IMPLEMENTASI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
(AHP) DAN PROMETHEE UNTUK MENENTUKAN
PENERIMAAN BANTUAN BERAS MISKIN (RASKIN)
STUDI KASUS :
Kantor Camat Hinai Kiri Kec. Secanggang Kab. Langkat
SKRIPSI
NUR ASMA
121421080
PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IMPLEMENTASI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
(AHP) DAN PROMETHEE UNTUK MENENTUKAN
PENERIMAAN BANTUAN BERAS MISKIN (RASKIN)
STUDI KASUS :
Kantor Camat Hinai Kiri Kec. Secanggang Kab. Langkat
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Ilmu Komputer
NUR ASMA 121421080
PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERSETUJUAN
Judul : IMPLEMENTASI METODE ANALYTIC
HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN PROMETHEE
UNTUK MENENTUKAN PENERIMAAN BANTUAN
BERAS MISKIN (RASKIN)
Kategori : SKRIPSI
Nama : NUR ASMA
Nomor Induk Mahasiswa : 121421080
Program Studi : EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER
Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, 2015
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Drs. Agus Salim Harahap, M.Si. Siti Dara Fadilla, S.SI, M.T
NIP. 195408281981031004 NIP. 197705162005012001
Diketahui/Disetujui oleh
Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,
PERNYATAAN
IMPLEMENTASI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN
METODE PROMETHEE UNTUK MENENTUKAN PENERIMAAN BANTUAN
BERAS MISKIN (RASKIN)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, 2015
Nur Asma
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dengan usaha yang maksimal akhirnya dapat dilaksanakan
penelitian serta penyusunan skripsi ini yang berjudul: “Implementasi Metode AHP
dan Promethee Untuk Menentukan Penerimaan Bantuan Beras Miskin (Raskin).
Tulisan ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dan
kemampuan penulis.
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun
tidak langsung, teristimewa untuk orangtua yang paling penulis cintai dan sayangi
yaitu H.M.Yusuf dan Hj. Siti Fatimah.Pada kesempatan ini Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. BapakProf. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A.(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis selaku Dekan Fakultas
IlmuKomputerdanTeknologiInformasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Kom. selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Komputer Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Maya Silvi LydiaB.Sc., M.Sc.selakuSekretaris Program Studi S1
IlmuKomputerUniversitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Agus Salim Harahap, Msi. selakuDosenPembimbing I yang
telahbanyak memberikan ilmu, bimbingan,
saran,danmasukankepadapenulisdalampengerjaanskripsiini.
6. Ibu Siti Dara Padilla, S.SI, MT.SelakuDosenPembimbing II yang
telahmemberikanbimbingan,
saran,danmasukankepadapenulisdalampengerjaanskripsiini.
7. Bapak M. Andri B,ST, MComp.Sc, MEM,.selakuDosenPembanding I yang
8. Ibu Elviwani, S.Kom, M.Kom.selakuDosenPembanding II yang
telahmemberikankritikdan saran dalampenyempurnaanskripsiini.
9. Semuadosendansemuapegawai di Program Studi S1
IlmuKomputerFakultasIlmuKomputerdanTeknologiInformasiUniversitas
Sumatera Utara.
10. Bapak Satiman, S.Sos, M.AP. selaku penata Tk.I Kantor camat Hinai Kiri
Kec.Secanggang yang telah mengizinkan saya melakukan survey di kantor
tersebut.
11. Bapak Suwanto, S.Sos. yang telah memberikan informasi atau data yang
diperlukan untuk melengkapi skripsi ini.
12. Untuk abang penulis Nur Arifin, adik tersayang Maimunah dan Ahmad
Arfansyah serta kakak ipar Putri Siswanti dan keponakan kesayangan
M.Azriel. yang terus memberikan dorongan semangat dan motivasi bagi
penulis.
13. Teman-temanseperjuanganmahasiswaEkstensiS1-Ilmu Komputerstambuk
2012, Siti Handayani Rkt, Silvia Ningsih Pratiwi, Edison Marcopolo
Simanjuntak S.Kom, Claudia br. Napitupulu S.Kom, dan teman-teman yang
lain yang
telahmemberikansemangatdanmenjaditemandiskusipenulisdalammenyelesaika
nskripsiini.
14. Teman sekamar penulis Netty Suryani yang selalu sabar dicuekin setiap kali
penulis mengerjakan skripsi ini.
15. Semuapihak yang terlibatlangsungataupuntidaklangsung yang
tidakdapatpenulisucapkansatu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kepada pembaca agar kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 2015
Nur Asma
ABSTRAK
Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dalam pembangunan Negara Kesatuan Repubik Indonesia. Cara mewujudkan tujuan tersebut yaitu dengan membentuk program pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat dan sebagainya. Salah satu program tersebut adalah pendistribusian beras untuk keluarga miskin yang merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin. Tetapi ada beberapa beberapa instansi pemerintah yang masih mengalami permasalahan dalam mengambil keputusan siapa saja seharusnya raskin tersebut diberikan. Hal ini disebabkan karena pihak instansi masih menggunakan sistem manual sehingga diperlukannya sistem pendukung keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima raskin tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun sebuah sistem aplikasi yang dapat membantu pihak instansi / user dalam mengambil satu keputusan untuk menentukan siapa saja yang paling berhak menerima bantuan beras miskin (Raskin) berdasarkan nilai dari kriteria. Sistem pendukung keputusan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode Analytic Hierarcy Process (AHP) dan metode PROMETHEE. Dalam
mengambil keputusan digunakan 12 kriteria pembanding dan 12 alternatif untuk menentukan siapa yang paling berhak menerima beras miskin yaitu Kondisi Rumah yang terdiri dari Lantai, Dinding, MCK, Listrik dan Kepemilikan Rumah. Bagian umum terdiri dari penghasilan, pekerjaan dan jumlah tanggungan. Bagian Aset Pribadi terdiri dari kebun, ternak, elektronika dan kendaraan. Aplikasi yang dibangun dalam penelitian ini menggunakan bahasa pemrograman PHP. Berdasarkan penggunaan metode AHP dan Promethee dalam aplikasi ini, maka diperoleh urutan pertama dengan nilai tertinggi pada metode AHP adalah Paing dengan nilai 0.3411. dan urutan pertama pada metode Promethee adalah Sugiono dengan nilai tertinggi -0.136. Time Complexity dengan metode AHP T(n)= �(n2)dan proses eksekusi running time
sebesar 21,559 detik. Dengan metode Promethee T(n)=�(n2) dan prosees eksekusi
running time sebesar 3.145 detik. Berdasarkan dari hasil perhitungan Time Complexity, maka dapat disimpulkan penggunaan metode Promethee lebih cepat daripada metode AHP.
Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan (SPK), Analytical Hierarchy
Process(AHP) dan Preference Ranking Organization Method for
IMPLEMENTATION METHOD OF ANALYTIC HERARCHY PROCESS (AHP) DAN PROMETHEE TO DETERMINE THE ACCEPTANCE OF POOR
RICE (RASKIN)
ABSTRACT
Welfare of the community is one of the goals in the development of the Unitary Republic of Indonesia. How to achieve that goal is to establish poverty alleviation programs, community empowerment, and so on. One such program is the distribution of rice for poor families who are the government's efforts to reduce the burden on poor families spending. But there are some few government agencies are still experiencing problems in taking decisions anyone should Raskin was given. This is because the agencies are still using a manual system so that the need for a decision support system to determine who is entitled to receive the Raskin. The purpose of this research is to build an application system that can help the agency / user in taking a decision to determine who is most entitled to receive help poor rice (Raskin) based on the value of the criterion. Decision support system used in this study using Hierarcy Analytic Process (AHP) and PROMETHEE method. In taking the decision to use 12 comparators and 12 alternative criteria to determine who is most entitled to receive poor rice which condition the house is composed of floor, walls, toilets, electricity and Housing. The general part consists of income, employment and number of dependents. Personal Assets section consists of gardens, livestock, electronics and vehicles. Applications built in this study uses the PHP programming language.Based on the use of AHP and Promethee method in this application, the obtained first place with the highest values in AHP is Paing with the value 0.3411. and the first order on Promethee method is Sugiono with the highest value -0136. Time Complexity with AHP T (n) = θ (n2) running time and the process of execution was 21.559 seconds. With the Prometheemethod T (n) = θ (n2) running time and the process of execution was 3,145 seconds. Based on the results of the calculation from Time Complexity, it can be concluded uses Promethee method is faster than the AHP.
Keywords : Decision Support System (DSS), Analytical Hierarchy Process (AHP) and Preference Ranking Organization Method for luation
DAFTAR ISI
1.6. Metodologi Penelitian 4
1.7. Sistematika Penulisan 5
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. DefinisiSistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 6
2.1.1. DefinisiSistem 6
2.1.2. Definisi Keputusan 6
2.1.3. Defenisi Sistem Pendukung Keputusan 7
2.2. Konsep Sistem Pendukung Keputusan 7
2.3. Proses Pengambil Keputusan 9
2.4. Karakteristik dan Kapabilitas Sistem Pendukung Keputusan 10
2.5. Algoritma 11
2.6. Fuzzy Multiple Attribute Decision Making 12
2.6.1. Algoritma AHP 13
2.7. Prinsip Dasar AHP 14
2.8. Algoritma Preference Ranking Organization Enrichment of Methods (PROMETHEE)
17
2.9. Pendekatan Objek Oriented 24
2.9.2. Kebutuhan Fungsional dan Nonfungsional 26
2.10. Flowchart 27
2.11. Analisis Kinerja Algoritma 29
2.12. Time Complexity 29
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1. Analisis Masalah 30
3.2. Analisis Kebutuhan Sistem 31
3.3. Analisis Proses 32
3.3.1. Analisis Proses Pemecahan Masalah dengan
AlgoritmaAnalytic Hierarchy Process(AHP)
32
3.3.2. Analisis Proses Pemecahan Masalah dengan
AlgoritmaPromethee
69
3.4. Pemodelan Sistem 82
3.4.1. Activity Diagram 82
3.4.2 Spesifikasi Use Case & Activity Diagram Promethee 84
3.4.3 Sequence Diagram 85
3.5. Perancangan Sistem 88
3.5.1. Pembuatan Algoritma Program 88
3.5.2. Alur Proses Sistem Secara Umum 88
3.6. Perancangan Struktur Tabel 91
3.7. Perancangan Antarmuka Sistem (Interface) 93
3.7.1. Halaman Menu Login 93
3.7.2. Halaman MenuUtama 93
3.7.3. Halaman Input Data (Kriteria) 94
3.7.4. Halaman Input Data (Alternatif) 96
3.7.5. Halaman Proses AHP 97
3.7.6. Halaman Proses Promethee 98
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
4.1. Implementasi Sistem 100
4.1.1. FormLogin 100
4.1.2. Form MenuUtama 101
4.1.3 Form MenuInput Data 101
4.1.4. Form Sub Menu Input Data (Input Altermnatif) 102
4.1.5. Form Menu Proses AHP 102
4.1.6. Form Menu Proses Promethee 103
4.2. Pengujian Sistem 103
4.2.1. Pengujian Proses Metode AHP 104
4.2.2. Pengujian Proses Metode Promethee 110
4.3. Analisis Perbandingan Algoritma 112
4.3.1. Perhitungan Kompleksitas Waktu 112
4.3.3. Perhitungan Kompleksitas Waktu Algoritma Promethee 115
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 117
5.2. Saran 118
DAFTAR PUSTAKA 119
LAMPIRAN A A-1
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan 14
Tabel 2.2. Indeks Random 16
Tabel 2.3. Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan 17
Tabel 2.4. Jenis-Jenis State 25
Tabel 2.5. Program Flowchart 26
Tabel 2.6. Sistem Flowchart 27
Tabel 3.1. Matriks Berpasangan Untuk Kriteria Memilih Orang Yang Berhak
Menerima Raskin Berdasarkan Kriteria
31
Tabel 3.2. Matriks Berpasangan Alternative Penerima Raskin 32
Tabel 3.3. Nilai Perbandingan Kriteria 34
Tabel 3.4. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua Kriteria
Disederhanakan
35
Tabel 3.5. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua Kriteria
Dinormalisasi
36
Tabel 3.6. Tabel MatriksEigenvector 37
Tabel 3.7. Nilai Perbandingan Sub Kriteria dari Kondisi Rumah 38
Tabel 3.8. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Kondisi Rumah Disederhanakan
38
Tabel 3.9. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua Sub Kriteria
Kondisi Rumah Dinormalisasi
41
Tabel 3.10. Tabel MatriksEigenvector 41
Tabel 3.11. Nilai Perbandingan Sub Kriteria dari Umum 43
Tabel 3.12. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
UmumDisederhanakan
43
Tabel 3.13. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Umum Dinormalisasikan
44
Tabel 3.14. Nilai Perbandingan SubKriteria Aset Pribadi 45
Tabel 3.15. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria Aset
Pribadi Disederhanakan
45
Tabel 3.16. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
UmumDisederhanakan
47
Tabel 3.17. Tabel Matriks Eigenvector 48
Tabel 3.18. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua Kriteria Kondisi
Rumah
50
Tabel 3.20. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria Lantai
51
Tabel 3.21. Tabel Perhitungan Normalisasi 52
Tabel 3.22. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Dinding
52
Tabel 3.23. Tabel Perhitungan Normalisasi 53
Tabel 3.24. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
MCK
53
Tabel 3.25. Tabel Perhitungan Normalisasi 54
Tabel 3.26. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Listrik
54
Tabel 3.27. Tabel Perhitungan Normalisasi 55
Tabel 3.28. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Kepemilikan Rumah
55
Tabel 3.29. Tabel Perhitungan Normalisasi 56
Tabel 3.30. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua Alternative
Umum
56
Tabel 3.31. Tabel Perhitungan Normalisasi 57
Tabel 3.32. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Penghasilan
57
Tabel 3.33. Tabel Perhitungan Normalisasi 58
Tabel 3.34. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Pekerjaan
58
Tabel 3.35. Tabel Perhitungan Normalisasi 59
Tabel 3.36. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Jumlah Tanggungan
59
Tabel 3.37. Tabel Perhitungan Normalisasi 60
Tabel 3.38. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua Alternative 60
Tabel 3.39. Tabel Perhitugnan Normalisasi 61
Tabel 3.40. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Kebun
61
Tabel 3.41. Tabel Perhitungan Normalisasi 62
Tabel 3.42. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Ternak
62
Tabel 3.43. Tabel Perhitungan Normalisasi 63
Tabel 3.44. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Elektronika
63
Tabel 3.45. Tabel Perhitungn Normalisasi 64
Tabel 3.46. Matriks Factor Pembobotan Hirarki Untuk Semua SubKriteria
Kendaraan
64
Tabel 3.47. Tabel Perhitungan Normalisasi 65
Tabel 3.48. Perhitungan Prioritas dari Masing-Masing Kriteria 66
Tabel 3.50. Tabel PROMETHEE Tahap 1 71
Tabel 3.63. Tabel PROMETHEE Tahap 2 78
Tabel 3.64. Hasil Nilai Leaving Flow 79
Tabel 3.65. Hasil Nilai Entering Flow 80
Tabel 3.66. Hasil Nilai Net Flow 81
Tabel 3.67. Spesifikasi Use Case Diagram Algoritma PROMETHEE 84
Tabel 3.68. Struktur Tabel admin 91
Tabel 3.69. Struktur Tabel Alternative 91
Tabel 3.70. Struktur Tabel alprio 92
Tabel 3.71. Struktur Tabel Kriteria 92
Tabel 3.72. Struktur Tabel Pioritas 92
Tabel 3.73. Struktur Tabel hasilpromet 92
Tabel 3.74. Struktur Tabel Subkritera 92
Tabel 3.75. Struktur Tabel_Irk 92
Tabel 3.76. Keterangan Bagian-Bagian Rancangan Antarmuka Aplikasi 94
Tabel 3.77. Keterangan Bagian-Bagian Rancangan Antarmuka Aplikasi 95
Tabel 3.78. Keterangan Bagian-Bagian Rancangan Antarmuka Aplikasi 96
Tabel 3.79. Keterangan Bagian-Bagian Rancangan Antarmuka Aplikasi 97
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Fase Proses Pengambilan Keputusan 9
Gambar 2.2. Karakteristik dan Kapabilitas Sistem Pendukung Keputusan 11
Gambar 2.3. Kriteria Biasa 18
Gambar 2.4. Kriteria Quasi 19
Gambar 2.5. Kriteria Preferensi Linier 20
Gambar 2.6. Kriteria Level 21
Gambar 2.7. Kriteria dengan Preferensi Linier dan area berbeda 21
Gambar 2.8. Kriteria Gaussian 22
Gambar 3.1. Diagram Ishikawa untuk analisis masalah 29
Gambar 3.2. Activity Diagram Algoritma AHP 83
Gambar 3.3. Activity Diagram Algoritma PROMETHEE 85
Gambar 3.4. Sequence Diagram AHP 86
Gambar 3.5. Sequence Diagram PROMETHEE 87
Gambar 3.6. Flowchart Proses Algoritma AHP 89
Gambar 3.7. Flowchart Proses Algoritma PROMETHEE 90
Gambar 3.8. Rancangan Halaman Login 93
Gambar 3.9. Rancangan Halaman Utama 94
Gambar 3.10. Rancangan Halaman Input Kriteria 95
Gambar 3.11. Rancangan Halaman InputAlternatif 96
Gambar 3.12. Rancangan Halaman Metode AHP 97
Gambar 3.13. Rancangan Halaman Metode Promethee 98
Gambar 4.1. FormLogin 99
Gambar 4.2. FormMenu Home 101
Gambar 4.3. FormMenu Input Data (Input Kriteria) 101
Gambar 4.4. FormMenu Input Data (Input Alternatif) 102
Gambar 4.5. Form Matriks Kriteria Proses AHP 102
Gambar 4.6. Form Matriks Kriteria Proses Promethee 103
Gambar 4.7. Form InputMatriks Nama Kriteria 103
Gambar 4.8. Form Matriks Nama SubKriteria 104
Gambar 4.9. Form Input Matriks Kriteria 104
Gambar 4.10. Form Bobot Nilai Kriteria 105
Gambar 4.11. Form Input Matriks SubKriteria Kondisi Rumah 105
Gambar 4.12. Form Bobot Nilai SubKriteria Kondisi Rumah 106
Gambar 4.13. Form Input Matriks SubKriteria Umum 106
Gambar 4.15. Form Input Matriks SubKriteria Aset Pribadi 107
Gambar 4.16. Form Bobot Nilai SubKriteria Aset Pribadi 108
Gambar 4.17. Form Aternatif 108
Gambar 4.18. Form Bobot Nilai Alternatif 109
Gambar 4.19. Form Hasil Perhitungan AHP 109
Gambar 4.20. Form Input Matriks Metode Promethee 110
Gambar 4.21. Form Promethee Tahap II 111
Nur Asma
ABSTRAK
Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dalam pembangunan Negara Kesatuan Repubik Indonesia. Cara mewujudkan tujuan tersebut yaitu dengan membentuk program pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat dan sebagainya. Salah satu program tersebut adalah pendistribusian beras untuk keluarga miskin yang merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin. Tetapi ada beberapa beberapa instansi pemerintah yang masih mengalami permasalahan dalam mengambil keputusan siapa saja seharusnya raskin tersebut diberikan. Hal ini disebabkan karena pihak instansi masih menggunakan sistem manual sehingga diperlukannya sistem pendukung keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima raskin tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun sebuah sistem aplikasi yang dapat membantu pihak instansi / user dalam mengambil satu keputusan untuk menentukan siapa saja yang paling berhak menerima bantuan beras miskin (Raskin) berdasarkan nilai dari kriteria. Sistem pendukung keputusan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode Analytic Hierarcy Process (AHP) dan metode PROMETHEE. Dalam
mengambil keputusan digunakan 12 kriteria pembanding dan 12 alternatif untuk menentukan siapa yang paling berhak menerima beras miskin yaitu Kondisi Rumah yang terdiri dari Lantai, Dinding, MCK, Listrik dan Kepemilikan Rumah. Bagian umum terdiri dari penghasilan, pekerjaan dan jumlah tanggungan. Bagian Aset Pribadi terdiri dari kebun, ternak, elektronika dan kendaraan. Aplikasi yang dibangun dalam penelitian ini menggunakan bahasa pemrograman PHP. Berdasarkan penggunaan metode AHP dan Promethee dalam aplikasi ini, maka diperoleh urutan pertama dengan nilai tertinggi pada metode AHP adalah Paing dengan nilai 0.3411. dan urutan pertama pada metode Promethee adalah Sugiono dengan nilai tertinggi -0.136. Time Complexity dengan metode AHP T(n)= �(n2)dan proses eksekusi running time
sebesar 21,559 detik. Dengan metode Promethee T(n)=�(n2) dan prosees eksekusi
running time sebesar 3.145 detik. Berdasarkan dari hasil perhitungan Time Complexity, maka dapat disimpulkan penggunaan metode Promethee lebih cepat daripada metode AHP.
Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan (SPK), Analytical Hierarchy
Process(AHP) dan Preference Ranking Organization Method for
IMPLEMENTATION METHOD OF ANALYTIC HERARCHY PROCESS (AHP) DAN PROMETHEE TO DETERMINE THE ACCEPTANCE OF POOR
RICE (RASKIN)
ABSTRACT
Welfare of the community is one of the goals in the development of the Unitary Republic of Indonesia. How to achieve that goal is to establish poverty alleviation programs, community empowerment, and so on. One such program is the distribution of rice for poor families who are the government's efforts to reduce the burden on poor families spending. But there are some few government agencies are still experiencing problems in taking decisions anyone should Raskin was given. This is because the agencies are still using a manual system so that the need for a decision support system to determine who is entitled to receive the Raskin. The purpose of this research is to build an application system that can help the agency / user in taking a decision to determine who is most entitled to receive help poor rice (Raskin) based on the value of the criterion. Decision support system used in this study using Hierarcy Analytic Process (AHP) and PROMETHEE method. In taking the decision to use 12 comparators and 12 alternative criteria to determine who is most entitled to receive poor rice which condition the house is composed of floor, walls, toilets, electricity and Housing. The general part consists of income, employment and number of dependents. Personal Assets section consists of gardens, livestock, electronics and vehicles. Applications built in this study uses the PHP programming language.Based on the use of AHP and Promethee method in this application, the obtained first place with the highest values in AHP is Paing with the value 0.3411. and the first order on Promethee method is Sugiono with the highest value -0136. Time Complexity with AHP T (n) = θ (n2) running time and the process of execution was 21.559 seconds. With the Prometheemethod T (n) = θ (n2) running time and the process of execution was 3,145 seconds. Based on the results of the calculation from Time Complexity, it can be concluded uses Promethee method is faster than the AHP.
Keywords : Decision Support System (DSS), Analytical Hierarchy Process (AHP) and Preference Ranking Organization Method for luation
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendistribusian beras untuk keluarga miskin atau Raskin merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin. Dengan adanya
pendistribusian beras miskin diharapkan dapat berdampak langsung terhadap
ketahanan pangan keluarga miskin dan kesejahteraan mereka sehingga dapat
mengurangi beban pengeluaran mereka. Tetapi pada kenyataannya pembagian beras
miskin tidak berpedoman pada kriteria-kriteria keluarga miskin sehingga pembagian
beras miskin tidak semuanya diberikan kepada keluarga miskin yang benar-benar
membutuhkan dan bisa dikatakan bahwa pembagian beras miskin ini diberikan tidak
tepat sasaran. Untuk menentukan kriteria-kriteria keluarga miskin dibutuhkan sebuah
sistem agar tidak terjadi kesalahan sehingga dengan adanya sebuah sistem dapat
membantu menentukan siapa saja yang berhak menerima Raskin.
Berdasarkan permasalahan diatas maka dibutuhkan sebuah aplikasi sistem
pendukung keputusan untuk penentuan penerimaan beras miskin (Raskin). Dalam
kasus ini penulis mengambil studi kasus di daerah Hinai Kiri Kec Secanggan Kab.
Langkat. Pemanfaatan sistem pendukung keputusan merupakan bagian yang penting
untuk menyelesaikan permasalah tersebut.
Sistem pendukung keputusan merupakan salah satu dari sistem informasi
berbasis komputer yang dapat membantu dalam menentukan calon penerima Raskin.
Karena sistem pendukung keputusan juga merupakan sistem berbasis pengetahuan
atau manajemen pengetahuan yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan
dalam suatu instansi atau perusahaan. Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer
yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah
Salah satu algoritma dalam sitem pendukung keputusan yang multikriteria
adalah Algoritma Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Promethee. Algoritma
Analytical Hierarchy Process (AHP) yang membuat suatu model pengambilan
keputusan yang bisa diterima dan bersifat global dengan memperhitungkan hal- hal
yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. AHP menggunakan perbandingan berpasangan
(Pairwise Comparison) yang memungkinkan penilaian verbal dan mecari hasil yang
tepat. Perbandingan berpasangan digunakan untuk memperoleh rasio dan skala
prioritas yang akurat. (Dolalah, 2010). Promethee merupakan suatu metode
pengambilan keputusan atas fungsi preferensi dengan penyelesaian masalah melalui
pendekatan hubungan outranking. (Novaliendry, 2009).
Dengan pemanfaatan kedua algoritma ini diharapkan akan menghasilkan
sistem pendukung keputusan yang dapat menghasilkan pemilihan siapa saja yang
paling berhak dalam menerima bantuan beras miskin (Raskin) di desa Hinai Kiri Kec.
Secanggang Kab. Langkat.
Formulasi permasalahan
dalam penelitian ini menggunakan AHP dan Promethee dengan berbagai
kriteria-kriteria yang ditentukan, dan hasil dari analisa akan memberikan alternatif siapa saja
calon penerima bantuan beras miskin (Raskin).
1.1. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana menghasilkan
sebuah sistem yang mampu mengimplementasikan algoritma AHP dan algoritma
Promethee untuk menentukan penerimaan beras miskin (RASKIN)
1.2. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Kemiskinan yang digunakan ialah:
1. Kondisi Rumah
a. Lantai
b. Dinding
d. Listrik
e. Kepemilikan Rumah
2. Umum
a. Penghasilan
b. Pekerjaan
c. Jumlah tanggungan
3. Aset pribadi
a. Kebun
b. Ternak
c. Elektronik
d. Kendaraan
2. Penggunaan Fuzzy Multiple Attribute DecisionMaking (FMADM) dengan
metode AHP dan Promethee untuk analisa pemilihan.
3. Menggunakan bahasa pemrograman PHP, Database Management System
(DBMS) MySQL dan Apache sebagai web server.
4. Data yang digunakan adalah data penduduk Desa Hinai Kiri Kec.
Secanggang Kab. Langkat Tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengambil satu keputusan dalam menentukan penerimaan bantuan beras
miskin (Raskin) dengan pemanfaatan algoritma AHP dan Promethee.
2. Untuk mengetahui Time Complexity dari algoritma AHP dan Promethee
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak instansi dalam menentukan siapa saja
yang berhak menerima Raskin sehingga proses penerimaan Raskin dilakukan lebih
1.5. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
a. Studi Literatur
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan studi kepustakaan melalui membaca
buku-buku, skripsi, dan jurnal yang dapat mendukung penulisan Tugas Akhir
yang relevan mengenai Sistem Pendukung Keputusan, Analytic Hierarchy
Process (AHP) dan Promethee.
b. Analisis dan Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan aplikasi yang akan dibuat, seperti
mencari data penduduk dari Desa Hinai Kiri Kec. Secanggang Kab. Langkat dan
mencari informasi untuk membangun aplikasi melalui buku, skripsi dan jurnal.
c. Perancangan
Pada tahap ini akan dilakukan perancangan dan sistem pengambilan keputusan
untuk menentukan siapa yang berhak menerima bantuan beras miskin (RASKIN).
Rancangan sistem dibuat menggunakan Unified Modeling Language (UML)
dalam bentuk activity diagram, dan sequence diagram. Pada tahap ini juga
dilakukan perancangan interface dari aplikasi dan flowchart cara menggunakan
sistem.
d. Implementasi
Pada tahap ini akan dilakukan pengimplementasian dari rancangan yang telah
dibuat ke dalam bahasa pemrograman PHP dengan menggunakan MySQL
sebagai DBMS-nya.
e. Pengujian
Setelah proses pengkodean selesai maka akan dilakukan proses pengujian
terhadap program yang dihasilkan untuk mengetahui apakah program sudah
berjalan dengan benar dan sesuai dengan perancangan yang dilakukan.
f. Penyusunan laporan dan kesimpulan akhir
Membuat laporan hasil analisa dan perancangan ke dalam format penulisan tugas
1.6. Sistematika Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul skripsi
“Implementasi Algoritma AHP dan PROMETHEE Untuk Penentuan
penerimaan Raskin”, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan perancangan
model sistem pendukung keputusan dalam penentuan penerimaan Raskin.
BAB 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini menjelaskan analisis yang dilakukan terhadap permasalahan dan
penyelesaian persoalan dalam penentuan penerimaan Raskin dengan
mengimplementasikan Algoritma AHP dan PROMETHEE untuk pemiihan.
BAB 4 : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM
Bab ini berisi implementasi perancangan sistem dari hasil analisis dan
perancangan yang sudah dibuat, serta menguji sistem untuk menemukan
kelebihan dan kekurangan pada sistem yang dibuat.
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan
saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan
2.1.1.Definisi Sistem
Sistem adalah suatu kumpulan atau susunan dari sesuatu ataupun benda, yang
berhubungan sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan atau keseluruhan.
Sistem dibagi menjadi tiga bagian berbeda: input, proses dan output. Bagian-bagian
tersebut dikelilingi oleh sebuah lingkungan dan sering melibatkan sebuah mekanisme
umpan balik. Selain itu, pengambil keputusan juga dianggap sebagai bagian dari
sistem. (Rosnani, 2014)
Berdasarkan prosedur, sebuah sistem merupakan suatu jaringan kerjadari
prosedur-prosedur yang saling berhubunganm berkumpul bersama-sama untuk
melakukan kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sedangkan
berdasarkan elemen atau komponennya, sistem merupakan kumpulan dari
elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Fachmi, 2006).
Menurut McLeod (1998), sebuah sistem didefenisikan sebagai suatu kumpulan
dari elemen-elemen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangakan
menurut Turban & Aronson (1998), sistem merupakan sekupulan objek seperti
orang-orang, sumber daya, konsep dan prosedur untuk memberikan performansi dalam
pencapaian tujuan tersebut. (Sandy, 2002).
2.1.2Definisi Keputusan
Menurut Ralp C. Davis, keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya
dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu
pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang
dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa
Menurut James A.F.Stoner, keputusan adalah pemilihan alternative-alternatif.
Defenisi ini mengandung tiga pengertian yaitu:
1. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.
2. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik.
3. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada
tujuan tersebut.
Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, SH, keputusan adalah suatu
pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk
menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut,
dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.
Dari pengertian-pengertian keputusan diatas, dapat diambil satu kesimpulan
bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi
yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif.
2.1.3 Sistem Pendukung Keputusan
Defenisi awal dari sistem pendukung keputusan merupakan sebagai sistem yang
dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi
keputusan semiterstruktur. Decision Support System (DSS) dimaksudkan untuk
menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas
mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. (Turban, 2005).
2.2. Konsep Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an
oleh Michael Scott Morton. Ia mendefenisikan sistem pendukung keputusan adalah
sebagai sistem berbasi komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan
untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah
tidak terstruktur. Defenisi klasik lainnya diajukan oleh Keen dan Scoot Morton pada
(1978), mereka mendefenisikan sistem pendukung keputusan memadukan sumber
kualitas keputusan. Sistem pendukung keputusan adalah sistem pendukung keputusan
manajemen yang menangani masalah-masalah tidak terstuktur. (Turban, 2005).
Dengan cepat muncullah defenisi lainnya yang menimbulkan tidak pastinya
apa sesungguhnya sistem pendukung keputusan itu. Berikut dijelaskan beberapa
pendapat yang menyangkut sistem pendukung keputusan.
Moore dan Chang (1980) berpendapat bahwa sistem pendukung keputusan
sebagai sistem yang dapat diperluas untuk mampu mendukung analisis data at hoc dan
pemodelan keputusan, berorientasi terhadap perencanaan masa depan, dan digunakan
pada interval yang tidak regular dan tak terencana.
Bonczek, dkk., (1980) mendefenisikan sistem pendukung keputusan sebagai
sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi:
sistem bahasa yang mana merupakan mekanisme untuk memberikan komunikasi
antara pengguna dan komponen untuk sistem pendukung keputusan yang lain, sistem
pengetahuan yang merupakan repositori pengetahuan domain masalah yang ada pada
sistem pendukung keputusan sebagai data atau sebagai prosedur), dan sistem
pemrosesan masalah yang merupakan hubungan antara dua komponen lainnya, terdiri
dari satu atau lebih kapabilitas manipulasi masalah umum yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan). Konsep-konsep yang diberikan oleh defenisi tersebut sangat
penting untuk memahami hubungan antara sistem pendukung keputusan dan
pengetahuan. (Turban, 2005).
Alter (2002) Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)
merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan
pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan
dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak
seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Kusrini, 2007).
Little (1970) mendefenisikan sistem pendukung keputusan sebagai sebuah
himpunan/kumpulan proseur berbasis model untuk memproses data dan pertimbangan
2.3. Proses Pengambilan Keputusan
Simon (1960) mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan
keputusan. Proses ini terdiri atas tiga fase, yaitu: (Kusrini, 2007)
1. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup
problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh,
diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.
2. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis
alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk
mengerti masalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.
3. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan
yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian
diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
Ketiga langkah proses pengambilan keputusan yang telah disampaikan oleh Simon
(1960) dapat digambarkan sebagai berikut :
Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak
berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna
menggambarkan hubungan antar fase secara lebih komprehensif.
Sistem Informasi Manajemen/
Pengolahan Data Elektronik
Ilmu Manajemen/Operation Research
Gambar 2.1. Fase Proses Pengambilan Keputusan
INTELLIGENCE
DESIGN
CHOICE
2.4. Karakteristik dan Kapabilitas Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan juga mempunyai karakteristik dan kapabilitas yang
menjadi kunci dari sistem pendukung keputusan. Yaitu:
1. Dukungan untuk pengambil keputusan dengan menyertakan penilaian
manusia dan informasi terkomputerisasi.
2. Dukungan untuk semua level manajerial.
3. Dukungan untuk individu dan kelompok.
4. Dukungan untuk keputusan independen dan atau sekuensial. Keputusan dapat
dilakukan satu kali atau berulang kali.
5. Dukungan di semua fase proses pengambil keputusan: intelegensi, desain,
pilihan dan implementasi.
6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambil keputusan.
7. Adaptivitas sepanjang waktu.
8. Kemudahan terhadap sistem (user friendly) .
9. Peningkatan terhadap keefektifan pemgambil keputusan ketimbang pada
efisiensinya.
10.Control penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses
pengambilkan keputusan dalam memecahkan masalah.
11.Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem
sederhana.
12.Biasanya model-model digunakan untuk menganalisis situasi pengambil
keputusan.
13.Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe.
14.Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang
Karakteristik dan Kapabilitas dari sistem pendukung keputusan akan terlihat jelas dari
gambar dibawah ini:
Gambar 2.2. Karakteristik dan Kapabilitas Sistem Pendukung Keputusan
Karakteristik dan kapabilitas kunci dari sistem pendukung keputusan tersebut
membolehkan para pengambil keputusan untuk membuat keputusan yang lebih baik
dan lebih konsisten. (Rosnani, 2014).
2.5. Algoritma
Algoritma adalah susunan langkah-langkah sistematis dan logis dalam pemecahan
suatu masalah. Algoritma juga merupakan suatu prosedur yang jelas untuk
menyelesaikan suatu persoalan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan
jumlah yang terbatas. (Muhammad &Saniman, 2008).
Ada 3 cara dalam menyusun sebuah algoritma yaitu :
1. Dengan merumuskan langkah-langkah pemecahan masalah melalui kalimat
yang terstruktur (tersusun secara logis).
2. Menggabungkan kalimat dengan penggalan statement yang ada di salah satu
bahasa pemrograman (mis. Bahasa pascal). Biasanya disebut dengan pseudo
code (mirip kode atau perintah pemrograman).
3. Menggunakan diagram alir (flowchart)
2.6. Fuzzy Multiple Attribute Decision Making Methods
Fuzzy Multiple Attribute Deciosion Making (FMADM) adalah suatu metode yang
digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria
tertentu. Inti dari FMADM adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut
kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif
yang sudah diberikan. Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot
atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan objektif dan pendekatan integrasi
antara subyektif dan obyektif. Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan
kelemahan. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan
subjektifitas dari para pengambil keputusan sehingga beberapa faktor dalam proses
perangkingan alternatif bisa ditentukan secara bebas. Sedangkan pada pendekatan
obyektif nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan sebyektifitas
dari pengambil keputusan.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
FMADM antara lain : (Kusumadewi, 2006)
1. Simple Additive Weighting (SAW)
2. Weighted Product (WP)
3. ELECTRE
4. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)
2.6.1. Algoritma Analytic Hierarcy Process (AHP)
Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif.
Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya
persepsi manusia. Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah, lalu
menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki.
AHP telah menarik minat banyak peneliti utamanya berdasarkan metode
perhitungan Matematika yang bagus dan faktanya bahwa dibutuhkan input data yang
lebih mudah diperoleh. AHP merupakan alat pengambilan keputusan yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks. AHP menggunakan struktur
hirarki multi level, kriteria, subkriteria dan alternatif. Data yang bersangkutan
menggunakan perbandingan berpasangan. Perbandingan berpasangan (Pairwise
Comparison). Perbandingan ini digunakan untuk mendapatkan bobot pentingnya
kriteria keputusan dan ukuran kinerja relatif dari alternatif dalam kriteria yang sudah
ditentukan. Jika perbandingan tidak konsisten, maka perbandingan ini menyediakan
mekanisme untuk meningkatkan konsistensi. (H Mann, 1995).
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty pada tahun 70-an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan
memperhatikan faktor-faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP
menggabungkan penilaian-penilaian dan nilai-nilai pribadi ke dalam satu cara yang
logis.
Penilaian dilakukan dengan membandingkan setiap elemen dengan elemen
lainnya pada setiap kriteria sehingga didapat nilai kepentingan elemen dalam bentuk
pendapat yang bersifat kualitatif tersebut digunakan skala penilaian Saaty sehingga
akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif) hingga menghasilkan
2.7. Prinsip Dasar AHP
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus
dipahami, diantaranya adalah (Mulyono, 2007):
1. Membuat hierarki.
Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi
elemen-elemen pendukung, menyusun elemen-elemen secara hierarki, dan menggabungkannya
atau mensintesisnya.
2. Penilaian Kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut
Saaty (1988), untuk berbagai ersoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik
untuk mengekspresikan pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty bisa
diukur menggunakan tabel analisis seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut
Tabel 2.1. Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Intensitas
Kepentingan
Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen
yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen
lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang
berdasarkan
Kebalikan Jika aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya
3. Synthesis of Priority (menentukan prioritas)
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif
kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk
menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan
memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika.
4. Logical Consistency (Konsistensi Logic)
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut
tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Adapun langkah-langkah dalam metode AHP adalah sebagai berikut :
1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki, yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan sub-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan
kriteria yang paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan kriteria yang
setingkat diatasnya. Perbandingan berdasarkan “judgement” dari pengambil
keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan
elemen lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement
seluruhnya sebanyak n x [ �−1
2 ] buah, dengan n adalah banyaknya elemen
yang dibandingkan.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai
vector eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensistesis
judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki
terendah sampai pencapaian tujuan.
Berdasarkan penjelasan langkah-langkah AHP diatas, dapat dibuat rumus perhitungan
untuk penentuan penerimaan Raskin sebagai berikut.
1. Menentukan kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam menentukan siapa
yang berhak menerima Raskin.
2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan.
3. Menjumlahkan matriks kolom yang disebut dengan jumlah elemen.
4. Menentukan bobot relatif yang dinormalkan (normalized relatif weight)
dengan cara membandingkan masing-masing nilai skala dengan jumlah
elemennya.
5. Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus menjumlahkan matriks baris
pada langkah 4 dan dibagi dengan jumlah kriteria.
6. Menghitung nilai lamda maksimum, dengan cara menjumlahkan hasil
perkalian jumlah kolom pada langkah 3 dengan prioritas tiap kriteria pada
langkah 5.
7. Menguji konsistensi matriks berpasangan kriteria yaitu nilai Indeks Konsisten,
dengan rumus CI = ����−�
�−1
8. Dimana CI = indeks konsistensi (Consistency Indeks) (2.1)
λmax
9. Menghitung Rasio Konsistensi, dengan rumus CR =��
�� (2.2)
= nilai eigen
n = banyak kriteria
Dimana CR = Rasio Konsistensi
CI = Indeks Konsistensi
RI = Indeks Random
RI adalah nilai indeks random seperti tabel 2.1.
Tabel 2.2 Indeks Random
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jika CR< 0.1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang
diberikan konsisten. Jika CR≥ 0.1, maka nilai perbandingan berpasangan pada
matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Jika tidak konsisten maka
pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun
alternatif harus diulang.(H Mann, 1995).
10.Menentukan siapa saja yang berhak menerima Raskin.
11.Menyusun siapa saja yang telah ditentukan dalam bentuk matriks berpasangan
untuk masing-masing kriteria. Ada n buah matriks berpasangan antar Kriteria
tersebut.
12.Masing-masing matriks berpasangan antar kriteria sebanyak n buah matriks,
tiap-tiap matriksnya dijumlah perkolomnya seperti pada langkah 3.
13.Menghitung nilai prioritas masing-masing matriks berpasangan antarkriteria
dengan rumus pada langkah 4 dan langkah 5.
14.Menghitung nilai lamda maksimum sama seperti langkah 6.
15.Menghitung konsistensi matriks berpasangan antar kriteria penerima Raskin
dengan mengikuti langkah-langkah 7 dan 8.
16.Menyusun matriks baris antar Kriteria dengan matriks baris kriteria yang
isinya hasil perhitungan nilai prioritas kriteria dan nilai prioritas penerima
Raskin tiap kriteria.
17.Hasil akhir berupa prioritas global dari perkalian nilai prioritas masing-masing
matriks kriteria dengan matriks antar penerima Raskin yang kemudian
dijumlahkan. Nilai ini yang digunakan oleh pengambil keputusan berdasarkan
nilai tertinggi.
2.8. Algoritma Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation
(PROMETHEE)
Diperkenalkan oleh Jean Pierre Brans dan Bertrand Marsechal pada tahun
1984.Promethee adalah suatu metode penentuan urutan (prioritas) dalam analisis
multikriteria. Promethee didasarkan atas kesederhanaan, kejelasan , dan kestabilan.
Dugaan dari dominasi kriteria yang digunakan dalam promethee adalah penggunaan
PROMETHEEmenyediakan kepada user untuk menggunakan data secara
langsung dalam bentuk tabel multikriteria sederhana. PROMETHEE mempunyai
kemampuan untuk menangani banyak perbandingan, pengambil keputusan hanya
mendefenisikan skala ukurannya sendiri tanpa batasan, untuk mengindikasi
prioritasnya dan preferensi untuk setiap kriteria dengan memusatkan pada nilai
(value). Metode PROMETHEE menggunakan kriteria dan bobot dari masing-masing
kriteria yang kemudian diolah untuk menentukan pemilihan alernatif lapangan, yang
hasilnya berurutan berdasarkan prioritasnya.
Dalam Promethee disajikan enam bentuk fungsi preferensi kriteria. Hal ini
tentu saja tidak mutlak, tetapi bentuk ini cukup baik untuk beberapa kasus, antara lain:
(Dhony, 2009)
1. Kriteria Biasa (Usual Criterion)
H(d) = (2.3)
Keterangan:
H(d) = selisih kriteria antara alternatif
d = selisih nilai kriteria dimana {d= f(a) - f(b)}
Pada kasus ini, tidak ada beda (sama penting) antara a dan b jika dan hanya
jikaf(a) = f(b) ; apabila nilai kriteria pada masing-masing alternative memiliki
nilai berbeda, pembuat keputusan membuat preferensi mutlak untuk alternatif
memiliki nilai yang lebih baik.
1
0
Gambar 2.3 Kriteria Biasa
0 jika d = 0
1 jika d≠0
H(d)
2. Kriteria Quasi (Quasi Criterion)
H(d) = (2.4)
Keterangan:
H(d) = fungsi selisih kriteria antara alternatif
d = selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) }
Parameter (q) = harus merupakan nilai tetap
Dua alternatif memiliki preferensi yang sama penting selama selisih atau nilai H(d)
dari masing-masing alternatif untuk kriteria tertentu tidak melebihi nilai q, dan apabila
selisih hasil evaluasi untuk masing-masing alternatif melebihi nilai q maka terjadi
bentuk preferensi mutlak.
Gambar 2.4. Kriteria Quasi
3. Kriteria dengan preferensi linier
H(d) = (2.5)
0 jika ≤q
1 jika d>q
d 1
H(d)
-q 0 q
0 jika d≤ 0
d/p jika 0 <d≤ p
Keterangan:
H(d) = fungsi selisih kriteria antara alternatif
d = selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) }
p = nilai kecenderungan atas
Kriteria preferensi linier dapat menjelaskan bahwa selama nilai selisih memiliki nilai
yang lebih rendah dari p, preferensi dari pembuat keputusan meningkat secara linier
dengan nilai d. Jika nilai d lebih besar dibandingkan dengan nilai p, maka terjadi
preferensi mutlak.
Gambar 2.5. Kriteria Preferensi linear
4. Kriteria Level (Level Criterion)
H(d) = (2.6)
Keterangan:
H(d) = fungsi selisih kriteria antara alternatif
p = nilai kecenderungan atas
q = harus merupakan nilai yang tetap
Kecenderungan tidak berbeda q dan kecenderungan preferensi p adalah ditentukan
secara simultan. Jika d berada di antara nilai q dan p, hal ini berarti situasi preferensi
yang lemah (H(d) = 0.5) (Brans, 1984).
H(d)
-p p
1
0
d
0 jika d≤q
0,5 jikaq<d≤ p
Gambar 2.6. Kriteria Level
5. Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda
H(d) = (2.7)
Keterangan:
H(d) = fungsi selisih kriteria antara alternatif
d = selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) }
p = nilai kecenderungan atas
q = harus merupakan nilai yang tetap
Pengambilan keputusan mempertimbangkan peningkatan preferensi secara linier dari
tidak berbeda hingga preferensi mutlak dalam area antara dua kecenderungan q dan p.
dua parameter tersebut telah ditentukan.
Gambar 2.7. Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda �
�
q p H(d)
-p -q
1
0 d
0 jika d ≤ q
(d-q)/p-q jikaq < d ≤ p
1 jika d > p
-p -q 0 q p
H(d)
1
6. Kriteria Gaussian (Gaussian Criterion)
H(d) = (2.8)
Fungsi ini bersyarat apabila ditentukan nilai �, dimana dapat dibuat berdasarkan distribusi normal dalam statistik (Brans, 1998).
Gambar 2.8. Kriteria Gaussian
Langkah-langkah perhitungan dengan Algoritma Promethee adalah sebagai berikut :
Diperlukan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh pembuat keputusan untuk
mendapatkan hasil penyeleksian dengan metode Promethee.
1. Menentukan beberapa alternatif
Alternatif disini bisa diartikan dengan obyek yang akan diseleksi (obyek
seleksi). Pada perhitungan penyeleksian dengan Promethee diperlukan
penentuan beberapa obyek yang akan diseleksi (minimal 2 obyek). Dimana
antara obyek yang satu dengan obyek lainnya akan dibandingkan.
2. Menentukan beberapa kriteria
Setelah melakukan penentuan obyek yang akan diseleksi, maka dalam
perhitungan penyeleksian Promethee juga diperlukan penentuan beberapa
kriteria, penentuan kriteria disini sebagai syarat atau ketentuan dalam
penyeleksian.
0 jika d≤ 0
1 – exp(- �2
2�2 ) jika d> 0
H(d)
1
3. Menentukan dominasi kriteria
Ketika menentukan kriteria, decision maker harus menentukan bobot atau
dominasi kriteria dari kriteria lainnya. Setiap kriteria boleh memiliki nilai
bobot yang sama atau berbeda.
4. Menentukan tipe preferensi untuk setiap kriteria yang paling cocok didasarkan
pada data dan pertimbangan dari decision maker. Tipe preferensi ini berjumlah
Enam (Usual, Quasi, Linear, Level, Linear Quasi dan Gaussian.
5. Memberikan nilai threshold atau kecenderungan untuk setiap kriteria
berdasarkan preferensi yang telah dipilih. Nilai kecenderungan tersebut adalah
nilai indifference, preference, dan Gaussian.
6. Perhitungan Leaving Flow , Entering Flow dan Net Flow.
1. Leaving flow adalah jumlah dari yang memiliki arah menjauh dari node a.
dan hal ini merupakan pengukuran outrangking. Adapun persamaannya:
�+(�) = 1
�−1∑�∈��(�,�) (2.9)
Keterangan : �+(�) = Leaving Flow
2. Nilai Entering Flow adalah jumlah dari yang memiliki arah mendekat dari
node a dan hal ini merupakan karakter pengukuran outranking. Untuk
semua nilai node a dalam grafik nilai outranking ditentukan berdasarkan
entering flow dengan persamaan:
�−(�) = 1
�−1∑�∈��(�,�) (2.10)
Keterangan : �−(a) = Entering Flow
3. Nilai Net Flow adalah penilaian secara lengkap. Lengkap disini adalah
penilaian yang didapat dari nilai Entering Flow yang dikurangi nilai
Leaving Flow. Jadi bisa diartikan, nilai Net Flow adalah nilai akhir atau
hasil yang didapat dari nilai positif yang dikurangi nilai negatif dari sebuah
node. Adapun persamaannya ialah:
Keterangan :
�+ (a) = Leaving Flow
�−(a) = Entering Flow
2.9 Pendekatan Objek Oriented
2.9.1. UML (Unified Modeling Language)
UML (Unified Modeling Language) adalah bahasa pemodelan untuk sistem atau
perangkat lunak yang berparadigma berorientasi objek. Pemodelan (modeling)
sesunggunhnya digunakan untuk menyederhanakan permasalahan-permasalahan yang
kompleks sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami. Adapun
tujuan pemodelan yaitu sebagai sarana analisis, pemahaman, visualisasi, dan
komunikasi antaranggota tim pengembang serta sebagai sarana dokumenasi (yang
bermanfaat untuk menelaah perilaku perangkat lunak secara seksama serta bermanfaat
untuk melakukan pengujian terhadap perangkat lunak yang telah selesai
dikembangkan. (Nugroho, 2005)
UML terdiri atas pengelompokan diagram-diagram sistem menurut aspek atau
sudut pandang tertentu. Diagram adalah yang menggambarkan permasalahan maupun
solusi dari permasalahan suatu model. UML mempunyai beberapa jenis diagram,
diantaranya Use Case Diagram, Class Diagram, Package Diagram, Object Diagram,
Sequence Diagram, Collaboration Diagram, StatiChart Diagram, Activity Diagram,
Deployment Diagram, Component Diagram, Composite Structure Diagram,
Interaction Overview Diagram, Timing Diagram. Tetapi yang sering digunakan
adalah Use Case Diagram, Activity Diagram, Sequence Diagram dan Class Diagram.
1. Diagram Aktivitas (Activity Diagram)
Activity Diagram menggambarkan proses-proses yang terjadi mulai aktivitas
dimulai sampai aktivitas berhenti. Activity Diagram sesungguhnya merupakan
bentuk khusus dari state machine yang bertujuan memodelkan
komputasi-komputasi dan aliran-aliran kerja yang terjadi dalam sistem/perangkat lunak yang
yang relative mudah digunakan. Symbol-simbol yang sama juga dapat digunakan
State tanpa struktur apapun di dalamnya
State
komposit
State yang dibagi menjadi 2 atau lebih
substate konkuren.
Initial state State mengindindikasikan awal rangkaian
state dalam diagram state
Final state State mengindikasikan akhir rangkaian
state dalam diagram state
2. Diagram Rangkaian (Sequence Diagram)
Diagram rangkaian memperlihatkan interaksi sebagai diagram dua matra
(dimensi). Matra vertical adalah sumbu waktu; waktu bertambah dari atas ke
bawah. Matra horizontal memperlihatkan peran pengklasifikasi yang
merepresentasikan objek-objek mandiri yang terlibat dalam kolaborasi.
Masing-masing peran pengkalsifikasi direpresentasikan sebagai kolom-kolom vertical
dalam sequence diagram sering disebut sebagai garis waktu (lifeline). Selama
objek ada, peran digambarkan menggunakan garis tegas. Selama aktivasi prosedur
pada objek aktif, garis waktu digambarkan sebagai garis ganda. Pesan-pesan
digambarkan sebagai suatu tanda panah dari garis waktu suatu objek kegaris
waktu objek lainnya. Panah-panah yang menggambarkan aliran pesan antarperan
pengklasifikasi digambarkan dalam urutan waktu kejadiannya dari atas ke bawah.
2.9 .2. Kebutuhan Fungsional dan Kebutuhan Nonfungsional
Kebutuhan fungsional adalah fungsi-fungsi yang harus dipenuhi pada aplikasi yang
dirancang. Kebutuhan non-fungsional adalah kebutuhan yang harus dipenuhi agar
aplikasi yang dirancang dapat mendapat umpan-balik yang baik dari pengguna
aplikasi.
2.10. Flowchart
Flowchart adalah suatu teknik untuk menyusun rencana program yang telah
diperkenalkan dan telah dipergunakan oleh kalangan pemrogram komputer sebelum
algoritma menjadi popular. Flowchart adalah untaian simbol gambar (chart) yang
menunjukkan aliran (flow) dari proses terhadap data. Seorang pemrogram harus
mampu membuat flowchart, harus mampu membaca dan mengerti flowchart, dan
sanggup menerjamahkan flowchart ke algoritma dan sebaliknya. Ada dua kategori
simbol flowchart, yaitu program flowchart dan sistem flowchart.
Simbol
.
Program flowchart, yaitu symbol-simbol flowchart yang digunakan untuk
menggambarkan logic dari pemrosesan terhadap data. (Nugroho, 2005).
Tabel 2.5. Program Flowchart
Sistem Flowchart, merupakan symbol-simbol peralatan sistem komputer yang
digunakan untuk menyatakan proses pengolahan data.
Tabel 2.6. Sistem Flowchart
Simbol Nama
Keyboard
Printer
File/Storage
Display/Monitor
Magnetic Tape
Magnetic Disc
Sorting
Extract
2.11.Analisis Kinerja Algoritma
Algoritma merupakan suatu cabang ilmu komputer yang membahas prosedur
penyelesaian suatu permasalahan. Dengan algoritma yang baik maka komputer bisa
menyelesaikan perhitungan dengan cepat dan benar. Sebaliknya, jika algoritma kurang
baik maka penyelesaian lambat dan bahkan tidak didapat solusi yang diharapkan. Baik
buruknya sebuah algoritma dapat dibuktikan dari kompleksitas waktu yang digunakan.
Hal-hal yang berkaitan dengan kompleksitas algoritma mencakup : (Adi, 2010)
1. Perancangan berarti kegiatan melakukan :
a. Dekripsi algoritma pada suatu tingkatan yang mempunyai arti bahasa semu
( pseudo).
b. Pembuktian kebenaran bahwa sebuah algoritma bisa menyelesaikan
permasalahan yang diberikan.
2. Analisis berarti memberikan evaluasi kinerja algoritma terhadap permasalahan
yang diberikan.
2.12.Time Complexity
Time Complexity (Kompleksitas waktu) adalah hubungan waktu komputasi dan
jumlah input. Kompleksitas waktu biasanya tentang ukuran dari sebuah array atau
obyek. Kompleksitas waktu tidak digunakan untuk fungsi yang sederhana seperti
menginput usernamedari database atau mengenkripsi password melainkan digunakan
untuk menyortir sebuah fungsi, perhitungan rekursif dan secara umum biasanya untuk
perhitungan waktu.
Big Ɵ ( Big Theta)adalah bagian dari kompleksitas waktu dari seubah algoritma. Big Ɵ ( Big Theta)Didefinisikan bahwa f(n) merupakan Tetta dari g(n) dan dinotasikan f(n) = Ɵ(g(n) jika dan hanya jika terdapat tiga konstanta positif n0, c1 dan
c2
ii| C
sedemikian berlaku :
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1. Analisis Masalah
Masalah utama yang diangkat dari penelitian ini adalah bagaimana mengimplementasikan Algoritma Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk memecahkan permasalahan Sistem Pendukung Keputusan untuk Penentuan Penerimaan Raskin.
Gambar 3.1. merupakan diagram Ishikawayang dapat digunakan untuk
menganalisis masalah.Bagian kepala atau segiempat yang berada di sebelah kanan merupakan masalah. Sementara di pada bagian tulang merupakan penyebab.
3.2. Analisis Kebutuhan Sistem
Untuk membangun sebuah sistem, perlu dilakukan sebuah tahap analisis kebutuhan
sistem. Analisis kebutuhan sistem dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu:
kebutuhan fungsional dan kebutuhan non-fungsional.
1. Kebutuhan Fungsional
Kebutuhan fungsional merupakan deskripsi dari aktivitas dan layanan yang sistem
harus berikan. Hal yang menjadi kebutuhan fungsional ialah inputs, outputs,
processes, yaitu antara lain adalah:
1. Sistem harus mampu memberi solusi terhadap sistem pendukung keputusan
penentuan penerimaan Raskin dengan mengimplementasikan Algoritma AHP.
2. Sistem harus mampu memberi solusi terhadap sistem pendukung keputusan
penentuan penerimaan Raskin dengan mengimplementasikan Algoritma
PROMETHEE.
3. Menggunakan Time Complexity untuk mengetahui hasil akhir dari metode AHP
dan Promethee.
2. Kebutuhan Non-Fungsional
Kebutuhan non-fungsional merupakan deskripsi dari beberapa fitur, karateristik, dan
batasan suatu sistem. Kebutuhan Non-Fungsional dari sistem adalah:
1. Hasil Survey
Dalam menentukan nilai perbandingan kriteria global dan alternative digunakan
hasil Survey dari masyarakat setempat.
2. Mudah digunakan (User friendly)
Sistem yang akan dibangun harus user friendly, artinya bahwa sistem mudah
digunakan oleh user dengan tampilan (interface) yang sederhana dan mudah