengandung polifenol, yaitu flavonoid yang diidentifikasi sebagai luteolin dan 5,7-dihidroksiisoflavon (Hartanto 1986). Flavonoid dapat memberikan efek sebagai penurun konsentrasi gula darah. Apabila gula darah turun, maka asetil koA yang ada di hati sebagian digunakan untuk mensintesis glukosa darah, akibatnya sintesis kolesterol kemungkinan terganggu.

Pada kelompok lovastatin, kenaikan kolesterol darah tidak berhubungan dengan kenaikan kolesterol hati karena lovastatin merupakan inhibitor kompetitif dari 3-hidroksi-3-metilglutaril-koenzim-A (HMG-KoA) reduktase (Goodman & Gilmans 2001). Akibatnya sintesis kolesterol yang terjadi pada hati terhambat dan menyebabkan kenaikan kolesterol di dalam hati kebanyakan berasal dari kolesterol asupan pakan. Walaupun sintesis terhambat, pada kenyataannya konsentrasi kolesterol darah tetap naik tanpa mengikuti kecenderungan kenaikan dari konsentrasi kolesterol hati. Selain itu lovastatin juga memiliki sifat sebagai antioksidan yang mampu mereduksi produksi oksigen reaktif dan meningkatkan resistensi LDL terhadap proses oksidasi (Rosenson 2004). Dengan kemampuan ini, LDL yang ada dalam plasma darah tidak akan mudah menumpuk di permukaan epitel pembuluh darah yang dapat menyebabkan kenaikan kolesterol darah. LDL akan dengan mudah terdistribusi dan kembali ke hati dengan asumsi konsentrasi kolesterol hati normal atau rendah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian pakan kaya kolesterol dan lemak dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol hati sekitar 6.36 kali dari konsentrasi normalnya. Pemberian ekstrak formula jati belanda belum dapat menurunkan konsentrasi kolesterol hati hiperlipidemia secara nyata dengan kenaikan kolesterol darah sekitar 2.15 kali dari batas maksimal hiperkolesterolemia. Kenaikan konsentrasi kolesterol hati dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol total darah dengan nilai korelasi 0.760 dan korelasi ini menjadi tidak

ada akibat pemberian ekstrak formula jati belanda atau lovastatin.

Saran

Perlu dilakukan optimalisasi pemberian pakan kaya kolesterol dan lemak agar didapat level kolesterol yang efektif untuk percobaan. Selain itu, diperlukan uji lanjutan untuk mengetahui mekanisme terjadinya kenaikan konsentrasi kolesterol dalam hati akibat pemberian pakan kaya kolesterol dan lemak, misalnya menggunakan skrining isotop radioaktif. Kemudian, perlu dilakukan uji lanjutan efek dari formula jati belanda yang dapat menghilangkan korelasi antara konsentrasi kolesterol hati dan kolesterol darah.

DAFTAR PUSTAKA

Alberts AW. 1989. Lovastatin. Cardiovascul Drug Reviews 7:89-109.

Alexander RR, Griffith JM. 1993. Basic Biochemical Methods. New York: Wiley Liss.

Andriani Y. 2004. Ekstrak daun jati belanda mencegah hiperlipidemia dan perkembangan aterosklerosis eksperimen pada kelinci [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

.

Anwar F. 2002. Fitosterol kolesterol nabati yang efektif turunkan kolesterol plasma. https://www.kompas.com/kompas-cetak/0312/ 02/ Kesehatan/713226.htm [2 Des 2003].

Budhidjaja P. 1988. Pengaruh kurkuminoid dari temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) terhadap kolesterol total, trigliserida, dan HDL-kolesterol darah kelinci dalam keadaan hiperlipidemia [laporan penelitian]. Bandung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran.

Cheehe PR, Pathon N M, Templeton GS. 1986. Rabbit Production. Illinois: Interstate.

(24)

14

Dalimartha S. 2005. 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol. Surabaya: Penebar Swadaya.

Darusman LK, Sulistiyani, Rahminiwati M, Djauhari E, Pradono DI. 2008. Fitofarmaka sebagai pencegah penyakit jantung koroner: khasiat penurun kolesterol darah dan anti aterosklerosis dari formula berbasis ekstrak daun jati belanda [laporan akhir penelitian RAPID tahun 2008]. Bogor: Pusat Studi Biofarmaka LPPM, Institut Pertanian Bogor.

.

Darwis SN, Hiyah S, Madjo I. 1991. Tumbuhan Obat Famili Zingiberaceae. Bogor: Pusat Pengembangan Tanaman Industri.

Hartanto B. 1986. Fitokimia daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) [tesis]. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Hendri J. 2006. Jati belanda si pelangsing pengusir kaki gajah. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/09/cakraw ala/lain03.htm [24 Mar 2006].

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.

Katzung BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed ke-8. Jakarta: Salemba Medika.

Kleiner K, Dotti LB. 1958. Laboratory Instruction in Biochemistry. Ed ke-5. New York: Mosby Company.

Kristiani EBE. 2003. Esktrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) sebagai obat alternatif untuk hiperlipidemia: kajian in vivodan in vitro. [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kwiterovich PO, Jr. 2000. The metabolic pathways of high-density lipoprotein, low-density lipoprotein, and triglycerides. Am J Cardiol86: 5-10.

Lebas F, Coudert P, Rouvier R, De Rochambeau H. 1986. The Rabbit Husbandary, Healt and Production. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Lestari, Muchtadi. 1997. Uji aktivitas antihiperlipidemia daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) pada tikus [laporan penelitian]. Bandung: Universitas Padjajaran.

Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian secara Klinis. Parakkasi A, penerjemah; Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Nutritional Biochemistry and Metabolism with Clinical Application.

Goodman, Gilmans. 2001. The Pharmacological Basic of Therapeutics. Ed ke-10. USA: Mc Graw-Hill.

Grundy SM. 1991. Multifactorial etiology of hypercholesterolemia: implication for prevention coronary heart disease. Aterios Thromb 11:1619-1635.

Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor: PAU IPB.

Marks DB, Marks AD, Smith CM. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: suatu Pendekatan Klinis. Pendit BU, penerjemah; Suyono J, Sadikin V, Mandera LI, editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Basic Medical Biochemistry: A Clinical Approach.

Merck. 2005. Tablets Mevacor® (Lovastatin). USA: Merck & Co.

Miradiono. 2002. Efektivitas pengestrak senyawa flavonid dari daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Momuat LI, Sulistiyani, Khomsan A, Sajuthi D. 2001. Minyak sawit mempercepat regresi aterosklerosis aorta pada kelinci hiperkolesterolemia ringan, tetapi tidak pada yang hiperkolesterolemia berat. Media Gizi Keluarga 25:26-34.

(25)

15

Tumbuhan Obat Indonesia XII. Bandung, 26-27 Juni 1997.

Naser A. 1987. Pengaruh ekstrak air temulawak terhadap HDL-kolesterol, kolesterol total, dan trigliserida darah kelinci dalam keadaan hiperlipidemia [laporan penelitian]. Bandung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran.

Oetoro S. 2008. Cara cerdas menyikapi kolesterol. http://www.medicastore.com/ kolesterol [3 Januari 2008].

Omura S. 1992. The Search for Bioactive Compounds from Microorganisms. New York: Springer-Verlag.

Prawira LN. 1998. Pemanfaatan ekstrak kasar steroid kulit batang kayu gabus (Alstonia

scholaris, R. BR) sebagai

antihiperkolesterolemia [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Rachmadani. 2001. Ekstrak air daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) berpotensi menurunkan konsentrasi lipid pada darah tikus putih strain Wistar [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Rahayu YS. 2007. Khasiat ekstrak ramuan daun jati belanda terhadap konsentrasi kolesterol hati tikus yang hiperlipidemia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Rosenson RS. 2004. Statins in atherosclerosis: lipid-lowering agents with antioxidant capabilities. Atheroscleros173:1-19.

Rukayadi. 2006. In vitro anticandidal activity of xanthorrhizol isolated from Curcuma xanthorrhiza Roxb. J Antimicrob Chemother57:1231-1234.

Saimee SM. 2003. Screening of lovastatin production by filamentous fungi. Biomed J 7:29-33.

Sheperd J. 2001. The role of the exogenous pathway in hypercholesterolaemia. European Heart J3 Supl E:2-5.

Sidik, Moelyono, Muhtadi A. 1995. Seri Pustaka Tanaman Obat, Temulawak

(Curcuma xanthorriza Roxb.)

Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. Jakarta: Phyto Medica.

Soedibyo M. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaannya. Jakarta: Balai Pustaka.

Soemantri S, Budiarso LR, Sandjaja. 2005. Survei kesehatan nasional 2004 volume 3: sudut pandang masyarakat mengenai status, cakupan, ketanggapan, dan sistem pelayanan kesehatan [laporan penelitian]. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Soesilo S. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Sugati S, Syamsuhidayat, Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1). Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.

Sugiyanto. 2000. Pengaruh lendir daun jati belanda terhadap bobot badan tikus putih betina [catatan penelitian]. Warta Tumb Obat Ind6:14-15.

Suharmiati, Maryani H. 2003. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda si Pelangsing Tubuh dan Peluruh Kolesterol. Depok: Agromedia Pustaka.

Syukur C, Hernani. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wahyuditomo. 2000. Pengaruh jati belanda terhadap kerja enzim lepase secara In Vitro [catatan penelitian]. Warta Tumb Obat Ind 6:6-8.

(26)
(27)

17

Uji Pendahuluan

Analisis Kolesterol Hati

Penentuan

λ

maks

Penentuan

kurva standar

kolesterol

Kelompok

Hiperkolesterolemia

Kelompok

normal

Kelompok

perlakuan

Daun jati belanda dan bahan lainnya

Ekstrak bahan-bahan

Ekstrak

(28)

18

Lampiran 2 Penentuan kurva standar

Kurva standar tanggal 01 Juli 2008

Konsentrasi (mg/mL) Absorbansi (A)

A1 A2 Mean A Std Dev

0 0 0 0 0.00000

0.02 0.101 0.096 0.099 0.00354

0.04 0.191 0.188 0.190 0.00212

0.08 0.39 0.398 0.394 0.00566

0.1 0.505 0.495 0.500 0.00707

0.12 0.629 0.623 0.626 0.00424

0.14 0.739 0.747 0.743 0.00566

0.16 0.809 0.813 0.811 0.00283

Kurva standar tanggal 08 Juli 2008

Konsentrasi (mg/mL) Absorbansi (A)

A1 A2 Mean A Std Dev

0 0 0 0 0.00000

0.02 0.1 0.114 0.107 0.00990

0.04 0.228 0.208 0.218 0.01414

0.08 0.464 0.428 0.446 0.02546

0.1 0.517 0.574 0.546 0.04031

0.12 0.723 0.648 0.686 0.05303

0.14 0.826 0.74 0.783 0.06081

(29)

19

Lampiran 3 Data konsentrasi kolesterol hati

No

Kelompok

BB Hati Vol Absorbansi [Kolesterol] Bobot Kolesterol Bobot Kolesterol [Kolesterol Hati]

Mean Stdev Kelinci Homogenat

Homogenat (A) 0.2 mL Homogenat

0.2 mL

Homogenat Total Homogenat (mg/g)

(g) (mL) (mg/mL Kloroform) (mg) (mg)

53 N 1.0134 11.20 0.140 0.0286 0.1431 8.0138 7.9079

13 N 1.0102 11.20 0.121 0.0250 0.1249 6.9919 6.9213

12 N 1.0108 11.20 0.143 0.0270 0.1352 7.5701 7.4892

18 N 1.0250 11.20 0.135 0.0257 0.1285 7.1940 7.0185

55 N 1.0011 11.30 0.11 0.0215 0.1075 6.0722 6.0655

22 N 1.0213 11.30 0.12 0.0232 0.1159 6.5466 6.4101 6.9688 0.6761

24 H 1.0221 10.50 2.036 0.3928 1.9641 103.1142 100.8846

11 H 1.0208 10.80 0.334 0.0659 0.3294 17.7891 17.4266

16 H 1.0004 11.00 0.840 0.1631 0.8154 44.8473 44.8294

17 H 1.0123 11.00 0.447 0.0781 0.3904 21.4736 21.2126

52 H 1.0369 10.50 0.904 0.1548 0.7741 40.6423 39.1960

21A H 1.0186 10.80 0.969 0.1657 0.8287 44.7506 43.9335 44.5805 29.9433

14 E 1.0237 11.00 0.909 0.1763 0.8817 48.4921 47.3695

19 E 1.0070 11.00 0.460 0.0901 0.4504 24.7743 24.6021

10 E 1.0227 10.80 1.120 0.2169 1.0843 58.5536 57.2539

49 E 1.0211 11.00 0.638 0.1102 0.5508 30.2939 29.6679

47 E 1.0167 10.60 1.641 0.2786 1.3929 73.8262 72.6136

15 E 1.0091 11.00 0.431 0.0754 0.3770 20.7347 20.5477 42.0091 20.5605

8 L 1.0178 10.20 0.747 0.1452 0.7261 37.0303 36.3827

6 L 1.0009 10.50 0.935 0.1813 0.9066 47.5989 47.5561

50 L 1.0283 11.00 1.153 0.1966 0.9832 54.0764 52.5882

48 L 1.0152 10.80 0.518 0.0900 0.4500 24.3023 23.9384

7 L 0.9938 11.00 0.107 0.0210 0.1050 5.7725 5.8085

20 L 1.0200 11.20 0.678 0.1169 0.5844 32.7254 32.0838

21B L 1.0142 10.90 0.658 0.1135 0.5676 30.9337 30.5006 32.6940 15.4647

(30)

20

Contoh Perhitungan:

[Kolesterol] 0.2 mL Homogenat = (A + 0.009) / 5.206

Bobot Kolesterol 0.2 mL Homogenat = [Kolesterol] 0.2 mL Homogenat * 5

Bobot Kolesterol Total Homogenat = BB Kolesterol 0.2 mL Homogenat * (Vol Homogenat / 0.2)

[Kolesterol Hati] = Bobot Kolesterol Total Homogenat / Bobot Basah Hati Homogenat

Lampiran 4 Penentuan kurva standar (pengenceran)

Kurva standar tanggal 23 Juli 2008 (Pengenceran)

Konsentrasi (mg/mL) Absorbansi (A)

A1 A2 Mean A Std Dev

0 0 0 0 0.00000

0.02 0.082 0.087 0.085 0.00354

0.04 0.199 0.191 0.195 0.00566

0.08 0.412 0.412 0.412 0.00000

0.1 0.501 0.567 0.534 0.04667

0.12 0.612 0.677 0.645 0.04596

0.14 0.739 0.712 0.726 0.01909

0.16 0.852 0.834 0.843 0.01273

(31)

21

No

Kelompok

BB Hati Volume Absorbansi [Kolesterol] Bobot Kolesterol Bobot Kolesterol Bobot Kolesterol [Kolesterol Hati]

Kelinci

Homogenat Homogenat (A) 0.2 mL Homogenat*

0.2 mL

Homogenat* Total Homogenat* Total Homogenat (mg/g)

(g) (mL) (mg/mL Kloroform) (mg) (mg) (mg)

24 H 1.0221 10.5 0.508 0.0970 0.4852 9.7046 101.8979 99.6947

10 E 1.0227 10.8 0.184 0.0365 0.1823 3.6462 39.3792 38.5051

47 E 1.0167 10.6 0.229 0.0449 0.2244 4.4877 47.5692 46.7878

(32)

22

Lampiran 6 Rangkuman konsentrasi kolesterol hati kelinci

No Hati Kelompok

Absorbansi [Kolesterol Hati]

Mean Stdev

(A) (mg/g)

53 N 0.140 7.9079

13 N 0.121 6.9213

12 N 0.143 7.4892

18 N 0.135 7.0185

55 N 0.11 6.0655

22 N 0.12 6.4101 6.9688 0.6761

24 H 0.508 99.6947

11 H 0.334 17.4266

16 H 0.840 44.8294

17 H 0.447 21.2126

52 H 0.904 39.1960

21A H 0.969 43.9335 44.3821 29.4964

14 E 0.909 47.3695

19 E 0.460 24.6021

10 E 0.184 38.5051

49 E 0.638 29.6

Gambar

Grafik hubungan kolesterol hati normal dan hiperlipidemia dengan (a)
Grafik hubungan kolesterol hati dengan kolesterol darah total   ……..
Gambar 2Jalur
Tabel 1 Pembagian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permukaan bidang plafond dan dinding menjadi tempat perletakan sistem jaringan pipa distribusi air limbah dari ruang-ruang servis menuju sarana pembuangan, sedangkan bidang

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa alat bekerja dengan baik dan sesuai dengan sistem yang telah dibuat dengan tingkat keberhasilan 100%..

Bentuk pengelolaan yang sesuai untuk diterapkan dapat dihitung dengan skenario pengolahan terpusat yang sinergi dengan rencana pengelolaan yang akan dilakukan oleh Badan

Struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai adalah. sebagai

Sampel dalam penelitian ini adalah kader yang mengikuti penyuluhan kesehatan terhadap penanganan diare pada anak di Puskesmas Wilayah Kerja Purwokerto Selatan yaitu

Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya hubungan antara penyuluhan kesehatan tentang penegahan diare pada balita dengan sikap ibu dalam pencegahan diare.. Persamaan

jadi yaitu bambu hasil iratan yang dilakukan secara manual, kemudian disetorkan ke pengrajin yang mampu melakukan proses finishing. Hasil observasi yang telah dilakukan tim pengabdi

Dalampenelitianiniterdapatlebihbanyakbalitapenderitapneumoniadenganstatus imunisasi DPT lengkap daripada yang tidak lengkap, hal itu menunjukkan bahwa kejadian pneumonia