ABSTRAK
ROMAULI SARI CAHAYA TAMBUNAN. NIM 071222510059, Peranan Endeen Mbaba Kampil Dalam Upacara Adat Nganting Manuk Pada Masyarakat Karo Di Kecamatan Medan Tuntungan. Program Studi Pendidikan Seni Musik Jurusan Sendratasik. Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan endeen mbaba kampil dalam upacara adat nganting manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan Medan Tuntungan, keberadaan instrument gendang lima sendalanen yang mengiringi endeen mbaba kampil dalam pelaksanaan upacara adat nganting manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan Medan Tuntungan.
Landasan teoritis yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu mengenai pengertian
peranan, pengertian endeen mbaba kampil, pengertian upacara adat nganting
manuk.
Peneliti mengambil lokasi penelitian di Wisma Adat Jambur Tamsaka yang terletak dijalan Jamin Ginting Km 11,5 Kecamatan Medan Tuntungan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, yang terdiri dari pengantin (laki-laki dan perempuan) 2 orang, tokoh adat karo 2 orang, pemain gendang lima sendalanen 4 orang dan penyanyi endeen mbaba kampil 2 orang. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi lapangan, dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian ini memaparkan bagaimana peranan endeen mbaba kampil dalam
upacara perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo dan gendang
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan ramhat yang senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “PERANAN ENDEEN MBABA KAMPIL DALAM
UPACARA ADAT NGANTING MANUK PADA MASYARAKAT KARO DI
KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN”.
Ketika dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali
mengalami kesulitan, namun berkat dan dukungan dari berbagai pihak yang
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripi ini. Terwujudnya skripsi ini juga tidak terlepas dari doa serta
dukungan dari orang-orang yang penulis kasihi,oleh karena itu dengan sepenuh
hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED
2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Humselaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Ketua Jurusan Sendratasik
4. Bapak Panji Suroso, M.Si selaku Ketua Program Studi Seni Musik
5. Bapak Martozet, S.Sn. M.A selaku Dosen pembimbing Skripsi I. Penulis
ucapkan banyak terimakasih untuk bimbingan yang telah Bapak berikan selama
vii
6. Ibu Esra P.T. Siburian, M.Sn selaku Dosen pembimbing Skripsi II. Penulis
ucapkan banyak terimakasih untuk bimbingan yang telah ibu berikan selama
proses penulisan skripsi penulis ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan. Penulis ucapkan banyak trimakasih atas ilmu yang telah
diberikan selama menduduki bangku perkuliahan di Universitas Negeri Medan
dari semester awal sampai semester akhir.
8. Dan kepada informan serta narasumber saya Elita Br. Tarigan, S.Pd. saya
ucapkan terimakasih untuk bantuan dan informasi yang telah diberikan kepada
penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Kepada kedua orang tua yang sangat-sangat penulis sayangi D. Tambunan dan
M. Simanjuntak, Penulis mengucapkan trimakasih banyak atas doa yang
senantiasa kalian panjatkan kepada saya, dan untuk kesabaran serta dukungan
baik moril maupun materil. Kasih kalian tiada batasnya yang membuat saya
tetap sabar dalam menghadapi semua masalah yang ada.
10.Kepada saudara/i Penulis, Edyson Tambunan, Sariaty Tambunan, Vanuntun
Tambuan, Rosmaida Tambunan dan Rotua Tambunan, Trimakasih buat
perhatian kakak dan abang yang begitu besar selama ini yang selalu
mendoakan, memberi semangat dan juga mendukung saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11.Kepada yang saya sayangi dan kasihi Dorgis Manullang yang sudah setia
menemani saya selama menjalani skripsi ini, Trimakasih buat doa, dukungan,
viii
12.Kepada sahabat-sahabat penulis Eris Masuhika Br.Tarigan, Murni Rumapea,
Theresia Hutabarat, Mual Sinaga. Terima kasih teman-teman buat semangat
yang selalu diberikan kepada saya untuk tetap sabar dan berjuang menyelesaikan
skripsi saya ini.
13.Kepada kurcaci-kurcaci kecilku Jojo, Nadia, Ocha, aline dan anggi yang sudah
memberi semangat kepada saya selama menjalani skripsi ini.
14.Untuk seluruh teman-teman stambuk 2007 dan khususnya teman-teman
seperjuangan dalam penyusunan skripsi. Terimakasih untuk kebersamaan
kalian semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penulisan, tata bahasa maupun dari penyampaian ide penulis. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap kiranya skripsi ini dapat
bermanfaat sebagai refrensi untuk penelitian selanjutnya.
Medan, Juni 2012
Penulis,
Romauli Sari Cahaya Tambunan
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………..……… i
KATA PENGANTAR ………..………. ii
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah ... 10
D. Perumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Manfaat Penelitian ... 13
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Landasan Teoritis ... 15
1. Pengertian Peranan ... 16
2. Endeen Mbaba Kampil... 16
3. Pengertian Upacara Perkawinan ……… 20
4. Pengertian Adat Nganting Manuk ……….….…... 22
B. Kerangka Konseptual ... 22
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33
E. Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sekilas tentang Masyarakat Karo ... 34
1. Data Geografis Kecamatan Medan Tuntungan ………... 34
2. Sistem Mata Pencaharian ……… 35
3. Sistem Kekerabatan ………. . 35
B. Perkawinan Pada Masyarakat Karo... 40
C. Proses pelaksanaan Perkawinan Masyarakat Karo.………... 41
D. Peranan Endeen Mbaba Kampil Pelaksanaan Upacara Perkawinan Adat Nganting Manuk Opada Masyarakat Karo……… 48
E. Instrument Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Upacara Perkawinan Adat Nganting Manuk ………... 54
F. Penyajian Edeen Mbaba Kampil Pada Upacara Perkawinan Adat Nganting Manuk ………... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………...………..………...…….. 62
B. Saran……….………. 63
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar I : Pihak keluarga pengantin laki-laki menyerahkan lima buah kampil
kepada pihak keluarga pengantin perempuan. ...… 44
Gambar II : Musyawarah (runggu) Sangkep nggeluh dari pihak pengantin laki-laki …...…. 45
Gambar III : Anak beru pihak pengantin laki-laki menari sambil membawa kampil... 49
Gambar IV : Anak beru pihak pengantin lakilaki menyerahkan kampil kepada -anak beru pihak pengantin perempuan... 49
GambarV :Pihak pengantin laki-laki menjemput pengantin perempuan... 50
Gambar VI : Anak beru pihak pengantin perempuan menyanyikan lagu endeen mbaba kampil ... 51
Gambar VII : Serune ... 56
Gambar VIII : Gendang Singanak ... 57
Gambar IX : Gendang Singindungi ... 58
Gambar X : Penganak... 59
Gambar XI : Gung dan Palu-palu... 59
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Musik telah ada sejak manusia mengenal peradaban. Setiap budaya di
dunia ini memiliki musik yang khusus diperdengarkan atau dimainkan
berdasarkan peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup anggota
masyarakat. Pada umumnya manusia memiliki rasa senang untuk mendengarkan
musik, kendati tingkat kesenangan antara satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Oleh karena itu, rasa senang terhadap musik tidak dapat dianggap sifat khas atau
suatu keanehan yang kebetulan dimiliki seseorang. Rasa senang mendengar musik
desebabkan oleh beberapa faktor seperti : respon terhadap kesan irama, melodi,
harmoni, warna suara, dalam suatu komposisi serta faktor penggunaan teks/syair
bila sebuah komposisi yang didengar itu berbentuk nyanyian.
Kehadiran kesenian bukan hanya sebagai hiburan semata namun juga
merupakan ungkapan suatu kehidupan yang sangat sarat dengan makna dan
simbol-simbol dari setiap suku, dengan demikian kesenian sebagai bagian dari
kebudayaan harus mengandung keseluruhan pengertian nilai, norma, ilmu
pengetahuan serta seluruh struktur-struktur sosial, religius ditambahkan segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas dari suatu masyarakat,
sehingga masyarakat dari suku manapun dapat menghasilkan kebudayaan sebagai
mengungkapkan atau mengabdikan pola kehidupan masyarakat yang
mencerminkan identitas tata nilai budaya zamannya, untuk dilestarikan dan
diwariskan dari generasi ke generasi.
Indonesia dikenal dengan keragaman budayanya. Pulau-pulau yang
terbesar dari Sabang sampai Marauke mengindikasikan bahwa bangsa ini
memiliki adat istiadat yang luar biasa jumlahnya. Bahasa daerahnya saja
berjumlah ratusan. Apalagi ditambah lagi dengan kesenian dan tradisi. Salah satu
Pulau tersebut adalah pulau Sumatera Utara.
Sumatera Utara adalah provinsi yang memiliki beraneka macam suku
bangsa. Seperti Batak Toba, Batak Karo, Nias, Mandailing, Melayu, dan lain-lain.
Masing-masing suku memiliki bermacam kebudayaan dan tradisi yang
berbeda-beda pula, baik dibidang musik, tari, adat istiadat, dan lain sebagainya. Salah satu
hasil budaya yang paling menonjol dari tiap daerah adalah lagu dan musiknya.
Lagu dan musik ini tidak hanya khusus untuk didengarkan, tetapi sudah menjadi
identitas dan jati diri suatu daerah. Seni budaya tersebut harus dilestarikan dan
dikembangkan sebagai salah satu kebudayaan Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama-sama oleh sebuah kelompok manusia yang diwariskan secara turun-temurun dari
generasi ke generasi yang selalu dipengaruhi oleh norma adat-istiadat yang
berlaku dalam masyarakat. Musik sangat penting dalam kebudayaan. Musik
adalah salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan kebudayaan
masyarakat pendukungnya. Dalam musik terkandung nilai dan norma-norma yang
informal. Musik dapat dipergunakan pada acara adat, seperti upacara religi,
perkawinan, mengiringi tari-tarian, hiburan, serta memanggil roh leluhur dan lain
sebagainya. Dalam kegiatan adat, musik merupakan bagian dari tradisi. Tetapi
tidak semua kegiatan adat menggunakan musik, akan tetapi ada kegiatan adat
yang tidak terlepas dari elemen musik. Musik adalah cetusan ekspresi perasaan
atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Bisa dikatakan,
bunyi (suara) adalah elemen musik paling dasar.
Suara musik yang baik adalah hasil interaksi dari tiga elemen, yaitu: irama,
melodi, dan harmoni. Irama adalah pengaturan suara dalam suatu waktu, panjang,
pendek dan temponya, dan ini memberikan karakter tersendiri pada setiap musik.
Melodi adalah susunan nada yang diatur tinggi rendahnya, pola, dan harga nada
sehingga menjadi kalimat lagu. Melodi merupakan elemen musik yang terdiri dari
pergantian berbagai suara yang menjadi satu kesatuan, di antaranya adalah satu
kesatuan suara dengan penekanan yang berbeda, intonasi dan durasi yang hal ini
akan menciptakan sebuah musik yang enak didengar. Sedangkan harmoni adalah
ilmu yang mempelajari tentang penggunaan nada secara serentak / bersamaan.
Kombinasi beberapa tinggi nada dan irama akan menghasilkan melodi tertentu.
Selanjutnya, kombinasi yang baik antara irama dan melodi melahirkan bunyi yang
harmoni.
Musik melekat pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia dan musik
tersebut sangat erat kaitannya dengan kegiatan-kegiatan manusia. Hal tersebut
dapat dilihat dari kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari, dimana sering
sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktual maupun jenisnya
dalam kebudayaan. Demikian juga yang terjadi pada musik dalam kebudayaan
masyarakat Karo.
Lagu dan musik daerah yang tentu saja merupakan kekayaan bangsa sudah
seharusnya dilestarikan dan dikenalkan keseluruh warga negara Indonesia. Bukan
hanya sekedar mengetahui dan memahami keaneka ragaman budaya, tapi yang
lebih penting adalah mengkokohkan persatuan dan kesatuan bangsa. Lagu
merupakan syair-syair yang dinyanyikan dengan irama yang menarik agar
menjadi enak didengar. Dalam situs http://id.wikipedia.org/wiki/Lagu Lagu
merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan
temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan
musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama).
Sedangkan ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Lagu
bisa menjadi media curahan hati orang yang membuat lagu itu tadi. Sehingga lagu
yang dinyanyikan bisa bernuansa sedih, senang, maupun jenaka. Jadi sebuah lagu
dapat diartikan sebagai sebuah ungkapan yang dikeluarkan oleh sebuah nada atau
bunyian dan dalam sebuah lagu dapat diambil kesimpulan yang ada pada lirik lagu
tersebut.
Sebuah etnik (suku) tidak bisa terlepas dari unsur keseniannya. Kesatuan
alam, budaya dan seni merupakan perwujudan menyeluruh dari sebuah etnik.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan ragam etnik juga mempunyai
keragaman kesenian yang dimiliki masing-masing etnik tersebut. Musik
terpisahkan dari diri manusia yang didalamnya terdapat ekspresi dan hasrat
manusia akan keindahannya, sehingga orang dapat merasa terhibur dan
menikmatinya. Kenyataan tersebut dapat dijumpai dalam entis kebudayaan
masyarakat Karo yang berdiam di provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Karo
sangat menghargai setiap unsur budaya yang melekat dalam keseharian mereka.
Adat tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat Karo karena mempunyai
peranan yang begitu besar bagi masyarakat Karo, misalnya pada perkawinan adat
nganting manuk pada masyarakat Karo. Keunikan kesenian Karo inilah yang menjadi suatu kebanggaan suku Karo.
Potensi dan pengembangan kesenian Karo tidak bisa terlepaskan dari
bagaimana masyarakat Karo dalam mengapresiasikan kesenian Karo itu sendiri.
Kesenian pada upacara perkawinan bagi masyarakat karo dikenal dengan sebutan
nama Endeen Mbaba Kampil. Endeen mbaba kampil ini adalah suatu tradisi yang
sangat penting dan selalu hadir dalam setiap upacara perkawinan adat nganting
manuk pada masyarakat Karo, salah satunya pada masyarakat Karo di Kecamatan
Medan Tuntungan.
Endeen mbaba kampil merupakan lagu atau nyanyian persembahan
Endeen yang artinya lagu. Mbaba Kampil adalah judul lagu daerah yang dinyanyikan pada saat upacara adat nganting manuk pada masyarakat Karo.
Nyanyian dalam bentuk vokal pada masyarakat karo memiliki suatu ciri khas yang
disebut dengan “rengget” (cengkok). Diketahui bahwa sebelum tahun 1800-an
suku Karo belum mengenal seni suara secara mendalam. Namun, setelah melalui
Sebagai awalnya, masih berupa vokal panjang seperti memanggil seseorang,
memanggil binatang peliharaan, menghalau burung, dan lain sebaginya. Dapat
dikatakan suara-suara tersebut bersahut-sahutan dan ditemukan nada tertentu. Dari
suara yang bersahut-sahutan timbullah seni suara walaupun masih belum memiliki
tempo dan nada yang biasa. Ketika satu lagu muncul maka lagu-lagu lainnya juga
akan turut mengikut. Kemudian seiring berjalannya waktu timbullah orang yang
memiliki keahlian menyanyi dan menggelutinya sebagai profesi yang kerap
dipanggil sebagai perende-ende. Lagu ini masih berbau sedih dan digunakan
untuk mengantar suatu cerita, doa serta rasa syukur yang dinyanyikan oleh wanita
maupun pria.
Dalam berkesenian, aktifitas bernyanyi pada masyarakat Karo disebut
rende dan penyanyi berarti perende-ende. Kebudayaan musik Karo juga mengenal
beberapa jenis seni vokal lainnya yaitu: ende-enden (nyanyian muda-mudi),
katoneng-katoneng (nyanyian yang berisikan pengharapan), didongdong
(nyanyian yang berisikan nasehat-nasehat), mangmang (nyanyian yang berisikan doa-doa), tangis-tangis (nyanyian ungkapan keluh kesah) dan masih banyak lagi.
Musik vokal dalam kebudayaan masyarakat Karo dapat ditemukan dalam berbagai
upacara adat, ritual maupun hiburan. Dalam menyanyikan lagu karo asli semua
lagu memiliki rengget (cengkok) yang membedakan lagu daerah tersebut dengan
lagu lainya.
Endeen mbaba kampil juga merupakan musik hiburan dalam setiap upacara perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo Kecamatan
disetiap upacara perkawin adat nganting manuk pada masyarakat Karo di
Kecamatan Medan Tuntungan.
Adat nganting manuk adalah pesta besar bagi masyarakat Karo yang
diadakan pada pesta perkawinan. Dalam pesta adat nganting manuk, setiap orang
turut dalam upacara adat perkawinan ini, bahkan telah ditentukan terlebih dahulu
sebelum upacara adat dimulai. Acara adat nganting Manuk, merupakan
musyawarah adat antara keluarga pengantin pria dan wanita guna
membicarakan ganta tumba/unjuken ras mata kerja yang artinya adalah tentang
masalah pesta dan pembayaran (uang mahar) yang harus diberikan oleh pihak
laki-laki kepada pihak keluarga perempuan, sekaligus merencanakan hari yang
baik untuk melangsungkan pernikahan. Namun hari pernikahan tidak boleh lebih
dari 1 bulan sesudah melaksanakan tahapan nganting manuk. Biasanya acara ini
dilaksanakan pada saat pekerjaan tidak begitu sibuk. Pembicara pada acara adat
nganting manuk ini harus lebih lengkap dan lebih penting. Singalo bere-bere harus dipanggil, lengkap sangkep ngeluh (suatu sistem kekeluargaan pada
masyarakat Karo).
Acara nganting manuk diadakan pada malam hari diawali dengan makan
bersama yang lauk utamanya adalah ayam (manuk) yang dimasak dengan jagung
tua tumbuk (cipera). Pada acara nganting manuk, kampil pesintabin sebanyak
enam buah harus ada, yang berisi peralatan merokok dan makan sirih. Sebelum
musyawarah (runggu) dimulai, kampil pesintabin terlebih dahulu diserahkan
kembali kepada pihak si empo untuk diteruskan kepada kalimbubu singalo ulu
emas.
Pada permulaan pembicaraan musyawarah, pertama kali anak beru
laki-laki (saudara pengantin laki-laki-laki-laki) mempersembahkan 5 (lima) buah kampil
(tempat sirih) lengkap dengan isinya. Adapun isi kampil : belo (sirih), gambir,
pinang, tembakau, kapur, kacip (pembelah pinang), tok-tok sirih. Pada masa
sekarang, isi kampil sudah ditambah dengan rokok. Kampil diterima anak beru
tua (keluarga pengantin tertua) dari pihak perempuan lalu membaginya masing-masing satu kampil kepada golongan adat pihak perempuan (sinereh). Pada
nganting manuk ini juga ditetapkan belin gantang tumba atau banyaknya makanan
yang harus dipersiapkan.
Endeen mbaba kampil tidak hanya sebatas nyanyian pada pesta
perkawinan adat nganting manuk dan berfungsi sebagai media komunikasi,
hiburan atau beberapa fungsi yang lain. Namun, Endeen mbaba kampil juga
menggambarkan suatu ciri atau kebudayaan masyarakat Karo lewat teks/syair dan
menyampaikan makna yang terkandung dalam teks/syair tersebut. Dalam
pelaksanaan pernikahan pada adat Karo, nganting manuk biasanya dibawakan
lagu mbaba kampil, dimana lagu ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat karo. Endeen mbaba kampil ini dinyanyikan beserta dengan nEndeen mbaba kampil ini dilaksanakan pada upacara adat nganting manuk yang diadakan pada hari ke 4
(empat) sebelum acara upacara perkawinan dilaksanakan.
Endeen mbaba kampil, merupakan lagu tradisi yang sederhana yang
musik tradisi pada umunnya. Endeen mbaba kampil ini memiliki peranan yang
sangat penting dalam upacara perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat
Karo termasuk pada masyarakat Karo yang hidup di Kecamatan Medan
Tuntungan. Endeen mbaba kampil ini dibawakan atau dinyanyikan oleh anak beru
(keluarga pengantin) dari kedua pengantin secara sahut-sahutan sambil membawa
kampil (sirih) yang dipersembahkan oleh anak beru laki-laki. Setiap upacara perkawinan adat nganting manuk di daerah ini selalu menghadirkan Endeen
mbaba kampil tersebut untuk dinyanyikan oleh anak beru dari kedua pengantin. Endeen mbaba kampil adalah musik tradisi umumnya yang memiliki ciri
khas tersendiri baik dari segi musikalitas, instrument juga pelaksanaannya.
Endeen mbaba kampil diiringi oleh musik atau yang disebut dengan Gendang Lima Sedalanen. Gendang lima Sedalanen adalah Gendang Lima Se Dalanen
terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan secara
bersama-sama oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu
penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima Sedalanen disebut
karena ansambel musik tersebut terdiri dari lima instrument musik , yaitu Sarune
(aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (membranofon, gung,
dan penganak). Alat tradisional ini sering digunakan untuk menari, menyanyi dan berbagai ritus tradisi. Jadi gendang Karo sudah lengkap (lima sedalanen) jika
sudah ada Serune, Gendang Singindungi, Gendang Singanaki, Penganak dan
Gung dalam mengiringi sebuah upacara atau pesta.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana dan apa
pada masyarakat Karo dan membuat suatu tulisan ilmiah dengan mengangkat
“Peranan Endeen Mbaba Kampil Dalam Upacara Perkawinan Adat Nganting
Manuk Pada Masyarakat Karo di Kecamatan Medan Tuntungan”.
B. Identifikasi Masalah
Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan
menjadi lebih terarah, serta cakupan masalah tidak terlalu luas. Hal ini sejalan
dengan pendapat Hadeli (2006 : 23), yang menyatakan bahwa : “Identifikasi
masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih
faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-kedaan, dan lain sebagainya) yang
menimbulkan beberapa pertanyaan-pertanyaan”.
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka
permasalahan penelitian dapat di identifikasikan menjadi beberapa bagian,
diantaranya :
1. Bagaimana peranan endeen mbaba kampil dalam pelaksanaan perkawinan
adat nganting manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan Medan
Tuntungan ?
2. Bagaimana bentuk penyajian endeen mbaba kampil dalam pelaksanaan
perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan
3. Instrument apa saja yang digunakan untuk mengiringi endeen mbaba
kampil dalam pelaksanaan perkawinan adat nganting manuk pada
masyarakat Karo di Kecamatan Medan Tuntungan ?
4. Apa saja makna yang terkandung dalam penyajian endeen mbaba kampil
dalam pelaksanaan perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan Medan Tuntungan ?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan hal yang sangat penting untuk ditentukan
terlebih dahulu sebelum sampai pada pembahasan selanjutnya. Batasan masalah
ini berguna untuk mengidentifikasikan faktor bagian mana saja yang termasuk
ruang lingkup masalah penelitian.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardi (2003 : 30) yang menyatakan bahwa:
“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti. Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas”.
Untuk membatasi pembahasan agar topik menjadi terfokus, dan menjaga
agar pembahasan tidak melebar. Maka penulis membatasi masalah hanya pada :
1. Bagaimana peranan Endeen mbaba kampil dalam pelaksanaan perkawinan
adat nganting manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan Medan
2. Bagaimana bentuk penyajian Endeen mbaba kampil dalam pelaksanaan
perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan
Medan Tuntungan ?
3. Instrument apa saja yang digunakan untuk mengiringi Endeen mbaba
kampil dalam pelaksanaan perkawinan adat nganting manuk pada
masyarakat Karo di Kecamatan Medan Tuntungan ?
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci
mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan
pembatasan masalah. Rumusan masalah juga merupakan fokus sebuah penelitian
yang akan dikaji. Sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban
pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat
mendukung untuk menemukan jawaban pertanyaan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Maryaeni (2005:14), yang mengatakan
bahwa :
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang dikemukakan,
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
peranan endeen mbaba kampil dalam upacara perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan Medan Tuntungan”?
E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan senantiasa berorientasi kepada tujuan, yang merupakan
suatu keberhasilan penelitian. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka arah tujuan
yang akan dilakukan tidak terarah karena tidak tahu apa yang akan dicapai dalam
kegiatan tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat Azril (2000 : 18) yang mengatakan
bahwa : “Tujuan tersebut merupakan pernyataan yang mengungkapkan hal
yang akan diperoleh pada akhir penelitian, sehingga dapat dikatakan bahwa
tujuan adalah jawaban yang diharapkan oleh peneliti”.
Untuk lebih jelasnya penulis menguraikan tujuan yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan penelitian. Maka tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana peranan endeen mbaba kampil dalam
upacara perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo di
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk penyajian endeen mbaba kampil
dalam upacara perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo di
Kecamatan Medan Tuntungan.
3. Untuk mengetahui instrument apa saja yang digunakan untuk mengiringi
endeen mbaba kampil dalam upacara perkawinan adat nganting manuk
pada masyarakat Karo di Kecamatan Medan Tuntungan.
F. Manfaat Penelitian
Seorang yang melakukan kegiatan penelitian tentu dapat memikirkan
kemungkinan manfaat yang diperoleh dari hasil penelitiannya. Penelitian akan
mempunyai manfaat jika tujuan yang diharapkan akan tercapai. Manfaat
penelitian adalah suatu yang dapat memberikan informasi dan faedah yang
mendatangkan keuntungan baik pada peneliti.
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi tertulis bagi setiap pembaca tentang peranan
endeen mbaba kampil dalam upacara perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan Medan Tuntungan..
2. Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menembah pengetahuan
wawasan mengenai peranan endeen mbaba kampil dalam upacara
perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan
3. Mengenalkan endeen mbaba kampil kepada masyarakat.
4. Memberi masukan yang dapat berguna bagi para seniman untuk melihat
kembali bagaimana perkembangan endeen mbaba kampil dalam upacara
perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan
Medan Tuntungan.
5. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti yang lainnya, yang
1 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Peranan Endeen mbaba kampil dalam upacara perkawinan adat nganting
manuk pada masyarakat Karo di Kecamatan Medan Tuntungan berfungsi sebagai penghargaan ataupun penghormatan kepada pihak kalimbubu.
2. Endeen Mbaba Kampil ini dinyanyikan, oleh anak beru pihak keluarga
laki-laki dan anak beru pihak keluarga perempuan secara bersahut-sahutan.
3. Sewaktu Endeen mbaba kampil ini dinyanyikan, pihak kluarga perempuan dan
pihak keluarga laki-laki menari bersama. Pihak anak beru laki-laki membawa
kampil sambil menjemput mempelai perempuan dari pihak keluarga perempuan tersebut.
4. Instrument yang digunakan untuk mengiringi endeen mbaba kampil dalam
upacara perkawinan adat nganting manuk pada masyarakat Karo di
Kecamatan Medan Tuntungan yaitu, Sarune, gendang singindungi, gendang
singanaki, gong dan penganak.
5. Fungsi Gendang lima sedalanen pada upacara perkawinan adat nganting
2
sekaligus untuk mengiringi anak beru (saudara kedua pengantin) dan keluarga
pengantin bernyanyi dan menari.
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
diuraikan saran-saran sebagai berikut :
1. Dengan melihat bahwa peranan endeen mbaba kampil sangat diperlukan
dalam pelaksanaan upacara adat nganting manuk pada masyarakat karo, agar
kedua pihak keluarga saling menghargai dan saling menghormati.
2. Gendanglima sendalanen yang merupakan salah satu ansambel musik tradisional Karo yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kita yang harus
tetap dijaga dan tetap di pertahankan kedudukannya dalam kesenian musik
tradisional Karo, dan yang didalamnya terdapat endeen mbaba kampil, cara
pelestariannya dapat dilakukan dengan mengadakan pertunjukan kesenian