•
MANGROVE & PESISIR terbit tiga kali dalam setahun adalah jurnal yang diterbitkan Pusat studi Pesisir dan Kelautan (PSPK) Universitas Bung Hatta, dengan Bung Hatta Press. Pusat studi ini beranggotakan stat pengajar yang menekuni dan peduli terhadap perkembangan kawasan Pesisir, Kelautan dan Perikanan secara menyeluruh Jurnal ini diterbitkan dengan melibatkan alumni dan pakar sebagai pengelola. Sebagai sebuah jurnal yang ditujukkan untuk umum dengan pendekatan ilmiah dan jurnalistik, MANGROVE & PEStslR berupaya menjaga independensi penyajian dengan menampung pendapat siapapun dan apapun untuk kemajuan kawasan pesisir. Silang pendapat yang konstruktif berusaha disuguhkan untuk mendapatkan penanganan terbaik kawasan pesisir, khususnya pesisir Sumatera Barat dan Indonesia secara umum. Untuk pengembangan masa akan datang, jurnal ini membuka kesempatan kepada pihak manapun yang tidak mengikat memberikan bantuan, baik moril maupun materi!.
Pelindung Direktur LPPM ,Universitas Bung Hatta
Penanggung Jawab
Ketua Pusat Studi Pesisir dan Kelautan Universitas Bung Hatta
Pemimpin Umum Dr. Ir. En; Kamal, M.Sc
Pemimpln Redaksi Harfiandri Damanhuri, S.PL, M.Se
Dewan Redaksi Ir. Suardi ML Dr. Ir. Usman Bulanin, MS
Drs. Rusdji Tamin Boy Yendra Tamin, SH., M.Hum
Ir. Hasan Basri Nasution Dr. Ir. Abdullah Munzir. M.Si
Ir. H. Gusti Arsal Penasehat Ahli
Prof. Dr. Marlis Rahman. M. Se (UNAND) Prof. Dr. Japar Sidik Bujang (UPM Malaysia) Prof. Dr. Yunazar Manjang (Rektor Universitas Bung Hatta)
Stat Redaksi Silmi Riza Satitri. S.Pi
Mustika Sari, S.Pd Penerbit Kerjasama
Pusat Studi Pesisir dan Kelautan Universitas Bung Hatta Padang
dengan Bung Hatta Press
Alamat Redaksi, Sirkulasi dan Iklan Sekretariat Pusat studi Pesisir dan Kelautan
Kampus I Universitas Bung Hatta ,
JI. Sumatera Ulak Karang. Padang 25133. Telp. (0751) 7051678 Ekst 329; faks.(0751) 7055475 email; pspkubh@yahoo.coJd
- - - --
..
セセセセセセセセNᄃNCdセddddセdセpdセセᄃセセセセセセセセセセセセセセセセセセセセセセセセセセセセ セセセセセCNセ@
# #
セ@ . セ@
セ@ セ@
セ@ セ@
セ@ #
=
§J
g Bismillahirrahmaanirrahiiiim...7(p:ta <PefllJantar
=
D
g
,
§ セ@
=
Pembaca yang budiman, sesuai dengan rencana sebelumnya bahwa Jumal Mangrove dan Pesisir=
: terbit 3 kali setahun yaitu; pada bulan Februan, Mei dan Desember maka untuk edisi pertamaJ
: tahun ini kami kembali lagi mengunjungi pembaca.
=
セ@ g
#
D
=
Untuk maklumat bagi pembaca bahwa Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas:=
Bung Hatta telah berganti nama menjadi Pusat Studi Pesisir dan Kelautan yang dituangkan=
セ@
D
=
dengan SK Rektor No. 2457/KP/UMIN2006 Tanggal 1 Me; 2006 Tentang Pengantian Pusat:=
Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir (PKMKP) menjadi Pusat Studi Pesisir dan Kelautan (PSPK)=
=
Universitas Bung Hatta, dan untuk seterusnya jumal ini bemaung pada Pusat Studi Pesisir dan=
セ@ セ
J
Kelautan Universitas Bung Hatta.=
g セ
J
Pada nomor ini kami menampilkan hasil penelitian dan para peneliti di Pusat Studi Pesisir danJ
セ@
I
Kelautan dan Fakultas Perikanan, Universitas Bung Hatta dan beberapa peneliti dan lembaga=
g
lainnya dengan topik: Uji Coba Penggunaan Tudung Petromaks 8erbentuk Kerucut Pada 8agan=
セ@ セ
=
Apung; Alokasi Unit Penangkapan Cakalang, Menuju Usaha Perikanan Berkelanjutan di PerairanS
g
Sorong; Pengaruh Jenis Alat Tangkap Terhadap Hasil Tangkapan Kepiting di Perairan Estuaria=
J
Muaro Panjalinan Kota Padang; Pengembangang Unit Penangkapan 8ubu Kawat di Pulau Sebesi=
セ@ セ
J
Kabupaten Lampung Selatan; Simulasi Dampak Keterkaitan Pertumbuhan Sektor Penkanan danI
f:
Industri Terhadap Pendapatan Nasional: Suatu Analisis Pendekatan Ekonometrika; Identifikasi=
J
Vegetasi dan Zonasi Mangrove di Kawasan Pesisir Sungai Pinang Kabupaten Pesisir Selatan=
§ セ
=
Sumatera Barat; dan Pengelolaan Kawasan Perairan Pulau Pieh dan Sekitarnya Ditinjau dari=
=
Dimensi Kawasan Konservasi Laut dan Wisata Bahan.=
セ@ セ@
§ セ@
g
Dengan sagala kerendahan hati kami masih tetap menantikan hasilhasil penelitian dan para=
# セ
I
peneliti yang konsen pada pengembangan IImu Penkanan dan Teknologi Kelautan, yang dapat=
=
terbit pada Jurnal Mangrove dan Pesisir. Kritik dan saran demi kemajuan kualitas jurnal ini sangat=
=
kami nantikan. Semoga berbagai kajian yang disajikan pada jurnal ini bermanfaat bagi para=
g セ
I
pembaca. Terima kasih. セ@セ@ セ@
セ@ セ@
" Padang, Februari 2008 II
セ@ セ@
=
RedaksiJ
セ@ セ@
セ@ セ@
セ@ セ@
セセセセセセセセセセセセセセオセセセセセオセセセセセオセオセセセセセセセセオオオオセセセセオセオセセセセセオオセセオセセセオ@
PENGEMBANGAN UNIT PENANGKAPAN BUBU KAWAT 01 PULAU SEBESI KABUPATEN lAMPUNG SElATAN
Oleh:
Oiniah1J, Moch. Prihatna Sobari1J, Chandra Hermawan21
1) StafPengajar di Sag/an Teknologi Alat Penangkapan Ikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan IPS
2) Alumni Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPS
Abstrak
Berdasarkan hasi/ analisis teknis diketahui bahwa bubu kawat terbuat dari kawat weldingmesh
dengan mesh size 2
x
2 em, panjang 99 em, lebar 66 em, tinggi 24 em, lebar mulut bagian luar 41 em,lebar mulut bagian dalam 18 em, bentuk mu/ut mengerucut dan pintu untuk mengambil hasil
tangkapan berukuran 15 x 15 em. Kapal berdimensi panjang 6 meter, lebar 0,8 meter dan draft 0,6
meter, serla menggunakan tenaga penggerak motor tempel berukuran 5,5 PK. Komposisi hasH
tangkapan bubu kawat yang dominan, yaitu kerapu lodi dan taji. Keduanya memiliki nilai ekonomis tinggi. Berdasarkan analisis finansial diperoleh keuntungan usaha penangkapan sebesar
Rp26.917.567, 14. Nilai Payback Period (PP) ada/ah 0,26 tahun, Return of Investment (ROI) ada/ah
378% serla analisis imbangan penerimaan (RIC) ada/ah 1,82. Pada skenario perlama, yaitu modal
sendiri nila; Net Present Value (NPV) ada/ah Rp6. 044. 852,90, Net Benefit Cost Ratio (Net BIC) ada/ah
2,q;l, serla Intemal Rate of Return (lRR) ada/ah 58%. Pada skenario kedua, yaitu adanya bantuan
dari Dinas Penkanan dan Kelautan nilai Net Present Value (NPV) ada/ah Rp6.044.852,90, Net bセョ・ヲゥエ@
C9st Ratio (Net BlC) ada/ah 2,57, serla Internal Rate of Return (lRR) ada/ah 80%, maka usaha penangkapan bubu kawat layak karena nilai NPV>O, Net BIC>1 dan IRR>diseount rate. Analisis sensitivitas pada unit penangkapan bubu kawat menunjukkan hasil bahwa dengan faktor input kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar lebih dan 50,17%, maka usaha ini tidak layak untuk dikembangkan.
Kata Kunci: Unit penangkapan bubu kawat, aspek teknis, aspek finansial, Pulau Sebesi.
PENOAHULUAN penangkapan bubu kawat di Pulau
Sebesi, sehingga menjadi dasar untuk
latar Belakang
melakukan kajian ini.Bubu merupakan salah satu jenis unit
penangkapan ikan yang banyak Penelitian In! bertujuan untuk
digunakan nelayan dalam pemanfaatan mengidentifikasi rancang bangun, teknik sumberdaya perikanan tangkap di sekitar pengoperasian, komposisi hasil tangkapan Pulau Sebesi. Jenis bubu yang bubu kawat dan prod u ktivitasnya, serta dioperasikan di sana adalah bubu kawat. menentukan tingkat keuntungan dan Pengusahaan unit penangkapan bubu kelayakan pengusahaan unit
kawat belum berlangsung lama di perairan penangkapan bubu kawat. Dengan kajian I' ini, karena sebelumnya nelayan lebih tersebut diharapkan dapat menduga
banyak menggunakan pancing. sejauh mana kegiatan perikanan bubu Penggambaran rancang bangun bubu kawat ini memberikan peluang bisnis bagi kawat, metode pengoperasian, komposisi nelayan di sekitar Pulau Sebesi.
hasi! tangkapan dan produktivitasnya,
tingkat keuntungan serta METOOOlOGI
pengembangannya menjadi daya tarik
untuk dikaji secara teknik dan finansial. Pengamatan dan pengambilan data Sampai dengan tahun 2006 belum ada lapangan telah dilakukan di sekitar Pulau kajian tersebut terhadap unit Sebesi Kabupaten Lampung Selatan pada
Bulan Februari 2007. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Satuan . kasusnya adalah aktivitas penangkapan ikan menggunakan unit penangkapan bubu kawat di Pulau Sebesi, Desa Tejang Perairan Pulau Sebesi, Kecamatan Raja Basa, Kabupaten Lampung Selatan.
Data primer diperoleh melalui pengamatan secara langsung di lapang mengenai seluruh kegiatan unit penangkapan bubu kawat dan wawancara terhadap 25 orang responden. Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling,
dengan pertimbangan bahwa responden adalah nelayan sebagai pemilik sekaligus
Produktivitas (P, ton/unit)
=
Produktivitas juga dihitung untuk mengetahui produktivitas per alat tangkap,
orang yang menjaJankan usaha penangkapan ikan menggunakan bubu kawat dalam kurun waktu lebih dari satu tahun. Data sekunder untuk kurun waktu tujuh tahun terakhir diperoleh dari instansi dan lembaga yang terkait.
Kajian teknisfinansial dilakukan terhadap data yang diperoleh. Kajian teknis diperoleh melalui penggambaran rancangbangun bubu kawat, metode pengoperasian, komposisi hasil tangkapan dan produktivitasnya. Menurut Ravianto J (1986), produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan, menggunakan rumus:
Hasil tangkapan (C, ton) Unit penangkapan ikan (E, unit)
produktivitas per trip dan produktivitas per nelayan dengan rumus:
Produktivitas bubu kawat (kg/unit)
=
Jumlah hasil tangkapanHセァI
Jumlah bubu kawat (unit) Produktivitas per trip (kgltrip)=
Jumlah hasH tangkapan (kg)toe
エセ@
:S
Produktivitas ne/ayan (kg/orang)
=
Analisis finansial dilakukan dengan pendekatan analisis usaha dan kriteria investasi untuk menilai tingkat keuntungan, kelayakan dan sensitivitas unit usaha penangkapan bubu kawat di Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan. Menghitung pendapatan usaha (Sugiarto et a/. 2002) dilakukan menggunakan.rumus:
7T
=
TR- TC Dengan kriteria :Jika TR > TC, maka kegiatan usaha memperoleh keuntungan, sehingga layak untuk dilanjutkan;
Jika TR
<
TC, maka kegiatan usaha mengalami kerugian, sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan;Mangrove dan Pesisir Vol. VIII No. 1/2008
Jumlah trip (trip)
Jumlah hasH tangkapan (kg) Jumlah ne/ayan (orang)
Jika TR
=
TC, maka usaha berada dalam titik impas atau tidak memperoleh keuntungan atau tidak mengalami kerugian.Nilai revenue-cost ratio (RIC) dihitung menggunakan rumus (Sugiarto et a/.
2002):
RlC= TR
TC
Perhitungan payback period (PP) dilakukan menggunakan rumus (Umar H 2003) :
P b k P rI d Hilai Investasi X 1 tahun
ay: ae e 0
=
Keuntungani
Return of Investment (ROI) dihitung menggunakanrumus:
ROI = k・オョエオョァセョ@ X 100% Investasl
Net Present Value (NPV) dihitung menggunakan rumus (Kadariah. L Karlina dan C Gray 1999) :
セbエMcエ@
NPV
=
L.
(1
.)t
t=1 1
Keterangan :
Bt
=
benefit dari suatu proyek pada tahun ket;Ct = biaya dari suatu proyek pada tahun ket;
=
tingkat suku bunga yang berlaku; dann
=
umur proyek. Dengan kriteria :Jika NPV
>
0, maka proyek layak untuk dilanjutkan;Jika NPV < 0, maka proyek supaya ditolak artinya, ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumbersumber yang diperlukan proyek;
Jika NPV
=
0, maka proyek tersebut mengembalikan persis sebesaropportunity cost of capital.
Net benefit ratio dinyatakan dengan rumus (Kadariah, L Karlina dan C Gray 1999) adalah
ゥbエMセZ@
NetBlC= 1=1 (1+1)
=
[Bt-Ct>O]
i
Ct-Bt [Bt-Ct<O]
t=1 (1
+
i)1Dengan kriteria :
Jika Net SIC セ@ 1, maka NPV >
a
artinya proyek layak untuk dilanjutkan; "Iika Net BlC < 1, maka proyek supaya ditolak artinya, proyek tidak layak untuk dilanjutkan.
Internal Rate of Return (lRR) dihitung menggunakan rumus (Kadariah, L Karlina dan C Gray 1999) :
" NPV' .. 1'"' ,.')
IRR
=
I+
NPV'.NPV" t l -r
Keterangan :
IRR
=
Internal rate of return;i'
=
tingkat bunga yangmenghasilkan NPV positif;
i
"
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif;NPV' = NPV pada suku bunga i';
NPV"
=
NPV pada suku bunga i". HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis Teknis
Bubu kawat (Gambar 1) yang beroperasi di Pulau Sebesi bersifat pasif dan berada di dasar perairan, menurut Subani W dan HR Barus (1989) termasuk dalam klasifikasi bubu dasar. Dalam satu unit penangkapan bubu kawat terdiri atas 510 buah bubu. Bubu terbuat dari kawat
weldingmesh dengan mata berbentuk bujursangkar berukuran 2 x x cm. Dimensi (panjang x lebar x tinggi) bubu adalah 99cm x 66cm x 24cm. Konstruksi bubu kawat yang beroperasi di Pulau Sebesi terdiri atas badan bubu, muJut dan rangka. Pad a badan bubu terdapat pintu untuk mengeluarkan hasil tangkapan. Pintu terbuat dari kawat yang berukuran 15 x 15 cm, serta memakai bambu sebagai alat pengunci. Mulut bubu berfungsi sebagai tempat masuknya ikan, berbentuk mengerucut.
Perahu yang digunakan dalam pengoperasian bubu kawat di Perairan Pulau Sebesi adalah perahu jukung atau biasa disebut perahu ketingting (Gambar 2). Perahu terbuat dari kayu bungur
(Lagerstroe mia speciosa pers) atau kayu wungu ketangi (Lytheraceae sp) dengan dimensi (L x B x D) 6 m, lebar 0,8 m dan
depth atau tinggi 0,6. Di bag ian samping kiri dan kanan perahu terdapat tiang penyangga agar perahu dapat selalu seimbang. Tenaga penggerak yang
digunakan adalah motor tempel (outboard penangkapan ikan memerlukan bahan
engine) berkekuatan 5,5 PK dengan bakar bensin sebanyak 4 liter. bahan bakar bensin. Satu trip
···..··r
T =TML =24 ern
T
Keterangan: [image:8.612.61.502.60.558.2]. . . m..
1
Panjang =99 em Lebar =66em Tinggi ;: 24 em Lebar mutut luar "" 41 em Lebar mulut tengah=
28 em Lebar mulut dalsm ;: 18 em Tinggi mulut luar == 24 em Tinggi mulut tengah = 18 em Tinggi mulut dalam=
18 emGambar 1 : Alat Tangkap Bubu
Kawat
Unit penangkapan bubu kawat perairan. Pengoperasian bubu kawat dioperasikan oleh 12 orang nelayan. dibagi menjadi empat tahap, yaitu Nelayan mempunyai tugas masing- persiapan, setting, soaking, dan hauling.
masing. Nelayan pertama bertugas Alat bantu pengoperasian unit mencan daerah penangkapan ikan penangkapan bubu kawat, yaitu mesin dengan cara menyelam, seTta memasang kompresor. Mesin ini digunakan apabila bubu kawat yang dioperasikan. Nelayan pemasangan bubu kawat dilakukan pada kedua bertugas sebagai juru mudi, juru kedalaman lebih dari 3 meter. Bubu kawat mesin dan membantu dalam pemasangan yang telah terpasang akan direndam bubu kawat yang dioperasikan. selama 1 2 han. Hauling akan dilakukan pada pagi hari berikutnya setelah Pengoperasian unit penangkapan bubu perendaman.
kawat bersitat pasit berada di dasar
Mangrove dan Pesisir Vol. VIII No. 1/2008 37
i
I
I
I
I
I
I
1
'I
I'"
1'''1
:S
I
I
I
I
I
I
Sm
11
,
5m
I,Im
1:
..
Tampakatas
1m
I.Im
"
[image:9.612.73.451.45.525.2]Tampak samping
Gambar 2: Perahu Bubu Kawat
HasH tangkapan seluruhnya berjumlah 83 2 ekor (2,41%) tetapi dengan berat ekor dengan be rat 39,60 kg (Tabel 1). berbeda. Masingmasing beratnya yaitu Hasil tangkapan didominasi oleh ikan taji 2,10 kg dan 1,40 kg. Jenis ikan karang lain
(Ctenochaetus striatus), berjumlah 25 ekor yang diperoleh selama penelitian adalah (30,12%) dengan berat 10 kg. Hasil kapeh (Pseudanthias squamipinnis), tangkapan yang paling sedikit adalah ketangketang (Drepane punctata), kerapu kerapu karet (Epinephelus ma/abaricus) lodi (Plectropomus maeu/ates), kerapu dan ikan kakap merah (Lutjanus lumpur (Epinephelusn tanvina).
timorensI), yaitu masingmasing berjumlah
Tabel1: Hasil Tangkapan selama Penelitian di Perairan Pulau Sebesi Tahun 2007.
Jumlah
No. Nama Ikan Nama Latin
Ekor
%
k %Ctenochaetus striatus Epinephe/us malabaricus Plectropomus maculates Epinephelus tanvina Lutanus timorensis
Pseudanthias squamipinnis
Dre ane punctata
Sumber: Hasil penelitian
[image:10.612.44.498.56.301.2]Produktivitas unit penangkapan bubu kawat pada tahun 2006 adalah sebesar 30,84 kg per tahun, 6,17 kg per bubu, セ@ ,23 kg per trip, 15,42 kg per nelayan, produtivitas pada tahun 2006 berdasarkan
Tabel2: Produktivitas Komponen Unit Penangkapan Bubu Kawat di Perairan Pulau Sebesi tahun 2006
Komponen Unit Penangkapan Bubu Kawat Produksi per unit penangkapan
Produksi per alat bubu kawat Produksi per trip
Produksi per nelayan
Produksi per biaya operasional Produksi per biaya investasi
Sumber. DlOiah dar! data sekunder Tahun 2006
Musim penangkapan ikan didekati melalui produksi atau hasil tangkapan bulanan ratarata. Jenis ikan yang diduga musim penangkapannya adalah kerapu lodi dan taji yang merupakan ikan yang dominan tertangkap selama penelitian berlangsung, serta termasuk ikan bernilai ekonomis tinggi. Ikan taji paling banyak tertangkap pada Bulan Maret, terjadi peningkatan yang エ。ェセュ@ dari Bulan Februari, sedangkan pada Bulan April hasil
25 30,12 10,00 25,25
2 2,41 2,10 5,30
11 13,25 16,90 42,68 4 4,82 4,90 12,37
2 2,41 1,40 3,54
21 25,30 1,30 3,28 18 21,69 3,00 7,58 83 100,00 39,60 100,00
biaya operasional adalah sebesar 0,0000034 kg per rupiah dan produtivitas pada tahun 2006 berdasarkan biaya investasi adalah sebesar 0,0000259 kg per rupiah (TabeI2).
Produktivitas 30,84 kg/unit penangkapan
6,17 kg/alat bubu kawat 1,23 kg/trip 15,42 kg/orang 0,0000034 kg/Rp 0,0000259 kg/Rp
tangkapan taji mulai menurun. Hasil tangkapan ikan kerapu lodi tertinggi diperoleh pada Bulan April, kemudian menurun dan meningkat lagi pada Bulan September. Oleh karena itu, perkiraan waktu yang baik untuk menangkap ikan taji adalah pada Bulan Maret dan April, sedangkan ikan kerapu lodi lebih baik ditangkap pada Bulan April dan September (Gambar 3).
14
!
12i
c: 10S
'" 84 2 o
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
[image:11.612.104.411.55.201.2]Bulan
Gambar 3: Musim Penangkapan Hasil Tangkapan Dominan
Analisis Finansial sebesar Rp26.917.567,14 per tahun. Nilai RIC diperoleh sebesar 1,82, berarti setiap
Analisis Usaha satu rupiah yang dikeluarkan dapat
Total investasi yang diperlukan untuk unit menghasilkan keuntungan sebesar usaha penangkapan bubu kawat adalah RpO,82. Nilai ROI diperoleh 378%, berarti sebesar Rp7.125.000,00. Total biaya setiap satu rupiah yang diinvestasikan dalam usaha unit penangkapan bubu akan memberikan keuntungan sebesar kawat di Pulau Sebesi adalah sebesar 378%. Nilai PP diperoleh sebesar 0,26, Rp32.740.282,86 per tahun. Total berarti waktu yang dibutuhkan untuk penerimaan unit penangkapan bubu kawat pengembalian biaya investasi yang telah dalam satu tahun sebesar dikeluarkan akan kembali dengan Rp59.657.850,00 per tahun. 8erdasarkan keuntungan sebesar Rp26.917.567,14 per total penerimaan yang diperoleh dan biaya tahun dalam waktu 0,26 tahun atau 3,12 total yang dikeluarkan, maka keuntungan bulan. Data selengkapnya dapat dilihat yang diperoleh usaha unit penangkapan pada Tabel 3.
bubu kawat di Pulau Sebesi adalah
Tabel 3: Keuntungan, RIC ratio, PP dan ROI
Uraian AnaUsis Usaha Nilai
Keuntungan (Rp) 26.917.567,14
RIC 1,82
ROI(%) 378,00
pp
0,26SUmber. D/O/ah dart data pnmer Tahun 2007
Analisis Kriteria Investasi kedua mesin tempel merupakan bantuan Analisis kriteria investasi unit dan Dinas Perikanan dan Kelautan, penangkapan bubu kawat di Perairan Kabupaten Lampung Selatan. Nilai kriteria Pulau Sebesi ini digunakan dua skenario, investasi untuk kedua skenario tersebut yaitu skenario pertama sumber modal dapat dilihat pada Tabel 4.
berasal dari modal sendiri dan skenario
Tabel 4: Nilai Kriteria Investasi pada Kedua Skenario selama Tahun Proyek, Tahun
2007
No Keterangan Skenario 1 Skenario 2
1 NPV(Rp) 6.044.852,90 6.044.852,90
2 NatBIC 2,02 2,57
3 IRR(%) 58,00 80,00
Sumber. DlOiah dan data primer Tahun 2007
Mangrove dan Pesisir Vol. VIII No. 1/2008
40
;
I
,
'II [image:11.612.118.406.433.527.2] [image:11.612.34.491.625.740.2]Skenario pertama, modal yang digunakan penangkapan bubu kawat dapat layak adalah modal sendiri. Nilai NPV yang untuk dikembangkan.
diperoleh usaha unit penangkapan bubu
kawat sebesar Rp6.044.852,90. Net BIC Analisis Sensitivitas
diperoleh sebesar 2,02, nila; 1m HasH anal isis sensitivitas dengan merupakan perbandingan net benefit menggunakan metode switching value positif dengan net benefit negative selama menunjukkan bahwa apabila エ・セ。、ゥ@
tahun proyek pada tingkat discount rate kenaikan harga bensin sebesar 50,167% sebesar 20%. IRR diperoleh sebesar 58%. dan Rp6.000,00 per liter menjadi Hal ini menggambarkan bahwa nUai Rp9.010,00 per liter, pada skenano investasi yang ditanamkan pada usaha pertama usaha unit penangkapan bubu unit penangkapan bubu kawat akan kawat tidak layak untuk dilanjutkan (Tabel membenkan manfaat internal sebesar 5). Hal ini, ditunjukan oleh nilai NPV yang 58% setiap tahunnya. Nilai IRR tersebut bernilai negatif (Rp97.921,20). Nilai lebih besar dan discount rate yang berlaku tersebut mempunyai arti bahwa, apabila pada saat penelitian berlangsung (20%), terjadi kenaikan harga bensin sebesar hal ini menunjukkan bahwa usaha unit 50,167%, maka tingkat kerugian yang penangkapan bubu kawat layak untuk akan ditenma adaiah sebesar
dikembangkan. Rp7.155.902,28 atau akan turun sekitar
98,650%, jika dibandingkan dengan Skenano kedua, bantuan modal yang sebelum kenaikan harga bensin diawal berasal dari Dinas Penkanan dan usaha, sehingga usaha tersebut sudah Kelautan, Kabupaten Lampung Selatan, tidak layak untuk dilanjutkan. Net BlC
yaitu berupa motor tempe!. Bantuan yang diperoleh lebih kecil dari satu, yaitu tersebut merupakan dana bergulir yang sebesar 0,99, menurun sekitar 1,03% atau harus dike;nbalikan selama umur proyek, 50,990% dan sebelum kenaikan harga dengan discount factor diperoleh dari bensin.
tingkat suku bunga pinjaman· sebesar Hasil analisis sensitivitas pada skenario 20%. Nilai NPV diperoleh usaha unit kedua (Tabel 6) menunjukkan bahwa penangkapan bubu kawat sebesar usaha unit penangkapan bubu kawat tidak Rp6.D44.852,90. Net BIC diperoleh layak untuk dilanjutkan. Hal ini ditunjukan sebesar 2,57 pada tingkat discount rate oleh nilai NPV yang bernilai negatif
20%. IRR yang diperoleh apabila mesin (Rp1.504,88). Net BIC yang diperoleh merupakan bantuan sebesar 80%, hal ini lebih kecil dan satu, yaitu sebesar 0,9997, menunjukkan IRR lebih besar dan menurun sekitar 1,5703% atau 61,10%
discount rate (20%), sehingga usaha unit dan sebelum kenaikan harga bensin. Tabel5: Perbandingan NUai Kriteria Investasi pada Skenario 1 Akibat Kenaikan Harga
Bensin Sebesar 50,167% pada Unit Penangkapan Bubu Kawat Tahun 2007.
Kriteria Sebelurn Kenaikan Setelah Kenaikan Perubahan No.
Investasl Harga Bensin Harga Bensin Nilai (%)
1 NPV(Rp) 6.044.852,90 -97.921,20 6.142.774,10 101,620
i 2 Net BIC 2,02 0,99 1,03 50,990
,
j
Sumber. D/Ofah dan data primer Tahun 2007
Tabel 6: Perbandingan Nilai Kriteria Investasi pada Skenario 2 Akibat Kenaikkan Harga Bensin Sebesar 50,167% pada Unit Penangkapan Bubu Kawat Tahun 2007.
Kriteria Sebelurn Kenaikan Setelah Kenaikan I Perubahan
!
No.1 Investasi Harga Bensin Harga Bensin Nilai (%)L
I 1
I
NPV(Rp) 6.044.852,90 セQNUPTLXX@ 6.046.357,78 I 100,025I
2 • NetBle 2,57 0,9997 1,57I
61,089Sumbar: D/O/ah dan data primer Tahun 2007
KESIMPULAN
1) Hasil analisis teknis menunjukkan bahwa:
a. Konstruksi unit penangkapan bubu kawat sangat sederhana. Kapal berdimensi panjang 6 meter, lebar 0,8 meter dan draft 0,6 meter, menggunakan tenaga penggerak motor tempel berukuran 5,5 PK. Bubu kawat berukuran panjang 99 em, Jebar 66 em, dan tinggi 24 em, mesh size kawat 2x2 em bentuk mulut seperti mengerueut, dengan ukuran lebar mulut bagian luar 41 em, lebar mulut bagian dalam 18 em, serta pintu untuk mengambil hasil tangkapan berukuran 15 x15 em;
b. Metode pengoperasian bubu kawat bersifat pasif dan dipasang di dasar perairan. Pengoperasian bubu kawat dilakukan em pat tahap, yaitu persiapan, setting, soaking. serta
hauling. Hauling dilakukan setelah satu hari perendaman. Pengoperasian bubu kawat memerlukan alat bantu mesin kompresor dalam proses pencarian daerah penangkapan dan proses pemasangan bubu kawat.
Pemasangan bubu kawat
membutuhkan karang mati dalam membentuk tiruan rumah ikan atau
gosongan;
e. Hasil tangkapan bubu kawat didominasi ikan kerapu lodi dan taji. Keduanya memiliki nilai ekonomis tinggi; dan
d. Produktivitas unit penangkapan bubu kawat adalah sebesar 30,84 kg per tahun, 6,17 kg per bubu, 1 ,23 kg per trip. 15,42 kg per nelayan. produktivitas pada tahun 2006 berdasarkan biaya operasonal adalah 0,0000034 kg per rupiah dan produktivitas pada tahun 2006 berdasarkan biaya investasi adalah 0,0000259 kg per rupiah;
2) Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa:
a. Investasi untuk usaha penangkapan bubu kawat sebesar Rp 7.125.000,00; b. Keuntungan yang diperoJeh oleh
nelayan bubu kawat adalah sebesar Rp 26.917.567,14 per tahun, RIC ratio
sebesar 1,82, ROI sebesar 378% dan
PP sebesar 0,26 tahun;
e. Analisis usaha menghasilkan NPV
sebesar Rp6.044.852,90, Net BIC
sebesar 2,02 dan IRR sebesar 58% apabila modal sendiri,sedangkan pada skenario kedua, yaitu adanya bantuan dari Dinas Perikanan dan Kelautan nilai NPV sebesar Rp 6.044.852,90,
Net BIC sebesar 2,57 dan JRR
sebesar 80%;
d. Usaha unit penangkapan bubu kawat lebih menguntungkan apabila mendapatkan bantuan karena dapat mengurangi biaya investasi; dan
e. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bensin sebesar 50,167% menyebabkan usaha penangkapan bubu kawat di Pulau Sebesi tidak layak untuk dikembangkan.
3) Berdasarkan analisis teknis dan finansial dapat diketahui bahwa usaha unit penangkapan bubu kawat layak untuk dikembangkan dengan syarat kenaikan harga bensin tidak mencapai
50,167%, tetapi eara
pengoperasiannya bersifat merusak terhadap sumberdaya terumbu karang.
SARAN
1) Perlu adanya penelitian mengenai aspek biotekno, meliputi metode
pengoperasian yang ramah
lingkungan;
2) Pemerintah sebaiknya memberikan subsidi harga bensin apabila terjadi kenaikan bensin hingga 50,167% dan menaikan harga jual ikan;
DAFTAR PUSTAKA
Kadariah, L Karlina dan C Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 181 hal.
Ravianto J. 1986. Orientasi Produktivitas dan Ekonomi Jepang. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 291 p.
Subani W dan HR. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Perikanan Laut. Nomor: 50 Tahun 1988/1989.
Jakarta: Departemen Pertanian, Badan Penelitian Perikanan Laut.
h。iYSセQQRN@
Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana dan S Kelana. 2002. Ekonomi Mikro: Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 514 hal.
Umar H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 462 hal.