• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keefektifan Cry1B dan Cry1C Bacillus thuringiensisi B. terhadap Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Yponomeutidae) dan Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keefektifan Cry1B dan Cry1C Bacillus thuringiensisi B. terhadap Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Yponomeutidae) dan Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN CRY1B DAN CRY1C

Bacillus thuringiensis

B.

TERHADAP

Plutella xylostella

L. (Lepidoptera: Yponomeutidae)

DAN

Crocidolomia pavonana

F. (Lepidoptera: Pyralidae)

RD. ASTRI WULAN PURNAMASARI

A44102020

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRAK

RD. ASTRI WULAN PS. Keefektifan Cry1B dan Cry1C Bacillus thuringiensis

B. terhadap Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Yponomeutidae) dan

Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae). Dibimbing oleh AUNU RAUF dan YAYI M KUSUMAH.

Kubis (Brassica oleracea var capitata) merupakan komoditi sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hama utama pada tanaman kubis diantaranya

Plutella xylostella (Lepidoptera: Yponomeutidae) dan Crocidolomia pavonana

(Lepidoptera: Pyralidae). Salah satu alternatif pengendalian yang dapat dilakukan dengan penggunaan agen hayati yaitu pemanfaatan B. thuringiensis yang menghasilkan kristal protein (Cry) yang bersifat toksik bagi serangga sasaran.

Penelitian ini bertujuan mempelajari keefektifan Cry1B dan Cry1C

B. thuringiensis terhadap mortalitas.P. xylostella dan C. pavonana.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2006 di Laboratorium Ekologi Serangga dan Laboratorium Patologi Serangga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Uji pendahuluan dilakukan terhadap setiap populasi P. xylostella dan C. pavonana dengan perlakuan Cry1B dan Cry1C pada konsentrasi 1 mg/l; 5 mg/l; 10 mg/l; 50 mg/l; dan 100 mg/l. Plutella xylostella

strain Lembang dengan perlakuan Cry1C pada konsentrasi 1 mg/l; 100 mg/l; dan 1000 mg/l. Uji pendahuluan ini untuk menentukan kisaran konsentrasi yang dapat mematikan larva. Dalam pengujian lanjutan, konsentrasi yang digunakan sebesar 5 mg/l; 8,5 mg/l; 15 mg/l; 25 mg/l; dan 45 mg/l, sedangkan uji lanjutan pada C. pavonana strain Batu dengan perlakuan Cry1C dilakukan pada konsentrasi 5 mg/l; 9 mg/l; 17 mg/l; 32 mg/l; dan 60 mg/l. Aplikasi Cry1B dan Cry1C dilakukan dengan metode pencelupan.

(3)

KEEFEKTIFAN CRY1B DAN CRY1C

Bacillus thuringiensis

B.

TERHADAP MORTALITAS

Plutella xylostella

L. (Lepidoptera:

Yponomeutidae) DAN

Crocidolomia pavonana

F.

(Lepidoptera: Pyralidae)

RD. ASTRI WULAN PURNAMASARI

A44102020

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul Skripsi : Keefektifan Cry1B dan Cry1C Bacillus thuringiensisi B. terhadap Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Yponomeutidae) dan Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae)

Nama Mahasiswa : Rd. Astri Wulan Purnamasari

NRP : A44102020

Program Studi : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, MSc. Dr. Ir. Yayi M Kusumah, MSi. NIP. 130 607 614 NIP. 131 879 332

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr. NIP. 130 422 698

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung tanggal 22 April 1984 anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Mangku Atmawidjaja dan Ibu Asmayawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas di SMU Pasundan 1 Bandung pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di program studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(6)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan nikmat yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu tugas akhir di Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, MSc dan Dr. Ir. Yayi M Kusumah, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis selama menyelesaikan tugas akhir. Kepada Ir. Djoko Prijono, MAgrSc atas bimbingan dan pengarahannya. Kepada Dr. Ir. Kikin H Mutaqin yang bersedia membantu penulis dalam pengambilan foto-foto serangga. Kepada Ayah dan ibu, Kepada kakak-ku (A Arief, A Ayie, A Anjas, A Andi, T Anita dan kaka ipar ku T Ida serta ponakanku Ican), dan Ahmad Hidayat atas kasih sayang, semangat, dukungan dan do’a. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pak Wawan, Pak Sodiq, Pak Agus, Pak Dede, A Kiki, Mas Rustan, Mas Agung, Mba Nana dan semua laboran DPT yang telah membantu penulis sampai penulisan tugas akhir. Sahabat sejatiku Mia atas bantuan, semangat dan dukungannya. Sahabat seperjuanganku Sri Endang, Arbani yang bersedia meminjamkan kameranya. Kapada teman-temanku Hendrayana, Hari, Endang, Dona, Lusie, Kaka, Widya, Reyna, Iwa, Apri, Ari, Marni, Ela, Nissa, dan teman-teman HPT 39 yang selalu siap membantu, menghibur, memberi semangat, keceriaan, dan do’a.

Semoga penelitian dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Bogor, Agustus 2006

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Bioekologi Plutella xylostella L... 3

Bioekologi Crocidolomia pavonana F. ... 4

Bioekologi Bacillus thuringiensis B. ... 5

BAHAN DAN METODE ... 7

Tempat dan Waktu ... 7

Bahan dan Alat ... 7

Persiapan Tanaman ... 7

Kubis ... 7

Brokoli ... 7

Pemeliharaan Serangga Uji ... 8

Metode Pengujian ... 9

Uji Pendahuluan ... 9

Uji Lanjutan ... 10

Analisis Data ... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

Kesimpulan ... 21

Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(8)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1. Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas P. xylostella

strain Lembang ... 11 2. Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas P. xylostella

strain Lembang ... 12 3. Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas P. xylostella

strain Batu ... 13 4. Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas P. xylostella

strain Batu ... 14 5. Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas C. pavonana

strain Kejajar ... 16 6. Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas C. pavonana

strain Kejajar ... 17 7. Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas C. pavonana

strain Batu ... 18 8. Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas C. pavonana

(9)

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Toksisitas Cry1B terhadap P. xylostella ... 15

2. Toksisitas Cry1C terhadap P. xylostella ... 15

3. Toksisitas Cry1B terhadap C. pavonana ... 19

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Mortalitas P. xylostella terhadap 2 strain yang berbeda pada uji

pendahuluan ... 25

2. Mortalitas C. pavonana terhadap 2 strain yang berbeda pada uji pendahuluan ... 26

3. Mortalitas P. xylostella terhadap 2 strain yang berbeda pada uji lanjutan ... 27

4. Mortalitas C. pavonana terhadap 2 strain yang berbeda pada uji lanjutan ... 28

5. Larva P. xylostella dan C. pavonana setelah perlakuan Cry B. thuringiensis ... 29

6. Analisis probit P. xylostella strain Lembang ... 30

7. Analisis probit P. xylostella strain Batu ... 32

8. Analisis probit C. pavonana strain Kejajar ... 34

(11)

KEEFEKTIFAN CRY1B DAN CRY1C

Bacillus thuringiensis

B.

TERHADAP

Plutella xylostella

L. (Lepidoptera: Yponomeutidae)

DAN

Crocidolomia pavonana

F. (Lepidoptera: Pyralidae)

RD. ASTRI WULAN PURNAMASARI

A44102020

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

ABSTRAK

RD. ASTRI WULAN PS. Keefektifan Cry1B dan Cry1C Bacillus thuringiensis

B. terhadap Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Yponomeutidae) dan

Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae). Dibimbing oleh AUNU RAUF dan YAYI M KUSUMAH.

Kubis (Brassica oleracea var capitata) merupakan komoditi sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hama utama pada tanaman kubis diantaranya

Plutella xylostella (Lepidoptera: Yponomeutidae) dan Crocidolomia pavonana

(Lepidoptera: Pyralidae). Salah satu alternatif pengendalian yang dapat dilakukan dengan penggunaan agen hayati yaitu pemanfaatan B. thuringiensis yang menghasilkan kristal protein (Cry) yang bersifat toksik bagi serangga sasaran.

Penelitian ini bertujuan mempelajari keefektifan Cry1B dan Cry1C

B. thuringiensis terhadap mortalitas.P. xylostella dan C. pavonana.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2006 di Laboratorium Ekologi Serangga dan Laboratorium Patologi Serangga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Uji pendahuluan dilakukan terhadap setiap populasi P. xylostella dan C. pavonana dengan perlakuan Cry1B dan Cry1C pada konsentrasi 1 mg/l; 5 mg/l; 10 mg/l; 50 mg/l; dan 100 mg/l. Plutella xylostella

strain Lembang dengan perlakuan Cry1C pada konsentrasi 1 mg/l; 100 mg/l; dan 1000 mg/l. Uji pendahuluan ini untuk menentukan kisaran konsentrasi yang dapat mematikan larva. Dalam pengujian lanjutan, konsentrasi yang digunakan sebesar 5 mg/l; 8,5 mg/l; 15 mg/l; 25 mg/l; dan 45 mg/l, sedangkan uji lanjutan pada C. pavonana strain Batu dengan perlakuan Cry1C dilakukan pada konsentrasi 5 mg/l; 9 mg/l; 17 mg/l; 32 mg/l; dan 60 mg/l. Aplikasi Cry1B dan Cry1C dilakukan dengan metode pencelupan.

(13)

KEEFEKTIFAN CRY1B DAN CRY1C

Bacillus thuringiensis

B.

TERHADAP MORTALITAS

Plutella xylostella

L. (Lepidoptera:

Yponomeutidae) DAN

Crocidolomia pavonana

F.

(Lepidoptera: Pyralidae)

RD. ASTRI WULAN PURNAMASARI

A44102020

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(14)

Judul Skripsi : Keefektifan Cry1B dan Cry1C Bacillus thuringiensisi B. terhadap Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Yponomeutidae) dan Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae)

Nama Mahasiswa : Rd. Astri Wulan Purnamasari

NRP : A44102020

Program Studi : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, MSc. Dr. Ir. Yayi M Kusumah, MSi. NIP. 130 607 614 NIP. 131 879 332

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr. NIP. 130 422 698

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung tanggal 22 April 1984 anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Mangku Atmawidjaja dan Ibu Asmayawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas di SMU Pasundan 1 Bandung pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di program studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(16)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan nikmat yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu tugas akhir di Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, MSc dan Dr. Ir. Yayi M Kusumah, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis selama menyelesaikan tugas akhir. Kepada Ir. Djoko Prijono, MAgrSc atas bimbingan dan pengarahannya. Kepada Dr. Ir. Kikin H Mutaqin yang bersedia membantu penulis dalam pengambilan foto-foto serangga. Kepada Ayah dan ibu, Kepada kakak-ku (A Arief, A Ayie, A Anjas, A Andi, T Anita dan kaka ipar ku T Ida serta ponakanku Ican), dan Ahmad Hidayat atas kasih sayang, semangat, dukungan dan do’a. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pak Wawan, Pak Sodiq, Pak Agus, Pak Dede, A Kiki, Mas Rustan, Mas Agung, Mba Nana dan semua laboran DPT yang telah membantu penulis sampai penulisan tugas akhir. Sahabat sejatiku Mia atas bantuan, semangat dan dukungannya. Sahabat seperjuanganku Sri Endang, Arbani yang bersedia meminjamkan kameranya. Kapada teman-temanku Hendrayana, Hari, Endang, Dona, Lusie, Kaka, Widya, Reyna, Iwa, Apri, Ari, Marni, Ela, Nissa, dan teman-teman HPT 39 yang selalu siap membantu, menghibur, memberi semangat, keceriaan, dan do’a.

Semoga penelitian dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Bogor, Agustus 2006

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Bioekologi Plutella xylostella L... 3

Bioekologi Crocidolomia pavonana F. ... 4

Bioekologi Bacillus thuringiensis B. ... 5

BAHAN DAN METODE ... 7

Tempat dan Waktu ... 7

Bahan dan Alat ... 7

Persiapan Tanaman ... 7

Kubis ... 7

Brokoli ... 7

Pemeliharaan Serangga Uji ... 8

Metode Pengujian ... 9

Uji Pendahuluan ... 9

Uji Lanjutan ... 10

Analisis Data ... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

Kesimpulan ... 21

Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(18)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1. Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas P. xylostella

strain Lembang ... 11 2. Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas P. xylostella

strain Lembang ... 12 3. Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas P. xylostella

strain Batu ... 13 4. Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas P. xylostella

strain Batu ... 14 5. Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas C. pavonana

strain Kejajar ... 16 6. Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas C. pavonana

strain Kejajar ... 17 7. Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas C. pavonana

strain Batu ... 18 8. Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas C. pavonana

(19)

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Toksisitas Cry1B terhadap P. xylostella ... 15

2. Toksisitas Cry1C terhadap P. xylostella ... 15

3. Toksisitas Cry1B terhadap C. pavonana ... 19

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Mortalitas P. xylostella terhadap 2 strain yang berbeda pada uji

pendahuluan ... 25

2. Mortalitas C. pavonana terhadap 2 strain yang berbeda pada uji pendahuluan ... 26

3. Mortalitas P. xylostella terhadap 2 strain yang berbeda pada uji lanjutan ... 27

4. Mortalitas C. pavonana terhadap 2 strain yang berbeda pada uji lanjutan ... 28

5. Larva P. xylostella dan C. pavonana setelah perlakuan Cry B. thuringiensis ... 29

6. Analisis probit P. xylostella strain Lembang ... 30

7. Analisis probit P. xylostella strain Batu ... 32

8. Analisis probit C. pavonana strain Kejajar ... 34

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kubis (Brassica oleracea var capitata L.) merupakan komoditi sayuran yang penting di Indonesia. Tanaman kubis memiliki banyak manfaat untuk pemenuhan kebutuhan gizi. Karena, kubis banyak mengandung vitamin A, vitamin B-1, vitamin B-2, niacin, pospor, zat besi, mineral, dan lain-lain. Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat membantu pencernaan makanan, menetralkan zat asam, membantu memperlancar buang air besar sebab mengandung serat (Pracaya 1990).

Kubis memiliki nilai ekonomi yang tinggi, ditanam tidak hanya di dataran tinggi namun juga di dataran rendah dengan varietas yang disesuaikan (Permadi & Sastrosiswojo 1993). Produksi tanamna kubis tingkat nasional pada tahun 2003 yaitu sebesar 1.348.433 ton dan pada tahun 2004 mengalami peningkatan yaitu 1.432.814 ton. Luas panen tahun 2003 yaitu 64.520 ha dan tahun 2004 sebesar 68.029 ha. Sedangkan, produktivitas tanaman kubis tahun 2003 sebesar 209 ku/ha dan tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar 210,6 ku/ha (http://database.deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame.asp). Besarnya permintaan tanaman kubis setiap tahunnya menyebabkan produksi tanaman kubis harus ditingkatkan. Namun salah satu kendala dalam peningkatan kualitas dan kuantitas tanaman kubis adalah adanya gangguan hama dan penyakit.

Hama utama kubis diantaranya Plutella xylostella (Lepidoptera: Yponomeutidae) dan Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: Pyralidae) (Kalshoven 1981). Hama- hama tersebut menyerang tanaman kubis saat masih muda atau saat umur satu minggu (Sastrosiswojo , Uhan & Sutarya 2000). Gejala yang ditimbulkan oleh kedua hama tersebut berupa daun yang berlubang. Jika populasi tinggi, hanya tulang-tulang daun yang tersisa. Kerusakan yang diakibatkan oleh keduanya dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 100%.

(22)

2

lingkungan, diantaranya pencemaran udara, tanah, dan air. Merugikan kesehatan dan menyebabkan resisten terhadap hama. Cara pengendalian alternatif untuk mengurangi dampak negatif akibat penggunaan pestisida sintetik yaitu dengan pemanfaatan agen hayati. Salah satunya penggunaan Bacillus thuringiensis yang merupakan bakteri patogen serangga yang banyak dikembangkan menjadi bioinsektisida. Banyak strain dari B. thuringiensis menghasilkan kristal protein beracun bagi serangga. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target yang spesifik sehingga tidak mematikan serangga bukan sasaran dan mudah terurai sehingga tidak mencemari lingkungan. Dengan diketahuinya potensi kristal (Cry) protein Bt maka berbagai isolat telah diidentifikasi. Bioinsektisida Bt merupakan 90 – 95% dari bioinsektisida yang dikomersilkan untuk dipakai oleh petani di berbagai negara (Bahagiawati 2000). Menurut Boucias dan Pendland (1998), Kristal protein B. thuringiensis yang dikonsumsi larva Lepidoptera akan mengalami penurunan aktivitas makan dan kelumpuhan usus. Selanjutnya, larva yang terkena racun secara umum memperlihatkan kelumpuhan yang diikuti dengan kematian dalam 1 sampai 2 hari. Kristal protein yang termakan oleh serangga, akan larut dalam lingkungan basa pada usus serangga yang selanjutnya akan teraktifkan oleh enzim pencerna protein serangga dan menempel pada protein reseptor yang berada pada permukaan sel epitel usus. Akibat penempelan tersebut terbentuk pori atau lubang pada sel sehingga sel mengalami lysis. Akhirnya serangga mengalami gangguan pencernaan dan mati (Anonim 2000). Dengan kemajuan teknologi, gen Bt dapat diisolasi dan diklon sehingga memungkinkan untuk diintroduksikan ke dalam tanaman yang dikenal dengan tanaman transgenik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempelajari keefektifan Cry1B dan Cry1C

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Bioekologi Plutella xylostella (L.)

Ulat kubis atau P. xylostella termasuk ordo Lepidoptera, famili Yponomeutidae (CABI 2000). Serangga ini adalah salah satu hama utama tanaman kubis dan beberapa tanaman Crucifer, termasuk lobak. Ulat kubis bersifat kosmopolitan, terdapat di daerah tropik dan subtropik (Kalshoven 1981).

Bagian tanaman yang diserang yaitu daun, ranting, titik tumbuh, dan buah (CABI 2000). Gejala yang tampak sangat khas yaitu pada daun tampak berjendela berwarna putih yang besarnya dengan ukuran kurang dari 0.5 cm. Daur hidup P. xylostella di daerah bersuhu rendah lebih lama dibandingkan di daerah bersuhu tinggi (Pracaya 2003). Imago yang baru muncul dapat langsung berkopulasi dan meletakan telur secara satu-persatu atau berkelompok pada permukaan atas daun atau bawah dengan produksi telur 180 sampai 320 per-ekor (Kalshoven 1981).

Telur berukuran kecil dengan bentuk oval berwarna kuning terang dan berubah menjadi coklat keabuan saat akan menetas. Menurut Hill (1983), masa inkubasi telur adalah 3 – 8 hari tergantung suhu. Pada ketinggian 250 m dpl (di atas permukaan laut) stadium telur adalah 2 hari, sedangkan pada ketinggian 1100 – 1200 m stadium telur 3-4 hari (Pracaya 2003).

(24)

4

(250 m dpl) sekitar 9 hari, sedangkan di dataran tinggi (1100 – 1200 m dpl) sekitar 12 hari (Pracaya 2003). Menurut Hill (1983), total periode larva bervariasi dari 14 – 28 hari. Panjang larva dapat mencapai 12 mm.

Pupa berukuran panjang 5 sampai 6 mm. Pupa dilindungi oleh kokon berupa jaring-jaring berwarna putih berbentuk silinder pada permukaan daun. Pupa berwarna hijau kemudian berwarna coklat hitam ketika akan menjadi imago. Stadium pupa antara 5 – 10 hari dengan panjang pupa 9 mm (Hill 1983). Menurut Pracaya (2003), stadium pupa di dataran rendah selama 4 hari sedangkan di dataran tinggi selama 6 – 7 hari.

Imago berukuran kecil, berwarna keabu-abuan dengan panjang sayap sekitar 15 mm. Pada sayapnya terdapat motif seperti berlian. Periode imago 14 hari dengan periode praoviposisi 2 – 3 hari dan imago dapat meletakkan telur 50 – 150 telur (Hill 1983). Lama hidup imago di dataran rendah 7 hari dan di dataran tinggi 20 hari (Pracaya 2003).

Pengendalian P. xylostella dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengendalian secara kultur teknis, tanaman perangkap, rotasi tanaman, tanaman resisten, pengendalian kimia, dan pengendalian biologi. Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan memanfaatkan parasitoid, diantaranya Diadegma semiclausum (Hymenoptera: Ichnemounidae), Apanteles sp. (Hymenopera: Braconidae), dan Cotesia plutellae. Menurut Hill (1983), di beberapa belahan dunia spesies ini telah resisten terhadap insektisida.

Bioekologi Crocidolomia pavonana (F.)

Crocidolomia pavonana adalah salah satu hama penting pada tanaman

(25)

5

Australia dan kepulauan Pasifik (Kalshoven 1981). Bagian tanaman yang diserang yaitu daun, titik tumbuh dan krop.

Imago bersifat nokturnal dan tidak tertarik cahaya. Telur yang berukuran 3 mm x 5 mm diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Serangga betina dewasa hidup 16 – 24 hari dan dapat memproduksi telur 11 – 18 kelompok, dan setiap kelompoknya terdiri dari 30 – 80 telur. Di Bogor, total perkembangan seluruhnya antara 22 – 30 hari (Kalshoven 1981). Telur berwarna hijau muda dan berubah menjadi kuning kecoklatan, menjelang menetas telur berwarna coklat. Stadium telur sekitar tiga hari (CABI 2000).

Larva instar satu bersifat gregarius, memakan daun pada permukaan bawah dengan menyisakan lapisan epidermis atas. Larva menghindari cahaya. Kepala larva instar awal berwarna hitam kecoklatan dengan tubuh berwarna hijau. Warna larva yang bervariasi, umumnya berwarna hijau dengan batas garis dorsal dan lateral berwarna hitam. Bagian lateral dan ventral berwarna kekuningan. Panjang larva sekitar 18 mm (Kalshoven 1981).

Pupa terbentuk di dalam tanah dengan dilindungi oleh kokon yang terbuat dari partikel-partikel tanah. Pupa berbentuk silinder dan berwarna coklat tua. Stadium pupa sekitar 9 – 13 hari (Pracaya 2003).

Pengendalian dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami, diantaranya dua spesies dari Tachinidae, tiga spesies Ichneumonidae, dan satu dari Braconidae (Kalshoven 1981).

Bioekologi Bacillus thuringiensis (B.)

(26)

6

Selama sporulasi B. thuringiensis memproduksi endospora dan kristal (Boucias & Pendland 1998). Menurut Alcamo (1983), anggota genus Bacillus

adalah bakteri yang diketahui dapat menghasilkan endospora. Strain Bt diketahui memproduksi beberapa racun yang berbeda. Racun-racun yang dihasilkan oleh Bt

yaitu δ-endotoxins, exotoxins, haemolysin, dan enterotoxins (Glare & O’Callaghan 2000). Toksin yang dihasilkan Bt pada fermentasi semi-padat adalah δ-endotoksin, α-eksotoksin, -eksotoksin, dan -eksotoksin. α-eksotoksin merupakan suatu enzim fosfolipsa C yang dapat memecahkan fosfolipida pada jaringan-jaringan serangga sasaran. -eksotoksin dieksresikan keluar sel dan dapat membunuh larva dan pupa Diptera dan beberapa Lepidoptera, dan -eksotoksin yaitu suatu fosfolipsa yang berpengaruh pada fosfolipida diduga dapat melepaskan asam-asam lemak dan substansi-substansi fosfolipida dalam jaringan-jaringan serangga sasaran (Sjamsuriputra, Sastramihardja, & Sastramihardja 1984). δ-endotoksin bersifat lethal bila termakan oleh serangga yang rentan (Bahagiawati 2002). Menurut Kratinger (1997), δ-endotoksin berfungsi mengacaukan sistem susunan pencernaan, yang akhirnya menimbulkan kematian. δ-endotoksintidak berbahaya pada mamalia, burung, dan ikan

Kristal protein Bt dibagi dalam lima kelas utama dengan aktivitas insektisidal yang spesifik, yaitu CryI efektif terhadap Lepidoptera, CryII terhadap Lepidoptera dan Diptera, CryIII terhadap Coleoptera, CryIV terhadap Diptera, CryV terhadap Lepidoptera dan Coleoptera, CryVI terhadap nematoda, Cry IXF terhadap Lepidoptera, dan CryX terhadap Lepidoptera (Marginodan 2002

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga dan Laboratorium Patologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari hingga Juli 2006.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu larva instar II

P. xylostella populasi Lembang dan Batu, larva instar II C. pavonana populasi Kejajar dan Batu, serbuk Cry1B dan Cry1C dari B. thuringiensis, air destilata steril, daun kubis, Triton X-100 (0.1%), daun brokoli, tanah, pupuk kandang, NPK, aluminium foil, kapas, dan kertas tissue.

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu wadah plastik (volume 30 ml), kurungan plastik dan kayu, labu takar, gelas piala (volume 10 dan 100 ml), tabung reaksi, pipet (volume 0,1; 1; 5; dan 10 ml), karet pipet, kuas, Cork borrer, timbangan elektrik, vorteks, pinset, mikroskop, counter, autoklaf, dan kawat ayam.

Persiapan Tanaman

Kubis

(28)

8

Brokoli

Biji brokoli disemai dalam nampan plastik yang telah diisi tanah dan pupuk kandang (1:1; v/v), setelah terbentuk kotiledon atau berumur dua minggu dipindahkan kedalam polibag berukuran 8 cm x 15 cm. Selanjutnya tanaman brokoli yang telah berumur satu bulan dipindahkan kedalam polibag yang lebih besar berukuran 35 cm x 35 cm dengan komposisi tanah dan pupuk kandang (2:1, v/v). Satu minggu setelah dipindahkan, tanaman brokoli diberi pupuk NPK (15:15:15), selanjutnya penambahan pupuk dilakukan setiap 15 hari. Tanaman brokoli digunakan sebagai pakan larva C. pavonana dan P. xylostella.

Pemeliharaan Serangga Uji

(29)

9

Larva C. pavonana berasal dari Jawa Tengah, Kabupaten Wonosobo, Kecamatan Kejajar, Desa Kejajar (11 Maret 2006), dan Jawa Timur, Kota Batu, Kecamatan Bumiaji, Desa Tulung Rejo (22 April 2006). Serangga yang diambil dari lapangan yaitu stadium larva. Larva yang diujikan pada generasi F1-3 sudah ada diatas dan larva instar kedua digunakan untuk perlakuan. Larva dipelihara dalam kotak plastik (30 cm x 25 cm x 5 cm) yang sebagian atas kotak berupa kasa dan diberi pakan daun brokoli bebas pestisida. Setelah larva mencapai instar akhir, kotak plastik dialasi serbuk gergaji dengan tebalnya ± 1cm dan atasnya diberi koran agar daun tidak langsung mengenai serbuk. Pupa yang sudah terbentuk dipindahkan ke dalam kurungan plastik (25 cm x 25 cm x 25 cm) yang bagian sisi depannya dilapisi kasa samapi menjadi imago. Imago diberi larutan madu 10% dengan menggunakan kapas sebagai makanan yang digantung dibagian atas kurungan. Tiga sampai empat daun brokoli untuk peletakan telur dimasukkan kedalam kurungan plastik yang pangkal daun dicelupkan ke dalam botol film yang telah diisi air. Daun yang terdapat telur dipindahkan kedalam cawan petri (diameter 15 cm) dan setelah menetas dipindahkan kedalam kotak plastik. Larva instar kedua digunakan sebagai pengujian.

Metode Pengujian

Uji Pendahuluan

(30)

10

sebanyak 5 ekor larva P. xylostella atau C. pavonana instar dua dimasukkan kedalam wadah plastik dengan menggunakan kuas. Tiap konsentrasi dilakukan 5 kali ulangan. Pada hari kedua daun diganti dengan daun segar yang telah diberi perlakuan. Pengamatan dilakukan dengan menghitung larva yang mati pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan (JSP).

Uji Lanjutan

Konsentrasi yang digunakan untuk uji lanjutan didapat dari hasil uji pendahuluan. Konsentrasi yang didapat adalah 5 mg/l; 8.5 mg/l; 15 mg/l; 25 mg/l; dan 45 mg/l untuk Cry1B dan Cry1C. Untuk populasi Batu dengan konsentrasi yang digunakan 5 mg/l; 9 mg/l; 17 mg/l; 32 mg/l; dan 60 mg/l untuk Cry1C. Setiap konsentrasi dilakukan 10 kali ulangan dengan 5 ekor larva P. xylostella

atau 5 ekor larva C. pavonana instar dua pada setiap wadahnya. Pada hari kedua daun diganti dengan daun segar yang telah diberi perlakuan. Pengamatan dilakukan dengan menghitung larva yang mati pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan (JSP).

Analisis Data

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Larva P. xylostella dan C. pavonana yang mendapat perlakuan Cry1B dan Cry1C B. thuringiensis memiliki aktivitas makan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat konsentrasi. Larva yang mendapat perlakuan Cry B. thuringiensis

pada konsentrasi yang lebih tinggi akan mengakibatkan kematian. Larva yang mati memiliki ciri-ciri ukuran kepala terlihat besar karena tubuh larva mengkerut (mengecil), tubuh larva berwarna coklat tua hingga kehitaman (Lampiran 5). Larva yang tidak mati akibat perlakuan akan kurang aktif bila disentuh, sedangkan larva yang mendapat perlakuan kontrol akan tetap makan secara aktif. Suhu pada saat perlakuan adalah 22-24 0C dengan kelembaban 76-78%.

Mortalitas P. xylostella strain Lembang (Cry1B)

0 20 40 60 80 100

24 48 72

Jam Setelah Perlakuan (JSP)

M

o

rt

a

li

ta

s (%

)

0

5

8.5

15

25

[image:31.612.173.451.355.512.2]

45

Gambar 1 Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas P. xylostella strain Lembang

(32)

12

dan 88%. Pada pengamatan 72 JSP tingkat mortalitas pada konsentrasi 5 mg/l; 8,5 mg/l; dan 15 mg/l dapat mencapai 44% hingga 66%, sedangkan pada konsentrasi 25 mg/l dan 45 mg/l tingkat mortalitas larva sebesar 94%. Tingkat mortalitas larva P. xylostella yang diberi perlakuan Cry1B yang lebih tinggi berbeda dengan kontrol pada pengamatan 48 dan 72 JSP (Gambar 1).

Mortalitas P. xylostella strain Lembang (Cry1C)

0 20 40 60 80 100

24 48 72

Jam Setelah Perlakuan (JSP)

Mo

rt

a

lita

s (

%

)

0

5

8.5

15

25

[image:32.612.178.455.240.442.2]

45

Gambar 2 Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas P. xylostella strain Lembang

(33)

13

terlihat bahwa masing-masing Cry1B dan Cry1C efektif untuk strain Lembang. Semua konsentrasi memiliki nilai yang lebih tinggi dengan kontrol (Gambar 2).

Mortalitas P. xylostella strain Batu (Cry1B)

0 20 40 60 80 100

24 48 72

Jam Setelah Perlakuan (JSP)

Mo

rt

a

lita

s (

%

)

0

5

8.5

15

25

[image:33.612.169.463.186.355.2]

45

Gambar 3 Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas P. xylostella strain Batu

(34)

14

Mortalitas P. xylostella strain Batu (Cry1C)

0 20 40 60 80 100

24 48 72

Jam Setelah Perlakuan (JSP)

[image:34.612.195.464.134.297.2]

M o rt a lit a s ( % ) 0 5 8.5 15 25 45

Gambar 4 Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas P. xylostella strain Batu

Pengamatan 24 JSP pada perlakuan Cry1C dan Cry1B dimana tingkat mortalitasnya dibawah 40%. Pengamatan 48 JSP pada konsentrasi 5 mg/l sebesar 56%, sedangkan pada konsentrasi 8,5 mg/l; 15 mg/l; dan 25 mg/l dan 45 mg/l tingkat mortalitas di atas 82%. Pada 72 JSP seluruh perlakuan menunjukkan tingkat mortalitas diatas 80%. Populasi Batu yang mendapat perlakuan Cry1C memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dibandingkan perlakuan Cry1B. Sedangkan pada konsentrasi 5 mg/l dan 8,5 mg/l pada Cry1B tingkat mortalitasnya dibawah 48%. Sedangkan Cry1C pada konsentrasi 5 mg/l tingkat mortalitasnya sebesar 80%. Hal ini menunjukkan bahwa Cry1C lebih efektif terhadap P. xylostella. Dari seluruh konsentrasi yang diujikan berbeda dengan kontrol (Gambar 4).

(35)

15

Tabel 1 Toksisitas Cry 1B terhadap Plutella xylostella

Strain Waktu (jam) n Fn Slope (SE) LC50 (95% CI) Lembang 72 300 F2 2.121 (0.322) 7.991 (2.845-12.419) Batu 72 300 F2 2.842 (0.375) 9.119 (4.184-13.800) n adalah jumlah serangga uji

Fn adalah generasi serangga uji ke-

Pengamatan 72 JSP nilai LC50 dari Cry1C terhadap larva P. xylostella strain Lembang sebesar 8,847 mg/l (Tabel 2). Sedangkan pada strain Batu nilai LC50 sebesar 1,174 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa strain batu lebih rentan terhadap perlakuan Cry1C dari pada strain Lembang.

Pada table 1 terlihat bahwa P. xylostella strain Lembang lebih rentan terhadap Cry1B dibanding strain Batu, sedangkan pada table 2 strain Lembang lebih resisten trhadap Cry1C dibandingkan strain Batu. Menurut hasil penelitian Setiawati (1996), populasi P. xylostella di daerah lembang dilaporkan telah resisten terhadap formulasi B. thuringiensis. Mohan & Gujar (2002), melaporkan bahwa populasi P. xylostella lebih rentan terhadap Cry1C yang dikoleksi dari

beberapa tempat di India. Perbedaan geografis didalam kerentanan dari

[image:35.612.130.516.535.598.2]

P. xylostella terhadap B. thuringiensis, kemungkinan perbedaan dalam tatanan genetik dan resisten terhadap tingkat penggunaan formulasi B. thuringiensis di lapangan (Sawant 1998 dalam Mohan & Gujar 2002).

Tabel 2 Toksisitas Cry 1C terhadap Plutella xylostella

Strain Waktu (jam) n Fn Slope(SE) LC50 (95% CI) Lembang 72 300 F2 1.672 (0.270) 8.847 (2.723 - 14.562)

Batu 72 300 F2 1.479 (0.460) 1.174

(36)

16

Mortalitas C. pavonana strain Kejajar (Cry1B)

0 20 40 60 80 100

24 48 72

Jam setelah Perlakuan (JSP)

[image:36.612.159.470.118.301.2]

Mo rt a lita s ( % ) 0 5 8.5 15 25 45

Gambar 5 Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas C. pavonana strain Kejajar

Perlakuan Cry1B terhadap larva instar kedua C. pavonana strain Kejajar pada pengamatan 24 JSP dengan konsentrasi 5 mg/l; 8,5 mg/l; dan 15 mg/l tidak menunjukkan adanya kematian, sedangkan pada konsentrasi 25 mg/l mortalitas

C. pavonana yaitu 2%. Pada konsentrasi 45 mg/l sebesar 24%. Pada pengamatan 48 JSP dengan Konsentrasi 5 mg/l; 8,5 mg/l dan 15 mg/l menunjukkan tingkat mortalitas dibawah 10%, sedangkan pada konsentrasi 25 mg/l mengalami peningkatan yaitu sebesar 46% dan konsentrasi 45 mg/l sebesar 90%. Pada pengamatan 72 JSP tingkat mortalitas pada konsentrasi 25 mg/l yaitu 80% dan 45 mg/l sebesar 98%. Sedangkan, pada konsentrasi 5 mg/l; 8,5 mg/l; dan 15 mg/l mengalami peningkatan yang tidak begitu besar. Namun, konsentrasi 5 mg/l; 8,5 mg/l dan 15 mg/l lebih rendah tingkat mortalitasnya dibandingkan dengan konsentrasi 25 mg/l dan 45 mg/l. kisaran mortalitas Cry1B dari konsentrasi 5 mg/l; 8,5 mg/l; 15 mg/l; 25 mg/l; dan 45 mg/l sebesar 26-98%. Secara keseluruhan tiap konsentrasi memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol Gambar 5).

(37)

17

JSP pada konsentrasi 5 mg/l dan 8,5 mg/l menunjukkan mortalitas dibawah 14%, sedangkan pada konsentrasi 15 mg/l; 25 mg/l; dan 45 mg/l menunjukkan mortalitas sebesar 52%; 54%; dan 70%. Mortalitas larva pada pengamatan 72 JSP mengalami peningkatan pada semua konsentrasi dengan kisaran 34% - 92%. Kematian larva setiap konsentrasi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (Gambar 6).

Mortalitas C. pavonana strain Kejajar (Cry1C)

0 20 40 60 80 100

24 48 72

Jam Setelah Perlakuan (JSP)

[image:37.612.159.462.238.415.2]

Mo rt a lita s ( % ) 0 5 8.5 15 25 45

Gambar 6 Pengaruh dan Cry1C terhadap Mortalitas C. pavonana strain Kejajar

(38)

18

Mortalitas C. pavonana strain Batu (Cry1B)

0 20 40 60 80 100

24 48 72

Jam Setelah Perlakuan (JSP)

Mo

rt

a

lita

s (

%

)

0

5

8.5

15

25

[image:38.612.146.452.124.295.2]

45

Gambar 7 Pengaruh dan Cry1B terhadap Mortalitas C. pavonana strain Batu

(39)

19

Mortalitas C. pavonana stain Batu (Cry1C)

0 20 40 60 80 100

24 48 72

Jam Setelah Perlakuan (JSP)

M

o

rt

al

it

as

(%)

0

5

8.5

15

25

[image:39.612.147.448.118.298.2]

45

Gambar 8 Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas C. pavonana strain Batu

Tabel 3 Toksisitas Cry 1B terhadap Crocidolomia pavonana

Strain Waktu (jam) n Fn Slope (SE) LC50 (95% CI) Kejajar 72 300 F2 2.716 (0.329) 14.806

Batu 72 300 F3 4.651 (0.479) 13.097 (11.716-14.609) n adalah jumlah serangga uji

Fn adalah generasi serangga uji ke-

Nilai LC50 Pada Cry1B terhadap C. pavonana strain Kejajar pada pengamatan 72 jam sebesar 14,806 mg/l, sedangkan pada strain Batu sebesar 13,097 mg/l (Tabel 3). Hal ini memperlihatkan strain Batu lebih rentan dibandingkan strain Kejajar. Pada strain Kejajar nilai selang kepercayaan tidak terbaca, hal ini karena keragaman yang terlalu tinggi akibat peningkatan mortalitas yang tidak konsisten.

[image:39.612.130.510.375.436.2]
(40)
[image:40.612.131.506.144.202.2]

20

Tabel 4 Toksisitas Cry 1C terhadap Crocidolomia pavonana

Strain Waktu (jam) n Fn Slope (SE) LC50 (95% CI) Kejajar 72 300 F2 2.566 (0.328) 9.726

Batu 72 300 F3 3.735 (0.369) 16.504 (11.090-24.800) n adalah jumlah serangga uji

Fn adalah generasi serangga uji ke-

(41)

21

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Cry1B dan Cry1C B. thuringiensis efektif untuk P. xylostella strain Lembang dan strain Batu. Nilai LC50 Cry1B B. thuringiensis terhadap strain Lembang lebih rendah dibandingkan strain Batu, sedangkan nilai LC50 Cry1C

B. thuringiensis strain Lembang lebih tinggi dibandingkan strain Batu. Cry1B dan Cry1C B. thuringiensis efektif untuk C. pavonana strain Kejajar dan Batu. Nilai LC50 Cry1B dan Cry1C strain Kejajar lebih rendah dibandingkan strain Batu.

Saran

(42)

21

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2000. Bioinsektisida alternatif Bt. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. http://www.indibiogen.or.id/produk/bacillus.php. [25 Januari 2006]

Alcamo, IE. 1983. Fundamental of Microbiology. Sydney: Addison-wesley Publishing company.

Bahagiawati A. 2002. Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida.

Buletin Agrobio 50(1):21-28.

http://www.indibiogen.or.id/terbitan/agrobio/agrobio5_1_2002 Bahagiawati.pdf. [25 Januari 2006].

Boucias DG, Pendland JC. 1998. Principles of Insect Pathology. London: Kluwer academic publishers.

CAB Internasional. 2000. Crop Protection Compedium Wallingford. UK: CAB [Common Wealth Agricultural Burequx] Internasional. Disajikan dalam compact disk (CD).

Deptan. 2006. Tanaman pangan dan hortikultura tahun 2003-2004 produksi, luas panen, dan produktivitas. Departemen Pertanian Pusat Data dan Informasi Pertanian. http://database.deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame.asp [24 Juli 2006].

Glare TR, dan O’Callaghan M. 2000. Bacillus thuringiensis Biology, Ecology and Safety. Chichester: John Wiley & Sons, LTD.

Hill Dennis S. 1983. Agricutural Insect Pest of the Tropics and their Control. Second edition. Australia : Cambridge University Perss.

Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops In Indonesia. Van der Laan PA, penerjemah. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-van Hoeve. Penerjemah: De Plagen Van de Culturagewassen in Indonesia.

Krattinger AF. 1997. Insect Resistance in Crop: A Case Study of Bacillus thuringiensis (Bt) and its Transfer to Developing Countries. ISAAA Briefs

No. 2. ISAAA: Ithaca, NY. Pp. 42.

Kumar KP and Gujar GT. 2004). Baseline susceptibility of the diamondback moth, Plutella xylostella (Linnaeus) to Bacillus thuringiensis Cry1A toxins in India. Crop Protection 24 (2005) 207-212.

Mohan M and Gujar GT. 2002. Geographical variation in larva susceptibility of the diamondback moth, Plutella xylostella (Lepidoptera: Plutellidae) to

Bacillus thuringiensis spore-crystal proteins and associated resistance development in India. Bulletin of Entomological Research 92, 489-498. Nieuwhof M. 1969. Cole Crop. Leonard Hill.

Permadi A, dan Sastrosiswojo S. 1993. Kubis. Lembang: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Hortikultura Lembang.

(43)

Pracaya IR. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar swadaya. Sastrosiswojo S, Uhan TS, dan Sutarya R. 2000. Penerapan Teknologi PHT pada

Tanaman Kubis. Lembang: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Setiawati W. 1996. Status Resistensi Plutella xylostella L. Strain Lembang, Pangalengan, dan Garut terhadap Insektisida Bacillus thuringiensis. J.Hort. 6(4):387-391.

Sjamsuriputra AA, Sastramihardja I, dan Sastramihardja US. 1984. Pengaruh Beberapa faktor lingkungan dalam optimasi produksi insektisida bakteri dari Bacillus thuringiensis var. aizawa IH-A. Laporan Penelitian No. 7827184. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(44)
(45)

25

Lampiran 1 Mortalitas Plutella xylostella terhadap dua strain yang berbeda pada uji pendahuluan

Mortalitas (%) Strain Bt

protein Konsentrasi (ppm) Jumlah larva yang diujikan Ulangan 24 JSP 48 JSP 72 JSP

kontrol 25 5 0 0 0

1 25 5 0 0 4

5 23 5 0 4 8

10 26 5 0 8 16

50 26 5 4 46 100

Cry 1B

100 25 5 44 96 96

kontrol 25 5 0 0 4

1 25 5 0 20 40

100 25 5 16 72 100

Lembang (28-29

Maret 2006)

Cry 1C

1000 20 5 45 100 100

kontrol 25 5 4 4 4

1 25 5 0 4 4

5 25 5 0 4 4

10 25 5 16 20 28

50 25 5 28 92 96

Cry 1B

100 25 5 44 100 100

kontrol 25 5 0 0 4

1 25 5 0 0 0

5 25 5 8 20 32

10 25 5 36 52 64

50 25 5 64 84 100

Batu (18 Mei 2006)

Cry 1C

(46)

26

Lampiran 2 Mortalitas Crocidolomia pavonana terhadap dua strain yang berbeda pada uji Pendahuluan

Mortalitas (%)

Strain Bt

Protein Konsentrasi (ppm) Jumlah larva yang diujikan Ulangan 24 JSP 48 JSP 72 JSP

kontrol 25 5 0 0 0

1 25 5 0 4 4

5 25 5 0 0 8

10 25 5 0 24 76

50 25 5 20 84 100

Cry 1B

100 25 5 52 96 100

kontrol 25 5 0 0 4

1 25 5 0 0 4

5 25 5 0 0 28

10 25 5 0 0 8

50 25 5 8 68 92

Kejajar

(28 April 2006)

Cry 1C

100 25 5 16 96 100

kontrol 25 5 0 0 0

1 25 5 0 0 0

5 25 5 0 0 8

10 25 5 0 0 8

50 25 5 0 0 8

Cry 1B

100 25 5 72 100 100

kontrol 25 5 0 4 4

1 25 5 4 4 12

5 25 5 0 8 16

10 25 5 0 4 8

50 25 5 4 8 16

Batu

(!8 Mei 2006)

Cry 1C

(47)

27

Lampiran 3 Mortalitas Plutella xylostella terhadap dua strain yang berbeda pada uji lanjutan

Mortalitas (%) Strain Bt

Protein Konsentrasi (ppm) Jumlah larva yang diujikan Ulangan 24 JSP 48 JSP 72 JSP

kontrol 50 10 4 6 8

5 50 10 14 36 44

8.5 50 10 10 40 52

15 50 10 20 60 66

25 50 10 34 84 94

Cry 1B

45 50 10 40 88 94

kontrol 50 10 0 0 2

5 50 10 10 22 38

8.5 50 10 14 34 40

15 50 10 32 58 76

25 50 10 28 66 76

Lembang (5-6 April 2006)

Cry 1C

45 50 10 30 72 86

kontrol 50 10 4 4 12

5 50 10 6 20 30

8.5 50 10 8 40 48

15 50 10 10 76 84

25 50 10 18 88 94

Cry 1B

45 50 10 30 92 94

kontrol 50 10 4 4 12

5 50 10 6 56 80

8.5 50 10 16 88 96

15 50 10 22 82 96

25 50 10 22 86 98

Batu (9 Juni

2006)

Cry 1C

(48)

28

Lampiran 4 Mortalitas Crocidolomia pavonana terhadap dua strain yang berbeda pada uji lanjutan

Mortalitas (%)

Strain Bt

Protein Konsentrasi (ppm) Jumlah larva yang diujikan Ulangan 24 JSP 48 JSP 72 JSP

kontrol 50 10 0 0 2

5 50 10 0 6 26

8.5 50 10 0 10 22

15 50 10 0 10 26

25 50 10 2 46 80

Cry 1B

45 50 10 24 90 98

kontrol 50 10 2 2 6

5 50 10 0 14 34

8.5 50 10 0 6 24

15 50 10 6 52 92

25 50 10 10 54 86

Kejajar (25 Mei 2006)

Cry 1C

45 50 10 20 70 92

kontrol 50 10 0 0 0

5 50 10 0 0 2

8.5 50 10 2 14 16

15 50 10 14 60 68

25 50 10 66 84 90

Cry 1B

45 50 10 64 90 98

kontrol 50 10 0 0 0

5 50 10 2 4 6

9 50 10 2 6 10

17 50 10 14 42 48

32 50 10 38 92 94

Batu (6 Juli 2006)

Cry 1C

(49)

29

Lampiran 5 Larva yang diberi perlakuan Cry B. thuringiensis (a) P. xylostella

(b) C. pavonana

(a)

(50)

30

Lampiran 6 Analisis probit P. xylostella strain Lembang

Intercepts and slopes unconstrained. Preparation is ( 2) 1b72

Not estimating natural response

parameter standard error t ratio 1b72 -1.915 0.365 -5.243 SLOPE 2.121 0.322 6.595

Variance-Covariance matrix

1b72 SLOPE 1b72 .1333719 -.1132350 SLOPE -.1132350 .1034718 Chi-squared goodness of fit test

preparation subjects responses expected deviation probability 1b72 50. 22. 19.312 2.688 .386241 50. 26. 28.043 -2.043 .560859 50. 33. 37.078 -4.078 .741563 50. 47. 43.253 3.747 .865050 50. 47. 47.440 -.440 .948792

chi-square 5.1696 degrees of freedom 3 heterogeneity 1.7232

A large chi-square indicates a poor fit of the data by the probit analysis model. Large deviations for expected probabilities near 0 or 1 are especially troublesome. A plot of the data should be consulted. See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.

Index of significance for potency estimation:

g(.90)=.21944 g(.95)=.40129 g(.99)=1.3518

"With almost all good sets of data, g will be substantially smaller than 1.0, and seldom greater than 0.4."

- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79. We will use only the probabilities for which g is less than 0.5

Effective Doses

dose limits 0.90 0.95 0.99 LD50 1b72 7.991 lower 4.481 2.845

upper 11.117 12.419

---

Intercepts and slopes unconstrained. Preparation is ( 4) 1c72

Not estimating natural response

Maximum log-likelihood -149.60126

parameter standard error t ratio 1c72 -1.5408397 .31703222 -4.8601990 SLOPE 1.6274176 .26998757 6.0277500

Variance-Covariance matrix

1c72 SLOPE 1c72 .1005094 -.8231772E-01 SLOPE -.8231772E-01 .7289329E-01

(51)

31

preparation subjects responses expected deviation probability 1c72 50. 19. 17.824 1.176 .356488 50. 20. 24.947 -4.947 .498942 50. 38. 32.629 5.371 .652573 50. 38. 38.661 -.661 .773213 50. 43. 43.868 -.868 .877354

chi-square 4.8132 degrees of freedom 3 heterogeneity 1.6044

A large chi-square indicates a poor fit of the data by the probit analysis model. Large deviations for expected probabilities near 0 or 1 are especially troublesome. A plot of the data should be consulted. See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.

Index of significance for potency estimation:

g(.90)=.24456 g(.95)=.44723 g(.99)=1.5065

"With almost all good sets of data, g will be substantially smaller than 1.0, and seldom greater than 0.4."

- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.

We will use only the probabilities for which g is less than 0.5

Effective Doses

dose limits 0.90 0.95 0.99

LD50 1c72 8.84709 lower 4.66761 2.72337

(52)

32

Lampiran 7 Analisis probit P. xylostella strain Batu

Intercepts and slopes unconstrained. Preparation is ( 2) 1b72

Not estimating natural response

parameter standard error t ratio 1b72 -2.7279980 .42241737 -6.4580630 SLOPE 2.8417912 .37460298 7.5861414

Maximum log-likelihood -130.96155

Variance-Covariance matrix

1b72 SLOPE 1b72 .1784364 -.1529800 SLOPE -.1529800 .1403274

Chi-squared goodness of fit test

preparation subjects responses expected deviation probability 1b72 50. 15. 16.082 -1.082 .321646 50. 24. 26.479 -2.479 .529571 50. 42. 38.140 3.860 .762806 50. 47. 45.308 1.692 .906166 50. 47. 48.926 -1.926 .978515 chi-square 6.4486 degrees of freedom 3 heterogeneity 2.1495

A large chi-square indicates a poor fit of the data by the probit analysis model. Large deviations for expected probabilities near 0 or 1 are especially troublesome. A plot of the data should be consulted. See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.

Index of significance for potency estimation:

g(.90)=.20686 g(.95)=.37829 g(.99)=1.2743

"With almost all good sets of data, g will be substantially smaller than 1.0, and seldom greater than 0.4."

- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.

We will use only the probabilities for which g is less than 0.5

Effective Doses

dose limits 0.90 0.95

LD50 1b72 9.11921 lower 5.76651 4.18379

upper 12.33333 13.80037

---

Intercepts and slopes unconstrained. Preparation is ( 4) 1c72

Not estimating natural response

parameter standard error t ratio 1c72 -.10317439 .47363411 -.21783564 SLOPE 1.4789809 .46045198 3.2120198

Maximum log-likelihood -71.564517

(53)

33

Variance-Covariance matrix

1c72 SLOPE 1c72 .2243293 -.2088450 SLOPE -.2088450 .2120160

Chi-squared goodness of fit test

preparation subjects responses expected deviation probability 1c72 50. 40. 42.255 -2.255 .845091 50. 48. 45.521 2.479 .910425 50. 48. 47.761 .239 .955213 50. 49. 48.911 .089 .978225 50. 49. 49.578 -.578 .991558

chi-square 3.1155 degrees of freedom 3 heterogeneity 1.0385

A large chi-square indicates a poor fit of the data by the probit analysis model. Large deviations for expected probabilities near 0 or 1 are especially troublesome. A plot of the data should be consulted. See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.

Index of significance for potency estimation:

g(.90)=.55749 g(.95)=1.0195 g(.99)=3.4341

"With almost all good sets of data, g will be substantially smaller than 1.0, and seldom greater than 0.4."

- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.

Effective Doses

dose limits 0.90 0.95

(54)

34

Lampiran 8 Analisis probit C. pavonana strain Kejajar

Intercepts and slopes unconstrained. Preparation is ( 2) 1b72

Not estimating natural response

parameter standard error t ratio 1b72 -3.1787021 .39814947 -7.9836903 SLOPE 2.7158288 .32943728 8.2438418

Maximum log-likelihood -132.18097

parameter standard error t ratio 1b72 -3.1787021 .39814947 -7.9836903 SLOPE 2.7158288 .32943728 8.2438418

Variance-Covariance matrix

1b72 SLOPE 1b72 .1585230 -.1273624 SLOPE -.1273624 .1085289

Chi-squared goodness of fit test

preparation subjects responses expected deviation probability 1b72 50. 13. 5.910 7.090 .118195 50. 11. 13.562 -2.562 .271248 50. 13. 25.800 -12.800 .516005 50. 40. 36.852 3.148 .737034 50. 49. 45.350 3.650 .906993

chi-square 27.614 degrees of freedom 3 heterogeneity 9.2048

A large chi-square indicates a poor fit of the data by the probit analysis model. Large deviations for expected probabilities near 0 or 1 are especially troublesome. A plot of the data should be consulted. See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.

Index of significance for potency estimation:

g(.90)=.75013 g(.95)=1.3718 g(.99)=4.6208

"With almost all good sets of data, g will be substantially smaller than 1.0, and seldom greater than 0.4."

- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.

Effective Doses

dose limits 0.90 0.95 LD50 1b72 14.80592

---

Intercepts and slopes unconstrained. Preparation is ( 4) 1c72

Not estimating natural response

parameter standard error t ratio 1c72 -2.5355368 .37703421 -6.7249516 SLOPE 2.5664928 .32836751 7.8159158

Maximum log-likelihood -133.20704

(55)

35

Variance-Covariance matrix

1c72 SLOPE 1c72 .1421548 -.1195081 SLOPE -.1195081 .1078252

Chi-squared goodness of fit test

preparation subjects responses expected deviation probability 1c72 50. 17. 13.770 3.230 .275405 50. 12. 23.694 -11.694 .473889 50. 46. 35.214 10.786 .704289 50. 43. 43.122 -.122 .862442 50. 46. 47.938 -1.938 .958760

chi-square 25.090 degrees of freedom 3 heterogeneity 8.3632

A large chi-square indicates a poor fit of the data by the probit analysis model. Large deviations for expected probabilities near 0 or 1 are especially troublesome. A plot of the data should be consulted. See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.

Index of significance for potency estimation:

g(.90)=.75822 g(.95)=1.3866 g(.99)=4.6706

"With almost all good sets of data, g will be substantially smaller than 1.0, and seldom greater than 0.4."

- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.

Effective Doses

(56)

36

Lampiran 9 Analisis probit C. pavonana strain Batu

Intercepts and slopes unconstrained. Preparation is ( 2) 1b72

Not estimating natural response

parameter standard error t ratio 1b72 -5.1955955 .55161392 -9.4188985 SLOPE 4.6506807 .47891475 9.7108737

Maximum log-likelihood -80.622575

parameter standard error t ratio 1b72 -5.1955955 .55161392 -9.4188985 SLOPE 4.6506807 .47891475 9.7108737

Variance-Covariance matrix

1b72 SLOPE 1b72 .3042779 -.2587504 SLOPE -.2587504 .2293593

Chi-squared goodness of fit test

preparation subjects responses expected deviation probability 1b72 50. 1. 1.295 -.295 .025893 50. 8. 9.564 -1.564 .191287 50. 34. 30.398 3.602 .607969 50. 45. 45.209 -.209 .904186 50. 49. 49.683 -.683 .993666

chi-square 2.9674 degrees of freedom 3 heterogeneity .99

Index of significance for potency estimation: g(.90)=.02869 g(.95)=.04074 g(.99)=.07036

Effective Doses

dose limits 0.90 0.95 LD50 1b72 13.09691 lower 11.93673 11.71627

upper 14.34842 14.60885

---

Intercepts and slopes unconstrained. Preparation is ( 4) 1c72

Not estimating natural response

parameter standard error t ratio 1c72 -4.5479414 .46039058 -9.8784416 SLOPE 3.7351913 .36941910 10.110986

Maximum log-likelihood -85.933938

parameter standard error t ratio 1c72 -4.5479414 .46039058 -9.8784416 SLOPE 3.7351913 .36941910 10.110986 Variance-Covariance matrix

1c72 SLOPE 1c72 .2119595 -.1653745 SLOPE -.1653745 .1364705

(57)

37

preparation subjects responses expected deviation probability 1c72 50. 3. 1.318 1.682 .026363 50. 5. 8.132 -3.132 .162641 50. 24. 25.958 -1.958 .519150 50. 47. 42.930 4.070 .858607 50. 48. 49.093 -1.093 .981861

chi-square 8.0217 degrees of freedom 3 heterogeneity 2.6739

A large chi-square indicates a poor fit of the data by the probit analysis model. Large deviations for expected probabilities near 0 or 1 are especially troublesome. A plot of the data should be consulted. See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.

Index of significance for potency estimation: g(.90)=.14486 g(.95)=.26490 g(.99)=.89231

"With almost all good sets of data, g will be substantially smaller than 1.0, and seldom greater than 0.4."

- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.

We will use only the probabilities for which g is less than 0.5

Effective Doses

dose limits 0.90 0.95 LD50 1c72 16.50413 lower 12.55348 11.08991

upper 21.79639 24.79901

Gambar

Gambar 1  Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas P.  xylostella strain Lembang
Gambar 2  Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas P. xylostella strain Lembang
Gambar 3  Pengaruh Cry1B terhadap mortalitas P.  xylostella strain Batu
Gambar 4  Pengaruh Cry1C terhadap mortalitas P.  xylostella strain Batu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak 64% pegawai melihat dari perbedaan kewenangan setelah pelaksanaan desentralisasi yang memberikan kewenangan penuh pendidikan dasar dan menengah pada Dinas Pendidikan

Respon Masyarakat Terhadap Kuesioner Tentang Tanaman Cabe Jamu Di Desa Gapura Timur Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep: Dari hasil penelitian tentang tanaman cabe jamu

Pada kedalaman lebih dari 1300 µ m, tidak terjadi perbedaan kekerasan dengan base material yang mengindikasikan tidak ada penam- bahan Karbon selama proses karburasi sehingga

Gambar 4.16 Guru Menuliskan Angka dengan Cara Meniru Angka Menggunakan Kartu Angka Menggunakan Finger Painting pada Kartu Angka 92 Gambar 4.17 Anak menulis angka 1-10 dengan

Tarigan (1987) menjelaskan, “Membaca adalah gudang ilmu dan ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari melalui membaca”. “Membaca merupakan salah satu

Perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian dari suatu tindakan, sejalan dengan pendapat diatas Wibowo (2004:20),

Peneliti telah meneliti dan menganalisis fenomena gaya manajemen konflik antar pribadi pada pasangan commuter marriage (studi fenomenologi pada pasangan tentara

1 Saya tidak keberatan untuk beralih ke e-commerce lain jika memiliki fungsionalitas yang lebih baik 2 Saya berniat untuk meningkatkan penggunaan e-.. commerce di