Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN KAMPANYE BAHAYA PENGGUNAAN SEPEDA MOTOR OLEH ANAK DIBAWAH UMUR
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014
Oleh:
Ryannes Andryan 51910050
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi
Nama : Ryannes Andryan
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 15 Oktober 1992
Jenis Kelamin : Laki Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi, Berat Badan : 165cm, 55kg
Alamat : Jl. Industri no.2s, RT.12/RW.08, Kelurahan Arjuna, Kecamatan
Cicendo, Bandung
Telepon : 089629762783
e-mail : ryanousuke_anryu72@yahoo.com
Latar Belakang Pendidikan 1998 – 2004 : SD Pandu, Bandung
2004 – 2007 : SMP Angkasa Lanud Husein, Bandung
2007 – 2010 : SMK Angkasa Lanud Husein, Bandung
Kemampuan
Kemampuan Komputer (MS Word, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Adobe
Premiere, Adobe InDesign, 3D Max, Adobe Flash)
Pengalaman Kerja
Tujuan : Persyaratan kelulusan SMK Angkasa Lanud Husein, Bandung
Posisi : Operator mesin senai
Rincian Pekerjaan : Membuat ulir pada mur dan baut
Bekerja freelance di Win Studio, Bandung Periode: Juli 2012 - November 2012
Status : Karyawan freelance Posisi : Tracer
Rincian Pekerjaan : Men-tracing foto menjadi gambar vektor Kerja praktek di CV. Alfabeta, Bandung
Periode: Oktober 2013 - Desember 2013
Tujuan : Menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek
Posisi : Layouter
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN . ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Identifikasi Masalah ... 2
I.3 Rumusan Masalah ... 3
I.4 Batasan Masalah ... 3
I.5 Tujuan Perancangan ... 3
I.6 Manfaat Perancangan ... 3
BAB II BAHAYA PENGGUNAAN SEPEDA MOTOR OLEH ANAK DIBAWAH UMUR ... 4
II.1 Kampanye ... 4
II.2 Bahaya ... 4
II.3.1 Periode Pueral (12-14 tahun) ... 5
II.3.2. Periode Pubertas (14-17 tahun) ... 7
II.4 Sepeda Motor ... 8
II.5 Pengemudi (Pengendara) ... 10
II.6 Lalu Lintas ... 12
II.7 Aturan Dasar Berkendara ... 13
II.7.1 SIM (Surat Izin Mengemudi) ... 14
II.8 Kecelakaan Lalu Lintas ... 16
II.8.1 Data Kecelakaan Lalu Lintas ... 17
II.8.2 Pelaku kecelakaan Lalu Lintas ... 18
II.9 Alasan Anak di Bawah Umur Dilarang Mengemudi ... 19
II.10 Target Audiens ... 20
II.10.1 Target Audiens Primer ... 21
II.10.2 Target Audiens Sekunder ... 21
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 23
III.1 Strategi Perancangan ... 23
III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 23
III.1.1.1 Pendekatan Visual ... 23
III.1.1.2 Pendekatan Verbal ... 24
III.1.2 Strategi Kreatif ... 24
III.1.3 Strategi Media ... 25
III.2 Konsep Visual ... 28
III.2.1 Format Desain ... 28
III.2.2 Tata Letak ... 28
III.2.3 Tipografi ... 29
III.2.4 Ilustrasi ... 30
III.2.4.1 Studi Visual Karakter ... 30
III.2.4.2 Referensi Visual ... 31
III.2.4.3 Alternatif Visual ... 33
III.2.5 Warna ... 35
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 36
IV.1 Pra Produksi ... 36
IV.2 Teknis Produksi ... 36
IV.2.1 Media Utama ... 36
IV.2.2 Media Pendukung ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 42
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. (1994). Disiplin Berlalu Lintas Di Jalan Raya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: Pustaka Yustisia
Rustan, Surianto. (2009). Layout Dasar & Penerapannya. Jakarta: Gramedia. Wulandari, D. (2011, November 14) Pasar Sepeda Motor Jabar Tembus 4,36 juta. Jakarta: Bisnis Indonesia.
Website :
Asdar, D. A. (2008, Maret 08). Tinjauan Kriminologis Pelanggaran Lalu lintas yang Dilakukan Oleh Remaja di Wilayah Hukum Polres Parepare (studi kasus 2006 - 2011) Diakses pada 15 November, 2013.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/4130
Dony Purnomo (2012, Januari).SEJARAH PERKEMBANGAN SEPEDA MOTOR DI DUNIA. Diakses 2 Desember 2013.
http://pinterdw.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-sepeda-motor-di.html
Indri Lidiawati. (2012, November). Sepeda motor adalah. Diakses pada 9 Desember, 2013.
http://www.pusat-definisi.com/2012/11/sepeda-motor-adalah.html
Irnan Edi Sarwono. (2010, Maret 2).Pengertian Kampanye. Diakses pada 26 Januari, 2014.
http://all-about-theory.blogspot.com/2010/03/pengertian-kampanye.html
Irjen. Pol. Drs. Mochammad Iriawan, S.H., M.M., M.H. (2011, Desember 30).
Diakses pada 26 Januari, 2014.
http://www.rtmc-poldajabar.com/laka-
lantas/kasus-kecelakaan-lalulintas-di-wilayah-polda-jabar-meningkat-172-persen.html
Irwan Mappe. (2013, April 17). Definisi Bahaya, Risiko, & Insiden. Diakses pada 12 maret, 2014.
http://akudank3.blogspot.com/2013/04/definisi-bahaya-risiko-insiden.html
Kusumaningrum, S. (2001, September 26). Hukum Bagi Anak Dibawah Umur. Diakses pada 15 November, 2013.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl112/hukum-bagi-anak-bawah-umur
Primus Dorimulu. (2013, September 4). Penjualan Motor Diproyeksi Tembus 7,8 Juta Unit di 2014. Diakses pada 26 Januari, 2014.
http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/penjualan-motor-diproyeksi-tembus-78-juta-unit-di-2014/41220
Setyandari Eka Apriliyana. (2012, November 4). Sepeda Motor Bukan Untuk Anak Dibawah Umur. Diakses pada 15 November, 2013.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga berbagai halangan dan rintangan yang
terjadi dalam proses penyelesaian tugas akhir ini, mampu penulis lalui hingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Laporan pengantar tugas
akhir ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan tugas akhir dan proses
kelulusan Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer
Indonesia yang berjudul “Perancangan Kampanye Bahaya Penggunaan Sepeda Motor Oleh Anak Dibawah Umur”.
Penulis menyadari akan keterbatasan-keterbatasan yang ada, namun oleh karena
hal tersebut juga penulis termotivasi untuk menemukan solusinya. Terima kasih
kepada orang tua, dosen pembimbing dan dosen-dosen lainnya serta pihak-pihak
yang secara langsung maupun tidak secara langsung, yang benar-benar membantu
penulis dalam pelaksanaan tugas akhir ini. Karena kritikan, saran dan juga
bantuan-bantuan merekalah penulis akhirnya dapat menemukan solusi-solusi
dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.
Dengan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki, penulis terbuka
untuk menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih
baik ke depannya. Penulis juga berharap laporan pengantar tugas akhir ini dapat
bermanfaat, baik bagi penulis maupun bagi pihak lain yang memerlukannya.
Bandung, 16 Agustus 2014
Ryannes Andryan
BAB I
dipakai seperti Twin-Cylinder, 4 valve, water cooler dan bermesin 1.500 cc. walau bermesin besar, ternyata tenaga kuda yang dihasilkan hanya 2,5 hp saja pada 240
rpm. Sepeda motor ini juga merupakan kendaran pertama di dunia memakai bahan
bakar minyak bumi. Mereka menyebut kendaraan penemuannya ini dengan nama “Reitwagen” (mobil tunggangan). Perkembangan motor di Indonesia sangat pesat, berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memprediksi
pada tahun 2014 akan ada peningkatan jumlah penjualan sepeda motor sebesar 4%
yakni mencapai 7,5 sampai 7,8 juta unit dibandingkan dengan proyeksi tahun
2013 yang mencapai 7,3 sampai 7,5 juta unit. Bahkan, pada tahun ini diperkirakan
penjualan kendaraan sepeda motor akan menyentuh 10 juta per tahun.
Dalam aturan berlalu lintas, seseorang baru boleh mengendarai sepeda motor jika
telah memiliki SIM dan sudah berumur 17 tahun. Tapi rata-rata anak SMP
berumur 13-15 tahun, sekarang sudah dengan bebas menggunakan sepeda motor
walaupun belum memiliki SIM. Semahir apa pun dalam berkendara, faktanya
dalam mengendarai sepeda motor bukan hanya diperlukan kemahiran, tetapi juga
tanggung jawab dan pemahaman terhadap aturan berlalu lintas yang berlaku.
Kemahiran memang bisa diperoleh dari banyak berlatih, tapi tanggung jawab dan
pemahaman tidak bisa diperoleh hanya dari banyak berlatih saja. Pelanggaran
aturan berupa izin bekendara oleh orang tua walaupun belum diizinkan memiliki
SIM, adalah bentuk pelanggaran terhadap ketidaktaatan pada aturan tersebut.
Dengan pemahaman lain adalah anak dibiarkan untuk tidak memiliki tanggung
jawab
gengsi anak dibawah umur itu pada dasarnya sangatlah tinggi, ketika si anak
melihat temannya menggunakan sepeda motor, maka tanpa berpikir panjang si
anak juga akan meminta kepada orang tuanya untuk dibelikan sepeda motor,
padahal mereka tidak begitu paham dan menyadari tentang bahaya dan resiko
yang akan mereka hadapi nantinya. Faktor kedua yang sekaligus menjadi faktor
utama yang menyebabkan para anak di bawah umur menggunakan sepeda motor
adalah peran orang tua anak. Ketegasan orang tua menjelaskan bahaya dan resiko
dinilai penting untuk menjaga keselamatan anak dan orang lain. Orang tua
sebaiknya tidak boleh kalah dengan anak sehingga akhirnya orang tua iba dan
mau tidak mau menuruti keinginan si anak. Sebagai orang tua, harusnya bisa
memberikan pengertian kepada anak mengenai penggunaan sepeda motor, kapan
(umur berapa) waktu yang tepat bagi anak untuk mulai mengendari sepeda motor.
Jika memang ingin memberi kendaraan kepada si anak, orang tua seharusnya bisa
memilih dan memberikan kendaraan yang memang jauh lebih tepat untuk anak
yang msaih dibawah umur.
Menurut Irjen. Pol. Drs. Mochammad Iriawan, S.H., M.M., M.H., yang diperoleh
dari http://www.rtmc-poldajabar.com, perilaku anak yang menggunakan
kendaraan sepeda motor tersebut merupakan penyumbang jumlah kasus
kecelakaan dalam penggunaan sepeda motor dibawah umur. Pada tahun
2010-2011, pengguna sepeda motor oleh anak di bawah umur mengalami kasus
kecelakaan sebanyak 231 orang. Inilah salah satu sebab sepeda motor dilarang
dipergunakan oleh anak dibawah umur.
I.2 Identifikasi Masalah
- Adanya orang tua yang melakukan pelanggaran dengan membiarkan anak
yang belum diizinkan memiliki SIM untuk berkendara di jalanan umum.
- Orang tua serta anaknya terlalu menyepelekan bahaya dan resiko dalam
penggunaan sepeda motor oleh anak dibawah umur.
- Semakin tingginya angka kecelakaan yang dialami oleh anak dibawah umur
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
peneliti dapat merumuskan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
- Bagaimana memberikan kesadaran kepada orang tua akan bahaya dan resiko
menggunakan sepeda motor bagi anak dibawah umur.
I.4 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, hal yang menjadi prioritas utama
permasalahan adalah
- Kepedulian orang tua (usia 25-40 tahun, yang sudah menikah dan mempunyai
anak) terhadap penggunaan sepeda motor yang seharusnya belum boleh
digunakan oleh anak dibawah umur.
I.5 Tujuan Perancangan
- Untuk memberikan kesadaran kepada orang tua agar menjelaskan bahaya dan
resiko penggunaan sepeda motor oleh anak dibawah umur kepada anaknya.
- Untuk memberikan kesadaran kepada orang tua akan pentingnya untuk
menjaga keselamatan anak dari dampak penggunaan sepeda motor oleh anak
dibawah umur.
I.6 Manfaat Perancangan
- Agar para orang tua tidak lagi salah memberikan kendaraan pada anak, dengan
memberikan kendaraan sepeda motor pada anak dibawah umur.
- Agar para anak yang masih dibawah umur mulai memiliki kesadaran bahwa
BAB II
BAHAYA PENGGUNAAN SEPEDA MOTOR OLEH ANAK DIBAWAH UMUR
II.1 Kampanye
Menurut Rogers dan Storey (seperti yang dikutip dari
http://all-about-theory.blogspot.com), definisi kampanye adalah “serangkaian tindakan
komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada jumlah
khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”.
Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya
harus mengandung empat hal yakni:
- Tindakan kampanye ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu.
- Jumlah khalayak sasaran yang besar.
- Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu.
- Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.
II.2 Bahaya
Bahaya (seperti yang dikutip dari http://akudank3.blogspot.com) adalah segala
kondisi yang dapat merugikan baik cidera atau kerugian lainnya, atau bisa juga
sumber, situasi dan tindakan yang berpotensi menciderai manusia.
II.3 Anak Dibawah Umur (Remaja)
Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara
masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi
perubahan-perubahan besar mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah.
Yang sangat menonjol pada periode ini adalah kesadaran yang mendalam
mengenai diri sendiri dengan mana anak muda mulai meyakini kemauan, potensi
dan cita-cita sendiri.
Pada saat pertumubuhan ini anak muda atau pubescens (12-17 tahun) pada
jasmani dan rohani. Kadang harmoni fungsi-fungsi motoriknya terganggu.
Sehingga dengan kejadian tadi pubescens sering tampak kaku dan kasar.
Masa remaja atau masa pubertas bisa dibagi dalam empat fase, yaitu:
1. Masa awal pubertas, disebut juga masa pueral atau pra-pubertas.
2. Masa menetang kedua.
3. Masa pubertas sebenarnya mulai pada umur 14 tahun. Masa pubertas
pada anak wanita pada umumnya berlangsung lebih awal daripada
pubertas anak laki-laki.
4. Fase adolesensi mulai pada usia 17 tahun sampai sekitar 19-21 tahun.
II.3.1 Periode Pueral (12-14 tahun)
Usia antara 5-11 tahun disebut sebagai masa latensi atau masa terikat. Pada
periode ini macam-macam potensi dan kemampuan anak masih bersifat “tersimpan” atau belum berkembang. Maka akhir masa latensi itu disebut sebagai masa pueral atau pra-pubertas. Beberapa ahli mengemukakan bahwa usia 12-14
tahun merupakan masa pueral. Masa pueral atau masa pra-pubertas ini ditandai
oleh berkembangnya tenaga pada fisik yang melimpah. Keadaan tersebut
menyebabkan tingkah laku anak terlihat kasar, canggung, kurang sopan, liar dan
lain-lain. Pada saat ini pertumbuhan jasmani sangat pesat. Bersamaan dengan
pertumbuhan yang sangat cepat, berlangsung juga perkembangan intelektual yang
sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar. Perkembangan
intelektual ini membangunkan macam-macam fungsi psikis dan rasa ingin tahu
sehingga tumbuh dorongan yang kuat untuk mencari ilmu pengetahuan dan
pengalaman baru. Minat anak-anak pueral itu sepenuhnya terarah pada hal-hal
yang kongkrit. Khususnya karena minatnya terarah pada kegunaan-kegunaan
teknis. Mereka belum menyukai teori-teori dan hal-hal yang abstrak. Sehubungan
dengan daya tahan anak yang besar, dan pertumbuhan jasmani yang pesat, orang
menandai proses ini dengan vitalitas yang besar. Oleh karena itu pada usia
pra-pubertas atau pueral dan usia pra-pubertas minat anak tertuju kepada aktivitas
energi yang berlimpah. Ini juga sebagai pemuas bagi kebutuhan anak untuk
bergiat dan kebebasan dirinya.
Dengan adanya perkembangan fisik yang melimpah terjadilah penigkatan
aktivitas. Namun bentuk dan isi aktivitas tersebut berbeda pada anak gadis dan
anak laki-laki. Peningkatan aktivitas tersebut bukanya berarti peningkatan
agresivitas anak, akan tetapi merupakan:
- Proses intensifikasi dari daya adaptasi anak terhadap realitas dunia.
- Merupakan usaha untuk lebih menguasai lingkungannya, dan
mengatasi kesulitan-kesulitan hidup.
Semua kegiatan itu dimungkinkan oleh adanya prinsip perkembangan yang aktif
dan dinamis pada anak. Sumber dari semua aktivitas terseut ialah:
1. Dorongan untuk tumbuh atau kemampuan untuk menjadi sesuatu.
2. Dorongan untuk mandiri.
Maka pada setiap individu normal selalu terdapat dorongan perkembangan untuk
berproses menjadi sesuatu, yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan yang
dinamis. Perkembangan yang dinamis ini berlandaskan pada beberapa faktor
seperti faktor bawaan sejak lahir atau faktor keturunan yang ditunjang oleh
macam-macam pengaruh dari lingkungan. Disamping itu, dorongan berkembang
selamanya disertai dorongan berjuang dan dorongan mencapai prestasi.
Di samping itu, pada fase pra-pubertas atau pueral terdapat pula gejala
Pada usia pueral ini juga timbul kecenderungan-kecenderungan untuk melakukan
perbuatan yang hebat-hebat. Namun perasaan hidup positif kuat ini juga sering
dari kekuasaan orang tua, lalu menggerombol dengan kawan-kawan sebayanya
dalam usahanya mendapatkan pengakuan terhadap dirinya khususnya dengan
maksud mendapatkan dukungan fisik dan dukungan moril dari kawan-kawan
sebayanya. Namun tampaknya yang ditemukan oleh anak-anak prapuber ini
adalah perasaan-perasaan ketidak mantapan, tidak stabil, tidak puas dan ketidak
mengertian.
Kontak sosial anak pueral dengan kawan-kawannya sifatnya masih primitif dan
masih longgar. Relasi anak pueral adalah sahabat-sahabatnya ataupun dengan
salah satu temannya. Relasi tersebut bersifat eksklusif dan unsur kesetiaan
dijunjung tinggi. Khususnya anak-anak menghargai rasa loyal dan solider
terhadap penderitaan.
II.3.2. Periode Pubertas (14-17 tahun)
Masa pubertas merupakan satu periode yang segera akan dilanjutkan oleh masa
adolesensi yang disebut juga masa pubertas lanjut. Pada masa pubertas masih
banyak terdapat unsur kekanak-kanakan. Namun pada usia puber muncul unsur
baru, yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan batiniah sekaligus
perkuatan dari rasa ego. Masa pubertas ini merupakan masa rekonstruksi. Dengan
timbulnya kepercayaan diri, timbul pula kesanggupan menilai kembali tingkah
laku sendiri yang dianggap tidak bermanfaat dan digantikan dengan aktivitas yang
lebih bernilai. Di samping itu mereka tidak mau dianggap kanak-kanak lagi dan
ingin cepat-cepat dewasa. Oleh karena itu mereka suka berperilaku layaknya
orang dewasa antara lain dengan merokok, ngebut dengan naik motor, berbohong
dan bergaya layaknya orang dewasa.
Masa pubertas juga merupakan periode perjuangan untuk mandiri. Pada masa ini
anak dicekam kepedihan hati, karena ia tidak memahami keadaan diri sendiri
maupun situasi lingkungannya. Ringkasnya, anak muda pada usia ini tengah
mengalami:
1. Pertentangan-pertentangan batin yang paling memuncak dalam
2. Karena itu masa pubertas ini benar-benar periode penuh permasalahan
dan jiwa yang sering berlawanan.
3. Timbulnya banyak kecemasan dan kebingungan pada anak muda.
Pada usia pubertas tersebut muncul aspirasi-aspirasi (peranan, usaha penigkatan),
impian-impian hidup dan cita-cita. Tapi sebaliknya mungkin pula diiring
timbulnya nafsu-nafsu rendah dan fikiran-fikiran yang paling inferior pada anak
puber.
Proses identifikasi atau proses penyamaan diri pada usia puber ini memegang
peranan penting sekali. Bentuknya bisa bervariasi dan bermacam-macam.
Identifikasi dapat bermanfaat karena bisa memperkokoh perkembangan ego dan
kepribadian anak serta memberikan sebuah dorongan. Akan tetapi, jika
identifikasi ini begitu besar maka peristiwa ini akan mengakibatkan proses
pengingkaran terhadap kepribadian sendiri. Sebab akan muncul kepribadian
berpura-pura dan meniru-nirukan secara tidak sadar pribadi lain dan terjadi
penghapusan jatidiri. Sedang tanpa identifikasi sama sekali pribadi menjadi lemah
dan akan timbul kecemasan. Oleh karena itu proses identifikasi memainkan
peranan besar bagi lancar tidaknya relasi anak muda terhadap orang tua dan
komunikasinya dengan lingkungan sosial yang lebih luas.
II.4 Sepeda Motor
Menurut Indri Lidiawati, (yang dikutip dari http://www.pusat-definisi.com),
sepeda motor adalah sebuah kendaraan beroda dua yang terdiri dari kerangka,
roda, tangki bahan bakar, tangkai kemudi atau setir dan digerakkan oleh mesin.
Istilah sepeda motor ini merupakan gabungan dua kata, yaitu sepeda dan motor.
Sepeda adalah bagian dari kerangkanya dan motor adalah mesin yang
menggerakkan.
Akan tetapi menurut penulis, sepeda motor adalah alat transportasi yang
digerakkan oleh peralatan teknik untuk pergerakannya, dan biasanya digunakan
untuk memudahkan berpergian dari satu tempat ke satu tempat lainnya. Biasanya
kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam (perkakas atau alat
digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan bahan bakar
minyak atau tenaga alam). Kendaraan bermotor memiliki roda, dan biasanya
berjalan di jalanan berlalu lintas.
Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling diminati oleh masyarakat
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, sepeda motor
merupakan kendaraan kelas menengah, tidak seperti mobil yang harganya terlalu
mahal, sepeda motor termasuk kendaraan yang harganya cukup terjangkau oleh
masyarakat Indonesia. Sepeda motor juga banyak diminati oleh masyarakat
Indonesia, karena banyaknya penawaran kredit sepeda motor oleh deler sepeda
motor, akibatnya jumlah sepeda motor terus bertambah dari tahun ke tahun.
Menurut Wulandari, D pada surat kabar harian Bisnis Indonesia 14 November 2011, “Pasar Sepeda Motor Jabar Tembus 4,36 juta”, mengemukakan bahwa di Jawa Barat jumlah sepeda motor pada tahun 2010 hingga 3,828.549 unit, dan
bertambah pada tahun 2011 menjadi 4.365.698 unit sepeda motor.
Gambar II.1 Sepeda motor
Sumber : http http://proud2ride.files.wordpress.com/2010/07/tampak-samping-fn_low.png (9 Desember 2013)
Semakin meningkatnya penggunaan sepeda motor menunjukkan bahwa, sepeda
digunakan mulai dari masyarakat kalangan kelas bawah sampai kalangan kelas
atas. Munculnya sepeda motor jenis matik juga merupakan faktor semakin
bertambah banyaknya pengguna sepeda motor. Sepeda motor juga memiliki
banyak kelemahan selain memiliki kelebihannya. Salah satu kelemahan sepeda
motor adalah desain sepeda motor yang terbuka, hal ini menimbulkan risiko
benturan pada seluruh anggota tubuh pengendara sepeda motor apabila terjadi
kecelakaan. Dampak kecelakaan yang terjadi akan lebih besar bila pengendara
tidak menggunakan helm pelindung sesuai standar yang telah ditetapkan
pemerintah, dan biasanya resiko yang ditimbulkan dari kecelakaan sepeda motor
adalah cacat fisik atau kematian.
II.5 Pengemudi (Pengendara)
Menurut Kansil dan Christine, pengemudi adalah orang yang mengemudikan
kendaraan baik kendaraan bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi
calon pengemudi yang sedang belajar mengemudikan kendaraan bermotor
ataupun kendaraan tidak bermotor seperti pada bendi/dokar disebut juga sebagai
kusir, pengemudi becak sebagai tukang becak. Pengemudi mobil disebut juga
sebagai sopir, sedangkan pengemudi sepeda motor disebut juga sebagai
pengendara. Di dalam mengemudikan kendaraan seorang pengemudi diwajibkan
untuk mengikuti tata cara berlalu lintas. Seorang yang telah mengikuti ujian dan
lulus ujian teori dan praktik mengemudi akan dikeluarkan Surat Izin Mengemudi
(SIM).
Dalam mengemudikan kendaraan tidak saja perlu mengetahui cara mengemudikan
kendaraan tetapi harus memahami dan mengusai jalannya kendaraan dalam lalu
lintas yang sangat dinamis sebagai berikut:
1. Keahlian mengemudikan kendaraan
Menguasai tata cara menghidupkan kendaraan, memasukkan gigi
percepatan, mengkombinasikan pedal kopling dan pedal gas untuk
menjalankan kendaraan, membelok kekiri dan kekanan, memundurkan
kendaraan serta menghentikan kendaraan.
Memahami tata cara membelok, memasuki persimpangan, berhenti,
menepi, pindah lajur, menyalib sebagaimana diatur dalam peraturan
perundangan lalu lintas, mematuhi rambu lalu lintas dan lampu lalu
lintas dan marka jalan.
3. Menghindar dari kecelakaan
Dalam berlalu lintas terjadi interaksi dengan pengemudi lainnya,
sehingga adakalanya harus menghindar dari kendaraan lain yng disebut
juga sebagai defensive driving. Di sini dipelajari bagaimana cara dan
bersikap untuk bisa menghindar dari kecelakaan lalu-lintas, antara lain
untuk mengendalikan emosi, tidak memaksakan untuk menyalib kalau
ruang bebas terlalu minim untuk menyalib, berjalan lebih lambat dari
lalu lintas rata-rata, bagaimana untuk mensikapi tikungan tajam, dan
berbagai keahlian lain.
Gambar II.2 Pengendara sepeda motor
II.6 Lalu Lintas
Menurut undang-undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angakutan Jalan (LLAJ) bahwa yang dimaksud dengan :
1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya.
2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas
Jalan.
3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat
ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas
Jalan.
4. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian Simpul
dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk
penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
5. Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda
dan intermoda yang berupa Terminal, stasiun kereta api, pelabuhan
laut, pelabuhan sungai dan danau, dan/atau bandar udara.
6. Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas,
Terminal, dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna
Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas
pendukung.
7. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
8. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di
atas rel.
9. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan
10.Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan
untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
11.Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi
gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan
fasilitas pendukung.
12.Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan rel dan jalan kabel.
Gambar II.3 Tertib lalu lintas
Sumber :
http://4.bp.blogspot.com/-6hnVW8W-8G0/UWe7WEIh7NI/AAAAAAAAADE/NG0T2lW0ql0/s1600/c360_2013-02-28.jpg (9 Desember 2013)
II.7 Aturan Dasar Berkendara
Undang-Undang Lalu Lintas nomor 22 tahun 2009 menetapkan ketentuan dan
peraturan demi menjaga ketertiban dan keamanan pengendara kendaraan
bermotor. Berikut ini beberapa hal harus diperhatikan oleh para pengguna sepeda
motor :
1. Syarat usia pemegang SIM C adalah 17 tahun (UU No. 22 tahun 2009
2. Jika tidak memiliki SIM denda Rp 1.000.000,00 Setiap orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan dan tidak memiliki SIM,
akan dipidana dengan pidana kurungan empat bulan atau denda paling
banyak Rp 1 juta (Pasal 281).
II.7.1 SIM (Surat Izin Mengemudi)
SIM (surat izin mengemudi) merupakan suatu bentuk legalitas yang diberikan
kepada seseorang untuk mengendari kendaraan sesuai dengan akreditasi SIM yang
dimilikinya. Dasar hukum SIM diatur dalam:
1. undang-undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan Pasal 14 ayat (1) huruf b dan psl 15 ayat (2) huruf c.
2. undang-undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan pasal 77 perihal persyaratan pngemudi
3. PP no. 50 tahun. 2010 tentang pnbp pada polri
SIM sebagai tanda legalitas seseorang ketika mengendarai kendaraan memiliki
fungsi dan peran yang sangat penting, adapun fungsi dan peran SIM adalah
1. Bukti kompetensi pengemudi, maksudnya adalah ketika seseornag
memiliki SIM maka orang tersebut sudah dinyatakan layak dan
mampu mengendari kendaraan, karena proses untuk mendapatkan SIM
dilakukan beberpa serangkain tes, baik test teori maupoun tes praktik.
Dan ketika seseorang telah mendapatkan SIM maka secara otomatis
orang tersebut sudah melampau segala tes yang diujikan.
2. Registrasi pengemudi kendaraan bermotor yang memuat keterangan
identitas lengkap pengemudi, maksudnya adalah bahwa SIM itu
memuat data diri dari seseorang yang memilikinya, dengan terdatanya
identitas diri maka Polri dapat memiliki daftar penduduk di Negara ini
yang dinyatakan layak untuk mendapatkan SIM
3. Data registrasi pengemudi dapat digunakan untuk mendukung kegiatan
lidik / sidik & identifikasi forensik polri, maksudnya adalah bahwa
dengan adanya data tersebut dapat menunjang tugas Polri sebagai
Berdasarkan Undang-undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan pada pasal 81 ayat 1 terdapat persyaratan untuk mendapatkan SIM, dimana
terdapat 4 pesyaratan seseorang untuk mendapatkan SIM, yaitu :
1. Syarat Usia, dimana pada SIM A, C dan D syarat minimal adalah
berunur 17 tahun, untuk SIM B I syarat minimal adalah 20 tahun dan
untuk SIM B II syarat minimal adalah 21 tahun.
2. Syarat Administratif, dalam proses pembuatan SIM dibutuhkan syarat
administratif berupa KTP, Pengisian formulir dan rumusan sidik jari.
3. Syarat lulus ujian dengan menempuh tiga tahap ujian, yaitu
1. Tes teori, dimana pemohon melaksanakan ujian tertulis yang
berkaitan dengan teori tata tertib berlalu lintas serta peraturan
lalu lintas dengan menggunkan computer dan secara langsung
2. Tes Praktik, merupakan tes dimana pemohon SIM
mempraktikan keahihan menggunakan kendaraan yang
dimilikinya, sesuai dengan golongan SIM yang ingin
diperolehnya.
3. Tes Simulator, merupakan ujian dengan menggunakan replica
kendaraan yang dilengkapi dengan sistem komputerisasi tes
menggunakan simulator hanya untuk pemohon SIM umum
SIM dapat digolongkan menjadi 5, dengan memperhatikan jenis kendaraan yang
usia minimal serta jenis kendaraan yang dapat dioperasionalkan setelah memiliki
SIM tersebut.
1. Golongan A, untuk mengemudikan mobil penumpang, mobil bis dan
mobil barang yang mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan tidak
lebih dari 3.500 kg.
2. Golongan B I, untuk mengemudikan mobil bis dan mobil barang yang
mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500 kg.
3. Golongan B II, untuk mengemudikan traktor atau kendaraan bermotor
dengan menarik kereta tempelan atau gandengan dengan berat yang
diperbolehkan untuk kereta tempelan atau kereta gandengan lebih dari
1.000 kg.
4. Golongan C, untuk mengemudikan sepeda motor yang dirancang
mampu mencapai kecepatan lebih dari 40 kilometer per jam;
5. Golongan D, untuk mengemudikan sepeda motor yang dirancang
dengan kecepatan tidak lebih dari 40 kilometer per jam.
II.8 Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut Pasal 1 ayat (24) UU LLAJ Tahun 2009 menentukan sebagai berikut: “kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.”
Menurut Pasal 229 UU LLAJ Tahun 2009 menentukan sebagai berikut:
kecelakaan lalu lintas digolongkan atas:
1. Kecelakaan lalu lintas ringan, kecelakaan lalu lintas ringan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kecelakaan
yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
2. Kecelakaan lalu lintas sedang, kecelakaan lalu lintas sedang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kecelakaan
yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau
3. Kecelakaan lalu lintas berat, kecelakaan lalu lintas berat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
Gambar II.5 Kecelakaan lalu lintas
Sumber : http://bachtiaryuan.files.wordpress.com/2012/06/antarafoto_1269330050.jpg (9 Desember 2013)
Kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan oleh
kelalaian pengguna jalan, ketidaklayakan kendaraan, serta ketidaklayakan jalan
dan/atau lingkungan.
II.8.1 Data Kecelakaan Lalu Lintas
Sepanjang tahun 2011 (yang dikutip dari http://www.rtmc-poldajabar.com), kasus
kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di wilayah hukum kepolisian daerah Jawa Barat
(Polda Jabar) meningkat 17,2 persen. Dari yang sebelumnya 6.787 kasus pada
2010, naik menjadi 7.955 kecelakaan lalu lintas. Dan, itu mayoritas melibatkan
Tidak hanya itu, peningkatan signifikan terjadi pada korban meninggal dunia
akibat kecelakaan lalu lintas, yakni naik 80,42 persen. Dari yang pada tahun 2010
tercatat sebanyak 1.773 jiwa, naik menjadi 3.199 jiwa.
Pada laporan tahun 2011 Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat, dari jumlah
lakalantas pada 2010, yaitu 6.787, tercatat satu kejadian setiap satu jamnya.
Sedangkan untuk korban meninggal dunia, yakni satu jiwa setiap empat jamnya.
Kemudian, untuk luka berat, tercatat sebanyak 2.077 dengan asumsi satu jiwa
setiap empat jamnnya. Lalu luka ringan sebanyak 7.430 jiwa, dengan satu jiwa
setiap satu jamnya. Sedangkan kerugian materil dari lakalantas pada tahun 2010,
yaitu sebesar Rp 13.917.650.000.
Untuk tahun 2011, dari total lakalantas 7.955, tercatat satu kejadian setiap satu
jamnya. Untuk korban meninggal dunia sebanyak 3.199 jiwa, itu satu jiwa setiap
tiga jam. Berikutnya, luka berat sebanyak 3.088 jiwa, itu setiap tiga jamnya ada
satu jiwa. Lalu luka ringan, tecatat sebanyak 8.787 jiwa, dengan satu jiwa setiap
jamnya. Dan, kerugian materiil, naik menjadi Rp 16.896.778.850.
Dari laporan Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat tahun 2011 tersebut, tercatat
jumlah pelanggaran lalu lintas. Dengan perbandingan, pada tahun 2010 sebanyak
309.376 pelanggaran. Kemudian pada tahun 2011 terdapat 522.225 pelanggaran,
atau meningkat 68,8 persen.
II.8.2 Pelaku kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di Polwiltabes Bandung, berikut adalah
4 Bandung Timur 46 66 113 75 24 3
Jumlah 136 240 214 127 72 14
Tabel II.1 Jumlah pelaku kecelakaan lalu lintas sepeda motor dari segi usia Sumber : Satlantas Polrestabes Bandung (20 Januari 2014)
Sedangkan data tentang jumlah pelaku kecelakaan lalu lintas sepeda motor yang dilihat dari segi pendidikannya adalah sebagai berikut :
No Wilayah
Tabel II.2 Jumlah pelaku kecelakaan lalu lintas sepeda motor dari segi pendidikan Sumber : Satlantas Polrestabes Bandung (20 Januari 2014)
II.9 Alasan Anak di Bawah Umur Dilarang Mengemudi
Menurut AKBP Sabilul, ada empat alasan utama kenapa anak dibawah umur
dilarang berkendara atau mengemudikan kendaraan di jalan raya
1. Secara Fisik, kendaraan didesain untuk orang dewasa, bukan untuk
anak-anak. "Sering terlihat ada anak kecil mengendarai motor,
sementara kaki belum bisa menjangkau tanah. Ada juga yang nyetir
mobil, tapi kaki belum bisa menjangkau rem dan akhirnya diganjal
bantal."
2. Faktor kognitif, kemampuan yang terbatas sehingga kurang
menganalisa dan mengatur strategi. Kebanyakan orang tua
menganggap anak-anaknya mampu berkendara, ketika melihat
adalah bagaimana jika ada di tanjakan, atau pada waktu berpapasan
dengan kendaraan lain.
3. Faktor emosi, tingkat emosi yang tidak diimbangi kemampuan kognitif
akan mengakibatkan anak cenderung meledak-ledak. Dan yang
keempat adalah faktor sosial, dimana kecenderungannya berkendara
sebelum dewasa, biasanya akan mendorong anak, belajar melanggar
aturan lalu lintas.
4. Anak-anak yang terlibat kecelakaan, tetap harus bertanggung jawab
secara hukum. Karena dalam UU, yang disebutkan adalah kata
"barangsiapa.." yang berarti merujuk pada pelaku. Sementara orang tua
juga tetap harus bertanggung jawab secara moral dan hukum.
Gambar II.6 Penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur
Sumber : http://infobanua.co.id/wp-content/uploads/2013/12/anak-motor.jpg (9 Desember 2013)
II.10 Target Audiens
Target audiens merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses sebuah
perencanaan kampanye. Dalam hal ini penulis menetapkan 2 target audiens, target
audiens primer dan sekunder yang dapat dipengaruhi oleh kampanye. Baik itu
orang tua sebagai target audiens primer yang memberi sepeda motor pada anak
dibawah umur maupun anaknya sebagai target audiens sekunder yang
menghentikan penggunaan sepeda motor oleh anak yang berusia dibawah 17
tahun.
II.10.1 Target Audiens Primer Demografis
- Jenis kelamin: Pria dan wanita
- Umur: 25-40 tahun
- Pendidikan: SMA dan perguruan tinggi.
- Pekerjaan: Pegawai Kantoran
- Status: Menikah
- Agama: Tidak ada batasan agama
Geografis
- Wilayah: Kota
- Lokasi kota: Kota Bandung
- Kedudukan: Urban
- Keprofesian: Kompleks atau perumahan, karena pendapatan kelas
sosial menengah rata-rata tinggal di perumahan
Psikografis
- Kepribadian: Dewasa, tanggung jawab, perhatian
- Karakteristik: Berwibawa, keras, tegas, tidak labil
II.10.2 Target Audiens Sekunder Demografis
- Jenis kelamin: Pria dan wanita
- Umur: 13-15 tahun
- Pendidikan: SD dan SMP.
- Pekerjaan: Pelajar
- Status: Belum menikah
Geografis
- Wilayah: Kota
- Lokasi kota: Kota Bandung
- Kedudukan: Urban
- Keprofesian: Kompleks atau perumahan, karena pendapatan kelas
sosial menengah rata-rata tinggal di perumahan
Psikografis
- Kepribadian: Bebas, beranjak dewasa, butuh perhatian orang tua
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan
Permasalahan yang ditemukan adalah kurangnya kepedulian orang tua terhadap
keselamatan anaknya dalam menggunakan kendaraan sepeda motor, serta
kurangnya kesadaran anak terhadap bahaya menggunakan sepeda motor yang
notabene bukan kendaraan yang cocok untuk digunakan oleh anak dibawah umur.
Untuk memberikan kesadaran kepada para orang tua agar tidak lagi memberikan
kendaraan sepeda motor kepada anak-anak mereka, serta mempengaruhi dan
mengubah perilaku anak agar tidak lagi menggunakan sepeda motor, maka
dibutuhkan suatu bentuk komunikasi yang mampu menyampaikan informasi atau
pesan yang dapat dimengerti oleh target audiens. Solusi yang tepat dalam
memecahkan masalah tersebut adalah membuat sebuah kampanye sosial yang
efektif dan mudah dimengerti.
III.1.1 Pendekatan Komunikasi
Pendekatan komunikasi yang akan dipakai adalah pendekatan komunikasi yang
dilakukan dengan cara mengajak, membujuk dan mempengaruhi target audiens
dengan tujuan agar target audiens mau mengikuti pesan atau saran yang
disampaikan dalam kampanye. Kampanye bahaya penggunaan sepeda motor oleh
anak dibawah umur akan menggunakan bahasa visual dan verbal. Dalam hal ini
penulis memberikan solusi berupa kampanye sosial untuk semua pengguna orang
tua dan anak-anaknya dengan menggunakan pendekatan komunikasi secara to the point dan tegas.
III.1.1.1 Pendekatan Visual
Untuk merancang sebuah kampanye bahaya penggunaan sepeda motor oleh anak
dibawah umur, pendekatan visual yang akan dilakukan adalah memberikan
gambaran fakta bahwa untuk anak yang masih dibawah umur itu belum cocok
ilustrasi, agar pesan yang disampaikan tidak kaku dan formal, sehingga lebih
menari dan mudah untuk diterima serta dipahami oleh target audiens.
III.1.1.2 Pendekatan Verbal
Dalam menyampaikan pesan bahaya penggunaan sepeda motor oleh anak dibawah
umur, bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia digunakan untuk menyapaikan pesan agar lebih efektif dan
dimengerti. Pendekatan komunikasi ini bedasarkan data dan sumber yang
berhubungan dengan bahaya penggunaan sepeda motor oleh anak dibawah umur.
Semua data yang didapat dirangkum menjadi informasi yang jelas agar mudah
tersampaikan maksud dan tujuannya, serta untuk memperkuat visual yang
ditampilkan. Menggunakan tagline yang terkesan santai namun dapat mempengaruhi target audiens untuk tidak lagi memberi dan menggunakan sepeda
motor, seperti: “Untuk Anak, Sepeda Lebih Tepat”
III.1.2 Strategi Kreatif
Strategi kreatif yang akan digunakan pada kampanye bahaya penggunaan sepeda
motor oleh anak dibawah umur, akan disampaikan dengan cara memberikan
gambaran tentang fakta bahwa untuk anak yang masih dibawah umur itu belum
cocok menggunakan kendaraan seperti sepeda motor, namun kendaraan yang
cocok bagi anak adalah sepeda. Pesan dapat tersampaikan kepada target audiens
jika pesan itu dibuat dengan visual yang menarik dan berbeda dengan iklan
kampanye yang lain. Oleh sebab itu diperlukan suatu strategi kreatif, sehingga
dapat mencapai hasil yang terbaik.
Konsep strategi kreatif dalam pembuatan kampanye ini adalah dengan memberi
sebuah kesadaran akan hal yang paling berbahaya dengan menambahkan tagline tambahan yang dibuat menjadi sebuah logo untuk memperjelas dan mempertegas
pesan utama yang disampaikan, yaitu “STOP! Memberi Sepeda Motor Pada Anak Dibawah Umur”. Dari tagline tambahan tersebut diharapkan akan mudah diingat dan dapat mengubah pemikiran serta menimbulkan kesadaran bagi para orang tua
untuk tidak lagi memberikan sepeda motor bila anaknya masih belum cukup
III.1.3 Strategi Media
Media kampanye merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan suatu
pesan kepada target audiens. Adapun media yang biasa digunakan diantaranya
above the line, below the line dan media kreatif.
Pemilihan media berdasarkan permasalahan yang terjadi diharapkan dapat
memberikan solusi yang tepat. Pemilihan media ini berfungsi untuk membatasi
media yang akan digunakan dalam perancangan kampanye agar tidak terlalu luas
dan mencapai keefektifitasan. Konsep ini menekankan bahwa kekuatan media
terletak pada pemilihan media serta kapan dan dimana media tersebut ditayangkan
atau dimuat, sehingga akan menciptakan suatu momen yang tepat untuk
membangun respon emosional target audiens. Maka pemilihan media disesuaikan
dengan kebiasaan target audiens, fungsi dari media itu sendiri agar pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan mudah, tepat, dan efektif. Strategi media yang
akan digunakan dibagi menjadi dua yaitu media utama dan media pendukung.
1. Media Utama
Baliho
Baliho termasuk ke dalam media above the line, baliho adalah media yang sering kita jumpai khususnya di ruas-ruas jalan, ukurannya yang
besar dapat menjadi pusat perhatian. Pemilihan media ini dapat
menjadi media pengingat bagi target audiens untuk tidak lagi
memberikan sepeda motor pada anaknya yang masih belum cukup
umur untuk dapat menggunakannya. Teknik produksi menggunakan
teknik digital printing. Media ini akan ditempatkan di ruas jalan Dago,
di tiap lampu merah, dan daerah yang aktivitas berlalu lintasnya tinggi.
2. Media Pendukung
Sebagai pendukung media utama, maka media pendukung yang akan
digunakan seperti:
Spanduk
Spanduk sebagai media lanjutan dari media utama, mempunyai isi
Poster
Poster termasuk kedalam media luar ruangan, poster dapat ditempatkan
ditempat umum dan dilalui oleh banyak orang. Sehingga pesan akan
dapat mudah tersebar. Penggunaan poster sebagai media utama karena
mempunyai jangkauan dan penempatan yang luas dan tingkat
keterbacaan tinggi. Poster dibuat secara masal melalui teknis cetak.
Stiker
Merupakan media kampanye yang bersifat fleksibel yang dapat
ditempel dimana saja. Jika sticker ini dipasang di kendaraan maka
secara tidak langsung pengguna jalan tersebut telah ikut serta
memberitahukan informasi wajib untuk tidak menggunakan ponsel
saat berkendara kepada pengguna jalan yang lain.
Kaos
Merupakan bahan promosi yang bersifat fleksibel yang kaos ini
dipakai maka secara tidak langsung pengguna kaos tersebut telah ikut
serta memberitahukan informasi yang diinformasikan.
Pin
Pin dibuat sebagai bagian dari merchandise. Tujuan pembuatanya
sebagai alat pengingat.
III.1.4 Strategi Distribusi
Pendistribusian media dilakukan pada bulan September, yang akan dilakukan
dalam tiga tahap. Media yang disebar pada tahap ini adalah baliho sebagai media
utama. Sebagai media pengenal awal kampanye, baliho dapat menjangkau
khalayak luas. Baliho tersebut akan didistribusikan dijalan dago dan setiap lampu
merah selama 2 bulan agar informasi yang disampaikan dapat terus menerus
Pada tahap kedua, media yang disebar merupakan yang dilakukan setelah
memasuki minggu ke-4. Media yang disebar adalah spanduk, dan poster. Media
ini sebagai media pengingat kembali untuk mendukung media utama.
Pada tahap ketiga yaitu 2 minggu terakhir kampanye ini, media yang disebar yaitu
pin, stiker dan kaos. Media-media yang dapat bersinggungan langsung dengan
target audiens yang fungsinya sebagai merchandise, media ini sebagai pengingat
6 Kaos
sehingga visual yang tercipta akan menarik. Konsep visual yang akan ditampilkan
dalam media komunikasi adalah gambaran fakta bahwa untuk anak yang masih
dibawah umur itu belum cocok menggunakan sepeda motor, namun kendaraan
yang cocok bagi mereka adalah sepeda. Konsep visual terdiri dari format desain,
tata letak, tipografi, ilustrasi, dan warna. Berikut akan dijelaskan lebih rinci.
III.2.1 Format Desain
Baliho merupakan media utama dalam kampanye ini, format desain yang akan
digunakan yaitu portrait. Format portrait dipilih agar jarak pandang menjadi lebih
pendek, sehingga mata tidak mudah lelah saat melihat dan membaca informasi
yang akan disampaikan.
III.2.2 Tata Letak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mario R. Garcia dan Pegie Stark
dalam Surianto Rustan (2010, 76) di daerah yang menggunakan bahasa dan
tulisan latin umumnya orang membaca dari kiri ke kanan serta dari atas ke bawah.
Selain itu arah gerak mata juga dipengaruhi oleh pembedaan dalam suatu tata
Gambar III.1. Tata letak desain media utama Sumber : Dokumen pribadi
III.2.3 Tipografi
Rangkaian huruf dalam sebuah kalimat bukan saja suatu makna yang mengacu
pada suatu gagasan, tetapi juga mampu memberikan kesan secara visual.
Pemilihan huruf harus sesuai dengan kesan yang ingin disampaikan. Konsep
dalam desainnya tidak terlalu formal. Penulisan Headline harus jelas dan mudah
terbaca, jenis huruf yang digunakan dapat memberikan kesan santai dan tidak
formal. Sesuai dengan pendekatan komunikasi pada kampanye, yaitu
Font Cooper Std digunakan untuk penulisan tagline utama yang ingin disampaikan. Alasan dipakainya huruf ini karena bentuknya yang tegas
tebal, sehingga dapat terlihat jelas.
Tw Cen MT Condensed
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
1234567890,.?;:’”!@#$%^&*()
Font Tw Cen MT Condensed digunakan untuk penulisan logo pesan
penjelas dalam kampanye. Alasan dipakainya huruf ini karena mudah
terbaca, jenis huruf yang digunakan dapat memberikan kesan santai
dan tidak formal.
III.2.4 Ilustrasi
Ilustrasi gambar yang digunakan dalam perancangan media kampanye ini adalah
menggunakan gaya ilustrasi manga yang mengajak orang tua serta anaknya untuk
tidak memberikan dan menggunakan lagi sepeda motor bila anak masih dibawah
umur. Visual yang digunakan merupakan hasil dari teknik ilustrasi sederhana yang
dapat dimengerti dan dipahami oleh target audiens. Visual yang dimunculkan
yaitu seorang anak SMP yang berangkat sekolah menggunakan sepeda, dengan
wajah yang ceria yang menandakan bahwa sepeda adalah kendaraan yang tepat
untuk anak yang masih belum menginjak usia 17 tahun.
III.2.4.1 Studi Visual Karakter
Dalam pembuatan kampanye bahaya penggunaan sepeda motor oleh anak
dibawah umur ini, penulis membuat karakter bergaya manga yang
menggambarkan seorang anak SMP yang berbeda dengan anak-anak seusianya
yang lain. Karakter anak SMP ini bernama bayu, bayu berbeda dengan anak-anak
yang lain karena disaat kebanyakan anak yang lain sudah mulai mengendarai
sepeda motor, bayu tetep mengendarai sepeda yang diberi oleh ayahnya. Setiap
kemanapun bayu tidak pernah menggunakan sepeda motor karena memang
usianya belum pantas untuk menggunakan sepeda motor.
Gambar III.2. Studi visual karakter Sumber : Dokumen pribadi
III.2.4.2 Referensi Visual
Berikut ini adalah beberapa referensi visual dalam perancangan kampanye bahaya
Gambar III.3. Referensi visual 1
Sumber : http://i800.photobucket.com/albums/yy286/coki02101/TERIMA-KASIH-KARTUN_zpsf66777f7.jpg (14 Juni 2014)
Gambar III.4. Referensi visual 2 Sumber :
III.2.4.3 Alternatif Visual
Berikut ini adalah beberapa alternatif visual yang dirancang untuk kampanye
bahaya penggunaan sepeda motor oleh anak dibawah umur.
Gambar III.5. Alternatif visual1 Sumber : Dokumen pribadi
Gambar III.7. Alternatif visual 3 Sumber : Dokumen pribadi
III.2.5 Warna
Warna merupakan salah satu elemen penting dalam perancangan sebuah media.
Warna menjadi indikator pembeda antara satu objek dengan yang lain, sekaligus
juga mempengaruhi kesan yang ingin disampaikan. Warna-warna yang digunakan
pada kampanye ini merupakan warna yang kontras sehingga dapat membangun
suatu kesatuan rasa kepada pembaca yaitu ceria. Warna-warna tersebut antara
lain:
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Pra Produksi
Sebelum memasuki tahapan produksi media yang sebenarnya, tahap yang harus
dilalui yaitu perancangan produksi yang meliputi:
Sketsa
Sketsa merupakan tahapan awal setelah konsep dibuat. Sketsa merupakan
gambaran sederhana tampilan visual yang akan dibuat
Pengolahan Gambar
Dalam pembuatan visual kampanye bahaya penggunaan sepeda motor oleh
anak di bawah umur ini, penulis menggunakan 2 software desain,
diantaranya Adobe Illustrator Cs3 dan Adobe Photoshop Cs3.
Finishing
Desain yang telah ditentukan memasuki proses cetak, teknis cetak akan
disesuaikan dengan kebutuhan media yang akan dibuat.
IV.2 Teknis Produksi
Teknis media dibuat berdasarkan pengelompokan tahapan perancangan media
kampanye sebagai berikut:
IV.2.1 Media Utama Baliho
Media : Baliho
Ukuran : 2,5 m x 4 m
Bahan Media : Flexi Matte
Gambar IV.1. Baliho Sumber : Dokumen pribadi
Dalam media ini penulis ingin memberikan pesan bahwa untuk anak,
menggendarai sepeda itu tidak kalah keren dan nyaman jika dibandingkan
dengan mengendarai sepeda motor, maka dibuatlah visual seorang anak
SMP yang sedang mengayuh sepedanya menuju sekolah dengan raut
wajah yang gembira. Tagline ditempatkan dibagian paling atas dengan ukurannya yang dibuat besar dan tegas agar menjadi pusat utama saat
melihat media ini setelah melihat visual yang digambarkan. Kemudian
diberi logo yang berfungsi sebagai pesan penjelas dari tagline, dan diletakan di bagian paling bawah bersama mandatori.
IV.2.2 Media Pendukung Spanduk
Ukuran : 0,8 m x 2 m
Bahan Media : Flexi Matte
Teknis Pembuatan : Cetak laser
Gambar IV.2. Spanduk Sumber : Dokumen pribadi
Media ini adalah media lanjutan dari baliho mempunyai konsep dan isi
pesan yang sama akan tetapi berbeda visual. Dalam media ini divisualkan
seorang anak SMP yang sedang berangkat kesekolah dengan salah satu
tangannya yang menjulur kedepan, dengan maksud mengajak dan
memberi tahukan bahwa mengendarai sepeda motor itu tidak atau belum
cocok untuk anak yang masih dibawah umur.
Poster
Media : Poster
Ukuran : 42 cm x 59.4 cm
Bahan Media : Art Paper 210gram
Teknis Pembuatan : Cetak laser
Pada media ini, menggambarkan seorang anak SMP yang sedang
menyebrang jalan dengan sedikit agak berpose. Pesan yang ingin
disampaikan yaitu mengajak orang tua untuk melarang anak-anak mereka
yang masih di bawah umur dan untuk anak-anak agar tidak lagi
Gambar IV.3. Poster Sumber : Dokumen pribadi
Stiker
Media : Stiker
Ukuran : 5 cm x 8 cm
Bahan Media : Stiker chromo
Teknis Pembuatan : Cetak laser
Stiker merupakan media kampanye yang bersifat fleksibel. Bisa ditempel
dimana saja. Jika stiker ini ditempelkan di bagian rumah, motor dan juga
buku maka secara tidak langsung memberitahukan informasi mengenai
pentingnya mencegah anak di bawah umur untuk tidak menggunakan
Gambar IV.4. Stiker 1 Sumber : Dokumen pribadi
Gambar IV.5. Stiker 2 Sumber : Dokumen pribadi
Pin
Media : Pin
Ukuran : Diameter 5,8 cm
Bahan Media : Plastik
Gambar IV.6. Pin Sumber : Dokumen pribadi
Dalam pembuatan media pin ini, tagline ditempatkan ditengah dan untuk logonya ditempatkan pada bagian bawahnya. Sebagai pesan tambahan
yang bisa memperjelas tagline. Kaos
Media : Kaos
Ukuran : M
Bahan Media : Kain
Teknis Pembuatan : Print DTG