Penampilau Reproduksi Kambing Jawarandu
(Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung)
OLEH :
ANNA RICA LESTARI B04051105
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
Anna Rica Lestari (B04051105). Penampilan Reproduksi kambing
Jawarandu (Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung). Di
bawah bimbingan R. Kurnia Achjadi. Penampilan reproduksi kambing
Jawarandu sangat berperan penting dalam upaya peningkatan populasi kambing
Jawarandu. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui penampilau reproduksi kambing Jawarandu untuk peningkatan populasi yang disajikan dalam bentuk nilai
Conception Rate (CR), nilai Service per Conception (SIC) baik secara kawin d a m
dan Inseminasi Buatan (IB), serta berbagai masalah yang sering muncul dalam pemeliharaan kambing Jawarandu dari 50 ekor kambing Jawarandu yang terdiri dari 41 ekor secara kawin alam dan 9 ekor secara Inseininasi Buatan (IB). Studi ini dilakukan berdasarkan metode survei deslaiptif dengan pengumpulan data
primer melalui wawancara dari beberapa pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa dan data sekunder diperoleh dari data yang telah ada di PT Widodo Makmur
Perkasa, beberapa literatur, dan internet. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai
Conception Rate (CR) atau tingkat keberhasilan reproduksi secara kawin alam lebih tinggi dibandingkan secara Inseminasi Buatan yaitu sebesar 82,93% secara kawin d a m dan 66,67% secara Inseminasi Buatan (IB). Nilai Service per Conception (SIC) pada kambing yaug dikawinkan secara kawin alam sebesar 1,2 dan secara Inseminasi Buatan (IB) sebesar 1,5. Data meiiunjukkan bahwa nilai SIC secara Inseminasi Buatan (IB) lebih tinggi dibandingkan secara kawin alam. Kelainan yang sering muncul dalam pemeliharaan kambing Jawarandu yaitu an& latlir prematur, an& lalir kecil, anak tidak mampu bertahan hidup karena kondisi badannya terlalu lemah akibat pengaruh lingkungan asal yang k m n g bersih, dan
ABSTRACT
lhis study aimed to learn the reproduction perjonn of Jawarandu goat for the increase in the population cover the aspect of Conception Rate (CR), Service per Conception (S/C), as well as problems that open in the maintenance from 50 Jawarandu goat that consists of 41 heads in natuml breeding and 9 heads in Artrficial Insemination. Method in this study used of descriptive method, and primary data collection through interview with several st& in PT Widodo Makmur Perkasa and secondary data obtained from the available data in PT Widodo Makmur Perkasa, some literature, and the internet. The observation showed that the level success of the reproduction or Conception Rate (CRJ of natural breeding is higher than Artrficial Insemination that is of 82,93% in natural breeding and 66,67% in Artrficial Insentination. The Service per Conception (S'C) of natural breeding is 1,2 and the Artificial Insemination is 1,5.
Penampilan Reproduksi Kambiig Jawaradu
(Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung)
SKRIPSI OLEH : ANNA RICA LESTARI
B04051105
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nailla
NRP
: Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu (Studi
Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi
Lampung)
: Anna Rica Lestari
: B0405 1 105
dan disetujui oleh :
Drh. R. Kurnia Achiadi MS NIP. 195009071976031002
-
RIWAYAT HlDUP
Penulis dilabirkan pada tanggal 15 September 1986 di Kotagajah, Lampung. Orang tua penulis adalah Bapak Sukarji dan Jbu Sri Astutiani.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Rejo Basuki pada
tahun 1999, kemudian penulis melanjutkan peiididikan ke SLTPN 1 Metro dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2005 penulis telah menyelesaikan pendidikan
di SMAN 1 Kotagajah. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005.
Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi internal kampus yaitu Himpunan Profesi Satwa Liar (SATLI) FKH IPB, Badan Eksekutif Mahasiswa
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dalam kehidupan karena berkat karunia-Nya dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang merupakan syarat untuk
meinperoleh gelar sarjana di fakultas Kedokteran Hewan lnstitut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan baik moril maupun mated dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu mendo'akan, inendidik, dan mendukung p&ulis, selama menjadi mahasiswa sampai menyelesaikan skripsi ini.
2. Drh. R. Kurnia. Achjadi, MS, sebagai pembimbing skripsi yang telah dengan sabar memberikan bimbingannya kepada penulis dalan proses penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. Drh. Hj. Upik Kesumawati Hadi, MS, sebagai pembimbing
akademik yang telah membantu selama penulis menjalankan stndi di FKH-IPB.
4. Moh. Yasa Aproni, S.Pt selaku General Manager PT Widodo Makm1u Perkasa atas izin yang telah diberikan untuk melakukan studi kasus ini 5. S e l d i Staf PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung yang
telah membantt~ dalam proses pengumpulan data
6. Teman-teman di Vetz Home yang telah berjuang bersmna-sama dalanl menyelesaikan pendidikan di FKH-IPB, dan melewati snka duka dalam m e n g m g i kehidupan selama mennntut ilmu.
7. Muchlido Apriliast atas semua motivasi yang tak henti-hentinya telah diberikan agar penulis mampu untuk menjalani kehidupan ini dengan tegar, mampu melewati semua rintangan, dan bersama-sama melewati segalanya baik suka maupun dnka.
arti hidup ini yang sebenarnya, dan mengetahui makna persahabatan yang sehenarnya.
9. Angkatan 40, 41, 42 dan setiap insan yang singgah dalam kehidupan ini dan mewarnai serta menjadikan hidup ini jadi lebih bermakna.
Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, walaupun demikian penulis berharap semoga bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, 24 Agustus 2009
. .
Abstrak
...
nLembar Pengesahan.. . . .
. . . ...
..
.. . .
.
. .. . . .. . . ... .
ivRiwayat Hidup..
. . .
.
. . .
.
. . . .
.
.
. .. . . .. . .
.
. . . . .. . .
.
...
.
..
vKata Pengantar..
. . .
. . .. . .
. ....
. . . .
.. ...
. . . ...
..
. . . ..
...
.. . .. . .
.. .
..
viDaftar Isi
...
. . .
.. .. . .
. ..
. . .. . .
.
. . . .. . .
. .. . .. . ...
..
.
.. . .
.. . . ...
..
viiiDaftar Tabel
...
.
. . .
. .. . .
.
. ..
.. . .
. .. . .
..
. .. ...
..
. .
. ... . . .. . . .
...
.. .
..
xDaftar Gamb ar... ...
... ...
...
.. ..
..
...... ...
......
......
.
..
... ... ....
xiDaftar Lamp iran...
. . .
... ... ... ...
...... ...
...
... ...
......
... ..
. ...... ...
xiiPENDAHULUAN Latar Belakang.. .
. . . . .. .
.. ..
.. . .
...
. . . .. . . .. . .. . . . ... . . .. .. .
1Tujuan
...
.
.....
...
...
.. ....
......
...
...
..
...
....
... ... ...
...
2TINJAUAN PUSTAKA Kambing Jawarandu
... ... ... ...
...... ... ...
..
. . .. ...
...... ...
...
...
...
...
3Klasifikasi dan Morfologi..
.
. .. . .
. . ..
.. . .
.
.
.. . .
.
.
.
.
.. . .
..
3Pakan
...
...
...
...
...
......
...
... ...
...
6. .
Fisiologi Reproduksi... . .
..
.. . . .
..
.. . .
. . . .. . .
. .. . .
.. . .
6Pubertas
...
... .... ..
......
...
... ......
......
...
......
...
......
...
... ... 7Siktus Estrus...
.. .
... ...
...
...
...
... ...
...
... ...
...... ...
...
.
.. ...
...
....
7Kebunting
an...
... ...
...
... ... .
.. ...
...
...
......
... .
... .. ...
...
...
...
...
8Kelahiran
...
8Spematogenesis ...
... ...
......
...
......
...
...
...
...
. ...
... ...
... ...... ..
9Efisiensi Reproduksi. ..
. . .
. ..
.
.. . .
. . .. . .
...
.. . .
, .. . .
9Calving Interval (CI). . .
. . .
. . .. . .
..
. . . .. . .
..
. . ..
.. . .
. . .. . .
9.
.
Insemmas1 Buatan ... ... ...
......
...
..... . . .. .
.. . .....
...
......
... .
..
......
10Service per Conception (SIC)
...
. . .
. . . .. . .
. .. . .
..
.. . . ..
. .....
10MATERI DAN METODE
Waktu dan Ternpat Pelaksanaan
...
11Metode Pelaksanaan
...
11 Parameter yang Diamati...
11HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa
...
...
Struktur Organisasi
...
Gambaran Umum para PekerjaLatar Belakang Pekerja
...
Manajemen Reproduksi...
Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Betina...
Penampitan Reproduksi Kambing Jawarandu Jantan...
Masalah Reproduksi
...
KESIMPULAN DAN SARAN
...
Kesimpulan 21
Saran
...
21...
Gambar 1 Kambing Jawarandu Betina..
...
4Gambar 2 Kambing Jawarandu Jantan..
...
5Gambar 3 Bagan Struktur Organisasi PT Widodo Malanur Perkasa
.
.
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Klasifikasi Kambing secara Umum
...
3Tabel 2 Karakteristik Kambing s ~ a r a Umum
...
4 Tabel 3 Karakteristik Kambing Jawarandu...
5 Tabel 4 Data Populasi Kambing Jawaraadu pada Bulan September 2006..
13Tabel 5 Latar Belakang Pendidikan Pekerja di PT Widodo Makmur
Perkasa
...
15Tabel 6 Penampilau Reproduksi Kambing JawaranduBetina di PT
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner PenampiIan Reproduksi Kambing Jawarandu
di PT Widodo Makmw Perkasa, Propinsi Lampung..
.
.
. .. . .
25Lampiran 2 Foto Udara Lahan PT Widodo Makmw Perkasa
. .
Prop~ns~ Lampung
... ...
......
...... ...
...
... ... ...
...
...
....
29PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan ternak kambing umumnya terkait dengan kondisi
ekonomi masyarakat. Temak kambing berkembang umumnya di wilayah lahm
kering dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Bagi petani sebagai pemilii modal, ternak kambiig lebih berperan sebagai tabungan, sedangkan bagi kelompok masyarakat kurang modal atau dengan tingkat ekonomi yang rendah, usaha temak h n b i n g merupakan salah satu alternative lapangan usaha. (Swydiadi, 2001 )
Temak kambing merupakan salah satu jenis temak yang alcrab dengan
sistem usahatani di pedesaan dan mempakan komponen peternakan bagi rakyat. Distribusi penyebaran populasi relatif merata, kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi dengan kondisi agroekosistem setempat merupakan keunggulan komparatif tersendiri. (Soebandriyo ef al., 1993)
KamYmg Jawarandu ~nemiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan
Kacukan. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan dari kambing
Peranakan Ettawa (PE) dengan kambing Kacang, secara fisik sifat kanbing Kacang lebih dominan. Jantan maupun betina sama-sama mempakan tipe pedaging. Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilmgan antara kambing Ettawa (asal India) dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip Ettawa tetapi lebih kecil. Kambing PE tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah) sedangkan kambing Jawarandu merupakan tipe pedaging.
Banyak usaha yang dilakukan untuk meniogkatkan populasi kambing salah satunya melalui Inserninasi Buatan (IB). Inseminasi Buatan (IB) inerupakan
salah satu upaya yang dilakukai~ untuk memperoleh temak unggul . Inseminasi Buatan (IB) mempakan suatt~ bentuk modifikasi memasukkan semen ke dalam
salurau kelamin betina melalui alat buatan manusia. (Salisbury e l al., 1978) hseminasi Buatan (IB) dilakukan pada kuda dan pertama kali pada kambing tahun 1900-an. Keuntungan dari Inseminasi Buatan (IB) yaitu memperbaiki
menambah efisiensi dari perkawinan antar kambing, mencegah dan mengurangi penyebaran penyakit menular kelamin, mengontrol peluang kejadian penyalat,
dapat memperoleh semen secara maksimal dari pejantan unggul, dan
memungkdan untuk penggunaan pejantan yang cacat dengan kondisi semen yang unggul. Kekurangan dari Inseminasi Buatan @I) adalah inbreeding, infeksi
salwan reproduksi tejadi karena teknik Inseminasi Buatan (IB) yang tidak diiakukan secara aseptis, rendahnya angka fertilitas dan tingginya kasus-kasus reproduksi yang rnuncul karena minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh inseminator dalam melakukan teknik Inseminasi Buatan (IB).
Tujuan
1. Mengetahui penampilan reproduksi kambing Jawarandu dalam upaya
peningkatan populasi
2. Mempelajari manajemen pemeliharan kambing Jawarandu
3. Mengetahui tingkat keberhasilan munculnya kebuntingan pada perkawinan
alami dan I n s e h s i Buatan (IB)
TINdAUAN PUSTAKA
Kambing Jawarandu Klasifikasi dan Morfologi
Kambiig liar Capra aegagrus di dunia ini dibagi atas 3 kelompok, yalcni kelompok bezoar (C.a. aegagrus), kelompok ibeks (C.a. ibex), dan
kelompok markhor (C.a. falconen). Setiap kelompok meliputi beberapa subspesies yang terpisahkau secara geografis (Davendra and Burns, 1994). Berdasarkan taksonominya, kambing &pat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi Kambing secara Umum
Klasifikasi Keterangan
Kingdom Animalia
Film Chordata
Kelas Mammalia
Ordo Artiodactyla
Genus Capra
Sumber : Anonim, 2008
Tabel 2 Karakteristik Kambing secara Umum
Karakteristik Keterangan
Kepala Dahi cembung
Panjang tubuh 1,3 - 1,4 m
Tanduk Lurus, melengkung
Ekor Sedikit naik
Bobot kambing betina 50 - 55 kg
Bobot kambing jantan 120 kg
Bobot anakan 1,7 kg
Sumber : Achjadi, K 2007
Gambar 1 Kambing Jawarandu Betina (sumber : koleksi PT Widodo Makmur
Perkasa)
Kambing Jawarandu memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan
Kacukan. Kambing Jawarandu men~pakan hasil persilangan dari kambing
Peranakan Ettawa (PE) dengan kambing Kacang, di mana sifat fisik kambing
Kacang lebih dominan. Hewan betina yang digunakan dalain persilangan ini
adalah kambing kacang, sedangkan yang jantan adalah kambing Peranakan
penampilan fisik besar dan tingkat kesuburan yang tinggi. Jantan maupun betina
sama-sama merupakan tipe pedaging. Kambing ini memiliki karakteristik seperti
pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik Kambing Jawarandu
Karaktcristik Kcterangan
Ukuran tubuh Lebih kecil dari kanbing PE
Bobot badan 20 - 40 kg (betina), 25 - 60 kg tiantan)
Tanduk Kepala
lurus atau ke samping (semua bertanduk) Garis wajah tidak begitu melengkung
Telinga Lebar, terbuka, panjang, dan terkulai serta
tidak melipat
Warna tubuh Dominan putih, coklat muda, dan coklat
Tipe Pedaging
Bobot lahir 2 kg (tunggai) dan 1,5 kg (kembar)
Sumber : Hasil Wawancara dengan Para Pekerja PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung dan Pengamatan Langsung (Juli 2008).
Ganlbar 2 Kambing Jawarandu Jantan (sumber : koleksi PT Widodo Makrnur
Pakan
Pakan atau ransum merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan reproduksi seekor temak. Menurut Sitorus (1991), pada daerah tropis m u s h kawin lebih dipengaruhi oleh &or pakan daripada panjangnya siang hari. Tanpa pakan yang baik dan dalam jumlah yang memadai,
maka temak kurang dalam memperlihatkan keunggulannya walaupnn merupakan bibit ternak yang unggul jika pakan yang diberikan sangat terbatas. (Partodiharjo, 1982)
Ternak terutama kambiing, hams diberikan pakan bernpa hijauan sebagai pakan dasar clan pakan tarnbahan (konsentrat). Pakan tambahan dapat disusnn dari bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak, tepung ikan ditambah mineral d m vitamin. Pakan dasar umumnya addah nnnput gajah, nunput kayangan, daun lamtoro, daun nangka, nunput setaria, kaliandra, dsb. Pemberian hijauan diberikan mencapai 3 % dari berat badan (dasar bahan kering) atau 10 -
15 % dari berat badan (dasar bahan segar). Pemberian paka~l selaui campuran hijauan, pakan tambahan diberikan saat temak bunting tua dan barn inelahirkan, sekitar 1,5 % berat badan dengan kand~mgan proteinnya 16 % (Anonim, 2008). Menurut Brakely dan Bade (1992), dalam memenuhi kebutuhan gizi, kambing memiliki toleransi yang tinggi terhadap pakan ternak, kambing juga lebih efisien dalam mencema pakan yang mengandung serat kasar dibandingkan dengan sapi dan domba. Menurut Van Horn and Heinlein (1992), faktor nutrisi yang paling mempengaruhi reproduksi adalah energi, protein, fosfor, kalsium dan vitamin A, vitamin D dan vitamin E, serta garam dan trace element.
Fisiologi Reproduksi
Fisiologi reproduksi erat kaitannya dengan siklus reproduksi. Siklus reproduksi berhubungan dengan berbagai fenomena meliputi pubertas, siklus
Fisiologi Reproduksi Kambing Betiua Pubertas
Pubertas adalah umur atau waktu di mana organ-organ reproduksi mulai berfungsi d m perkembangbiakan dapat terjadi (Toelihere, 1981). Pada
domba dan kambing mencapai umw 4 - 12 hulan (Partodiharjo, 1982). Menurut
Toelihere (1981), kambing dan domba mencapai pubertas saat umw 6
-
12 bulan dengan rata-rata berat badan 27 - 34 kg. Tercapainya pubertas bagi setiap hewanberbeda-beda, dipengaruhi oleh faktor musim, suhy makanan, dan genetik.
Siklus Estrus
Jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus yang berikumya disebut siklus estrus, sedangkan esmls itu sendiri adalah saat di mana hewan
betina bersedia menerima pejantan untuk aktivitas reproduksi (Partodihardjo, 1982). Estrus dicirikan dengan pengeluaran lendir jemih dan encer selama estrus yang menbent& pola kristalisasi seperti pakis dan setelah ovulasi serta fase akhir
estrus lendir itu menjadi massa put& kental yang mengandung banyak elemen sel bertanduk. Pavendra dan Bums, 1994)
M ~ u N ~ Toelihere (1981), lananya siklus estrus pada kambing dan domba sekitar 16,s hari dengan kisaran 14 - 20 hari. Menurut Hafez (2000),
siklus ini dapat terjadi karena dikontrol oleh honnon dari ovari dan secara tidak langsung oleh hormon dari AdenohipoJisis dari kelenjar pituitari. Lama estrus kambing bervariasi tergantung pada bangsa kambing, umur, musim, dan pengaruh
dari hewan jantan itu sendiri.
Siklus estrus dibagi menjadi beberapa fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode di
mana folikel de Gmaf tumbuh di bawah penganh FoliceI Stimulating Honnon
(FSH) dan menghasilkan seju111ah estradiol yang semakin bertambah. Estrus
adalah periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan oleh hewan betina, di mana folikel de Graaf membesar dan menjadi matang.
Metestrus adalah periode segera sesudah estrus di mana corpus luteurn tumbdi dengan cepat dari sel-sel ganufosa folikel yang telah pecah di bawah pengarull
dan terlama dari siklus e s t m pada temak-temak mamalia, di inana corpus luteum matang dan endometrium mengalami penebalan. Sesuai dengan siklus estrusnya,
hewan-hewan dibagi dalam tiga golongaa Hewan monoestrus adalah hewan yang m~ngalami satu siklus estrus selama satu tahun. Hewan polyestrus adalab hewan
yang memperlihatkan estrus secara periodiks selama satu tahun. Hewan polyestrus bermusim adalah hewan yang mempuuyai siklus estrus periodik hanya selama musim tertentu dalam satu tahun dan kambing tennasuk dalam golongan ini.
(Toelihe~e, 1981)
Kebuntingan
Kebuntingan merupakan suatu interval waktu yang disebut periode
kebuntingan Cgesfasi), terentang dari feMisasi hingga lahimya anak. Periode kebuntingan terdiri dariperiode ovum, periode embrio, danperiode fetus. Periode
ovum adalah periode yang dimulai dari fertilisasi hingga implantasi, sedangkan periode embrio dimulai dari implantasi sarnpai saat dimulainya pembentukan alat- alat tubuh bagian dalam lalu dilanjutkan dengan periode fetus. Jadi, periode fetus adalah periode terakhir mulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam, terbentuhya ekstremitas hingga terjadinya ketahiran. Menurut Hafez (2000), periode ovum adalah ovum yang diovulasikan sampai terjadinya fertilisasi. Dari
sejak fertilisasi, implantasi sampai terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam disebut periode embrio, selanjutnya adalah periode fetus.
Lamanya periode kebuntingan ditentukan oleh faktor genetik, walaupun dapat dimodiiikasi oleh %&or maternal, faktor foetal (fetus), dan W o r lingkungan. Lana masa kebuntingan pada kambing dan doiuba 148 liari dengan lnsaran 140 - 159 hari. (Partodihardjo, 1982)
Kelahiran
Kelahiran adalali proses fisiologk yang berhubungan dengan
Fisiologi Reproduksi Kambing Jantan Spermatogenesis
Spermatogenesis dimulai saat hewan mengalami pubertas, yaitu
sewaktu hewan mencapai dewasa kelamin. Pubertas pada temak jantan tirnbul pada waktu yang hampir bersamaan dengan temak betina dalam spesies yang
sama. Waktu pubertas pada kambing dan domba umur 8 bulan dengan kisaran 4 -
12 bulan. (Toelihere, 1981)
Spermatogenesis adalah suatu proses di mana sel-sel kelamin primer
dalam testis menghasilkan spermatozoa. Spermatogenesis meliputi
spermatocytogenesis atau pembentukan spermatosit primer dan sekunder di
bawah pengaruh honnon FSH dari adenohipofise dan spermiogenesis atau
pembentukan spermatozoa dari spermatid di bawah pengaruh hormon LH dan testosteron. (Toelihere, 1981)
Efisiensi reproduksi
Evaluasi terhadap keberhasilan proses reproduksi dapat dinilai dari parameter efisiensi reproduksi. Kriteria efisiensi reproduksi adalah angka kebuntingan atau Conseption Rate (CR) dan Service Per Conseption (SIC). (Salisbuny et al., 1978)
Menurut Partodihardjo (1982), efisiensi reproduksi datam populasi ternak tidak dapat diukur semata-mata oleh proporsi ternak yang tidak mampu
memproduksi temak. Hewan betina mampu menghasilkan anakan jika dikawinkan dengan pejantan yang menghasilkan spermatozoa yang selanjutnya dapat membuahi ovum dan memulai proses-proses yang berhubungan dengan konsepsi, implantasi, atau diferensiasi normal dari embrio dan pertumbuhan janin.
Calving Intcrval (CI)
Inseminasi Buatan (Il3)
Inseminasi Buatan (IB) adalah teknik pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan
manusia, bukan secara alami. Prosedw inseminasi buatan tidak hanya meliputi deposisi atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina, tetapi
mencakup juga seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpangan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan
pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada hewan betina serta bimbingan dan penyuluhan pada peternak. (Toelihere, 1993)
Serviceper Concepb'on (SIC)
Service Per Conseption (SIC) adalah jumlah pelayanan inseminasi yang diperldan hewan betina untuk mendapat kebuntingan (Priyanto dan Setiadi, 1998). Menurut Achjadi, K (2007) nilai SIC optimal berkisar antara 1,l
-
1,3.Makin kecil nilai SIC, makin tinggi tingkat kesuburan hewan-hewan betina dalam kelompok tersebut.
Conception Rate (CR)
Conseption Rate (CR) adalah suatu ukuran terbaik dalam penilaian
hasil inseminasi yaitu presentasi hewan yang bunting pada inseminasi pertama. Angka konsepsi ditentukan berdasarkan h a i l diagnose kebuntingan dalam waktu 40-60 hari sesudah inseminasi (Toelihere, 1981). Faktor-faktor yang mepengaruhi angka kebuntingan adalah kesuburan semen beku, efisiensi inseminator, fertilisasi pejantan, dan efisiensi deteksi estrus. Nilai optimal CR pada kambing berkisar 50
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan studi kasus ini dilaksanakan pada bulan November 2007
sampai Juli 2008, bertempat di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung.
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan studi kasus ini dilakukan dengan cara :
1. Pengumpulan data primer melalui wawancara dengan manager produksi dan para pekerja PT Widodo Makmur Perkasa
2. Peugambilan data sekunder dari PT Widodo Makmur Perkasa akhir tahun
2005 hingga bulan September 2006.
Parameter yang diamati
Parameter yang diamati dalam studi kasus ini berupa banyaknya kelahiran, Sewice Per Conseption (SIC), mengetahui nilai Conseption Rate (CR), penampilan reproduksi dari kambing Jawarandu jantan dan betina, serta efektifitas perkawinan alami yang dilakukan, dianalisa dengan perbitungan Calving Interval (CI) dari 50 ekor kambi~~g Jawarandu yang terdiri dari 41 ekor secara kawin alam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa
PT Widodo Makmur Perkasa bagian kambing dan domba berlokasi di kecamatan Palas, kabupaten Lampmg Selatan, Propinsi Lampung. Menurut
Badan Meteorologi dan Geofisika propinsi Lampung secara geografis, daerah Kabupaten Lampung Selatan berada pada kedudukan 5" 15' LS
-
6" 0' LS dan105" 0' BT
-
105" 45' BT. Berada pada ketinggian 40-175m
d.p.1 beriklim tropis dengan suhu 18,4 - 3 4 4 OC, curah hujan 151 - 200 mmhulan dan 2408mmltahun, kelembaban 79 - 86,7 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 5,83
kmljam. Keadaan ini cukup baik untuk berternak kambing walaupun termasuk wilayah dengan kondisi daerah yang kering, selain itu kambing merupakan tipe
temak nuninansia yang tahan terhadap kondisi
iWim
yang ekstrim dan daya adaptasinya tinggi. Menurut Stuyahadi (2001), temak kambing berkembang umurnnya di wilayah lahan kering dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yangrendah. Menurut Williamson dan Payne (1993), kondisi lingkungan yang
optimum bagi pertumbuhan kambing yang baik adalah 28 - 33 OC. Hal ini
menunjukkan bahwa kabupaten Lampung Selatan cukup baik untuk pengembangan ternak kambing.
PT Widodo Makmw Perkasa, Propinsi Lampung memiliki luas lahan seluruhnya sekikx 20 ha. Lahan tersebut dimanfaatkan mtuk perkantoran, tempat tinggal pekerja, laboratorium, lahan hijauan makanan temak, gudang pakan, kandang pameran, kandang karantina, kandang kawin, kandang bunting dan
meny~sui, dan kandang sapih. Lahan hijauan memiliki luas 12 ha. Tanaman yang ada di lahan hijauan didominasi oleh rumput gajah, dan beberapa lahan ditanami
rumput setaria dan kolojono. Lahan hijauan ini mampu memenuhi kebutuhan hijauan untuk pakan tenlak. PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung bergerak di bidang pengadaan, pembibitan, dan pemasaran kambing. Pengadaan
kegiatan membuat program untuk penyediaan ternak, melakukan seleksi untuk kambing yang dijual sebagai bibit atau potong, meiakukan pemeliharaan sampai tidak ada kematian kambing, dan pencegahan serta pengobatan jika terdapat
kambing yang sakit. Populasi kambing tmtama kambing Jawarandu yang terdapat di PT Widodo Makmur Perkasa tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Data Populasi Karnbing Jawarandu pada Bulan September 2006
Struktur Populasi Populasi Ternak
Betina B u n k g 156
Betina Kosong 49
Betina Menyusui 84
Jantan 18
-
Jumlah 307
Sumbet : Arsip PT Widodo Mahur Perkasa Propinsi Lampung tahun 2006
Struktur Organisasi
Struktur organisasi di PT Widodo Makmur Perkasa dapat dilihat pada Bagan
di bawah ini.
Bagan 1 Struktw Organisasi PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung
Ir. Tumiyono, MBA Prof. Dr.Ir. Trinil
I
T
*
Duektur Keuangan General Manager
Drs. Sumarlan M. Yasa Aproni,
S.Pt
Kepala Bagian Keuangan dan Umum
Srihartati, A.Md
Kepala Kandang Edi
I
+
+
+
+
Gambaran Umum Para Pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa Latar Belakang Pekerja
Berdasarkan data dari PT Widodo Malanur Perkasa sebagian besar pekerja adalah tamatan SMP (38,5%) clan SD (30,8%). Selanjutnya masing- masing sebesar 19,2% tamatan SMAIsederajat dan 11,5% lulusan perguruan tinggi yang merupakan pemegang jabatan tertinggi di PT Widodo Makinur
Perkasa Propinsi Lampung. Namun, pengetahuan para pekerjanya mengenai
manajemen ternak cukup baik, di samping adanya dasar ilmu petemakan yang telah dimiliki, merekapun mengadakan pelatihan guna meningkatkan pengetahwin
para pekerja lain yang latar belakang pendidikannya masih jauh di bawah mereka.
Latar pendidikan para pekerja di PT Widodo Makmur perkasa dapat dilihat pada
Tabel 5 Latar Belakang Pendidikan Pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa
Nama Gelar Jabatan
MochYasa. A SPt Generai Manager
Sungging.KW S.Pt Manager Produksi
Sri Hanati
Edi S Saminguu
A p b
Nu Imam
Timbul Ade Joko S Suyitno Pono A.Md SMU SD SD SMA SMP SMU SMP SMP SMP
Adm dan Keuangan
Kebla Kandang Trading ( Anakan )
Perah Susu
Breeding
Breeding Pnkan
K e a m w
Keamanan
Pakan
h s u o SMP Pakan
Paidi SMP Kandang
sums0 SMP -g
Janvo SMP -g
Karirnan SMP h d s n g
Dwi SMA Kandang
Yaya! STM k d a n g
Sutik SD Kandang
T m o SD Kandang
Nurcholis SD b d a n g
Gito SMP Kandang
Tinggd SD Kandang
Mukini SD AIL&^
Tunini SD Dapur
Sumber : Arsip PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung
Manajemen Reproduksi
Keberhasilan suatu petemakan sangat ditentukan ole11 manajemen
pe~neliharaan yang baik mulai dari sistem pemeliharaan, pemberian pakan, pelnbersihan kandang, dan temak, sanpai kesehatan temak. Dalan lnanajemen reproduksi temak dikenal cara perkawinan secara alami dan Inse~ninasi Buatan (IB). Berdasarkan hasil wawancara, di PT Widodo Makmur Perkasa propinsi
Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Betina
Penampilau reproduksi kambing Jawarandu dapat dilihat di Tabel 6
Tabel 6 Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Betina di PT Widodo
Makmur Perkasa
Penampilan Reproduksi Wawancara Literatur Kambing Jawarandu Betina
Siklus estrus 18-20hari 18 - 20 hari
(Frandson, 1992)
Lama siklus estrus 24 jam 18-24jam
(Toelihere, 1981)
Umur kambing pertama kali 6 - 7 bulan 6 - 10 bulan
estrus (Frandson, 1992)
Bobot badan kambing saat Rata-rata 32,17 kg 30 - 50 kg
pertama kali estrus (Achjadi, K 2007)
Umur kambing pertama kali 10 bulan 10 - 20 bulan
dikawinkan (Achjadi, K 2007)
Waktu yang tepat untuk 12 -18 jam setelah estrus 18-24jam
dikawinkan (Toelihere, 1981)
Tingkat kebuntingan 1 - 2 kali kawin baru terjadi Tidak ditemukan
kebuntingan
Lama kebuntingan 5 bulan (150 hari) 143 - 153 hari
(Davendra and Bums,
1994)
Jumlah anak yang dilahirkan 1 - 2 ekor Tidak ditemukan
Calving Interval 8 bulan @urrohmawati. L
2008)
SIC kawin alam 1,2 Tidak ditemukan
SIC iB 1,5 1,l - 1,3
(Achjadi, K 2007)
CR kawin alam 82,93% Tidak ditemukan
CR IB 66,67% 50 - 80%
(Achjadi, K 2007)
Sumber : Hasil Wa\vancara para Pekerja PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung (Juli
Berdasarkan data tersebut dikatakan bahwa siklus estrus pada kambing Jawarandu berkisar 18 - 20 hari. Menurut Toelihere (1981), siklus estrus
pada kambing dan domba sekitar 16,s hari dengan kisaran 14 - 20 hari. Data tersebut sudah sesuai dengan literatur. Lamanya siklus estrus yang dapat diamati
oleh para pekerja adalah 24 jam dan diamati setiap waktu baik pagi, siang, maupun sore hari. Menurut Toelihere (1981), masa estrus kambing dan domba berlangsung sekitar 18 - 24 jam. Masa e m s ini akan mempengaruhi tingkat kebuntingan dari populasi kambing. Tingkat kebuntingan cukup baik dilihat dari hasil wawancara, diperoleh keterangan bahwa 1 atau 2 kali kawiu kambing suddi
dapat bunting. Kambing Jawarandu mengalami estrus pertama kali pada umur 6 -
7 bulan. Menurut Frandson (1992), kambing dapat mencapai masa pubertas pada umur 6 - 10 bdan. Data ini sudah sesuai dengan literatur. Bobot badan kambing saat pertama kali estrus rata-rata 32,17 kg. menurut Achjadi, K (2007) bobot badan kambing yang normal saat pertama kali estrus berkisar antara 30 - 50 kg. Data hasil wawancara ini juga sudah sesuai dengan literatur yang ada. Umur kambing saat pertama kali dikawinkan menurut hasil wawancara yaitu 10 bulan dan dilakukan 12 - 18 jam setelah estrus. Menurut Achjadi, K (2007) kambing
pertama kali dikawinkan saat umur 10 - 20 bulan dan menurut Toelihere (1981), dikatakan bahwa waktu yang baik untuk perkawinan berkisar antara 18 - 24 jam
setelah estrus terlihat. Masa kebuntingan kambing dari hasil wawancara yaitu 150 hari. Menurut literatur berkisar antara 143 - 153 hari (Davendra and Burns, 1994).
Lamanya kebuntingan pada kambing Jawarandu di PT Widodo Malanur Perkasa Propinsi Lampung sudah sesuai dengan literatw yang ada. Periode kebuntingan sangat beragam. Penyebab keragaman dalam periode kebuntingan dipengaruhi oleh lingkungan, pakan, dan faktor keturunan.
Anakan yang diperoleh dari hasil perkawinan sangat bervariasi. Anakan yang dihasilkan 1 - 2 ekor. Dari data dapat dilihat bahwa terdapat perbaikan produktivitas yaitu jumlah anakan akibat persilangan antara kambing peranakan Ettawa dengan kambing Kacang. Pada awalnya ciiketahui bahwa kambing Ettawa biasanya mnelahirkan anak tunggal sekali dalam setahun
diperoleh sebanyak 34 ekor dari 41 ekor kambing Jawarandu yang dikawin alam
dan jumlah kebuntingan pertama sebanyak 6 ekor dari 9 ekor kambing Jawamndu yang di Illseminasi Buatan (IB).
Penampilan Reprduksi Kambing Jawarandu Jantan
Berdasarkan hasil wawancara dikatakan bahwa PT Widodo Malanur Perkasa tidak memiliki data mengenai kambing Jawarandu jantan. Menurut Satwono (2007), penampilan reprodnksi kambig Jawarandu jantan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7 Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Jantan
PenampiIan Reproduksi Knmbing Literatur Jawarandu Jantan
Berat pejantan 40
-
60 kgLingkar testis 15-21 cm
Umur produktif 1 - 3 tahun
Umur pubertas 6 - 10 bulan
Masalah Reproduksi
Kejadian aborfus pada kambing Jawarandu di PT Widodo Makmur
Perkasa Propinsi Lampung jarang terjadi. Kalaupun terjadi hal itu dikarenakan hewan yang datang sudah bunting dari distributor. Kelainan yang sering muncul yaitu anak lahir prematur, anak lahir kecil, anak tidak mampu bertahan hidup
KESWIPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Manajeinen pemelihararaan yang baik akan meningkatkan tingkat
reproduksi dari ternak.
2. Pengetahuan manajemen petemakan para pekerja PT Widodo Malanur
Perkasa Propinsi Lampung cukup baik.
3. Calcing Interval (CI) kambing Jawarandu di PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampnng sudah cukup baik yaitu 8 bulan.
4. Nilai SIC dan CR dari kambing Jawarandu yang ada di PT Widodo Makmur Perkasa cukup baik yaitu nilai SIC secara kawin dam sebesar 1,2 dan secara Inseminasi Buatan (IB) sebesar 1,5 serta nilai CR secara kawin dam sebesar 82,93% dan secara Inseminasi Buatan (IB) sebesar 66,67%.
5. Tingkat kebuntingan kambing Jawarandu di PT Widodo Makmur Perkasa,
Propinsi Lampung lebih baik pada perkawinan secara kawin dam
dibandingkan dengan Inseminasi Buatan (IB).
6. Kelainan reproduksi jarang terjadi, kalaupun terjadi hal itu disebabkan karena kelainan yang berasal dari kambing itu sendiri saat pertma kali
datang dari distributor, bukan karena kesalahan dalam manajemen
pemeliharaannya, lalu kelainan lainnya adalah patah tulang akibat transportasi
Saran
1. Diperlukan adanya pelatihan bagi pekerja agar pengetahuan mengenai manajemen petemakan terus bertambah.
2. Pengkajian terhdap aspek bibit perlu ditingkatkan untuk inengkaji dan menjelaskan aspek potensi genetik yang muncul.
3. Meningkatkan produksi terutama hasit dari ternak misalnya susu, agar bisa menjadi komoditi tambahan bagi PT Widodo Malanur Perkasa, Propinsi
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, I.K. 1981. Beberapa Ciri Populasi Kambing di Desa Ciburuy dan Cigombong serta Kegunaannya bagi Peningkatan Produktivitas Disertasi Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Achjadi, K. 2007. Manajemen Pengembangan Bioteknologi Reproduksi pada
Kambing. Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian. Bogor. [tidak dipublikasikan]
[Anonim]. 2008. Kambing. http:/Iid.wikipedia.org/wWambing [22 Mei 20081
Blakely, J. dan H. Bade. 1992. Iltnu Petemakan. Edisi Keeinpat. Tejemahan : B. Srigandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Davendra, C, dan M. Bums. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB dan Universitas Udayana : Bandtug.
Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Temak. Edisi 4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hafez, E. S. E. 1987. Reproduction in Fann Animal. Fourth Ed. Lea and Fabiger. Philadelphia.
Hafez, E. S. E. 2000. Reproduction in Farm Animal. 7'h Ed. Lippincott Williams
& Wilkins. USA.
Nurrohmawati, Lissa. 2008. Berharap Kemakmwan Kambing Boer. www. Suara
Merdeka. corn/ cetak I Berharap Kemakmuran Kambing Boer 112 Mei
20081
Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Edisi 1. Mutiara Sumber Widjaya. Jakarta.
Priyanto,D. dan B. Setiadi. 1998. Persepsi Inseminator dun Usaha Temak Sapi Potong Program Inselninasi Buatan di Propinsi DIY. Puslitbangnak. Bogor.
PT Widodo Makmw Perkasa. 2009.
PT
Widodo Makmw Perkasa.www.widodomakm~uperkasa.com. [lo Febmari 20091
Salisbury, G.W. e f al. 1978. Physiology of Reprodtrction and Artificial
Insemination of Cattle. W. H. Freeman and CO. San Fransisco.
Sitorus P. 1991. Pedoman Praktis Betemak Kambing dan Domba sebagai Ternak Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Bogor. Bogor.
Sitorus, P dan E. Triwulaningsih. 1981. Performans Kambing Peranakan Etawah.
Bulletin lembaga Penelitian Petemakan. Bogor. No 29.
Soebandriyo, B.Setiadi, D.Priyanto,M. Rangkuti, W.K. Sejati,D.Anggreni,RS.G. Sianturi, Hastono dan 0.Butar-Butar.1993. Analisis Potensi Kambing Peranakan Etawah dun Sumberdaya di Daerah Sunlber Bibif Pedesaan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Suryahadi, 2001. Laporan Akhir Sisfem Pengembangan Petemakan di Kabupaten
Tangemng).IPB Press. Bogor.
Toelihere, M.R 1981. Fisiologi Reproduksipada Temak Angkasa. Bandung.
Toelihere, M.R 1981. Ilmu Kemajiranpaak Ternak. FISH. IPB. Bogor
Toelihere, M.R 1993. Inseminasi Buafanpada Temak. Angkasa. Bandung.
Vanderplassche, M. 1982. Reproductive Eficiency in Cattle : Guideline for Projects Developing Countries. Food and Agriculture Organisation of The
United Nation (FAO). Roma
Von Hom, HH and Heinlein GFW. 1992. Nutritional Causes of Reproductive Losses. D.L. Ace (ed). Pennsylvania State U. University Park.
Lampiran 1
Lampiran Kuesioner Penampilan Reproduksi Karnbing Jawarandu di PT Widodo
Makmur Perkasa Propinsi Lampung
Form : kuesioner nntuk penulisan karya ilmiah sebagai syarat nntuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokeran Hewan di
Faknltas Kedokteran Hewan
Instihlt Pertanian Bogor
Nomor Kuisioner :..
...
I. Identitas Hewan
1. Jumlah kambing Jawarandu a. Induk bunting..
..
Ekor b. Induk laktasi....
Ekor c. Dara bunting....
Ekord. Anak
d. 1 Jantan..
..
Ekor d.2 Betina .... Ekore. Pejantan.
...
Ekor11. Aspek Reproduksi
1. Cara perkawinan kambing :
a. Seluruhnya di IB (kawin suntik) b. Seluruhnya kawin almn
c. Keduanya dilakukan
2. Tindakan bila terjadi estrus :
a. Melaporkan pada inserninator b. Dikawinkan secara alami
c. Lainny a.
...
3. Selang kedatangan petugas setelah melapor :
a. 1-6 jam c. 12-24 jam
b. 6-12 jam d. >24 jam
4. Tempat melapor bila kambing birahi :
a. Inseminator
b. Lainnya
...
5. Alasan melakukan inseminasi buatan (jika hanya dilakukan IB) :
a. lebih praktis
b. lebili berhasil munculnya kebuntingan c. biaya lebih murah
d. kebiasaan
6 . Jarak waktu yang dibutuhkan sampai bunting kembali..
...
..bulan7. Berapa kali kambing Anda dikawinkan sampai tejadi kebuntingan :
a. Satu kali c. Tiga kali
b. Dua kali d.
...
kali(8-12 jika jawaban dikawinkan secara alami)
8. Asal pejantan untuk perkawinan alami : a. Milik sendiri
b. Milik orang lain (membayar tiap kali kawin)
9. Biaya yang dibutuhkan untuk membayar tiap perkawinan :
...
rupiah10. Alasan melakukan perkawinan alami (jika hanya melakukan perkawinan alami)
a. lebih praktis
b. lebih berhasil munculnya kebuntingan
c. biaya lebih murah d. kebiasaan
11. Jarak waktu yang dibutuhkan setelah melahirkan sampai buntinh kernbali..
...
bulan12. Berapa kali kambing Anda dikawinkan sampai terjadi kebuntingan :
a. Satu kali c. Tiga kali
13. Waktu pengamatan estrus :
a. Pagi
b. Siang c. Sore
14. Umur kambing pertama kali estrus..
...
bulan15. Lama esms yang diketahui..
...
hari...
16. Umur kambing pertarna kali dikawinkan.. bulan
17. Cara mengetahui kebnntingan :
a. Melihat siklus esmls berikutnya b. Perneriksaan kebuntingan oleh petugas
18. Bagaimana cara perawatan kebnntingan :
a. Dirawat sendiri
b. Diperiksa Dokter Hewan atau mantri
...
c. Lainnya
19. Tindakan saat terjadi kela.hiran :
a. Ditangani sendui
b. Ditangani oleh Dokter Hewan atau ~nantri
c. Ditangani sendiri dan bila mengalami kesulitan melapor
20. Kejadian abortus (keguguran) pad8 kambing (kluron) :
a. Sering\
b. Kadang-kadang
...
c. Lainnya
21. Gangguan reproduksi yang sering terjadi :
...
22. Apakah dilakukan penanganan :
a. Ya b. Tidak
23. Penanganan gangguan reproduksi dilakukan oleh :
a. Petugas IB c. Lainnya
...
24. Apakah melakukan perawatan setelah pengobatan :
29
Lampiran 2
Lampiran 3
Data Breeding Ka~nbing Jaw-arandu secara Inselninasi Buatan Awal Tahun 2005 hingga Bulan
September 2006
No Tgl Birahil Desposisi KAWIN WAKTU TIPE
Dilta~inkan Semen ULANG KELAHIRAN
9OOZl61 1 900Z/8/1 900Z/8/1 9OOU811 9OOZ1811 900Z/9/1 9OOUSl I 900Z/5/1 9OOUSlI 900Z1s11 90OZ/PlI 900Zlbll 900Z1b11 900Zlbll 900z1P1 I 9002lVI 900ZlZZl1 900ZlEl1
900ZlEl1 900ZIEll 900ZlZZlI 900Z/E/1 900Z/Z/1 90OZ/Z/l 900Z1Z1 1
900Z/Z/ 1 9oozlz/l 900Z1111 900Z111l 900Z1I11 900z10z/1 900Z/1/1 900Z/1/1 9OOZl6IlI SOOZ/lE/Z1
Lampiran 5
Recording Perkawinan dan IB
Keterangan Jawarandu
Jumlah kawin alam 4 1
Jumlah di IB 9
Ju~nlah kebuntingan pada kawin pertama kali 34
Jumlah kebuntingan pada IB peltama 6
SIC kawin alam 1.2
SIC IB 1.5
CR kawin alam 82,93%
ABSTRAK
Anna Rica Lestari (B04051105). Penampilan Reproduksi kambing
Jawarandu (Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung). Di
bawah bimbingan R. Kurnia Achjadi. Penampilan reproduksi kambing
Jawarandu sangat berperan penting dalam upaya peningkatan populasi kambing
Jawarandu. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui penampilau reproduksi kambing Jawarandu untuk peningkatan populasi yang disajikan dalam bentuk nilai
Conception Rate (CR), nilai Service per Conception (SIC) baik secara kawin d a m
dan Inseminasi Buatan (IB), serta berbagai masalah yang sering muncul dalam pemeliharaan kambing Jawarandu dari 50 ekor kambing Jawarandu yang terdiri dari 41 ekor secara kawin alam dan 9 ekor secara Inseininasi Buatan (IB). Studi ini dilakukan berdasarkan metode survei deslaiptif dengan pengumpulan data
primer melalui wawancara dari beberapa pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa dan data sekunder diperoleh dari data yang telah ada di PT Widodo Makmur
Perkasa, beberapa literatur, dan internet. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai
Conception Rate (CR) atau tingkat keberhasilan reproduksi secara kawin alam lebih tinggi dibandingkan secara Inseminasi Buatan yaitu sebesar 82,93% secara kawin d a m dan 66,67% secara Inseminasi Buatan (IB). Nilai Service per Conception (SIC) pada kambing yaug dikawinkan secara kawin alam sebesar 1,2 dan secara Inseminasi Buatan (IB) sebesar 1,5. Data meiiunjukkan bahwa nilai SIC secara Inseminasi Buatan (IB) lebih tinggi dibandingkan secara kawin alam. Kelainan yang sering muncul dalam pemeliharaan kambing Jawarandu yaitu an& latlir prematur, an& lalir kecil, anak tidak mampu bertahan hidup karena kondisi badannya terlalu lemah akibat pengaruh lingkungan asal yang k m n g bersih, dan
ABSTRACT
lhis study aimed to learn the reproduction perjonn of Jawarandu goat for the increase in the population cover the aspect of Conception Rate (CR), Service per Conception (S/C), as well as problems that open in the maintenance from 50 Jawarandu goat that consists of 41 heads in natuml breeding and 9 heads in Artrficial Insemination. Method in this study used of descriptive method, and primary data collection through interview with several st& in PT Widodo Makmur Perkasa and secondary data obtained from the available data in PT Widodo Makmur Perkasa, some literature, and the internet. The observation showed that the level success of the reproduction or Conception Rate (CRJ of natural breeding is higher than Artrficial Insemination that is of 82,93% in natural breeding and 66,67% in Artrficial Insentination. The Service per Conception (S'C) of natural breeding is 1,2 and the Artificial Insemination is 1,5.
Penampilau Reproduksi Kambing Jawarandu
(Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung)
OLEH :
ANNA RICA LESTARI B04051105
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, I.K. 1981. Beberapa Ciri Populasi Kambing di Desa Ciburuy dan Cigombong serta Kegunaannya bagi Peningkatan Produktivitas Disertasi Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Achjadi, K. 2007. Manajemen Pengembangan Bioteknologi Reproduksi pada
Kambing. Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian. Bogor. [tidak dipublikasikan]
[Anonim]. 2008. Kambing. http:/Iid.wikipedia.org/wWambing [22 Mei 20081
Blakely, J. dan H. Bade. 1992. Iltnu Petemakan. Edisi Keeinpat. Tejemahan : B. Srigandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Davendra, C, dan M. Bums. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB dan Universitas Udayana : Bandtug.
Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Temak. Edisi 4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hafez, E. S. E. 1987. Reproduction in Fann Animal. Fourth Ed. Lea and Fabiger. Philadelphia.
Hafez, E. S. E. 2000. Reproduction in Farm Animal. 7'h Ed. Lippincott Williams
& Wilkins. USA.
Nurrohmawati, Lissa. 2008. Berharap Kemakmwan Kambing Boer. www. Suara
Merdeka. corn/ cetak I Berharap Kemakmuran Kambing Boer 112 Mei
20081
Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Edisi 1. Mutiara Sumber Widjaya. Jakarta.
Priyanto,D. dan B. Setiadi. 1998. Persepsi Inseminator dun Usaha Temak Sapi Potong Program Inselninasi Buatan di Propinsi DIY. Puslitbangnak. Bogor.
PT Widodo Makmw Perkasa. 2009.
PT
Widodo Makmw Perkasa.www.widodomakm~uperkasa.com. [lo Febmari 20091
Salisbury, G.W. e f al. 1978. Physiology of Reprodtrction and Artificial
Insemination of Cattle. W. H. Freeman and CO. San Fransisco.
Sitorus P. 1991. Pedoman Praktis Betemak Kambing dan Domba sebagai Ternak Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Bogor. Bogor.
Sitorus, P dan E. Triwulaningsih. 1981. Performans Kambing Peranakan Etawah.
Bulletin lembaga Penelitian Petemakan. Bogor. No 29.
Soebandriyo, B.Setiadi, D.Priyanto,M. Rangkuti, W.K. Sejati,D.Anggreni,RS.G. Sianturi, Hastono dan 0.Butar-Butar.1993. Analisis Potensi Kambing Peranakan Etawah dun Sumberdaya di Daerah Sunlber Bibif Pedesaan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Suryahadi, 2001. Laporan Akhir Sisfem Pengembangan Petemakan di Kabupaten
Tangemng).IPB Press. Bogor.
Toelihere, M.R 1981. Fisiologi Reproduksipada Temak Angkasa. Bandung.
Toelihere, M.R 1981. Ilmu Kemajiranpaak Ternak. FISH. IPB. Bogor
Toelihere, M.R 1993. Inseminasi Buafanpada Temak. Angkasa. Bandung.
Vanderplassche, M. 1982. Reproductive Eficiency in Cattle : Guideline for Projects Developing Countries. Food and Agriculture Organisation of The
United Nation (FAO). Roma
Von Hom, HH and Heinlein GFW. 1992. Nutritional Causes of Reproductive Losses. D.L. Ace (ed). Pennsylvania State U. University Park.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa
PT Widodo Makmur Perkasa bagian kambing dan domba berlokasi di kecamatan Palas, kabupaten Lampmg Selatan, Propinsi Lampung. Menurut
Badan Meteorologi dan Geofisika propinsi Lampung secara geografis, daerah Kabupaten Lampung Selatan berada pada kedudukan 5" 15' LS
-
6" 0' LS dan105" 0' BT
-
105" 45' BT. Berada pada ketinggian 40-175m
d.p.1 beriklim tropis dengan suhu 18,4 - 3 4 4 OC, curah hujan 151 - 200 mmhulan dan 2408mmltahun, kelembaban 79 - 86,7 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 5,83
kmljam. Keadaan ini cukup baik untuk berternak kambing walaupun termasuk wilayah dengan kondisi daerah yang kering, selain itu kambing merupakan tipe
temak nuninansia yang tahan terhadap kondisi
iWim
yang ekstrim dan daya adaptasinya tinggi. Menurut Stuyahadi (2001), temak kambing berkembang umurnnya di wilayah lahan kering dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yangrendah. Menurut Williamson dan Payne (1993), kondisi lingkungan yang
optimum bagi pertumbuhan kambing yang baik adalah 28 - 33 OC. Hal ini
menunjukkan bahwa kabupaten Lampung Selatan cukup baik untuk pengembangan ternak kambing.
PT Widodo Makmw Perkasa, Propinsi Lampung memiliki luas lahan seluruhnya sekikx 20 ha. Lahan tersebut dimanfaatkan mtuk perkantoran, tempat tinggal pekerja, laboratorium, lahan hijauan makanan temak, gudang pakan, kandang pameran, kandang karantina, kandang kawin, kandang bunting dan
meny~sui, dan kandang sapih. Lahan hijauan memiliki luas 12 ha. Tanaman yang ada di lahan hijauan didominasi oleh rumput gajah, dan beberapa lahan ditanami
rumput setaria dan kolojono. Lahan hijauan ini mampu memenuhi kebutuhan hijauan untuk pakan tenlak. PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung bergerak di bidang pengadaan, pembibitan, dan pemasaran kambing. Pengadaan
kegiatan membuat program untuk penyediaan ternak, melakukan seleksi untuk kambing yang dijual sebagai bibit atau potong, meiakukan pemeliharaan sampai tidak ada kematian kambing, dan pencegahan serta pengobatan jika terdapat
kambing yang sakit. Populasi kambing tmtama kambing Jawarandu yang terdapat di PT Widodo Makmur Perkasa tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Data Populasi Karnbing Jawarandu pada Bulan September 2006
Struktur Populasi Populasi Ternak
Betina B u n k g 156
Betina Kosong 49
Betina Menyusui 84
Jantan 18
-
Jumlah 307
Sumbet : Arsip PT Widodo Mahur Perkasa Propinsi Lampung tahun 2006
Struktur Organisasi
Struktur organisasi di PT Widodo Makmur Perkasa dapat dilihat pada Bagan
di bawah ini.
Bagan 1 Struktw Organisasi PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung
Ir. Tumiyono, MBA Prof. Dr.Ir. Trinil
I
T
*
Duektur Keuangan General Manager
Drs. Sumarlan M. Yasa Aproni,
S.Pt
Kepala Bagian Keuangan dan Umum
Srihartati, A.Md
Kepala Kandang Edi
I
+
+
+
+
Gambaran Umum Para Pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa Latar Belakang Pekerja
Berdasarkan data dari PT Widodo Malanur Perkasa sebagian besar pekerja adalah tamatan SMP (38,5%) clan SD (30,8%). Selanjutnya masing- masing sebesar 19,2% tamatan SMAIsederajat dan 11,5% lulusan perguruan tinggi yang merupakan pemegang jabatan tertinggi di PT Widodo Makinur
Perkasa Propinsi Lampung. Namun, pengetahuan para pekerjanya mengenai
manajemen ternak cukup baik, di samping adanya dasar ilmu petemakan yang telah dimiliki, merekapun mengadakan pelatihan guna meningkatkan pengetahwin
para pekerja lain yang latar belakang pendidikannya masih jauh di bawah mereka.
Latar pendidikan para pekerja di PT Widodo Makmur perkasa dapat dilihat pada
Tabel 5 Latar Belakang Pendidikan Pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa
Nama Gelar Jabatan
MochYasa. A SPt Generai Manager
Sungging.KW S.Pt Manager Produksi
Sri Hanati
Edi S Saminguu
A p b
Nu Imam
Timbul Ade Joko S Suyitno Pono A.Md SMU SD SD SMA SMP SMU SMP SMP SMP
Adm dan Keuangan
Kebla Kandang Trading ( Anakan )
Perah Susu
Breeding
Breeding Pnkan
K e a m w
Keamanan
Pakan
h s u o SMP Pakan
Paidi SMP Kandang
sums0 SMP -g
Janvo SMP -g
Karirnan SMP h d s n g
Dwi SMA Kandang
Yaya! STM k d a n g
Sutik SD Kandang
T m o SD Kandang
Nurcholis SD b d a n g
Gito SMP Kandang
Tinggd SD Kandang
Mukini SD AIL&^
Tunini SD Dapur
Sumber : Arsip PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung
Manajemen Reproduksi
Keberhasilan suatu petemakan sangat ditentukan ole11 manajemen
pe~neliharaan yang baik mulai dari sistem pemeliharaan, pemberian pakan, pelnbersihan kandang, dan temak, sanpai kesehatan temak. Dalan lnanajemen reproduksi temak dikenal cara perkawinan secara alami dan Inse~ninasi Buatan (IB). Berdasarkan hasil wawancara, di PT Widodo Makmur Perkasa propinsi
Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Betina
Penampilau reproduksi kambing Jawarandu dapat dilihat di Tabel 6
Tabel 6 Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Betina di PT Widodo
Makmur Perkasa
Penampilan Reproduksi Wawancara Literatur Kambing Jawarandu Betina
Siklus estrus 18-20hari 18 - 20 hari
(Frandson, 1992)
Lama siklus estrus 24 jam 18-24jam
(Toelihere, 1981)
Umur kambing pertama kali 6 - 7 bulan 6 - 10 bulan
estrus (Frandson, 1992)
Bobot badan kambing saat Rata-rata 32,17 kg 30 - 50 kg
pertama kali estrus (Achjadi, K 2007)
Umur kambing pertama kali 10 bulan 10 - 20 bulan
dikawinkan (Achjadi, K 2007)
Waktu yang tepat untuk 12 -18 jam setelah estrus 18-24jam
dikawinkan (Toelihere, 1981)
Tingkat kebuntingan 1 - 2 kali kawin baru terjadi Tidak ditemukan
kebuntingan
Lama kebuntingan 5 bulan (150 hari) 143 - 153 hari
(Davendra and Bums,
1994)
Jumlah anak yang dilahirkan 1 - 2 ekor Tidak ditemukan
Calving Interval 8 bulan @urrohmawati. L
2008)
SIC kawin alam 1,2 Tidak ditemukan
SIC iB 1,5 1,l - 1,3
(Achjadi, K 2007)
CR kawin alam 82,93% Tidak ditemukan
CR IB 66,67% 50 - 80%
(Achjadi, K 2007)
Sumber : Hasil Wa\vancara para Pekerja PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung (Juli
Berdasarkan data tersebut dikatakan bahwa siklus estrus pada kambing Jawarandu berkisar 18 - 20 hari. Menurut Toelihere (1981), siklus estrus
pada kambing dan domba sekitar 16,s hari dengan kisaran 14 - 20 hari. Data tersebut sudah sesuai dengan literatur. Lamanya siklus estrus yang dapat diamati
oleh para pekerja adalah 24 jam dan diamati setiap waktu baik pagi, siang, maupun sore hari. Menurut Toelihere (1981), masa estrus kambing dan domba berlangsung sekitar 18 - 24 jam. Masa e m s ini akan mempengaruhi tingkat kebuntingan dari populasi kambing. Tingkat kebuntingan cukup baik dilihat dari hasil wawancara, diperoleh keterangan bahwa 1 atau 2 kali kawiu kambing suddi
dapat bunting. Kambing Jawarandu mengalami estrus pertama kali pada umur 6 -
7 bulan. Menurut Frandson (1992), kambing dapat mencapai masa pubertas pada umur 6 - 10 bdan. Data ini sudah sesuai dengan literatur. Bobot badan kambing saat pertama kali estrus rata-rata 32,17 kg. menurut Achjadi, K (2007) bobot badan kambing yang normal saat pertama kali estrus berkisar antara 30 - 50 kg. Data hasil wawancara ini juga sudah sesuai dengan literatur yang ada. Umur kambing saat pertama kali dikawinkan menurut hasil wawancara yaitu 10 bulan dan dilakukan 12 - 18 jam setelah estrus. Menurut Achjadi, K (2007) kambing
pertama kali dikawinkan saat umur 10 - 20 bulan dan menurut Toelihere (1981), dikatakan bahwa waktu yang baik untuk perkawinan berkisar antara 18 - 24 jam
setelah estrus terlihat. Masa kebuntingan kambing dari hasil wawancara yaitu 150 hari. Menurut literatur berkisar antara 143 - 153 hari (Davendra and Burns, 1994).
Lamanya kebuntingan pada kambing Jawarandu di PT Widodo Malanur Perkasa Propinsi Lampung sudah sesuai dengan literatw yang ada. Periode kebuntingan sangat beragam. Penyebab keragaman dalam periode kebuntingan dipengaruhi oleh lingkungan, pakan, dan faktor keturunan.
Anakan yang diperoleh dari hasil perkawinan sangat bervariasi. Anakan yang dihasilkan 1 - 2 ekor. Dari data dapat dilihat bahwa terdapat perbaikan produktivitas yaitu jumlah anakan akibat persilangan antara kambing peranakan Ettawa dengan kambing Kacang. Pada awalnya ciiketahui bahwa kambing Ettawa biasanya mnelahirkan anak tunggal sekali dalam setahun
diperoleh sebanyak 34 ekor dari 41 ekor kambing Jawarandu yang dikawin alam
dan jumlah kebuntingan pertama sebanyak 6 ekor dari 9 ekor kambing Jawamndu yang di Illseminasi Buatan (IB).
Penampilan Reprduksi Kambing Jawarandu Jantan
Berdasarkan hasil wawancara dikatakan bahwa PT Widodo Malanur Perkasa tidak memiliki data mengenai kambing Jawarandu jantan. Menurut Satwono (2007), penampilan reprodnksi kambig Jawarandu jantan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7 Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Jantan
PenampiIan Reproduksi Knmbing Literatur Jawarandu Jantan
Berat pejantan 40
-
60 kgLingkar testis 15-21 cm
Umur produktif 1 - 3 tahun
Umur pubertas 6 - 10 bulan
Masalah Reproduksi
Kejadian aborfus pada kambing Jawarandu di PT Widodo Makmur
Perkasa Propinsi Lampung jarang terjadi. Kalaupun terjadi hal itu dikarenakan hewan yang datang sudah bunting dari distributor. Kelainan yang sering muncul yaitu anak lahir prematur, anak lahir kecil, anak tidak mampu bertahan hidup
KESWIPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Manajeinen pemelihararaan yang baik akan meningkatkan tingkat
reproduksi dari ternak.
2. Pengetahuan manajemen petemakan para pekerja PT Widodo Malanur
Perkasa Propinsi Lampung cukup baik.
3. Calcing Interval (CI) kambing Jawarandu di PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampnng sudah cukup baik yaitu 8 bulan.
4. Nilai SIC dan CR dari kambing Jawarandu yang ada di PT Widodo Makmur Perkasa cukup baik yaitu nilai SIC secara kawin dam sebesar 1,2 dan secara Inseminasi Buatan (IB) sebesar 1,5 serta nilai CR secara kawin dam sebesar 82,93% dan secara Inseminasi Buatan (IB) sebesar 66,67%.
5. Tingkat kebuntingan kambing Jawarandu di PT Widodo Makmur Perkasa,
Propinsi Lampung lebih baik pada perkawinan secara kawin dam
dibandingkan dengan Inseminasi Buatan (IB).
6. Kelainan reproduksi jarang terjadi, kalaupun terjadi hal itu disebabkan karena kelainan yang berasal dari kambing itu sendiri saat pertma kali
datang dari distributor, bukan karena kesalahan dalam manajemen
pemeliharaannya, lalu kelainan lainnya adalah patah tulang akibat transportasi
Saran
1. Diperlukan adanya pelatihan bagi pekerja agar pengetahuan mengenai manajemen petemakan terus bertambah.
2. Pengkajian terhdap aspek bibit perlu ditingkatkan untuk inengkaji dan menjelaskan aspek potensi genetik yang muncul.
3. Meningkatkan produksi terutama hasit dari ternak misalnya susu, agar bisa menjadi komoditi tambahan bagi PT Widodo Malanur Perkasa, Propinsi
Lampiran 1
Lampiran Kuesioner Penampilan Reproduksi Karnbing Jawarandu di PT Widodo
Makmur Perkasa Propinsi Lampung
Form : kuesioner nntuk penulisan karya ilmiah sebagai syarat nntuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokeran Hewan di
Faknltas Kedokteran Hewan
Instihlt Pertanian Bogor
Nomor Kuisioner :..
...
I. Identitas Hewan
1. Jumlah kambing Jawarandu a. Induk bunting..
..
Ekor b. Induk laktasi....
Ekor c. Dara bunting....
Ekord. Anak
d. 1 Jantan..
..
Ekor d.2 Betina .... Ekore. Pejantan.
...
Ekor11. Aspek Reproduksi
1. Cara perkawinan kambing :
a. Seluruhnya di IB (kawin suntik) b. Seluruhnya kawin almn
c. Keduanya dilakukan
2. Tindakan bila terjadi estrus :
a. Melaporkan pada inserninator b. Dikawinkan secara alami
c. Lainny a.
...
3. Selang kedatangan petugas setelah melapor :
a. 1-6 jam c. 12-24 jam
b. 6-12 jam d. >24 jam
4. Tempat melapor bila kambing birahi :
a. Inseminator
b. Lainnya
...
5. Alasan melakukan inseminasi buatan (jika hanya dilakukan IB) :
a. lebih praktis
b. lebili berhasil munculnya kebuntingan c. biaya lebih murah
d. kebiasaan
6 . Jarak waktu yang dibutuhkan sampai bunting kembali..
...
..bulan7. Berapa kali kambing Anda dikawinkan sampai tejadi kebuntingan :
a. Satu kali c. Tiga kali
b. Dua kali d.
...
kali(8-12 jika jawaban dikawinkan secara alami)
8. Asal pejantan untuk perkawinan alami : a. Milik sendiri
b. Milik orang lain (membayar tiap kali kawin)
9. Biaya yang dibutuhkan untuk membayar tiap perkawinan :
...
rupiah10. Alasan melakukan perkawinan alami (jika hanya melakukan perkawinan alami)
a. lebih praktis
b. lebih berhasil munculnya kebuntingan
c. biaya lebih murah d. kebiasaan
11. Jarak waktu yang dibutuhkan setelah melahirkan sampai buntinh kernbali..
...
bulan12. Berapa kali kambing Anda dikawinkan sampai terjadi kebuntingan :
a. Satu kali c. Tiga kali
13. Waktu pengamatan estrus :
a. Pagi
b. Siang c. Sore
14. Umur kambing pertama kali estrus..
...
bulan15. Lama esms yang diketahui..
...
hari...
16. Umur kambing pertarna kali dikawinkan.. bulan
17. Cara mengetahui kebnntingan :
a. Melihat siklus esmls berikutnya b. Perneriksaan kebuntingan oleh petugas
18. Bagaimana cara pe