• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PERNYATAAN TELAH DIREVIU IKHTISAR EKSEKUTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PERNYATAAN TELAH DIREVIU IKHTISAR EKSEKUTIF"

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2016 ii

Halaman

BUKU I

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

PERNYATAAN TELAH DIREVIU iv

IKHTISAR EKSEKUTIF v

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Aspek Strategis Kementerian Luar Negeri 1

I.2 Tantangan dan Isu-isu Strategis Tahun 2016 2

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

II.1 Keterkaitan RPJMN Tahun 2015-2019 dengan Renstra

Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019 7

II.2 Peta Strategi Kementerian Luar Negeri 8

II.3 Perjanjian Kinerja Tahun 2016 11

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2016

III.1

Capaian Kinerja: Stakeholders Perspective

13

III.1.1 Tujuan 1.1: Kepemimpinan dan Peran Indonesia dalam Kerja Sama Internasional yang Berpengaruh

13 III.1.2 Tujuan1.2: Nilai Manfaat Ekonomi, Keuangan dan

Pembangunan yang Optimal melalui Hubungan Luar Negeri

20 III.1.3 Sasaran Strategis-2.1.1: Dukungan dan Komitmen Nasional

yang Tinggi atas Kebijakan Luar Negeri dan Kesepakatan Internasional

31

III.1.4 Sasaran Strategis-2.1.2: Pemenuhan Pelayanan dan Aspirasi

Publik 46

III.2

Capaian Kinerja: Business Process Perspective

55

III.2.1 Sasaran Strategis-1.1.6: Kebijakan Luar Negeri yang

Berkualitas 55

III.2.2 Sasaran Strategis-1.1.1: Diplomasi Maritim dan Perbatasan

(4)

Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2016 iii

III.2.4 Sasaran Strategis-1.1.3: Peran Indonesia di Dunia Internasional yang Meningkat

80 III.2.5 Sasaran Strategis-1.1.4: Diplomasi Ekonomi yang Kuat 103 III.2.6 Sasaran Strategis-1.1.5: Pelayanan dan Perlindungan WNI dan

BHI dan Diaspora yang Prima

126 III.2.7 Sasaran Strategis-1.1.7: Monitoring Hasil Diplomasi yang

Efektif 148

III.3

Capaian Kinerja: Learning and Growth Perspective

150

III.3.1 Sasaran Strategis-3.1.1.1: SDM yang Berkompeten 150 III.3.2 Sasaran Strategis-3.1.1.2: Organisasi dan Tata Kelola yang Baik 156 III.3.3 Sasaran Strategis-3.1.1.3: Lingkungan Kerja yang Kondusif 159 III.3.4 Sasaran Strategis-3.1.1.4: Sistem Informasi Manajemen yang

Terintegrasi

164

III.3.5 Sasaran Strategis-3.1.1.5: Anggaran yang Optimal 174

III.4

Perbandingan Realisasi IKU dengan Target Jangka

Menengah

177

III.5

Analisis Evaluasi Program/Kegiatan Penunjang

Keberhasilan ataupun Kegagalan Pencapaian Kinerja

179

III.6

Realisasi Anggaran dan Analisis Efisiensi Sumber

Daya

183

BAB IV

PENUTUP

188

LAMPIRAN:

BUKU II INFORMASI KINERJA

- Perjanjian Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2016

- Matriks Realisasi Rencana Aksi

(5)
(6)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat v

Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2016 menjabarkan capaian 14 Sasaran Strategis (SS) dan 2 (dua) Tujuan (T) yang diukur dengan 20 Indikator Kinerja Utama (IKU), 28 Sub IKU, dan 11 Komponen. Capaian kinerja tersebut telah memperhitungkan kinerja Unit Organisasi dan Satuan Kerja, termasuk Perwakilan RI.

Pada tahun 2016, secara keseluruhan realisasi kinerja Kementerian Luar Negeri sebesar 89,75% dengan capaian kinerja sebesar 102,16% dari 20 IKU. Sebanyak 13 IKU realisasinya telah melampaui target dan 7 IKU lainnya realisasinya masih di bawah target. Jika dibandingkan dengan realisasi dan capaian kinerja tahun 2015, realisasi kinerja pada tahun 2016 telah mengalami peningkatan 5,56% dengan peningkatan capaian kinerja sebesar 8,27%.

Sepanjang tahun 2016, Kementerian Luar Negeri telah menunjukkan berbagai capaian kinerja. Salah satu capaian utama mengenai permasalahan perbatasan adalah diratifikasinya Perjanjian Garis Batas Laut Wilayah RI-Singapura 2016, disepakatinya draft MOU Survey and Demarcation ke-20 antara Indonesia dan Malaysia untuk batas darat Kalimantan Utara dan Sabah, serta penyelesaian tahap akhir dua unresolved segment batas darat Indonesia-Timor Leste. Kemajuan di bidang maritim lainnya adalah tercapainya 13 perjanjian kerja sama maritim yang telah ditandatangani bersama dengan India, Belanda (4 kali), Amerika Serikat, Palau, Selandia Baru, Rusia, Republik Korea, Inggris, Hongaria, dan Timor Leste.

Dalam kepemimpinannya, Indonesia sebagai Ketua Indian Ocean Rim Association (IORA) menjadikan Samudera Hindia sebagai perekat antara Afrika dan Pasifik dan menjadikan IORA sebagai arsitektur kawasan yang mengisi “kekosongan” (hollowness) di Samudera Hindia demi menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan global.

Selain itu di tahun 2016, Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa mengenai Palestina, Al Quds Al Sharif di Jakarta pada Maret 2016. KTT ini menghasilkan Deklarasi Jakarta yang mendukung kemerdekaan Palestina dengan menggalang dukungan sebanyak mungkin agar penyelesaian “Two State Solution” dapat terealisasi. Sebagai terobosan diplomatik, Indonesia telah membuka Konsulat Kehormatan di Ramallah.

Dalam bidang diplomasi ekonomi, pada tahun 2016 telah disepakati 149 perjanjian bilateral dan multilateral di bidang ekonomi. Selain itu, Kementerian Luar Negeri telah berhasil meningkatkan nilai manfaat ekonomi, keuangan, dan pembangunan yang optimal melalui hubungan luar negeri yang ditandai dengan peningkatan jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan, investasi, dan wisatawan mancanegara.

Dalam bidang perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) di luar negeri, Kementerian Luar Negeri telah melakukan langkah-langkah strategis yang dinamis dan inovatif dengan tetap mempertimbangkan prinsip efektif, efisien dan tepat secara substansi, politis, dan administratif.

(7)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat vi

Pada tahun 2016, Indonesia telah menyelesaikan kasus khusus sebanyak 41.705 kasus dari 42.071 kasus yang ditangani. Kasus Khusus merupakan kasus WNI/BHI di luar negeri yang memiliki kategori high profile case (kasus hukuman mati, pelaku atau korban pembunuhan, korban penyiksaan fisik berat, korban TPPO, kasus narkoba, evakuasi WNI (perang, bencana alam, kecelakaan pesawat/kapal laut, amnesti) serta kasus yang mendapatkan perhatian luas masyarakat dan media massa asing/nasional). Berkaitan dengan kasus umum, selama tahun 2016, Indonesia telah menyelesaikan sebanyak 10.412 dari 15.069 kasus umum yang ditangani, sedangkan untuk pemulangan dan repatriasi WNI, selama tahun 2016 telah dilakukan sebanyak 40.934 pemulangan WNI yang terdiri dari 13.386 WNI yang di repatriasi dan 27.548 WNI yang dideportasi. Berbagai capaian strategis lainnya telah tercermin dalam capaian IKU maupun analisis kinerja berdasarkan Tujuan dan Sasaran.

Pada tahun 2016, realisasi anggaran Kementerian Luar Negeri adalah sebesar Rp 6.110.028.491.378,- atau 85,81% dari pagu Rp 7.120.298.228.000,-. Sementara itu, realisasi anggaran Kementerian Luar Negeri setelah self-blocking adalah sebesar 95,18% dari pagu Rp 6.419.487.227.479,-. Apabila disandingkan dengan realisasi kinerja tahun 2016 sebesar 89,75%, maka Kementerian Luar Negeri telah merealisasikan anggaran tahun 2016 dengan menerapkan budget follows program secara efektif dan efisien untuk membangun sebuah organisasi yang berorientasi hasil.

Berikut disajikan tabel realisasi dan capaian IKU Kementerian Luar Negeri tahun 2016 menurut tujuan dan sasaran strategis:

Kode Sasaran Strategis Tujuan (T) /

(SS) Kode

Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target 2016 Realisasi 2016 Capaian 2016

Stakeholders Perspective T1.1 Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam kerja sama internasional yang berpengaruh IKU-1

T.1.1 Tingkat pengaruh Indonesia di dunia internasional 83% 88,36% 106,46%

T1.2 Nilai manfaat ekonomi, keuangan, dan pembangunan yang optimal melalui hubungan luar negeri IKU-1 T.1.2

Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia 80 85 (106,25%) 106,25% IKU-2 T.1.2

Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia

27 (144,44%)39 (toleransi 144,44% : 120%)

IKU-3 T.1.2

Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia

23 (56,52%)13 56,52%

(8)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat vii

Kode Sasaran Strategis Tujuan (T) /

(SS) Kode

Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target 2016 Realisasi 2016 Capaian 2016

SS 2.1.1 Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan internasional IKU-1 SS 2.1.1

Persentase tindak lanjut/ implementasi kesepakatan internasional oleh

stakeholders dalam negeri

81,75% 101,71% 124% (Toleransi : 120%) SS 2.1.2 Pemenuhan pelayanan dan aspirasi publik IKU-1

SS 2.1.1 Indeks Pelayanan dan Aspirasi Publik 83,80% 92,38% 110,24% IKU-2

SS 2.1.2 Peringkat Inovasi Pelayanan Publik oleh KemenPAN RB Top 99 0% 0%

Rata-rata realisasi dan capaian SS 2.1.2 92,38% 110,24%

Business Process Perspective

SS 1.1.6 Kebijakan luar negeri yang berkualitas IKU-1 SS 1.1.6 Persentase rekomendasi kebijakan luar negeri yang

diimplementasikan 94% 100% 106,38% SS 1.1.1 Diplomasi maritim dan perbatasan yang kuat IKU-1

SS 1.1.1 Indeks diplomasi maritim dan perbatasan 88% 120,51%

136,94% (Toleransi : 120%) SS 1.1.2 Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat IKU-1 SS 1.1.2 Persentase rekomendasi da n

prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan ASEAN 92% 95,74% 104,07% SS 1.1.3 Peran Indonesia di dunia internasional yang meningkat IKU-1

SS 1.1.3 Indeks peran Indonesia di Dunia internasional 85% 94,72% 111,44% SS

1.1.4 Diplomasi ekonomi yang kuat SS 1.1.4 IKU-1 Indeks diplomasi ekonomi 89% 76,91% 86,42%%

SS 1.1.5

Pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI dan diaspora yang prima

IKU-1 SS 1.1.5

Indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI serta pemberdayaan diaspora 74,69 84,32% 112,89% SS 1.1.7 Monitoring hasil diplomasi yang efektif IKU-1 SS 1.1.7 Persentase deviasi efektifitas perumusan dan implementasi

kebijakan luar negeri

10% 2,83% (Toleransi171,66% : 120%)

Learning and Growth Perspective

SS 3.1

.1.1 SDM yang berkompeten

IKU-1 SS 3.1.1.1

Persentase pejabat yang telah memenuhi standar

kompetensi jabatan 60% 48,61% 81,02% SS 3.1

.1.2 Organisasi dan tata kelola yang baik

IKU-1 SS 3.1.1.2

Nilai kemajuan Reformasi

Birokrasi Kemenlu 75 98,60% 98,60%

SS 3.1 .1.3

Lingkungan kerja

yang kondusif IKU-1 SS

(9)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat viii

Kode Sasaran Strategis Tujuan (T) /

(SS) Kode

Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target 2016 Realisasi 2016 Capaian 2016

SS 3.1 .1.4 Sistem informasi manajemen yang terintegrasi IKU-1 SS 3.1.1.4

Indeks Keamanan Informasi

(KAMI) 1,5 (124%) 1,86 124% IKU-2 SS 3.1.1.4 Indeks Pemeringkatan e-Government Indonesia (PEGI) 3,45 3,32 (96,23%) 96,23%

Rata-rata realisasi dan capaian SS 3.1.1.4 110,16%

SS 3.1

.1.5 Anggaran yang optimal

IKU-1 SS 3.1.1.5

Persentase penyerapan anggaran dan realisasi

kinerja 95% 92,39% 97,25%

(10)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 1

I.1

Aspek Strategis Kementerian Luar Negeri

Sesuai dengan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri merupakan pelaksana hubungan luar negeri dan politik luar negeri. Kementerian Luar Negeri bertugas membantu Presiden RI dalam menyelenggarakan politik dan hubungan luar negeri, merumuskan kebijakan dan strategi pencapaian tujuan dan sasarannya dengan meletakkan kepentingan nasional sebagai prioritas utama.

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kementerian Luar Negeri, maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Kementerian Luar Negeri sebagai berikut:

1. Kedudukan:

Kementerian Luar Negeri dipimpin oleh Menteri Luar Negeri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

2. Tugas:

Kementerian Luar Negeri mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar negeri untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

3. Fungsi:

a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri;

c. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri;

d. pelaksanaan pengkajian dan pengembangan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri;

e. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia;

f. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia;

g. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang luar negeri;

h. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia;

(11)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 2

i. pengawasan atas pelaksanaan tugas di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia.

Aspek strategis keberadaan Kementerian Luar Negeri di Indonesia juga disebut dalam Pasal 8 Undang-Undang Dasar Bab III Kekuasaan Pemerintah menyebutkan bahwa “Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksanaan tugas Kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih”.

Sebagai pilar terdepan dalam melaksanakan penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri, Kementerian Luar Negeri memperkokoh peranan Indonesia dalam peningkatan kerja sama internasional, menciptakan perdamaian dunia, serta mendorong terciptanya kerja sama ekonomi dalam tataran bilateral, regional dan multilateral sebagai bagian dari strategi memperkuat lingkaran pertama kebijakan politik luar negeri Indonesia demi mencapai kepentingan nasional. Kementerian Luar Negeri memiliki fungsi strategis dalam memagari potensi disintegrasi bangsa, pelayanan dan perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (WNI BHI) di luar negeri, serta peningkatan citra Indonesia.

Kementerian Luar Negeri juga senantiasa menjadi bagian dari solusi (part of the solution) bagi penyelesaian masalah global. Dalam konteks tersebut, politik luar negeri RI telah terbukti memberikan kontribusi dalam membangun hubungan baik dengan negara-negara di dunia dan meningkatkan peranan Indonesia dalam berbagai organisasi internasional. Selain itu, kebijakan luar negeri juga memprioritaskan isu-isu yang menjadi kepentingan masyarakat, antara lain isu lingkungan hidup, isu ekonomi, demokrasi, hak asasi manusia (HAM) dan ancaman keamanan non-tradisional. Dengan prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif, Kementerian Luar Negeri mencoba meraih manfaat yang seluas-luasnya dari hubungan baik yang terbangun dengan negara-negara di dunia dan berupaya meningkatkan peranan Indonesia yang menonjol dalam berbagai organisasi regional dan internasional.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Menteri Luar Negeri dibantu oleh Wakil Menteri Luar Negeri, 10 orang Eselon Ia yang terdiri dari Sekretaris Jenderal; 7 (tujuh) orang Direktur Jenderal; Inspektur Jenderal; Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan; dan 5 (lima) orang Staf Ahli Menteri setingkat Eselon Ib.

I.2

Tantangan dan Isu-Isu Strategis Tahun 2016

Pada tahun 2016, Kementerian Luar Negeri menghadapi berbagai tantangan dalam pelaksanaan diplomasi Indonesia dan berbagai isu-isu strategis. Tantangan tersebut di antaranya terkait ancaman terhadap stabilitas dan keamanan dunia yang tidak surut. Konflik keamanan yang berakibat pada tragedi kemanusiaan terjadi di berbagai belahan dunia seperti

(12)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 3

di Suriah, Yemen, Irak, Afganistan, Darfur, Mali, dan Republik Afrika Tengah. Selain konflik, ancaman terorisme masih terus berlangsung dengan adanya 150 serangan teroris yang terjadi di berbagai belahan dunia pada tahun 2016. Sejak bom Thamrin 13 Januari 2016 hingga serangan di Berlin 19 Desember 2016 menunjukkan ancaman terorisme dan militansi ekstremisme/radikalisme justru mengalami peningkatan.

Adanya kecenderungan munculnya politik populisme dan pragmatisme juga mewarnai tahun 2016. Sesuai dengan koreksi Bank Dunia, selama tiga tahun berturut-turut, perekonomian global tumbuh lebih rendah dari prediksi sebelumnya. Indonesia patut bersyukur bahwa perekonomian Indonesia masih tumbuh 5%. Sedangkan kondisi yang ada pada dunia adalah harga komoditi masih rendah sehingga memberikan tantangan tersendiri bagi negara-negara berkembang penghasil komoditi.

Isu-isu strategis yang dihadapi tahun 2016 di antaranya adalah isu mengenai penyelesaian isu di Rakhine State. Indonesia menyampaikan concern terhadap perkembangan kemanusiaan dan keamanan, terutama terkait dengan minoritas Muslim di Rakhine State. Indonesia menekankan pentingnya pembangunan secara inklusif, penghormatan HAM dan proteksi terhadap semua komunitas; sekaligus menawarkan saran dan bantuan penyelesaian isu ini. Berbagai komunikasi dan pertemuan dilakukan Indonesia, antara lain dengan State Counsellor of Myanmar, Daw Aung San Suu Kyii; Ketua Rakhine Advisory Commission, Kofi Annan; Menteri Luar Negeri dan Perdana Menteri Bangladesh, serta berbagai stakeholders baik di Jakarta, Yangon, dan Dhaka.

Isu lainnya terkait dengan komitmen Indonesia dalam memperkuat unity and centrality ASEAN. Dalam upayanya, Indonesia menginisiasi “Joint Statement of the Foreign Ministers of ASEAN Member States on the Maintenance of Peace, Security, and Stability in the Region” pada Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri ASEAN ke-49 tanggal 24-25 Juli 2016. Bahkan, dalam pertemuan tersebut menghasilkan sebuah konsensus “Joint Communique”. Indonesia juga menjadi tuan rumah pertemuan SOM ASEAN dalam rangka mengokohkan unity and centrality ASEAN untuk menghadapi tantangan baru kawasan dan dunia.

Stabilitas dan keamanan di kawasan, khususnya mengenai wilayah Laut Cina Selatan perlu dijaga karenanya sangat penting bagi semua negara untuk menghormati hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982. Posisi Indonesia semakin kokoh dengan penyelesaian batas kontinen dengan dua negara yang memiliki overlapping batas maritim dengan Indonesia, Malaysia dan Vietnam. Indonesia terus mendorong agar negosiasi Code of Conduct dapat segera dilakukan antara ASEAN dan RRT. Atas usul Indonesia pada KTT ASEAN-RRT di Vientiane, September 2016, disepakati “Hotline of Communications” untuk merespon maritime emergencies dalam pelaksanaan Declaration of Conduct.

Tantangan yang cukup berat dihadapi oleh Indonesia dengan maraknya kasus penculikan WNI, baik di wilayah perairan Sulu maupun perairan Malaysia. Indonesia pun berinisiatif dengan menyelenggarakan pertemuan trilateral Indonesia-Malaysia-Filipina. Dalam pertemuan tersebut Indonesia menekankan pentingnya membentuk kerja sama

(13)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 4

trilateral untuk meningkatkan keamanan perairan Sulu dan Sabah. Kerja sama trilateral tersebut membuahkan hasil dengan dibebaskannya dua puluh lima WNI dari penyanderaan yang dilakukan kelompok Abu Sayaf di Filipina Selatan.

Upaya perlindungan WNI terus diperbaiki dari waktu ke waktu. Beberapa capaian Pemerintah Indonesia dalam penanganan masalah WNI selama tahun 2016 di antaranya sebagai berikut:

1. penyelesaian 11.065 kasus WNI di luar negeri; 2. pembebasan 71 WNI dari hukuman mati;

3. penyelesaian dan pemberian perlindungan kepada 399 korban TPPO; 4. pemberian fasilitas pemulangan kepada 41.569 WNI;

5. pengembalian dana lebih dari Rp 92 Milyar kepada WNI melalui pembayaran dyat, asuransi, gaji, dan kompensasi lainnya; dan

6. penanganan 512 ABK yang menghadapi permasalahan di luar negeri.

Respon cepat dalam penanganan permasalahan WNI di luar negeri sepanjang tahun 2016 sangat diuji. Namun, hal ini bisa ditangani berkat kerja sama yang baik antara Kementerian Luar Negeri bersama dengan Perwakilan. Sejumlah terobosan pun telah dilakukan di antaranya dengan integrasi penuh database WNI di luar negeri (e-perlindungan) dengan database BNP2TKI. Secara proaktif, 8 Perwakilan RI sudah menerapkan pelayanan dan perlindungan berbasis teknologi dan aplikasi bergerak (mobile application) yaitu pada KBRI Den Haag, Seoul, Bangkok, Brussel, Singapura, dan KJRI Jeddah, Hongkong, serta KRI Tawau.

Sebagai perwujudan perlindungan WNI, pada konflik Suriah pun, Indonesia tetap menjadi satu dari sedikit negara yang terus menjalankan misi diplomatik, baik melalui KBRI Damaskus, maupun kantor konsuler di Aleppo dan Lattakia untuk penampungan WNI.

Hal lain yang menjadi concern Kementerin Luar Negeri mengenai permasalahan WNI, ialah semakin meningkatnya trend perdagangan manusia di luar negeri. sejumlah langkah dilakukan seperti penandatanganan MoU tentang Penanganan WNI Korban TPPO di Luar Negeri dengan 6 Kementerian/Lembaga, penandatanganan MoU bilateral di bidang penanggulangan TPPO dengan Persatuan Emirat Arab, serta penjajakan MoU serupa dengan seluruh Negara Gulf Cooperation Countries (GCC). Lebih lanjut, perjuangan untuk melinduni buruh migran juga terus dilakukan untuk wilayah ASEAN, dengan pencapaian kesepakatan Vientiane Declaration on Transition from Informal Employment to Formal Employment toward Decent Work Promotions.

Pada bidang ekonomi, Kementerian Luar Negeri juga terus menggalakkan penguatan diplomasi ekonomi. Hal ini terakit dengan Kementerian Luar Negeri yang menjadi bagian dari Kelompok Kerja I yang menangani Kampanye dan Diseminasi Kebijakan Ekonomi pada Satgas Percepatan dan Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi (PEPKE). Sepanjang tahun 2016, 149 perjanjian bilateral dan multilateral di bidang ekonomi disepakati. Kementerian Luar Negeri aktif menggalang partisipasi negara lain dalam Trade Expo Indonesia 2016. Para

(14)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 5

pengusaha dari 125 negara yang turut berpartisipasi, membukukan transaksi USD 974,76 juta dan penandatanganan 31 kontrak dagang dengan nilai USD 200 juta. Tim Pokja Diplomasi Ekonomi maupun Perwakilan Indonesia telah memfasilitasi lebih dari 35.000 pelaku usaha Indonesia untuk melakukan kontak, menangani queries, match-making dengan potensi transaksi sebesar hampir USD 30 Milyar. Satu hal yang patut untuk kita syukuri ialah Uni Eropa telah memberikan sertifikasi FLEGT-VPA untuk produk kayu di Indonesia di penghujung tahun 2016. Indonesia merupakan negara pertama yang mendapatkan sertifikasi tersebut. Sertifikasi tersebut akan memudahkan ekspor produk kayu Indonesia ke negara lain.

Di bidang kerja sama maritim, Indonesia telah melakukan 13 penandatanganan kerja sama maritim dengan India, 4 dengan Belanda, AS, Palau, Selandia Baru, Rusia, Republik Korea, Inggris, Hongaria, Timor Leste. Indonesia menjadi koordinator Dewan Pengarah Kerja sama Maritim APEC, termasuk untuk mendorong pemberantasan IUU Fishing. Indonesia sedang memperjuangkan agar kejahatan perikanan dikategorikan sebagai transnational organised crimes. Indonesia bersama Norwegia berhasil meloloskan resolusi “Marine plastic litter and microplastics”, guna penanggulangan sampah plastik dan mikroplastik di laut.

Dalam isu lingkungan hidup dan climate change, Indonesia juga telah menunjukkan leadership-nya dengan meratifikasi Paris Agreement pada November 2016. Indonesia terpilih sebagai anggota Paris Committee on Capacity Building (PCCB) dalam rangka peningkatan kapasitas bagi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; menjadi tuan rumah bagi pertemuan PrepCom Konferensi Habitat III, di Surabaya, Juli 2016; serta inisiatif Indonesia mengenai kerja sama global pengelolaan terumbu karang juga diterima melalui resolusi PBB “Sustainable Coral Reefs Management”.

Di bidang demokrasi, Indonesia menjadi tuan rumah Bali Democracy Forum (BDF) ke-9, di Bali, Desember 2016. BDF ke-9 dengan tema, “Religion, Democracy and Pluralism” dihadiri oleh 237 delegasi dari 95 negara dan 6 organisasi internasional dan menjadikan BDF dengan tingkat kehadiran tertinggi.

Pada kerja sama Indonesia dengan Liga Arab, Indonesia memperkuat dengan melalui penandatanganan Memorandum of Cooperation di bulan September 2016 untuk memajukan kerja sama ekonomi, demokrasi, good governance, dan inter-faith dialogue.

Di bidang technical cooperation dan Kerja Sama Selatan-Selatan, Indonesia telah memberikan pelatihan di bidang pertanian, kelautan, administrasi pemerintahan maupun pariwisata dan media kepada 35 negara sahabat; memberikan Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) bagi 60 peserta dari 43 negara, termasuk 3 negara baru yakni Moldova, Romania, dan Slovenia; serta memberikan kerja sama pelatihan diplomatik bagi 30 diplomat asing dari 21 negara.

Terkait dengan peran Indonesia di kawasan dan dunia internasional, peningkatan juga dialami di tahun 2016. Pembukaan hubungan diplomatik dilakukan Indonesia dengan 3 negara, yakni: Chad, Central African Republic, dan Equatorial Guinea. Sehingga jumlah total

(15)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 6

hubungan diplomatik yang dimiliki oleh Indonesia dengan Negara-negara anggota PBB sebanyak 190 negara dari total 193 negara.

Diplomasi Indonesia selalu diarahkan untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas dunia. Diplomasi Indonesia terus bekerja menyampaikan pesan perdamaian kepada Iran dan Arab Saudi. Atas inisiatif Indonesia, telah disetujui pembentukan Contact Group on Peace and Reconciliation di OKI. Indonesia merupakan salah satu penyumbang terbesar pasukan perdamaian dunia. Indonesia telah mengirimkan 2.731 personel pada 9 misi PBB. Melalui berbagai forum di PBB, OKI, ASEAN, G20, maupun MIKTA dan BDF, Indonesia selalu menyuarakan pentingnya mengedepankan kerja sama dan dialog serta meminimalisasi konfrontasi dan politisasi; pemberantasan terorisme melalui penegakan hukum yang diimbangi dengan pendekatan kultural dan keagamaan; mempromosikan Islam sebagai rahmatan lil’alamin sekaligus penghormatan bagi keberagaman; mendorong peran perempuan dalam mekanisme pengambilan keputusan, serta koherensi kebijakan dan tata ekonomi global yang adil.

Khusus mengenai Palestina, Indonesia menyampaikan concern dalam membantu perjuangan kemerdekaan Palestina. Indonesia telah menyelenggarakan KTT Luar Biasa mengenai Palestina, Al Quds Al Sharif di Jakarta, Maret 2016. KTT ini menghasilkan Deklarasi Jakarta yang mendukung kemerdekaan Palestina dengan berbagai terobosan dan aksi nyata. Sebanyak mungkin dukungan akan digalang oleh Indonesia dalam upaya penyelesaian “Two State Solution” agar terealisasi. Untuk itu, Indonesia mendukung inisiatif Konferensi Internasional gagasan Perancis. Indonesia telah hadir dalam Pertemuan di Paris, Juni 2016 dan akan hadir dalam pertemuan pada bulan Januari mendatang di Paris. Sebagai terobosan diplomatik, Indonesia telah membuka Konsulat Kehormatan di Ramallah dan berencana membuka rumah Indonesia di Palestina.

Secara keseluruhan, selama tahun 2016 diplomasi Indonesia terus memberi kontribusi nyata kepada pembangunan dan kepentingan nasional. Ditengah tantangan global yang semakin berat pada tahun mendatang, Kementerian Luar Negeri akan terus mengedepankan diplomasi membumi yang nyata untuk kepentingan rakyat, yang berprinsip serta berkontribusi bagi perdamaian, keamanan dan kesejahteraan.

(16)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 7

II.1 Keterkaitan RPJMN Tahun 2015-2019 dengan Renstra

Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019

(17)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 8

II.2 Peta Strategi Kementerian Luar Negeri

Kode

SS SASARAN STRATEGIS (SS) TUJUAN (T) / Kode IKU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

T 1.1 Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam

kerja sama internasional yang berpengaruh IKU-1 Tingkat pengaruh Indonesia di duniainternasional

Sub IKU 1 Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral

Sub IKU 2 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan ASEAN

Sub IKU 3 Indeks peran Indonesia di dunia internasional

T 1.2 Nilai manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan yang optimal melalui hubungan luar negeri

IKU-1 Jumlah negara akreditasi yang mencapai

target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia

IKU-2 Jumlah negara akreditasi yang mencapai

target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia

IKU-3 Jumlah negara akreditasi yang mencapai

target peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia

SS 2.1.1

Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan

internasional IKU-1

Persentase tindaklanjut/implementasi kesepakatan internasional oleh stakeholders dalam negeri

Sub IKU 1 Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri

Sub IKU 2 Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intra kawasan yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri

Sub IKU 3 Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan ASEAN di tingkat nasional

Sub IKU 4 Persentase rekomendasi dari forum multilateral yang ditanggapi oleh pemangku kepentingan nasional

Nilai manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan

yang optimal melalui hubungan luar negeri

Pemenuhan pelayanan dan aspirasi publik Organisasi dan tata kelola yang baik SDM yang berkompeten Sistem Informasi Manajemen yang Terintegrasi Anggaran yang optimal St ak eh old er s Per sp ect iv e In tern al Bu sin ess Pr oc ess Per sp ect iv e Lea rn in g & Gr ow th Per sp ect iv e

Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan internasional

Lingkungan kerja yang

kondusif

SDM ORGANISASI DAN LINGKUNGAN KERJA IT ANGGARAN Kebijakan luar negeri yang berkualitas Pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI dan diaspora yang prima Diplomasi maritim dan perbatasan yang kuat Diplomasi ekonomi yang kuat Peran Indonesia di dunia internasional yang meningkat

PERUMUSAN DIPLOMASI MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring hasil diplomasi yang efektif Presiden, DPR, MPR K/L, Pemda, Pemprov, WNI/BHI, Perwakilan Asing, Media, Akademisi, Diaspora, LSM, WNA Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam kerja sama

internasional yang berpengaruh T 1.2 T 1.1 SS 2.1.1 SS 2.1.2 SS 1.1.6 SS 1.1.1 SS 1.1.2 SS 1.1.3 SS 1.1.4 SS 1.1.5 SS 1.1.7 SS 3.1.1.1 SS 3.1.1.2 SS 3.1.1.3 SS 3.1.1.4 SS 3.1.1.5

(18)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 9 Kode SS TUJUAN (T) / SASARAN STRATEGIS (SS) Kode

IKU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

SS

2.1.2 Pemenuhan pelayanan dan aspirasi publik IKU-1 Sub IKU 1 Indeks Pelayanan dan Aspirasi Publik Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran Sub IKU 2 Persentase isu strategis pada Renstra

Kemenlu yang mengadopsi masukan publik.

IKU-2 Peringkat Inovasi Pelayanan Publik oleh

Kemen PAN RB SS

1.1.6 Kebijakan luar negeri yang berkualitas IKU-1 Persentase rekomendasi kebijakan luar negeri yang diimplementasikan SS

1.1.1 Diplomasi maritim dan perbatasan yang kuat IKU-1 Indeks diplomasi maritime dan perbatasan

Sub IKU 1 Jumlah naskah kesepakatan hasil perundingan di bidang diplomasi maritim dan perbatasan

Sub IKU 2 Persentase perundingan batas wilayah di laut dan darat yang berhasil

diselenggarakan

Sub IKU 3 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima di bidang kemaritiman dan pengelolaan perbatasan. Sub IKU 4 Jumlah forum kerjasama kemaritiman

dengan negara lain yang dibentuk SS

1.1.2 Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat IKU-1 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan ASEAN

SS

1.1.3 Peran Indonesia di dunia internasional yang meningkat IKU-1 Indeks peran Indonesia di dunia internasional

Sub IKU 1 Persentase kerja sama bilateral yang disepakati

Sub IKU 2 Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral

Sub IKU 3 Presentase prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima pada forum intra dan antarkawasan

Sub IKU 4 Persentase respons positif terhadap bantuan kerja sama teknik melalui mekanisme bilateral dan triangular Sub IKU 5 Persentase dukungan konstituen

internasional dandomestik terhadap promosi aset-aset diplomasi publik Indonesia

Sub IKU 6 Persentase posisi Indonesia yang diterima di forum multilateral bagi terwujudnya pengiriman Pasukan Perdamaian RI menjadi 4.000 personel pada Tahun 2019 SS

1.1.4

Diplomasi ekonomi yang kuat IKU-1 Indeks diplomasi ekonomi

Sub IKU 1 Jumlah naskah kesepakatan di bidang ekonomi, keuangan, pembangunan Sub IKU 2 Jumlah Perwakilan RI di kawasan Asia

Pasifik dan Afrika yang memiliki data economic intelligence negara/wilayah akreditasi

Sub IKU 3 Jumlah Perwakilan RI di wilayah Amerika dan Eropa yang memiliki data economic intelligence negara/wilayah akreditasi Sub IKU 4 Persentase bantuan kerja sama teknik yang

memberikan peluang ekonomi Sub IKU 5 Persentase prakarsa/rekomendasi

Indonesia di bidang ekonomi dan pembangunan yang diterima di forum-forum di tingkat intra dan antar kawasan dan multilateral

Sub IKU 6 Jumlah promosi Trade Tourism Investment and Services (TTIS)

(19)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 10 Kode SS TUJUAN (T) / SASARAN STRATEGIS (SS) Kode

IKU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

SS 1.1.5

Pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI dan

diaspora yang prima IKU-1 Indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI serta pemberdayaan diaspora Sub IKU 1 Indeks Penyelesaian Kasus WNI dan BHI

di luar negeri

Komponen 1 Persentase Kasus Khusus yang diselesaikan Komponen 2 Persentase Kasus-kasus Umum yang

diselesaikan

Sub IKU 2 Indeks Sistem Kelembagaan

Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri

Komponen 1 Persentase Integrasi Sistem Pendataan WNI di luar negeri

Komponen 2 Persentase Produk Hukum dan panduan teknis bidang perlindungan WNI dan BHI yang diterapkan

Komponen 3 Pejabat/Staf Yang Memiliki Sertifikat Pelatihan terkait Penanganan Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri

Komponen 4 Persentase Perjanjian Bilateral Bidang Perlindungan WNI/BHI yang ditandatangani

Komponen 5 Persentase SOP Penanganan Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri yang diterapkan

Sub IKU 3 Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri

Komponen 1 Persentase rekomendasi Kemenlu yang diterima dalam kebijakan/regulasi nasional terkait perlindungan WNI-BHI

Komponen 2 Persentase rekomendasi Kemenlu yang diterima dalam isu perlindungan WNI-BHI pada forum perundingan internasional Komponen 3 Persentase responden yang memberikan

umpan balik positif atas Public Awareness Campaign perlindungan WNI

Komponen 4 Persentase inovasi kelompok masyarakat yang direalisasikan dalam perlindungan WNI di luar negeri

SS

1.1.7 Monitoring hasil diplomasi yang efektif IKU 1 Persentase deviasi efektifitas perumusan dan implementasi kebijakan luar negeri

SS 3.1.1.

1

SDM yang berkompeten IKU-1 Persentase pejabat yang telah memenuhi

standar kompetensi jabatan SS

3.1.1. 2

Organisasi dan tata kelola yang baik IKU-1 Nilai Kemajuan Reformasi Birokrasi

Kemenlu SS

3.1.1. 3

Lingkungan kerja yang kondusif IKU-1 Indeks kepuasan pegawai

SS 3.1.1.

4

Sistem informasi manajemen yang terintegrasi IKU-1 Indeks Keamanan Informasi (KAMI)

IKU-2 Indeks Pemeringkatan e-Government

Indonesia (PeGI) SS

3.1.1. 5

Anggaran yang optimal IKU-1 Persentase realisasi anggaran dan realisasi

(20)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 11

II.3 Perjanjian Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2016

Kode

SS Sasaran Strategis (SS) Tujuan (T) / Kode IKU Indikator Kinerja Utama (IKU) Target 2016

Stakeholders Perspective

T1.1

Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam kerja sama internasional yang

berpengaruh

IKU-1 T.1.1

Tingkat pengaruh Indonesia di dunia

internasional 83%

T1.2

Nilai manfaat ekonomi, keuangan, dan pembangunan yang optimal melalui hubungan luar negeri

IKU-1 T.1.2

Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia

80

IKU-2 T.1.2

Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing ke

Indonesia 27

IKU-3 T.1.2

Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan jumlah wisatawan

mancanegara ke Indonesia 23

SS 2.1.1

Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan internasional

IKU-1 SS 2.1.1

Persentase tindak lanjut/implementasi kesepakatan internasional oleh

stakeholders dalam negeri 81.75%

SS 2.1.2 Pemenuhan pelayanan dan aspirasi publik

IKU-1

SS 2.1.1 Indeks Pelayanan dan Aspirasi Publik 83.8% IKU-1

SS 2.1.2

Peringkat Inovasi Pelayanan Publik oleh

KemenPAN RB Top 99

Business Process Perspective

SS 1.1.6 Kebijakan luar negeri yang berkualitas IKU-1 SS 1.1.6

Persentase rekomendasi kebijakan luar

negeri yang diimplementasikan 94% SS 1.1.1 Diplomasi maritim dan perbatasan yang kuat IKU-1

SS 1.1.1 Indeks diplomasi maritim dan perbatasan 88% SS 1.1.2 Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat IKU-1

SS 1.1.2

Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap

pertemuan ASEAN 92%

SS 1.1.3 Peran Indonesia di dunia internasional yang meningkat IKU-1 SS 1.1.3

Indeks peran Indonesia di dunia

internasional 85%

SS 1.1.4 Diplomasi ekonomi yang kuat IKU-1

SS 1.1.4 Indeks diplomasi ekonomi 89%

SS 1.1.5 Pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI dan diaspora yang prima

IKU-1 SS 1.1.5

Indeks pelayanan dan perlindungan WNI

dan BHI serta pemberdayaan diaspora 74,69% SS 1.1.7 Monitoring hasil diplomasi yang efektif IKU-1

SS 1.1.7

Persentase deviasi efektifitas perumusan

(21)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 12

Kode Sasaran Strategis (SS) Tujuan (T) / Kode Indikator Kinerja Utama (IKU) Target 2016

Learning and Growth Perspective

SS

3.1.1.1 SDM yang berkompeten

IKU-1 SS 3.1.1.1

Persentase pejabat yang telah memenuhi

standar kompetensi jabatan 60%

SS

3.1.1.2 Organisasi dan tata kelola yang baik

IKU-1 SS 3.1.1.2

Nilai kemajuan Reformasi Birokrasi

Kemenlu 75

SS

3.1.1.3 Lingkungan kerja yang kondusif

IKU-1 SS

3.1.1.3 Indeks kepuasan pegawai 58

SS

3.1.1.4 Sistem informasi manajemen yang terintegrasi

IKU-1 SS

3.1.1.4 Indeks Keamanan Informasi (KAMI) 2 IKU-2

SS 3.1.1.4

Indeks Pemeringkatan e-Government

Indonesia (PeGI) 3,45

SS

3.1.1.5 Anggaran yang optimal

IKU-1 SS 3.1.1.5

Persentase penyerapan anggaran dan

realisasi kinerja 95%

No. Program Pagu Anggaran

(Rp)

1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri 4.820.244.269.000,- 2 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Luar Negeri 562.222.485.000,- 3 Pelaksanaan Diplomasi dan Kerja sama Internasional pada Perwakilan RI di Luar Negeri 568.495.768.000,- 4 Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika 87.766.053.000,- 5 Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di kawasan Amerika dan Eropa 44.954.705.000,- 6 Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui Kerjasama ASEAN 62.661.663.000,- 7 Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang Multilateral 483.811.903.000,-

8 Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik 94.271.806.000,-

9 Optimalisasi Diplomasi Terkait dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional 41.719.003.000,- 10 Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran 126.715.753.000,- 11 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Kementerian Luar Negeri 32.441.758.000,- Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri 29.551.515.000,- Pagu Anggaran Kemenlu 2016 6.954.856.681.000,-*

*: belum termasuk Anggaran Biaya Tambahan (ABT), setelah ditambahkan dengan ABT menjadi 7.120.298.228.000,-

(22)

BAB

III

Akuntabilitas

Kinerja

CAPAIAN KINERJA

(23)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 13

III.1 Capaian Kinerja : Stakeholders Perspective

Tujuan

(T.1.1)

Kepemimpinan dan Peran Indonesia

dalam Kerja Sama Internasional yang

Berpengaruh

Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam kerja sama Internasional merupakan amanat dari Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015—2019 pada Sasaran Utama Bidang Politik Luar Negeri. Pengukuran pencapaian tujuan Kementerian Luar Negeri di tahun 2016 dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana posisi pencapaian tujuan Kementerian Luar Negeri pada tahun 2016 sebagai proyeksi pencapaian pada tahun 2019 mendatang.

Pencapaian tujuan Kementerian Luar Negeri “Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam kerja sama internasional yang berpengaruh” sebagai Tujuan 1.1 (T.1.1) diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) “Tingkat pengaruh Indonesia di dunia internasional”. Pengukuran IKU “Tingkat Pengaruh Indonesia di Dunia Internasional” terdiri dari 3 (tiga) Sub IKU yang merupakan agregasi dari IKU 1 SS.1.1.1 “Persentase Kepemimpinan Indonesia pada Forum Multilateral” dan IKU 1 SS.1.1.3 “Indeks Peran Indonesia di Dunia Internasional” dengan penambahan IKU “Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral” dengan pembobotan yang berbeda.

Pada tahun 2016, capaian IKU-1 T.1.1 “Tingkat pengaruh Indonesia di dunia internasional” ditargetkan 83% dengan realisasi sebesar 88,36% dan capaian 106,06%, yang diperoleh dari Sub IKU dan pembobotan sebagai berikut:

Tabel Perbandingan Capaian T-1.1 Tahun 2015 dan 2016

No Sub IKU Bobot Realisasi

2015 Realisasi Pembobotan 2015 Realisasi 2016 Realisasi Pembobotan 2016 1 Persentase kepemimpinan Indonesia

pada forum multilateral. (Sub IKU-1)

60 97,14% 58,28% 83,78% 50,27%

2 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan ASEAN. (Sub IKU-2)

20 96,31% 19,26% 95,74% 19,15%

3 Indeks peran Indonesia di dunia internasional. (Sub IKU-3)

20 110,24% 22,05% 94,72% 18,61%

A

A

K

K

U

U

N

N

T

T

A

A

B

B

I

I

L

L

I

I

T

T

A

A

S

S

K

K

I

I

N

N

E

E

R

R

J

J

A

A

B

(24)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 14

Realisasi 99,60% 88,36% Target 89% 83% Capaian 111,90% 106,46%

Analisis Sub IKU-1 T-1.1: Persentase Kepemimpinan Indonesia pada Forum

Multilateral

Kepemimpinan pada forum multilateral merupakan upaya strategis Pemerintah Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional dengan cara memimpin jalannya pertemuan atau menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan, serta menempatkan Indonesia/WNI pada suatu posisi atau jabatan strategis pada Organisasi Internasional (OI) dimana Indonesia menjadi anggotanya. Dengan menjadi tuan rumah penyelenggaran forum internasional atau menduduki posisi/jabatan strategis pada OI, Indonesia memiliki peluang lebih besar untuk menentukan arah kebijakan OI, serta menyusun dan melaksanakan program-program kerja OI yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan nasional Indonesia. Selain itu, posisi tersebut dapat dimanfaatkan Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan regional kawasan dan kepentingan negara-negara berkembang guna meningkatkan postur Indonesia di tingkat global.

Sepanjang tahun 2016, Kementerian Luar Negeri terus berinovasi dan berupaya mendorong kepemimpinan Indonesia di berbagai forum internasional. Upaya tersebut diwujudkan dengan menjadi chair dan fasilitator dari berbagai pertemuan internasional. Upaya-upaya tersebut memiliki nilai strategis bagi kepentingan Indonesia dalam memajukan penyelesaian isu-isu global baik terkait keamanan internasional, hak asasi manusia, maupun pembangunan berkelanjutan.

Dalam rangka pemenangan setiap pencalonan Indonesia, sejumlah inovasi penggalangan dukungan pencalonan juga telah dilakukan. Beberapa langkah yang dilakukan dalam rangka penggalangan dukungan pencalonan antara lain:

a. perumusan strategi dan penyusunan materi kampanye pencalonan Indonesia dengan koordinasi pihak internal Kementerian Luar Negeri, Kementerian/Lembaga terkait, dan Perwakilan RI di luar negeri;

b. penyelenggaraan resepsi diplomatik dengan mengundang perwakilan asing di Jakarta dalam rangka penggalangan dukungan;

c. observasi secara langsung atas upaya pencalonan dengan menghadiri pertemuan internasional yang berkaitan dengan pencalonan, guna melakukan penggalangan dukungan langsung dan menyebarkan materi kampanye pencalonan.

Sepanjang tahun 2016, realisasi IKU Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral sebesar 83,78% dari target 80%, sebagaimana tabel berikut:

(25)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 15 Tabel Capaian Sub IKU-1 T-1.1 Tahun2016

Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa (KTT LB) OKI tentang Palestina Al-Quds Al-Sharif pada tanggal 4-5 Maret 2016 telah dibuka oleh Presiden RI dan dihadiri oleh wakil dari 56 Negara Anggota, 4 negara Observer dan 4 pihak yang tergabung dalam proses perdamaian antara Palestina dan Israel selama ini. Penyelenggaraan pertemuan dilatarbelakangi proses perdamaian Palestina dan Israel yang tidak mengalami kemajuan berarti serta siklus baru kekerasan di Jerusalem, termasuk pembatasan akses beribadah ke Masjid Al-Aqsa pada akhir tahun 2015.

Sub IKU-1 T.1.1 Informasi Kinerja Jumlah Nilai

Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral

Jumlah pertemuan yang dipimpin Indonesia + jumlah pencalonan yang berhasil

24+7 31

Jumlah pertemuan yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia + jumlah pencalonan yang diusulkan

24+13 37

Realisasi 83,78% Target 80% Capaian 104,73%

(26)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 16

KTT LB OKI menghasilkan 2 outcome documents, yaitu sebuah resolusi yang menegaskan posisi prinsip dan komitmen OKI untuk mendukung Palestina dan Al-Quds Al-Sharif dan Jakarta Declaration yang digagas oleh Indonesia yang memuat langkah-langkah konkret untuk dilakukan oleh para pemimpin dunia Islam guna memajukan penyelesaian isu Palestina dan Al-Quds Al-Sharif.

The Sixth Ministerial Conference of the Bali Process on People Smuggling, Trafficking in Persons and Related Transnational Crime (BRMC VI),

22-23 Maret 2016

Sebagai tuan rumah dan sekaligus Ketua Bersama Bali Process, Indonesia untuk pertama kali sejak Bali Process dibentuk tahun 2012 berhasil mengesahkan Bali Declaration on People Smuggling, Trafficking in Persons and Related Transnational Crime. Indonesia juga menginisiasi terbentuknya Consultation Mechanism sebagai mekanisme tanggap darurat di kawasan terhadap situasi darurat migran ireguler dan pengungsi melalui laut.

Indonesia dan Australia selaku Ketua Bersama Working Group on Trafficking in Persons telah menginisiasi pembentukan Bali Process Policy Guide on Following the Money in Trafficking in Persons Cases yang akan menjadi panduan bagi para aparat penegak hukum dalam menangani kasus-kasus perdagangan orang yang melibatkan tindak pidana pencucian uang. Pertemuan pertama Drafting Committee yang diketuai Indonesia telah diselenggarakan di Jakarta pada bulan September 2016, sedangkan pertemuan kedua telah dilaksanakan di Sydney, Australia, pada bulan November 2016.

(27)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 17

Pertemuan MIKTA di Sydney merupakan pertemuan para Menlu ke-8 sejak tahun 2013. Menlu RI menjadi pembicara utama (lead speaker) pada satu sesi pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-8 MIKTA yang bertema “Operasi Penjaga Perdamaian”. Pemerintah Indonesia mendorong negara anggota MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, Australia) untuk berkontribusi bagi perdamaian dunia melalui pengiriman pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Menlu RI menyampaikan, MIKTA harus memberikan kontribusi nyata dalam menjaga perdamaian, keamanan dan stabilitas dunia termasuk melalui Operasi Penjaga Perdamaian PBB.

Kepemimpinan Indonesia pada berbagai forum Multilateral juga terlihat dari terpilihnya Indonesia sebagai anggota Paris Committee on Capacity Building (PCCB), yang merupakan kerangka kerja sama untuk meningkatkan kapasitas negara berkembang bagi aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Pemilihan dilakukan pada COP-22 UNFCCC di Marrakech, Maroko, tanggal 18 November 2016, untuk periode keanggotaan 2017-2019.

Menlu Negara-Negara MIKTA mengadakan konferensi pers setelah menyepakati joint communique

(28)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 18

Terpilihnya Indonesia sebagai anggota PCCB menunjukkan pengakuan dunia internasional terhadap komitmen dan peran aktif Indonesia dalam penanganan berbagai isu terkait perubahan iklim.

Tabel Perbandingan Capaian Sub IKU-1 T-1.1 Tahun 2012—2016 Informasi Kinerja Tahun

2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Jumlah pertemuan yang dipimpin

oleh Indonesia di forum multiltateral & Jumlah pencalonan yang berhasil

19 29 26 34 31

Jumlah pertemuan yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia dalam forum

multilateral & Jumlah pencalonan yang diusulkan

17 33 24 35 37

Realisasi 111,76% 87,87% 108,33% 97,14% 83,78%

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, capaian IKU Kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral pada tahun 2016 mengalami penurunan dari capaian tahun-tahun sebelumnya. Penurunan tersebut antara lain disebabkan turunnya jumlah pemenangan pencalonan Indonesia pada berbagai organisasi internasional. Pada tahun 2016, dari 13 (tiga belas) target pencalonan Indonesia pada organisasi internasional, Indonesia hanya berhasil memenangkan 7 (tujuh) pencalonan. Namun demikian, kuantitas jumlah pertemuan yang berhasil diselenggarakan dan dipimpin oleh Indonesia tidak mengalami penurunan meskipun isu-isu yang dibahas secara global semakin kompleks. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia yang tinggi untuk terus memberikan kontribusi terhadap penyelesaian berbagai isu internasional.

Kendala dalam pencapaian target IKU 1 adalah terlambatnya penyampaian pencalonan untuk menduduki jabatan di berbagai organisasi internasional oleh Kementerian/Lembaga lain. Hal ini menyebabkan kurangnya waktu bagi Kementerian Luar Negeri untuk melakukan penggalangan dukungan pencalonan. Di samping itu, faktor kesiapan Indonesia untuk menduduki jabatan-jabatan strategis pada Organisasi Internasional kurang dianalisis secara tepat sehingga Indonesia tidak memiliki modalitas yang baik di beberapa pencalonan yang diajukan.

Dalam mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri senantiasa meningkatkan koordinasi dengan para pemangku kepentingan dan melakukan upaya jemput bola untuk mengetahui rencana pencalonan pada berbagai organisasi internasional. Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri senantiasa memberikan analisis peluang pemenangan Indonesia di berbagai pencalonan yang diajukan dengan melihat postur Indonesia pada isu terkait.

Sebagai langkah solutif kedepan, Kementerian Luar Negeri perlu meningkatkan postur Indonesia di dunia internasional dengan meningkatkan peran dan kepemimpinan berbagai forum internasional, di antaranya dengan memprakarsai berbagai pertemuan

(29)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 19

internasional maupun ikut serta dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB. Selain itu, Kementerian Luar Negeri perlu untuk mengutus pejabat tingkat tinggi maupun figur yang berpengaruh (Duta Besar maupun Special Envoy) guna menunjukkan keseriusan Indonesia ketika mencalonkan diri pada jabatan strategis di suatu Organisasi Internasional, khususnya di pencalonan yang prestisius seperti pencalonan Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap di Dewan Keamanan PBB.

Analisis Sub IKU-2 dan Sub IKU-3 T-1.1

Untuk Analisis IKU 1 SS 1.1.2 “Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan ASEAN” dan IKU 1 SS 1.13 “Indeks Peran Indonesia di Dunia Internasional” akan dijabarkan melalui analisis pencapaian kinerja pada Bab III.2 SS 1.1.2 dan Bab III.2 SS 1.1.3.

(30)
(31)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 20

Tujuan

(T.1.2)

Nilai Manfaat Ekonomi, Keuangan dan

Pembangunan yang Optimal melalui

Hubungan Luar Negeri

Upaya diplomasi tidak saja ditujukan untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia di bidang politik luar negeri dan hubungan kerja sama internasional. Kegiatan diplomasi pada gilirannya juga diharapkan mampu menerjemahkan hubungan yang ada bagi peningkatan pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam kaitan tersebut, maka Kementerian Luar Negeri dan

Perwakilan RI di luar negeri, secara aktif melaksanakan program kegiatan terkait dengan diplomasi ekonomi guna mewujudkan terciptanya nilai manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan yang optimal bagi bangsa dan rakyat Indonesia.

Dengan kata lain, capaian diplomasi yang telah dilakukan perlu diukur relevansinya dengan manfaat ekonomi, keuangan, dan pembangunan sehingga kinerja diplomasi dapat dirasakan secara langsung manfaatnya oleh masyarakat luas di tanah air.

Presiden terpilih Joko Widodo mengangkat ekonomi sebagai isu strategis dalam kebijakan pemerintahannya. Presiden Joko Widodo memunculkan visi “Trisakti”, berisi cita-cita membangun bangsa yang berdaulat di bidang politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam sosial budaya. Trisakti pada intinya adalah ajaran dasar bagaimana membangun karakter bangsa Indonesia atau “nation character building”, sebuah konsep pembangunan yang pertama kali diperkenalkan Soekarno pada tahun 1963.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2014 – 2019 dalam bidang ekonomi yang merupakan prioritas diplomasi Indonesia dan salah satu pilar penopang kemandirian ekonomi nasional serta memberikan kontribusi sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat, Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, dalam pernyataan pers tanggal 10 Januari 2017 menyebut Kementerian Luar Negeri merupakan bagian kelompok I yang menangani Kampanye dan Diseminasi Kebijakan Ekonomi pada Satgas Percepatan dan Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi (PEPKE) telah menghasilkan 149 perjanjian bilateral dan multilateral di bidang ekonomi disepakati sepanjang 2016. Diplomat RI aktif menggalang partisipasi negara lain dalam Trade Expo Indonesia 2016 dimana 125 negara berpartisipasi dan membukukan transaksi USD 974,76 juta. Selain itu, 31 kontrak dagang ditandatangani dengan nilai USD 200 juta.

Nilai investasi negara-negara asing, total nilai perdagangan, dan jumlah wisatawan mancanegara merupakan kinerja atau

outcome dari pelaksanaan politik luar negeri,

sebagai kontribusi atas upaya bersama dalam meningkatkan nilai perdagangan dan investasi asing. Komponen ini diberi bobot yang relatif tidak terlalu besar karena merupakan hasil kinerja banyak stakeholders di dalam dan luar negeri negeri seperti Kementerian Perdagangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Kementerian Pariwisata, dan para pengusaha di tanah air serta Perwakilan RI di luar negeri.

(32)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 21 Pencapaian Tujuan Kementerian Luar Negeri “Nilai manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan yang optimal melalui hubungan luar negeri” sebagai Tujuan 1.2 diukur dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama yaitu:

Tabel Perbandingan Capaian T-1.2 Tahun 2015 dan 2016

No IKU Realisasi 2015 Realisasi 2016 Capaian 2016 1 Jumlah negara akreditasi yang mencapai target

peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia. (IKU-1) 67 dari target 78 negara 85 dari target 80 negara 106,25%

2 Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing dengan Indonesia. (IKU-2) 16 dari target 25 negara 39 dari target 27 negara 144,44%

3 Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dengan Indonesia. (IKU-3)

5 dari target 23 negara 13 dari target 23 negara 56,52% Rata-rata Capaian T-1.2 102,40%

Dalam Rencana Strategis Kementerian Luar Negeri 2015-2019, target untuk Tujuan 1.2 Nilai manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan yang optimal melalui hubungan luar negeri pada tahun 2016 adalah 80 negara untuk IKU-1, 35 negara untuk IKU-2 dan 30 negara untuk IKU-3. Namun demikian, pada tahun 2016 Kementerian Luar Negeri melakukan revisi terhadap target capaian T-1.2 sebagai konsekuensi dari adanya pemotongan anggaran sesuai Inpres 04 tahun 2016 dan anggaran self blocking sesuai Inpres 08 tahun 2016.

Analisis IKU-1 T.1.2: Jumlah Negara Akreditasi yang Mencapai Target

Peningkatan Nilai Perdagangan dengan Indonesia

Selama tahun 2016, jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia untuk kawasan Aspasaf dan Amerop adalah sebesar 85 negara dari target 80 negara. Ini berarti capaian kinerja untuk IKU bersangkutan adalah sebesar 106,25% atau mengalami peningkatan 23,69% dibandingkan tahun sebelumnya (2015) dimana jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia, capaian kinerjanya adalah sebesar 85,90%.Rincian informasi untuk capaian kinerja IKU-1 T.1.2. adalah sebagai berikut :

Tabel Capaian IKU 1 T-1.2 Tahun 2016

IKU-1 T.1.2 Informasi Kinerja Jumlah

Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia

Jumlah negara akreditasi di wilayah Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia minimal 3%

41 negara

Jumlah negara akreditasi di wilayah Amerika dan Eropa dengan peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia minimal 2%

44 negara

Total Realisasi 85 negara Target 80 negara Capaian 106,25%

(33)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 22

Tabel Perbandingan Peningkatan Nilai Perdagangan Negara Mitra dengan Indonesia Tahun 2015 dan 2016 No. Negara Jan-Okt 2015 Dalam Ribu USD Jan-Okt 2016 Dalam Ribu USD Peningkatan

Wilayah Asia Pasifik dan Afrika

1 Brunei Darussalam -36.861,7 14.309,0 138,82% 2 Fiji 16.252,8 23.656,8 45,55% 3 Pilipina 2.776.891,0 3.595.061,3 29,46% 4 Kep.Chirstmas -6.805,5 -2.630,4 61,35% 5 Korsel -674.971,1 191.254,9 128,34% 6 Korut -1.215,7 4.393,1 461,36% 7 Malaysia -676.355,6 -211.984,2 68,66% 8 Myanmar 363.557,3 404.812,2 11,35% 9 Singapura -4.468.535,7 -2.306.310,4 48,39% 10 Timor Leste 175.571,2 182.778,7 4,11% 11 Tuvalu 51,8 110,3 112,80% 12 Vanuatu 2.760,9 3.032,0 9,82% 13 Vietnam -340.058,5 -280.322,6 17,57% 14 Azerbaijan -1.131.456,3 -434.119,4 61,63% 15 Kazakhstan -7.555,0 -5.589,2 26,02% 16 Kyrgyzstan 227,4 862,9 279,44% 17 Tajikistan 47,2 510,0 980,54% 18 Turkmenistan -2.225,6 4.464,6 300,60% 19 Kuwait -473.735,9 -176.010,9 62,85% 20 Maroko -38.896,7 14.445,5 137,14% 21 Mauritania 44.036,5 51.868,8 17,79% 22 Oman 59.208,6 122.035,7 106,11% 23 Palestina 567,4 953,0 67,97% 24 Yaman 74.422,3 131.234,4 76,34%

25 South Georgia And The

South Sa -1,1 0,0 100,00% 26 Angola -385.913,6 -148.267,7 61,58% 27 Benin 105.389,6 136.893,3 29,89% 28 Burkina Faso -37.544,0 -17.809,0 52,57% 29 Burundi 145,2 462,4 218,50% 30 Cape Verde -2.208,6 358,4 116,23%

(34)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 23 No. Negara Jan-Okt 2015 Dalam Ribu USD Jan-Okt 2016 Dalam Ribu USD Peningkatan 31 Liberia 3.654,8 16.517,1 351,93% 32 Mali -36.685,3 -21.064,7 42,58% 33 Namibia -5.456,0 -2.634,1 51,72% 34 Niger 6.928,1 9.729,4 40,43% 35 Pantai Gading -61.250,3 -11.603,5 81,06% 36 Rep.Afrika Tengah -5.819,5 -3.712,3 36,21% 37 Rwanda 387,7 5.210,2 1.243,97% 38 Seychelles -2.089,5 696,6 133,34% 39 Siera Lione 19.496,4 21.110,8 8,28% 40 Somalia 24.362,2 32.964,6 35,31% 41 Swaziland 223,4 446,5 99,84%

Wilayah Amerika dan Eropa

1 Austria 293.679,2 305.578,9 4,05%

2 Albania 4.265,5 8.153,9 91,16%

3 Antigua & Barbuda 566,4 1.102,7 94,68%

4 Barbados 2.388,1 2.505,2 4,91% 5 Bulgaria 67.774,0 93.383,8 37,79% 6 Belize 2.214,8 2.791,9 26,05% 7 Ceko 185.038,2 206.647,0 11,68% 8 Ekuador 57.076,2 82.851,0 45,16% 9 El Savador 14.320,1 35.849,3 150,34% 10 Estonia 38.377,4 45.348,6 18,16% 11 Georgia 39.931,1 46.334,0 16,03% 12 Guyana 1.463,7 1.958,9 33,83% 13 Grenada 484,9 732,6 51,09% 14 Haiti 83.684,5 89.641,2 7,12% 15 Honduras 8.907,7 23.160,9 160,00% 16 Hungaria 96.234,3 103.203,8 7,24% 17 Inggris 1.945.513,2 2.011.469,6 3,39% 18 Irlandia 135.109,0 139.532,4 3,27% 19 Kroasia 36.299,7 49.068,7 35,18% 20 Kosta Rika 26.011,5 50.810,4 95,34% 21 Kuba 5.011,1 13.014,6 159,72% 22 Latvia 46.591,4 57.712,8 23,87% 23 Liechtenstein 147,2 1.498,3 918,01% 24 Luksemburg 23.011,4 44.473,9 93,27% 25 Malta 3.763,2 26.866,3 613,93% 26 Montenegro 2.426,3 3.017,0 24,35%

(35)

Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 24 No. Negara Jan-Okt 2015 Dalam Ribu USD Jan-Okt 2016 Dalam Ribu USD Peningkatan 27 Monako 508,7 616,6 21,20% 28 Norwegia 221.426,5 363.112,8 63,99% 29 Nikaragua 9.072,2 16.609,2 83,08% 30 Paraguay 25.058,3 67.764,2 170,43 31 Portugal 149.951,7 159.854,8 6,60% 32 Persemakmuran Dominika 1.047,4 1.477,6 41,07% 33 Republik Dominika 34.149,9 49.355,7 44,53% 34 Romania 98.259,5 113.863,2 15,88% 35 Rusia 1.656.138,6 1.727.320,3 4,30% 36 San Marino 15,6 94,5 506,63% 37 Siprus 10.178,5 16.717,8 64,25% 38 St.Lucia 683,2 833,7 22,03% 39 Serbia 12.747,1 22.406,9 75,78% 40 Slovakia 42.676,8 67.617,1 58,44% 41 Swiss 1.588.777,1 2.595.773,0 63,38% 42 Trinidad &Tobago 13.911,0 17.818,6 28,09% 43 Ukraina 418.238,9 704.090,2 68,35% 44 Uruguay 39.030,2 48.207,9 23,51%

Sumber: Kementerian Perdagangan dan BPS

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia selama Januari – November 2016 mengalami surplus 7,79 miliar dolar AS, dengan rincian nilai ekspor Indonesia mencapai 130,66 miliar dolar AS dan nilai impor Indonesia mencapai 122,87 miliar dolar AS. Dengan kondisi tersebut, maka pada tahun 2016 terjadi peningkatan surplus nilai perdagangan Indonesia sebesar 3,72% jika dibandingkan tahun 2015 yang tercatat sebesar 7,51 milyar dollar AS. Sebelumnya pada tahun 2012 hingga 2014, neraca perdagangan Indonesia berada dalam kondisi defisit, dengan nilai berturut-turut sebesar 1,66 miliar dolar AS di tahun 2012, 4,07 miliar dolar AS di tahun 2013 dan 2,19 miliar dolar AS di tahun 2014.

Dalam pencapaian IKU-1 T.1.2, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala seperti akses ke beberapa pasar tertentu yang memerlukan standardisasi dan mutu baku yang tinggi serta perlu memenuhi regulasi setempat. Selain itu kegiatan promosi perdagangan di pasar prospektif kadang kala sulit diikuti oleh para pelaku usaha, karena besarnya biaya yang mereka butuhkan, serta faktor terbatasnya informasi terkait potensi pasar prospektif tersebut.

Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, maka Kementerian Luar Negeri telah melakukan beberapa langkah solutif dengan menetapkan strategi sebagai berikut :

1. Mengoptimalkan hasil market intelligence dari Perwakilan Indonesia di luar negeri sebagai masukan dalam pengembangan produk, identifikasi peluang pasar, informasi

Gambar

Tabel Perbandingan Capaian T- 1.1  Tahun 2015 dan 2016
Tabel Perbandingan Capaian Sub IKU-1 T-1.1 Tahun 2012—2016
Tabel Perbandingan Capaian T-1.2 Tahun 2015 dan 2016
Tabel Capaian IKU 3 T-1.2 Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selama tahun 2015, setidaknya 37 pertemuan dan perundingan Economic Partnership Agreement dilakukan, antara lain: Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA),

Prosedur kerja  tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan reagen tersebut diberi label dengan warna yang berbeda missal, merah untuk bahan berbahaya, Biru untuk bahan

Kegiatan pelaksanaan sertifikasi media pembawa yang dilalulintaskan melalui tempat pemasukan dan pengeluaran pada wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I

Berdasarkan hasil pemetaan mutu tahun 2019, Secara umum satuan pendidikan yang mencapai standar Nasional Pendidikan (SNP) baru 8 persen atau 332 sekolah dari

PPPPTK Penjas dan BK mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan sesuai dengan bidangnya, oleh karena itu tahun

peternak unggas di dekat pabrik dan dekat dengan tujuan pasar; (2) Melaui integrasi vertikal yang dilakukan oleh perusahaan Peter- nakan dari hulu hingga kehilir untuk mewujud-

1) Dilakukan pewarnaan Gram, kultur, dan tes sensitivitas sebelum memulai terapi antibiotik. 2) Terapi empirik harus berdasarkan data epidemiologi setempat. 3) Terapi definitif

1 Ma'rifah, A.Ma PNS SDN 05 Banyumudal Jl, Pemuda Komplek Masjid Al Hidayah, Pemalang.. 2 Waniroh PNS SD Negri 02 Gunungjaya Jl, Pemuda Komplek Masjid Al