STRATEGI KOMUNIKASI PRUDENT RADIO 102,8 FM DALAM
PRODUKSI PROGRAM SIARAN ACARA PRUDENT HITS 10
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Feraz Basafi Abbas
107051003145
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika di kemudian hari bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 3 Mei 2013 Penulis
i ABSTRAK
Feraz Basafi Abbas
107051003145
Strategi Komunikasi Prudent Radio 102,8 FM Dalam Produksi Siaran Acara Prudent Hits 10
Di era informasi yang semakin canggih dewasa ini sudah banyak media elektronik yang semakin maju dan berkembang. Sekarang untuk mendapatkan informasi berita, hiburan dan pendidikan dapat dengan mudah diterima melalui televisi, radio dan internet.
Radio merupakan salah satu media komunikasi massa yang efektif bagi masyarakat karena jangkauannya yang luas dan dapat menembus berbagai lapisan dan kalangan masyarakat. Keberhasilan suatu radio pada umumnya bergantung pada bagus atau tidaknya suatu program siaran acara yang disajikan. Oleh karena itu proses produksi program siaran harus dilakukan dengan baik dan benar.
Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan berikut ini. Pertama, bagaimana strategi komunikasi Prudent Radio 102,8 FM dalam produksi siaran acara Prudent Hits 10? Kedua, bagaimana format acara pada program siaran acara prudent hits 10 di prudent radio 108,2 FM?
Teori yang digunakan adalah teori konstruksi sosial media massa. Menurut saya teori ini sangat tepat karena didalamnya akan membahas tentang tahapan proses produksi program siaran acara Prudent Hits 10.
Metode yang digunakan penulis untuk mencari data yang diperlukan adalah metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara melalui observasi lapangan, wawancara, telaah teks rekaman program dan dokumentasi di Prudent Radio 102,8 FM secara langsung.
ii KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin...
Tidak ada kata selain puji serta syukur penulis kepada Allah swt yang
telah memberikan nikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini. Meskipun banyak kendala-kendala di tengah jalan yang terkadang
menjadi beban penulis dan penghambat proses, tapi semua ini penulis jadikan
pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Dengan usaha dan kerja
keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Strategi
Komunikasi PRUDENT RADIO 102,8 FM Dalam Produksi Siaran Acara Prudent
Hits 10”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas
dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief
Subhan, MA, Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin
Saputra, MA, Pembantu Dekan II Bidng Administrasi Umum, Bapak
Drs.Mahmud Jalal, MA, serta Pembantu Dekan III Bidang
Kemahasiswaan, Bapak Study Rizal, L.K. MA.
2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Ibu Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
iii 4. Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku dosen pebimbing yang telah
banyak membantu, memberikan pengarahan dan kesempurnaan pada
penulisan skripsi ini.
5. Seluruh pengurus dan staf Prudent Radio 102,8 FM, Bapak Didik
Yulianto, S.T dan Wilda Masesa R terima kasih atas waktu dan
bantuannya yang telah membantu dalam pengumpulan data.
6. Almarhum Ayahanda tercinta (Moh. Abas) yang selalu memberikan
motivasi berharga untuk terus berjuang dalam mengahadapi segala
permasalahan kehidupan. Mamah ku tercinta (Azfiah) yang tak pernah
lelah memberi doa dan memberikan semangat untuk penulis agar cepat
membereskan kuliah. Nenek ku tercinta Hj. Maskanah yang selalu nanya
kapan di wisuda? Hehe. Dan adikku si kembar Fena dan Faldi yang sering
minjem modem kalo kakaknya lagi sibuk bikin skripsi.
7. Terima kasih kepada seluruh teman dan sahabat yang berada di KPI dan
FIDKOM.
8. Terima kasih kepada seluruh teman dan sahabat ataupun alumni yang
berada di kampus UIN tercinta.
9. Terima kasih buat anak-anak KPI A 2007, yang telah bersama melewati
hari-hari manis dan getirnya dikampus.
10.Terima kasih buat kelompok KKN 2010 KUTA Megamendung – Bogor.
11.Terima kasih buat Fitroh Handayani yang tidak pernah berhenti memberi
iv 12.Terima kasih buat semua rekan dan sahabat baik yang telah memberikan
dukungan dan isnspirasi penulis, mohon maaf tidak bisa disebutkan
semuanya.
Jakarta, 3 Mei 2013
v DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Tinjauan Kepustakaan ... 5
F. Kerangka Konsep ... 6
G. Metode Penelitian ... 8
H. Tahapan Penelitian ... 9
I. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 15
A. Tahapan Proses Konstruksi Sosial Media Massa ... 15
B. Strategi Komunikasi ... 21
C. Program ... 26
D. Pengertian Radio ... 31
vi
BAB III GAMBARAN UMUM PRUDENT RADIO 102,8 FM... 38
A. Sejarah dan Perkembangan Prudent Radio 102,8 FM ... 38
B. Logo Prudent Radio 102,8 FM ... 40
C. Visi dan Misi Prudent Radio 102,8 FM ... 44
D. Struktur Organisasi Prudent Radio 102,8 FM ... 45
E. Tipe Keadaan Demografi Pendengar Prudent Radio 102,8 FM ... 46
F. Program-program Acara Siaran Prudent Radio ... 47
G. Siaran Prudent Hits 10... 49
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 51
A. Proses Produksi dan Penyiaran Program Prudent Hits 10 ... 51
1. Tahap Penerapan Unsur-unsur Komunikasi ... 51
2. Tahap Pembingkaian Prolog/Skrip Acara ... 56
3. Tahap Pengungkapan Diri ... 57
4. Tahap Pembentukan Realitas Subjektif ... 59
5. Tahap Pengemasan Realitas Simbolik ... 62
6. Tahap Penetapan Realitas Objektif ... 81
BAB V PENUTUP ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90
vii DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 3.1 Logo Prudent Radio 102,8 FM ... 40
2. Gambar 3.2 Makna Huruf “d” Pada Logo Prudent Radio 102,8 FM ... 41
3. Gambar 3.3 Struktur Organisasi Prudent Radio 102,8 FM ... 45
4. Gambar 3.4 Profil Pendengar Prudent Radio 102,8 FM ... 46
5. Gambar 3.5 Program Siaran Acara Harian Prudent Radio 102,8 FM ... 47
6. Gambar 3.6 Program Siaran Acara Harian Pruedent Radio 102,8 FM ... 48
7. Gambar 3.7 Program Siaran Acara Mingguan Prudent Radio 102,8 FM ... 49
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radio merupakan salah satu media komunikasi massa yang efektif bagi
masyarakat karena jangkauannya yang luas dan dapat menembus berbagai lapisan
dan kalangan masyarakat. Radio sering ditempatkan sebagai ”sahabat setia” yang
dapat menemani kegiatan sehari-hari para pendengarnya.
Radio adalah salah satu media masa elektronik yang mampu
merealisasikan tujuan yang efisien dan murah. Radio merupakan media auditif
(hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat dan bisa dibawa atau didengarkan
dimana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi,
pendidikan dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media
imajinasi, sebab sebagai media yang buta radio menstimulasi begitu banyak suara
dan berupaya memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi aktual melalui
telinga pendengarnya.1
Radio menduduki posisi yang sangat strategis diantara media komunikasi
massa lainnya dan mempunyai banyak kelebihan, diantaranya radio memiliki
kesederhanaan (protability) dan kemampuan menjangkau setiap pendengarnya
yang sedang melakukan kegiatan – kegiatan lain sekalipun, atau bahkan sedang
menikmati media massa lainnya. Hal ini dikarenakan radio tidak dibatasi oleh
1
2 ruang dan waktu. Suatu pesan yang disampaikan oleh penyiar pada saat itu juga
diterima oleh khalayak, walaupun sarana yang dituju sangat jauh.2
Keberhasilan suatu stasiun radio, sangat ditentukan oleh keberhasilan
sebuah program siaran. Dan untuk memperoleh keberhasilan tersebut dibutuhkan
strategi yang baik agar produksi siaran radio dapat berjalan sesuai dengan target
yang diharapkan.
Sebaiknya perlu disadari oleh bagian produksi bahwa segala produksi
program yang disiarkan hasil kerja atau kelompok. Semua orang yang terlibat di
dalam proses maupun hasil produksi program harus menyadari, bahwa sebuah
program yang bagus dan menarik juga merupakan hasil kerja sama tim. Setiap
orang yang berada di dalam bagian produksi siaran mempunyai perannya
masing-masing. Ada Manajer Produksi atau Manajer Siaran, Program Director/penata
Program, Music Director, Produser, Script Writer/Penulis Naskah, DJ/Penyiar,
Reporter, dan Operator Siar/Rekam. Orang-orang inilah yang menjadi kunci atau
berperan penting di balik kesuksesan sebuah program radio. baik program musik
maupun berita.3
Memformat suatu program siaran radio dengan baik dan mengemasnya
dengan semenarik merupakan kunci keberhasilan agar pendengar tetap
mendengarkan siaran radio pada satu saluran dan tidak berganti ke saluran radio
lain.
2
Morrisan, Media Penyiaran Strategi Media Mengelola Radio dan Televisi, (Tangerang: Ramdina Perkasa) 2005, cet ke 1, h. 11.
3
3 Penelitian ini sangatlah penting karena didalam penelitian ini akan
membahas dan mengetahui bagaimana strategi komunikasi dilakukan pada
produksi program siaran radio.
Penulis dalam penelitian ini mengambil objek Prudent Radio karena
Prudent Radio merupakan radio yang berada di ruang lingkup pendidikan.
Menariknya adalah mayoritas pengurus Prudent Radio adalah pelajar SMK
Prudent School.
Salah satu program siaran Prudent Radio yang paling menarik dan
memiliki antusias pendengar terbanyak di antara program lainnya adalah “Prudent
Hits 10”. Prudent Hits 10 merupakan program hiburan musik yang berisikan
tentang tangga lagu yang sedang hits saat ini dikalangan pendengar.
Dengan banyaknya skripsi tentang strategi komunikasi dan produksi siaran
radio penulis berusaha untuk membahasnya lebih dalam dengan menggunakan
teori konstruksi sosial media massa yang telah disarankan oleh Armawati Arbi
salah satu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut penelitian ini dengan judul “STRATEGI KOMUNIKASI PRUDENT
RADIO 102,8 FM DALAM PRODUKSI PROGRAM SIARAN ACARA
4
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas maka peneliti membuat
batasan yang akan diteliti, yaitu peneliti hanya berfokus pada strategi komunikasi
Program siaran Prudent Radio saja. Penelitian ini tidak membahas tentang respon
atau pengaruh pendengar karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Berdasarakan batasan masalah diatas maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana strategi komunikasi Prudent Radio 102,8 FM dalam
produksi program siaran acara Prudent Hits 10?
2. Bagaimana format acara pada produksi program siaran acara Prudent
Hits 10 di Prudent Radio 108, 2 FM?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok batasan masalah diatas maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui proses strategi komunikasi Prudent Radio 102,8
FM dalam produksi program siaran acara Prudent Hits 10.
2. Untuk mengetahui format acara pada produksi program siaran acara
5 D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan berguna untuk memperdalam tentang
teori strategi komunikasi dan produksi siaran. Serta menjadi refrensi bagi
pengembang ilmu komunikasi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
(KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Praktis
Di harapkan dapat menjadikan perkembangan tentang penelitian
ilmu komunikasi terutama di bidang media masa elektronik radio. Serta
sebagai dasar bahan untuk studi – studi selanjutnya di media massa
elektronik (Radio). Penelitian ini juga dapat menjadi masukan untuk
produksi program siaran di Prudent Radio.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan
kepustakaan di perpustakaan yang ada di Perpustakaan Umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dan banyak sekali judul skripsi mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi yang meneliti di stasiun radio. Tetapi, dari sekian
banyaknya judul hanya membahas tentang produksi program saja, diantaranya:
Novita Roliana, penelitian ini membahas tentang produksi program
6 adalah sama-sama membahas mengenai proses produksi. Perbedaannya pada
skripsi ini pada program yang disajikan bersifat talk show.4
Sri Dewi Rahmadianti, penelitian ini membahas tentang produksi siaran
Spirit in The Morning dengan mengggunakan teori produksi dan memaparkan
segala tahapan dari pra produksi, produksi sampai pasca produksi serta mencari
kelebihan dan kekurangan dari program tersebut. Perbedaannya pada skripsi ini
adalah tidak menggunakan teori konstruksi media massa.5
Melisa Nursodiyanti, penelitian ini membahas tentang Strategi yang
dilakukan Radio Wadi dalam upaya meningkatkan program siaran andalannya dan
dibahas dengan menggunakan teori SWOT. Persamaannya membahas tentang
stasiun radio. Perbedaannya pada skripsi ini tidak membahas program dan
format.6
F. Kerangka Konsep
Konstruksi Sosial Media Massa ( Burhan Bungin : 2007)
Enam Proses Konstruksi Sosial Media Massa:
1) Tahap Penerapan Unsur-unsur Komunikasi
2) Tahap Pembingkaian Prolog/Skrip Kasus
3) Tahap Pengungkapan Diri
4
Novita Roliana, Analisis Produksi Program Dakwah “Assalamualaikum” di Radio 88. 2FM Bekasi, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
5
Sri Dewi Rahmadianti, Analisis Produksi Siaran Spirit In The Morning di Radio 104,2 MS Tri FM, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
6
7 4) Tahap Pembentukan Realitas Subjektif
5) Tahap Pengemasan Realitas Simbolik
6) Tahap Penetapan Realitas Objektif
(Armawati Arbi : 2011)
Konstruksi sosial media massa, terciptanya konstruksi sosial itu melalui
tiga momen dialektis, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
Enam proses konstruksi sosial media massa: a) Tahap penerapan
unsur-unsur komunikasi adalah pada persiapan pra produksi seperti penyiar, operator,
pesan prolog, dan format yang akan disajikan. b) tahap pembingkaian prolog/skrip
acara adalah proses di mana seorang tim produksi menyiapkan skrip acara bagi
radio. c) tahap pengungkapan diri adalah dimana penyiar membingkai fakta
pendengar berdasarkan pengungkapan diri yang dilakukan oleh pendengar
tersebut. d) tahap pembentukan realitas subjektif adalah proses seleksi pendengar
yang dilakukan oleh tim produksi. e) tahap pengemasan realitas simbolik adalah
strategi yang dilakukan dalam upaya menarik perhatian pendengar. f) tahap
penetapan realitas subjektif adalah proses evaluasi yang dilakukan radio untuk
melihat hasil dari program.
Dalam tahap pengemasan realitas simbolik akan ditinjau menggunakan
teori strategi yang meliputi: strategi signing, strategi framing dan strategi priming.
Proses produksi ditinjau dari pra produksi, produksi dan pasca produksi.
Kriteria penetapan unsur-unsur komunikasi seperti materi, penyiar, dan corak
8 G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian yang menggunakan metedologi kualitatif berasal dari
pendekatan interpretatif atau subjektif. Pendekatan interpretatif ini mempunyai
dua varian, yakni kritis dan konstruktivis.7 Adapun penelitian ini berangkat dari
pendekatan kritis sebagaimana analisis framing pada umumnya. Dengan
metedologi kualitatif yang lebih menekankan pada persoalan kedalam (kualita)
data bukan pada banyaknya (kuantitas) data.
Sedangkan desain penelitiannya menggunakan deskriptif kualitatif .
bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai
situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat. Yang
menjasi objek penelitian. Dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai
suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran fenomena tertentu.
Sehingga penelitian ini bersifat mendalam karena kedalaman data yang menjadi
pertimbangannya serta menusuk sasaran penelitian.8
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Jl. KH. Hasyim Ashari / Jl. Tugu Karya
1A Cipondoh - Kota Tangerang. Adapun waktu penelitian dimulai sejak tanggal
15 Januari sampai dengan 28 Maret 2013.
7
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 51.
8
9 3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek penelitian ini adalah pengurus atau tim produksi Prudent
Radio 102,8 FM.
b. Objek penelitian ini adalah strategi komunikasi Prudent Radio
102,8 FM dalam produksi siaran Prudent Hits 10.
4. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung
dari sumber subjek yaitu pengurus atau tim produksi Prudent Radio secara
individual atau kelompok. Metode yang digunakan untuk mendapatkan
data primer dengan menggunakan metode survei atau metode observasi.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber-sumber data pendukung
dalam penelitian yang didapat oleh peneliti secara tidak langsung. Data
sekunder atau sumber data pendukung tersebut dapat berupa bukti atau
dokumen yang dirahasiakan dan tidak dirahasiakan oleh pihak Prudent
Radio.
H. Tahapan Penelitian
Prosedur dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
10 dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematik sehingga mudah untuk
diolah. Adapun yang menjadi instrumen penelitian adalah:
a. Wawancara
Teknik yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu
penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan,
kemudian langsung dijawab oleh informan dengan bebas terbuka untuk
memperoleh data yang dibutuhkan mengenai strategi komunikasi Program
Prudent Hits 10. Wawancara ini dilakukan dengan Didik Yulianto sebagai
Manager Operasional Prudent, Ragil Retno sebagai Kepala Produksi
Prudent Hits 10 dan Eka F sebagai penyiar Prudent Hits 10.
b. Telaah Teks Rekaman Program
Selain wawancara, penulis mencoba menggali informasi/data
secara lebih mendalam lagi, yaitu melalui teks rekaman program. Data
wawancara yang diperoleh ketika program siaran Prudent Hits 10 yang
berada di alat rekam, begiru juga dengan data lainnya seperti data
wawancara, penulis mencoba tuangkan kedalam bentuk teks, kemudian
penulis analisis dan mengambil kesimpulan.
c. Observasi
Observasi adalah cara penelitian untuk memperoleh data dalam
bentuk mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasil observasi.
11 mengamati objek yang diteliti adalah strategi komunikasi Prudent Radio
dalam Produksi siaran Prudent Hits 10.
d. Dokumentasi
Mengumpulkan dokumen berupa data tertulis yang mengandung
keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih
actual.9 Dokumen yang dikumpulkan berupa data-data yang sudah ada
pada Prudent Radio di ambil oleh peneliti untuk melengkapi data yang
sudah didapat sebelumnya yang diperoleh melalui wawancara dan
observasi. Dokumen yang dikumpulkan oleh peneliti berupa sejarah
Prudent Radio, struktur radio, program acara, format acara Prudent Hits
10, foto-foto, rekaman dan data lainnya yang dapat mendukung penelitian.
2. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, temuan diolah ke dalam proses tahapan konstruksi
sosial media massa. Di dalam proses tahapan konstruksi media massa akan
ditemukan didalamnya proses produksi mulai dari pra produksi, produksi hingga
pasca produksi dan pada tahap ke enam konstruksi media massa akan dibahas
tentang strategi komunikasi. Hal ini nanti akan berguna agar proses produksi
siaran acara Prudent Hits 10 dapat berjalan dengan benar.
Dalam melakukan pengolahan data, penulis mencoba menyederhanakan
dan mengolah data, maka data yang ada dimasukkan ke dalam bentuk tabel,
bagan, roda jam siar, dan foto-foto.
9
12 3. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) yang dikutip dari buku
Metodologi Penelitian Kualitatif karangan Meleong adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang diceritakan kepada orang lain.10
Analisis menurut Patton (1980:268), adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.11
Dan dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu
teknik yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Teknik ini tidak mencari
atau menjelaskan suatu hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat
prediksi.12 Tujuan dari analisis deskriptif ini adalah untuk:
a. Memaparkan informasi yang aktual secara terperinci yang
melukiskan gejala yang ada.
b. Mengidentifikasi masalah atau menjelaskan kondisi dan
praktek-praktek yang berlaku.
c. Membuat perbandingan atau evaluasi.13
10
Lexy, J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012) , cet-30, h. 330.
11
Ibid, h. 280. 12
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet-13, h. 24-25.
13
13 4. Teknik pemeriksaan keabsahan data
Dalam penelitian kualitatif keabsahan data merupakan usaha untuk
meningkatkan kepercayaan data.
Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data dapat menggunakan
cara teknik triangulasi data. Dan dijelaskan oleh Meleong pada karangan bukunya
Metodologi Penelitian Kualitatif yaitu Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Peneliti dapat me-recheck temuannya dengan membandingkannya dengan
berbagai sumber, metode, atau teori. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1)
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2)
membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang di
katakan secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu; (4)
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau
tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.14
14
14 I. Sistematika Penulisan
Pembahasan ini terdiri dari lima bab yang disertai dengan sub-sub bab.
Secara sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan: Menguraikan Mengenai Latar Belakang Masalah, Batasan
dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan
Kepustakaan, kerangka konsep, Metodologi Penelitian, Tahapan Penelitian dan
Sistematika Penelitian.
Bab II Tinjauan Teoritis: Dalam penelitian ini membahas tentang Konstruksi
Sosial Media Massa, Strategi Komunikasi, Program, Radio dan Pendengar.
Bab III Gambaran Umum Prudent Radio: Terdiri dari Sejarah dan
Perkembangan Prudent Radio, Visi dan Misi, Logo, Struktur Organisasi, Profil
Pendengar, Program-program acara siaran Prudent Radio, Siaran Prudent Hits 10.
Bab IV Analisis Konstruksi Sosial Media Massa: Membahas tentang tahapan
produksi yang meliputi: penerapan unsur-unsur komunikasi, pembingkaian
prolog/skrip acara, pengungkapan diri, pembentukan realitas subjektif,
pengemasan realitas simbolik dan penetapan realitas objektif. Membahas tentang
strategi komunikasi meliputi: strategi signing, strategi framing dan strategi
priming.
Bab V Penutup: berisi tentang kesimpulan dan saran-saran penulis berdasarkan
15 BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tahapan Proses Konstruksi Sosial Media Massa
Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality)
didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu
menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami
bersama secara subyektif.
Asal usul konstruksi sosial dari filsafah Konstruktivisme yang dimulai dari
gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut, Von Glasersfeld, pengertian
konstruktif kognitif muncul dari tulisan Mark Baldwin yang secara luas
diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri,
sebenarnya gagasan-gagasan pokok Konstruktivisme sebenarnya telah dimulai
oleh Giambatissta Vico, seorang epistimologi dari italia, ia adalah cikal bakal
Konstruktivisme.15
Berger dan Luckman (1990:1) mulai menjelaskan realitas sosial dengan
memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Realitas diartikan
sebagaikualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai
memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri.
Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu
nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
15
16 Pendek kata, Berger dan Luckman (1966:61) mengatakan terjadi
dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan
individu. Proses dialektika ini terjasi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan
internalisasi.
Melalui proses dialektika ini, maka realitas sosial, (iklan televisi) pertama
dapat dilihat dari ketiga tahap tersebut. sebagai dari tahap eksternalisasi, dimulai
dari interaksi antara pesan iklan dengan individu pemirsa melalui tayangan
televisi. Eksternalisasi adalah bagian penting dalam kehidupan individu dan
menjadi bagian dari dunia sosio-kulturalnya. Dengan kata lain, eksternalisasi
terjadi pada tahap yang sangat mendasar, dalam suatu pola prilaku interaksi antara
individu dengan produk-produk sosial masyarakatnya. Dengan demikian, tahap
eksternalisasi ini berlangsung ketika produk sosial tercipta didalam masyarakat,
kemudian individu mengeksternalisasikan (penyesuaian diri) ke dalam dunia
sosio-kulturalnya sebagai bagian dari produk manusia.
Tahap obyektivasi produk sosial terjadi dalam dunia intersubyektif
masyarakat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada
proses institusionalisasi, sedangkan individu oleh Berger dan Luckman (1990:49)
mengatakan, manifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang
tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur
dari dunia bersama.
Internalisasi dalam arti umum merupakan dasar; pertama, bagi
17
kedua, bagi pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari
kenyataan sosial.
Kesimpulannya teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi
secara simultan melalui tiga proses sosial, yaitu eksternalisasi, obyektivasi, dan
internalisasi. Tiga proses ini terjadi diantara individu satu dengan individu lainnya
dalam masyarakat.
Ketika masyarakat semakin modern, teori dan pendekatan konstruksi
sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckman ini memiliki kemandulan dan
ketajaman atau dengan kata lain tak mampu menjawab perubahan zaman, karena
msyarakat transisi-modern di Amerika telah habis dan berubah menjadi
masyarakat modern dan postmodern, dengan demikian hubungan-hubungan sosial
antara individu dengan kelompuknya, orang tua dengan anggota keluarganya
menjadi sekunder-rasional. Hubungan-hubungan primer dan semisekunder hampir
tak ada lagi dalam kehidupan masyarakat modern dan postmodern. Dengan
demikian, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan
Luckman menjadi tidak bermakna lagi.
Posisi “konstruksi media massa” adalah mengoreksi kelemahan dan
melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh
kelebihan media massa dan efek media keunggulan “konstruksi sosial media
massa” atas “konstruksi sosial atas realitas”.
Dari konten konstruksi media massa, dan proses kelahiran konstruksi
18 materi konstruksi; b) tahap sebaran konstruksi; c) tahap pembentukan konstruksi
realitas; dan d) tahap konfirmasi.16
Dalam penelitian disertasi Armawati Arbi, mengemukakan bahwa
konstruksi radio atas realitas berlangsung dalam tiga tahap proses dialektika:
pertama, tahap eksternalisasi pendengar dan tim radio membentuk realitas
subjektif. Kedua, tahap objektivasi tim produksi dan pendengar mengemas realitas
simbolik. Ketiga, tahap internalisasi tim radio dan pendengar menetapkan realitas
objektif. Intitusionalisasi, legitimasi dan sosialisasi dilakukan melalui enam tahap
proses konstruksi tersebut: a) tahap penerapan unsur-unsur komunikasi, b) tahap
pembingkaian prolog/monolog skrip kasus, c) tahap pengungkapan diri, d) tahap
pembentukan realitas subjektif, e) tahap pengemasan realitas simbolik, dan f)
tahap penetapan realitas objektif. Penelitian ini mengkritik pandangan Burhan
Bungin tentang proses konstruksi media massa atas realitas sosial secara simultan.
Namun perbedaannya, Burhan Bungin berfokus pada iklan televisi sebagai
tapping (rekaman), bukan produksi siaran langsung (live). Sedangkan penelitian
Armawati Arbi memproduksi program dakwah dan program konsultasi keluarga
siaran langsung.
1. Tahap Penerapan Unsur-Unsur Komunikasi
Penelitian ini, tim produksi siaran radio menyiapkan unsur-unsur
komunikasi, yaitu penyiar, pesan prolog, format dan pengungkapan diri (
self-disclosure). Tim manajemen radio mengadakan MOU/kontrak kepada tim
produksi seperti, kepala produksi, operator dan penyiar. Tim produksi
16
19 menyiapkan jingle acara, lagu, dan promosi acara. Hasil tahap pertama penelitian
ini adalah roda jam siar permenit selama satu jam. Sedangkan Burhan Bungin
pada tahap pertama hanya menyiapkan materi iklan saja. Hasilnya adalah tahap
penyiapan materi kontruksi iklan adalah gambar naskah iklan (karikatur).
2. Tahap Pembingkaian Prolog atau Monolog Skrip Acara.
Tim produksi yaitu, Kepala produksi, operator dan juga penyiar berperan
ganda dalam menyiapkan prolog atau skrip acara untuk prudent Hits 10.
Sedangkan tahap kedua Burhan Bungin adalah sebaran konstruksi, menyiapkan
segmen iklan, minat pemirsa melalui strategi iklannya dari ilmu semiotika. Dari
tokoh, isi pesan, bahasanya disesuaikan dengan segmennya. Sedangkan Burhan
Bungin menyiapkan materi dan khalayaknya pada tahap pertama dan kedua.
3. Tahap Pengungkapan Diri.
Penyiar membingkai fakta pendengar. hasil pengungkapan diri adalah
bingkai pendengar atas realitas problem pendengar dan bingkai tim radio. pada
penelitian Burhan Bungin, realitas sosial iklan televisi tidak diambil dari data dan
pengalaman pemirsanya.
4. Tahap Pembentukan Realitas Subjektif.
Tim produksi melakukan penyeleksian, pengabaian, penonjolan dan
pendalam atas realitas problem pendengar. Hasilnya adalah skrip kasus intisari
20 5. Tahap Pengemasan Realitas Simbolik.
Menciptakan dan meningkatkan pengetahuan pendengar, kesadaran
pendengar, pemberdayaan pendengar, dan pencitraan problem pendengar. Burhan
Bungin menyebutnya sebagai tahap pembentukan konstruksi citra.
6. Tahap Penetapan Realitas Objektif.
Tahap ini mengevaluasi unsur-unsur komunikasi dakwah, unsur tersebut
dipertahankan atau direvisi. Semua pelaku konstruksi yang terlibat langsung
maupun tidak langsung dalam proses ini merefleksi diri dan menginternalisasi
objektif melalui pengalaman realitas subjektif dan realitas simboliknya. Jika
penyiar, pesan, format dipertahankan, apa alasannya.
Penelitian Burhan Bungin menonjolkan kekuatan televisi. Sedangkan
penelitian Armawati Arbi, menonjolkan pada kekuatan radio. Carole Fleming
dalam The Radio Handbook (2010, 59) menggambarkan bahwa kekuatan radio
komersil masih relevan jika radio mengikuti perubahan teknologi, minat
komunitas radio (penggunaan podcast) untuk menjaring pendengar. Carole
Fleming juga mengungkapkan hasil survey dari The Radio Advertising Bureau
Cosmissioned, bahwa ada hubungan antara radio dan penggunaan MP3 sebagai
teknologi pendatang baru, sekarang mereka bekerja sama. MP3 digunakan ketika
traveling dan shoping sedangkan radio disimak untuk mencari informasi cuaca,
berita dan kondisi perjalanan serta tempat kuliner.12
12
21 B. Strategi Komunikasi
Ibnu Hamad dalam bukunya “Komunikasi Sebagai Wacana” menjelaskan
pelaku konstruksi memakai tiga alat untuk mengkonstruksikan suatu realitas,
yaitu: pertama, strategi signing yaitu strategi memakai kata, idiom, kalimat an
paragraf. kedua, strategi framing yaitu memilih fakta yang akan dimasukkan atau
dikeluarkan dari wacana. dan ketiga, strategi priming yaitu teknik menampilkan
wacana didepan publik berdasarkan waktu, tempat, dan jenis khalayak.17
1. Strategi Signing
Yang dimaksud dengan strategi signing disini adalah strategi penggunaan
tanda-tanda bahasa, baik verbal (dalam bentuk kata-kata) maupun nonverbal
(dalam bentuk gambar, grafik, gerakan, dan sebagainya): Dalam pembuatan
wacana sistem tanda merupakan alat utama dalam proses konstruksi realitas.
Mengacu pada pemikiran Berger, Peter L dan Thomas Luckman dalam buku
mereka, The Social Construction of Reality, A treatise in the Sociology of
Knowledge, (New York : Anchor Books, 1967 : 34-46), sistem tanda merupakan
instrumen pokok untuk menceritakan realitas dimulai ketika seorang konstruktor
melakukan obyektivikasi terhadap suatu kenyataan yakni melakukan persepso
terhadap suatu obyek. Selanjutnya, hasil dari pemaknaan melalui proses persepsi
itu diinternalisasikan kedalam diri seorang konstruktur. Dalam tahap inilah
dilakukan konseptualisasi terhadap suatu obyek yang dipersepsi. Langkah terakhir
adalah melakukan eksternalisasi atau hasil dari proses permenungan secara
internal tadi melalui pernyataan-pernyataan. Alat membuat pernyataan tersebut
17
22 tiada kata lain adalah kata-kata atau konsep bahasa. Tampak dalam proses ini
bahasa menempati peranan yang sangat sentral. Begitu pentingnya bahasa, maka
tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa.
Selanjutnya penggunaan bahasa (simbol) tertentu menentukan format
narasi (dan makna) tertentu (Tuchman, 1980 : 104-132; Faules dan Alexander,
1978). Sedangkan jika dicermati secara teliti, seluruh proses komunikasi baik
melalui media ataupun tatap muka menggunakan bahasa, baik verbal (kata-kata
tertulis atau lisan) maupun bahasa nonverbal (gambar, foto, gerak-gerik, grafik,
angka, dan tabel).
Lebih jauh dari itu, terutama dalam media massa, keberadaan bahasa ini
tidak lagi sebagai alat semata untuk mengkonstruksikan realitas, melainkan
bersama-sama fungsi kekuatan kultivasi dan fungsi agenda setting, bahasa bisa
menentukan gambaran (citra) mengenai suatu realitas yang akan muncul di benak
khalayak. Terdapat berbagai cara komunikator (media massa) memanfaatkan
bahasa untuk mempengaruhi realitas: mengembangkan kata-kata baru beserta
makna asosiatifnya; memperluas makna dari istilah-istilah yang ada; mengganti
makna lama sebuah istilah dengan makna baru; memantapkan konvensi makna
yang telah ada dalam suatu sistem bahasa (DeFleur dan Ball-Rokeach), (1989:
265-269).
Justru terdapat persoalan makna itulah, maka penggunaan bahasa sangat
berpengaruh terhadap proses konstruksi realitas berikut wacana yang
dihasilkannya beserta makna adan sitranya. Padahal, manakala kita
23 sesungguhnya esensi yang ingin kita sampaikan adalah makna. Padahal setiap
kata, angka, dan simbol lain dalam bahasa yang kita pakai untuk menyampaikan
pesan pada orang lain tentulah mengandung makna. Begitu juga, rakitan antara
satu (angka) dan kata (angka) lain neghasilkan suatu makna. Penampilan secara
keseluruhan sebuah wacana bahkan bisa menimbulkan tertentu (Fiske, 1990;
Carey, 1988).
Sebagai konsekuensinya, penggunaan bahasa tertentu berimplikasikan
pada munculnya makna dan citra tertentu. Pilihan kata, susunan kata, dan cara
menyusun kalimat yang tertentu dalam melakukan konstruksi realitas dapat
menentukan makna dan citra tertentu tentang realitas. Bahkan, dalam banyak
kasus bahasa bukan cuma sebagai alat mengkonstruksikan realitas, tapi sekaligus
dapat menciptakan realitas itu sendiri.
Fungsi lainnya dari tanda adalah mencapai tujuan. Untuk kepentingan si
pembicara (komunikator), fungsi tanda berfungsi (1) untuk menyadarkan (sense)
pendengarnya akan sesuatu yang dinyatakannya untuk selanjutnya supaya
memikirkannya, (2) untuk menyatakan perasaan (feeling) atau sikap dirinya
terhadap suatu obyek, (3) untuk memberitahukan (convey) sikap sang pembicara
terhadap khalayaknya, dan (4) untuk menunjukan tujuan atau hasil yang
diinginkan oleh sipembicara atau penulis, baik disadari atau tidak disadari
(Berger, 1982 : 19-34).
Bagi kepentingan pendengar (receiver), tanda berfungsi (1) menunjukan
(indicating) pusat perhatian, (2) memberi ciri (characterizing), (3) membuat
24 atau negatif, (5) mmpengaruhi (influencing) khalayak untuk menjaga atau
mengubah status, (6) untuk mengendalikan suatu kegiatan atau fungsi, dan (7)
untuk mencapai suatu tujuan (purposing) yang ingin dicapainya dengan memakai
kata-kata tersebut (Berger, 1982: 19-34).
Dalam praktiknya, tidak berlebihan jika disimpulkan bahwa penggunaan
tanda itu tiada lain karena kita memiliki tujuan. Karena kita ingin menyampaikan
dan atau mencapai sesuatu, dalam kegiatan komunikasi tentunya, maka kita
gunakan tanda.
2. Strategi Framing
Untuk strategi Framing atau praktik pemilahan dan pemilihan fakta yang
(tidak) akan dimasukan kedalam wacana merupakan hal yang tak terelakan dalam
membuat wacana. Penyebabnya, di satu sisi, karena fakta yang terkait dengan
realitas sering lebih banyak dibandingkan dengan tempat dan waktu yang tersedia.
Karena itu fakta haruslah dipilah dan dipilih mana yang akan dimasukan kedalam
wacana dan mana yang dikeluarkan dari wacana. Di sisi lain, pemilahan dan
pemilihan itu dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu yang digunakan oleh
si pembuat wacana, baik faktor internal maupun eksternal.
Dari aspek teknis, di dunia media massa, pemilahan dan pemilihan fakta
pertama- tama dilandasi oleh pertimbangan waktu dan tempat. Media cetak
memiliki keterbatasan-keterbatasan kolom dan halaman; sementara pada media
25 yang mewacanakan peristiwa secara utuh mulai dari detik pertama kejadian
hingga ke detik paling akhir.18
3. Strategi Priming
Adapun strategi priming adalah strategi mengatur ruang atau waktu untuk
pempublikasian wacana dihadapan khalayak. Dalam praktik media massa, praktik
penonjolan isu ini terlebih dahulu dikenal dengan teori agenda setting (DeFleur
dan Ball-Rekoach, 1989 : 264-265). Asumsi teori ini adalah perhatian masyarakat
terhadap suatu isu sangat bergantung pada kesediaan media massa memberi
tempat pada isu itu. Semakin besar tempat yang diberikan oleh media massa
semakin besar pula perhatian yang diberikan oleh khalayak.
Menurut teori ini, media mampu menentukan agenda yang diperhatikan
khalayak, shingga media dinilai memiliki peran sebagai agenda setter. Bila satu
media apalagi sejumlah media menaruh sebuah isu sebagai head-line maka
diasumsikan isu itu pasti memperoleh perhatian yang sangat besar dari khalayak.
Pemandangan ini tentu berbeda jika isu itu dimuat di halaman dalam, di pojok
bawah pula. Faktanya pula, khalayak jarang memperbincangkan isu yang tidak
dimuat oleh media, yang boleh jadi isu itu justru sangat penting untuk
masyarakat.19
18
Ibid, h. 62. 19
26
C. PROGRAM
1. Pengertian Program
Dalam kamus besar bahasa Indonesia program adalah rancangan mengenai
asas serta usaha yang dijalankan.13 Sedangkan secara etimologis kata program
berasal dari Inggris, “programme” atau “program” yang artinya acara atau
rencana.14 Kemudian istilah program di radio dapat dianalogikan sebagai barang
atau pelayanan yang dijual dalam bisnis. Dan menurut John R. Bittner yang
dikutip Masduki, program atau dikenal sebagai acara ini merupakan barang yang
dibutuhkan khalayak sehingga mereka bersedia untuk mendengarkannya.15
Adapun dengan istilah programa di dunia radio berarti acara, sementara
yang dimaksud dengan program adalah susunan kesatuan acara dalam sehari.20
Program radio merupakan rangkaian acara yang disiarkan sepanjang hari melalui
pesawat radio bisa berupa berita, informasi, sandiwara/drama, kesenian, musik,
dan sebagainya yang dibagi menjadi bebrapa bagian berdasarkan aturannya.21
Dalam program atau acara, tentunya ada pesan-pesan yang disampaikan
kepada pendengarnya. Penyampaian isi program tersebut di Indonesia dikenal
dengan istilah siaran. Dalam konteks ini, program diartikan sebagai segala sesuatu
hal yang ditampilkan stasiun penyiaran (radio) untuk memenuhi kebutuhan
13
TIM Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), ed. 3, Cet. 3. H. 897.
14
Morrisan, Media Penyiaran Strategi, Mengelola Radio dan Televisi, (Tangerang: Ramdina Prakasa, 2005). Cet. 1h. 97.
15
Masduki, Menjadi Broadcaster Professional, (Yogyakarta: PT. LkiS, 2005), h. 35. 20
RM Soenarto, Programa Televisi dari Penyusunan sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta: EFTV-IKJ Press, 2007), h. 1.
21
27 pendengarnya.22 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 pasal 1 menyebutkan
bahwa siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau
suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter lainnya yang dapat
diterima melalui saluran penerima siaran, baik yang bersifat interaktif maupun
tidak. Kemudian mata acara adalah bagian dari siaran yang berisi muatan pesan
yang disusun dalam suatu kemasan yang ditujukan kepada khalayak atau
pendengar.23
Program merupakan hal yang sangat penting dalam dunia penyiaran, itu
karena program berupa acuan dalam proses penyiaran berlangsung. Suatu
program dapat dikatakan berhasil atau tidaknya tergantung dari bagaimana cara
pengemasan suatu acara dengan sedemikian rupa, sehingga ketika menyajikan
sebuah program acara target maksimal dapat diperoleh.
Dalam kegiatan penyiaran sebuah program radio harus dapat menarik
khalayak, diperlukan kreatifitas dari pembuat program. Misalnya siaran tidak
hanya menggunakan kata-kata atau dialog, tetapi ditambah dengan unsur seninya
seperti musik penggiring. Dengan penggabungan tersebut khalayak akan tertarik
dan mempunyai tanggapan yang bagus serta imajinasi yang tepat terhadap apa
yang dikomunikasikan penyiar dan mampu membangkitkan emosi pendengarnya.
2. Jenis-jenis Program
Pada dasarnya program radio tidak mempunyai banyak jenisnya, secara
umum jenis program radio ada dua, yaitu musik dan informasi. Namun dari dua
22
Morrisan, Media Penyiaran, (Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005), Cet. 1 h. 97 23
28 jenis program tersebut mempunyai turunan, dan pada intinya dapat memenuhi
kebutuhan pendengar dalam hal musik dan informasi.
a. Berita Radio
Siaran berita radio merupakan sajian peristiwa dalam bentuk fakta
yang dikemas secara menarik oleh penyiar atau reporter sesuai dengan
aturan jurnalistik. Berbeda dengan siaran informasi tidak selalu
menyajikan fakta tetapi tetap memakai kaidah jurnalistik. Berita radio
seharusnya berupa informasi yang memenuhi kebutuhan audien radio
tersebut, jika sasarannya professional muda maka berita yang disajikan
yang terkait dengan mereka, bisa informasi bisnis, berita politik,
perkembangan ekonomi dan sebagainya.
Ada dua bentuk penyajian berita radio, antara lain:
1) Siaran langsung (live report), yaitu laporan langsung reporter dari
lokasi tentang peristiwa yang terjadi.
2) Siaran tunda, apabila reporter mendapatkan fakta dilapangan,
kemudian kembali ke studio dan diolah sebelum melakukan siaran.
Dalam hal ini berita dapat disajikan dalam bentuk narasi yang
disampaikan penyiar dari studio, atau berupa rekaman wawancara
dengan narasumber.
Kemudian dalam hal laporan jurnalistik radio ada tiga elemen
suara yang harus terdengar oleh pendengar, berupa narasi yang
29 didapatkan dengan narasumber dan rekaman atmosfer atau
rekaman suara-suara asli dari suatu peristiwa.24
b. Talk Show
Talk Show atau perbincangan radio merupakan kombinasi dua
keterampilan yaitu seni berbicara dan seni wawancara. Setiap penyiar pasti
pandai berbicara, namun belum tentu pandai dalam wawancara. Seorang
penyiar harus mempunyai brain, nalar yang bagus, tidak cukup hanya
terampil mengelola tinggi rendah suara (pitch), kecepatan ucapan (speed)
dan kuat lemahnya vokal (power). Dalam talk show memberikan
kesempatan untuk membuktikan kemampuan penyair dalam memadukan
ketiga hal tersebut (pitch, speed, power) dengan daya pikir yang bagus.25
Program talk show biasanya diarahkan oleh seorang penyiar/host
dengan mengundang satu atau beberapa narasumber. Kemudian membahas
topik yang telah ditentukan, atau topik hangat yang sedang
diperbincangkan di masyarakat.
Ada tiga bentuk talk show yang sering digunakan stasiun radio, yaitu:
1) One-on-one-show, yaitu bentuk dialog yang ketika penyiar dan
narasumber berdikusi, sedangkan posisi mikrofon terpisah di ruang
studio yang sama.
2) Panel discussion, penyiar/host sebagai moderator hadir di tengah
narasumber.
24
Morrisan, Manajemen Media Penyiaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 225-226.
25
30 3) Call in show, program talk show yang hanya melibatkan telepon dari
pendengar. Topik ditentukan terlebih dahulu, kemudian pendengar di
undang untuk memberikan respon melalui telepon. Tidak semua
respon pendengar layak disiarkan, untuk itu memerlukan operator
sebagai penyeleksi sebelum di on airkan.26
Adapun dalam pelaksanaanya program talk show biasanya mengikuti
beberapa urutan, yaitu pertama, pembukaan dan perkenalan topik dan
narasumber, kedua diskusi topik dan interaktif pendengar, dan ketiga
penutup berupa kesimpulan dan ucapan terima kasih.
c. Infotainment Radio
Infotainment radio merupakan gabungna antara informasi dan
hiburan. Infotainment dalam kemasan di radi biasa disebut sebagai
majalah udara (air magazine) yaitu acara yang memadukan antara musik,
informasi, berita iklan bahkan drama. Program ini mempunyai segmentasi
sifatnya heterogen dan umumnya disampaikan secara easy listening.
Durasinya berkisar antara 5 sampai 60 menit, dengan pembahasan berupa
kupasan mengenai album baru, wawancara penyanyi atau artis, interaktif
dengan pendengar, dan dilakukan pemutaran beberapa lagu yang
berkaitan.27
Program infotainment yang populer di Indonesia ada tiga jenis, yaitu:
26
Morrisan, Manajemen Media Penyiaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 227.
27
31 1) Info-entertainment, penyajian informasi dari dunia hiburan dengan
selingan lagu. Antara pemutaran lagu dan penyajian informasi proporsi
sajian sama meskipiun liriknya tidak selalu berkaitan.
2) Infotainment, dengan proporsi yang seimbang antara informasi,
promisi dan sebagainya dari dunia hiburan dan diselingi pemutaran
lagu yang senada atau berkaitan dengan tema yang dibahas.
3) Information dan entertainment, sajian informasi dengan berita-berita
aktual dan tidak selalu harus berhubungan dengan dunia hiburan,
diselingi dengan lagu, iklan dan sebagainya. Untuk program
infotainment, biasanya disiarkan mingguan karena produksinya relatif
kompleks, walaupun begitu tetapi ada juga yang harian.28
D. Pengertian Radio
Radio adalah sebuah media utama informasi, hiburan, dan pendidikan
massa yang populer.29 Secara umum radio atau radio siaran merupakan salah satu
jenis media massa, sarana atau saluran komunikasi massa seperti halnya surat
kabar, majalah atau televisi.30
Secara etimologi “Radio adalah pengiriman suara/bunyi melalui udara”.31
Menurut Ton Kertapati, “Pada dasarnya radio merupakan medium untuk bercerita
28
Masduki, Menjadi Broadcaster Professional, (Jogjakarta: Pustaka Popular LkiS, 2005), Cet. 2. h. 85.
29
Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan (serta aplikasinya di Indonesia), (Jakarta: Bumi Aksara,2005), h. 146.
30
Asep Syamsul M.Romli, Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Reporter & Script Writer, (Bandung: Nuansa,2004), h. 19.
31
32 yang dalam permulaannya segala apa yang disiarkan mempunyai bentuk cerita,
namun di dalam bercerita itu diikuti dengan faktor lain yang membedakannya
dengan surat kabar yaitu efek, suara, musik dan dialog”.32
Radio merupakan alat yang mempunyai gelombang frekuensi yang biasa
menyampaikan isi pesan, pernyataan, informasi yang bersifat umum kepada orang
lain yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya tersebar dan heterogen.33
Di samping itu radio merupakan alat atau sarana yang di dalamnya
terkandung arti penerangan, ajakan dan hiburan yang mampu menggugah manusia
untuk berbuat baik dengan meninggalkan kemungkaran.34
Dengan demikian pengertian radio secara terminologi. Menurut peraturan
pemerintah sebagai berikut, “Radio siaran adalah pemancaran radio yang
langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan
gelombang radio sebagai media.”35
Dari berbagai macam pengertian radio di atas dapat disimpulkan bahwa
radio adalah alat pemancar suara, sedangkan radio yang menjadi media massa
adalah radio siaran.
Dalam kaitannya radio sebagai media komunikasi massa dapat dilihat dari
proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui radio
32
Ton Kertapati, Dasar-Dasar Publisistik Dalam Pengembangannya Menjadi Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1996), cet Ke-3, h. 205.
33
J.B. Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik: Pengetahuan Praktis Kewartawanan, Surat Kabar, Majalah, Radio dan Televisi, (Bandung: Alumni, 1990), cet Ke-1, h. 88-90.
34
M.Israr, Retotika Dan Dakwah Islam Modern, (Jakarta: C.V. Firdaus, 1993), cet Ke-1, h. 54.
35
33 harus melalui proses yang panjang, melibatkan banyak orang dan tenaga serta
biaya yang dibutuhkan.
Radio siaran bukanlah hasil dari satu orang saja, tetapi merupakan hasil
perpaduan dari karya banyak orang. Siaran radio adalah hasil karya orang-orang
administrasi, orang-orang teknik dan orang-orang penyiaran.36
1. Karakteristik Radio
Radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa lainnya.
Di bandingkan dengan media massa lain, media radio memiliki karakteristik khas
sebagai berikut.
a. Auditori. Radio adalah “suara’ untuk didengar, karenanya isinya isi
siarannya bersifat ‘sepintas lalu’ dan tidak dapat di ulang. Pendengar
tidak mungkin ‘menoleh kebelakang’ sebagaimana pembaca koran
yang bisa kembali pada tulisan yang sudah di baca atau mengulang
bacaan.
b. Transmisi. Proses penyebarluasannya atau disampaikan kepada
pendengar melalui pemancaran (transmisi).
c. Mengandung gangguan. Seperti timbul-tenggelam (fading) dan
gangguan teknis.
d. Theatre of mind. Radio menciptakan gambar dalam imajinasi
pendengar dengan kekuatan kata dan suara. Siaran radio merupakan
seni memainkan imajinasi pendengar melalui kata dan suara.
36
34 Pendengar hanya bisa membayangkan dalam imajinasinya apa yang
dikemukakan penyiar, bahkan tentang sosok penyiarnya sendiri.
e. Identik dengan musik. Radio adalah sarana hiburan termurah dan
tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan musik.
2. Keunggulan Radio
a. Cepat dan langsung. Sarana cepat dari koran ataupun TV, dalam
menyampaikan informasi kepada publik tanpa melalui proses yang
rumit dan butuh waktu banyak seperti siaran TV atau sajian media
cetak. Hanya dengan melalui telepon, reporter radio dapat secara
langsung menyampaikan berita atau melaporkan peristiwa yang ada di
lapangan.
b. Akrab. Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya
c. Dekat. Suara penyiar hadir di rumah atau di dekat pendengar.
Pembicaraanya langsung menyentuh aspek pribadi (interpersonal
communications)
d. Hangat. Paduan kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio
mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan bereaksi atas
kehangatan suara penyiar dan seringkali berfikir bahwa penyiar adalah
seorang teman bagi mereka.
e. Sederhana. Tidak rumit, tidak banyak pernik, begi pengelola maupun
pendengar.
f. Tanpa batas. Siaran radio menembus batas-batas geografis,
demografis, SARA (suku, agama, ras dan antar golongan), dan kelas
35 g. Murah. Di bandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga
pesawat televisi, pesawat radio relatif jauh lebih murah.
h. Fleksibel. Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau
tanpa mengganggu aktivitas lain, seperti memasak, menegmudi, dan
membaca koran.
3. Kelemahan Radio
a. Selintas. Siaran radio cepat hilang dan gampang di lupakan.
Pendengar tidak bisa mengulang apa yang didengarnya, tidak bisa
seperti pembaca koran yang bisa mengulang bacaannya dari awal
tulisan.
b. Global. Sajian informasi radio bersifat global, tidak detil, karenanya
angka-angka pun dibulatkan.
c. Batasan waktu. Waktu siaran radio relatif terbatas, hanya 24 jam
sehari, berbeda dengan surat kabar yang bisa menambah jumlah
halaman dengan bebas.
d. Beralur linier. Program disajikan dan dinikmati pendengar bedasarkan
urutan yang sudah ada, tidak bisa loncat-loncat. Media penyiaran
memiliki ciri sebagai media dengan target audien yang tidak luas
(sempit) yaitu mereka yang memiliki minat atau ketertarikan terhadap
program tertentu atau khusus. Menurut Belch dalam buku Periklanan
Komunikasi Pemasaran Terpadu, mendefinisikan radio sebagai suatu
media yang di cirikan oleh program yang sangat terspesialisasikan di
36
E. Pendengar
1. Sifat Pendengar Radio
Pendengar radio siaran memiliki sifat, yaitu:37
a. Heterogen
Pendengar adalah massa, sejumlah orang yang sangat
banyak yang sifatnya heterogen, terpencar-pencar di berbagai
tempat, di kota, di desa, di rumah, pos satpam, pos tentara, asrama,
warung kopi, dan sebagainya. Mereka berbeda dalam berbagai
jenis kelamin, umur, tingkatan pendidikan, pekerjaan, taraf
kebudayaan, agama, ideologi, pengalaman keinginan, hobi,
cita-cita dan sebagainya dan keberadaan mereka terpencar-pencar
sehingga satu sama lain tidak saling kenal.38
b. Pribadi
Pendengar yang berada dalam keadaan heterogen,
terpencar-pencar di berbagai tempat, akan mudah menerima dan
mengerti isi pesan yang di sampaikan oleh pembicara radio, yang
seolah-olah datang bertamu kerumah pendengar, layaknya
seseorang yang berbicara dengan temannya, sehingga terkesan
bersifat pribadi.
c. Aktif
Pendengar radio bersifat aktif, maksudnya mereka aktif
dalam berfikir dan aktif dalam memberi penilaian dan pesan yang
37
Onong Uchana Effendi, Radio Siaran: Teori dan Praktek, (Bandung: Alumni, 1978), h. 84.
38
37 disampaikan melalui radio siaran tersebut, apakah benar atau salah,
apakah sesuai dengan fakta atau tidak, menarik atau tidak. Selain
itu pendengar juga aktif dalam berinteraksi, apabila pendengar
dalam berfikir bahwa acara yang disiarkan radio memberikan
hal-hal yang menguntungkan atau yang mengena pada kondisi dan
situasi pendengar.39
d. Selektif
Pendengar radio memiliki sifat selektif, artinya pendengar
akan memilih program radio yang disukainya. Apabila ada
program yang kurang menarik baginya, maka dengan mudah
pendengar akan memindahkan program atau gelombang radio
tersebut dan menggantinya dengan program atau gelombang radio
lainnya yang menurutnya menarik.40
39
Ibid,. h. 86. 40
38 BAB III
GAMBARAN UMUM PRUDENT RADIO 102,80 FM
A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PRUDENT RADIO 102,8 FM
Kata Prudent merupakan singkatan dari “Profesional Student” memiliki
arti murid yang ahli dalam bidangnya. Dan kata Prudent Radio itu sendiri
mempunyai makna sebagai media radio pendidikan yang cerdas dalam
beradaptasi, berhati-hati dalam tindakan serta bijaksana dalam menyajikan
pemberitaan dan informasi kepada para pendengar sebagai radio berjiwa muda
untuk dapat mengekspresikan semangat dalam kehidupan nyata.
Prudent radio adalah merupakan unit produksi SMK Prudent School di
bidang penyiaran, terbentuk pada tanggal 2 februari 2007 dan telah mengudara
sejak tanggal 18 Maret 2009 pada kanal 102.8 Mhz/FM memberikan nuansa yang
berbeda di Tangerang, berlokasi di Gedung Pendidikan SMK Prudent School Lt. 1
Jl. KH. Hasyim Ashari/Jl. Tugu Karya 1a Cipondoh - Kota Tangerang pada
koordinat 06°11' 23.59" LU/LS dan 106° 40' 8.11" BT.
Melalui perjalanan yang panjang Prudent Radio mengalami metamorfosis,
Dengan berawal mulai dari speaker informasi sekolah yang terdapat disetiap kelas
dan ruangan sekolah hingga sampai saat ini menjadi stasiun radio pendidikan
39 Dengan segala keterbatasannya akhirnya menemukan jati diri yang lekat
dengan nuansa kehidupan serta gaya masyarakat Kota Tangerang, maka Prudent
Radio menjadi media informasi yang dapat dikonsumsi tanpa terlepas dari akar
budaya lokal yang kental dalam menyampaikan edukasi, informasi, religi dan
Entertainment yang bermutu dan bermanfaat.
Prudent Radio hadir di kota Tangerang sebagai alternatif media informasi
dan hiburan bagi warga Kota Tangerang dan sekitarnya. Melalui sajian edukasi,
informasi, religi, hiburan dan berita-berita aktual, baik lokal, nasional maupun
internasional. Prudent Radio menjadi sahabat yang setia menemani pendengar
setiap saat, dimanapun dan kapanpun pendengar inginkan.
Sebagai radio pendidikan, Prudent Radio juga menyajikan berbagai
informasi seperti info dunia pendidikan, kesehatan, sport, kebudayaan serta
hiburan. Selain informasi, pendengar juga bisa menikmati sajian musik
berkualitas dengan koleksi yang lengkap dan bervariasi.
Prudent Radio memiliki sebutan akrab untuk para pendengar setianya yang
biasa disebut dengan “Sobat Prudent”. Sebutan “Sobat Prudent” digunakan para
penyiar untuk menyapa para pendengar setia agar suasana lebih hangat dan akrab
ditelinga pendengar.
Dengan perpaduan yang khas antara Edukasi, informasi, religi, musik,
Entertainment & News Prudent Radio menghadirkan nuansa dan corak sedikit
santai tapi mengenai sasaran.
Prudent Radio bukan hanya pendidikan, hiburan dan berita akan tetapi
40 siraman rohani dan motivasi serta menambah wawasan yang mendidik kepada
Sobat Prudent.
B. LOGO RADIO PRUDENT 102,80 FM
Gambar 3.1
Logo Prudent Radio 102,8 FM
Logo Prudent Radio diatas memilik arti dan karakteristik tersendiri,
Prudent Radio hadir dengan karakter radio yang berbeda dengan radio saat ini
khususnya radio diwilayah Kota Tangerang.
Pada jenis huruf pada Logo Prudent Radio menggunakan “Bauhauss 93”
karena jenis huruf tersebut berbentuk dinamis, oleh karena itu prudent radio
dengan kedinamisannya membuat organisasi, manajemen, kepengurusan dan para
pendengarnya penuh semangat dan bertenaga sehingga cepat bergerak dan mudah
menyesuaikan diri dengan kondisi apapun untuk dapat mengekspresikan semangat
41 “Spirit Expression of Your Life” adalah visi dan slogan Prudent Radio
yang memiliki makna bahwa prudent radio sebagai wadah untuk menumbuhkan
rasa semangat berekspresi dalam hidupnya dengan belajar dan mempelajari
bersama serta berbagi ekspresi kepada pendengar lainnya.
Warna dalam Logo Terdiri dari warna Hijau, Biru, Kuning dan Merah
merupakan warna kehidupan yang nyaman, tentram, kecerian dan ekspresi serta
semangat. Selain itu juga dari keempat warna tersebut sebagai Jenjang Jabatan
yang terdapat di Prudent Radio kepada manajemen sesuai dengan indikator
pencapaian kompetensinya.
Gambar 3.2
Makna Huruf “d” Pada Logo Prudent Radio
Simbol "d" yang berada di dalam Kata Prudent merupakan simbol
kekuatan dalam kerja sama sehingga harmonisasi di dalam organisasi tercipta.