DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP
KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL
INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY KE
DALAM BAHASA INDONESIA
TESIS
OLEH:
GANDA SIMATUPANG 117009024/LNG
PROGRAM STUDI MAGISTER LINGUISTIK
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP
KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL
INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY KE
DALAM BAHASA INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
GANDA SIMATUPANG 117009024/LNG
PROGRAM STUDI MAGISTER LINGUISTIK
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN
BUKU BILINGUAL INFORMATION AND
COMMUNICATION TECHNOLOGY KE DALAM BAHASA INDONESIA
Nama Mahasiswa : Ganda Simatupang Nomor Induk Mahasiswa : 117009024
Program Studi : Linguistik
Konsentrasi : Kajian Terjemahan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Roswita Silalahi, Dip.TESOL M.Hum) Ketua
Dr. Asmyta Surbakti, M.Si Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph.D)
Dekan,
(Dr. Syahron Lubis, M.A)
Telah diuji Pada
Tanggal: 8 Oktober 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Roswita Silalahi, Dip.TESOL, M.Hum
Anggota : 1. Dr. Asmyta Surbakti, M, Si
2. Prof. Amrin Saragih, M.A, Ph.D
3. Dr. Muhizar Mochtar, M.A
PERNYATAAN
Judul Tesis
“DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP
KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL
INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY KE
DALAM BAHASA INDONESIA”
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya
penulis sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari
hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Medan, Oktober 2013 Penulis,
DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUALINFORMATION AND
COMMUNICATION TECHNOLOGY KE DALAM BAHASA INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks pada buku bilingual ICT ke dalam bahasa Indonesia, (2) mengkaji dampak penerapan teknik penerjemahan terhadap tingkat ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual ICT, serta (3) mengemukakan teknik penerjemahan yang disarankan terhadap ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual ICT. Jenis penelitian yang diterapkan adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah buku bilingual ICT pada bab 1serta beberapa informan ahli dibidang penerjemahan dan informan ahli dibidang komputer. Data yang dikaji berupa satuan lingual yang telah diperoleh, dikumpulkan dengan teknik simak catat dan wawancara mendalam terhadap seluruh responden. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi. Berdasarkan temuan hasil penelitian, teridentifikasi sebanyak 13 teknik penerjemahan yang didominasi oleh teknik penerjemahan harafiah sebanyak 112 data atau 22,40 %, peminjaman murni 101 data (20,20%), amplifikasi 62 data (12,40%), peminjaman alamiah 58 data 11,60%, kalke 57 data (11,40%), modulasi 36 data atau 7,20%, transposisi 27 data atau 5,40%, reduksi 22 data (4,40%), kesepadanan lazim 18 data (3,60%), partikularisasi 4 data (0,80%), adaptasi 1 data (0,20%), deskripsi 1 data (0,20%), dan generalisasi 1 data (0,20%). Dari 163 data yang diteliti, hasil analisis menunjukkan bahwa dampak dari penerapan teknik penerjemahan tersebut menghasilkan tingkat ketepatan terjemahan yang didominasi oleh kategori terjemahan yang sesuai sebanyak 121 data (74,23%), cukup sesuai 36 data (22,09%), tidak sesuai 5 data (3,07%) dan kategori terjemahan tidak sesuai sama sekali 1 data (0,61%). Pada tingkat kejelasan, teridentifikasi sebanyak 132 data (80,98%) didominasi oleh kategori terjemahan yang sangat jelas, 22 data (13,50%) cukup jelas, 8 data (4,91%) kurang jelas, dan 1 data (0,61%) sebagai kategori terjemahan yang tidak tepat atau salah terjemahan. Ketidaktepatan dan ketidakjelasan terjemahan dipengaruhi oleh pesan yang disampaikan dari Bsu tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan ke dalam Bsa, serta bahasa yang diterapkan sulit dipahami. Teknik penerjemahan yang disarankan untuk menghasilkan terjemahan yang baik terhadap tingkat ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual ICT yaitu teknik harafiah, peminjaman murni, peminjaman alamiah, kalke, amplifikasi modulasi, transposisi, reduksi, kesepadanan lazim, partikularisasi, adaptasi dan deskripsi.
THE IMPACT OF TRANSLATION TECHNIQUES ON THE QUALITY OF TRANSLATION OF BILINGUAL BOOK “INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY” INTO BAHASA INDONESIA
ABSTRACT
This study aims to (1) describe the translation techniques which is applied by the translator in translating the text on bilingual book ICT into bahasa Indonesia, (2) review the impact of translation techniques toward the level of translation accuracy and clarity on bilingual book ICT, (3) reveal the recommended translation techniques toward the accuracy and clarity of translation on bilingual book ICT. The type of research which is applied is qualitative research. The data sources of this study are bilingual book ICT chapter one, and some talented informants who field in translation and computer expert. The data gathering used a content analysis and in-dept interview technique with all respondents. The data analysis technique uses an interactive model that includes data reduction, data presentation, and making conclusion/verification. The findings of the research show that, there are 13 translation techniques are identified, which is dominated by literal translation as many as 112 data (22.40%), pure borrowing 101 data (20.20%), amplification 62 data (12.40%), natural borrowing 58 data (11.60%), calque 57 data (11.40%), modulation 36 data (7.20%), transposition 27 data (5.40%), reduction 22 data (4.40%), establish equivalence 18 data (3.60%), particularization 4 data (80%), adaptation 1 data (0.20%), description 1 data (0.20%), and so is generalization only 1 data (0.20%). From 163 of the examined data, the result of this analysis shows that, the impact of translation techniques application, produce the aspect of accuracy which is dominated by accurate translation category as many as 121 (74.23%), quite accurate translation category 36 data (22.09%), less accurate translation category 5 data (3.07%) and 1 data (0.61%) as the obviously inaccurate translation category. From the aspect of clarity translation data, it has been identified 132 data (80.98%) which is dominated by a very clear translation category, and followed by 22 data (13.50%) as quite clear translation category, 8 data (4.91%) as not clear translation category, and there is also 1 data (0.61%) is found as not appropriate or incorrect translation category. The inaccurateness and obscurity translation categories are influenced by the transferring message from the source language is not equivalent to the target language as well as the applied of elusive languages. The translation techniques which are recommended to produce good translation toward the accuracy and clarity of bilingual book ICT are literal technique, pure borrowing, natural borrowing, calque, amplification, modulation, transposition, reduction, established equivalence, particularization, adaptation and description.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, rezeki, dan kesempatan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Tesis ini tidak akan pernah selesai tanpa adanya dukungan moral dan spiritual dari beberapa pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan kontribusi baik tenaga maupun ide-ide yang cerdas dan cemerlang terhadap kemajuan pendidikan serta arahan yang memotivasi para mahasisiwa Fakultas Ilmu Budaya, khususnya mahasiswa Program Studi S2 Lingustik.
4. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Magister Linguistik di Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan motivasi kepada para mahasiswa serta kontribusi yang besar terhadap kemajuan pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana yang memadai. 5. Ibu Dr. Roswita Silalahi, Dip.TESOL, M.Hum., selaku Ketua Komisi
(Pembimbing I) dan sekaligus sebagai informan ahli terjemahan pada tingkat ketepatan terjemahan yang telah membimbing dalam mengarahkan, mengkritisi, serta mengoreksi isi tulisan tesis ini dengan sangat teliti, disiplin serta rasa tanggung jawab yang tulus hingga terwujudnya tesis ini.
6. Ibu Dr. Asmyta Surbakti, M,Si., selaku Pembimbing II yang sangat antusias dalam memberikan dukungan serta referensi buku-buku teori penerjemahan yang berkualitas dan mutakhir. Beliau juga aktif dalam memberikan masukan, kritikan, motivasi serta pencerahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
7. Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D., Dr. Muhizar Mochtar, M.A dan Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D selaku Penguji tesis yang telah banyak memberikan banyak masukan serta ide yang cerdas dan cemerlang hingga terwjudnya kesempurnaan tesis ini.
8. Bapak Prof. Roger T. Bell, Ph.D., selaku Dosen di Program S2 Linguistik Terjemahan Universitas Sumatera Utara yang telah berkesempatan meluangkan waktu dalam memberikan masukan dan arahan yang sangat berarti kepada penulis perihal tentang terjemahan istilah-istilah komputer guna kesempurnaan tesis ini.
administrasi sehingga segala permasalahan mengenai administrasi kuliah dan ujian dapat diselesaikan dengan baik dan efektif.
10.Ibu Drs. Hayati Chalil, M.hum selaku Koordinator Konsentrasi Kajian Terjemahan pada Program Studi Magister Linguistik di Universitas Sumatera Utara yang dengan pengabdian serta semangat yang tulus dalam memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat berupa ide dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.
11.Seluruh dosen pengajar di Program Studi S2 dan S3 Linguistik Terjemahan di Universitas Sumatera Utara tanpa kecuali sebagai motor penggerak dunia pendidikan yang berdasarkan pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, baik dalam memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara keseluruhan maupun yang menyangkut terjemahan, dan tidak lupa juga kepada seluruh staf pegawai pada Program Studi Magister Linguistik maupun karyawan perpustakaan di Universitas Sumatera Utara yang telah mengabdikan diri dengan tulus dalam pelayanan administrasi kepada penulis hingga terwujudnya tesis ini.
12.Bapak Dr. Mimpin Ginting, M.Si., selaku Ketua STMIK Mikroskil Medan, Bapak Djoni, S.Kom, M.Kom., selaku Wakil Ketua Satu STMIK Mikroskil Medan, Bapak Poi Wong, S.Kom, M.Kom., selaku Kaprodi Teknik Informatika, Bapak Gunawan S.Kom, M.T., selaku Kaprodi Sistem Informasi, Bapak Roni Yunis, S.Kom, M.T., selaku Ketua PUSLIT & PPM STMIK Mikroskil, sekaligus juga sebagai informan ahli dibidang komputer, Bapak Eko Kornelius Sitepu, S.Si, M.Si., selaku Kabag Personalia STMIK-STIE Mikroskil, serta seluruh staf dosen dan pegawai STMIK-STIE Mikroskil Medan, tempat penulis mengajar yang telah banyak memberikan banyak kontribusi serta informasi perihal tentang ilmu komputer yang bermanfaat guna kelancaran tesis ini.
13.Pemerintah melalui Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) yang telah memberikan kesempatan bagi penulis dalam mengikuti jenjang pendidikan S2 linguistik terjemahan di Universitas Sumatera Utara.
14.Seluruh teman seangkatan S2 Linguistik Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya angkatan 2011 yang dengan antusias telah memberikan motivasi dan saran guna kesempurnaan tesis ini.
Simatupang (+), Brigadir Pol. Andy Simatupang/Roslena Purba, A.Md.Keb, Aswindo Simatupang, Masa Bangun,Vrilda Bangun, S.Th dan Adven Bangun yang telah mendukung demi kelancaran tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.
Medan, Oktober 2013 Penulis,
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1 DATA PRIBADI
Nama : Ganda Simatupang
Tempat/Tgl lahir : Tebing-Tinggi, 16 mei 1980
Pekerjaan : Dosen
Alamat Kantor : Jl. Thamrin No. 112, 140 Medan
Alamat Rumah : Jl. Melati 1 No. 25A Komp.
Pemda TK.1 Medan, kode pos 20132
Alamat E-mail : Ganda_tupang@yahoo.com
Telepon Rumah/HP : 081376310014
Status : Menikah (7 Januari 2008)
Nama Istri : Nina Bibina Br. Bangun, Spd
Nama Anak : 1.Steven Danison Immanuel
Simatuapng
2.Christian Lorenzo Simatupang
2 RIWAYAT PENDIDIKAN NAMA SEKOLAH/THN
LULUS
1. Pascasarjana Linguistik Terjemahan : Universitas Sumatera Utara (2013)
2. AKTA mengajar IV : UMN Alwasliyah medan (2006)
3. Sarjana S1 : Unika ST. Thomas Medan
(2004)
4. Sekolah Menengah Atas Negri I : SMU Negeri 1 Tebing-tinggi (1999)
5. Sekolah Menengah Pertama Negri I : SMP Negeri 1 Tebing-tinggi (1997)
6. Sekolah Dasar : SD Methodist 2 Tebing-tinggi (1995)
7. Taman Kanak-kanak : TK Methodist 2 Tebing-tinggi (1989)
3 RIWAYAT PEKERJAAN TAHUN
1.Dosen Bahasa Inggris STMIK Mikroskil Prodi Teknik Informatika Medan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ………... 1
1.2. Rumusan Masalah ………... 7
1.3. Tujuan Penelitian ……… 8
1.4. Manfaat Penelitian ……….. 8
1.5. Batasan Masalah penelitian ………. 9
1.6. Klarifikasi Istilah ……….. 10
BAB II : KAJIAN PUSTAKA………. 12
2.1. Teknik Penerjemahan ... 12
2.2 Penilaian Kualitas terjemahan ………. 19
2.5.1. Ketepatan Terjemahan ... 22
2.5.2. Kejelasan Terjemahan ... 24
2.3 Pengertian Buku Bilingual dan Manfaatnya ……….. 26
2.1.1. Pengertian Buku Bilingual ... 26
2.1.2. Manfaat Bilingual ... 26
2.1.3. Beberapa Manfaat Potensial dari Bilingual ... 28
2.4 Pengertian Terjemahan dan Penerjemahan ………. 30
2.5 Penerjemah dan Kompetensi Penerjemah …………... 35
2.6. Kerangka Pikir Penelitian ………... 39
BAB III : METODE PENELITIAN ……… 42
3.1. Metode Penelitian ………... 42
3.2. Sumber Data dan Data ……….. 42
3.3. Teknik Cuplikan ……… 44
3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 45
3.4.1. Mengkaji Dokumen (Content Analysis) ……….. 45
3.4.2. Kuesioner (Questionnaire) ………. 46
3.4.3. Wawancara Mendalam (In-depth interview) …. 46 3.5. Validitas Data ……….. 47
3.6. Teknik Analisis Data ………... 48
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 52
4.1. Teknik Penerjemahan ……….. 53
4.1.1. Teknik Penerjemahan Tunggal ………... 53
4.1.2. Teknik Penerjemahan Kuplet ... 56
4.1.3. Teknik Penerjemahan Triplet ... 72
4.1.4. Teknik Penerjemahan Kwartet ... 100
4.1.5. Teknik Penerjemahan Kuintet ... 126
4.1.6. Teknik Penerjemahan Sekstet ... 151
4.1.7. Frekuensi Teknik Penerjemahan ... 154
4.1.8. Tingkat Kecenderungan Teknik Penerjemahan ... 162
4.2. Dampak Teknik penerjemahan Terhadap Tingkat Ketepatan dan Kejelasan Terjemahan ... 164
4.2.1. Tingkat Ketepatan Terjemahan ... 164
4.2.2. Tingkat Kejelasan Terjemahan ... 187
4.2.2.1. Kategori Terjemahan Sangat Jelas ... 188
4.2.2.2. Kategori Terjemahan Cukup Jelas ... 196
4.2.2.3. Kategori Terjemahan Kurang Jelas ... 205
4.2.2.4. Kategori Terjemahan Tidak Tepat ... 210
4.3. Teknik Penerjemahan Yang Disarankan Terhadap Ketepatan dan Kejelasan Terjemahan Buku Bilingual ICT ... 216
4.3.1. Teknik Penerjemahan Yang Berorientasi Ke Dalam Bahasa Sumber ... 218
4.3.1.1. Teknik Harafiah dan Kalke ... 219
4.3.1.2. Teknik peminjaman murni dan peminjaman alamiah ... 220
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1. Aspek Penilaian Tingkat Ketepatan Terjemahan ... 24
2.2. Aspek Penilaian Tingkat Kejelasan dalam Terjemahan ... 25
4.1. Teknik Penerjemahan Tunggal ... 53
4.2. Teknik Penerjemahan Kuplet ... 57
4.3. Teknik Penerjemahan Triplet ... 73
4.4. Teknik Penerjemahan Kwartet ... 102
4.5. Teknik Penerjemahan Kuintet ... 127
4.6. Teknik Penerjemahan Sekstet ... 151
4.7. Frekuensi Varian Teknik Penerjemahan ... 154
4.8. Tingkat Kecenderungan Teknik Penerjemahan ... 162
4.9. Kategori Terjemahan Sesuai ... 166
4.10. Kategori Terjemahan Cukup Sesuai ... 174
4.11. Kategori Terjemahan Tidak Sesuai ... 180
4.12. Kategori Terjemahan Tidak Sesuai Sama Sekali... 184
4.13. Frekuensi Teknik Penerjemahan pada Tingkat Ketepatan ... 186
4.14. Kategori Terjemahan Sangat Jelas ... 189
4.15. Kategori Terjemahan Cukup Jelas ... 196
4.16. Kategori Terjemahan Kurang Jelas ... 206
4.17. Kategori Terjemahan Tidak Tepat ... 211
4.18. Frekuensi Teknik Penerjemahan Pada Tingkat Kejelasan ... 213
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1. Proses Penerjemahan menurut Bell (1991:21) ... 33
2.2. Kerangka Pikir Penelitian ... 40
3.1. Analisis Model Interaktif (Miles dan Huberman, 2007:20) ... 48
4.1. Diagram Frekuensi Teknik Penerjemahan ... 161
4.2. Diagram Tingkat Kecenderungan Teknik Penerjemahan ... 163
4.3. Grafik Tingkat Ketepatan ... 187
4.4. Grafik Tingkat Kejelasan ... 214
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1 Lampiran Alternatif Terjemahan Tingkat
Ketepatan Terjemahan ... 240
Lampiran 2 Lampiran Alternatif Terjemahan Tingkat
Kejelasan Terjemahan ... 264
Lampiran 3 Lampiran Kuesioner Tingkat Ketepatan ... 283
Lampiran 4 Lampiran Kuesioner Tingkat Kejelasan ... 285
Lampiran 5 Lampiran Wawancara Mendalam
Pada Tingkat Ketepatan ... 287
Lampiran 6 Lampiran Wawancara Mendalam
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
1. Kode Huruf Kepanjangan
Bsu = Bahasa Sumber
Bsa = Bahasa Sasaran
CS = Cukup Sesuai
CJ = Cukup Jelas
ICT KJ
= =
Information and Commnication Technology Kurang Jelas
S = Sesuai
SJ = Sangat Jelas
TS = Tidak Sesuai
TSSS = Tidak Sesuai Sama Sekali
TT = Tidak Tepat
2. Lambang Angka Romawi Arti
I = Varian Tunggal
II = Varian Kuplet
III = Varian Triplet
IV = Varian Kwartet
V = Varian Kuintet
DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUALINFORMATION AND
COMMUNICATION TECHNOLOGY KE DALAM BAHASA INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks pada buku bilingual ICT ke dalam bahasa Indonesia, (2) mengkaji dampak penerapan teknik penerjemahan terhadap tingkat ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual ICT, serta (3) mengemukakan teknik penerjemahan yang disarankan terhadap ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual ICT. Jenis penelitian yang diterapkan adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah buku bilingual ICT pada bab 1serta beberapa informan ahli dibidang penerjemahan dan informan ahli dibidang komputer. Data yang dikaji berupa satuan lingual yang telah diperoleh, dikumpulkan dengan teknik simak catat dan wawancara mendalam terhadap seluruh responden. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi. Berdasarkan temuan hasil penelitian, teridentifikasi sebanyak 13 teknik penerjemahan yang didominasi oleh teknik penerjemahan harafiah sebanyak 112 data atau 22,40 %, peminjaman murni 101 data (20,20%), amplifikasi 62 data (12,40%), peminjaman alamiah 58 data 11,60%, kalke 57 data (11,40%), modulasi 36 data atau 7,20%, transposisi 27 data atau 5,40%, reduksi 22 data (4,40%), kesepadanan lazim 18 data (3,60%), partikularisasi 4 data (0,80%), adaptasi 1 data (0,20%), deskripsi 1 data (0,20%), dan generalisasi 1 data (0,20%). Dari 163 data yang diteliti, hasil analisis menunjukkan bahwa dampak dari penerapan teknik penerjemahan tersebut menghasilkan tingkat ketepatan terjemahan yang didominasi oleh kategori terjemahan yang sesuai sebanyak 121 data (74,23%), cukup sesuai 36 data (22,09%), tidak sesuai 5 data (3,07%) dan kategori terjemahan tidak sesuai sama sekali 1 data (0,61%). Pada tingkat kejelasan, teridentifikasi sebanyak 132 data (80,98%) didominasi oleh kategori terjemahan yang sangat jelas, 22 data (13,50%) cukup jelas, 8 data (4,91%) kurang jelas, dan 1 data (0,61%) sebagai kategori terjemahan yang tidak tepat atau salah terjemahan. Ketidaktepatan dan ketidakjelasan terjemahan dipengaruhi oleh pesan yang disampaikan dari Bsu tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan ke dalam Bsa, serta bahasa yang diterapkan sulit dipahami. Teknik penerjemahan yang disarankan untuk menghasilkan terjemahan yang baik terhadap tingkat ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual ICT yaitu teknik harafiah, peminjaman murni, peminjaman alamiah, kalke, amplifikasi modulasi, transposisi, reduksi, kesepadanan lazim, partikularisasi, adaptasi dan deskripsi.
THE IMPACT OF TRANSLATION TECHNIQUES ON THE QUALITY OF TRANSLATION OF BILINGUAL BOOK “INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY” INTO BAHASA INDONESIA
ABSTRACT
This study aims to (1) describe the translation techniques which is applied by the translator in translating the text on bilingual book ICT into bahasa Indonesia, (2) review the impact of translation techniques toward the level of translation accuracy and clarity on bilingual book ICT, (3) reveal the recommended translation techniques toward the accuracy and clarity of translation on bilingual book ICT. The type of research which is applied is qualitative research. The data sources of this study are bilingual book ICT chapter one, and some talented informants who field in translation and computer expert. The data gathering used a content analysis and in-dept interview technique with all respondents. The data analysis technique uses an interactive model that includes data reduction, data presentation, and making conclusion/verification. The findings of the research show that, there are 13 translation techniques are identified, which is dominated by literal translation as many as 112 data (22.40%), pure borrowing 101 data (20.20%), amplification 62 data (12.40%), natural borrowing 58 data (11.60%), calque 57 data (11.40%), modulation 36 data (7.20%), transposition 27 data (5.40%), reduction 22 data (4.40%), establish equivalence 18 data (3.60%), particularization 4 data (80%), adaptation 1 data (0.20%), description 1 data (0.20%), and so is generalization only 1 data (0.20%). From 163 of the examined data, the result of this analysis shows that, the impact of translation techniques application, produce the aspect of accuracy which is dominated by accurate translation category as many as 121 (74.23%), quite accurate translation category 36 data (22.09%), less accurate translation category 5 data (3.07%) and 1 data (0.61%) as the obviously inaccurate translation category. From the aspect of clarity translation data, it has been identified 132 data (80.98%) which is dominated by a very clear translation category, and followed by 22 data (13.50%) as quite clear translation category, 8 data (4.91%) as not clear translation category, and there is also 1 data (0.61%) is found as not appropriate or incorrect translation category. The inaccurateness and obscurity translation categories are influenced by the transferring message from the source language is not equivalent to the target language as well as the applied of elusive languages. The translation techniques which are recommended to produce good translation toward the accuracy and clarity of bilingual book ICT are literal technique, pure borrowing, natural borrowing, calque, amplification, modulation, transposition, reduction, established equivalence, particularization, adaptation and description.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kesalahan dalam pemilihan arti ketika menerjemahkan akan sangat fatal
akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada
tanggal 6 Agustus dan disusul Nagasaki 9 Agustus 1945 merupakan salah satu
dampak kesalahan penerjemahan yang mengakibatkan ribuan manusia cacat, luka,
bahkan meninggal. Perdana mentri Jepang, Suzuki Kantarou saat itu, mengadakan
pidato kenegaraan di radio yang disiarkan ke seluruh penjuru bumi. Pidatonya
berbunyi, Seifu wa kore o mokusatsu shi, aku made sensou kanchiku ni maishin
suru. Kantor berita Doumei menerjemahkan menjadi Goverment is ignoring the
declaration and until then we still go forward with the war solution. Pemerintah
AS yang mendengarnya mengira ignoring sama dengan rejecting dan 10 hari
kemudian menjatuhkan bom atom di Hiroshima yang berakibat akhirnya Jepang
menyerah pada sekutu. Menurut Torikai Kumiai, ahli penerjemahan Jepang,
memang dalam bahasa Jepang pun arti mokusatsu memiliki dua arti yang aimai
(bermakna bias) yakni menolak dan tidak mau berkomentar dulu atau ingin
berdiam diri sejenak. (www.kingtranz.com)
Salah satu contoh data pada kalimat yang merupakan kesalahan
penerjemahan buku bilingual ICT dapat dilihat pada halaman 14:C tentang
multimedia pada kalimat sebagai berikut, Bsu:” Microsoft Windows Vista
provides Windows Media Player 11 as an application to play multimedia files”
file-file pemutar multimedia” yang seharusnya diterjemahkan menjadi Windows
Media Player 11 sebagai aplikasi pemutar file-file multimedia” hasil terjemahan
pada buku bilingual ICT (hal. 14: C) menurut hemat peneliti, penerjemah
menerapkan teknik modulasi yang tidak ada kaitannya sama sekali ke dalam Bsu
namun justru menyebakan distorsi makna yang terdapat pada frasa nomina Bsa
aplikasi file-file pemutar multimedia, sebab menurut pendapat salah seorang ahli
di bidang komputer dikatakan bahwa bukanlah file yang memutar multimedia,
melainkan aplikasi multimedia seperti windows media player yang mampu
memutar atau membaca file bertipe multimedia baik audio, video maupun
gambar.
Dampak teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan buku bilingual
Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia sangat
perlu dikaji secara mendalam melalui proses penelitian agar diperoleh informasi
yang tepat dan akurat. Apakah penyampaian pesan atau informasi yang terdapat
dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia), sudah tepat atau belum? Kesalahan
penerjemahan buku-buku teks pelajaran yang berbahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia dikhawatirkan bukannya berdampak pada peningkatan kualitas
pendidikan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, namun justru
menyesatkan para peserta didik.
Di era globalisasi saat ini penerjemahan buku-buku berbahasa asing
khususnya teknologi informasi komputer sering kali menyisakan kesulitan sendiri
bagi para ahli bahasa dikarenakan ilmu komputer merupakan teknologi baru yang
terus menerus berkembang dan menciptakan istilah-istilah baru yang sebelumnya
dalam komputer, baik dalam perangkat lunak maupun perangkat kerasnya, diduga
telah menyulitkan pengguna dalam memanfaatkan komputer. Oleh karena itu
tidak jarang terjemahan langsung suatu istilah terasa janggal untuk diucapkan
maupun ditulis. Sebagai contoh istilah mouse terasa janggal bila diterjemahkan
menjadi tikus, begitu juga dengan istilah memory menjadi kenangan atau menu
menjadi daftar makanan dalam bahasa Indonesia, sehingga hal tersebut sangat
berpengaruh pada kualitas hasil terjemahannya.
Berkualitas tidaknya suatu terjemahan tentu dipengaruhi oleh kompetensi
seorang penerjemah dalam melakukan proses penerjemahan khususnya
pener-jemahan teks bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam bahasa Indonesia
sangat diperlukan, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Media
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang memiliki dampak yang besar
bagi pembelajaran. Masing-masing penerjemah memiliki ukuran dan pandangan
berbeda mengenai terjemahan yang baik yang bisa saja berbeda satu sama lain
walaupun mereka sama-sama ingin menghasilkan terjemahan yang memberikan
informasi dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Dalam proses penerjemahan,
apapun tujuannya, tidak luput dan merupakan cerminan dari ideologi yang
dimiliki dan berfungsi dalam masyarakat. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai
jenis penerjemahan yang memiliki muatan budaya, misalnya: teks sastra, berita
surat kabar, film dan ilmu pengetahuan dan teknologi (Hoed 2004:1)
Menjadi seorang penerjemah khususnya menerjemahkan bidang teknologi
kompetensi tekstual, kompetensi bidang keilmuan yang diterjemahkan, kompetensi budaya, dan kompetensi transfer. Hal senada juga diungkapkan Sakri, (1999:1) yang mengatakan bahwa siapapun yang berminat melakukannya asalkan mereka memenuhi kompetensi-kompetensi seperti berikut ini: 1) menguasai materi yang
akan diterjemahkan, 2) menguasai bahasa asing (bahasa sumber) yang
diterjemahkan, 3) menguasai bahasa sasaran dengan baik, dan 4) menguasai
teknik penerjemahan.
Benny Hoed dalam artikel tentang penerjemah pada situs
(http://penerjemah.setneg.go.id) mengatakan bahwa fasih berbahasa asing tidak
dengan sendirinya mampu menerjemahkan. Penguasaan bahasa sasaran sangat
penting. Kemampuan menerjemahkan bertumpu pada pengalaman, bakat, dan
pengetahuan umum: gabungan pengetahuan atau inteligensi (kognitif), rasa bahasa
(emotif), dan ketrampilan menggunakan bahasa (retoris). Seorang penerjemah
tidak dapat menerjemahkan naskah untuk segala bidang. Penerjemah harus
menguasai pengetahuan umum, seperti tentang kehidupan sosial, politik, ekonomi,
budaya, teknologi, dan ilmu pengetahuan.
Larson (1984: 532) menyatakan bahwa terjemahan harus diuji karena
penerjemah ingin memastikan keakuratan, kejelasan dan kewajaran
terjemahannya. Akurat berarti terjemahannya adalah sepadan dengan teks Bsu.
Jelas berarti terjemahannya mudah dipahami oleh pembaca. Wajar berarti
terjemahannya merupakan ungkapan-ungkapan yang wajar atau berterima
menurut tata bahasa baku bahasa Indonesia untuk menghindari kesalahpahaman
Sebagai negara berkembang, Indonesia banyak membutuhkan infomasi
mengenai perkembangan terbaru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
dari negara-negara maju. Seiring perkembangan zaman, informasi tersebut dapat
diperoleh dari buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi terkini yang banyak
diterbitkan dan diperjualbelikan baik di luar maupun di dalam negeri. Namun
permasalahanya, buku-buku tersebut sebagian besar ditulis dalam bahasa asing,
terutama bahasa Inggris. Sementara, pengguna buku-buku tadi belum mampu
memahami bahasa asing tersebut dengan baik. Hal ini diperparah dengan
minimnya ilmuwan dan teknokrat Indonesia yang mampu menulis bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari minimnya
buku-buku dari penulis Indonesia (Nababan, 2003:2).
Kemajuan ilmu dan teknologi menuntut setiap orang untuk terus menerus
melakukan usaha peningkatan diri. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu
aspek penting sebagai modal utama keunggulan sumber daya manusia berkualitas.
Bahasa yang dimiliki oleh bangsa yang unggul dalam bidang ekonomi, politik,
ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peluang menjadi wahana komunikasi
global. Bahasa Inggris nampaknya menjadi pemenang dalam percaturan
komunikasi global (Huda, 1999:118). Komunikasi antar budaya tidak selalu
mudah dan tergantung pada besarnya perbedaan antara kebudayaan yang
bersangkutan. Walaupun secara teoretis penerjemahan tidak mungkin
dilaksanakan akibat adanya kesenjangan linguistik dan budaya, secara praktik
kegiatan penerjemahan sampai batas-batas tertentu bisa dilakukan dengan cara
karena adanya sifat-sifat universal bahasa serta konvergensi
kebudayaan-kebudayaan di dunia (Hoed, 1992:80).
Pengalihan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui karya terjemahan baik bahasa pengantar komputer, perangkat lunak, perangkat keras telah dilakukan oleh pemerintah khususnya pusat bahasa yang bekerja sama dengan Microsoft untuk mengalihkan lebih dari 250.000 kosakata atau istilah bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia. Upaya ini memperkaya bahasa Indonesia dan memberi kemudahan
generasi muda dalam memanfaatkan komputer dan mengakses teknologi
informasi (http://www.tempo.com). Namun pengalaman selama ini berdasarkan
fakta dilapangan bahwa pengalihan kata/istilah bahasa Inggris, yang telah lama
digunakan ke dalam bahasa Indonesia cenderung tidak diterima masyarakat. Tidak
demikian halnya dengan kata/istilah yang baru masuk dalam kehidupan
masyarakat langsung dialihkan ke dalam bahasa Indonesia dan diperkenalkan
kepada masyarkat pengguna bahasa Indonesia. Kata/istilah itu langsung diterima
dan digunakan oleh masyarakat (Sugono, 2005:2).
Masuknya istilah-istilah asing sebetulnya tak terelakkan. Komunikasi
semakin gencar dan global, terlebih lagi ke dalam bahasa Indonesia setelah
dikatalisasi oleh revolusi Internet. Mayoritas dari apa yang tersedia di web adalah
dalam bahasa Inggris. Materi yang berbahasa Indonesia mungkin tidak akan
mencapai seperseratusnya. Acara televisi impor, majalah dan buku asing,
jumlahnya semakin banyak saja. Semua ini pun masih berkembang amat cepat,
sehingga kadang tak ada waktu untuk mensosialisasikan padanan istilah yang
jangankan padanannya, istilah asli di bidang teknologi tersebut pun lebih dahulu
tersingkir sebelum sempat populer di masyarakat (Haryanto, 2002:4)
Berdasarkan latar belakang di atas dan pentingnya peranan ilmu komputer
sebagai teknologi informasi dan komunikasi yang dituangkan dalam buku
bilingual, sebagai wahana untuk pelaksanaan komunikasi internasional yang
bersifat mengglobal, kemudahan untuk kecepatan saling mengerti antar bangsa
khususnya bagi pengguna fasilitas teknologi di Indonesia, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai ”Dampak teknik penerjemahan terhadap
kualitas terjemahan buku Bilingual Information and Communication Technology
ke dalam bahasa Indonesia”
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah penelitian
dirumuskan sebagai berikut.
1. Teknik penerjemahan apakah yang diterapkan dalam menerjemahkan teks buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia?
2. Bagaimanakah dampak teknik penerjemahan terhadap tingkat ketepatan
dan kejelasan terjemahan pada buku Bilingual Information and
Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia?
3. Teknik penerjemahan manakah yang disarankan terhadap ketepatan dan
kejelasan terjemahan buku Bilingual Information and Communication
1.3. Tujuan Penelitian
Sekaitan dengan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. mendeskripsikan teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks pada buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia,
2. mengkaji dampak teknik penerjemahan terhadap tingkat ketepatan dan
kejelasan terjemahan pada buku Bilingual Information and
Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia, dan
3. mengemukakan teknik penerjemahan yang disarankan terhadap ketepatan
dan kejelasan terjemahan buku Bilingual Information and Communication
Technology ke dalam bahasa Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis temuan penelitian
1. dapat memberikan masukan teoretis tentang cara seorang penerjemah
melakukan teknik penerjemahan bidang teknologi komputer agar makna
yang tersampaikan tepat dan jelas dalam bahasa sasaran,
2. sebagai masukan dalam pengembangkan kosa kata mengingat masih
banyaknya istilah-istilah komputer yang masih belum mempunyai
padanan.
3. sebagai kajian agar bahasa Indonesia tidak dipandang sebagai bahasa
pelajar terhadap padanan istilah-istilah teknologi dari bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia.
4. dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis temuan penelitian
1. dapat memberikan pandangan atau masukan khususnya bagi dunia
pendidikan dan penerjemah bahwa penggunaan buku bilingual oleh pelajar
dapat dijadikan sebagai momentum dalam mensosialisasikan istilah-istilah
komputer dari Bsu (bahasa Inggris) yang pada dasarnya telah memiliki
padanan istilah baku dalam Bsa (bahasa Indonesia) yang selama ini kurang
tersosialisasi.
2. dapat memberikan pandangan atau masukan bagi penerjemah buku
bilingual agar lebih teliti dalam menerapkan teknik penerjemahan.
1.5 Batasan Masalah Penelitian
Pembatasan masalah dalam penelitian dilakukan agar penelitian ini akan
terarah dan teranalisa secara mendalam. Pembatasan masalah dilakukan dengan
cara:
1. Penelitian ini diorientasikan pada produk atau karya terjemahan
terjemahan bahasa Indonesia. 3. Membatasi data yang akan diteliti
Dengan demikian, pernyataan tentang teknik penerjemahan, dampak teknik penerjemahan terhadap ketepatan dan kejelasan terjemahan serta teknik penerjemahan yang disarankan terkait ketepatan dan kejelasan terjemahan disimpulkan berdasarkan kajian terhadap produk tanpa mengkaitkannya dengan penerjemah secara langsung dan dengan proses penerjemahan yang telah dilakukan oleh penerjemah.
1.6 Klarifikasi Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman tentang makna istilah-istilah
yang digunakan, maka istilah-istilah tersebut perlu diklarifikasi sebagai berikut
1. Bahasa sumber (Bsu) Bahasa sumber merujuk pada bahasa yang diterjemahkan. Jika seseorang menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris tersebut menempati posisi sebagai bahasa sumber.
2. Bahasa sasaran (Bsa). Bahasa sasaran adalah bahasa yang menjadi tujuan penerjemahan. Jika seseorang menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia diposisikan sebagai bahasa sasaran.
3. Komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas, yaitu menerima input, memproses input sesuai dengan instruksi
yang diberikan, menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahannya,
11
4. Kompetensi penerjemah dapat diartikan sebagai sistem yang mendasari pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan agar seseorang dapat
menerjemahkan (Nababan, 2004:4).
5. Teknik penerjemahan merupakan prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina & Albir 2002:509). 6. Kualitas terjemahan merupakan hasil terjemahan yang memiliki tiga
ciri utama terjemahan yaitu tepat, jelas dan wajar. Tepat berarti pesan yang
terdapat dalam bahasa sumber itu sama dengan amanat yang terdapat
dalam terjemahannya. Jelas berarti mudah dipahami, memiliki struktur
kalimat yang sederhana, memperhatikan ejaan dan memilih kosakata yang
lazim dan tepat dipakai. Wajar berarti bahasa terjemahan itu lancar, wajar dan tidak terasa ada keganjilan (Syihabuddin, 2002: 207).
7. Buku bilingual merupakan sebuah buku yang menyeimbangkan penggunaan dua bahasa yang berbeda. Buku Bilingual Information and communication technology merupakan buku bilingual yang menggunakan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini dikemukakan beberapa kajian teori yang berhubungan
dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan
serta penilaian kualitas terjemahan, pengertian bilingual dan manfaat bilingual
serta mengaitkannya dengan buku bilingual Information and communication technology, pengertian terjemahan dan penerjemahan serta teori tentang
penerjemah dan kompetensi penerjemah. Selain itu untuk menggambarkan alur
berpikir peneliti, akan disajikan kerangka pikir yang mencakup analisis dan
hubungannya dengan teori.
2.1 Teknik Penerjemahan
Menurut Collins English Dictionary, technique is a practical method, skill,
or art applied to a particular task. (Teknik adalah suatu metode, keahlian atau
seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas tertentu). Dari defenisi tersebut
terdapat dua hal penting yaitu: 1) teknik sebagai hal yang bersifat praktis dan 2)
teknik diberlakukan terhadap tugas tertentu dalam hal ini tugas penerjemahan, dari
dua butir penting ini dapat dipahami bahwa teknik berbeda dengan metode dan
prosedur yang sifatnya kurang-lebih normatif. Sesuai dengan sifatnya yang
praktis, ”teknik” secara langsung berkaitan dengan permasalahan praktis
penerjemahan dan pemecahannya daripada norma maupun pedoman
Sementara itu Molina Albir (2002:509) mendefinisikan teknik
penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisa dan mengklarifikasikan
bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada
berbagai satuan lingual.
Penelitian ini mengadopsi 18 teknik penerjemahan yang diusulkan Molina
& Albir, (2002:509) serta membandingkannya dengan pendapat ahli penerjemah
lainnya. Berikut jenis teknik-teknik penerjemahan tersebut:
1. Adaptasi(adaptation), teknik penggantian unsur budaya pada Bsu dengan hal
yang sifatnya sama pada budaya Bsa (Molina & Albir, 2002:509). Teknik ini
sama dengan teknik yang diungkapkan oleh ahli lainnya seperti (Newmark,
1988:82) disebut ’culltural equivalent, sementara Baker, (1992:31)
mengungkapkannya sebagai cultural substitution, dan Hoed, (2006:12)
menyebutnya sebagai padanan budaya. Konsep adaptasi di atas juga selaras
dengan pendapat Newmark (1988:91). Jadi teknik adaptasi belum tentu
mengubah seluruh teks menjadi sebuah saduran, karena teknik ini hanya
menerjemahkan unsur-unsur teks saja, kecuali memang semua unsur dalam
teks diadaptasi secara keseluruhan. Kalau dalam terjemahan Inggris ke
Indonesia kita menjumpai terjemahan frasa Dear sir menjadi yang ’terhormat’
atau frasa Sincerely yours diterjemahkan menjadi ‘hormat saya’. Teknik
penerjemahan ini disesuaikan dengan budaya sasaran dalam bahasa Indonesia.
Demikian juga halnya dengan ungkapan as white as snow, misalnya, digantikan
dengan ungkapan seputih kapas, bukan seputih salju karena salju tidak dikenal
2. Amplifikasi (amplification), teknik penerjemahan yang mengeksplisitkan atau
memparafrasa suatu informasi yang implisit dalam Bsu (Molina & Albir,
2002:509). Amplifikasi merupakan lawan dari reduksi atau pengurangan. Hal
senada juga diungkapkan oleh Newmark (1988:90) sebagai Paraphrase dalam
prosedur penerjemahannya, Newmark mengungkapkankan bahwa paraphrase
adalah penjelasan tambahan makna dari sebuah segmen teks karena segmen
tersebut mengandung makna yang tersirat atau hilang, sehingga perlu
dijelaskan atau diparafrasa sehingga menjadi lebih jelas. Sementara itu Molina
dan Albir (2002:502) menyatakan bahwa teknik penambahan dilakukan untuk
mengklarifikasi sebuah ekspresi ellipsis, menghindari ketaksaan atau
ambiguitas, menambah konektor. Berikut adalah beberapa contoh teknik
penambahan: Bsu: employees of all industries took part in the conference.
Bsa: karyawan-karyawan dari semua cabang industry mengambil bagian
dalam konferensi tersebut. Terdapat penambahan kata cabang untuk
memperjelas industry. Demikian juga halnya dengan kata Ramadan, misalnya,
diparafrasa menjadi Bulan puasa kaum muslim.
3. Peminjaman (borrowing), adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah
meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber. Peminjaman itu bisa
bersifat murni (pure borrowing) atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi
(naturalized borrowing). Teknik peminjaman murni juga dikenal dengan
sebagai transference oleh Newmark (1988:81), sementara itu Baker (1992:36)
menyebutnya sebagai loan word. Hal senada juga diungkapkan oleh Hoed
(2006:12) sebagai teknik dengan tidak diberi padanan (Hoed, 2006:12).
harddisk. Teknik naturalized borrowing sama dengan teknik penerjemahan
fonologis yang diungkapkan Hoed, (2006:12) dan prosedur naturalisasinya
Newmark (1988:82) yaitu dengan mengambil bunyi kata yang bersangkutan
dalam Bsu untuk disesuaikan dengan sistem bunyi atau pengucapan seperti
contoh dari naturalized borrowing adalah computer yang diterjemahkan
menjadi komputer, goal diterjemahkan menjadi gol.
4. Kalke (calque), teknik penerjemahan dengan mentransfer kata atau frasa dari
Bsu secara harfiah ke Bsa baik secara leksikal maupun struktural (Molina &
Albir, 2002:509; Dukate, 2007:44). Contoh: secretariat general diterjemahkan
menjadi sekretaris jendral, begitu juga dengan frasa formal education
diterjemahkan menjadi pendidikan formal. Interferensi struktur bahasa sumber
pada bahasa sasaran adalah ciri khas dari teknik calque.
5. Kompensasi (compensation), teknik memperkenalkan elemen informasi atau
efek stilistik lain pada tempat lain pada Tsa karena tidak ditempatkan pada
posisi yang sama seperti dalam Tsu (Molina & Albir, 2002:509; Newmark,
1988:90). Contoh: Never did she visit her aunt diterjemahkan menjadi, Wanita itu benar-benar tega tidak menemui bibinya. Sama halnya dengan Enter, stranger, but take heed. Of what awaits the sin of the greed. Diterjemahkan
menjadi Masuklah orang asing tetapi berhati-hatilah. Terhadap dosa yang
ditanggung orang serakah.
6. Deskripsi (description), teknik yang mengganti istilah dengan deskripsi
bentuk atau fungsinya (Molina & Albir, 2002:509). Hal ini berbeda dengan
amplifikasi yang mengeksplisitkan informasi yang implisit. Teknik yang
padanan fungsional (functional equivalent) dalam Newmark, (1988:83).
Contoh: kata dalam bahasa Italia panettone diterjemahkan menjadi kue tradisional Italia yang dimakan pada saat tahun baru. Teknik penerjemahan tersebut dilakukan karena dalam bahasa Inggris tidak dikenal istilah atau jenis
makanan Panetto, sehingga dianggap untuk menggantikan kata benda itu
dengan sebuah desripsi yang menggambarkan jenis makanan tersebut.
7. Kreasi diskursif (discursive creation), teknik Penggunaan suatu padanan
temporer yang diluar konteks atau tak terprediksikan. Dengan kata lain teknik
penerjemahan yang berupaya untuk menentukan atau menciptakan sebuah
padanan sementara yang benar-benar di luar konteks yang tak terprediksi. Hal
tersebut biasanya digunakan pada penerjemahan judul (Molina & A1bir,
2002:509). Contoh: Judul buku Si Malinkundang diterjemahkan sebagai A betrayed son si Malinkundang
8. Kesepadanan lazim (established equivalent), Penggunaan istilah yang telah
lazim digunakan baik dalam kamus atau dalam bahasa sasaran sebagai
padanan dari Bsu tersebut (Molina & Albir, 2002:509). Teknik ini juga
dikenal dengan recognized translational/accepted standard translation
(Newmark, 1988:89) atau terjemahan resmi (Suryawinata & HariYanto,
2003). Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah. Contoh: kata efisien
dan efektive lebih lazim digunakan dari pada kata sangkil dan mangkus, sama halnya dengan red rose diterjemahkan menjadi mawar merah.
9. Generalisasi (generalization), teknik penggunaan istilah yang lebih umum
atau netral dalam bahasa sasaran (Molina & Albir, 2002:509) Neutralization
by general word (Baker 1992:36) termasuk dalam teknik generalisasi. Kata
penthouse, misalnya, diterjemahkan menjadi tempat tinggal, dan becak
diterjemahkan menjadi vehicle (subordinat ke superordinat).
10. Amplifikasi linguistik (linguistic amplification), teknik penambahan elemen
linguistik sehingga terjemahannya lebih panjang (Molina & Albir, 2002:509).
Teknik ini biasanya digunakan dalam pengalihbahasaan dan dubbing. Contoh:
I get it diterjemahkan menjadi biar saya saja yang mengangkat telepon
11.Kompresi linguistik (linguistic compression), teknik ini mensintesis elemen
linguistik yang ada menjadi lebih sederhana karena sudah dapat dipahami
(Molina & Albir, 2002:509). Misalnya you must find out! menjadi carilah!
12.Terjemahan harfiah (literal translation), teknik penerjemahan suatu kata
atau ungkapan secara kata per kata (Molina & Albir, 2002:509). Teknik ini
sama dengan teknik padanan formal yang diajukan Nida namun bukan
penggunaan padanan yang sudah merupakan bentuk resmi. Misalnya, kalimat I will ring you diterjemahkan menjadi Saya akan menelpon Anda.
13.Modulasi (modulation), teknik penerjemahan dimana penerjemah mengubah
sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya terhadap Bsu;
bisa dalam bentuk struktural maupun leksikal. Hal senada tentang modulasi
juga diungkapkan oleh Hoed (2006:12) dan Newmark, (1988:88). Misalnya you are going to have a child, diterjemahkan menjadi Anda akan menjadi
seorang bapak. Contoh lainnya adalah 1 cut my finger yang diterjemahkan menjadi Jariku tersayat, bukan saya memotong jariku.
14.Partikularisasi (particularization), teknik penggunaan istilah yang lebih
Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi. Berdasarkan pernyataan tersebut disimpulkan bahwa teknik penerjemahan partikularisasi
itu mencoba menerjemahkan satu istilah dengan cara mencari padanannya
yang lebih spesifik atau khusus. Contoh: air transportation diterjemahkan menjadi helikopter (superordinat ke subordinat)
15.Reduksi (reduction), teknik mengimplisitkan informasi karena komponen
maknanya sudah termasuk dalam bahasa sasaran. Teknik ini sama dengan
reduksi yang diajukan Newmark (1988:90) atau penerjemahan dengan
penghilangan kata atau ungkapan omissian yang diajukan Baker (1992:36).
Contoh: the month of fasting diterjemahkan menjadi Ramadan. Penghilangan
frasa the month of fasting untuk penerjemahan kata benda Ramadhan ke dalam
bahsa Inggris karena kata tersebut ada dalam bahasa Arab dan sudah
mengandung makna the month of fasting atau ’bulan puasa’ sehingga tidak
perlu disebutkan lagi. Teknik ini mirip dengan teknik penghilangan (ommission atau deletion atau subtraction) atau implisitasi. Dengan kata lain,
informasi yang eksplisit dalam teks bahasa sumber dijadikan implisit dalam teks bahasa sasaran.
16.Subtitusi (substitution: linguistic, paralinguistic), teknik penggantian elemen
eleman linguistik dengan paralinguistik (intonation, gesture) dan sebaliknya.
Biasanya digunakan dalam pengalihbahasaan (Molina & Albir, 2002:509).
17.Transposisi (transposition), teknik penggatian kategori grammar, Teknik ini
sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit misal Bsu : You
must get the money Bsa : Uang itu harus kamu dapatkan. Ungkapan yang
sama juga tentang transposisi diungkapkan oleh Hoed, (2006:12) dan
Newmark (1988:85) menyebutnya sebagai shifts atau transposition.
18.Variasi (variation), merupakan teknik penggantian unsur linguistik atau para
linguistik (intonasi, gesture) yang mempengaruhi aspek keragaman linguistik
misalnya penggantian gaya, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan naskah drama. Contoh dari teknik penerjemahan variasi ini adalah memperkenalkan atau mengubah
indikator-indikator dialektikal dari karakter-karakter atau lakon dalam sebuah cerita
ketika seseorang akan menerjemahkan sebuah novel menjadi sebuah
pertunjukan drama untuk anak-anak. Nada dalam hal ini adalah cara
menyampaikan pikiran atau perasaan.
2.2 Penilaian Kualitas Terjemahan
Memperoleh terjemahan yang berkualitas perlu diperhatikan kesepadanan
dalam mengatur, menggolongkan, menyamakan gaya antara teks Bsu dengan Bsa,
dll. Jadi pada dasarnya kesepadanan tersebut harus dinamis, dan bukan sekedar
kesamaan harfiah. Penerjemah harus mampu menghasilkan kesepadanan yang
sedekat mungkin antara dua teks tersebut dengan mempertimbangkan target
pembaca sasaran.
Larson, (1984:489) mengatakan bahwa untuk menilai sebuah terjemahan
language (perbandingan dengan teks Bsu) Tujuan dari perbandingan ini adalah
untuk memeriksa apakah padanan informasi dalam teks Bsu sudah dimasukkan
semua ke dalam Bsa, tidak ada yang tertinggal, dihilangkan, ditambahkan atau
yang berbeda. b) Back-translation (terjemahan balik). Penerjemahan balik ini
hendaknya dilakukan dengan meminta orang lain yang juga menguasai teks Bsu
dan teks Bsa. Orang ini diminta untuk menulis dalam teks Bsu apa yang
didapatnya dari Bsa tanpa memperlihatkan kepadanya teks Bsu yang
diterjemahkan oleh penerjemah, c) Comprehension test (tes pemahaman). Tujuan
dari tes ini adalah untuk melihat apakah terjemahan itu dapat dimengerti secara
tepat oleh konsumen yang sebelumnya tidak pernah melihat terjemahan itu.
Pengujian ini hendaknya dilakukan oleh orang yang lancar menggunakan bahasa
sasaran. Apabila terjemahan diperuntukkan bagi seluruh lapisan masyarakat, maka
hendaknya orang tua, muda, setengah tua, orang terpelajar dimasukkan menjadi
responden. Sendainya terjemahan ini diperuntukan bagi kalangan tertentu saja
maka yang jadi respondennya juga kalangan tertentu tersebut. d) Naturalness test
(test kewajaran) Tes ini bertujuan untuk melihat apakah bentuk terjemahan itu
wajar dan apakah gaya bahasanya juga sesuai dengna bahasa sasaran. Pengujian
ini hendaknya dilakukan oleh mereka yang mengerti Bsu dan Bsa, juga mereka
yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang prinsip penerjemahan.
Pemeriksa yang sudah terlatih akan dapat memberikan masukan yang bermanfaat
untuk sebuah terjemahan, e) Readibility test (test keterbacaan). Keterbacaan teks
merupakan seberapa mudahnya sebuah teks dipahami oleh pembaca. Tes ini bisa
dilakukan dengan meminta seseorang membaca terjemahan ini dengan bersuara.
mana yang membuat pembaca ragu-ragu, atau berhenti dan membaca ulang dan
tidak mengerti mengapa teks itu mengatakan demikian. Pembaca yang terpelajar
akan dapat dengan mudah memahami struktur kalimat yang agak rumit sedangkan
pembaca yang kurang terpelajar akan kesulitan. Inilah alasan kenapa tes
keterbacaan sangat perlu dilakukan.
Larson (1989:6) juga mengemukakan bahwa dalam memperoleh
terjemahan yang terbaik adalah terjemahan yang: (1) memakai bentuk-bentuk
bahasa sasaran yang wajar, (2) menyampaikan sebanyak mungkin makna yang
sama kepada penutur bahasa sasaran seperti yang dimengerti oleh penutur bahasa
sumber, dan (3) mempertahankan dinamika teks bahasa sumber, artinya
menyajikan terjemahan yang sedemikan rupa sehingga kesan dan respon yang
diperoleh penutur asli bahasa sumber sama dengan kesan dan respon penutur bahasa sasaran ketika membaca atau mendengar teks terjemahan.
Syihabuddin (2002:175) mengatakan bahwa berbagai kualifikasi yang perlu dipenuhi oleh seorang penerjemah dimaksudkan agar para pembaca dapat memahami terjemahan dengan mudah, karena terjemahan itu memiliki tingkat keterpahaman yang tinggi, memenuhi seluruh makna dan maksud teks sumber dan
bersifat otonom. Otonom maksudnya adalah terjemahan itu dapat menggantikan
teks sumbernya. Kualifikasi tersebut ditetapkan supaya terjemahan yang
dihasilkan berkualitas. Kualitas ini dapat bersifat intrinsik yaitu berkaitan dengan
ketepatan, kejelasan, dan kewajaran teks. Namun, dapat pula bersifat ekstrinsik
yaitu berkenaan dengan tanggapan pembaca dan pemahamannya terhadap
Secara lebih rinci Syihabuddin (2002:207) menyebutkan bahwa terdapat
tiga ciri utama terjemahan yang berkualitas, antara lain: (1) tepat yaitu pesan
yang terdapat dalam bahasa sumber itu sama dengan amanat yang terdapat dalam
terjemahannya. (2) jelas yaitu terjemahan itu mudah dipahami, memiliki struktur
kalimat yang sederhana, memperhatikan ejaan dan memilih kosakata yang lazim
dan tepat dipakai. (3) wajar yaitu bahasa terjemahan itu lancar, wajar dan tidak terasa ada keganjilan.
Pandangan di atas selaras dengan pendapat Larson yang menegaskan
bahwa kualitas terjemahan itu ditentukan oleh ketepatan, kejelasan dan kewajaran
(Syihabuddin, 2002:207).
Dalam penelitian ini, penilaian terhadap kualitas terjemahan yang akan
dilakukan oleh penulis yaitu dalam hal ketepatan dan kejelasan terjemahan.
Sementara kewajaran terjemahan tidak penulis nilai, karena kewajaran terjemahan
menurut hemat penulis merupakan penilaian yang kontroversial serta sulit untuk
dipenuhi. Bagi seseorang, terjemahan sudah dapat dikatakan wajar, namun
beberapa orang dapat berpendapat terjemahan tersebut tidak wajar.
2.5.1 Ketepatan Terjemahan
Menurut Larson (1984:485), “Accurate is reproducing as exactly as possible meaning of the source text.” Yang mengandung arti bahwa terjemahan
tersebut menghasilkan makna yang sama dengan makna dalam teks sumber.
Schaffner, (1997:1) mengungkapkan hal yang sama bahwa ketepatan
adalah pesan yang terkandung dalam teks terjemahan harus sama dengan pesan
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Syihabuddin (2002:207) mengungkapkan bahwa ketepatan berkaitan dengan kesesuaian antara pesan yang terdapat dalam bahasa sumber dengan pesan yang terdapat dalam terjemahannya.
Sesuai dengan penjelasan singkat di atas dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan format penilaian yang berkaitan dengan aspek ketepatan terjemahan
yang merujuk pada model penilaian ketepatan terjemahan menurut Larson dan
Syihabuddin. Hal tersebut menurut peneliti sangat sesuai dengan penjelasan
sebelumnya pada bab II tentang pengertian bilingual dan manfaatnya bahwa
selain mengajarkan ilmu tentang teknologi informasi dan komunikasi, buku
bilingual juga berkontribusi dalam menambah pengetahuan serta wawasan siswa
dalam mempelajari bahasa Inggris. Dalam bidang penerjemahan kesamaan isi,
pesan dan makna yang terdapat dalam bahasa sumber merupakan prioritas paling utama dalam penilaian kualitas terjemahan khususnya tingkat ketepatan terjemahan.
Ketidaktepatan terjemahan akan berpengaruh terhadap proses pemerolehan bahasa yang hendak dipelajari atau yang berusaha dikuasainya khususnya bagi pelajar yang memiliki pemahaman serta kemampuan dalam menerjemahkan yang masih sangat minim. Adapun format penilaian yang akan penulis nilai berdasarkan aspek ketepatan terjemahan dalam penelitian ini meliputi hal-hal
Tabel 2.1: Aspek Penilaian Tingkat Ketepatan Terjemahan Aspek Yang
Dinilai Penjelasan
Skala Penilaian Penyampaian isi, pesan dan makna pada
satuan lingual yang terkandung dalam teks bahasa sumber, sesuai dengan isi, pesan dan makna dalam teks bahasa sasaran. Tidak ada penyimpangan dan tidak ada penambahan, penghilangan atau perubahan pesan.
3
Penyampaian isi, pesan dan makna pada satuan lingual yang terkandung dalam teks bahasa sumber, cukup sesuai dengan isi, pesan dan makna dalam teks bahasa sasaran. Adanya penyimpangan makna, serta terdapat sedikit penambahan, penghilangan atau perubahan pesan.
2
Penyampaian isi, pesan dan makna pada satuan lingual yang terkandung dalam teks bahasa sumber, tidak sesuai dengan isi, pesan dan makna dalam teks bahasa sasaran, adanya penyimpangan makna, serta terdapat banyak penambahan, penghilangan atau perubahan pesan.
1 Ketepatan
Terjemahan
Penyampaian isi, pesan dan makna pada satuan lingual yang terkandung dalam teks bahasa sumber, tidak sesuai sama sekali dengan isi, pesan, dan makna dalam teks bahasa sumber.
0
Sumber Syihabuddin (2002:207)
2.5.2 Kejelasan Terjemahan
Menurut Larson (1984:485), “Natural is using natural forms of the receptor language in a way that appropriate to the kind of text being translated.” Yang
Menurut Schaffner, (1997:1), kejelasan adalah teks terjemahan diungkapkan
dengan kaidah-kaidah yang lazim serta dapat dipahami dalam bahasa sasaran dan
tidak bertentangan dengan norma dan budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran,
Sama halnya menurut Syihabuddin (2002:207) kejelasan berkaitan dengan
masalah kebahasaan dan kemudahan dalam memahami maksud teks. Terjemahan
yang jelas berarti terjemahan itu mudah dipahami maknanya dengan baik. Bahasa yang digunakan adalah bahasa elegan, sederhana dan mudah dipahami.
Sesuai dengan penjelasan singkat di atas, peneliti menggunakan format
penilaian yang berkaitan dengan aspek kejelasan terjemahan yang merujuk pada
model penilaian kejelasan terjemahan menurut Larson dan Syihabuddin. Adapun format penilaian yang akan penulis nilai berdasarkan aspek kejelasan terjemahan
dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
Tabel 2.2: Aspek Penilaian Tingkat Kejelasan dalam Terjemahan Aspek Yang
Dinilai Penjelasan
Skala Penilaian Teks bahasa sasaran dapat disampaikan
sangat jelas, bahasa yang digunakan sederhana, lazim digunakan dan mudah dipahami oleh pengguna bahasa sasaran.
3
Teks bahasa sasaran dapat disampaikan cukup jelas, bahasa yang digunakan sedikit sederhana dan sedikit lazim digunakan, tetapi masih dapat dipahami oleh pengguna bahasa sasaran.
2
Teks bahasa sasaran disampaikan kurang jelas, bahasa yang digunakan tidak sederhana dan tidak lazim digunakan, sehingga sulit dipahami oleh pengguna bahasa sasaran.
1 Kejelasan
Terjemahan
Teks bahasa sasaran yang disampaikan
tidak tepatdan salah terjemahan 0
2.3 Pengertian Buku Bilingual dan Manfaatnya 2.3.1 Pengertian Buku Bilingual
Pengertian buku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia offline V 1.5.1
adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah
satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran
kertas pada buku disebut sebuah halaman. Pengertian bilingual dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1996) mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan
baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa. Contoh Bilingual
dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Menurut Hurlock, (1993:238), dwibahasa (bilingualism) adalah kemampuan
menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara dan menulis
tetapi juga kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang lain secara
lisan dan tertulis. Anak yang memiliki kemampuan dwibahasa memahami bahasa
asing dengan baik seperti halnya pemahaman anak terhadap bahasa ibunya. Anak
mampu berbicara, membaca dan menulis dalam dua bahasa dengan kemampuan
yang sama. Pelaksanaan pembelajaran secara bilingual menjadikan anak dapat
memiliki pemahaman berkomunikasi lisan dan dapat berbicara dalam dua bahasa.
2.3.2 Manfaat Bilingual
Menurut Baker (2000:12) mengungkapkan bahwa bilingual memberi
dampak pada kehidupan anak dan orangtuanya. Bilingual atau monolingual akan
mempengaruhi identitas anak saat dewasa yaitu, sekolah, pekerjaan, pernikahan, area
tempat tinggal, perjalanan dan cara berpikir. Kemampuan bilingual bukan hanya
sekedar mempunyai dua bahasa, akan tetapi juga mempunyai konsekuensi
Baker (2000:12) juga mengatakan bahwa terdapat banyak keuntungan dan
sangat sedikit kerugian dengan menguasai bilingual. Menguasai bilingual membuat
anak mampu berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya dengan bahasa yang
sama dimiliki anggota keluarga tersebut karena anak menguasai dua bahasa. Anak
yang memiliki kemampuan bilingual mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi
dengan orang lain yang berbeda bangsa dan etnis dalam ruang lingkup yang lebih
luas dan bervariasi dibanding anak yang monolingual. Selanjutnya keuntungan lain
dalam berkomunikasi secara bilingual adalah ketika anak belajar dalam dua bahasa,
saat dewasa dapat mengakses dua literatur, memahami tradisi yang berbeda, juga
cara berpikir dan bertindak.
Sedangkan kerugian dari bilingual adalah orang yang menggunakan dua
bahasa secara ekstensif dapat mengubah pelafalan secara halus pada beberapa
komunikasi antar dua bahasa (Caramazza, 1973:421).
Anak atau orang dewasa yang memiliki kemampuan bilingual akan memiliki
dua atau lebih pengalaman di dunia, karena setiap bahasa berjalan dengan sistem
perilaku yang berbeda, pepatah kuno, cerita, sejarah, tradisi, cara berkomunikasi,
literatur yang berbeda, musik, bentuk hiburan, tradisi religius, ide dan kepercayaan,
cara berpikir, dan bentuk kepedulian. Dengan dua bahasa maka akan didapat
pengalaman budaya yang lebih luas dan sangat mungkin untuk menghasilkan
toleransi yang lebih besar antara budaya-budaya yang berbeda serta akan menipiskan
rasa rasialis. Monolingual juga bisa mengenal perbedaan budaya, tapi untuk
mengenal budaya-budaya yang berbeda dibutuhkan bahasa dari budaya tersebut.