LANDEK DALAM UPACARA ERDEMU BAYU KAJIAN
TERHADAP BENTUK DALAM SISTEM SOSIAL PADA
MASYARAKAT KARO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
RISDA OCTAVIA BARUS
NIM 2113340041
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Skripsi ini. Adapun
proposal Skripsi ini berjudul “Landek Dalam Upacara Erdemu Bayu Kajian Terhadapa Bentuk Dalam Sistem Sosial Masyarakat Karo”.
Skripsi ini merupakan hasil pemikiran penulis secara ilmiah yang
dibangun berdasarkan teori-teori penelitian di lapangan. Skripsi ini ditulis untuk
memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
UNIMED. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penulisan, tata bahasa maupun dari penyampaian ide penulis.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih serta
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan serta fasilitas sehingga proposal Skripsi ini dapat disusun.
oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terimakasih yang
khususnya penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik FBS UNIMED
4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si Ketua Prodi Pendidikan Tari FBS
5. Martozet.S.Sn.,MA Ketua Lab Pendidikan Tari sekaligus Dosen PA
6. Dra. Rr. RHD. Nugrahaningsih, M.Si Dosen Pembimbing I
7. Nurwani, S.S.T, M.Hum Dosen Pembimbing II
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Tari Fakutas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
9. Teristimewa Kedua Orang Tua tercinta yang telah mendukung dan
mendoakan penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik
10.Bapak Krisman Barus Narasumber yang sudah banyak memberikan
iii
11.Kepala Desa Hulu Kampung Tujuh Kecamatan Pancurbatu
12.Fredi Saputra Sagala dan Jamal S.Karo-karo yang sudah banyak
membantu dan mendukung penulis dalam penulisan Skripsi.
13.Seluruh teman-teman stambuk 2011 yang sama-sama berjuang untuk
mendapat gelar Sarjana
Penulisan proposal skripsi ini didukung dengan referensi-referensi dan
sumber informasi lainnya, namun terlepas dari semuanya penulis juga menyadari
terdapat berbagai kekurangan dalam penulisan proposal ini. Oleh sebab itu penulis
menerima berbagai kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan Skripsi ini.
Medan, September 2015
Salam Hormat,
Penulis,
i
ABSTRAK
RISDA OCTAVIA BARUS. NIM. 2113340041. Landek Dalam Upacara Erdemu Bayu Kajian Terhadap Bentuk Dalam Sistem Sosial Pada Masyarakat Karo. Prodi Seni Tari. Jurusan Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan 2015.
Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan sistem kekerabatan pada upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo, struktur upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo, serta bentuk penyajian landek sesuai sistem kekerabatan pada upacara Erdemu Bayu pada masyarakat Karo.
Untuk menjawab tujuan penelitian diatas digunakan teori yang berkaitan dengannya yaitu , mengenai teori bentuk penyajian, teori sistem, teori struktur.
Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Hulu Kampung Tujuh Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang sejak bulan Mei 2015 sampai Juli 2015 dengan sampel tokoh adat dan salah satu masyarakat Karo setempat. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti melakukan prosedur penentuan informasi, yaitu menentukan informasi yang tahu dan terlibat dalam upacara Erdemu Bayu tersebut. Metode dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif kualitatif dan dengan tehnik pengumpulan data melalui wawancara dengan Bapak Krisman Barus, observasi lapangan, dokumentasi, studi pustaka dan yang terakhir adalah tehnik analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kekerabaran pada upacara erdemu bayu pada masyarakat Karo dikenal sebagai sangkep geluh yang didalamnya terdapat rakut sitelu, tutur siwaluh, dan perkade-kaden 11+1. Struktur upacara erdemu bayu pada masyarakat Karo dimulai dengan Sebelum upacara, saat upacara dan setelah upacara. Landek dalam upacara erdemu bayu terdapat pada saat upacar erdemu bayu. Bentuk penyajian landek sesuai sistem kekerabatan pada masyarakat Karo yang dimulai dengan landek sukut/senina, landek kalimbubu, dan landek anak beru. Seluruhnya bersangkutan dengan sistem kemasyarakatan pada masyarakat Karo.
iv
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 10 A. Landasan Teoritis ... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18
A. Metodologi Penelitian ... 18
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
C. Populasi dan Sampel ... 19
v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26
A.Gambaran Umum Masyarakat Karo ... 27
2. Sistem Kekerabatan Masyrakat Karo ... 33
a. Sistem Kekerabatan Pada Upacara Erdemu Bayu ... 41
C. Struktur Upacara Erdemu Bayu ... 41
2. Bentuk Penyajian Landek Pada Upacara Erdemu Bayu ... 50
viii
DAFTAR FOTO
Foto 1 Persikapen ... 42
Foto 2 Memasuki Gereja ... 43
Foto 3 Ngosei Penganten ... 44
Foto 4 Tegun sukut dan Tegun kalimbubu menari memasuki jambur ... 44
Foto 5 Upacara Erdemu Bayu ... 45
vii
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Kerangka Konseptual ... 17
Skema 2 Tegun Sukut ... 37
Skema 3 Tegun Kalimbubu ... 38
viii
DAFTAR PETA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam
dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera
merupakan pulau keenam terbesar di dunia berdasarkan luas wilayah
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/sumatera). Masyarakatnya terdiri atas beberapa
suku yang tersebar dari sabang sampai merauke. Setiap kehidupan kelompok
masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya masing-masing yang bersumber
dari pemikiran-pemikiran atau dari kebiasaan-kebiasaan yang terkait dari
lingkungan dimana kelompok masyarakat berada.
Sumatera Utara memiliki berbagai suku batak yang bukan hanya terdiri
dari satu jenis suku saja, melainkan terdiri atas lima suku yaitu Batak Toba,
Batak Mandailing, Batak Simalungun, Batak Pakpak/Dairi, dan Batak Karo.
Suku Karo bukan hanya terdapat di Kabupaten Karo saja melainkan terdapat di
berbagai daerah di Sumatera Utara di antaranya Kota Medan, Kota Binjai,
Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Langkat dan berbagai
Kota dan Kabupaten lainnya.
Suku Karo memiliki banyak kebudayaan yang merupakan produk dan
hasil kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan di jalankan
sesuai kebiasaan secara turun-menurun. Hal ini didukung oleh pendapat Edward
Burnett Tylor yang menyebutkan bahwa “kebudayaan merupakan keseluruhan
hukum, adat istiadat, kesenian dan kemampuan-kemampuan lain yang di dapat
seseorang anggota masyarakat”.
Salah satu unsur kebudayaan yang mempengaruhi corak hidup manusia
dalam masyarakat adalah kesenian, setiap kesenian tentu memiliki ciri khusus
sesuai kebudayaan masing-masing, sehingga banyak kesenian yang lahir dari
masyarakat dan sesuai dengan adat budaya serta norma yang berlaku. Kehadiran
kesenian bukan hanya sebagai hiburan semata namun juga merupakan ungkapan
suatu kehidupan yang sangat sarat dengan makna dan simbol-simbol dari setiap
suku sehingga masyarakat dari suku manapun dapat menghasilkan kebudayaan
sebagai saran hasil karya, rasa dan pencipta.
Suku Karo sebagai salah satu etnik yang terdapat di Sumatera tentu
memiliki keunikan kesenian tersendiri. Potensi dan pengembangan kesenian
Karo tidak bisa terlepas dari bagaimana masyarakat Karo dalam
mengapresiasikan kesenian Karo itu sendiri. Bagi masyarakat suku Karo,
kesenian merupakan salah satu kebudayaan yang sering digunakan pada setiap
kesempatan, baik digunakan dalam hiburan, upacara adat / ritual, dan kesenian
lainnya yang menyertainya adalah seni tari.
Tari dalam bahasa Karo disebut Landek. Dalam budaya Karo, penyajian
landek ditentukan dengan konteks penyajiannya. Pola dasar tari Karo adalah
posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan kaki dengan lutut naik turun ( endek )
disesuaikan dengan tempo gendang dengan ekspresi untuk mempercantik dan
pada Masyarakat Karo juga berhubungan dengan perlambangan-perlambangan
dan makna-makna tertentu.
Dalam Masyarakat Karo tarian memiliki nilai keindahan, menarikan
suatu tarian dapat dilakukan sendirian dan dapat juga dilakukan secara
beramai-ramai. Etnis Karo memiliki berbagai tarian dalam fungsi upacara adat / ritual,
pertunjukkan dan hiburan. Ada beberapa upacara Adat pada Masyarakat Karo,
diantaranya yaitu upacara kematian, upacara pernikahan, upacara mengangkat
tulang-tulang, upacara membuat nama dan lain sebagainya.
Sistem kekerabatan dalam Suku Karo terdapat ikatan yang disebut Rakut
Sitelu (tiga kedudukan dalam satu kelompok yang utuh dan menyeluruh).
Unsur-unsur dalam rakut sitelu adalah senina, kalimbubu dan anak beru. Kalimbubu
adalah kelompok pihak pemberi perempuan dan sangat dihormati dalam sistem
kekerabatan orang Karo. Anak beru adalah pihak pengambil perempuan atau
penerima perempuan untuk diperistri. Senina adalah hubungan satu marga.
Upacara adat pernikahan pada masyarakat Karo merupakan bagian tradisi
dalam kehidupan orang Karo yang dilakukan turun-menurun. Sebutan upacara
pernikahan pada masyarakat Karo adalah upacara Erdemu Bayu. Dalam upacara
erdemu bayu ini yang paling utama harus terdapat di dalamnya yaitu Sangkep
Geluh (keutuhan hidup masyarakat Karo) yang terkait dalam Rakut Sitelu, Tutur
Siwaluh, Merga Silima Ras Perkade-Kaden 12+1 (sepuluh dua tambah sada).
Hukum adat memandang bahwa perkawinan adalah peristiwa yang penting
karena merupakan urusan seluruh masyarakat, bukan hanya ikatan konseptual
Perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan yang memunculkan
hubungan lahiriah dan spritual. Dalam masyarakat Karo, seseorang yang
melakukan pernikahan mempunyai syarat tertentu, fungsi dari
syarat-syarat ini agar seseorang yang melakukan pernikahan tidak melanggar hukum
adat yang ada. Dalam pernikahan Adat Karo ada tahapan-tahapan yang
dilakukan, diantaranya adalah kerja adat/pesta adat. Tahapan ini adalah
pelaksanaan penikahan adat kedua mempelai. Pelaksanaannya biasanya
dilakukan selama sehari penuh di kampung pihak perempuan. Dalam tahap ini,
para mempelai dan keluarga di wajibkan untuk melandek (menari) sesuai
aturan-aturan susunan acara.
Bentuk penyajian upacara erdemu bayu Adat Karo di awali dengan
landek pengalo-ngalo (penyambutan) memasuki jambur pengantin laki-laki dan
pengantin perempuan berdiri di depan pintu masuk beserta keluarga
masing-masing dengan berjalan sambil menari memasuki jambur dan di sambut oleh
anak beru. Melanjuti tahap-tahapan struktur penyajian, banyak tarian-tarian
yang mencakup kedalam upacara pernikahan. Pengantin perempuan dan
pengantin laki-laki mengambil posisi di tengah-tengah, mereka bernyanyi
bergantian sambil menari, dimana disaat itu pihak keluarga menyumbang berupa
uang yang dijadikan pengantin sebagai modal njayo (tinggal tidak bersama
orang tua lagi / hidup mandiri). Makna dan struktur penyajian upacara Adat
Karo terdapat pada masing-masing kegunaannya. Landek Senina menjadi yang
pertama dalam acara keluarga yang dilanjuti dengan landek kalimbubu dan yang
lebih mendalami dan selanjutnya meneliti bagaimana sebenarnya penyajian dan
bentuk landek dalam upacara erdemu bayu untuk dijadikan fokus penelitian
yaitu “Landek Dalam Upacara Erdemu Bayu Kajian Terhadap Bentuk
Dalam Sistem Sosial Pada Masyarakat Karo “.
B.Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah sejumlah masalah yang berhasil ditarik dari
uraian latar belakang masalah atau kedudukan dan lingkup permasalahan yang
lebih luas. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang
dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu luas.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hadeli (2006 : 23), yang mengatakan bahwa :
“Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi
dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan keadaan, dan lain sebagainya
yang menimbulkan beberapa pertanyaan-pertanyaan)”.
Sesuai pendapat tersebut dan dari uraian yang terdapat pada latar
belakang masalah, maka permasalahan ini dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Bagaimana sistem kekerabatan pada upacara Erdemu bayu pada
masyarakat Karo?
2. Bagaimana struktur upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo?
3. Bagaimana pandangan masyarakat Karo dengan adanya landek di dalam
4. Bagaimana bentuk penyajian landek sesuai sistem kekerabatan pada
upacara Erdemu Bayu pada masyarakat Karo?
5. Bagaimana landek pada upacara Adat erdemu bayu pada masyarakat
Karo?
6. Bagaimana tahapan-tahapan upacara erdemu bayu pada masyarakat
Karo?
7. Bagaimana sistem landek pada upacara erdemu bayu adat pada
masyarakat Karo?
C.Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembatasan masalah dalam topik yang
diangkat penulis, maka uantuk mempersingkat cakupan, keterbatasan waktu,
dana, kemampuan penulis, oleh karena itu penulis mengadakan pembatasan
masalah untuk pempermudah penulis dalam memecahkan masalah yang
dihadapai dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardi
(2003:30) yang mengatakan bahwa:
“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah berfariasi dan bergantungg pada kesenangan penelitian. Oleh kerena itu, perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas”.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis membatasi masalah dengan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem kekerabatan pada upacara Erdemu bayu pada
2. Bagaimana struktur upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo?
3. Bagaimana Bentuk penyajian landek sesuai sistem kekerabatan pada
upacara Erdemu Bayu pada masyarakat Karo?
D.Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan merupakan suatu titik fokus dari sebuah
penelitian yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan
upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan
dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban.
Berdasarkan uraian di atas hal ini sejalan dengan pendapat Maryeani
(2005:14), yang mengatakan bahwa:
“Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan msalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan”.
Berdasarkan pendapat tersebut serta uraian yang terdapat pada latar
belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Bagaimana
Makna dan Struktur Penyajian Landek Dalam Upacara Pernikahan Pada
E.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh peneliti
sebelum melakukan penelitian. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka arah
kegiatan yang dilakukan tidak terarah karena tidak tahu apa yang akan dicapai
dalam kegiatan tersebut. Bagi seorang peneliti dapat digunakan tolak ukur dan
penilaian ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Lexy J.Moleong (2010:31) yang mengatakan bahwa,”Tujuan penelitian
memahami fenomena sosial melalui gambaran holistik dan memperbanyak
pemahaman mandalam”.
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai oleh penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan sistem kekerabatan pada upacara Erdemu bayu pada
masyarakat Karo?
2. Mendeskripsikan struktur upacara Erdemu bayu pada masyarakat Karo?
3. Mendeskripsikan bentuk penyajian landek sesuai sistem kekerabatan pada
upacara Erdemu Bayu pada masyarakat Karo?
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang dapat
dijadikan sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian
selanjutnya. Apabila penelitian dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan
Beberapa manfaat penelitian yang diambil dari kegiatan penelitian ini,
yaitu :
1. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca khususnya generasi
muda untuk melestarikan upacara adat pada daeranya.
2. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan
wawasan mengenai upacara pernikahan pada masyarakat Karo.
3. Sebagai bahan informasi buat setiap pembaca.
4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian yang lainnya, yang
memiliki hubungan terhadap penelitian ini.
5. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya yang
menekuni atau mendalami pendidikan kesenian dan kebudayaannya
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pelaksanaan upacara erdemu bayu pada masyarakat Karo diikat oleh
sistem kekerabatan yaitu sangkep nggelu atau sering disebut sebagai
keutuhan hidup orang Karo. Dalam upacara ini yang sanggat berperang ialah
rakut sitelu yang terdiri dari tegun sukut, tegun kalimbubu, dan tegun anak
beru.
1. Tegun sukut adalah kelompok dari pihak keluarga inti atau yang memiliki
kegiatan upacara. Tegun kalimbubu adalah kelompok yang tertinggi pada
masyarakat Karo dan kelompok yang paling dihormati dari setiap pihak.
Tegun anak beru adalah kelompok yang sanggat berperan penting dalam
upacara erdemu bayu karena tegun anak beru yang mengatur seluruh
acara dan ketidakadanya anak beru maka upacara tidakakan berjalan
dengan baik.
2. Upacara erdemu bayu dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pra-upacara
erdemu bayu, inti upacara erdemu bayu, dan pasca upacara erdemua bayu.
Pelaksanaan landek dilangsungkan pada pelaksanakan tahap ke dua, yaitu
pada inti upacar erdemu bayu. Landek dalam upacara ini sanggat
melibatkan sistem kekerabatan pada masyarakat Karo karena sistem
kekerabatannya dapat berubah-ubah. Landek sukut adalah kegiatan menari
55
kalimbubu dan yang terakhir yaitu landek anak beru. Bentuk penyajian
landek dalam upacara erdemu bayu banyak menggunakan properti,
diantaranya sumpit, beras piher, kampil(sirih), amak mentar, tilam/amak
kapal, uis jongket dan kain panjang.
3. Upacara erdemu bayu pada masyarakat Karo adalah upacara yang harus
dilaksanakan, sebab upacara ini adalah pemberian berkat secara adat bagi
pasangan yang akan menikah. Jika hal ini tidak di laksanakan, makak
edua mempelai tidak diijikan melakukan upacara adat kepada anaknya
kelak akan menikah, kecuali ia diberkati terlebih dahulu secara adat.
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian da pembahasan, maka dapat
diuraikan saran-saran sebagai berikut :
1. Sistem kekerabatan pada masyarakat Karo adalah salah satu sistem
yang sanggat perlu diketahui bagi masyarakat Karo, khususnya
bagi anak muda Karo karena dengan adanya sistem kekerabatan
ini masyarakat Karo dapat menjalin hubungan kekeluargaan
dengan orang lain yang baru dikenal
2. Hendaknya masyarakat Karo membuat buku tentang upacara adat
Karo khususnya upacara erdemu bayu agar dapat dipelajari dengan
jelas tahapan-tahapan dan aturan-aturan dalam upacara Adat Karo
dan anak muda suku Karo tahu akan pentingnya upacara adat
56
DAFTAR PUSTAKA
Achamadi,Abu. 2005. Antropologi Budaya: Mengenal Kebudayaan dan Suku-suku
Bangsa Di Indonesia. Jakarta: Penlangi
Burnett Tylor, Edward. 1988. Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Ginting, Nalinta. 1984. Turi-turun Beru Rengga Kuning:turu-turin Adat Budaya
Karo. Deli Tua: Toko Buku Kobe
Ijah, Seribina. 2008. Peranan Tari Simalungun Rayat Dalam Upacara Adat Pada
Masyarakat Karo di Desa Rumah Berastagi. Skripsi. Medan.Universitas
Negeri Medan
Ihromi, T.O. 2006. Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Jazuli, M. 2013. Sosiologi Seni edisi 2. Yogjakarta: Graha Ilmu
Joosten Ginting, Leo dan Kriswanto Ginting. 2014. Tanah Karo (Selayang Pandang).
Medan: Bina Media Perintis
Meliza Nasution, putri. 2013. Landek dalam upacara Cawir Metua Pada Masyarakat
Karo. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan
Nova Adelina, Christi. 2012. Karakteristik Landek Pada Masyarakat Karo. Skripsi.
Medan. Universitas Negeri Medan
Nugrahaningsih, RHD dan Yusnizar Heniwaty. 2012. Tari (Identitas dan Resistensi).
Medan: Unimed Press
Nurhasanah. 2011. Bentuk Penyajian dan Nilai Estetika Tari Piso Surit Pada
57
Nurwani. 2007. Pengetahuan Tari. Diktat Jurusan Sendratasik. FBS Universitas
Negeri Medan
Purba, Jamin. 2011. Upacara Adat Marhajabu Pada Masyarakat Simalungun Studi
Analisis Terhadap Tor-tor. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan
Reader. 2000. Antropologi Budaya. Jakarta.
Ryans. 2002. Sistem Nasional. Jakarta: Mandar Maju
Soedarsono. 1997.Tari-tarian Indonesia. Jakarta: Proyek pengembangan media
kebudayaan direktorat jendral kebudayaan
Wuri Handayani, Lilis. 2013. Penari Penceng Pesta Guro-Guro Aron Dalam Acara
Kerja Tahun di Desa Ketaren Kabupaten Karo. Skripsi. Medan: Universitas
Negeri Medan
http://id.m.wikipedia.org/wiki/sumatera
http://silima-merga.blogspot.com/2011/02/pengertian-rakut-sitelu.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Rakut_Sitelu
58
GLOSARIUM
1. Anak beru : Pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga
tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi
secara langsung
2. Bere-bere : Sebuah nama keluraga yang diwarisi seseorang
dari beru yang dimiliki ibunya
3. Beru : Sebutan marga untuk perempuan
4. Binuang : Nama sebuah keluarga yamg diturunkan oleh bere
bere ayahnya, ataupun beru ibu dari ayahnya
5. Cabur Bulung : Upacara pernikahan waktu kecil
6. Erban Gelar : Memberi nama pada anak
7. Erdemu Bayu : Upacara Pernikahan Adat Karo
8. Geluh : Hidup
9. Impal : Berbeda Marga dan boleh menikah
10.Kalimbubu : Kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu
11.Landek : Tari
12.Mbaba Belo Selambar : Tunangan pada Adat Karo
13. Mejuah-juah : Sehat sejahtera lahir batin
14.Melandek : Menari
15.Merga : Marga ( garis keturunan ) / sebutan untuk laki-laki
16.Mesur-mesuri : Upacara tujuh bulanan
17.Naruhken Kalak Mate : Menghantarkan orang mati
59
19.Puang kalimbubu : Kalimbubu dari kalimbubu seseorang
20.Rakut Sitelu : Tiga kelompok alam satu kedudukan
21. Sangap : Mendapat rejeki
22.Sangkep : Yang utuh
23.Sembuyak : Orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim
yang sama
24.Senina : satu marga sesama jenis kelamin
25.Senina Sepengalon : Orang yang bersaudara karena mempunyai anak
anak yang memperisteri dari beru yang sama
26.Sipemeren : Orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara
kandung
27.Sitandan : Perkenalan
28.Tegun : Pihak
29.Tuah : Menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa