• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... DAFTAR ISI...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... DAFTAR ISI..."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i IKHTISAR EKSEKUTIF ... ii DAFTAR ISI ... iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Tugas Pokok dan Struktur Organisasi ... 4

1.3 Isu Strategis ... 13

1.4 Sistematika Pelaporan ... 16

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis ... 18

2.2 Rencana Kinerja Tahun 2014 ... 24

2.3 Perjanjian Kinerja Tahun 2014 ... 24

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Kerangka Pengukuran Kinerja ... 28

3.2 Analisis Capaian Kinerja ... 30

3.3 Akuntabilitas Keuangan ... 56

3.4 Tindak Lanjut Evaluasi Sebelumnya ... 58

BAB IV PENUTUP ... 60

(2)

KATA PENGANTAR

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah, Bappeda Kota Lubuklinggau selama tahun 2014 lalu telah melakukan langkah-langkah dan upaya nyata serta terus mendorong ditingkatkannya kualitas perencanaan pembangunan daerah. Peningkatan kualitas pelayanan ini diawali peningkatan kualitas data dan informasi perencanaan dengan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan. Disamping itu, dalam meningkatkan kualitas perencanaan ini, telah dilakukan berbagai penyempurnaan terhadap sistematika penyusunan dokumen-dokumen perencanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berbagai langkah tersebut pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan kualitas perencanaan daerah yang tepat waktu dan tepat sasaran. Selain melaksanakan kewenangan bidang perencanaan, Bappeda Kota Lubuklinggau juga mempunyai kewenangan dalam pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan. Bertitik tolak dengan hal tersebut, maka Bappeda juga terus meningkatkan kualitas laporan atas pelaksanaan program dan kegiatan. Tingkat ketersediaan laporan dan ketepatan waktu menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja.

Dengan berakhirnya pelaksanaan tahun anggaran 2014 berarti Bappeda Kota Lubuklinggau telah menyelesaikan kegiatannya untuk tahun kedua dikaitkan dengan implementasi dari Rencana Strategis 2013-2017. Selama tahun 2014, sejumlah capaian kinerja yang ditargetkan dalam rencana strategis telah berhasil dicapai. Capaian kinerja Bappeda Kota Lubuklinggau untuk tahun 2014 ini kemudian dituangkan ke dalam Laporan Kinerja Bappeda Tahun 2014. Sebagai bentuk pengejawantahan prinsip-prinsip transparansi dan

akuntabilitas, maka penyampaian informasi kinerja ini merupakan bentuk

pertanggungjawaban kinerja kami kepada para stakeholders kami.

Akhir kata, kami berharap agar Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini dapat menjadi media pertanggungjawaban serta peningkatan kinerja bagi seluruh aparatur Bappeda Kota Lubuklinggau.

Lubuklinggau, 26 Februari 2015 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau

Dedi Yansyah, SP, M.Si Pembina TK.I

(3)

ii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Salah satu azas dalam penerapan tata kepemerintahan yang baik adalah akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban dari amanah atau mandat yang melekat pada suatu lembaga. Dengan landasan pemikiran tersebut, maka Laporan Kinerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Lubuklinggau ini disusun. LKj IP ini menyajikan Perjanjian Kinerja Tahun 2014 dan capaian kinerja dari Bappeda Kota Lubuklinggau Tahun 2014 yang merupakan pelaksanaan amanah yang diemban oleh organisasi. Walaupun Inpres 7 tahun 1999 memang mensyaratkan setiap instansi pemerintah menyusun suatu laporan akuntabilitas, namun LKj IP ini juga merupakan kebutuhan kami dalam melakukan analisis dan evaluasi kinerja dalam rangka peningkatan kinerja organisasi secara menyeluruh. LKj IP Bappeda Kota Lubuklinggau ini menyajikan berbagai keberhasilan maupun kegagalan dalam bidang perencanaan pembangunan daerah. Keberhasilan di bidang perencanaan pembangunan ini tentunya bukan hanya keberhasilan dari Bappeda Kota Lubuklinggau semata, tetapi juga menggambarkan keberhasilan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang lain, dan partisipasi masyarakat secara umum. Mewujudkan perencanaan yang profesional merupakan tujuan utama Bappeda Kota Lubuklinggau. Beberapa capaian kinerja dari Bappeda Kota Lubuklinggau tahun 2014 secara ringkas dapat diuraikan pada tabel berikut:

No Sasaran Strategis Indikator kinerja TARGET REALISASI CAPAIAN

(%) 1 2 3 4 5 6 1.1.1 Terwujudnya perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah yang partisipatif dan berkualitas

1 Regulasi tentang perencanaan pembangunan daerah yang ditetapkan dengan Perda dan /atau Perkada

% 100 100,00 100,00

2 Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang telah

ditetapkan dengan PERDA % 100 100,00 100,00 3 Tersedianya Dokumen

Perencanaan RPJMD yang

ditetapkan PERDA/PERKADA % 100 100,00 100,00 4 Tersedianya dokumen RKPD yang

ditetapkan dengan Perkada % 100 100,00 100,00 5 Prosentase sinkronisasi program

daerah dan pusat % 100 90,91 90,91

6 Penjabaran Program RPJMD

tahunan ke dalam RKPD % 100 100,00 100,00 7 Penjabaran Program RKPD ke

dalam APBD % 100 100,00 100,00

8 Prosentase Pencapaian Target

RPJMD % 100 89,18 89,18

9 Dokumen perencanaan

pengembangan kota Dok 4 3,00 75,00

10 Dokumen perencanaan prasarana

wilayah dan sumber daya alam Dok 2 0,00 0 11 Dokumen perencanaan

pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

Dok 1 0,00 0

12 Dokumen perencanaan pembangunan ekonomi yang mendukung RPJMD

(4)

iii

13 Dokumen perencanaan

pembangunan sosial budaya yang

mendukung RPJMD Dok 15 3,00 20,00 1.1.2 Terwujudnya Sinkronisasi proram pembangunan antar sektor dan antarwilayah yang mengacu kepada RTRW

1 Jumlah Dokumen RDTR dan/atau

RRTR Dok 4 2,00 50,00

2 Ketersediaan Perda RTRW ada/

tidak 100 100,00 100,00 3 Ketersediaan informasi mengenai

Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog (SPM)

% 100 100,00 100,00

4 Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta digital (SPM)

% 100 100,00 100,00

5 Terlaksananya penjaringan aspirasi masyarakat melalui forum

konsultasi publik (SPM) % 100 100,00 100,00 6 Terlayaninya masyarakat dalam

pengurusan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan Peraturan Daerah tentang RTR wilayah (SPM)

% 100 100,00 100,00

7 Ketaatan terhadap Rencana Tata

Ruang Wilayah % 50 55 110,00

1.1.3 Terpenuhinya data statistik dan informasi perencanaan

pembangunan daerah

1 Tingkat Ketersediaan data statistik

daerah % 100 100,00 100,00

2 Ketersediaan data dan informasi

pembangunan % 100 100,00 100,00

1.2.1 Terpenuhinya dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja serta keuangan

1 Tingkat ketersediaan dokumen

perencanaan SKPD % 100 100,00 100,00

2 Tingkat ketersediaan laporan

capaian kinerja SKPD % 100 100,00 100,00 3 Tingkat ketersediaan laporan

keuangan SKPD % 100 100,00 100,00 2.1.1 Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur perencanaan pembangunan daerah

1 Tingkat kedisiplinan aparatur % 100 100,00 100,00 2 Tingkat ketersediaan sarana dan

prasarana aparatur % 100 100,00 100,00

3 Prosentase aparatur yang

mempunyai kompetensi perencana % 100 100,00 100,00 4 Tingkat pemenuhan jasa

administrasi perkantoran % 100 100,00 100,00

Rata-rata capaian 96,28

Namun demikian, selain beberapa keberhasilan di atas, Bappeda Kota Lubuklinggau juga mencatat adanya beberapa kelemahan dan ini menjadi permasalahan dalam mewujudkan perencanaan daerah yang profesional. Beberapa keluhan terhadap perencanaan pembangunan daerah yang belum seluruhnya dapat menampung aspirasi masyarakat dan masih adanya perencanaan yang belum terkoordinasi secara maksimal menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan daerah belum sepenuhnya berhasil. Hal ini tetap akan menjadi catatan bagi seluruh jajaran pada Bappeda Kota Lubuklinggau dalam upaya memperbaiki pelaksanaan kerja di masa mendatang sehingga kinerja yang dihasilkan dapat lebih memberi manfaat kepada masyarakat maupun berbagai pihak yang berkepentingan.

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas KKN. Perlu diperhatikan pula adanya mekanisme untukmeregulasi akuntabilitas pada setiap instansi pemerintah dan memperkuat peran dan kapasitas parlemen, serta tersedianya akses yang sama pada informasi bagi masyarakat luas.

Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas managerial pada tiap lingkungan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada tiap bagian. Masing-masing individu pada setiap jajaran aparatur bertanggung jawab atas kegiatan yang dilaksanakan pada bagiannya. Konsep inilah yang membedakan adanya kegiatan yang terkendali (controllable activities) dengan kegiatan yang tidak terkendali

(uncontrollable activities). Kegiatan yang terkendali merupakan kegiatan yang secara nyata

dapat dikendalikan oleh seseorang atau suatu pihak, ini berarti kegiatan tersebut benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dinilai hasilnya oleh pihak yang berwenang.

Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Dalam dunia birokrasi, akuntabilitas instansi pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. Sejalan dengan

(6)

hal tersebut, telah ditetapkan TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelengaraan negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Selanjutnya, sebagai kelanjutan dari produk hukum tersebut diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap SKPD menyampaikan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) kepada Walikota, sebagai perwujudan kewajiban suatu

Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan

pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik setiap akhir anggaran.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada setiap Instansi Pemerintah, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai.

LKj IP juga berperan sebagai alat kendali, alat penilai Kinerja dan alat pendorong terwujudnya good governance. Dalam perspektif yang lebih luas, maka LKj IP berfungsi sebagai media pertanggungjawaban kepada publik. Semua itu memerlukan dukungan dan peran aktif seluruh lembaga pemerintahan pusat dan daerah serta partisipasi masyarakat.

Bertitik tolak dari Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2013–2017, Rencana Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2014 dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta memperhatikan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan. Pencapaian sasaran tersebut disajikan berupa informasi mengenai pencapaian sasaran Renstra, realisasi pencapaian indikator sasaran disertai dengan penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja dan pembandingan capaian indikator kinerja. Dengan demikian, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang menjadi laporan kemajuan penyelenggaraan pemerintahan oleh Kepala Badan kepada Walikota ini, telah disusun dan dikembangkan sesuai peraturan yang berlaku. Realisasi yang dilaporkan dalam LKj IP ini merupakan hasil kegiatan tahun 2014. Pelaksanaan penyusunan LKj IP Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2014

(7)

dengan memperhatikan kepada peraturan perundang-undangan yang melandasi pelaksanaan LKj IP yaitu Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan kepada Daerah Kota/Kabupaten untuk mengurus dan memajukan daerahnya sendiri. Hal ini diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Dalam pelayanan dan mekanisme Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah diberlakukan Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Evaluasi dan Pengendalian Rencana Pembangunan, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Agar berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang dapat berhasil dengan baik, maka harus disusun dalam suatu perencanaan yang matang. Perencanaan yang disusun tentunya harus mempertimbangkan keadaan yang ada dan memprediksikan keadaan yang akan datang dengan berbagai dukungan dan hambatan yang mungkin timbul.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau Nomor 3 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan sesuai dengan Peraturan Walikota Lubuklinggau Nomor 29 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Bappeda Kota Lubuklinggau mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang perencanaan pembangunan daerah dan melaksanakan tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah atau pemerintah provinsi. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai fungsi :

(8)

2. Pengkoordinasian penyusunan dibidang perencanaan pembangunan daerah;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan pembangunan daerah; dan Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

1.2 TUGAS POKOK DAN STRUKTUR ORGANISASI

1. Sumber Daya Manusia

1) Berdasarkan Golongan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Golongan

I II III IV

Jumlah - 5 36 5

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah

2) Berdasarkan Pendidikan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pendidikan Jumlah SD SLTP SLTA Diploma S.1 S.2 S.3 Jumlah - - 3 3 30 10 - 46

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah

3) Berdasarkan Eselon Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Eselon I II III IV Jumlah - 1 5 11

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau merupakan lembaga teknis yang mempunyai urusan wajib dibidang perencanaan pembangunan.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, disusun struktur organisasi dan tata kerja. Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 susunan organisasi Bappeda Kota Lubuklinggau terdiri dari :

(9)

a) Kepala Badan, mempunyai tugas memimpin, mengawasi, membina dan melaksanakan koordinasi serta kegiatan di bidang perencanaan pembangunan daerah.

b) Sekretariat, mempunyai tugas mengkoodinasikan rencana dan melaksanakan urusan kesekretariatan yang meliputi program, kepegawaian, mengolah urusan keuangan, rumah tangga serta urusan umum lainnya untuk menunjang tugas pokok seluruh organisasi di lingkungan Badan yang mempunyai fungsi :

 pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana program, anggaran dan

laporan Badan;

 pelaksanaan pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan;

 pengelolaan administrasi kepegawaian, pengelolaan keuangan, pengelolaan

surat menyurat, perlengkapan/peralatan kantor, kearsipan, perpustakaan dan rumah tangga Badan;

 pelaksanaan hubungan masyarakat dan keprotokolan;

 pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang kesekretariatan;

 pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan

 pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan

fungsinya.

Sekretariat membawahi :

1. Sub Bagian Umum, mempunyai tugas :

a. melaksanakan urusan tata usaha, surat menyurat, kearsipan dan kepegawaian;

b. menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan rencana dan program, menghimpun, mengolah, menyusun serta menyiapkan bahan laporan; c. melaksanakan kegiatan keprotokolan dan mengurusperjalanan dinas

serta menyelenggarakan urusan keamanan dan kebersihan kantor;

d. menghimpun dan mengelola data perlengkapan serta

menyelenggarakan analisis kebutuhan perlengkapan;

e. menyelenggarakan tata usaha penyimpanan dan distribusi barang-barang inventaris dan peralatan lainnya;

(10)

f. melaksanakan urusan rumah tangga, pemeliharaan perlengkapan, peralatan, kebersihan dan ketertiban kantor; dan

g. melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya.

2. Sub Bagian Program, mempunyai tugas :

a. melaksanakan penyusunan perencanaan dan program;

b. mengkoordinasikan tugas-tugas dalam rangka penyusunan

perencanaan dan program berdasarkan kebijakan di bidang pembangunan daerah;

c. melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana dan program di bidang pembangunan;

d. menyusun pelaporan dan informasi dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan;

e. melaksanakan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan penyusunan rencana dan program di bidang pembangunan; dan f. melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai

tugas dan fungsinya.

3. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas :

a. menghimpun data dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan anggaran Badan;

b. melaksanakan pengelolaan tata usaha keuangan;

c. menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan sesuai ketentuan yang berlaku;

d. melaksanakan pengurusan gaji dan tunjangan lainnya sesuai ketentuan yang berlaku;

e. melaksanakan pengurusan pencairan uang dan melaksanakan kontrol keuangan secara periodik; dan

f. melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya.

c) Bidang Statistik dan Pelaporan, mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mengelola, menganalisa data, menyusun statistik, dokumentasi monitoring dan

(11)

evaluasi serta melaporkan pelaksanaan pembangunan daerah, yang mempunyai fungsi:

a. mengkoordinasikan pengumpulan, pengelolaan, analisa data dan penyusunan statistik;

b. mengkoordinasikan pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan, program pembangunan serta memberikan pedoman dan petunjuk teknis penyampaian laporan pelaksanaan pembangunan;

c. mengkoordinasikan kegiatan dokumentasi dan memberikan; d. informasi tentang program serta hasil pembangunan daerah;

e. melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi terkait di bidang statistik dan pelaporan; dan

f. melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan atasan sesuai tugas dan fungsinya.

Bidang Statistik dan Pelaporan membawahi :

1. Sub Bidang Pengumpulan, Pengolahan Data dan Pelaporan, mempunyai tugas :

a. menyiapkan data sebagai bahan penyusunan perencanaan dan kebijakan umum pembangunan daerah;

b. melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi terkait di bidang pengumpulan, pengolahan data dan pelaporan; c. memfasilitasi kerjasama penelitian dan memberikan rekomendasi izin

penelitian;

d. menyiapkan dan menyusun laporan sebagai bahan evaluasi serta pengendalian untuk bahan penyusunan perencanaan; dan

e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan fungsinya.

2. Sub Bidang Monitoring dan Evaluasi, Statistik dan Dokumentasi, mempunyai tugas :

a. menyiapkan bahan dan petunjuk teknis di bidang monitoring dan evaluasi, statistik dan dokumentasi;

(12)

b. mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan di bidang monitoring dan evaluasi, statistik dan dokumentasi;

c. melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi terkait di bidang monitoring dan evaluasi, statistik dan dokumentasi; d. menyusun dan menyiapkan data statistik dan dokumentasi sebagai

bahan data perencanaan pembangunan daerah; dan

e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan fungsinya.

d) Bidang Ekonomi, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan dalam menganalisa, merumuskan dan menyusun rencana dan kebijakan teknis di bidang perekonomian yang meliputi perekonomian umum dan kesempatan kerja, pertanian, perdagangan, perindustrian barang dan jasa, perbankan, dan keuangan serta mempunyai fungsi :

a. menyusun program dalam rangka perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek di bidang perekonomian;

b. menyiapkan dan memberikan pertimbangnan rencana dan program pembangunan di bidang perekonomian;

c. mengidentifikasi permasalahan di bidang perekonomian;

d. mengkoordinasikan dan melaksanakan penyusunan program tahunan dan lima tahunan di bidang perekonomian;

e. merencanakan pengembangan perekonomian daerah; f. memfasilitasi program pengentasan perekonomian;

g. mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan program di bidang perekonomian; dan

h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya.

Bidang Ekonomi membawahi :

1. Sub Bidang Perdagangan, Industri dan Pengolahan Pasar, mempunyai tugas :

a. menyiapkan dan memberikan pertimbangan rencana dan program pengembangan di bidang perdagangan, industri dan pengolahan pasar;

(13)

b. menyusun program di bidang perdagangan, industri dan pengolahan pasar;

c. menyiapkan dan merumuskan konsep rencana tahunan pembangunan di bidang perdagangan, industri dan pengolahan pasar;

d. menyiapkan dan memberikan rekomendasi usulan-usulan program pengembangan di bidang perdagangan, industri dan pengolahan pasar; g. mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan program di bidang

perdagangan, industri dan pengolahan pasar; dan

h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan fungsinya.

2. Sub Bidang Pertanian, mempunyai tugas : a. menyusun program di bidang pertanian;

b. menyiapkan dan memberikan pertimbangan rencana dan program pengembangan di bidang pertanian;

c. menyiapkan dan menganalisa data pembangunan di bidang pertanian; d. menyiapkan dan merumuskan konsep rencana tahunan pembangunan

di bidang pertanian;

e. menyiapkan dan memberikan rekomendasi usulan program pembangunan di bidang pertanian;

f. mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan program di bidang pertanian; dan

i. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya

e). Bidang Sosial Budaya, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan dalam menganalisa, merumuskan dan menyusun rencana dan kebijakan teknis di bidang sosial budaya yang meliputi pendidikan, pariwisata, budaya, kesehatan, kesejahteraan sosial dan aparatur pemerintahan dan mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dalam rangka perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek/ tahunan di bidang sosial budaya;

(14)

c. pelaksanaan sinkronisasi perencanaan program kegiatan di Lingkungan Pemerintah Daerah dan instansi terkait yang berkaitan di bidang sosial budaya;

d. pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi terkait mengenai rencana pengembangan di bidang sosial budaya;

e. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang sosial budaya; f. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan

g. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya.

Bidang Sosial Budaya membawahi :

1. Sub Bidang Pendidikan, Pariwisata dan Budaya, mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis

di bidang pendidikan, pariwisata dan budaya;

b. menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pendidikan, pariwisata dan budaya;

c. menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi terkait di bidang pendidikan, pariwisata dan budaya;

d. menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian dibidang pendidikan, pariwisata dan budaya;

e. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan f. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan

fungsinya.

2. Sub Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis

di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial;

b. menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial;

c. menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi terkait di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial;

d. menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian dibidang kesehatan dan kesejahteraan sosial;

(15)

e. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan f. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan

fungsinya.

f. Bidang Fisik, Prasarana dan Lingkungan Hidup, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan dalam menganalisa, merumuskan, menyusun rencana dan kebijakan teknis di bidang fisik, prasarana dan lingkungan hidup yang meliputi pengairan, perhubungan dan telekomunikasi, tata ruang dan tata guna tanah serta sumber daya alam dan lingkungan hidup serta mempunyai fungsi :

a. menyusun rencana program dan petunjuk teknis dalam rangka perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek/ tahunan di bidang fisik, prasarana dan lingkungan hidup;

b. melaksanakan rencana program dan petunjuk teknis di bidang fisik, prasarana dan lingkungan hidup;

c. mengsinkronisasikan perencanaan program kegiatan di Lingkungan Pemerintah Daerah dan instansi terkait di bidang fisik, prasarana dan lingkungan hidup;

d. melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi terkait di bidang fisik, prasarana dan lingkungan hidup;

e. melaksanakan pengawasan dan pengendalian di bidang fisik, prasarana dan lingkungan hidup;

f. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan

g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya.

Bidang Fisik, Prasarana dan Lingkungan Hidup membawahi :

1. Sub Bidang Fisik dan Prasarana, mempunyai tugas :

a. menyusun rencana program dan petunjuk teknis di bidang fisik dan prasarana;

b. menyusun dan melaksanakan kebijakan dalam rangka pengaturan, pembinaan penyelenggaraan pembangunan di bidang fisik dan prasarana;

(16)

c. menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi terkait di bidang fisik dan prasarana;

d. melaksanakan pengawasan dan pengendalian di bidang fisik dan prasarana;

e. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan f. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas

dan fungsinya

2. Sub Bidang Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, mempunyai tugas: a. menyusun rencana program dan petunjuk teknis di bidang penataan

ruang dan lingkungan hidup;

b. menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang penataan ruang dan lingkungan hidup;

c. menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi terkait di bidang penataan ruang dan lingkungan hidup; d. menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian di bidang penataan

ruang dan lingkungan hidup;

e. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan f. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas

dan fungsinya.

g. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Kota sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. (2) Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional

Senior yang ditunjuk.

(3) Jumlah tenaga Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(4) Jenis dan jenjang jabatan diatur berdasarkan peraturan Perundang-undangan.

(5) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(17)

1.3 ISU STRATEGIS

Dalam era otonomi daerah perencanaan pembangunan yang baik merupakan urgensi yang mendesak untuk dilakukan sebagai tools untuk memetakan kebutuhan pembangunan daerah sekaligus untuk memetakan jenis intervensi kebijakan pemerintah melalui program dan kegiatan pembangunan yang tepat sesuai dengan kebutuhan daerah. Oleh karenanya, dalam kerangka pemahaman seperti tersebut di atas diperlukan proses sekaligus produk perencanaan pembangunan daerah yang tepat mengikuti kaidah peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta yang mampu menjawab permasalahan pembangunan yang dihadapi daerah dalam kurun waktu tertentu.

Disisi lain, bahwa kapasitas kelembagaan daerah saat ini relatif terbatas baik dalam melakukan proses perencanaan pembangunan daerah maupun dalam menghasilkan produk perencanaan pembangunan daerah yang sesuai dengan tuntutan perubahan regulasi secara nasional, perkembangan situasi eksternal, serta dinamika internal daerah. Oleh karenanya, perbaikan dalam perencanaan pembangunan daerah merupakan langkah strategis untuk menjawab tantangan tersebut.

Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, sistem Perencanaan Pembangunan mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu:

1. politik; 2. teknokratik; 3. partisipatif;

4. atas-bawah (top-down); dan 5. bawah atas (bottom-up).

Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon kepala daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan

(18)

teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat kabupaten/kota, kecamatan, dan Kelurahan.

Perencanaan pembangunan terdiri dari 4 (empat) tahapan yakni: (1) penyusunan rencana;

(2) penetapan rencana;

(3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana,

Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.

Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap satu rencana untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah ketiga, adalah melibatkan masyarakat

(stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan

masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah berikutnya adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, sedangkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana

(19)

tersebut oleh pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Selanjutnya Kepala Bappeda Kota Lubuklinggau menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit), dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap Perangkat Daerah berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja kegiatan pembangunan, Perangkat Daerah mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah disusun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perencanaan pembangunan daerah dimaksud disusun oleh pemerintahan daerah sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Penyusunan perencanaan pembangunan daerah juga dimaksudkan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Peningkatan kualitas penyelenggaraan perencanaan tidak lepas dari meningkatnya kapasitas kelembagaan Bappeda Kota Lubuklinggau meliputi kapasitas SDM, sarana dan prasarana serta sistem perencanaan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, meliputi:

a) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan diklat fungsional;

b) Tersedianya hasil-hasil kajian perencanaan, meliputi: master plan, grand design, RDTRK, RTRW, data base, dan kajian sektor lainnya sebagai pendukung perencanaan;

c) Fasilitasi berbagai forum multistakeholders di bidang perencanaan dan perumusan kebijakan pembangunan lainnya;

(20)

d) Meningkatnya koordinasi perencanaan intern yang mantap, sinergis, dan terpadu antara lain melalui focussed group discussion (FGD);

e) Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan data dan informasi.

Pada kenyataannya, peningkatan kualitas penyelenggaraan ini belum secara signifikan diikuti oleh peningkatan kualitas produk perencanaan. Hal ini disebabkan adanya beberapa tantangan dan permasalahan pokok antara lain:

1) Perubahan peraturan perundangan dan pedoman yang mengatur mekanisme perencanaan;

2) Masih adanya persepsi yang salah terhadap posisi Bappeda Kota Lubuklinggau sebagai lembaga perencanaan;

3) Belum mantapnya mekanisme perencanaan antara Bappeda Kota Lubuklinggau dengan SKPD dan antar SKPD;

4) Rasa pesimis masyarakat akibat dari menurunnya kepercayaan terhadap jaminan kepastian akan direalisasikannya rencana;

5) Lemahnya kapasitas kelembagaan perencanaan di tingkat basis yang menyebabkan kurang efektifnya proses perencanaan dan berakibat pada tumbuhnya perilaku nerabas (shortcutting);

6) Internal birokrasi: lemahnya koordinasi dan masih adanya ego sektoral antar SKPD; rendahnya kapasitas dan komitmen SKPD pada proses perencanaan; Internal Bappeda Kota Lubuklinggau belum mampu menyediakan alat-alat praktis analisis kelayakan kegiatan yang kredibel; belum meratanya kapasitas analitik SDM perencanaan; belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan data, teknologi informasi dan komunikasi, penelitian dan pengembangan, serta pengendalian perencanaan pembangunan.

1.4 SISTEMATIKA PELAPORAN

Sistematika Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah sebagai berikut:

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

(21)

Bab I : Pendahuluan

Menjelaskan secara ringkas penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.

Bab II : Perencanaan Kinerja

Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.

Bab III : Akuntabilitas Kinerja

a. Capaian Kinerja Organisasi

Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.

b. Realisasi Anggaran

Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

Bab IV : Penutup

menjelaskan kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta

langkah di masa mendatang yang akan dilakukan untuk meningkatkan

kinerjanya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

- Lampiran Form Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

(22)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

2.1 RENCANA STRATEGIS

Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, nasional, global dan tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.Dengan pendekatan perencanaan strategis yang jelas dan sinergis, instansi pemerintah lebih dapat menyelaraskan visi dan misinya dengan potensi, peluang, dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan akuntabilitas kinerjanya. Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2013–2017 merupakan dokumen perencanaan strategis yang disusun dan dirumuskan setiap lima tahun (perencanaan jangka menengah) yang menggambarkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Program dan kegiatan daerah Renstra secara sistematis mengedepankan isu-isu lokal, yang diterjemahkan kedalam bentuk strategi kebijakan dan rencana pembangunan yang terarah, efektif dan berkesinambungan sehingga dapat diimplementasikan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan anggaran pembiayaan.

1. Visi – Misi 1) Visi

Dengan berpedoman kepada Visi dan Misi Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau memiliki Visi:

“TERWUJUDNYA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG BERKUALITAS”

Makna dari visi tersebut adalah produk perencanaan pembangunan yang dihasilkan oleh BAPPEDA Kota Lubuklinggau harus dapat diandalkan sebagai alternatif solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan daerah melalui upaya yang sinergis, terintegrasi dan sesuai dengan kondisi regional maupun sektoral. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BAPPEDA Kota Lubuklinggau melaksanakan perencanaan pembangunan daerah berdasarkan kompetensi, profesionalisme, dan mengutamakan kepentingan masyarakat. Disamping itu, BAPPEDA Kota Lubuklinggau secara proaktif berperan

(23)

dalam menentukan arah pencapaian tujuan pembangunan daerah melalui pelaksanaan analisis kebijakan/kajian pembangunan, pelaksanaan koordinasi, dan integrasi perencanaan pembangunan serta menjalankan konsultasi, advokasi, pendampingan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

b. Misi

Agar Visi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau

“TERWUJUDNYA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG

BERKUALITAS” dapat diwujudkan, dan dapat mendorong alokasi sumberdaya di

seluruh unsur organisasi, maka dirumuskan misi BAPPEDA Kota Lubuklinggau sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah.

2. Mewujudkan profesionalisme aparatur perencana.

2. Tujuan dan Sasaran Strategis 1. Tujuan

Tujuan pembangunan jangka menengah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah tahun 2013-2017 yaitu:

1. Misi 1: Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan, dengan tujuan:

1.1 Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah

1.2 Meningkatnya kualitas perencanaan dan evaluasi kinerja serta keuangan SKPD

2. Misi 2: Mewujudkan profesionalisme aparatur perencana, dengan tujuan:

2.1 Meningkatnya kualitas SDM perencana

b. Sasaran Strategis

Adapun sasaran dari pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu :

1. Tujuan 1: Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah, dengan sasaran:

1.1 Terwujudnya perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah yang partisipatif

dan berkualitas

1.2 Terwujudnya sinkronisasi program pembangunan antar sektor dan

antarwilayah yang mengacu kepada RTRW

(24)

2. Tujuan 2: Meningkatnya kualitas perencanaan dan evaluasi kinerja serta keuangan SKPD, dengan sasaran:

2.1 Terpenuhinya dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja serta keuangan

3. Tujuan 3: Meningkatnya kualitas SDM perencana, dengan sasaran:

3.1 Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur perencana pembangunan

daerah

3. Strategi dan Arah Kebijakan

Strategi yang ditempuh dalam mewujudkan visi misi Bappeda Kota Lubuklinggau adalah:

1. Penguatan sistem perencanaan pembangunan daerah. 2. Penguatan sistem pengendalian pembangunan daerah.

3. Meningkatkan kualitas rencana tata ruang dan mengoptimalkan peran kelembagaan untuk mewujudkan rencana tata ruang sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan.

4. Menyempurnakan data statistik dan informasi perencanaan pembangunan daerah. 5. Peningkatan efektifitas dan efisiensi perencanaan dan evaluasi kinerja serta

keuangan SKPD Bappeda.

6. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pengelolaan internal SKPD Bappeda.

Adapun kebijakan program perencanaan pembangunan Bappeda Kota Lubuklinggau yang ditempuh melalui:

1. Pengkoordinasikan para pelaku pembangunan

2. Penelitian dan pengembangan perencanaan pembangunan daerah

3. Meningkatkan koordinasi Perencanaan di bidang Ekonomi

4. Meningkatkan koordinasi Perencanaan di bidang Sosial Budaya

5. Pemantauan, evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan

6. Penyusunan regulasi rencana tata ruang yang komprehensif dan partisipatif

7. Penataan dan peningkatan kapasitas kelembagaan institusi penataan ruang

8. Mengoptimalkan pengawasan penyelenggaraan penataan ruang termasuk

didalamnya melalui pengendalian pemanfaatan ruang

(25)

10. Pengembangan metode pengumpulan data dan informasi pembangunan 11. Menyempurnakan dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja serta keuangan 12. Mengoptimalkan kedisiplinan aparatur

13. Mengoptimalkan pemenuhan sarana dan prasarana aparatur 14. Peningkatan kompetensi dan profesionalitas SDM perencana 15. Mengoptimalkan pelayanan administrasi perkantoran

4. Program dan kegiatan pokok

Untuk mencapai sasaran-sasaran sebagaimana tersebut dalam Rencana Strategik Bappeda Kota Lubuklinggau 2013-2017, maka pada tahun 2014 Bappeda Kota Lubuklinggau merencanakan akan melaksanakan beberapa program dan kegiatan. Baik program dan kegiatan utama maupun program dan kegiatan yang bersifat rutin. Adapun Program yang wajib dilaksanakan untuk strategi pencapaian, yaitu :

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, yang didukung oleh kegiatan – kegiatan

sebagai berikut :

a. Penyediaan jasa surat menyurat

b. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

c. Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/operasional d. Penyediaan jasa administrasi keuangan

e. Penyediaan jasa kebersihan kantor f. Penyediaan alat tulis kantor

g. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

h. Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor i. Penyediaan peralatan rumah tangga

j. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan k. Penyediaan makanan dan minuman

(26)

2. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, yang didukung oleh kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Pendidikan dan pelatihan formal dan non formal

3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, yang didukung oleh

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Pengadaan perlengkapan gedung kantor

b. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional c. Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor d. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor

4. Program Peningkatan Disiplin Aparatur, yang didukung oleh kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:

a. Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya.

5. Program pengembangan data/informasi, yang didukung oleh kegiatan-kegiatan

sebagai berikut :

a. Penyusunan profil daerah

b. Pengelolaan data dan informasi berbasis teknologi dan informasi

6. Program pengembangan data/informasi/statistik daerah, yang didukung oleh

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Penyusunan dan pengumpulan data dan statistik daerah.

7. Program perencanaan pembangunan daerah, yang didukung oleh kegiatan-kegiatan

sebagai berikut :

a. Penyusunan RKPD

(27)

8. Program Perencanaan Pengembangan Kota-Kota Menengah dan Besar, yang didukung oleh kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Koordinasi perencanaan penanganan perumahan b. Koordinasi perencanaan pengembangan kota

9. Program perencanaan pembangunan ekonomi, yang didukung oleh kegiatan-kegiatan

sebagai berikut :

a. Penyusunan perencanaan pengembangan ekonomi masyarakat b. Koordinasi perencanaan pembangunan bidang ekonomi

c. Koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah

d. Penyusunan dokumen strategi penanggulangan kemiskinan

10. Program perencanaan sosial dan budaya, yang didukung oleh kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Koordinasi perencanaan pembangunan bidang sosial dan budaya b. Penyusunan database sosial budaya

c. Pengumpulan dan analisis data capaian kinerja bidang sosial budaya

11. Program Perencanaan Tata Ruang, yang didukung oleh kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Penyusunan rencana detail tata ruang kawasan

b. Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang c. Rapat koordinasi tentang rencana tata ruang

d. Pembuatan data keruangan untuk perencanaan dan pengembangan wilayah kota lubuklinggau

12. Program Pemanfaatan Ruang, yang didukung oleh kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Survey dan pemetaan

(28)

13. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, yang didukung oleh kegiatan sebagai berikut:

a. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD

14. Program pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah, yang didukung oleh kegiatan sebagai berikut:

a. Monitoring evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana pembangunan daerah b. Koordinasi pengendalian perencanaan dan informasi pembangunan daerah

2.2 RENCANA KINERJA TAHUN 2014

Sebagai penjabaran lebih lanjut dari Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2013-2017, disusun suatu Rencana Kinerja (Perfomance Plan) setiap tahunnya. Rencana kinerja yang harus dicapai dalam satu tahun pelaksanaan yang menunjukkan nilai kuantitatif yang melekat pada setiap indikator kinerja, baik pada tingkat sasaran strategis maupun tingkat kegiatan, dan merupakan pembanding bagi proses pengukuran keberhasilan organisasi yang dilakukan akhir periode pelaksanaan.

Sasaran strategis tahun 2014 ditetapkan sebanyak 5 (Lima) sasaran dengan target indikator kinerja sasaran sebanyak 29 (Dua puluh sembilan) indikator kinerja sasaran, secara rinci dapat dilhat dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) pada lampiran.

2.3 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2014

Perjanjian kinerja pada dasarnya merupakan salah satu komponen dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP), yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan kontrak kinerja ini diharapkan dapat mendorong keberhasilan peningkatan kinerja instansi pemerintah.

Perjanjian kinerja ini merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai antara pimpinan unit kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau yang menerima amanah/tanggungjawab/kinerja dengan pihak yang memberikan amanah/tanggungjawab/kinerja dalam hal ini selaku Kepala Daerah Kota Lubuklinggau. Dengan demikian, penetapan kinerja ini merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan langsungnya.

(29)

Penetapan kinerja ini akan menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh suatu instansi pemerintah/unit kerja dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya.

Ruang lingkup penetapan kinerja mencakup seluruh tugas pokok dan fungsi suatu organisasi dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Surat Pernyataan Penetapan Kinerja dan tabel penetapan kinerja dapat dilihat pada lampiran.

a. Pernyataan Perjanjian Kinerja

Dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2014 merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja yang berisikan/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara Walikota Lubuklinggau dan Pimpinan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dalam hal ini Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau untuk mewujudkan target kinerja yang telah dituangkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau.

Dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2014 disusun setelah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau menerima Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang telah ditandatangani oleh Walikota Lubuklinggau, pimpinan SKPD/unit kerja setempat dan telah disahkan oleh Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Lubuklinggau.

Dokumen Penetapan Kinerja pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau dimanfaatkan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau selaku pengguna anggaran yang berguna untuk, yaitu: a. Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau;

b. Melaporkan capaian realisasi dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) 2014 kepada Walikota Lubuklinggau;

c. Menilai keberhasilan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau di Tahun 2014 dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Kota Lubuklinggau dibidang manajemen Kepegawaian.

Berikut ini pada halaman lampiran terdapat Pernyataan Perjanjian Kinerja Tahun 2014 tingkat SKPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau yang telah ditandatangani oleh Kepala Badan Kepegawaian Darah

(30)

Kota Lubuklinggau sebagai Pihak Pertama dan Walikota Lubuklinggau sebagai Pihak Kedua.

b. Perjanjian Kinerja

Dalam dokumen Perjanjian Kinerja terdapat pernyataan yang dilampirkan dengan formulir yang memuat kolom sasaran strategis, indikator kinerja utama, target kinerja dan pagu anggaran yang digunakan pada program kegiatan tahun anggaran 2014. Penyusunan Dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2014 ini ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan, antara lain :

1. Kontrak 1 (satu) tahun anggaran memuat Pernyataaan Perjanjian Kerja antara

Walikota Lubuklinggau dengan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau dalam menjalankan anggaran tahun 2014 pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau;

2. Dokumen Perencanaan Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kota Lubuklinggau tahun 2013-2017;

3. Dokumen Perencanaan Kinerja Tahunan 2014 pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau;

4. Dokumen pengganggaran atau Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) pada

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau tahun 2014; Dokumen pernyataan penetapan kinerja tahun 2014 yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau dapat dilihat pada halaman lampiran berikut. Sedangkan Perjanjian Kinerja yang akan dicapai untuk tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target

1.1.1 Terwujudnya perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah yang partisipatif dan berkualitas

1 Regulasi tentang perencanaan pembangunan daerah yang ditetapkan dengan Perda dan

/atau Perkada % 100

2 Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA % 100 3 Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJMD yang ditetapkan PERDA/PERKADA % 100

4 Tersedianya dokumen RKPD yang ditetapkan dengan Perkada % 100 5 Prosentase sinkronisasi program daerah dan pusat % 100 6 Penjabaran Program RPJMD tahunan ke dalam RKPD % 100 7 Penjabaran Program RKPD ke dalam APBD % 100 8 Prosentase Pencapaian Target RPJMD % 100 9 Dokumen perencanaan pengembangan kota Dok 4

(31)

10 Dokumen perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam Dok 2 11 Dokumen wilayah strategis dan cepat tumbuh perencanaan pengembangan Dok 1 12 Dokumen ekonomi yang mendukung RPJMD perencanaan pembangunan Dok 7 13 Dokumen perencanaan pembangunan sosial budaya yang mendukung RPJMD Dok 15 1.1.2 Terwujudnya Sinkronisasi

proram pembangunan antar sektor dan antarwilayah yang mengacu kepada RTRW

1 Jumlah Dokumen RDTR dan/atau RRTR Dok 4

2 Ketersediaan Perda RTRW % 100

3

Ketersediaan informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog (SPM)

% 100

4

Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta digital (SPM)

% 100

5 Terlaksananya masyarakat melalui forum konsultasi publik penjaringan aspirasi

(SPM) % 100

6 Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan

Peraturan Daerah tentang RTR wilayah (SPM) % 100 7 Ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah % 50 1.1.3 Terpenuhinya data statistik

dan informasi perencanaan

pembangunan daerah 1 Tingkat Ketersediaan data statistik daerah % 100 2 Ketersediaan pembangunan data dan informasi % 100 1.2.1 Terpenuhinya dokumen

perencanaan dan evaluasi kinerja serta keuangan

1 Tingkat ketersediaan dokumen perencanaan SKPD % 100 2 Tingkat ketersediaan laporan capaian kinerja SKPD % 100 3 Tingkat ketersediaan laporan keuangan SKPD % 100 2.1.1 Meningkatnya kompetensi

dan kinerja aparatur perencanaan pembangunan daerah

1 Tingkat kedisiplinan aparatur % 100

2 Tingkat ketersediaan sarana dan prasarana aparatur % 100

3 Prosentase kompetensi perencana aparatur yang mempunyai % 100 4 Tingkat perkantoran pemenuhan jasa administrasi % 100

(32)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 28

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan misi organisasi kepada pihak-pihak yang berwenang menerima pelaporan akuntabilitas/pemberi amanah.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah melaksanakan kewajiban

berakuntabilitas melalui penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang dibuat sesuai ketentuan yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan tersebut memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian target sasaran dari masing-masing indikator kinerja sasaran yang ditetapkan dalam dokumen Renstra 2013-2017 maupun Renja Tahun 2014. Sesuai ketentuan tersebut, pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi pemerintah.

3.1 KERANGKA PENGUKURAN KINERJA

Mengacu pada ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Kinerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah diukur berdasarkan Tingkat Pencapaian Sasaran dan indikator sasaran serta menggambarkan pula tingkat capaian pada program/kegiatan.

Untuk mengetahui gambaran mengenai Tingkat Pencapaian Sasaran dan Program/Kegiatan dilakukan melalui media Rencana Kinerja yang dibandingkan dengan realisasinya. Pencapaian Sasaran diperoleh dengan cara membandingkan target dengan Realisasi Indikator Sasaran melalui media Formulir Pengukuran Kinerja.

Untuk mempermudah interprestasi atas pencapaian sasaran dan program/kegiatan serta indikator makro diberlakukan nilai disertai makna dari nilai tersebut yaitu:

(33)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 29 - 85 s.d. 100 = Baik Sekali

- 70 s.d. <85 = Baik - 55 s.d. <70 = Cukup - < 55 = Kurang

Selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi kinerja dilakukan analisis pencapaian kinerja untuk memberikan informasi yang lebih transparan mengenai sebab-sebab tercapai atau tidak tercapainya kinerja yang diharapkan.

Indikator Kinerja

Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), dan hasil (outcomes).

Indikator Kinerja Sasaran

Indikator Kinerja Sasaran adalah sesuatu yang dapat menunjukkan secara signifikan mengenai keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran. Indikator Kinerja Sasaran dilengkapi dengan target kuantitatif dan satuannya untuk mempermudah pengukuran pencapaian sasaran.

A. METODOLOGI PENGUKURAN PENCAPAIAN KINERJA

Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan rencana dan realisasi sebagai berikut:

1) Apabila semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin tingginya kinerja atau semakin rendah realisasi menunjukkan semakin rendahnya kinerja, digunakan rumus:

Realisasi

Capaian indikator kinerja = x 100% Rencana

2) Apabila semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendahnya kinerja atau semakin rendah realisasi menunjukkan semakin tingginya kinerja, digunakan rumus:

Rencana – (Realisasi – Rencana)

Capaian indikator = x 100% kinerja Rencana

(34)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 30

Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pada level sasaran. Pengukuran dengan menggunakan indikator kinerja pada level sasaran digunakan untuk menunjukkan secara langsung kaitan antara sasaran dengan indikator kinerjanya, sehingga keberhasilan sasaran berdasarkan rencana kinerja tahunan yang ditetapkan dapat dilihat dengan jelas. Selain membandingkan rencana dan realisasi, pengukuran kinerja juga dilakukan dengan membandingkan realisasi tahun ini dengan realisasi tahun lalu serta membandingkan realisasi sampai dengan tahun ini dengan target sampai akhir tahun Renstra.

3.2 ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis Instansi Pemerintah. Dokumen Indikator Kinerja Utama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau telah ditetapkan dan digunakan dalam mengukur pencapaian sasaran. Indikator tersebut tercantum dalam Renstra, Renja maupun Perjanjian Kinerja. Target pencapaian indikator kinerja tersebut ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja setiap tahun secara definitif. Sedangkan pengukuran kinerja atas keberhasilan sasaran diukur pada tiap akhir tahun dengan formulir Pengukuran Kinerja. Pengukuran Kinerja sasaran sekaligus menggambarkan pencapaian kinerja indikator kinerja utama.

Pengukuran tingkat capaian kinerja Bappeda Kota Lubuklinggau tahun 2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator kinerja sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel pada lampiran.

Secara umum terdapat beberapa keberhasilan pencapaian sasaran strategis berikut indikator kinerjanya, namun demikian juga terdapat beberapa sasaran strategis yang masih perlu terus ditingkatkan target dan realisasinya dimasa yang akan datang. Terhadap sasaran maupun target indikator kinerja yang belum maksimal dapat diwujudkan tersebut, Bappeda Kota Lubuklinggau melakukan beberapa analisis dan evaluasi agar terdapat perbaikan penanganan di masa mendatang. Analisis capaian kinerja masing – masing sasaran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

(35)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 31

Untuk mewujudkan tujuan 1 telah ditetapkan 3 (tiga) sasaran strategis. Dalam tahun 2014 telah dilaksanakan upaya pencapaian 3 (tiga) sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan dibawah ini.

Sasaran 1.1.1 “Terwujudnya perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah yang partisipatif dan berkualitas”

Indikator kinerja, target, dan realisasinya dapat digambarkan sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target (%) Realisasi

(%) Capaian (%)

Regulasi tentang perencanaan pembangunan daerah

yang ditetapkan dengan Perda dan /atau Perkada 100 100 100

Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang

telah ditetapkan dengan PERDA 100 100 100

Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJMD yang

ditetapkan PERDA/PERKADA 100 100 100

Tersedianya dokumen RKPD yang ditetapkan

dengan Perkada 100 100 100

Prosentase sinkronisasi program daerah dan pusat 100 90,91 90,91

Penjabaran Program RPJMD tahunan ke dalam RKPD 100 100 100

Penjabaran Program RKPD ke dalam APBD 100 100 100

Prosentase Pencapaian Target RPJMD 100 89,18 89,18

Dokumen perencanaan pengembangan kota 4 3 75

Dokumen perencanaan prasarana wilayah dan

sumber daya alam 2 0 0

Dokumen perencanaan pengembangan wilayah

strategis dan cepat tumbuh 1 0 0

Dokumen perencanaan pembangunan ekonomi yang

mendukung RPJMD 7 4 57,14

Dokumen perencanaan pembangunan sosial budaya

yang mendukung RPJMD 15 3 20

Dengan menindaklanjuti urusan perencanaan pembangunan yang merupakan salah satu urusan wajib Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau, Bappeda memiliki salah satu sasarannya yaitu Terwujudnya perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah yang partisipatif dan berkualitas. Dengan berpedoman pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa tahapan perencanaan pembangunan nasional meliputi penyusunan rencana, penetapan rencana,

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur kerja  tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan reagen tersebut diberi label dengan warna yang berbeda missal, merah untuk bahan berbahaya, Biru untuk bahan

Selama tahun 2015, setidaknya 37 pertemuan dan perundingan Economic Partnership Agreement dilakukan, antara lain: Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA),

Identifikasi dan perancangan petunjuk pelaksanaan dan prosedur teknologi informasi dan komunikasi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Luar Negeri Republik

peternak unggas di dekat pabrik dan dekat dengan tujuan pasar; (2) Melaui integrasi vertikal yang dilakukan oleh perusahaan Peter- nakan dari hulu hingga kehilir untuk mewujud-

Sasaran strategis perspektif Pemangku Kepentingan Meningkatnya Tenaga Kerja Industri yang kompeten mempunyai indikator kinerja yaitu: (1) Jumlah calon tenaga kerja terampil

1) Dilakukan pewarnaan Gram, kultur, dan tes sensitivitas sebelum memulai terapi antibiotik. 2) Terapi empirik harus berdasarkan data epidemiologi setempat. 3) Terapi definitif

Pada individu normal, dibutuhkan mutasi pada satu salinan gen supresor tumor pada suatu sel dan mutasi pada salinan yang sama dari gen supresor tumor pada sel lain agar

1 Ma'rifah, A.Ma PNS SDN 05 Banyumudal Jl, Pemuda Komplek Masjid Al Hidayah, Pemalang.. 2 Waniroh PNS SD Negri 02 Gunungjaya Jl, Pemuda Komplek Masjid Al