EFFECT OF TAX SERVICE QUALITY AND COMPLIANCE FOR INDIVIDUAL TAX PAYERS INCOME TAX REVENUE
INDIVIDUAL
(Survey on WP OP in Sumedang Pratama Tax Office)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh : Novira Widianti
21110137
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
Tempat Tanggal Lahir : Sumedang, 1 November 1992
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Ciganea Indah Blok C NO 1, Purwakarta
No.Hp : 08987100734
Email : novirawidianti@ymail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
Universitas Komputer Indonesia 2010-2014
SMA NEGERI 3 PURWAKARTA 2007-2009
SMP NEGERI 4 PURWAKARTA 2004-2007
SD ISLAM AL-GHOZALI 1998-2004
Demikian Daftar Riwayat Hidup Ini Saya Buat Dengan Sebenarnya
Saya yang bersangkutan
viii
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 5
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 5
1.2.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Maksud Penelitian ... 5
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7
1.5.1 Lokasi Penelitian ... 7
ix
2.1.1.1 Pengertian Kualitas ... 9
2.1.1.2 Pengertian Pelayanan ... 9
2.1.1.3 Pengertian Kualitas pelayanan ... 10
2.1.1.4 Pengertian Pajak ... 11
2.1.1.5 Pengertian Kualitas Pelayanan Pajak ... 11
2.1.1.6 Indikator Kualitas Pelayanan... 12
2.1.2 Kepatuhan Perpajakan ... 14
2.1.2.1 Pengertian Kepatuhan Pajak ... 14
2.1.2.2 Pengertian Wajib Pajak Orang Pribadi ... 15
2.1.2.3 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ... 15
2.1.2.4 Macam-macam Kepatuhan ... 16
2.1.2.5 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak... 17
2.1.2.6 Kewajiban Wajib Pajak ... 17
2.1.3 Penerimaan Pajak ... 18
2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak ... 18
2.1.3.2 Indikator Penerimaan Pajak... 19
2.1.4 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) ... 21
2.1.4.1 Subjek Pajak Penghasilan ... 21
x
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi... 24
2.2.3 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 26
2.3 Hipotesis ... 27
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 28
3.2 Metode Penelitian ... 29
3.2.1 Desain Penelitian ... 30
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 33
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 37
3.2.3.1 Sumber Data ... 37
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 38
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.2.4.1 Uji Validitas ... 41
3.2.4.2 Uji Reliabilitas ... 43
3.2.4.3 Uji MSI (data ordinal ke interval) ... 45
3.2.5 Rancangan Pengujian Hipotesis ... 47
3.2.5.1 Penetapan Hipotesis ... 47
3.2.5.2 Penetapan Tingkat Signifikan/Tarif Nyata (α) ... 48
3.3 Pemilihan Uji Statistik ... 48
xi
3.3.2 Analisis Regresi Berganda (Multipel) ... 51
3.3.3 Analisis Korelasi ... 53
3.3.3.1 Koefisiensi Determinasi ... 54
3.3.4Pengujian Hipotesis ... 54
3.3.4.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 54
3.3.4.2 Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F) ... 55
3.3.5 Penetapan Tingkat Signifikan ... 57
3.3.6 Penarikan Kesimpulan ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 58
4.1.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang ... 58
4.1.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang ... 58
4.1.1.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang ... 61
4.1.1.3 Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang ... 61
xii
4.1.2.2 Hasil Pengujian Reabilitas ... 71
4.1.3 Analisis Deskriptif ... 73
4.1.3.1 Tanggapan Responden Mengenai Kualitas Pelayanan Pajak ... 73
4.1.3.2 Tanggapan Responden Mengenai Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 82
4.1.3.2.1 Analisis Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... .85
4.1.3.3 Tanggapan Responden Mengenai Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 87
4.1.4 Uji Asumsi Klasik ... ..98
4.1.4.1 Uji Normalitas ... ..98
4.1.4.2 Uji Multikolinearitas ... ..99
4.1.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 100
4.1.4.5 Analisis Regresi Linier Berganda ... 101
4.1.4.6 Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 103
4.1.5 Pengujian Hipotesis ... 105
4.1.5.1 Secara Parsial (Uji t) ... 105
xiii
4.2.2 Pembahasan Secara rsial… ... 107
4.2.3 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 110
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 113
5.2 Saran ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... ..115
LAMPIRAN ... 117
115
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi “.Jurnal Perpajakan
Agusti, Asri Fika.2008. “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi oleh Pemeriksaan Pajak pada KPP Pratama”. Jurnal Perpajakan
Andi Supangat.2007.Statistika Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametik.Jakarta:Kencana
ArikuntoSuharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta : Rineka Cipta
Ardiani Ika Sulistyawati.2010. “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak”.Jurnal Perpajakan.
Boediono.2007.Pelayanan Prima Perpajakan.Rineka Cipta, Jakarta
Fandy Tjiptono.2006.Manajemen Jasa.Alfabeta:Bandung
Gunadi.2005.”Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak”.
Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol 4,5 : 4-9
Ghozali.2011.Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : BP
Husein Umar.2005.Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
John Hutagaol.2007.PERPAJAKAN.Konsep,Teori dan Isu, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Lena Ellitan, Liana Anatan.2007.Sistem Informasi Manajemen.Alfabeta:Bandung
Mardiasmo.2009.PERPAJAKAN. Edisi Revisi 2009, Yogyakarta:Penerbit ANDI
Mardiasmo.2011. PERPAJAKAN.Edisi Revisi 2011.Yogyakarta:Penerbit ANDI
Ni Luh Supadmi.2009.”Meningkatkan Kepatuhan Waib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan”.Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol 4, No.2
Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Imam Mukhlis. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi, Bogor: Penerbit Raih Asa Sukses.
Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Soemarso.S.R. 2007. Perpajakan Pendekatan Komprehensif. Jakarta:Salemba Empat
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suryadi.2006.Pelayanan Perpajakan.Jakarta: Yayasan Kawula Indonesia
Umi Narimawati. 2010. penulisan karya ilmiah. Bekasi: Penerbit Ganesis
Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan. Aplikasi.Bandung: Agung Media
Widodo, Widi, dkk.2010.Moralitas, Budaya dan Kepatuhan Wajib Pajak.
Bandung:Alfabeta
. Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK 04/2000
v
memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul :“ PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN KEPATUHAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI” Survey pada WP OP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedangyang sesuai dengan tujuan dan tepat pada waktunya.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Kelulusan dalam
menempuh Jenjang S-1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi pada Universitas
Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.
Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun skripsi ini penulis
menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat Dr. Ely Suhayati SE., M.Si., Ak..,
CA, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna
membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi
selesainya penyusunan skripsi, akhirnya dengan doa, semangat ikhtiar penulis mampu
melewatinya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam
penyusunan Proposal ini, terutama kepada yang terhormat:
1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
vi Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Wati Arisastuti, SE., M.Si, Selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA, selaku dosen wali 4ak4
6. Dosen Pembimbing Dr. Ely Suhayati SE., M.Si., Ak.., CA, dosen pembimbing
yang telah membimbing penulis selama penyusunan skripsi.
7. Staf Dosen Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman serta
dukungan kepada peneliti selama menyelesaikan kuliah
8. Sekretariat Jurusan UNIKOM yang telah membantu peneliti sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Pak Dias Prayoga selaku A/R pada KPP Pratama Sumedang yang membantu
penulis selama menyusun skripsi.
10.Staf Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah memberikan
masukan, pengetahuan dan pengalaman kepada penulis
11.Kedua orang tua tercinta, do’a dan kasih sayangmu selalu menjadi kekuatan dan
motivasi bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini, semoga anakmu ini dapat
menjadi kebanggaan keluarga.
vii
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan dan penulis berharap semoga Proposal
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.
Bandung, Mei 2014
Penulis
9
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kualitas Pelayanan Pajak 2.1.1.1 Pengertian Kualitas
Definisi kualitas menurut Davis dalam Fandy Tjiptono (2006:51)
menyatakan bahwa:
“Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan”.
Definisi kualitas menurut Lena Ellitan (2007:44) menyatakan bahwa :
“Kondisi dinamis yang berhubungan degan produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungan yang memenuhi harapan pelanggan”.
Definisi kualitas menurut Ever dalam Lena Ellitan (2007:45)
menyatakan bahwa:
“Perusahaan yang berhasil adalah yang dapat memeberikan kepuasaan
pada pelanggan dan perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan adalah perusahaan yang berkualitas”.
2.1.1.2 Pengertian Pelayanan
Definisi pelayanan menurut Lena Ellitan (2007:45) menyatakan bahwa:
“Pelayanan adalah aktivitas-aktivitas yang tidak didefinisikan atau tidak
untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan”.
Definisi pelayanan menurut Lena Elitan (2007:46) menyatakan bahwa:
“Pelayanan merupakan produk yang faktor utamanya atribut non fisik atau
tidak berwujud”.
Selanjutnya menurut Boediono (2007:113) menjelaskan pelayanan sebagai
berikut :
“Pelayanan kepada pelanggan dikatakan bermutu bila memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan, atau semakin kecil kesenjangannya antara
pemenuhan janji dengan harapan pelanggan adalah semakin mendekati
ukuran bermutu”
2.1.1.3 Pengertian Kualitas Pelayanan
Definisi Kualitas Pelayanan menurut Lovelock dalam Lena Ellitan
(2009:117):
“Kualitas pelayanan adalah ukuran tingkat seberapa baik tingkat jasa yang
diberikan sesuai dengan harapan pelanggan”.
Sedangkan menurut Lewis dan Baums dalam Lena Ellitan dan Lina
Anatan (2009:118), adalah sebagai berikut:
“Kualitas pelayanan merupakan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat
layanan yang diberikan mampu menyesuaikan dengan ekspektasi pelanggan, jadi kualitas pelayanan diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaian
pelayanan tersebut membagi harapan pelanggan”.
Menurut Karante seperti yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010:28)
menjelaskan bahwa :
perpajakan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya optimalisasi
penerimaan pajak”.
2.1.1.4 Pengertian Pajak
Beberapa definisi yang menjelaskan mengenai pajak:
Menurut Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang -undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Menurut Andriani dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:22) menyatakan
bahwa:
“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-pertauran dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
2.1.1.5 Pengertian Kualitas Pelayan Pajak
Definisi Kualitas Pelayanan menurut Lewis dalam Lena Elitan
(2007:47) menyatakan bahwa:
“Kualitas pelayanan merupakan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu menyesuaikan dengan ekspentasi pelanggan, jadi kualitas pelayanan diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaian pelayanan tersebut membagi harapan pelanggan”.
Siti Kurnia Rahayu (2010:134) menyatakan bahwa:
“Pelayanan pajak dalam meningkatkan kepatuhan dimana pelayanan
pajak sebagai pelayanan publik”.
Dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:134), Keputusan Menteri Negara
“Pelayanan umum atau pelayanan public adalah segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di lingkungan BUMN dalam bentuka barang dan jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan”.
2.1.1.6 Indikator Kualitas Pelayanan
Adapun menurut Fitzsimmons dalam Lena Ellitan (2009:119)
memaparkan bahwa terdapat lima dimensi utama yang digunakan oleh
pelanggan untuk menilai kualitas layanan. Adapun kelima dimensi atau yang
sering disebut dengan elemen kualitas layanan adalah sebagai berikut:
1. Reliability (keandalan)
Keandalan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
memberikan pelayanan yang akurat sejak pertama kali tanpa
membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan
waktu yang disepakati.
2. Assurance (jaminan/kepastian)
Jaminan yang dimaksud yakni perilaku pada karyawan agar
mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
yang ditandai dengan tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam
memberikan pelayanan
3. Empathy (empati)
Perusahaan memahami masalah pelanggan dan bertindak demi
kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada
para pelanggan dan memiliki jasa operasi yang aman.
Penampilan fisik ini berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik. Semua
bukti fisik yang menanamkan citra perusahaan kepada pelanggan,
sehingga konsumen dapat mengevaluasi jasa melalui aspek fisik
tersebut, ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya.
5. Responsiveness (daya tanggap)
Daya tanggap yang dimaksud disini berkenaan dengan
kesediaan dan kemampuan para karyawan, untuk membantu para
pelanggan dan merespons permintaan mereka serta menginformasikan
kapan pelayanan akan diberikan dan kemudian memberikan pelayanan
secara tepat, yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen
dengan cepat
Rangkaian kegiatan terpadu yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan, yang menjadi indicator (Lina Ellitan, 2007:25) menyatakan
bahwa:
“A. Pelayanan umum yang sederhana
Pelayanan umum berkualitas apabila pelaksanaannya tidak menyulitkan,prosedurnya tidak banyak seluk-beluknya, persyaratan mudah dipenuhi pelanggan. Tidak bertele-tele, tidak mencari kesempatan dalam kesempitan.
B. Pelayanan umum yang terbuka
Aparatur yang bertugas melayani pelanggan harus memberikan penjelasan sejujur-jujurnya, apa adanya dalam peraturan atau norma, jangan menakutnakuti, jangan merasa berjasa dalam memberikan pelayanan agar tidak timbul keinginan mengharapkan imbalan dari pelanggan. Standar pelayanan harus diumumkan, ditempel pada pintu utama kantor.
C. Pelayanan umum yang lancar
D. Pelayanan umum yang dapat menyajikan secara tepat
Yang dimaksud tepat di sini adalah tepat arah, tepat sasaran, tepat waktu, tepat jawaban, dan tepat dalam memenuhi janji. Misal kantor pelayanan pajak dalammelakukan penagihan pajak tepat pada waktu wajib pajak memiliki uang.
E. Pelayanan umum yang lengkap
Lengkap berarti tersedia apa yang diperlukan oleh pelanggan. Untuk dapat menjamin pelayanan berkualitas harus didukung sumber daya manusia dan sarana yang tersedia.
F. Pelayanan umum yang wajar
Pelayanan umum yang wajar berarti tidak ditambah-tambah menjadi pelayanan yang bergaya mewah, tidak dibuat-buat, pelayanan biasa seperlunya sehingga tidak memberatkan pelanggan.
G. Pelayanan umum yang terjangkau
Dalam memberikan pelayanan, uang retribusi dari pelanggan yang diberikan harus dapat dijangkau oleh pelanggan”.
2.1.2 Kepatuhan Pajak
2.1.2.1 Pengertian Kepatuhan Pajak
Dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan
perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan
perpajakan. Maka pada prinsipnya, menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:138) :
“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara”.
Definisi kepatuhan menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia
Rahayu (2010:138) menyatakan bahwa :
“Kepatuhan perpajakan yang didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
2.1.2.2 Pengertian Wajib Pajak Orang Pribadi
Menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Wajib Pajak Orang Pribadi, adalah setiap orang pribadi yang memiliki
penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak. Di Indonesia, setiap orang wajib
mendaftarkan diri dan mempunyai nomor pokok wajib pajak (NPWP), kecuali
ditentukan dalam undang-undang.
2.1.2.3 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam Siti Kurnia (2010:138)
kepatuhan didefinisikan sebagai berikut:
“Istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Sehingga dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa Kepatuhan Perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta
melaksanakan ketentuan perpajakan”.
Menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia (2010:138) kepatuhan
mendefinisikan kepatuhan sebagai berikut:
“Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya”.
Pengertian Kepatuhan menurut James et all dalam Timbul Hamonangan
“Secara sederhana Kepatuhan Wajib Pajak adalah sekedar menyangkut
sejauh mana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai
aturan perpajakan yang berlaku”.
Menurut Gunadi (2005:14) pengertian kepatuhan perpajakan (tax
compliance) adalah Wajib Pajak Orang Pribadi mempunyai kesediaan untuk
memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu
diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun ancaman dan
penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
Menurut Nurmantu dalam widodo dkk (2010:68), kepatuhan Wajib Pajak
dibagi menjadi dua, yaitu:
“ a. Kepatuhan formal, berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan Undang-Undang perpajakan yang berlaku. Kepaatuhan secara formal dilihat dari aspek kesadaran Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri, ketepatan waktu Wajib Pajak dalam dalam menyampaikan SPT Tahunan, ketepatan waktu dalam membayar pajak, dan pelaporan Wajib Pajak melakukan pembayaran dengan tepat waktu.
b. Kepatuhan Material, kepatuhan material lebih dalam cakupammya yaitu pemenuhan secara substantif isi dan jiwa ketentuan perpajakan. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif (hakekat) memenuhi semua ketentuan material perjajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa Undang-Undang perpajakan. Kepatuhan material dapat diidentifikasi dari kesesuaian jumlah kewajiban pajak yang harus dibayar dengan perhitungan dengan perhitungan sebenarnya, Pengharapan terhadap indepedensi konsultan pajak,dan besar kecilnya tunggakan pajak”.
2.1.2.4 Macam-macam Kepatuhan
Siti Kurnia (2010:138) membagi dua macam kepatuhan sebagai berikut:
“ 1. Kepatuhan Formal
2. Kepatuhan Material
Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana Wajib pajak secara
substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan”.
2.1.2.5 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Chaizi Nasucha yang dikutip oleh Siti Kurnia (2010:139),
kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari beberapa hal sebagai berikut:
“1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri
2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan 3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang 4. Kepatuhan dalam pembayaran dan tunggakan”.
Kemudian kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri
Keuangan No. 544/KMK.04/2000, bahwa kriteria wajib pajak adalah :
“1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
3. Tidak pernah di jatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam j angka waktu 10 tahun terakhir.
4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.
5. Wajib Pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba
rugi fiskal”.
2.1.2.6 Kewajiban Wajib Pajak
Menurut Soemarso (2007:37) wajib pajak memiliki kewajiban sebagai
berikut:
a. Surat Pemberitahuan Masa = 20 Hari setelah akhir masa pajak b. Surat Pemberitahuan Tahunan = 3 bulan setelah akhir tahun
pajak
4. Perpanjangan = Maksimum 6 bulan atau permohonan tertulis 5. Pelanggaran batas waktu = Surat teguran
6. Surat pemberitahuan harus a. Harus ditandatangani
b. Dilampiri keterangan dan dokumen seperti ketentuan
Adapun indikator menurut Chaizi dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:139),
kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari hal-hal sebagai berikut:
“1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak”.
2.1.3 Penerimaan Pajak
2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak
Menurut John Hutagaol (2007:325) definisi penerimaan pajak adalah
sebagai berikut :
“Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh
secara terus-menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai
kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat.”
Menurut Suryadi (2006:105) definisi penerimaan pajak adalah sebagai
berikut :
“Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan
baik untuk belanja rutin maupun pembangunan”.
Berdasarkan definisi di diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak
adalah sumber pembiayaan negara dan sumber penerimaan yang terdiri dari pajak
dalam negeri dan pajak perdagangan internasional yang dilakukan melalui
Sebelumnya telah disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran masyarakat
kepada negara yang dapat dipaksakan berdasarkan ketentuan Undang – Undang
tanpa adanya kontraprestasi langsung untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak adalah semua penerimaan
yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional yang
diterima sebagai kontribusi masyarakat kepada negara, yang termasuk ke dalam
kelompok penerimaan non migas selain penerimaan bukan pajak dan laba bersih
minyak, yang diatur berdasarkan Undang – Undang dan tidak memperoleh
kontraprestasi langsung untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Sektor pajak memiliki posisi sangat penting dan strategis bagi pendapatan
negara, sehingga hampir tidak dapat disangkal bahwa pajak merupakan andalan
pemasukan uang bagi negara. Guna tercapainya penerimaan pajak yang tercantum
dalam RAPBN tersebut, diharapkan kepada seluruh masyarakat Wajib Pajak dapat
menunaikan kewajiban kenegaraannya dengan mengisi SPT yang dilandasi
kejujuran dan tidak akan menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan negara.
2.1.3.2 Indikator Penerimaan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:27) menyebutkan indikator yang
mempengaruhi penerimaan pajak adalah :
1.Kepastian Peraturan Perundang-Undangan Dalam Bidang Perpajakan
Undang-undang haruslah jelas, sederhana dan mudah dimengerti, baik oleh
fiskus, maupun oleh pembayar pajak. Timbulnya konflik mengenai
interpretasi atau tafsiran mengenai pemungutan pajak akan berakibat pada
akan merasa bahwa sistem pemungutan sangat berbelit-belit dan
cenderung merugikan dirinya sebagai pembayar pajak.
2. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengimplementasikan Undang–Undang
Perpajakan Merupakan suatu cara atau alat pemerintah di bidang
perpajakan yang memiliki suatu sasaran tertentu atau untuk mencapai
suatu tujuan tertentu di bidang sosial dan ekonomi.
3. Sistem Administrasi Perpajakan
Sistem administrasi perpajakan yang tepat hendaklah merupakan prioritas
tertinggi karena kemampuan pemerintah untuk menjalankan fungsinya
secara efektif bergantung kepada jumlah uang yang dapat diperolehnya
melalui pemungutan pajak.
4. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah beserta aparat
perpajakan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya optimalisasi
penerimaan pajak.
5. Kesadaran dan Pemahaman Warga Negara
Rasa nasionalisme tinggi, kepedulian kepada bangsa dan negara, serta
tingkat pengetahuan perpajakan masyarakat yang memadai, maka secara
umum akan makin mudah bagi wajib pajak untuk patuh kepada peraturan
perpajakan.
6. Kualitas Petugas Pajak
Kualitas petugas pajak sangat menentukan efektifitas undang–undang dan
sepanjang yang menyangkut kecakapan teknis, efisien, dan efektif dalam
hal kecepatan, tepat dan keputusan yang adil.
2.1.4 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)
Menurut Siti Resmi (2011:74) definisi pajak penghasilan adalah sebagai
berikut :
“Pengertian Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap
subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu
tahun pajak”.
Menurut Subekti dan Asrori dalam Dina Fitriani (2009:139) definisi pajak
penghasilan adalah sebagai berikut :
“Pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan
badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya
selama satu tahun”.
Menurut Erly Suandy (2011:36) definisi pajak penghasilan adalah sebagai
berikut :
“Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap penghasilan,
dapat dikenakan secara berkala dan berulang-ulang dalam jangka waktu
tertentu baik masa pajak maupun tahun pajak”.
2.1.4.1 Subjek Pajak Penghasilan
Subjek Pajak Penghasilan menurut Siti Resmi (2011:75):
“Segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan
Berdasarkan lokasi geografis, subjek pajak dapat dibedakan menjadi dua
menurut Siti Resmi (2011:76):
“1. Subjek Pajak Dalam Negeri adalah:
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
1) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan
2) Pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD
3) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
4) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
5) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak
2. Subjek Pajak Luar Negeri adalah:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
b. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
2.2 Kerangka Pemikiran
Membayar pajak merupakan kewajiban masyarakat kepada negara yang
harus dipatuhi. Di sisi lain, negara memberikan kepercayaan penuh kepada
masyarakat untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Saat
pajak menjadi andalan penerimaan, negara berupaya memberikan kepercayaan
penuh kepada masyarakat memenuhi kewajiban pajaknya dengan harapan timbul
kepatuhan yang diharapkan. Kepercayaan yang diberikan menjadi harga mahal
yang patut diimbangi dengan sikap patuh pembayar pajak melihat kepatuhan
wajib pajak membantu meningkatkan penerimaan pajak dan,kepatuhan membayar
pajak (wajib pajak) dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh menjadi penting
untuk dikaji ulang (Mardiasmo, 2011:149)
Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi
sistem administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak,
penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. Untuk
memenuhi agar Wajib Pajak menjadi patuh yaitu dibutuhkannya kualitas
pelayanan pajak yang baik. Dalam melayani, komunikasi antara Wajib Pajak dan
petugas harus terjalin dengan baik dan dibutuhkan juga sosialisasi perpajakan
kepada Wajib Pajak seperti kegiatan penyuluhan-penyuluhan agar Wajib Pajak
dapat memahami dan mengerti tentang informasi perpajakan sehingga Wajib
Pajak pun akan menjadi patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
2.2.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Standar kualitas pelayanan pada Wajib Pajak akan terpenuhi apabila
petugas menjalani tugasnya secara professional, maka kantor-kantor pelayanan
pajak harus melakukan segala cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan juga
dapat meningkatkan pula tingkat kepatuhan Wajib Pajak sehingga akan
meningkatkan pula penerimaan pajak, karena setiap Wajib Pajak memiliki
persepsi masing-masing dalam menentukan apakah kualitas pelayanan pada KPP
yang bersangkutan baik atau tidak (Mardiasmo, 2011:146).
Untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kepatuhan
kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat pajak.
Pelayanan yang berkualitas harus diupayakan dapat memberikan 4 K yaitu
Keamanan, Kenyamanan, Kelancaran dan Kepastian hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan (Ni Luh Supadmi : 2009).
2.2.2 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Jika semua wajib pajak di Indonesia berpredikat patuh maka akan
berimplikasi pada optimalisasi penerimaan pajak, maka efeknya pada
penerimaan Negara yang bertambah besar, Peningkatan penerimaan pajak tidak
lepas dari kemauan dan kepatuhan Wajib Pajak dengan tingkat kepatuhan Wajib
Pajak yang tinggi diharapkan penerimaan pajak akan meningkat, Sedangkan
cara efektif untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak yaitu dengan
untuk membayar pajak, Sosialisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara
melakukan penyuluhan seminar ataupun pembagian brosur yang disampaikan
dengan lenih menarik dan komunikatif agar masyarakat mudah memahami tujuan
sosialisasi tersebut, Sehingga dari sosialisasi tersebut diharapkan dapat mengajak
masyarakat untuk melakukan kewajibannya sebagai warga Negara Indonesia yang
baik dan taat pajak (Mardiasmo, 2009:114)
Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran diatas dan di dukung oleh
pendapat para ahli serta penelitian terdahulu, maka dapat di uraikan paradigma
yang disajikan dalam gambar 2.1 sebagai berikut:
Mardiasmo, 2009:114
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Kualitas Pelayanan Pajak
(X1)
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(X2)
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi
2.2.3 Hasil Penelitian Sebelumnya
assessment menjadi self assessment sistem menekankan memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang jadi fungsi pemerintah adalah hanya
melakukan pelayanan, pengawasan dan pembinaan terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak 2 Asri Eka Agusti
2.3 Hipotesis
Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian. Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai
berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik”.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan di atas maka penulis
menarik hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh antara Kualitas Pelayanan Pajak terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Hipotesis 2 : Terdapat pengaruh antara Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor
113
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, pengembangan hipotesis atas dasar
teori-teori yang berhubungan, serta hasil analisis yang telah dibahas sebagaimana telah
disajikan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kualitas pelayanan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasilan orang pribadi. Artinya semakin baik kualitas pelayanan pajak
yang di berikan oleh aparat pajak mampu meningkatkan penerimaan pajak.
Berdasarkan yang ditemukan oleh peneliti mengenai penerapan kualitas
pelayanan pajak bahwa beberapa wajib pajak mengeluh akan tempat
pelayanan di karenakan jauhnya lokasi dari tempat mereka sehingga
menyebabkan wajib pajak merasa belum puas dan masih perlu
ditingkatkan kualitas pelayanan pajak terhadap wajib pajak agar
meningkatkan penerimaan pajak salah satunya pajak penghasilan orang
pribadi.
2. Kepatuhan wajib pajak orang pribadi berpengaruh terhadap penerimaan
pajak penghasilan orang pribadi. Berdasarkan fenomena yang terjadi
adalah kurangnya ketidakpatuhan masyarakat terhadap pajak yang
hal tersebut berpengaruh pada penerimaan pajaknya. Maka DJP perlu
memberikan bimbingan dan konsultasi kepada setiap pembayar pajak,
meningkatkan pelayanan, dan memberikan sanksi yang tegas kepada para
penunggak dan penggelap pajak sehingga semakin baik kepatuhan wajib
pajak maka penerimaan pajak juga akan meningkat.
5.2 Saran
5.2.1 Saran operasional
Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini bisa membantu pihak yang
terkait dalam mengevaluasi dan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam
memperbaiki kualitas pelayanan melalui pengaruh kualitas pelayanan pajak dan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap penerimaan pajak penghasilan
orang pribadi. Saran yang dapat penulis berikan kepada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Sumedang adalah sebagai berikut :
1. KPP Pratama Sumedang hendaknya membenahi tempat pelayanan
apabila tempat pelayanan pajak tersedia di lokasi terdekat dan
memudahkan akses bagi wajib pajak sehingga wajib pajak tidak
mengalami kesulitan dalam membayar kewajiban perpajakan.
2. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak perlu dilakukan
penyuluhan atau himbauan kepada wajib pajak untuk menghitung,
menyetor dan melaporkan kewajiban pajaknya, selain itu
dilakukan pemeriksaan pajak, dimana tujuan dari pemeriksaan
pajak adalah untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak. Sehingga
kepatuhan wajib pajak yang nantinya dapat meningkatkan
penerimaan pajak salah satunya penerimaan pajak orang pribadi di
KPP Pratama Sumedang.
5.2.2 Saran Pengembangan Ilmu
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang
sama, dengan menambah indikator, metode yang sama tetapi unit analisis,
populasi dan sampel yang berbeda agar diperoleh kesimpulan yang mendukung
dan memperkuat teori dan konsep yang telah dibangun sebelumnya baik oleh
1 21110148
Dibawah Bimbingan Dr. Ely Suhayati S.E., M.Si., Ak., CA
ABSTRACT
This research was conducted at the Tax Office Primary Sumedang. The purpose of this study is to menganalilis magnitude of the effect of the implementation of Service Quality and Compliance Tax the individual tax payer to the Personal Income Tax Receipts. The method used is descriptive method and verivikatif. The population of this study is the individual taxpayer who is in the Tax Office Primary Sumedang sample of 60 officers.
The purpose of this study was to: (1) determine the effect of quality of service tax on personal income tax revenue (2) to determine the effect of individual taxpayer compliance against the personal income tax revenue, and (3) to determine the effect of service quality and
compliance of tax an individual taxpayer to the individual income tax revenue.
keywords: Quality of Service Tax, Individual Tax Payer Compliance, Personal Income Tax Receipts.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan ) dengan mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo , 2009:1).
Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi Negara serta masyarakatnya, tuntutan akan peningkatan penerimaan perbaikan-perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu, yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan, tujuannya agar basis pajak dapat semakin diperluas dan potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial serta memberikan pelayanan prima Wajib Pajak (Nuramalia Hasanah, dkk,2012).
Memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan Wajib Pajak diharapkan dapat menimbulkan kepuasan kepada Wajib Pajak sebagai pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan (Supadmi, 2008).
Menurut Dhias Prayoga (2014) beberapa wajib pajak mengeluh akan tempat pelayanan di karenakan jauhnya lokasi dari tempat mereka sehingga menghambat proses pembayaran perpajakan.
Standar kualitas pelayanan pada wajib pajak akan terpenuhi apabila petugas menjalani tugasnya secara professional, maka kantor-kantor pelayanan pajak harus melakukan segala cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan juga dapat meningkatkan pula tingkat kepatuhan wajib pajak sehingga akan meningkatkan pula penerimaan pajak, karena setiap wajib pajak memiliki persepsi masing-masing dalam menentukan apakah kualitas pelayanan pada KPP yang bersangkutan baik atau tidak (Mardiasmo, 2011:146).
Akibat kurangnya ketidakpatuhan masyarakat terhadap pajak yang menyebabkan banyaknya potensi penerimaan yang tidak tergali, besarnya penerimaan pajak terhadap penerimaan Negara yang diharapkan pemerintah dapat meningkat setiap tahunnya, maka DJP harus berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan tugas-tugasnya (Dhias Prayoga, 2014).
sedangkan cara efektif untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak yaitu dengan mengadakan sosialisasi agar wajib pajak mengetahui dan memahami cara-cara untuk membayar pajak. Sosialisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan penyuluhan seminar ataupun pembagian brosur yang disampaikan dengan lenih menarik dan komunikatif agar masyarakat mudah memahami tujuan sosialisasi tersebut, sehingga dari sosialisasi tersebut diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk melakukan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang baik dan taat pajak (Mardiasmo,2009:114).
Kantor Pelayanan Pajak memiliki peran yang sangat penting antara lain ; melakukan pendataan objek pajak termasuk subjek pajak mengelola data, menganalisis data dan penyajian informasi, melakukan penetapan pajak, identifikasi dan ekstensifikasi, mentatausahakan penerimaan dan penagihan pajak, melayani dan menyelesaikan permohonan keberatan termasuk permohonan banding, permohonan pengurangan serta permohonan pelayanan lainnya yang berkaitan dengan perpajakan, Kantor Pelayanan Pajak harus memberikan kepuasan kepada Wajib Pajak salah satunya dengan memberikan kualitas pelayanan yang baik untuk Wajib Pajak, apabila Wajib Pajak merasa puas dengan kualitas pelayanan yang diberikan diharapkan Wajib Pajak dapat memenuhi kewajiban perepajakannya dengan begitu akan meningkatkan penerimaan pajak (Dhias Prayoga ,2014).
Berdasarkan latar belakang serta uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak dan Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di
2. Tidak patuhnya wajib pajak menyerahkan SPT.
3. Kurangnya ketidakpatuhan masyarakat terhadap pajak yang menyebabkan banyaknya potensi penerimaan yang tidak tergali
Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah yang di kemukakan di atas, maka penulis mencoba merumusakan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
2. Seberapa besar pengaruh kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penulis melakukan penelitian pada Kantor pelayanan pajak Pratama Sumedang sebagai berikut:
Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh dan mengumpulkan data atau keterangan dan informasi mengenai pengaruh Penagihan Pajak dan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Sehingga dapat memperoleh tambahan informasi yang bermanfaat mengenai Pengaruh kualitas pelayanan pajak dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.
1. Bagi Perkembangan Ilmu
Dapat menjadi referensi ilmiah tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
2. Bagi Instansi
Bagi Instansi yaitu di KPP Pratama Sumedang penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.
Kegunaan Akademis
Hasil penelitian ini digunakan sebagai pembuktian dari konsep-konsep yang telah dikaji yang diuji secara empiris sehingga diharapkan dapat mendukung teori atau penelitian sebelumnya mengenai kualitas pelayanan pajak dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi
1. Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung bagaimana Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. 2. Bagi Peneliti Lain
Kerangka Pemikiran
Keterkaitan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak
Konsep yang menghubungakan Kualitas Pelayanan Pajak dengan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dalam penelitian ini menggunakan pernyataan menurut Mardiasmo (2011:146) sebagai berikut:
“Standar kualitas pelayanan pada Wajib Pajak akan terpenuhi apabila petugas menjalani tugasnya secara professional, maka kantor-kantor pelayanan pajak harus melakukan segala cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan juga dapat meningkatkan pula tingkat kepatuhan Wajib Pajak sehingga akan meningkatkan pula penerimaan pajak, karena setiap Wajib Pajak memiliki persepsi masing-masing dalam menentukan apakah kualitas pelayanan pada KPP yang bersangkutan baik atau tidak”
Keterkaitan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak
Konsep yang menghubungkan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Dalam penelitian ini menggunakan pernyataan menurut Rochmat Soemitro dikutip oleh Mardiasmo (2009:114) sebagai berikut:
Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah kualitas pelayanan pajak, kepatuhan wajib pajak orang pribadi, dan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan pajak dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi, subjek dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu sampai tiga. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari.
Metode verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat uji statistik yaitu analisis Regresi Linier Berganda.
Desain Penelitian
Desain penelitian menurut Umi Narimawati (2008) adalah sebagai berikut:
“Desain Penelitian adalah Suatu Rencana Struktur, dan Strategi untuk menjawab
permasalahan, yang mengoptimasi validitas”.
Dari uraian di atas tersebut maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh penulis dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data. (tabel 3.1)
Operasionalisasi Variabel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Sampel yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu 60 petugas di KPP Pratama Sumedang.
Metode Pengumpulan Data
Teknik mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Lapangan.
a. Kuesioner. b. Wawancara. c. Studi Kepustakaan d. Observasi
Rancangan Analisis dan Pengujain Hipotesis Raancangan Analisis
Peneliti melakuakan analisa terhadap data yang telah diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis verifikatif.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan dari masing-masing variabel (Kualitas Pelayanan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi) dengan rumus sebagai berikut:
2. Analisis Verifikatif
Adapun langkah-langkah analisis verifikatif yang diurutkan diatas sebagai berikut:
1. Analisis Regresi Linier Berganda 2. Statistik Deskriptif
2) Uji Multikolonieritas 3) Uji Heteroskedastisitas 4. Analisis Kolerasi
5. nalisis Uji Koefisien Determinasi (R2) Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
IV. HASIL PENELITIAN DN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian merupakan hasil yang peneliti dapatkan selama melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. Hasil tersebut berupa data-data dan informasi yang mendukung penelitian yang peneliti lakukan.
Analisis Deskriptif
Objek dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan pajak, kepatuhan wajib pajak orang pribadi, dan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. Fokus penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan pajak pajak dankepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.
Analisis Deskriptif Kualitas Pelayanan Pajak
sebesar 4,57 termasuk dalam kategori sangat baik.
Analisis Deskriptif Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Berdasarkan nilai kuesioner menunjukan bahwa penerimaan pajak penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. termasuk ke dalam kategori sangat baik, sedangkan nilai total persentase yang diperoleh adalah sebesar 95,42% dan nilai mean skor sebesar 4,77 termasuk dalam kategori sangat baik.
Analisis Verifikatif
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan yang ada antara variabel-variabel sehingga dari hubungan yang diperoleh dapat ditaksir variabel-variabel yang satu, apabila harga variabel lainnya diketahui. Persamaan model regresi yang digunakan penulis adalah persamaan model regresi berganda (multiple regression analysis). (tabel 4.4)
Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan: 1. α = konstanta sebesar 0,785.
2. Nilai koefesien regresi tingkat yaitupenagihan pajaksebesar 0,365. 3. Nilai koefesien regresi surat paksa sebesar 0,360.
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, dan nilai rata-rata (mean) yang dihasilkan dari variabel penelitian. Berdasarkan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS
Ver.16.00. (tabel 4.5)
Variabel Kualitas Pelayanan Pajak
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi dengan total persentase 95,42% dan nilai mean skor sebesar 4,77. Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas, dapat dilihat dari grafik normalitas di atas (Normal
P-Plot of Regression Standardized Residual) terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal. (gambar 4.2)
Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil uji multikolineritas di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari setiap variabel independen lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari setiap variabel independen tidak lebih dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. (tabel 4.3)
Uji Heteroskedastisitas
Dari hasil pengujian scatter plot dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar antara di bawah 0 sampai di atas 0 pada sumbu Y Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak terjadi heteroskedastisitas. (gambar 4.4)
Analisis Koefisien Korelasi Pearson
Berdasarkan hasil pengujian diketahui nilai koefisien korelasi pearson untuk variabel penagihan pajak sebesar 0,868. Untuk variabel surat paksa sebesar 0,881. (tabel 4.5)
Analisis Uji Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi Simultan
maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Pengaruh X1 terhadap Y = 0,307 x 0,411 = 0,126 atau 12,6%
Pengaruh X2 terhadap Y = 0,580 x 0,881 = 0,511 atau 51,1%
Sedangkan sisanya sebesar 1,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian yaitu dari kualitas pelayanan pajak, kepatuhan wajib pajak orang pribadi dan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. (tabel 4.9)
Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini pada dasarnya bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan t dari hasil perhitungan. Apabila nilai sig. t < tingkat signifikan (0,05) maka variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai sig. t > tingkat signifikan (0,05) maka variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. (tabel 4.10)
pengujian secara parsial adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji t (parsial) pada model regresi, diperoleh nilai signifikansi variabel kulaitas pelayanan pajak sebesar 0,008 < 0,05 (taraf nyata signifikansi penelitian). Selain itu dapat dilihat juga dari hasil perbandingan antara thitung dan ttabel
yang menunjukan nilai thitung sebesar 2,763, sedangkan ttabel sebesar 2,002. Dari
hasil tersebut terlihat bahwa thitung > ttabel yaitu 2,763 > 2,002, maka dapat disimpulkan
bahwa H1 diterima, artinya secara parsial variabel kulaitas pelayanan pajak
2,002. Dari hasil tersebut terlihat bahwa thitung > ttabel yaitu 3,820 > 2,002, maka dapat
disimpulkan bahwa H2 diterima artinya secara parsial variabel kepatuhan wajib pajak
orang pribadi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.
PEMBAHASAN
Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Dalam pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa nilai thitung sebesar 2,763 dan ttabel sebesar
2,002 yang menunjukan bahwa model yang dibentuk oleh hipotesis 1 signifikan. Artinya Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Berdasarkan yang ditemukan oleh peneliti mengenai penerapan kualitas pelayanan pajak bahwa beberapa wajib pajak mengeluh akan tempat pelayanan di karenakan jauhnya lokasi dari tempat mereka (Dhias Prayoga,2014)
Fenomena itu sesuai dengan apa yang peneliti temukan dilapangan, dimana dilihat ada beberapa indikator dalam Kualitas Pelayanan Pajak yang harus dibenahi.
Indikator Tangibles dengan presentase 98.33% , dimana petugas pajak menilai tempat pelayanan yang ada di kantor pajak cukup memadai hal tersebut mempengaruhi terhadap wajib pajak saat datang ke tempat pelayanan karena belum menyediakan tempat pelayanan yang terdekat dari lokasi mereka. Tentunya apabila tempat pelayanan pajak tersedia di lokasi terdekat dan memudahkan akses bagi wajib pajak sehingga wajib pajak tidak mengalami kesulitan dalam membayar kewajiban perpajakan.
Penelitian ini didukung penelitian sebelumnya oleh Ardiani Ika Sulistyawati (2010) mengemukakan bahwa pelayanan perpajakan berpengaruh terhadap kinerja penerimaan pajak. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan adanya pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Jadi dengan tingginya kualitas pelayanan pajak yang ditunjukan oleh petugas pajak dalam melayanai wajib pajak, maka akan menumbuhkan perasaan nyaman pada wajib pajak terkait malasah perpajakan sehingga ada keinnginan bagi wajib pajak untuk memenuhi kewajian perpajakannya, hal tersebut akan meningkatkan pula penerimaan pajak salah satunya pajak penghasilan orang pribadi.
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Dalam pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa nilai thitung sebesar 3,820 dan ttabel sebesar 2,002 yang
menunjukan bahwa model yang dibentuk oleh hipotesis 2 signifikan. Artinya Pengaruh Kepatuham Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti mengenai penerapan kepatuhan wajib pajak orang pribadi kurangnya ketidakpatuhan masyarakat terhadap pajak yang menyebabkan banyaknya potensi penerimaan yang tidak tergali (Dhias Prayoga:2014).
Fenomena itu sesuai dengan apa yang peneliti temukan dilapangan, dimana dilihat ada beberapa indikator dalam kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang harus diperbaiki.
Menurut Mardiasmo (2009:114) mengemukakan semua wajib pajak di Indonesia berpredikat patuh maka akan berimplikasi pada optimalisasi penerimaan pajak, maka efeknya pada penerimaan negara yang bertambah besar, peningkatan penerimaan pajak tidak lepas dari kemauan dan kepatuhan wajib pajak dengan tingkat kepatuhan wajib pajak yang tinggi diharapkan penerimaan pajak akan meningkat sedangkan cara efektif untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak yaitu dengan mengadakan sosialisasi agar wajib pajak mengetahui dan memahami cara-cara untuk membayar pajak. Sosialisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan penyuluhan seminar ataupun pembagian brosur yang disampaikan dengan lenih menarik dan komunikatif agar masyarakat mudah memahami tujuan sosialisasi tersebut, sehingga dari sosialisasi tersebut diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk melakukan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang baik dan taat pajak (Mardiasmo,2009:114).
Penelitian ini didukung penelitian sebelumnya oleh Ardiani Ika Sulistyawati (2010) mengemukakan bahwa kesadaran wajib pajak merupakan pemahaman wajib pajak tentang kewajiban membayar pajak sebagai wujud kegotongroyongan nasional dalam menghimpun dana untuk kepentingan pembiayaan pemerintah dan pembangunan nasional.
V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, pengembangan hipotesis atas dasar teori-teori yang berhubungan, serta hasil analisis yang telah dibahas sebagaimana telah disajikan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
pelayanan pajak terhadap wajib pajak agar meningkatkan penerimaan pajak salah satunya pajak penghasilan orang pribadi.
2. Kepatuhan wajib pajak orang pribadi berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Berdasarkan fenomena yang terjadi adalah kurangnya ketidakpatuhan masyarakat terhadap pajak yang menyebabkan banyaknya potensi penerimaan yang tidak tergali tentunya hal tersebut berpengaruh pada penerimaan pajaknya. Maka DJP perlu memberikan bimbingan dan konsultasi kepada setiap pembayar pajak, meningkatkan pelayanan, dan memberikan sanksi yang tegas kepada para penunggak dan penggelap pajak sehingga semakin baik kepatuhan wajib pajak maka penerimaan pajak juga akan meningkat.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut :
1. Saran operasional
Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini bisa membantu pihak yang terkait dalam mengevaluasi dan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam memperbaiki kualitas pelayanan melalui pengaruh kualitas pelayanan pajak dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Saran yang dapat penulis berikan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang adalah sebagai berikut :
dengan adanya pemeriksaan pajak diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang nantinya dapat meningkatkan penerimaan pajak salah satunya penerimaan pajak orang pribadi di KPP Pratama Sumedang.
2 Saran Pengembangan Ilmu
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang sama, dengan menambah indikator, metode yang sama tetapi unit analisis, populasi dan sampel yang berbeda agar diperoleh kesimpulan yang mendukung dan memperkuat teori dan konsep yang telah dibangun sebelumnya baik oleh peneliti maupun oleh peneliti-peneliti terdahulu.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Adrian Agus Trianto.2008. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi “.Jurnal Perpajakan
Agusti, Asri Fika.2008. “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi oleh Pemeriksaan Pajak pada KPP Pratama”.
Jurnal Perpajakan
Andi Supangat.2007.Statistika Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametik.Jakarta:Kencana
ArikuntoSuharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Ardiani Ika Sulistyawati.2010. “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan
Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak”.Jurnal
Gunadi.2005.”Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak”.
Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol 4,5 : 4-9
Ghozali.2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : BP
Husein Umar.2005.Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
John Hutagaol.2007.PERPAJAKAN.Konsep,Teori dan Isu, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Lena Ellitan, Liana Anatan.2007.Sistem Informasi Manajemen.Alfabeta:Bandung
Mardiasmo.2009.PERPAJAKAN. Edisi Revisi 2009, Yogyakarta:Penerbit ANDI
Mardiasmo.2011. PERPAJAKAN.Edisi Revisi 2011.Yogyakarta:Penerbit ANDI
Ni Luh Supadmi.2009.”Meningkatkan Kepatuhan Waib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan”.Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol 4, No.2
Nur Indriantoro.2002.Metedologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : Edisi Pertama, Penerbit. BPFE
Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Imam Mukhlis. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan
dalam Pembangunan Ekonomi, Bogor: Penerbit Raih Asa Sukses.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suryadi.2006.Pelayanan Perpajakan. Jakarta: Yayasan Kawula Indonesia
Umi Narimawati. 2010. penulisan karya ilmiah. Bekasi: Penerbit Ganesis
Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan. Aplikasi.
Bandung: Agung Media
Widodo, Widi, dkk.2010.Moralitas, Budaya dan Kepatuhan Wajib Pajak.
Bandung:Alfabeta
. Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK 04/2000