LANDASAN TEOR
12. Penerjemahan Harfiah ( literal translation )
2.9 Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Silalahi (2009) dengan dalam penelitiannya yang berjudul Dampak Teknik, Metode, dan Ideology Penerjemahan pada Kualitas Penerjemahan Teks Medical Surgical Nursing dalam bahasa Indonesia. Penelitiannya mengadopsi delapan teknik penerjemahan
diterapkan dalam menerjemahkan teks Medical-Surgical Nursing yaitu teknik harfiah (literal), peminjaman murni, peminjaman alamiah, calque, transposisi, modulasi, penghilangan, dan penambahan. Teknik harfiah, peminjaman murni, peminjaman
alamiah, dan teknik calque berorientasi pada BSu sedangkan teknik transposisi, modulasi, penghilangan, dan teknik penambahan berorientasi pada BSa. Penerjemah memilih metode penerjemahan literal, setia, dan semantik. Dalam penelitian ini, adanya penggunaan teknik penerjemahan dan pemilihan metode penerjemahan dilandasi oleh ideologi foreignisasi teks sumber.
Silalahi juga mengemukakan dalam penelitiannya bahwa teknik peminjaman murni, teknik peminjaman alamiah, calque, dan juga harfiah memberikan dampak yang sangat positif terhadap keakuratan penerjemahan, sementara kekurang akuratan dan ketidak akuratan yang terjadi pada penerjemahan lebih disebabkan oleh penerapan teknik penghilangan, penambahan, modulasi, dan teknik transposisi. Kekurang berterimaan dan ketidak berterimaan cenderung disebabkan oleh penggunaan kalimat yang tidak gramatikal, dan masalah yang menghambat pemahaman pembaca sasaran cenderung disebabkan oleh penggunaan istilah asing yang tampaknya belum akrab bagi pembaca, kolokasi yang tidak tepat, kata bahasa Indonesia yang belum lazim bagi pembaca dan kesalahan ketik.
2. Bumi (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Teknik Penerjemahan Istilah-istilah Kebudayaan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruh dan Terjemahaannya dalam The Dancer menganalisis tentang teknik penerjemahan unsur budaya dalam elemen bingkai semantik. Indah menganalisis 17 verba aksi istilah budaya dengan menggunakan 9 teknik penerjemahan. Indah meyimpulkan bahwa teknik established equivalent mendominasi seluruh teknik dalam penelitiannya (33,33%), diikuti oleh teknik peminjaman (14,81%), teknik kompensasi (14,81%), teknik deskripsi (11.11%), teknik calque (7,40%), teknik generalisasi (7,40%), teknik amplikasi (3,70%), teknik partikularisasi (3,70%), dan teknik transposisi (3.70%). Dari analisisnya, terdapat 22,22% teknik yang berorientasi kepada BSu dan 77,78% berorientasi pada Bsa.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan karena menggunakan teori teknik penerjemahan Molina & Albir namun dalam penelitiannya Bumi tidak menganalisis kesepadanan.
3. Ahmad (2011) dalam penelitiannya berjudul Analisis Terjemahan Istilah-istilah Budaya pada Brosur Pariwisata Berbahasa Inggris Provinsi Sumatera Utara menganalisis ragam istilah budaya, teknik penerjemahan, dan pergeseran yang terjadi pada penerjemahan istilah-istilah budaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) terdapat 67 istilah budaya dengan komposisi kategori ekologi 1 verba aksi (1,49%), makanan 13 verba aksi (19,40%), benda budaya/artefak 2 verba aksi (2,98%), pakaian 4 verba aksi (5,97%), bangunan 6 verba aksi (8,96%), transportasi 1 verba aksi (1,98%), bahasa 4 verba aksi (5,97%), social budaya 13 verba aksi (19,40%), kemasyarakatan 8 verba aksi (11,94%), agama 3 verba aksi (4,48%), dan seni 12 verba aksi (17,91%); 2) teknik penerjemahan yang digunakan adalah deskripsi (37,31%), peminjaman (31,34%), kalke (17,91%), generalisasi (8,96%), literal (2,99%), dan kuplet (1,49%); 3) pergeseran yang ditemukan sebanyak 44 verba aksi yang terdiri atas pergeseran unit 28 verba aksi (63,3%), pergeseran struktur 13 verba aksi (29,55%), dan pergeseran 3 verba aksi (6,82%).
Penelitian Ahmad memiliki kesamaan dalam menganalisis teknik terjemahan dengan penelitian ini, namun penelitian ini mengkaitkan teknik penerjemahan dengan kesepadanan terjemahan khususnya keakuratan.
4. Simanihuruk (2013) dalam penelitiannya berjudul Analysis of Translation Techniques and Shifts of Batak Toba Cultural Terms in’ Inside Sumatera: Tourism and Life Style Magazine’ menganalisis teknik penerjemahan dan pergeseran dalam penerjemahan istilah budaya suku Batak Toba dalam 6 artikel terpilih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) kategori budaya organisasi, adat-istiadat dan konsep mendominasi dalam 6 artikel tersebut (55,93%), diikuti oleh budaya materi (25,42%), ekologi (10,17%), dan
budaya social (8,47%); 2) teknik penerjemahan yang paling mendominasi adalah peminjaman murni (34,72%), diikuti oleh penerjemahan harfiah (16,66%), kalke (9,72%), kompensasi (8,33%), deskripsi (6,94%), reduksi (5,55%), adaptasi (4,16%), generalisasi (4,16%), kreasi deskursif (2,77%), partikularisasi (2,77%), amplifikasi (1,38%), modulasi (1,38%), dan transposisi (1,38%); 3) pergeseran unit intra-system mendominasi seluruh pergeseran (50%), diikuti oleh unit shifts (35,18%), structure shifts (11,12%), dan class shifts (3,07%).
Penelitian Simanihuruk hampir sama dengan penelitian ini karena keduanya menganalisis teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir, namun penelitian ini mengkaitkan teknik penerjemahan tersebut dengan kesepadanan penerjemahan khususunya tingkat keakuratan.
5. Prasetyo (2011) dalam jurnalnya berjudul Analisis Transposisi dan Modulasi pada Buku Teori Budaya Terjemahan dari Buku Culture Theory bertujuan untuk mendeskripsikan transposisi dan modulasi dalam buku yang berjudul Teori Budaya dan menggambarkan keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan kalimat yang diterjemahkan mengandung transposisi dan modulasi. Data dari penelitian ini adalah kalimat bahasa Inggris dalam Culture Theory yang diterjemahkan ke dalam buku berjudul Teori Budaya menggunakan transposisi dan modulasi. Para penilai memberikan penilaian pada keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Data awal diambil dari buku Culture Theory dan buku terjemahannya Teori Budaya dengan menggunakan observasi dan teknik note taking. Data kedua dikumpulkan dari kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik transposisi dan modulasi memiliki keunggulan serta kelemahan. Dalam hal keakuratan, transposisi lebih akurat daripada modulasi tetapi modulasi memiliki keterbacaan dan keberterimaan lebih tinggi dari transposisi. Dari 100 data transposisi yang diteliti, ada 86 % dikategorikan akurat, 73 % berterima, dan 91 % terbaca. Di sisi
lain, dari 80 data modulasi dianalisis, ada 83,75 % dikategorikan akurat, 73,75 % berterima, dan 93,75 % terbaca. Dari analisis ini, penerjemah perlu memiliki kompetensi yang baik dalam menerjemahkan dan buku yang diterjemahkan adalah berkualitas baik. Penerjemah harus mampu mengatur dirinya bebas dari pengaruh struktur kalimat BSu dan untuk mengekspresikan pesan dalam bahasa idomatik Indonesia .
Penelitian Prasetyo hampir sama dengan penelitian ini karena keduanya menganalisis teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir, namun Prasetyo hanya memfokuskan pada 2 teknik penerjemahan, yaitu transposisi dan modulasi dan mengkaitkannya dengan tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan sedangkan penelitian ini mengkaitkan keseluruhan teknik penerjemahan dengan ekuivalensi penerjemahan khususnya tingkat keakuratan.
6. Sari, dkk dalam jurnal mereka yang berjudul Translation Techniques and Translation Accuracy of English Translated Text of Tourism Brochure in Tanah Datar Regency bertujuan untuk menemukan jenis-jenis teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris dalam brosur pariwisata yang terdapat di kabupaten Tanah Datar. Penelitian ini berdasarkan konseptual teori tentang teknik penerjemahan dari Molina dan Albir. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menemukan tingkat keakuratan hasil terjemahan tersebut. Data penelitian ini berupa teks terjemahan bahasa Inggris yang terdapat dalam brosur pariwisata di Kabupaten Tanah Datar, yang didapat dari Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa teknik penerjemahan harfiah (literal translation) merupakan teknik yang paling banyak digunakan oleh penerjemah. Sedangkan dari tingkat keakuratannya, 60% data masuk kedalam kategori kurang akurat. Dari penemuan juga disimpulkan bahwa penerjemah cenderung mempertahankan ciri BSu didalam BSa.
Penelitian Sari, dkk hampir sama dengan penelitian ini karena keduanya menganalisis teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir dan mengkaitkannya dengan tingkat keakuratan namun sumber data penelitian berbeda dimana Sari, dkk mengambil data dari brosur pariwisata di Kabupaten Tanah Datar, yang didapat dari Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Datar sedangkan sumber data penelitian ini diambil dari Buku Pelajaran Biologi 2B Bilingual SMA Kelas XI.
7. Anari dan Bouali (2009) dalam jurnal mereka yang berjudul Naturalness and
Accuracy in English Translation of Hāfiz bertujuan untuk menguji tingkat kewajaran dan keakuratan dalam terjemahan bahasa Inggris Hafiz oleh penutur asli bahasa Inggris dan Persia. Mereka berusaha untuk menemukan jawaban atas dua pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Apakah ada perbedaan antara terjemahan bahasa Inggris Hafiz oleh penutur asli dari Persia dan pembicara asli bahasa Inggris dalam hal kewajaran dan akurasi? 2) Apakah mungkin untuk mencapai kewajaran dan keakuratan dalam terjemahan puisi? Untuk menemukan jawaban atas dua pertanyaan tersebut, beberapa sampel dari Hafiz ghazal dipilih dan dikontraskan dengan dua terjemahan berbeda. Terjemahan pertama dilakukan oleh Pazargadi, penerjemah Persia, dan yang kedua oleh Clarke, seorang penerjemah bahasa Inggris. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan contrastive dan oleh karena itu metodologi deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Setelah melakukan survei terhadap kedua terjemahan tersebut, para peneliti berkesimpulan bahwa terjemahan Hafiz ghazal oleh penerjemah Iran lebih akurat, sedangkan terjemahan dari penerjemah bahasa Inggris lebih alami/wajar.
Penelitian Anari dan Bounali hampir sama dengan penelitian ini karena keduanya menganalisis tingkat keakuratan, bedanya penelitian ini mengkaitkan tingkat keakuratan dengan teknik penerjemahan yang diusulkan oleh Molina dan Albir.