• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Penerjemahan dan Tingkat Keakuratan Verba Aksi dalam Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Teknik Penerjemahan dan Tingkat Keakuratan Verba Aksi dalam Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEAKURATAN

VERBA AKSI DALAM BUKU PELAJARAN BIOLOGI 2B

BILINGUAL SMA KELAS XI

TESIS

OLEH

ISMAIL HUSAINI

117009041/ LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEAKURATAN

VERBA AKSI DALAM BUKU PELAJARAN BIOLOGI 2B

BILINGUAL SMA KELAS XI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dalam Program Ilmu Linguistik pada Program Pascasarjana, Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan

OLEH

ISMAIL HUSAINI

117009041/ LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis: : TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEAKURATAN PENERJEMAHAN VERBA AKSI

DALAM BUKU PELAJARAN BIOLOGI 2B BILINGUAL

SMA KELAS XI

Nama Mahasiswa : Ismail Husaini Nomor Pokok : 117009041 Program Studi : Linguistik

Konsentrasi : Kajian Terjemahan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Syahron Lubis, M.A.) (Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D) (Dr. Syahron Lubis, M.A)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 28 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Syahron Lubis, M.A (...) Anggota : 1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A (...)

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

Teknik Penerjemahan Dan Tingkat Keakuratan Penerjemahan

Verba Aksi Dalam Buku Pelajaran Biologi 2b Bilingual

SMA Kelas Xi

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Linguistik Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya

penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan

karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini

bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,

penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang

dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

(6)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul “Teknik Penerjemahan dan Tingkat Keakuratan Verba Aksi dalam Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI”. Penelitian ini menganalisis produk terjemahan dengan menggunakan metode descriptif-qualitatif. Analisis verba aksi menggunakan konsep Halliday (1994:109), analisis teknik penerjemahan veba aksi menggunakan teori Molina dan Albir (2002:509), dan analisis tingkat keakuratan terjemahan verba aksi menggunakan teori Nababan (1999:132). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menemukan verba aksi; (2) menganalisis teknik penerjemahan verba aksi; dan (3) menganalisis tingkat keakuratan penerjemahan verba aksi dari Bab VI dengan topik Food and Digestive System yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Makanan dan Sistem Pencernaan, Bab VIII dengan topik Excretory System yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Sistem Ekskresi, dan Bab XI dengan topik Immune System yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Sistem Imun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) diperoleh 86 verba aksi terpilih secara sistemic random sampling; (2) ditemukan 7 teknik penerjemahan dalam menerjemahkan 86 verba aksi, dimana pemakaian teknik harfiah mendominasi perolehan terbanyak yaitu 46 data (53,48%), dikuti oleh teknik peminjaman 14 data (16,28%), teknik modulasi 9 data (10,46%), teknik transposisi 6 data (6,97%), teknik kreasi diskursif 4 data (4,65%), dan teknik amplifikasi 4 data (4,65%), dan teknik reduksi 3 data (3,48%). Dari 86 verba aksi tersebut diperoleh terjemahan akurat (76,96%), terjemahan kurang akurat (18,13%), dan terjemahan tidak akurat (4,91%).

(7)

ABSTRACT

This thesis is entitled “The Translation Techniques and Accuracy Level of Action Verbs in the Bilingual Text Book of Biology 2B for Senior High School Grade XI”. It is a translation product analysis applying the descriptive qualitative method. The analysis of action verbs uses Halliday’s concept (1994:109), the analysis of translation techniques uses Molina and Albir’s theory (2002:509), and analysis of accuracy level uses Nababan’s theory (1999:132). This study aims: (1) to find out action verbs; (2) to analyze the translation techniques applied; and (3) to analyze the translation accuracy level from Chapter VI entitled Food and Digestive System translated into Indonesian Makanan dan Sistem Pencernaan, Chapter VIII entitled Excretory System translated into Indonesian Sistem Ekskresi, and Chapter XI entitled Immune System translated into Indonesian Sistem Imun. The results of this study reveal that: (1) there are 86 action verbs selected by sistemic random sampling; (2) there are 7 translation techniques applied in translating the 86 action verbs, where literal translation dominates all the techniques (53.48%), followed by borrowing (16.28%), modulation (10.46%), transposition (6.97%), discursive creation (4.65%), amplification (4.65%), and reduction (3.48%); whilst (3) the accuracy levels of the 86 action verbs are accurate 76.96%, less accurate 18.13%, and inaccurate 4.91%.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Karunia

dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Teknik

Penerjemahan dan Tingkat Keakuratan Verba Aksi dalam Buku Pelajaran Biologi

2B Bilingual SMA Kelas XI”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Magister

Linguistik Sekolah Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan hingga terwujudnya tesis ini tidak terlepas dari

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada yang

terhormat:

1. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, MA, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Linguistik

Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan

selaku Penguji yang telah banyak memberikan masukan serta arahan-arahan

yang sangat besar artinya.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Pembimbing Utama yang dengan penuh

kesabarannya membimbing penulis, memberikan masukan-masukan, serta

arahan-arahan hingga terselesaikannya tesis ini.

3. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A selaku Pembimbing kedua dalam penyusunan

Tesis ini yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam proses

pembimbingan kepada penulis hingga tesis ini terwujud.

4. Bapak Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd selaku Penguji yang telah banyak

(9)

5. Bpk Dr. Muhizar Muchtar, M.S., selaku Penguji dalam uji sidang tesis yang

telah banyak memberikan masukan, arahan hingga lebih sempurnanya tesis ini.

6. Ibu Dr. Roswita Silalahi, M. Hum selaku Penguji dalam uji sidang tesis yang

telah banyak memberikan masukan, arahan hingga lebih sempurnanya tesis ini.

7. Bpk Drs. Marzani Manday, MSPD., Bpk Drs. Umar Mono, M. Hum. dan Bpk

Bertova Simanihuruk, S.S, M.Si yang telah bersedia menjadi Penilai atas hasil

analisis tingkat keakuratan sehinga dapat membantu penyempurnaan tesis ini.

8. Seluruh Dosen Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah membekali penulis untuk

selangkah lebih maju hingga tesis ini terwujud.

9. Alm Ayahnda, Mhd. Thaib dan Ibunda penulis, Toibah yang dengan penuh

kasih sayang dan ketulusan mendoakan kepada penulis agar selalu diberi

kekuatan lahir dan batin hingga dapat menyelesaikan pendidikan di Program

Studi Linguistik Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara

10.Istri tercinta Elfita Rahmi dan yang tersayang keempat anak penulis Muthia

Zuhra, Dalila Nadira Huwaini, Faruq Syauqi Ismail dan Nadia Ulya Assyifa

yang telah banyak memberikan inspirasi, semangat, doa, pengorbanan hingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

11.Teristimewa sahabat-sahabatku Bertova Simanihuruk, M.Si, Supriadi, SS.,

Tedty Tinambunan, M.Si., Apraisman Nduru, MSi., Demetrius Waoma, M.Si

dan semua pihak yang belum saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan

motivasi dan dukungan moril maupun materil selama saya menjalani

pendidikan di Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Fakultas Ilmu

(10)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tesis ini masih

jauh dari sempurna, untuk itu pada kesempatan ini penulis mohon kritik dan saran

yang bersifat membangun demi perbaikan penyusunan dimasa-masa mendatang.

Mohon ma’af dengan segala kekurangan dan harapan penulis semoga bermanfa’at

bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2014

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Ismail Husaini

Jenis kelamin : Laki –Laki

Tempat/ tgl lahir : Titi Merah, 01 Januari 1970

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pendidikan No. 19 Lk X Desa Indra Kasih, Medan

Telefon : 08126423394

E-mail

Pendidikan

1. Sekolah Dasar Al-Ittihadiyah Medan lulus tahun 1984

2. Madrasah Tsanawiyah Al-Ittihadiyah Medan lulus tahun 1987

3. Madrasah Aliyah Al-Ittihadiyah Medan lulus tahun 1990

4. Sarjana (S1) Ilmu Komunikasi (Bachelor of Human Sciences) International

Islamic University Malaysia, Kuala Lumpur Malaysia, lulus tahun 1998

5. Sarjana (S1) Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muslim Nusantara

Al-Washliyah Medan, lulus tahun 2010

6. Magister (S2) Linguistik, KajianTerjemahan Bahasa Inggris Universitas

(12)

Pengalaman Bekerja

1. Dosen Bahasa Inggris di Akademi Kebidanan dan Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Langkat, Stabat Sumatra Utara dari tahun 2005 s/d

sekarang

2. Penguji Lisan Bahasa Inggris untuk University of Cambridge London, Inggris.

Untuk tingkat SD, SMP, SMA/ Perguruan Tinggi. (ESOL Oral Examiner for

Young Learners English Tests, Key English Test dan Preliminary English Test)

dari tahun 2008 s/d sekarang

3. Koordinator English Advancement Programme untuk Kelas Unggulan MIN

Medan dari tahun 2009 s/d sekarang

4. Instruktur Bahasa Inggris (conversation class) untuk staf, dosen dan karyawan

di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) Medan

5. Guru Bahasa Inggris di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

6. Instruktur Bahasa Inggris untuk Executive Class di Kandatel Telkom dan di

Devisi Regional Telkom Medan.

(13)

DAFTAR ISI

Abstrak …..………. .. i

Abstract ……….. .. ii

Kata Pengantar……... iii

Daftar Riwayat Hidup……….. ……… vi

II. LANDASAN TEORI ... 8 tensi Penerjemah ……… Prosed

(14)

III. METODOLOGI

PENELITIAN... 31

3.1 Pendek

atan dan Desain

3.2 Data

dan Sumber Data …..……….. 32 Penelitian ……... 31

3.3

3.4

Teknik Pengumpulan Data ….…… ...………..…... 32

Teknik

Analisis Data ………..……….……….. ………. 33

IV. ANALISIS DATA, HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN ... 35

4.1 Analisi

s Data dan Hasil Penelitian ……… … 35

4.2 Verba

Aksi ………..………... …… 35

4.3 Analisis Teknik Penerjemahan.……….……….56

4.3.1 4.3.2

Teknik Amplifikasi ………. 57

4.3.3 Teknik Peminjaman …………..……… …. 59 4.3.4

Teknik Kreasi Diskursif…..…..……….. …… 62

4.3.5

Teknik Harfiah ……… 64

4.3.6

Teknik Modulasi ……….……… 66

(15)

4.3.7 Teknik Transposisi ……..……….. … 70

4.4 Analisis Ekuivalensi Terjemahan ……….………. 4.4.1 72 4.4.2 Terjemahan Akurat …..………... ... 74

4.4.3 Terjemahan Kurang Akurat ……….……… 78

4.5 Terjemahan Tidak Akurat ……….……… ………. 80

Pembahasan……….………. 4.5.1 81 4.5.2 Teknik Penerjemahan ………..…... ... 81

Ekuivalensi Terjemahan ……….………….……… 82

V. KESIMPULAN DAN SARAN …………..... 85

1.1 1.2 Kesimpulan ……….. ..85

Saran ……..……….. 86

DAFTAR PUSTAKA ………... … 87

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel:

2.1 Instrumen Penilai Keakuratan Terjemahan ……….. 26

2.2 Instrumen Penilai Keberterimaan Terjemahan ……… 27

2.3 Instrumen Penilai Keterbacaan Terjemahan ………. 27

4.1 Daftar Jumlah Data ………... 36

4.2 Daftar Verba Aksi ……… 37

4.3 Teknik Penerjemahan Verba Aksi ……… 57

4.4 Kategori Tingkat Keakuratan Terjemahan ……… 73

4.5 Kategori Terjemahan Akurat ……… 75

4.6 Kategori Terjemahan Kurang Akurat ……….. . 79

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Verba Aksi

(18)

DAFTAR SINGKATAN

1. BSu = Bahasa Sumber

(19)

DAFTAR ISI

Abstrak …..………. .. i

Abstract ……….. .. ii

Kata Pengantar……... iii

Daftar Riwayat Hidup……….. ……… vi

VII. LANDASAN TEORI ... 8 tensi Penerjemah ………. Prosed

(20)

VIII. METODOLOGI

PENELITIAN... 35

3.5 Pendek

atan dan Desain

3.6 Verba

Aksi dan Sumber Verba Aksi ……….. 36

Penelitian ……... 35

3.7

3.8

Teknik Pengumpulan Verba Aksi ….…...……..…... 36

Teknik Analisis Verba Aksi ...…….………...………. 38

IX. ANALISIS VERBA AKSI, HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN ... 39

4.6 Analisi

s Verba Aksi dan Hasil Penelitian ……... 39

4.7 Verba

Aksi ………..………... …… 39

4.8 Analisis Teknik Penerjemahan.……….……….60

4.8.1 4.8.2

Teknik Amplifikasi ………. 61

4.8.3 Teknik Peminjaman …………..……… …. 63 4.8.4

Teknik Kreasi Diskursif…..…..……….. …… 66

4.8.5

Teknik Harfiah ……… 68

4.8.6

Teknik Modulasi ……….……… 70

(21)

4.8.7 Teknik Transposisi ……..………....… 74 4.9 Analisis Tingkat Keakuratan ...……….……….

4.9.1 77

4.9.2 Terjemahan Akurat …..………... 78 4.9.3

Terjemahan Kurang Akurat ……….……… 87

4.10

Terjemahan Tidak Akurat ……….……….………. 92 Pembahasan

..……….………. 4.10.1

95

4.10.2

Teknik Penerjemahan ………..…... 95 Tingkat Keakuratan Penerjemahan ……….……… 96

X. KESIMPULAN DAN SARAN

…………... 105 5.1

(22)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul “Teknik Penerjemahan dan Tingkat Keakuratan Verba Aksi dalam Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI”. Penelitian ini menganalisis produk terjemahan dengan menggunakan metode descriptif-qualitatif. Analisis verba aksi menggunakan konsep Halliday (1994:109), analisis teknik penerjemahan veba aksi menggunakan teori Molina dan Albir (2002:509), dan analisis tingkat keakuratan terjemahan verba aksi menggunakan teori Nababan (1999:132). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menemukan verba aksi; (2) menganalisis teknik penerjemahan verba aksi; dan (3) menganalisis tingkat keakuratan penerjemahan verba aksi dari Bab VI dengan topik Food and Digestive System yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Makanan dan Sistem Pencernaan, Bab VIII dengan topik Excretory System yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Sistem Ekskresi, dan Bab XI dengan topik Immune System yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Sistem Imun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) diperoleh 86 verba aksi terpilih secara sistemic random sampling; (2) ditemukan 7 teknik penerjemahan dalam menerjemahkan 86 verba aksi, dimana pemakaian teknik harfiah mendominasi perolehan terbanyak yaitu 46 data (53,48%), dikuti oleh teknik peminjaman 14 data (16,28%), teknik modulasi 9 data (10,46%), teknik transposisi 6 data (6,97%), teknik kreasi diskursif 4 data (4,65%), dan teknik amplifikasi 4 data (4,65%), dan teknik reduksi 3 data (3,48%). Dari 86 verba aksi tersebut diperoleh terjemahan akurat (76,96%), terjemahan kurang akurat (18,13%), dan terjemahan tidak akurat (4,91%).

(23)

ABSTRACT

This thesis is entitled “The Translation Techniques and Accuracy Level of Action Verbs in the Bilingual Text Book of Biology 2B for Senior High School Grade XI”. It is a translation product analysis applying the descriptive qualitative method. The analysis of action verbs uses Halliday’s concept (1994:109), the analysis of translation techniques uses Molina and Albir’s theory (2002:509), and analysis of accuracy level uses Nababan’s theory (1999:132). This study aims: (1) to find out action verbs; (2) to analyze the translation techniques applied; and (3) to analyze the translation accuracy level from Chapter VI entitled Food and Digestive System translated into Indonesian Makanan dan Sistem Pencernaan, Chapter VIII entitled Excretory System translated into Indonesian Sistem Ekskresi, and Chapter XI entitled Immune System translated into Indonesian Sistem Imun. The results of this study reveal that: (1) there are 86 action verbs selected by sistemic random sampling; (2) there are 7 translation techniques applied in translating the 86 action verbs, where literal translation dominates all the techniques (53.48%), followed by borrowing (16.28%), modulation (10.46%), transposition (6.97%), discursive creation (4.65%), amplification (4.65%), and reduction (3.48%); whilst (3) the accuracy levels of the 86 action verbs are accurate 76.96%, less accurate 18.13%, and inaccurate 4.91%.

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Buku teks ilmiah seperti biologi merupakan sumber informasi utama dalam proses

pembelajaran. Buku biologi menyajikan ilmu secara deskriptif untuk memberikan

pemahaman kepada siswa. Storey (1989:271) berpendapat bahwa "pembelajaran sains pada

umumnya dan biologi khususnya berpusat pada buku teks". Dengan kata lain, keberadaan

buku biologi diharapkan mampu memberikan informasi yang akurat sehingga kualitas siswa

dalam perolehan ilmu biologi dapat memenuhi standar kompetensi yang ditentukan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Gottfried (1992:35) bahwa buku teks dianggap kurikulum sains yang

harus dipelajari siswa sehingga menjadi sumber utama pengetahuan untuk siswa.

Hampir semua buku yang berkaitan dengan sains dan biologi ditulis dalam bahasa

asing terutama bahasa Inggris. Hal ini merupakan kendala bagi siswa bahkan guru dalam

memahami isi buku karena keterbatasan penguasaan bahasa Inggris. Kehadiran buku

bilingual seperti buku biologi bilingual merupakan salah satu alternatif untuk membantu

siswa dan guru untuk memahami informasi dalam buku. Hal ini sekaligus membuat siswa

terbiasa menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Namun untuk

memperoleh buku bilingual yang berkualitas harus memenuhi beberapa tahapan proses

penerjemahan agar memenuhi standar pendidikan Nasional yang ditetapkan. Oleh karena itu

dibutuhkan sebuah penerjemahan yang akurat agar informasi dalam buku biologi bilingual

dapat dipahami oleh siswa secara baik dan benar. Semua ini dapat dicapai apabila

kesepadanan terjemahan bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) benar-benar

(25)

bahwa penerjemahan adalah rendering the meaning of a text into another language in the

way that the author intended the text (menterjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa

lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang).

Ada tiga parameter untuk menentuka

keterbacaan dan keberterimaan (Nababan, 1999:132). Keakuratan berarti makna kata, istilah

teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks BSu dialihkan dengan menghindari distorsi makna

pada BSa, keberterimaan berarti sebuah hasil penerjemahan terasa alamiah ketika dibaca, dan

tingkat keterbacaan teks dapat dilihat berdasarkan apakah pembaca memahami isi teks

penerjemahan kedalam BSa.

Dengan demikian, tugas seorang penerjemah adalah menyampaikan informasi dari

BSu ke BSa secara akurat, terbaca dan berterima. Informasi yang terdapat didalam BSu harus

disampaikan secara utuh dengan menghindari penambahan atau pengurangan makna yang

terkandung didalamnya.Dengan kata lain, fokus utama penerjemah adalah makna atau

informasi yang tersimpan dalam teks tersebut. Selama makna bisa tersampaikan secara utuh

maka kualitas terjemahan bisa tercapai.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan tidak hanya sebatas

proses pengalihan kata-kata dari satu bahasa ke bahasa lain, akan tetapi ia juga melibatkan

unsur makna dalam BSu dan BSa. Dalam hal ini, analisis penelitian difokuskan hanya pada

tingkat kata dan frasa verba aksi dalam kalimat. Verba aksi merupakan kata kerja yang

berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat. Ditemukan beberapa penerjemahan verba

aksi yang tidak akurat ke dalam BSa pada buku bilingual ‘Buku Pelajaran Biologi 2B

Bilingual SMA Kelas XI’, seperti kata isolate (hal.246) yang diterjemahkan menjadi

mengambil (hal. 247). Kata isolate dan mengambil adalah verba aksi. Dalam hal ini, dapat

diasumsikan bahwa si penerjemah keliru dalam penerjemahannya karena kata isolate dalam

(26)

the pathogen structure and isolate the glycoprotein berarti memisahkan atau mengisolasi.

Kata isolate tidak akurat apabila diterjemahkan menjadi mengambil d

Dari analisis singkat kedua contoh di atas, penelitian tentang teknik penerjemahan dan

tingkat keakuratan penerjemahan verba aksi pada ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA

Kelas XI’ perlu dilakukan mengingat mata pelajaran biologi kelas XI merupakan lanjutan

pelajaran dari kelas X. Hal ini juga sesuai dengan kurikulum Depdiknas tahun 2002, dimana

ruang lingkup mata pelajaran biologi SMA terdiri dari dua bagian yaitu: bekerja ilmiah dan

pemahaman konsep (materi pokok). Bekerja ilmiah diajarkan dan dilatihkan pada awal tahun

kelas X tetapi untuk selanjutnya terintegrasi dengan materi pada kompetensi yang telah

ditetapkan. Dengan kata lain, penerjemahan buku teks biologi kedalam BSa harus sepadan

dengan BSu agar makna yang disampaikan akurat tidak kabur dan tidak menyimpang dari

BSu karena hal tersebut akan mempengaruhi tingkat kemampuan siswa dalam memahami

mata pelajaran ini. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Finley et al. (dalam Adisendjaja,

2007) yang mengatakan bahwa: since textbooks play a major role in science education, a

description of the nature of textbooks and how students learn from texts is an important of engan menggunakan

teknik penerjemahan kreasi diskursif. Teknik ini biasanya dipakai ketika terjemahan sebuah

kata keluar dari konteksnya. Teknik ini tentu tidak sesuai diterapkan dalam penerjemahan

ilmu pengetahuan, karena kedua kata isolate dan mengambil adalah dua kata yang tidak

memiliki hubungan sama sekali. Demikian juga dalam penerjemahan verba aksi break down

(hal.14) dalam kalimat digestive enzymes break down large and complex food substances

yang diterjemahkan menjadi memecah (hal.15). Enzim pencernaan (digestive systems) tidak

berfungsi memecah zat makanan tetapi menguraikan zat makanan. Pengertian memecah

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online adalah membelah menjadi beberapa

(27)

research (karena buku teks memegang peranan penting dalam pendidikan, gambaran buku

teks dan cara belajar siswa merupakan sebuah kepentingan dalam penelitian).

1.2Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada analisis teknik penerjemahan dan tingkat keakuratan

penerjemahan verba aksi dalam ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’ dari

bab VI, VIII dan XI, karangan: Diah Aryulina, Ph.D, Choirul Muslim, Ph.D dan Syalfina

Manaf, M.S. dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan oleh Inswasti Cahyani, M.Sc. ke

dalam bahasa Indonesia.

1.3Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Verba aksi apa sajakah yang terdapat dalam buku bilingual ‘Buku Pelajaran Biologi 2B

Bilingual SMA Kelas XI’?

2. Teknik penerjemahan apa sajakah yang digunakan dalam buku bilingual ‘Buku Pelajaran

Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’?

3. Bagaimanakah tingkat keakuratan terjemahan verba aksi dalam buku bilingual ‘Buku

Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’?

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Mendeskripsikan verba aksi pada buku bilingual ‘Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual

SMA Kelas XI’

2. Menganalisis teknik penerjemahan verba aksi dalam buku bilingual ‘Buku Pelajaran

Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI’

3. Menganalisis tingkat keakuratan terjemahan verba aksi dalam buku bilingual ‘Buku

(28)

1.5Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan

pemahaman terhadap teori penerjemahan dan mendukung bukti impiris atas pentingnya

penelitian penerjemahan dalam mentransformasikan pesan dari aspek bahasa yaitu tingkat

keakuratan dan dijadikan referensi dalam proses belajar mata kuliah terjemahan maupun

pelatihan penerjemahan agar makna yang disampaikan ke dalam BSa kualitas dan sepadan

dengan BSu.

Selain itu secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi

objek kajian pada penelitian selanjutnya dan menjadi inspirasi bagi kajian tingkat keakuratan

untuk menilai kualitas penerjemahan kata dan frasa verba aksi bahasa Inggris yang tidak

memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam

penerjemahan, serta memberikan kontribusi kepada penerjemah buku teks ini kedepan.

1.6Definisi Istilah 1. Verba aksi

Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang

menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf, 1991:72).

Sedangkan menurut Sudaryanto (1991:6) yang dimaksud dengan verba adalah kata yang

menyatakan perbuatan, dapat dinyatakan dengan modus perintah, dan bervalensi dengan

aspek keberlangsungan yang dinyatakan dengan kata ‘lagi’ (sedang). Adapun, menurut

Kamus Besar Indonesia (KBBI) adalah kata yg menggambarkan verba, perbuatan, atau

keadaan; kata kerja. Harimurti Kridalaksana (1993: 226) berpendapat bahwa verba adalah

(29)

2. Teknik penerjemahan

Teknik penerjemahan adalah pendekatan khusus yang dilakukan oleh seorang penerjemah

dalam menterjemahkan kata, frasa, ujaran, kalimat, idiom dan yang lainnya. Teknik ini

dipakai untuk mencapai kesepadanan makna sebagai tujuan untuk mengalihkan elemen

makna dari BSu ke BSa (Newmark, 1988:81).

3. Keakuratan

Keakuratan merupakan istilah yang digunakan untuk menilai kualitas penerjemahan

dengan melakukan pengevaluasian penerjemahan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

apakah teks BSu dan teks BSa sudah sepadan atau belum. Konsep kesepadanan mengarah

pada kesamaan isi atau pesan antara BSu dan BSa.

4. Terjemahan

Terjemahan adalah hasil dari proses penerjemahan dari BSu ke BSa untuk mencapai

kesepadanan makna sesuai dengan pendapat Nida dan Taber (1969:12) yang mengatakan

bahwa penerjemahan adalah memproduksi teks dalam BSa yang ekuivalen dan alami

serta paling dekat dengan pesan BSu, pertama dalam makna dan kedua dalam gaya.

5. Bilingual

Bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) adalah mampu atau biasa

memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa.

Buku bilingual adalah buku yang memaparkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Konsep Verba Aksi

Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang

menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf, 1991:72). Hal

senada juga disebutkan oleh Sudaryanto (1991:6). Ia mengatakan bahwa verba adalah kata

yang menyatakan perbuatan, dapat dinyatakan dengan modus perintah, dan bervalensi dengan

aspek keberlangsungan yang dinyatakan dengan kata ‘lagi’ (sedang). Harimurti Kridalaksana

(1993: 226) menambahkan bahwa verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai

predikat dalam kalimat.

Istilah verba aksi juga digunakan Halliday (1994:109) dalam bukunya Introduction to

Functional Grammar dengan penyebutan material proses (proses material). Proses material

adalah proses ‘melakukan’ sesuatu. Dalam hal ini ada sebuah aksi yang dilakukan terhadap

seseorang atau sesuatu, seperti verba aksi menarik pada kalimat mereka menarik tanganku

dan verba aksi menolong pada kalimat aku menolong mereka.

2.2Pandangan tentang Penerjemahan

Penerjemahan telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia saat ini. Penerjemahan yang merupakan bagian ilmu linguistik terapan semakin

meperjelas peranan bahasa dalam kehidupan sosial, terutama dalam ilmu pengetahuan,

teknologi, komunikasi dan budaya. Catford (1965) mengemukakan bahwa dalam dunia

modern penerjemahan semakin berperan penting dan telah menjadi subjek yang menarik bagi

ahli bahasa, penerjemah profesional, guru bahasa, insinyur elektronik dan juga ahli

(31)

analisis dan deskripsi dari proses penerjemahan dapat menyajikan kategori bahasa karena

penerjemahan berhubungan dengan sistem bahasa itu sendiri.

Newmark (1988: 5) mengatakan bahwa penerjemahan merupakan proses mengganti

makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan si penulis. Dalam

hal ini Newmark menekankan pada pesan yang sepadan sebagaimana yang dimaksudkan

oleh si penulis BSu. Hal senada juga dikemukakan oleh Bassnett (1980) bahwa penerjemahan

tidak hanya mentransfer teks dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi penerjemahan haruslah

dilihat sebagai sebuah proses negosiasi antara teks dan antar budaya, dimana proses negosiasi

tersebut dimediasi oleh si penerjemah. Disini dipaparkan apa saja yang dipahami secara

umum sebagai penerjemahan yang mencakup penggantian teks BSu ke BSa yang bertujuan

untuk memastikan kesamaan makna dari dua teks dan sekaligus menjaga kealamiahan kedua

bahasa tersebut. Catford (1965: 20) mendefinisikan penerjemahan sebagai "pengganti bahan

tekstual dalam BSu dengan materi tekstual yang sepadan dalam BSa".

Terinspirasi dari konsep penerjemahan Newmark dan Catford tersebut, Machali

(2009: 26) berkesimpulan bahwa penerjemahan adalah upaya mengganti teks BSu dengan

teks BSa yang ekuivalen. Jadi, seorang penerjemah berkewajiban untuk menghasilkan

kembali makna dari teks BSu ke dalam teks BSa. Ini berarti bahwa tujuan penerjemah adalah

untuk menciptakan sebuah komunikasi baru dalam bentuk alami dari BSa. Oleh karena itu,

penerjemah harus menyadari konteks penerjemahan sosiolinguistik dan mampu

menjembatani ruang antara si penulis BSu dan pembaca. Laurence Venuti (1995)

menegaskan konsep Norman Shapiro bahwa penerjemahan adalah upaya untuk menghasilkan

teks yang paling transparan yang terlihat seperti panel kaca dalam BSa. Dia mengatakan

bahwa terjemahan yang baik adalah penerjemahan yang tidak terlihat sebagai hasil dari

penerjemahan. Senada dengan pendapat para ahli di atas, Nida dan Taber (1969:12)

(32)

natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in

terms of style. (penerjemahan adalah memproduksi teks dalam BSa yang sepadan dan alami

serta paling dekat dengan pesan BSu, pertama dalam makna dan kedua dalam gaya). Dari

beberapa teori penerjemahan di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah proses

penggantian teks yang berbeda dari teks sumber kedalam teks yang dapat dipahami dan

dibaca oleh pembaca BSa.

2.3Jenis-Jenis Terjemahan

Larson (1984: 3-23) mengemukakan dua jenis terjemahan, yaitu:

1. Terjemahan Berbasis Bentuk (Formed-Based Translation)

Terjemahan ini merupakan jenis terjemahan yang mempertahankan bentuk BSu. Jenis

terjemahan ini banyak membantu dalam proses penelitian terhadap BSu tetapi tidak

membantu pembaca BSa untuk memahami makna BSu.

2. Terjemahan Berbasis Makna (Meaning-Based Translation)

Terjemahan ini mengutamakan makna yang disampaikan secara alami kepada pembaca

BSa karena hasil terjemahan yang diperoleh tidak seperti layaknya sebuah hasil

terjemahan baik dari segi bentuk maupun dari segi budaya BSu.

Larson berpendapat bahwa penerjemahan adalah proses memahami leksikon, struktur

gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks struktural dari teks BSu, menganalisisnya untuk

memahami maknanya, dan kemudian mengkonstruksi kembali makna yang sama dengan cara

dan leksikon struktur gramatikal yang tepat dalam konteks budaya BSa. Dengan demikian,

untuk mendapatkan hasil terjemahan yang sepadan, si penerjemah harus menggunakan

bentuk tata bahasa dan leksikal yang berbeda. Dengan demikian, 'penerjemahan berbasis

makna' dianggap sebagai jenis terjemahan yang baik karena mengkomunikasikan makna

(33)

bentuk' dianggap sebagai penerjemahan tak bermakna karena nilai komunikasinya sedikit

bahkan terkadang tak berarti dalam BSa.

2.4Teknik Penerjemahan

Teknik penerjemahan adalah pendekatan penerjemah secara spesifik yang berlaku

dalam penerjemahan ekspresi individu dalam teks BSu, seperti kata-kata, tata bahasa

konstruksi, idiom dan lain lain. Berbeda dengan metode atau ideologi penerjemahan yang

merupakan pendekatan global diterapkan pada teks sebagai keseluruhan, teknik

penerjemahan yang digunakan untuk kalimat dan unit yang lebih kecil dari bahasa dalam

sebuah teks (Newmark, 1988:81). Teknik penerjemahan diterapkan untuk melaksanakan

metode yang diberikan pada perumusan kesepadanan untuk tujuan mentransfer unsur makna

dari teks sumber ke teks sasaran.

Molina dan Albir (2002: 502) menggunakan istilah 'teknik penerjemahan' dan

memastikan teknik yang digunakan bersifat fungsional dan dinamis dalam hal: (1) Teks genre

(surat keluhan, kontrak, brosur wisata, dll), (2) Jenis Penerjemahan (teknis, sastra, dll), (3)

Modus penerjemahan (penerjemahan tertulis, penerjemahan penglihatan, berturut-turut

menafsirkan, dll); (4) Tujuan dan karakteristik penerjemahan, dan (5) Metode yang dipilih

(interpretatif-komunikatif, dll). Teknik penerjemahan tersebut digunakan sebagai sarana

untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana hasil penerjemahan yang ekuivalen.

Teknik penerjemahan dicirikan oleh lima karakteristik dasar, yaitu: (1)

mempengaruhi hasil penerjemahan, (2) diklasifikasikan dibandingkan dengan aslinya; (3)

mempengaruhi unit mikro teks, (4) secara alam diskursif dan kontekstual dan (5) fungsional.

Molina dan Albir mengusulkan 18 teknik penerjemahan yang digunakan dalam

(34)

1. Adaptasi (adaptation)

Teknik ini digunakan ketika penerjemah menggantikan unsur budaya BSu dengan unsur

budaya dalam BSa, yang mempunyai sifat yang sama atau serupa dan unsur budaya

tersebut akrab bagi pembaca Bsa.

Contoh:

BSu : How are you, mother? (Bahasa Inggris)

BSa : Bagaimana kabar ibu? (Bahasa Indonesia)

2. Amplifikasi (amplification)

Teknik ini digunakan ketika penerjemah mau mengeksplisitkan atau memparafrasa suatu

informasi yang implisit dalam BSu. Informasi dalam parafrasa bersifat menerangkan.

Contoh:

BSu : White House (Bahasa Inggris)

BSa : Gedung Putih, Istana Kepresidenan AS (Bahasa Indonesia)

3. Peminjaman (borrowing)

Teknik ini digunakan ketika penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari BSu.

Peminjaman ini dapat bersifat murni (pure borrowing) atau peminjaman yang sudah

dinaturalisasi (naturalized borrowing).

Contoh:

BSu : exrete (Bahasa Inggris)

BSa : mengekresikan (Bahasa Indonesia)

4. Kalke (calque)

Teknik ini digunakan untuk menterjemahkan kata/prasa secara harfiah (literal) baik

leksikal atau struktural.

Contoh:

(35)

BSa : sekretaris jenderal (Bahasa Indonesia)

5. Kompensasi (compensation)

Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan segmen informasi BSa atau gaya efek di

tempat lain karena tidak dapat tercermin di tempat yang sama pada BSa.

Contoh:

BSu : This is however not appropriate to tell (Bahasa Inggris)

BSa : Akan tetapi, ini tidak layak untuk diceritakan (Bahasa Indonesia)

6. Deskripsi (description)

Teknik ini digunakan untuk mengganti istilah atau ungkapan dengan menggambarkan

bentuk atau/dan fungsi.

Contoh:

BSu : Halloween party (Bahasa Inggris)

BSa : Pesta malam hari tanggal 31 Oktober yang dipercayai orang-orang dapat

melihat hantu (Bahasa Indonesia)

7. Kreasi Diskursif (discursive creation)

Teknik ini digunakan untuk membangunkesepadanan sementara yang keluar dari konteks

yang benar-benar tak terduga, dan maknanya tidak berhubungan dengan BSu.

Contoh:

BSu : head to (Bahasa Inggris)

BSa : melekat (Bahasa Indonesia)

8. Kesepadanan Lazim (established equivalent)

Teknik ini digunakan untuk istilah yang sudah dikenal (sesuai kamus atau penggunaan)

(36)

Contoh:

BSu : No gain without pain (Bahasa Inggris)

BSa : Tidak ada hasil tanpa kerja keras (Bahasa Indonesia)

9. Generalisasi (generalization)

Teknik ini digunakan untuk istilah yang lebih umum atau netral. Teknik ini kebalikan dari

teknik partikularisasi.

Contoh:

BSu : He meets his uncle (Bahasa Inggris)

BSa : Dia bertemu dengan bapak tuanya (Bahasa Indonesia)

10.Amplifikasi Linguistik (linguistic amplification)

Teknik ini digunakan untuk menambah elemen linguistik. Hal ini sering digunakan dalam

menafsirkan dubbing, misalnya, untuk menerjemahkan ekspresi Inggris yang tidak

mungkin ke bahasa lain. Hal ini bertentangan dengan linguistik kompresi.

Contoh:

BSu : Shall we? (Bahasa Inggris)

BSa : Bisa kita memulainya sekarang? (Bahasa Indonesia)

11.Kompresi Linguistik (linguistic compression)

Teknik ini digunakan untuk mensintesiskan unsur linguistik di BSa. Hal ini sering

digunakan dalam menafsirkan simultan dan sertifikasi sub.

Contoh:

BSu : I want you to listen (Bahasa Inggris)

(37)

12.Penerjemahan Harfiah (literal translation)

Teknik ini digunakan untuk menerjemahkan kata atau ungkapan kata demi kata.

Penerjemahan harfiah ini sesuai dengan kesepadanan formal Nida, ketika bentuk

bertepatan dengan fungsi dan makna.

Contoh:

BSu : He speaks well. (Bahasa Inggris)

BSa : Dia berbicara dengan baik. (Bahasa Indonesia)

13.Modulasi (modulation)

Teknik ini digunakan untuk mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam

kaitannya dengan BSa, bisa leksikal atau struktural.

Contoh:

BSu : He cuts his finger (Bahasa Inggris)

BSa : Jarinya terpotong (Bahasa Indonesia)

14.Partikularisasi (particularization)

Teknik ini digunakan untuk menggunakan istilah yang lebih tepat atau konkrit yang

berlawanan dengan teknik generalisasi.

Contoh:

BSu : vehicle (Bahasa Inggris)

BSa : mobil (Bahasa Indonesia)

15.Reduksi (reduction)

Teknik ini dikenal juga dengan teknik pengurangan atau penghilangan sebagian atau

keseleruhan dan digunakan untuk menekan item informasi BSu di BSa.

Contoh:

BSu : a traditional dance of Malay (Bahasa Inggris)

(38)

16.Substitusi (substitution)

Teknik ini digunakan untuk mengubah unsur linguistik untuk elemen paralinguistik

(intonasi, gerakan) atau sebaliknya. Teknik ini biasanya digunakan untuk menafsir.

Contoh:

BSu : raising a tumb (gestur orang Inggris)

BSa : bagus (Bahasa Indonesia)

17.Transposisi (transposition)

Teknik ini digunakan untuk mengubah kategori gramatikal, dari kata kerja diterjemahkan

menjadi kata sifat, dari kata kerja ke kata benda atau sebaliknya.

Contoh:

BSu : He runs quickly (Bahasa Inggris)

BSa : Larinya sangat kencang (Bahasa Indonesia)

18.Variasi (variation)

Teknik ini digunakan untuk mengubah unsur linguistik atau paralinguistik (intonasi,

gerakan) yang mempengaruhi aspek variasi linguistik: perubahan nada tekstual, gaya,

dialek sosial, dialek geografis, dll, misalnya, untuk memperkenalkan atau mengubah

indikator dialek untuk karakter ketika menerjemahkan untuk teater, perubahan nada

ketika mengadaptasi novel untuk anak-anak, dan lain lain.

Contoh:

BSu : What is the name? (Bahasa Inggris)

BSa : Apalah arti sebuah nama (Bahasa Indonesia)

2.5Kesepadanan dalam Penerjemahan

Para pakar penerjemah berpendapat bahwa proses penerjemahan harus berorientasi

kepada pencarian kesepadanan. Penerjemahan yang berorientasi pada pencarian padanan kata

(39)

membicarakan kesepadanan sehingga seorang penerjemah harus selalu melihat konteks kata

untuk menterjemahkan sebuah kata dengan tepat dan mencari padanannya dalam BSa

(Simatupang, 2000:50).

Hasil penerjemahan dari BSu ke BSa pun harus mencari penerjemahan yang sewajar

mungkin. Baker (1992) mengemukakan bahwa kesepadanan meliputi:

1. Kesepadanan tataran kata (equivalence in word level); berorientasi terhadap kajian makna

dari kata-kata dalam teks.

2. Kesepadanan di atas kata (equivalence above word level); mengkaji kombinasi kata-kata

dan frasa-frasa.

3. Kesepadanan gramatikal (grammatical equivalence); menganalisis dan memahami

struktur teks BSu.

4. Kesepadanan tekstual (textual equivalence); menganalisis dan memahami bentuk teks

BSu.

5. Kesepadanan pragmatic (pragmatic equivalence); berorientasi pada penerima pesan

(target text).

Kesepadanan berarti pesan dalam BSu sama dengan pesan dalam BSa, sehingga

reaksi pembaca penerjemahan sama dengan reaksi pembaca BSu. Selain penjelasan di atas,

pakar penerjemahan yang lain juga menjelaskan kembali mengenai kesepadanan. Menurut

Nida dan Taber (1982), kesepadanan dibagi menjadi kesepadanan formal dan dinamis.

Kesepadanan formal adalah kesepadanan yang memfokuskan pesan yang sedekat

mungkin pada teks BSu, sedangkan kesepadanan yang dinamis didasarkan pada 'prinsip efek

ekuivalen atau kesamaan' (yaitu kesamaan pesan yang disampaikan dari BSu sama dengan

pesan yang disampaikan dalam BSa. Kesepadanan formal terdiri dari item BSa yang

(40)

Kesepadanan dinamis didefinisikan sebagai prinsip penerjemahan untuk

menerjemahkan arti aslinya sedemikian rupa sehingga kata-kata pada teks BSa menunjukkan

dampak yang sama pada pembaca. Nida (1982) menyatakan bahwa dalam kesepadanan

dinamis, informasi atau pesan yang akan disampaikan akan jauh lebih benar dan berterima.

Memperkuat penjelasan di atas mengenai konsep kesepadanan, Syihabuddin

(2002:107) mengemukakan bahwa kesepadanan merupakan tujuan produk dari proses

penerjemahan karena penerjemahan merupakan proses pencarian kesepadanan. Dalam proses

pencarian kesepadanan, penerjemah berupaya untuk mencari padanan yang paling wajar

antara BSu dengan BSa.

Kemudian Koller dalam Munday (2001:47) juga mengemukakan lima jenis

kesepadanan, yaitu:

1. Denotative Equivalence; proses penerjemahannya berfokus pada extralinguistic content.

2. Connotative Equivalence; penerjemahannya berfokus pada pemilihan leksikal yang

berdekatan sinonimnya.

3. Text Normative Equivalence; penerjemahannya berfokus pada jenis teks yang memiliki

penyajian yang berbeda.

4. Pragmatic Equivalence; proses penerjemahannya berfokus pada penerima dari teks

(target readers) atau penerima pesan.

5. Formal Equivalence; berfokus pada bentuk dan estetika teks, permainan kata dan ciri

individu dari teks sumber.

2.6Prosedur Kesepadanan

Selain itu, kesepadanan juga merujuk pada salah satu prosedur penerjemahan yang

didukung dengan penerapan pendapat yang dikemukakan oleh Newmark (1988). Newmark

mengemukakan bahwa dilakukannya prosedur penerjemahan untuk menghasilkan

(41)

sebenarnya dari BSu ke dalam BSa. Dalam mencari makna yang paling dekat, penerjemah

harus mengungkapkan kesamaan fungsi makna dari BSu ke BSa tetapi tidak hanya berfokus

pada kosa kata. Dalam hal ini kesepadanan dipandang sebagai prosedur penerjemahan istilah

kata, frasa dan bidang kajian yang lain (Syihabuddin, 2002).

Menemukan padanan yang akurat merupakan cara untuk mencapai ketepatan

(correctness). Catford (dalam Syihabuddin 2002:108) mengemukakan bahwa kesepadanan

itu merupakan ciri situasional yang relevan antara BSu dan BSa. Dengan kata lain, dalam

mencari kesepadanan itu perlu memperhatikan proses penerjemahan, karena hal ini

merupakan tindak komunikatif dalam hal penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima

(penerjemah dan pembaca) dari BSu ke BSa. Dan hal yang paling penting adalah terdapatnya

kesepadanan makna antara BSu dan BSa. Tidak ada kesepadanan yang sempurna dalam

penerjemahan karena kesepadanan itu ditentukan oleh skopos (konsep dari bidang studi

terjemahan yang terdiri dari gagasan bahwa penerjemahan dan juru bahasa harus terutama

memperhitungkan fungsi teks sumber dan sasaran).

Selain yang telah dijelaskan di atas, Venuti (1995) juga mengemukakan beberapa hal

yang perlu dilakukan dalam mencari padanan yang tepat yaitu menerapkan istilah

foreignization (pengasingan) dan domestication (domestikasi). Foreignization adalah proses

penerjemahan dalam mencari kesepadanan dengan menggunakan kata pinjaman untuk

mempertahankan suasana dan pesan yang dapat diterima, tidak jauh dari BSu. Dalam

foreignization, penerjemahan yang baik, benar dan berterima adalah sesuai dengan selera dan

harapan pembaca yang menginginkan budaya sumber itu hadir dalam penerjemahan tersebut.

Sedangkan domestication, penerjemahan yang beradaptasi dengan kebudayaan pembaca BSa.

Pembaca berharap penerjemahan yang sesuai dengan budaya masyarakat BSa.

Walaupun penerjemah mengutarakan bahwa kesepadanan yang dicapai bukanlah

(42)

dalam mengukur kesepadanan, kita gunakan ukuran menyeluruh; perubahan yang bersifat

lokal yakni menyangkut kalimat, frasa, kata dalam fungsinya apakah teks itu untuk

menyampaikan informasi atau mengajak, kesepadanannya harus dilihat dari segi fungsi teks

tersebut. Secara singkat dapat ditegaskan bahwa sejauh fungsi teks sasaran tidak bergeser dari

fungsi asalnya, maka teks sasaran tersebut ekuivalen dengan aslinya. Menentukan padanan

yang tepat merupakan cara untuk mencapai ketepatan dan ketepatan itu bisa dicapai apabila

pembaca teks sasaran mampu memahami pesan dalam BSa dengan baik. Kesimpulannya

yaitu penerjemah harus mengetahui siapa pembaca teks sasaran.

2.7Kompetensi Penerjemah

Penerjemahan hanya muncul ketika ada karakteristik yang berbeda dari dua bahasa

atau lebih. Oleh karena itu, dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah diperlukan

untuk menjadi seorang ahli bahasa yang dengan cara apapun mencari atau menciptakan solusi

untuk menghilangkan perbedaan dan menjembatani kesenjangan antara BSu dan BSa.

Mengenai peran kompetensi penerjemah dalam proses penerjemahan, Hoed (2006: 25)

memberikan argumen yang kuat bahwa kompetensi penerjemah memainkan peran yang

sangat penting dalam memproduksi penerjemahan yang berkualitas. Seorang penerjemah

harus memiliki kecerdasan yang cukup baik mengenai 'budaya BSu dan budaya BSa'.

Kecerdasan budaya memberikan gambaran karakteristik BSu dan BSa, dan dengan demikian

memfasilitasi identifikasi perbedaan yang menjadi masalah dalam proses penerjemahan.

Penerjemah harus berpengetahuan, baik umum maupun khusus. Pengetahuan umum

dapat membantu si penerjemah dalam memahami masalah yang berhubungan dengan

pekerjaan penerjemahannya, sedangkan pengetahuan khusus, berguna dalam menerapkan

strategi ketika berurusan dengan teks teknis, kapan dan bagaimana menerjemahkannya.

Penerjemah juga harus memiliki kemahiran, logika kecepatan dan keterampilan retorika

(43)

tepat, dan ia juga harus menyadari makna kognitif, struktur sintaksis dan dinamika informasi,

dan sekali-sekali harus mengikuti intuisinya atau mendefinisikan masalah daripada

memecahkan masalah tersebut (ibid: 180 dalam Baker 1992: 119). Hal ini sangat penting bagi

si penerjemah untuk menyadari bahwa tugas seorang penerjemah adalah untuk mencapai

kesepadanan makna dalam norma dan gaya yang berbeda dari BSu, dan bukan untuk

memperbaiki teks. Ini berarti bahwa si penerjemah harus mengutamakan gaya penulis BSu

lebih daripada norma-norma bahasa. Untuk alasan ini, penerjemah bahkan kadang-kadang

harus mengganti gaya bahasa untuk memperoleh kesepadanan yang tepat dan akurat yang

dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca BSa.

Muchtar (2011: 14) menekankan kompetensi penerjemah pada kompetensi bahasa dan

aspek material. Pendapatnya konsisten dengan kenyataan bahwa keragaman makna dari

unsur-unsur BSu berkaitan dengan aspek materi teks. Bahasa dan aspek materi menunjukkan

pijakan dasar analisis dalam penerjemahan. Jadi apa yang dibutuhkan pada tahap ini adalah

pengetahuan dari kedua bahasa yang biasanya terdiri dari dua sub-kompetensi atau lebih

karena sekali penerjemah melakukan kesalahan dalam tahap analisis, maka hasilnya akan

berakibat buruk pada produk penerjemahannya (Stanislava Šeböková, 2010 : 7). Oleh karena

itu, dalam tahap analisis kehati-hatian sangat dibutuhkan. Nababan (1999: 79-81)

menjelaskan multi-peran penerjemah. Dia berpendapat bahwa penerjemahan adalah

pekerjaan sederhana dan murah tapi menyumbangkan kontribusi yang sangat besar dalam

membangun semua aspek kehidupan manusia karena berfungsi sebagai sarana

penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan peradaban manusia lainnya.

Pekerjaan yang sangat berharga dari tokoh penerjemah membuktikan bahwa penerjemah

adalah agen pembangun bangsa, dan maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh

kompetensi penerjemah sebagai agen perubahan peradaban masyarakat. Penerjemah harus

(44)

asli), 2). Kecerdasan (kompetensi penilaian yang akurat atas kualitas penerjemah dalam

mentransfer pesan dari BSu sehingga tetap alami dan dipahami oleh pembaca BSa). Konsep

di atas sejalan dengan Nababan dan Venuti (1995: 1-2) bahwa kompetensi penerjemahan

menunjukkan upaya penerjemah untuk memastikan bacaan yang mudah dengan tetap

mengikuti dan mempertahankan sintaksnya dan makna yang tepat untuk teks BSu. Venuti

menggunakan istilah "invisibility" untuk menggambarkan situasi dan aktivitas penerjemah

pada budaya Anglo-Amerika kontemporer. Menurutnya, situasi mengacu pada efek

illusionistis wacana penerjemah dan manipulasi penerjemah itu sendiri. Istilah lain yang

digunakan adalah intervensi yang sangat penting dari si penerjemah dalam teks BSu yang

didasarkan pada konsep bahwa ‘hasil penerjemahan yang lebih baik tercermin dari

penerjemah yang berkualitas bahkan mungkin melebihi dari si penulis teks aslinya.

Neubert (dalam Šeböková 2010: 11) menggunakan istilah kompetensi penerjemah

yang merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang kompleks yang dibutuhkan oleh

penerjemah dalam proses penerjemahan. Dia menyarankan definisi kompetensi hirarki

penerjemahan yang terdiri dari: (1) Kompetensi Bahasa; sistem pengetahuan tata bahasa,

istilah, konvensi sintaksis dan morfologi, (2) Kompetensi Tekstual; terkait dengan

kompetensi linguistik yang merupakan kemampuan dalam mendefinisikan fitur tekstual

misalnya teknis, bidang hukum atau sastra, (3) Kompetensi Budaya; penerjemah harus

memiliki pengetahuan tentang budaya, karena penerjemah bertindak sebagai mediator antar

berbagai latar belakang budaya. (4) Kompetensi Transfer; meliputi strategi dan teknik yang

memungkinkan penerjemah menerjemahkan teks dari BSu ke BSa dengan efektif dan efisien.

Ini merupakan kompetensi super-ordinanary dari ke empat kompetensi sebelumnya dan ini

bersifat sementara, karena "ditentukan oleh sifat teks".

Ada beragam konsep mengenai kompetensi penerjemah, namun semua mengacu pada

(45)

pengetahuan, kemampuan dan sikap penerjemah yang memungkinkannya untuk (1)

menganalisis teks yang tidak hanya sistem BSu dan BSa nya saja tapi juga dimensi kompleks

konteks yang mempengaruhi proses penerjemahan, (2) mengidentifikasi masalah dan

mengatasinya, dan (3) mentransfer makna yang sesuai yang ada dalam BSa atau kata baru

yang dibuat dalam BSa untuk kepentingan pembaca agar makna yang disampaikan tetap

terasa alami dalam BSa.

Kompetensi penerjemah sangat kompleks tetapi menentukan proses penerjemahan.

Kompetensi analisis yang cerdas sang penerjemah sangat dibutuhkan. Kompetensi ini

biasanya tercermin pada aplikasi yang sesuai pada teknik, metode dan orientasi ideologi yang

mencirikan teks penerjemahan. Jadi, meskipun teori dan istilah yang digunakan berbeda

untuk menggambarkan kompetensi penerjemah namun tetap memberikan kontribusi positif

yang menyarankan langkah-langkah dan strategi dalam melakukan penerjemahan karena

kompetensi penerjemah sangat mempengaruhi kualitas proses dan hasil penerjemahan.

2.8Parameter Penerjemahan yang Berkualitas

Tidak semua hasil penerjemahan dapat berterima di masyarakat. Kebanyakan hasil

penerjemahana hanya mengutamakan kuantitas bukan kualitas penerjemahan itu sendiri.

Menurut Nababan (1999:132) penerjemahan yang berkualitas harus memenuhi tiga aspek

yaitu:

1. Keakuratan

Keakuratan merupakan istilah yang digunakan untuk menilai kualitas penerjemahan

dengan melakukan pengevaluasian penerjemahan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

apakah teks BSu dan teks BSa sudah sepadan atau belum. Konsep kesepadanan mengarah

(46)

Tabel 2.1

Instrumen penilai keakuratan terjemahan

Kategori Terjemahan Skor Parameter Kualitatif

Akurat 3 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat

atau teks bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi makna

Kurang Akurat 2 Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa,

klausa, kalimat atau teks bahasa sumber sudah dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan.

Tidak Akurat 1 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat

atau teks bahasa sumber dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau dihilangkan (deleted).

2. Keberterimaan

Keberterimaan berarti sebuah hasil penerjemahan terasa alamiah ketika dibaca.

Keberterimaan dapat dicapai apabila suatu penerjemahan yang dialihkan ke BSa sesuai

dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya yang berlaku. Ini berarti bahwa keberterimaan

merupakan salah satu hal yang penting dalam proses penerjemahan. Walaupun sebuah

hasil penerjemahan telah akurat dari segi isi dan pesannya, namun apabila cara

pengungkapannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya BSa, hasil

penerjemahan belum dikategorikan sebagai penerjemahan yang berkualitas.

Tabel 2.2

Instrumen penilai keberterimaan terjemahan

Kategori Terjemahan Skor Parameter Kualitatif

Berterima 3 Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang

digunakan lazim digunakan dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia

Kurang Berterima 2 Pada umumnya terjemahan sudah terasa

(47)

Tidak Berterima 1 Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti karya terjemahan; istilah teknis yang digunakan tidak lazim digunakan dan tidak akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia

3. Keterbacaan

Tingkat keterbacaan teks dapat dilihat berdasarkan apakah pembaca memahami isi teks

penerjemahan kedalam BSa. Gilmore dan Root (dalam Nababan, 1999) berpendapat

bahwa ukuran suatu teks yang didasarkan pada faktor-faktor kebahasaan tidak lebih dari

sekedar alat bantu bagi seorang penulis dalam menyesuaikan tingkat keterbacaan teks

dengan kemampuan para pembaca teks itu.

Tabel 2.3

Instrumen penilai keterbacaan terjemahan

Kategori Terjemahan Skor Parameter Kualitatif

Tingkat Keterbacaan Tinggi

3 Kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.

Tingkat Keterbacaan Sedang

2 Pada umumnya terjemahan dapat dipahami oleh

pembaca; namun ada bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu kali untuk memahami terjemahan.

Tingkat Keterbacaan Rendah

1 Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca

2.9Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Silalahi (2009) dengan dalam penelitiannya yang berjudul Dampak Teknik, Metode, dan

Ideology Penerjemahan pada Kualitas Penerjemahan Teks Medical Surgical Nursing

dalam bahasa Indonesia. Penelitiannya mengadopsi delapan teknik penerjemahan

diterapkan dalam menerjemahkan teks Medical-Surgical Nursing yaitu teknik harfiah

(literal), peminjaman murni, peminjaman alamiah, calque, transposisi, modulasi,

(48)

alamiah, dan teknik calque berorientasi pada BSu sedangkan teknik transposisi, modulasi,

penghilangan, dan teknik penambahan berorientasi pada BSa. Penerjemah memilih

metode penerjemahan literal, setia, dan semantik. Dalam penelitian ini, adanya

penggunaan teknik penerjemahan dan pemilihan metode penerjemahan dilandasi oleh

ideologi foreignisasi teks sumber.

Silalahi juga mengemukakan dalam penelitiannya bahwa teknik peminjaman murni,

teknik peminjaman alamiah, calque, dan juga harfiah memberikan dampak yang sangat

positif terhadap keakuratan penerjemahan, sementara kekurang akuratan dan ketidak

akuratan yang terjadi pada penerjemahan lebih disebabkan oleh penerapan teknik

penghilangan, penambahan, modulasi, dan teknik transposisi. Kekurang berterimaan dan

ketidak berterimaan cenderung disebabkan oleh penggunaan kalimat yang tidak

gramatikal, dan masalah yang menghambat pemahaman pembaca sasaran cenderung

disebabkan oleh penggunaan istilah asing yang tampaknya belum akrab bagi pembaca,

kolokasi yang tidak tepat, kata bahasa Indonesia yang belum lazim bagi pembaca dan

kesalahan ketik.

2. Bumi (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Teknik Penerjemahan Istilah-istilah

Kebudayaan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruh dan Terjemahaannya dalam The

Dancer menganalisis tentang teknik penerjemahan unsur budaya dalam elemen bingkai

semantik. Indah menganalisis 17 verba aksi istilah budaya dengan menggunakan 9 teknik

penerjemahan. Indah meyimpulkan bahwa teknik established equivalent mendominasi

seluruh teknik dalam penelitiannya (33,33%), diikuti oleh teknik peminjaman (14,81%),

teknik kompensasi (14,81%), teknik deskripsi (11.11%), teknik calque (7,40%), teknik

generalisasi (7,40%), teknik amplikasi (3,70%), teknik partikularisasi (3,70%), dan teknik

transposisi (3.70%). Dari analisisnya, terdapat 22,22% teknik yang berorientasi kepada

(49)

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan karena menggunakan teori teknik

penerjemahan Molina & Albir namun dalam penelitiannya Bumi tidak menganalisis

kesepadanan.

3. Ahmad (2011) dalam penelitiannya berjudul Analisis Terjemahan Istilah-istilah Budaya

pada Brosur Pariwisata Berbahasa Inggris Provinsi Sumatera Utara menganalisis ragam

istilah budaya, teknik penerjemahan, dan pergeseran yang terjadi pada penerjemahan

istilah-istilah budaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) terdapat 67 istilah

budaya dengan komposisi kategori ekologi 1 verba aksi (1,49%), makanan 13 verba aksi

(19,40%), benda budaya/artefak 2 verba aksi (2,98%), pakaian 4 verba aksi (5,97%),

bangunan 6 verba aksi (8,96%), transportasi 1 verba aksi (1,98%), bahasa 4 verba aksi

(5,97%), social budaya 13 verba aksi (19,40%), kemasyarakatan 8 verba aksi (11,94%),

agama 3 verba aksi (4,48%), dan seni 12 verba aksi (17,91%); 2) teknik penerjemahan

yang digunakan adalah deskripsi (37,31%), peminjaman (31,34%), kalke (17,91%),

generalisasi (8,96%), literal (2,99%), dan kuplet (1,49%); 3) pergeseran yang ditemukan

sebanyak 44 verba aksi yang terdiri atas pergeseran unit 28 verba aksi (63,3%),

pergeseran struktur 13 verba aksi (29,55%), dan pergeseran 3 verba aksi (6,82%).

Penelitian Ahmad memiliki kesamaan dalam menganalisis teknik terjemahan dengan

penelitian ini, namun penelitian ini mengkaitkan teknik penerjemahan dengan

kesepadanan terjemahan khususnya keakuratan.

4. Simanihuruk (2013) dalam penelitiannya berjudul Analysis of Translation Techniques

and Shifts of Batak Toba Cultural Terms in’ Inside Sumatera: Tourism and Life Style

Magazine’ menganalisis teknik penerjemahan dan pergeseran dalam penerjemahan istilah

budaya suku Batak Toba dalam 6 artikel terpilih. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa: 1) kategori budaya organisasi, adat-istiadat dan konsep mendominasi dalam 6

(50)

budaya social (8,47%); 2) teknik penerjemahan yang paling mendominasi adalah

peminjaman murni (34,72%), diikuti oleh penerjemahan harfiah (16,66%), kalke (9,72%),

kompensasi (8,33%), deskripsi (6,94%), reduksi (5,55%), adaptasi (4,16%), generalisasi

(4,16%), kreasi deskursif (2,77%), partikularisasi (2,77%), amplifikasi (1,38%), modulasi

(1,38%), dan transposisi (1,38%); 3) pergeseran unit intra-system mendominasi seluruh

pergeseran (50%), diikuti oleh unit shifts (35,18%), structure shifts (11,12%), dan class

shifts (3,07%).

Penelitian Simanihuruk hampir sama dengan penelitian ini karena keduanya menganalisis

teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir, namun penelitian ini

mengkaitkan teknik penerjemahan tersebut dengan kesepadanan penerjemahan

khususunya tingkat keakuratan.

5. Prasetyo (2011) dalam jurnalnya berjudul Analisis Transposisi dan Modulasi pada Buku

Teori Budaya Terjemahan dari Buku Culture Theory bertujuan untuk mendeskripsikan

transposisi dan modulasi dalam buku yang berjudul Teori Budaya dan menggambarkan

keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan kalimat yang diterjemahkan mengandung

transposisi dan modulasi. Data dari penelitian ini adalah kalimat bahasa Inggris dalam

Culture Theory yang diterjemahkan ke dalam buku berjudul Teori Budaya menggunakan

transposisi dan modulasi. Para penilai memberikan penilaian pada keakuratan,

keberterimaan, dan keterbacaan. Data awal diambil dari buku Culture Theory dan buku

terjemahannya Teori Budaya dengan menggunakan observasi dan teknik note taking.

Data kedua dikumpulkan dari kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa teknik transposisi dan modulasi memiliki keunggulan serta kelemahan. Dalam hal

keakuratan, transposisi lebih akurat daripada modulasi tetapi modulasi memiliki

keterbacaan dan keberterimaan lebih tinggi dari transposisi. Dari 100 data transposisi

(51)

lain, dari 80 data modulasi dianalisis, ada 83,75 % dikategorikan akurat, 73,75 %

berterima, dan 93,75 % terbaca. Dari analisis ini, penerjemah perlu memiliki kompetensi

yang baik dalam menerjemahkan dan buku yang diterjemahkan adalah berkualitas baik.

Penerjemah harus mampu mengatur dirinya bebas dari pengaruh struktur kalimat BSu dan

untuk mengekspresikan pesan dalam bahasa idomatik Indonesia .

Penelitian Prasetyo hampir sama dengan penelitian ini karena keduanya menganalisis

teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir, namun Prasetyo hanya

memfokuskan pada 2 teknik penerjemahan, yaitu transposisi dan modulasi dan

mengkaitkannya dengan tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan sedangkan

penelitian ini mengkaitkan keseluruhan teknik penerjemahan dengan ekuivalensi

penerjemahan khususnya tingkat keakuratan.

6. Sari, dkk dalam jurnal mereka yang berjudul Translation Techniques and Translation

Accuracy of English Translated Text of Tourism Brochure in Tanah Datar Regency

bertujuan untuk menemukan jenis-jenis teknik penerjemahan yang digunakan oleh

penerjemah dalam menerjemahkan teks dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris dalam

brosur pariwisata yang terdapat di kabupaten Tanah Datar. Penelitian ini berdasarkan

konseptual teori tentang teknik penerjemahan dari Molina dan Albir. Selain itu, penelitian

ini juga bertujuan untuk menemukan tingkat keakuratan hasil terjemahan tersebut. Data

penelitian ini berupa teks terjemahan bahasa Inggris yang terdapat dalam brosur

pariwisata di Kabupaten Tanah Datar, yang didapat dari Dinas Kebudayan dan Pariwisata

Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa teknik

penerjemahan harfiah (literal translation) merupakan teknik yang paling banyak

digunakan oleh penerjemah. Sedangkan dari tingkat keakuratannya, 60% data masuk

kedalam kategori kurang akurat. Dari penemuan juga disimpulkan bahwa penerjemah

Gambar

Tabel:
Tabel 2.1
Tabel 2.3
Tabel 4.1 Daftar jumlah verba aksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, pergeseran dan keterbacaan pada terjemahan buku bilingual cerita anak. Tujuan penelitian ini adalah 1)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan tingkat kesulitan soal pemecahan masalah dalam buku siswa matematika kelas IX kurikulum 2013 ditinjau dari

The Lord of the Rings: The Two Towers , (2) menganalisis teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan majas hiperbola, (3) menganalisis

Oleh karena itu sangat perlu dilakukan penelitian tentang tingkat kewajaran terjemahan buku Biology bilingual karena buku ini sampai sekarang masih digunakan

Larson (1989: 3) menyatakan penerjemahan sebagai pengalihan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui langkah yaitu; (1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal,

Setelah analisis, seorang penerjemah harus memilih orientasi ke bahasa sumber (BSu) atau bahasa sasaran (BSa) dengan mempertimbangkan maksud penerjemahan,

Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, pergeseran dan keterbacaan pada terjemahan buku bilingual cerita anak. Tujuan penelitian ini adalah 1)

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis jenis tindak tutur ekspresif pada novel Stealing Home beserta terjemahannya, (2) menganalisis teknik penerjemahan