TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT
KETERBACAAN TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL
KUMPULAN CERITA KASIH IBU I LOVE YOU MOM…..
TESIS
Oleh
NURHAYUNA
097009018 / LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT
KETERBACAAN TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL
KUMPULAN CERITA KASIH IBU I LOVE YOU MOM…..
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Megister Sains pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
NURHAYUNA
097009018 / LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT
KETERBACAAN TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL KUMPULAN CERITA KASIH IBU I LOVE YOU
MOM….. Nama Mahasiswa : Nurhayuna NIM : 097009018 Program Studi : Linguistik
Konsentrasi : Kajian Terjemahan
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.) (Prof.Dr Erman Munir, M.Sc)
Telah diuji pada Tanggal : 31 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D Anggota : 1. Dr. Roswita Silalahi, M. Hum
PERNYATAAN
Judul Tesis
“TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT KETERBACAAN
TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL KUMPULAN CERITA
KASIH IBU
I LOVE YOU MOM
…..”
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Megister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun pengutipan - pengutipan yang saya lakukan pada bagian – bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah saya cantumkan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau bagian tesis ini
bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian – bagian tertentu,
saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan
sanksi – sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, 25 Oktober 2013 Penulis
TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT KETERBACAAN
TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL KUMPULAN CERITA
KASIH IBU
I LOVE YOU MOM
…..
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, pergeseran dan keterbacaan pada terjemahan buku bilingual cerita anak. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengindetifikasi teknik- teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah,2) mengidentifikasi pergeseran yang terjadi pada terjemahan cerita anak, 3) mengukur tingkat keterbacaan terjemahan, yang tujuannya untuk membuktikan bahwa peranan terjemahan teks cerita anak terhadap media belajar bahasa asing dapat dilihat dari keberhasilan suatu proses penerjemahan yang berdasarkan tujuan terjemahan sehingga hasilnya merefleksikan kebutuhan orang yang memerlukannya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif atas data terpancang merujuk pada teori analisis data kualitatif Miles and Huberman melalui tahap pengumpulan data, penyajian data, reduksi dan verifikasi atau kesimpulan. Sumber data penelitian ini adalah buku bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom dan untuk menilai tingkat keterbacaan terjemahan buku bilingual cerita anak, penulis meminta 21 siswa yang duduk di kelas VIII sekolah menengah pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan (8) teknik penerjemahan yang digunakan berdasarkan teori Molina dan Albir, diantaranya adalah 1)Transposisi sebanyak 102 data (26,4%), 2) Modulasi sebanyak 94 data (24,4%), 3) Kompensasi sebanyak 68 data (17,6%),4) Literal sebanyak 54 data (12%), 5) Penghilangan sebanyak 29 data (7,5%),6). Penambahan sebanyak 28 data (7,25%),7) Borrowing sebanyak 10 data (2,6%) diklasifikasikan pada Peminjaman murni 3 data (0,77 %) peminjaman alamiah sebanyak 7 data (1,8). 8) Kesepadanan Lazim 1 data (0,25). Sementara Pergeseran bentuk yang terjadi dalam proses penerjemahan teks cerita anak adalah Pergeseran struktur sebanyak 88 data ( 86,3%), 2) Pergeseran Unit sebanyak 11 data (10,8%) dan Pergeseran kelas sebanyak 3 data (2,9%). Dalam proses analisis teknik dan pergeseran pada penelitian ini, diperoleh tingkat keterbacaan tinggi sebanyak 369 data (95,5%) dan tingkat keterbacaan rendah sebanyak 17 data (4,4%).
Kata Kunci : Teknik, Pergeseran (Shifts), Keterbacaan.
TECHNIQUES, AND SHIFTS READABILITY LEVEL TRANSLATION BOOK COLLECTION BILINGUAL STORY YOU MOM I LOVE YOU MOM ...
ABSTRACT
This study is about the kinds of translation techniques, shifts and readability in translating bilingual children’s story book. The purposes of this study is,1) to identify the kinds of translation techniques used by translators ,2) to identify of shifts that occur in children's literature,3)to measure the readability level of translation, which aims to prove that the role of children's literature text translation of foreign language learning can be seen from the success of the translation process is based on a translation purposes so that the results reflect needs of people who need it. The research method employed in this study as descriptive qualitative method referring to the theory of data analysis developed by Miles and Huberman through the stages of data collection, data presentation, reduction, and verification or conclusion.The data resource of this study is a bilingual children’s story book entitled I Love You Mom containing a collection of the stories about mother’s love. The writer of this thesis asked 21 students of the grade VIII of junior high school to evaluate the level of readability in translation of this bilingual children’s story book.The results of this study showed that there were 8 (eight) translation techniques used by theory of Molina and Albir, such as the techniques 1)transposition (102 data or 26,4%), 2)Modulation (94 data or 24,4%), 3) Compensation (68 data or 17,6%),4) Literal (54 data or 14%), 5)Deleting/Omission (29 data or 7,25%),6) Adding (28 data or 7,25%), 7)Borrowing (10 data or 2,6 %) inclassified in pure 3 data (0,77%) natural borrowing as much as 7 data (0,81), 8) Established Equivalence (1 data or 0,25%). In terms of shifts occured in translating this bilingual children’s story book, we found structure shifts (88 data or 86,3%), unit shifts (11 data or 10,2%), and class shifts (3 data or 2,9%). In the process of technique analysis and shifts in this study, it was found out the rates in high level of readability there are (369 data or 95,5% and lowest level of readabilty (17 data or 4,4%) .
Keywords: Technique, Shifts, Readability
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkankan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul : Teknik, Pergeseran dan Tingkat Keterbacaan Terjemahan Buku Bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom...
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Megister Linguistik Pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).
Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini, yaitu:
1. Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM & H, MSc (CTM), Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof.Dr.Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Prof.T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D., dam Dr.Nurlela,M.Hum.,selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Dr.Roswita Silalahi,M.Hum dan Dr.Muhizar Muchtar,M.S.,selaku Dosen Pembimbing I dan II yang dengan setulus hati telah membrikan bimbingan dan pengarahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
5. Dr. Syahron Lubis, M.A, dan Dr. Eddy Setia,M.Ed.TESP selaku penguji yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Lingustik Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
7. Bapak Kepala Sekolah dan Staff Pengajar serta siswa – siswi kelas VIII SMP Negeri 10 Medan, yang telah berkenan dengan sepenuh hati untuk memberikan waktu dan kesempatan untuk penyelesaian penelitian tesis ini 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini, yang tidak
dapat penulis cantumkan satu persatu. yang memberikan dukungan dalam penelitian tesis ini.
Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ayahanda Badruddin Saleh dan Ibunda Maryani Afra , suami tercinta H. Ambali Azwar Siregar, S.KP, M.Biomedik, kakak ipar Peristiwati, S.Pd dan seluruh keluarga tercinta yang senantiasa memberikan motivasi baik secara moril dan materil kepada penulis untuk
menyelesaikan tesis ini. Semoga Allah SWT tetap memberikan kesehatan dan kelapangan waktu serta rezeki.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini belum dapat dikatakan sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Medan, Oktober 2013 Penulis
Nurhayuna
RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama Lengkap : Nurhayuna Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tgl. Lahir : Tualang Cut, 01 Agustus 1984 Alamat : Jl. Merak Gg. Saudara No.11 A
Sei Sikambing B, Medan Sunggal 20122. No. HP : 081370833350
Agama : Islam
II. Riwayat Pendidikan
SD : SD Yayasan Pesantren Modren Adnan (1996) SMP : Pesantren Darul Arafah (1999)
SMU : Pesantren Darul Arafah (2002)
S – I : Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN- SU),2007 ,Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris S – 2 : S2 Program Studi Linguistik.
Kosentrasi Penerjemahan Sekolah Pascasarjana USU.
III. Riwayat Pekerjaan
1. Staff pengajar pada tingkat SMP – SMA Yayasan Peguruan Mayjen Sutoyo Medan, 2008-2009
2. Dosen pada Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan dan Akademi Farmasi Yayasan Indah Medan, 2009 - sekarang.
3. Dosen pada Universitas Prima Indonesia, 2012 - sekarang.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR DIAGRAM ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Batasan dan Perumusan Masalah... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ... 5
1.5 Klarifikasi Makna Istilah ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
2.1 Hakikat Terjemahan dan Jenis Terjemahan ... 8
2.1.1 Hakikat Terjemahan... 8
2.1.2 Jenis Terjemahan ... 11
2.2 Pengertian dan Aturan Bagi Penerjemah ... 13
2.3 Proses Penerjemahan ... 15
2.4 Pengertian Kata, Frasa, Klausa, dan Kalimat ... 19
2.4.1 Kata ... 19
2.4.2 Frasa ... 20
2.4.3 Klausa ... 22
2.4.4 Kalimat ... 23
2.5 Teknik Penerjemahan ... 26
2.6 Pergeseran dalam Penerjemahan... 35
2.7 Masalah Keterbacaan Pada Terjemahan Teks ... 39
2.7.1 Faktor-faktor yang menentukan tingkat keterbacaan Terjemahan Teks Cerita Anak ... 39
2.8 Penelitian yang Relevan ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 47
3.1 Metode Penelitian... 47
3.2 Data Dan Sumber Data ... 49
3.2.1 Data... 49
3.2.2 Sumber Data ... 49
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 50
3.4 Analisis Data ... 52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 56
4.1 Analisis Teknik Penerjemahan yang digunakan Penerjemah ... 56
4.1.1 Teknik Transposisi ... 58
4.1.2 Teknik Modulasi ... 59
4.1.3 Teknik Kompensasi ... 61
4.1.4 Teknik Literal ... 63
4.1.5 Teknik Penghilangan ... 65
4.1.6 Teknik Penambahan (Addition) ... 66
4.1.7 Teknik Borrowing... 68
4.1.8 Teknik Kesepadanan Lazim ... 70
4.2 Pergeseran (Shifts) ... 71
4.2.1 Pergeseran Struktur (Structure (Shifts) ... 71
4.2.2 Pergeseran Unit (UnitShifts) ... 73
4.2.3 Pergeseran Kelas (ClassShifts) ... 74
4.3 Tingkat Keterbacaan Terjemahan ... 76
4.3.1 Tingkat Keterbacaan Tinggi ... 76
4.3.2 Tingkat Keterbacaan Terendah... 78
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 85
5.1 Simpulan ... 91
5.2 Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No 1.
2.
3.
Judul
Instrumen Pengukur Tingkat Keterbacaan Terjemahan………... (Silalahi dalam Modifikasi, 2012:75)
Jumlah Hasil data dari Teknik Penerjemahan dan Persentasenya
Jumlah Hasil Data Pergeseran (Shifts) dan Persentasenya……...
Halaman 52
74
75
DAFTAR GAMBAR
NO Judul Halaman
1. Proses Penerjemahan oleh Nida dan Taber (1969:33) ………… 16
2. Proses Penerjemahan menurut Larson (1984:2)……….. 18
3. Model Proses Analisis Interaktif (Miles dan Huberman (1992:23) ……….
53
DAFTAR DIAGRAM
NO Judul Halaman
1. Tingkat Keterbacaan Terjemahan ... 83
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kumpulan Cerita Kasih Ibu “I Love You Mom”………….. 90
2. Sepuluh Judul Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom……… 91 3. Hasil Identifikasi Data Teknik Penerjemahan ………... 92
4. Hasil Identifikasi Data Pergeseran (Shifts)………. 127
5. Kuesioner ……….. 130
6. Keterangan Tentang Diri Peserta Didik ………. 151
7. Dokumentasi Penelitian ………. 172
8. Data Pribadi Narasumber ………... 173
9. Hasil Wawancara……… 174
10. Surat Keterangan Izin Penelitian……… 175
DAFTAR SINGKATAN
Tsu : Teks Sumber
Tsa : Teks Sasaran
BSu : Bahasa Sumber
BSa : Bahasa Sasaran
SS : Stucture Shifts (Pergeseran Struktur)
CS : Class Shifts (Pergeseran Kelas Kata)
US : Unit Shifts ( Pergeseran Unit)
DM : Diterangkan Menerangkan
MD : Menerangkan Diterangkan
SMP : Sekolah Menengah Pertama
Hal : Halaman
Dt : Data
TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT KETERBACAAN
TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL KUMPULAN CERITA
KASIH IBU
I LOVE YOU MOM
…..
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, pergeseran dan keterbacaan pada terjemahan buku bilingual cerita anak. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengindetifikasi teknik- teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah,2) mengidentifikasi pergeseran yang terjadi pada terjemahan cerita anak, 3) mengukur tingkat keterbacaan terjemahan, yang tujuannya untuk membuktikan bahwa peranan terjemahan teks cerita anak terhadap media belajar bahasa asing dapat dilihat dari keberhasilan suatu proses penerjemahan yang berdasarkan tujuan terjemahan sehingga hasilnya merefleksikan kebutuhan orang yang memerlukannya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif atas data terpancang merujuk pada teori analisis data kualitatif Miles and Huberman melalui tahap pengumpulan data, penyajian data, reduksi dan verifikasi atau kesimpulan. Sumber data penelitian ini adalah buku bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom dan untuk menilai tingkat keterbacaan terjemahan buku bilingual cerita anak, penulis meminta 21 siswa yang duduk di kelas VIII sekolah menengah pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan (8) teknik penerjemahan yang digunakan berdasarkan teori Molina dan Albir, diantaranya adalah 1)Transposisi sebanyak 102 data (26,4%), 2) Modulasi sebanyak 94 data (24,4%), 3) Kompensasi sebanyak 68 data (17,6%),4) Literal sebanyak 54 data (12%), 5) Penghilangan sebanyak 29 data (7,5%),6). Penambahan sebanyak 28 data (7,25%),7) Borrowing sebanyak 10 data (2,6%) diklasifikasikan pada Peminjaman murni 3 data (0,77 %) peminjaman alamiah sebanyak 7 data (1,8). 8) Kesepadanan Lazim 1 data (0,25). Sementara Pergeseran bentuk yang terjadi dalam proses penerjemahan teks cerita anak adalah Pergeseran struktur sebanyak 88 data ( 86,3%), 2) Pergeseran Unit sebanyak 11 data (10,8%) dan Pergeseran kelas sebanyak 3 data (2,9%). Dalam proses analisis teknik dan pergeseran pada penelitian ini, diperoleh tingkat keterbacaan tinggi sebanyak 369 data (95,5%) dan tingkat keterbacaan rendah sebanyak 17 data (4,4%).
Kata Kunci : Teknik, Pergeseran (Shifts), Keterbacaan.
TECHNIQUES, AND SHIFTS READABILITY LEVEL TRANSLATION BOOK COLLECTION BILINGUAL STORY YOU MOM I LOVE YOU MOM ...
ABSTRACT
This study is about the kinds of translation techniques, shifts and readability in translating bilingual children’s story book. The purposes of this study is,1) to identify the kinds of translation techniques used by translators ,2) to identify of shifts that occur in children's literature,3)to measure the readability level of translation, which aims to prove that the role of children's literature text translation of foreign language learning can be seen from the success of the translation process is based on a translation purposes so that the results reflect needs of people who need it. The research method employed in this study as descriptive qualitative method referring to the theory of data analysis developed by Miles and Huberman through the stages of data collection, data presentation, reduction, and verification or conclusion.The data resource of this study is a bilingual children’s story book entitled I Love You Mom containing a collection of the stories about mother’s love. The writer of this thesis asked 21 students of the grade VIII of junior high school to evaluate the level of readability in translation of this bilingual children’s story book.The results of this study showed that there were 8 (eight) translation techniques used by theory of Molina and Albir, such as the techniques 1)transposition (102 data or 26,4%), 2)Modulation (94 data or 24,4%), 3) Compensation (68 data or 17,6%),4) Literal (54 data or 14%), 5)Deleting/Omission (29 data or 7,25%),6) Adding (28 data or 7,25%), 7)Borrowing (10 data or 2,6 %) inclassified in pure 3 data (0,77%) natural borrowing as much as 7 data (0,81), 8) Established Equivalence (1 data or 0,25%). In terms of shifts occured in translating this bilingual children’s story book, we found structure shifts (88 data or 86,3%), unit shifts (11 data or 10,2%), and class shifts (3 data or 2,9%). In the process of technique analysis and shifts in this study, it was found out the rates in high level of readability there are (369 data or 95,5% and lowest level of readabilty (17 data or 4,4%) .
Keywords: Technique, Shifts, Readability
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kuantitas terjemahan buku - buku bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia
terus meningkat karena membuka jalur informasi yang begitu lebar, tidak hanya
sebagai media cetak untuk sarana belajar bahasa melainkan memiliki dampak positif
pada pertukaran informasi, pengetahuan dan kebudayaan antarnegara. Karya-karya
sastra baik karya klasik, karya populer atau karya sastra anak, menjadi bahan
penerjemahan yang populer saat ini, hal tersebut dapat dilihat dari maraknya karya
sastra terjemahan yang ditawarkan diberbagai toko buku salah satunya adalah buku
bilingual cerita anak.
Berkembangnya penerbitan buku bilingual cerita anak diimbangi dengan
dukungan para penulis buku-buku panduan atau kiat - kiat dalam belajar bahasa
Inggris yang efektif, diantaranya adalah Oliva (2008:144) mengatakan “Dalam
belajar bahasa asing, anak dapat belajar dengan cara membaca cerita yang berbahasa
asing berikut terjemahannya, kemudian mereka dapat mencoba untuk menceritakan
kembali dengan memperoleh informasi dan perbendaraan kosakata yang telah
dicetak dalam ingatannya; selanjutnya, Medikawati (2012:38) menambahkan,“Buku -
buku cerita bergambar dan buku cerita asing yang dilengkapi dengan terjemahannya,
bagi anak remaja dapat menarik minat mereka pada komunitas membaca yang lebih
luas, meliputi masa depan,dunia virtual, humor dan fantasi serta dapat membentuk
karakter yang lebih positif ; demikian pula, Hanaco (2012:16) mengungkapkan
“Dengan membaca buku cerita dapat mempengaruhi perkembangan kosa kata, daya
pikir, daya kreasi dan mental akhlak anak sehingga dapat membentuk karakter anak
yang positif ”. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa bahan bacaan bagi
anak harus benar - benar tepat sasaran pada rentang usia anak yang tujuannya agar
anak mampu memahami maksud dari apa yang mereka baca.
Peruntukkan bahan bacaan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkatan usia
pembacanya. Tingkatan tersebut juga termasuk dalam jenjang pendidikan yang
dialami oleh pembaca seperti usia SD dimulai dari 6 sampai 11 tahun, usia SMP 11
sampai dengan 14 tahun, dan usia SMA adalah 14 sampai dengan 17 tahun sesuai
dengan defenisi yang diperoleh dari Asosiasi Perpustakaan Amerika (1983:41-42)
“Cerita anak adalah bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan membaca
dan minat anak-anak dari kelompok umur tertentu atau tingkatan pendidikan, buku
secara khusus ditulis dan diberi ilustrasi untuk anak dengan kriteria usia dan
pendidikan tertentu”.
Pada umumnya buku bilingual cerita anak memiliki daya tarik tersendiri,
baik dalam unsur intrisiknya dan pesan moral yang disampaikan dalam teks
ceritanya. Namun, bagaimanakah jika pengguna buku bacaan bilingual cerita anak
mempunyai masalah dalam hal keterbacaan terhadap produk terjemahan, seperti
kalimat my mother liked to go to flea market ! menjadi Ibuku suka sekali pergi ke
menunjukkan pasar yang menjual barang bekas, selanjutnya kata cast menjadi
‘digips’, bagi penerjemah kata tersebut merupakan padanan yang wajar dan tepat
karena sesuai dengan media penerjemahan (kamus), tetapi pembaca masih
kurang memahami terjemahan kata tersebut.
Munculnya masalah yang dialami pembaca mendorong penulis untuk
mengetahui lebih mendalam mengenai keterbacaan hasil terjemahan buku bilingual
cerita anak Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom ; Dengan kata lain,
keberhasilan suatu terjemahan dapat dilihat dari proses penerjemahan yang
bergantung pada tujuan terjemahan itu dilakukan, yang hasilnya mereflesikan
kebutuhan orang yang memerlukan. Pym (1992:175) menambahkan, “Kompetensi
penerjemahan seperti itu mengakui bahwa model teoritis implisit dalam praktik
penerjemahan, sepanjang penurunan target teks alternatif bergantung pada
serangkaian hipotesis yang secara intuitif diaplikasikan.”Teori sangat berkaitan
dengan praktek ,Tidak akan ada praktek tanpa teori”.
Dari beberapa permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti berminat
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknik – teknik yang digunakan
penerjemah dalam melakukan penerjemahannya, selanjutnya pergeseran (shifts)
yang terjadi dari proses penerjemahan dan mengenai tingkat keterbacaan hasil
1.2 Batasan Dan Perumusan Masalah.
Penelitian ini dibatasi pada pergeseran bentuk dari terjemahan buku
bilingual cerita anak yang berjudul Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom..
Berdasarkan batasan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1.2.1 Teknik – teknik penerjemahan apa yang digunakan oleh penerjemah dalam
terjemahan buku bilingual Kumpulan Cerita Kasih ibu I Love You
Mom...?
1.2.2 Pergeseran bentuk apa yang terjadi dalam terjemahan buku bilingual
Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom... ?
1.2.3 Bagaimanakah tingkat keterbacaan terjemahan buku bilingual Kumpulan
Cerita Kasih Ibu I Love You Mom..?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengidentifikasi teknik – teknik penerjemahan apa yang digunakan
dalam terjemahan buku bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You
Mom....
1.3.2 Untuk merumuskan pergeseran bentuk yang terjadi dalam terjemahan buku
bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom...
1.3.5 Untuk mengukur tingkat keterbacaan terjemahan buku bilingual Kumpulan
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai analisis penerjemahan ini memiliki manfaat teoritis
akademis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis akademis, penelitian ini dapat menambah atau memperkaya
pengetahuan khususnya dalam bidang penerjemahan teks berbahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia. Manfaat teoritis akademis lainnya adalah penerjemah dapat
mengaplikasikan berbagai aspek yang terkandung dalam proses penerjemahan. Di
samping itu, bagi pemerhati dan peminat bidang penerjemahan, diharapkan
memperoleh manfaat teoritis akademis lainnya yaitu hasil penelitian ini dapat
dijadikan rujukan atau model penelitian sejenis.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti
sendiri, pembaca, dan para penerjemah dengan memberi kontribusi berupa
pengetahuan umum tentang penerjemahan dan metode analisis produk terjemahan
yang didasari oleh teori terjemahan yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan
analisis tersebut.
1.5 Klarifikasi Makna Istilah
Di dalam tesis ini digunakan beberapa istilah studi penerjemahan yang perlu
diklarifikasikan untuk menghindari kesalahpahaman, dikatakan demikian karena
yang berbeda walaupun mengacu pada konsep yang sama. Bahkan ada pula istilah
dibidang penerjemahan yang digunakan secara tidak konsisten. Di samping istilah
dibidang penerjemahan, digunakan istilah yang terkait dengan penelitian
penerjemahan. Beberapa istilah yang dimaksudkan tersebut adalah sebagai berikut:
• Penerjemahan adalah suatu kiat yang merupakan usaha untuk mengganti suatu pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan
yang sama dengan bahasa lain.(Newmark, 1981:7)
• Bahasa Sumber/Bahasa Pemberi adalah bahasa yang teksnya dalam proses terjemahan merupakan teks invarian, teks orisinal, teks asli (Moentaha,
2006:246)
• Bahasa Sasaran adalah bahasa yang teksnya merupakan teks terjemahan (Moentaha, 2006:247)
• Teknik Penerjemahan merupakan cara untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat
diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina & Albir, 2002:509)
• Prosedur Penerjemahan adalah tindakan atau cara kerja yang dilakukan guna mengatasi masalah perbedaan - perbedaan antara bahasa sumber dan bahasa
sasaran baik pada segi kaidah tata bahasa maupun segi makna bahasa yang
terjadi pada proses penerjemahan. (Machali, 2006 :6)
•
Keterbacaan adalah kemampuan untuk dibaca dari seluruh unsur yang adaterhadap keberhasilan pembaca dalam memahami materi yang dibacanya pada
kecepatan membaca yang optimal (Dale & Chall dalam Gilliland, 1972 :9).
•
S
tilistik adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa dalam kesusastraan.(Burhani MS dan Lawrents, 2000:631)
• Intrisik adalah unsur sastra yang mendukung dari dalam karya itu sendiri (tema alur/plot, penokohan, latar/setting, adap cara bercerita/point of view).
(Burhani MS dan Lawrents, 2000:226)
• Sastra anak adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang
ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja
isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja
dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008: 2)
• Kosakata adalah kata - kata yang segera kita ketahui artinya mendengar kembali tulisan, perbedaharaan kata atau kosakata adalah keseluruhan yang dimiliki oleh
suatu bahasa.(Keraf, 1991:68)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Terjemahan dan Jenis Terjemahan 2.1.1 Hakikat Terjemahan
Dalam literatur linguistik, teori terjemahan sering juga disebut ilmu terjemahan (science of translation). Namun, kata “ilmu” di sini berarti teori,
metode, teknik dan bukannya ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, mengingat
linguistik terjemahan adalah bagian dari ilmu linguistik atau lebih tepatnya cabang
dari linguistik aplikasi / lingustik terapan.
Menurut Moentaha (2006:9) ada dua pengertian yang menyangkut kata
“terjemahan” yakni proses dan hasil / analisis sintesis. Pertama, terjemahan sebagai
proses kegiatan manusia di bidang bahasa (analisis) yang hasilnya merupakan teks
terjemahan (sintesis). Kedua, terjemahan hanya sebagai hasil saja dari proses
kegiatan manusia itu. Hasil itu kita sebut teks terjemahan, misalnya jika kita
mengatakan :”Belum lama ini terbit terjemahan Soneta Shakespeare. Ini adalah karya
terjemahan yang paling baik yang pernah saya baca” .
Selanjutnya G.Jager (11:194) mengungkapkan proses terjemahan adalah
transformasi teks dari satu bahasa ke teks bahasa lain tanpa mengubah isi teks asli.
Jadi, terjemahan adalah jenis transformasi antar bahasa yang berbeda dengan jenis
transfortasi intrabahasa, yakni transformasi yang terjadi di dalam bahasa itu sendiri,
jenis yang terakhir ini disebut juga transfortasi terjemahan merupakan hubungan riil
yang ada antar teks dalam berbagai bahasa, sedangkan transformasi gramatikal adalah
transformasi struktur gramatikal ujaran tanpa mengganti komponen - komponen
leksikalnya.
Dalam proses transformasi terjemahan, kita selalu berhadapan dengan dua
teks – teks bahasa asli dan teks bahasa terjemahan. Timbul pertanyaan, kalimat
bahasa Indonesia : apa dasarnya, kita bisa mengatakan, bahwa kalimat bahasa
Inggris: My uncle live in Jakarta adalah terjemahan kalimat bahasa Indonesia :
Pamanku tinggal di Jakarta, sedangkan kalimat bahasa Indonesia :” Saya belajar di
sebuah Institut” tidak merupakan terjemahan kalimat bahasa Inggris tersebut di atas.
Tampaknya, tidak semua penggantian teks dalam satu bahasa dengan teks
dalam bahasa lain merupakan terjemahan. Untuk dapat disebut terjemahan, teks
dalam bahasa A harus mengandung sesuatu yang sama dengan teks dalam bahasa B.
dengan kata lain, dalam memindahkan informasi dari sistem bahasa yang satu ke
sistem bahasa yang lain harus dipertahankan isi informasi teks asli. Proses
penerjemahan bisa berlangsung berkat adanya satuan - satuan bahasa : morfem
(satuan bahasa terkecil), kata, rangkaian kata – kata (tunggal dan majemuk) dan teks /
wacana (satuan bahasa terbesar).
Setiap satuan bahasa dalam setiap bahasa mengandung dua sisi / tingkat
(level) : tingkat pengungkapan (level of expression) dan tingkat isi (level of content).
Berbagai bahasa mempunyai satuan-satuan yang berlainan tingkat pengungkapannya,
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: Ini (adalah) meja, yang berbeda tingkat
pengungkapannya (bentuknya), tapi sama pada tingkat isinya (maknanya).
Dalam proses terjemahan selalu ada dua teks yang pertama disusun
berdasarkan pada tingkat isi kedua, sedangkan yang kedua disusun berdasarkan pada
tingkat isi yang pertama. Teks yang pertama disebut teks asli, sedangkan teks kedua
disebut teks terjemahan. Bahasa, yang teksnya merupakan teks asli, disebut bahasa
sumber (source languange) atau bahasa pemberi, sedangkan bahasa, yang teksnya
merupakan teks terjemahan disebut bahasa sasaran atau bahasa target.
Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa terjemahan adalah proses
pergantian dengan teks dalam bahasa sasaran tanpa mengubah tingkat isi teks bahasa
dalam bahasa sasaran. Namun, dari awal perlu ditekankan di sini, bahwa pengertian
“tingkat isi” harus dipahami secara maksimal, yakni tidak hanya yang menyangkut
arti dasar (material meaning), ide atau konsepsi yang terkandung dalam teks bahasa
sasaran yaitu berupa norma – norma bahasa, seperti makna leksikal, makna
gramatikal, nuansa stilistik / nuansa ekspresif. lebih jelasnya bahwa kepatuhan pada
norma - norma bahasa tesebut dalam penerjemahan merupakan kewajiban yang tidak
boleh dilanggar oleh penerjemah, kendati dia bebas memilih sarana yang satu,
maupun yang lain dalam melakukan kegiatan terjemahan dengan prosedur tetap
mempertahankan semua informasi yang terkandung dalam teks bahasa sasaran.
Misalnya pengungkapan informasi dalam teks asli menggunakan sarana gramatikal,
tapi tetap disampaikan dalam teks terjemahan dengan bantuan sarana leksikal kalimat
sarana gramatikal - kala pluperfektum (past perfect tense) yang tidak ada dalam
sistem gramatikal bahasa Indonesia, sehingga penerjemahannya menggunakan sarana
leksikal : ‘Dia dulu pernah begitu cantik’. Penggantian sarana gramatikal dengan
sarana leksikal dalam penerjemahan mungkin tidak terjadi, jika teks menyampaikan
semua informasi yang ada dalam teks bahasa sasaran, termasuk sarana gramatikalnya.
2.1.2 Jenis Terjemahan
Roman Jacobson (1959 : 234) membedakan terjemahan menjadi tiga jenis
yaitu :
1) Terjemahan intrabahasa (Intralingual translation )
2) Terjemahan antar bahasa (Interlingual translation )
3) Terjemahan intersemiotik (Intersemiotic translation )
Berdasarkan jenis – jenis terjemahan tersebut, dapat dijelaskan seperti
dibawah ini:
1) Terjemahan intrabahasa (Intralingual translation atau rewording), adalah
pengubahan suatu teks lain berdasarkan interpretasi penerjemah, dan kedua teks
ditulis dalam bahasa yang sama.
Contohnya :
Pada saat seorang anak yang sedang belajar berbahasa. Anak tersebut belum
menguasai banyak kosakata, ketika dia mendengar atau menemukan kata yang
belum dimengerti, dia akan bertanya kepada orang lain. Misalnya dia akan
kemudian mereka menjelaskan kata yang tidak dimengerti dengan menggunakan
kata yang sederhana sesuai pola berpikir anaknya dapat mengerti. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan terhadap kata tersebut, atau
memberikan sinonimnya. Sebenarnya ayah atau ibu tersebut telah melakukan
penerjemahan untuk anaknya.
2) Terjemahan antar bahasa (Interlingual translation atau Translation proper)
yaitu terjemahan dalam arti sesungguhnya, seperti menerjemahkan bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran.
Contohnya :
Suatu teks dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dapat
diberikan contoh kata house atau home diterjemahkan menjadi ‘rumah’.
3) Terjemahan intersemiotik (Intersemiotic translation atau transmutation).
Jenis terjemahan yang ketiga yaitu penerjemahan dari bahasa tulisan ke dalam
media lain seperti gambar, musik dan lain – lain, terjemahan jenis ini mencakup
penafsiran sebuah teks ke dalam bentuk atau sisi tanda yang lain.
Contoh :
Seorang guru menulis kata dalam bahasa Inggris yaitu banana, bila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti ‘pisang’ . Namun, dalam hal
ini peserta didik menterjemahkannya bukan dalam bentuk bahasa sasaran
2.2 Pengertian dan Aturan bagi Penerjemah
Menurut Bell (1991:15) defenisi penerjemah adalah seorang agen bilingual
yang menangani antara seorang komunikasi monolingual dalam dua perbedaan
komunikasi bahasa. Penerjemah mengirimkan kode pesan pada satu bahasa dan
mereka memberikan kode kembali kepada yang lainnya baik dalam bentuk lisan atau
tulisan. Dalam penerjemahan teks tulisan hasil rekaan atau non fiksi yang
mengandung cerita seperti cerita - cerita yang diterbitkan untuk anak yang pada
umumnya mempunyai plot, pelaku dan mempunyai bahasa yang lugas, kadangkala
penerjemah memiliki masalah - masalah dalam menerjemahkan cerita anak
diantaranya adalah pertama, pengaruh budaya bahasa dalam teks asli. Pengaruh
budaya ini bisa muncul dalam gaya bahasa, latar dan tema. Kedua, tujuan moral yang
ingin disampaikan kepada pembaca. Dalam prakteknya, masalah ini berada pada
proses penerjemahan seperti nama baik, baik nama karakter atau nama tempat, yang
mungkin dikenal dalam bahasa sasaran, selain itu perlu diperhatikan pada ciri- ciri
konvensi kesusastraan pada saat karya itu ditulis, dengan demikian penerjemah tidak
salah memahami naskah aslinya.
Menurut Belloc yang dikutip oleh Basnett – McGuire (1980:116), ada enam
aturan umum bagi penerjemah dalam prosa fiksi (tulisan hasil rekaan yang
mengandung cerita):
1. Penerjemah tidak boleh menentukan langkahnya hanya untuk menerjemah kata
keseluruhan karya, baik karya aslinya ataupun karya terjemahannya. Ini berarti
penerjemah harus menganggap naskah aslinya sebagai satu kesatuan unit
integral, meskipun saat menerjemahkannya ia mengerjakan bagian perbagian.
2. Penerjemah hendaknya menerjemahkan idiom menjadi idiom pula. Di sini harus
diingat bahwa idiom dalam bahasa sumber mungkin sekali mempunyai padanan
idiom dalam BSa, meskipun kata – kata yang dipergunakan tidak sama persis,
contoh ekspresi ‘It doesn’t pay”. Dalam menerjemahkan ekspresi itu, penerjemah
tidak bisa menerjemahkannya menjadi ‘itu tidak bisa membayar’, hal tersebut
akan menimbulkan bisa jadi tidak sesuai dengan teks yang ingin disampaikan
sehingga tidak ada korelasi pada teks tersebut. Oleh karena itu, alangkah baiknya
penerjemah perlu mencari padanan dari idiom bahasa sumber di dalam bahasa
sasaran.
3. Penerjemah harus menerjemahkan “maksud” menjadi “ maksud” juga, Kata
“maksud’ di sini berarti muatan emosi atau perasaan yang dikandung oleh
ekspresi tertentu. seperti ungkapan “Yuna, Please” ungkapan tersebut dapat
berupa memohon atau mempersilahkan. Oleh karena itu, penerjemah harus lebih
bijaksana untuk memilih terjemahan yang lebih tepat dengan konteks cerita
yang dimaksud .
4. Penerjemah harus waspada terhadap kata- kata atau struktur yang kelihatannya
sama dalam BSu dan BSa, tetapi sebenarnya sangat berbeda. Sebagai contoh
Saya tak akan panjang’ Setelah disimak kembali ternyata bukan itu padanannya
dalam bahasa Indonesia. Padanannya adalah ‘saya tak akan lama’.
5. Penerjemah hendaknya berani mengubah segala sesuatu yang perlu diubah dari
BSu ke dalam BSa dengan tegas. Seperti ungkapan kebangkitan kembali ‘ Jiwa
asing dalam tubuh pribumi’, tentu saja yang dimaksud adalah “ Tubuh Pribumi”
ini adalah bahasa Sasarannya (BSa)
6. Meskipun penerjemah harus mengubah segala yang perlu diubah, tetapi pada
langkah ke enam penerjemah tidak boleh membubuhi cerita aslinya dengan
menambah atau mengurangkan kosakata yang bisa membuat cerita dalam BSa itu
lebih buruk atau lebih indah sekalipun. Tugas penerjemah adalah menghidupkan
‘Jiwa Asing’ tadi, bukan memperindah bahkan memperburuk sehingga tidak
sesuai dengan pesan yang disampaikan penulis cerita aslinya atau teks
sumbernya.
Dengan demikian jelas sekali bahwa dalam penerjemahan prosa fiksi
(cerpen/novel/cerita anak), penerjemah mementingkan makna, bentuk , pesan,
kemudian gaya bahasa hal tersebut sama seperti apa yang disampaikan Larson
dalam penerjemahan berdasarkan makna (1984 : 2), Nida dan Taber dalam teori
dan praktek penerjemahan (1969:33), Molina dan Albir dalam teknik
penerjemahan (509 - 511) serta Catford dalam pergeseran yang terjadi pada
2.3 Proses Penerjemahan
Proses Penerjemahan yang dimaksud di sini adalah suatu model untuk
menerangkan proses pikir (internal) yang dilakukan manusia saat melakukan
penerjemahan. Nida dan Taber (1969:33) mengambarkan proses penerjemahannya,
sebagai berikut:
A (Source) B (Receptor)
(Analysis) (Restructuring)
X (Transfer) Y Gambar 1.1 : Proses Penerjemahan oleh Nida dan Taber (1982:33)
Dalam Proses ini terdapat tiga tahap yaitu tahap analisis (analysis), tahap
pengalihan (transfer) dan tahap penyusunan kembali (restructuring). Penerjemah
menganalisis teks BSu dalam hal (a) hubungan gramatikal kata - kata untuk
memahami makna atau isinya secara keseluruhan. Hasil tahap ini, yaitu makna BSu
yang telah dipahami, ditransfer ke dalam pikiran penerjemah dari BSu ke dalam
BSa.Setelah itu, dalam tahap restrukturisasi, makna tersebut ditulis kembali dalam
BSa sesuai dengan aturan dan kaidah yang ada dalam BSa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut:
1. Analisis. pada tahap pertama penerjemah memikirkan hal–hal berikut. She
adalah subjek kalimat asli. taught adalah kata kerjanya. She adalah orang ketiga
tunggal dan berjenis kelamin perempuan. kata kerja teach secara grammar
harus berubah menjadi taught, hal tersebut untuk menunjukkan bahwa
kejadiannya sudah berlangsung. Sedangkan them adalah objek yang penderita,
all about flower diterjemahkan menjadi ‘semua hal tentang bunga’, meskipun
penerjemah menambahkan kata ‘hal’. untuk memperjelaskan bahwa yang
diajarkan bukan hanya mengenai bunga melainnya segala sesuatu yang
berhubungan dengan bunga.
2. Transfer. Pada tahap kedua penerjemah mengalihkan materi – materi yang telah
dianalisis dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran diantaranya yaitu orang
ketiga tunggal adalah ia, dia, dan beliau dalam bahasa Indonesia. Jenis kelamin
perempuan tidak dapat diwakili dengan kata lain selain kata perempuan atau
wanita. taught terjemahan menjadi mengajari yang menjelaskan pekerjaan
tersebut telah selesai dikerjakan. Selanjutnya, all about flower yang
diterjemahkan menjadi semua hal tentang bunga, penerjemahan tersebut tidak
mengalami pergeseran, tetapi penerjemah menambahkan kata hal untuk
menjelaskan bahwa dia mengajari segala yang ada pada bunga tersebut,
meskipun pada penerjemahan. (harus diingat, semua yang dilakukan dalam tahap
3. Restrukturisasi. Pada tahap ketiga, mulailah penerjemah menyusun kembali
makna dengan menuliskan sesuatu terjemahan dari kalimat tersebut di atas,
contohnya :
‘Dia (perempuan) mengajari semua hal tentang bunga.’
4. Evaluasi dan Revisi. Dalam tahap ini penerjemah kembali mengamati hasil
kerjanya. Dia merasa bahwa kalimat itu kurang luwes dalam bahasa Indonesia,
maka kata ‘perempuan’ tidak diterjemahkan. Kata beliau dirasanya terlalu sopan,
maka penerjemah bisa merevisi kalimat itu menjadi ‘dia mengajari semua hal
tentang bunga’.
Selain Nida dan Taber, Larson (1984:3) juga mengajukan model proses
terjemahan. Hal tersebut terlihat pada gambar berikut :
SOURCE LANGUAGE RECEPTOR LANGUAGE
Gambar 1.2 : Proses penerjemahan menurut Larson (1984:2) Text to be translated
Discoverthe
meaning
Meaning
Re-express the meaning
Gambar tersebut menunjukkan proses yang sama dengan restrukturasi Nida
dan Taber, yang berbeda adalah tahap transfer. Larson tidak mengungkapkan secara
terpisah pada tahap ini, tatapi Larson menganggap bahwa dalam tahap transfer pada
proses penerjemahan yang dilakukan secara otomatis hadir jika penerjemah
mengungkapkan kembali makna yang dipahami di dalam BSa.
Dari bahasan tentang proses penerjemahan dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya proses penerjemahan terdiri dari dua tahap : (a) Analisis teks asli dan
pemahaman makna dan atau pesan teks asli dan (b) pengungkapan kembali makna
atau pesan yang berterima dalam bahasa sasaran, termasuk gaya bahasa yang
digunakan penerjemah dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.
2.4 Pengertian Kata, Frasa, Klausa dan Kalimat.
Dalam mencari kesepadanan pada penerjemahan salah satunya di antaranya
adalah menyangkut padanan formal bahasa, yaitu berupa padanan kata per kata
frase per frase, klausa per kluasa dan kalimat per kalimat, tetapi dalam
penerjemahan, bentuk struktur pada bahasa sumber dan bahasa sasaran tentunya
tidak selalu sama, oleh karena itu untuk lebih memahami perbedaan antara tataran
kata, frasa, klausa dan kalimat dapat dijelaskan sebagai berikut :
2.4.1 Kata
Kata adalah kumpulan dari beberapa huruf / letter yang membentuk
1) Kata penuh (fullword), yaitu kata yang secara leksikal memiliki makna,
mempunyai kemungkinan mengalami proses morfologi, merupakan kelas
terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Yang termasuk
kata penuh adalah nomina, verba, adjektiva, adverbia dan numeralia seperti :
nuggets (nugget) (Dt:231) , enjoy (Dt:272), home (rumah).(Dt:322),
2) Kata tugas (function word), yaitu kata yang secara leksikal tidak mempunyai
makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup dan tidak
dapat berdiri sendiri, yang termasuk kategori ini adalah preposisi dan
konjungsi.
Contoh : and (dan)(Dt:222), always (selalu)(Dt:027). 2.4.2 Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif.
Pendapat ini dikemukakan oleh Kridalaksana (2001:59). Contoh frasa dalam bahasa
Inggris misalnya playing soccer (bermain sepak bola), a red dress (baju merah), dan
beautiful girl (perempuan cantik).
Dalam bahasa Inggris, terdapat unsur-unsur pembentuk frasa yaitu:
1) Head, yaitu unsur pusat frasa
2) Premodification, yaitu keterangan yang terletak sebelum unsur pusat
3) Postmodification, yaitu keterangan yang terletak setelah unsur pusat
Frasa dalam bahasa Inggris dibagi menjadi beberapa jenis, sesuai dengan
1) Frasa nomina, digunakan sebagai nomina dan salah satu fungsinya dalam kalimat
adalah sebagai subjek.
Contohnya:
The pilot landed the plane (Pilot mendaratkan pesawat).
The flower seller lady sewed petals after of flowers
(Si wanita penjual bunga menjahit kelopak demi kelopak bunga) (Dt:178) 2) Frasa adjektiva, digunakan sebagai adjektiva yang menerangkan nomina.
Contoh:
Blue is my favorite color
(Biru adalah warna kesukaanku)
3) Frasa adverbia, digunakan sebagai kata keterangan. Contoh:
He drives the car very slowly.
Dia mengendarai mobil sangat lambat.
She planted the most beautiful flowers. Dia menanam bunga yang terindah (Dt:176)
4) Frasa verba, dalam kalimat berfungsi sebagai predikat. Frasa ini dapat
berbentuk kelompok kata ataupun satu kata.
Contoh:
He landed the plane, she smiled.
Dia mendaratkan pesawat, dia tersenyum
5) Frasa preposisi, dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan, ditandai dengan
hadirnya preposisi sebagai unsur pembentuk frasa.
Contoh:
He lives in the village. Dia tinggal di desa
One day, I was invited to stay at my friend’s house
Suatu hari,aku diajak menginap di rumah temanku (Dt:141)
2.4.3 Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang
sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat. Pengertian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kridalaksana
(2001:110).
Senada dengan Kridalaksana, Chaer (1994:231) menyebut klausa sebagai
satuan sintaksis yang berupa runtutan kata - kata berfungsi predikatif. Fungsi subjek
dan predikat merupakan fungsi yang harus ada dalam konstruksi klausa. Ia juga
mengemukakan bahwa klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena
di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klausa adalah
kumpulan kata - kata yang memiliki subjek dan predikat. Klausa dalam bahasa
Inggris dibagi menjadi dua,yaitu:
Contoh:
The boys run s v
(Anak laki-laki itu berlari) s v
The girl was sad s v
(Gadis itu merasa sedih) (Dt:064) s v
2) Subordinate clause, yaitu klausa yang hadir bersama mainklausa untuk
mengungkapkan ide tambahan. Klausa ini tidak bisa berdiri sendiri.
Contoh:
The man who stand in the corner is my friend in the campus
clause main clause
Laki-laki yang berdiri diujung sana adalah teman saya di kampus.
Klausa main klausa
The box mean a lot to her because she had owned it since she was a child (Dt:113) clausa main clause
Kotak itu amat berarti baginya karena dia sudah memiliki kotak dia sudah memiliki klausa main klausa
kotak itu sejak kecil.
Klausa bebas mempunyai struktur lengkap, sedangkan klausa terikat
sebaliknya. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek , predikat , objek,
2.4.4 Kalimat
Pengertian kalimat menurut Kridalaksana (2001:92), dalam Kamus Linguistik
adalah “Konstruksi gramatikal yang terdiri dari satu atau lebih klausa yang ditata
menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan”.
Selanjutnya, Chaer (1994:240),mengemukakan pendapatnya yaitu bahwa
“kalimat merupakan satuan sintaksis, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan
konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final”. dan untuk lebih
jelasnya Chear juga membagi jenis - jenis kalimat menjadi:
1) Kalimat inti dan kalimat non - inti
Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk klausa inti yang lengkap.
Sedangkan kalimat non - inti terbentuk karena adanya proses transformasi seperti
pemasifan, pertanyaan, dan lain - lain terhadap kalimat inti.
Contoh:
Kalimat inti Kalimat non-inti
I went to the movie yesterday I didn’t go to the movie yesterday. Saya pergi ke bioskop kemarin Saya tidak pergi ke bioskop kemarin
Did I go to the movie yesterday?
Apakah saya pergi ke bioskop kemarin
She is my brave bodyguard She doesn’t my brave bodyguard Dia adalah penjagaku yang berani Dia bukan penjagaku yang berani (Dt:030)
2) Kalimat tunggal dan Kalimat majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa, sedangkan
kalimat majemuk terdiri lebih dari satu klausa.
Contoh:
Kalimat tunggal Kalimat majemuk
The birds sing along the day He opened the door then closed the window Burung - burung berkicau sepanjang Dia membuka pintu kemudian membuka
hari. jendela.
I will see you soon My mother is perfect because she serves
Kita akan segera bertemu (Dt:16) perfectbecause she serves perfect dinner.
Ibuku sempurna karena dia menyajikan makan malam yang sempurna (Dt:241)
3) Kalimat mayor dan Kalimat minor
Jika klausa pada satu kalimat lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur
subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Jika tidak lengkap,
maka disebut kalimat minor.
Contoh:
Kalimat mayor Kalimat minor
My brother runs every morning Hallo! Abang saya berlari setiap pagi Hallo!
No Smoking!
Flo gave the old lady her lunch Dilarang Merokok! Flo memberikan makan siangnya
pada wanita tua.(Dt:171) Excuse me!
4) Kalimat verbal dan Kalimat non - verbal
Kalimat verbal dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya
berupa kata kerja atau frasa verba. Sedangkan kalimat non - verbal adalah kalimat
yang predikatnya bukan kata atau frasa verbal. Karena banyaknya tipe verba, maka
setiap bahasa mempunyai cara tersendiri untuk membentuk kalimat ini.
Dalam bahasa Inggris dikenal adanya kalimat transitif dan intransitif, yang
predikatnya berupa verba transitif atau intransitif.
Contoh:
Kalimat verbal Kalimat non - verbal
The baby cries (Intransitif) My sister is beautiful Bayi menangis Kakak saya cantik
I cut the grass (Transitif) She is a teacher
Saya potong rumput Dia adalah seorang guru
My mother and I giggled (Intransitif) She is a mathematician
Ibu dan aku terkikik (Dt:340) Dia adalah seorang matematika (Dt:010)
She loved the box (Transitif) She is also a scientist Dia mencintai kotak itu (Dt:137) Dia juga seorang ilmuan (Dt:012)
2.5 Teknik Penerjemahan
Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan
dari BSu ke BSa, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa dan kalimat. Menurut
Molina dan Albir (2002:509), teknik penerjemahan memiliki lima karakteristik:
1. Teknik penerjemahan mempengaruhi hasil terjemahan.
3. Teknik berada tataran mikro.
4. Teknik tidak saling berkaitan tetapi berdasarkan konteks tertentu.
5. Teknik bersifat fungsional.
Setiap pakar memiliki istilah tersendiri dalam menentukan suatu teknik
penerjemahan, sehingga cenderung tumpang tindih antara teknik dari seorang pakar
satu dengan yang lainnya. Teknik yang dimaksud sama namun memiliki istilah yang
berbeda. Dalam hal keberagaman tentunya hal ini bersifat positif, namun di sisi lain
terkait penelitian akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan istilah suatu teknik
tertentu. Molina dan Albir (2002) mengembangkan 20 teknik yang dapat digunakan
untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan
berlangsung yang diterapkan pada berbagai satuan lingual. Pada bagian berikut ini
dikemukakan teknik penerjemahan versi Molina – Albir (2002: 509 -511).
1. Adaptasi (Adaptation) adalah teknik ini dikenal dengan teknik adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan dengan mengganti unsur - unsur budaya yang ada BSu
dengan unsur budaya yang mirip dan ada pada BSa. Hal tersebut bisa dilakukan
karena unsur budaya dalam BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur
budaya pada BSa tersebut lebih akrab bagi pembaca sasaran. Teknik ini sama
dengan teknik padanan budaya.
Contoh :
Dalam bahasa Inggris, breakfast berkaitan dengan kata milk, orange juice, egg,
roll dan bread, sementara itu di dalam budaya Indonesia secara umum, kata
ungkapan breakfast menjadi ‘sarapan’ mengacu pada makan di pagi hari,
meskipun jenis makanan kedua budaya tersebut berbeda.
2. Amplifikasi (Amplification) adalah teknik penerjemahan yang mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam bahasa sumber.
Contoh :
Kata Imlek dapat diparafrasekan menjadi hari raya tahun baru Tiongkok. Kata
Imlek yang merupakan kata atau gabungan kata yang dengan diparafasekan dalam
bahasa sumbernya secara implisit (informasi yang tersembunyi). Tetapi dalam
teknik penerjemahannya memberikan informasi yang diekspresikan secara jelas
pada unsur bentuk gramatikalnya, yaitu hari raya tahun baru Tiongkok.
3. Peminjaman (Borrowing) ialah teknik penerjemahan yang dilakukan dengan meminjam kata atau ungkapan dari BSu. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure
borrowing) tanpa penyesuaian atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi
(naturalized borrowing) dengan penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Kamus
resmi pada BSa menjadi tolak ukur apakah kata atau ungkapan tersebut merupakan
suatu pinjaman atau bukan.
Contoh :
BSa : Mixer BSu : Mixer Peminjaman Murni BSa : Mixer BSu : Mikser Peminjaman Alamiah
Contoh:
Directorate general diterjemahkan menjadi ‘Direktorat Jendral’. Intereferensi
struktur bahasa sumber pada bahasa sasaran adalah khas dari teknik calque.
Pada frasa Directorate general yang diterjemahkan menjadi ‘Direktorat general’
tidak mengubah makna dan letak strukturnya pada bahasa sasaran.
5. Kompensasi (Compensation) yakni teknik penerjemahan dimana penerjemah memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stilistik teks bahasa
sumber di tempat lain dalam teks bahasa sasaran.
Contoh:
Why don’t you write a good thrilling detective story? ‘she asked.
Me? exclaimed Mrs. Albert Forrester, for the first time in her life regardless of
grammar.
“Mengapa Anda tidak menulis roman detektif yang menegangkan?”tanyanya.
“Apaan?” teriak Ny. Albert Forrester, untuk pertama kali dalam kalimat elipsi bentuk kasus datif /akusatif (kasus objek)pronominal persona me dan bukannya
I, karena penggunaan me dianggap oleh banyak orang sebagai “pelanggaran”
norma gramatikal, padahal anggapan seperti itu tidak cukup berdasar, karena
bentuk me dalam hal semacam itu sudah lama menjadi norma bahasa standar
Prof. M. Whitehall (51:104) dari Universitas Udayana (dalam Moentaha Salihen,
2006:35), yang mengakui “pelanggaran” gramatikal seperti itu sebagai bentuk
yang resmi dan sah bahasa Inggris percakapan. Dan pengakuannya diperkuat
this and that, written English uses these and those. “Them men have arrived”,
Tapi dalam proses terjemahan, bagaimana pun juga “ pelanggaran” gramatikal
dalam sastra tetap mengandung nuansa ekspresif yang wajib disampaikan (lewat
teknik kompensasi) oleh penerjemah ke dalam teks terjemahan, tidak pandang
akan adanya pengakuan, bahwa pelanggaran seperti itu tidak masalah.
Mengingat bahasa Indonesia tidak mengenal sistem kasus yang mengubah bentuk
pronominal personal seperti itu penerjemah memutuskan untuk menggunakan
teknik kompensasi, yaitu mengkompensasikan me dengan pronomina ragam
cakapan “apaan” di tempat pronominal ragam baku “apa”. Dengan demikian,
penerjemah berha sil menyampaikan informasi yang sama juga “melanggar”
norma gramatikal karena menggunakan pronominal ragam tidak baku.
Contoh terjemahan di atas menunjukkan, bahwa teknik kompensasi digunakan,
terutama sekali, untuk menyampaikan spesifikasi bahasa pemberi, seperti nuansa
dialek, pertuturan individual yang spesifik, yang tidak selalu mempunyai
padanan dalam bahasa sumber.
6. Deskripsi (Description) merupakan teknik penerjemahan yang diterapkan dengan menggantikan sebuah Istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan
fungsinya.
Contoh :
Samurai (The sword of Japanese aristocracy)
Dalam bahasa Jepang tidak bisa diterjemahkan dengan kaum bangsawan
untuk itu, padanan deskriptif harus digunakan. Kaum Samurai harus
diterjemahkan menjadi aristocrat Jepang pada abad XI sampai XIX yang
menjadi pegawai pemerintahan, padanan deskriptif ini sering kali ditempatkan
menjadi satu dalam daftar kata - kata atau glossary. Padanan ini berusaha
mendeskripsikan makna atau fungsi dari bahasa sumber, teknik ini dilakukan
karena kata bahasa sumber tersebut sangat terkait dengan budaya khas bahasa
sumber dan penggunaan padanan budaya dirasa tidak bisa memberikan derajat
ketepatan yang dikehendaki seperti yang telah dijelaskan pada contoh tersebut.
7. Kreasi diskursif (Discursive creation) dimaksudkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks. Teknik ini
lazim diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film.
Contoh :
A betrayed son si Malinkundang diterjemahkan Si Malingkundang
8. Kesepadanan Lazim (Established equivalent) adalah teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau
penggunaan sehari-hari). Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah.
Contoh :
Kata handphone lebih dikenal dari pada telepon genggam.
Pada teknik penerjemahan kata handphone berasal dari bahasa Inggris namun
sudah menjadi Istilah umum dan lazim digunakan dalam berbahasa sehari – hari
meskipun kata tersebut terletak pada bahasa sumber (bahasa Indonesia) namun
9. Generalisasi (Generalization) Teknik ini menggunakan istilah yang lebih umum pada BSa untuk BSu yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan karena BSa
tidak memiliki padanan yang spesifik.
Contoh:
She was letting her temper go by inches diterjemahkan dia sedikit demi sedikit kehilangan kesabaran’.
Pada contoh pertama,tidak mungkin digunakan padanan kamus kata
bahasa Inggris, Inchi – ‘inci’, karena dalam bahasa Indonesia kata ‘inci’ biasanya
tidak digunakan dalam bahasa makna kiasan atau metaforis seperti dalam bahasa
Inggris.
Contoh lainnya :
Penthouse diterjemahkan menjadi tempat tinggal
10. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification) yakni teknik penerjemahan dengan menambah unsur – unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran. Teknik
ini lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif
atau sulih suara (dubbing).
11. Kompresi Linguistik (Linguistic compression) merupakan teknik penerjemahan yang dapat diterapkan penerjemah dalam pengalihbahasaan dalam penerjemahan
teks film.
Contoh :
I have quite a few friends diterjemahkan saya mempunyai sama sekali tidak
banyak teman
13. Modulasi (Modulation) merupakan teknik penerjemahan dengan mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan teks
sumber. Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau
struktural.
Contoh :
Bsu : I broke my hand
Bsa : Tanganku patah
Pada contoh di atas, penerjemah memandang persoalannya dari objeknya, yaitu
tangan, bukan dari segi pelaku ‘saya’. Cara pandang ini merupakan suatu
keharusan karena dalam struktur bahasa Indonesia.
14. Partikularisasi (Particularization) adalah Teknik penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih konkrit, presisi atau spesifik, dari
superordinat ke subordinat. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik
generalisasi.
Contoh:
Air transportation di terjemahkan menjadi Pesawat.
15. Reduksi (Reduction) merupakan kebalikan dari teknik Amplifikasi. Informasi teks bahasa sumber dipadatkan dalam bahasa sasaran.
The month of fasting diterjemahkan Ramadhan, Teknik ini mirip dengan teknik
penghilangan (Ommission atau deletion atau subtaction atau implisitasi).
Dengan kata lain, informasi yang eksplisit dalam teks bahasa sumber dijadikan
implisit dalam teks bahasa sasaran.
16. Substitusi (Substitution) merujuk pada pengubahan unsur – unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atau isyarat). Bahasa isyarat dalam bahasa Arab,
yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima kasihatau
bila diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi Thank you.
17. Variasi (Variation) adalah dengan mengubah unsur - unsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik : Perubahan tekstual, gaya
bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam
menerjemahkan naskah drama.
18. Transposisi. Teknik penerjemahan di mana penerjemah melakukan perubahan kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur
dan unit. Seperti kata menjadi frasa.
Contoh: BSu : Adept
BSa: Sangat terampil
19. Penambahan adalah teknik yang lazim diterapkan dalam kegiatan penerjemahan berupa penambahan informasi yang pada dasarnya tidak ada dalam kalimat
untuk lebih memperjelas konsep yang hendak disampaikan penulis asli kepada
para pembaca sasaran.
Contoh :
The women came late di terjemahkan menjadi wanita tua itu datang terlambat.
Di dalam contoh kalimat ditambahkan kata ‘tua’ agar teks bahasa sasaran
menjadi lebih dipahami.
20. Penghilangan (Deletion) adalah penghapusan kata atau bagian teks bahasa sumber di dalam teks bahasa sasaran. Dengan kata lain penghapusan berarti
tidak diterjemahkan kata atau bagian teks bahasa sumber di dalam teks bahasa
sasaran. Pertimbangannya adalah agar tidak mengalami pengulangan kata,
selain itu kata atau bagian teks bahasa sumber tersebut tidak begitu penting
bagi keseluruhan teks bahasa sasaran dan biasanya agak sulit diterjemahkan.
Jadi mungkin penerjemah berfikir daripada harus menterjemahkan kata atau
teks bahasa sumber itu dengan konsekuensi pembaca bahasa sasaran agak
bingung, maka lebih baik bagi penerjemah untuk menghilangkan saja bagian itu
Contoh :
BSu : “Just like Cut Pamela her sister , “he whispered BSa : “Sama dengan kakaknya , “katanya lirih
Contoh di atas menunjukkan bahwa dari teknik penerjemahan
dilakukan penghilangan yaitu pada nama Cut Pamela, dengan kata lain
penerjemah tidak melakukan terjemahan terhadap nama, meskipun secara