Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh :
Mariah
NIM : 107044101907
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A
iii
KATA PENGANTAR
Tiada kata selain rasa syukur yang paling dalam kehadirat Allah swt, atas
hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sangat
sederhana ini dengan baik dan tepat waktu. Salawat dan salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada Rasul-Nya Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan
pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui hambatan dan
cobaan. Walaupun harus melalui proses yang cukup sulit dan rumit, namun berkat
hidayah dan inayah Allah swt sebagai manifestasi kasih sayang-Nya, penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan Penulis sadar dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini
hanyalah setitik debu untuk menuju jalan kesuksesan. Penulis juga sadar sepenuhnya
bahwa diri ini berutang budi kepada banyak pihak yang telah membantu langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan
rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para pihak yang telah berjasa, baik
berupa bimbingan, arahan serta bantuan yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu penulis patut menghaturkan
iv Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs., H. A. Basiq Djalil, SH., selaku Ketua Jurusan dan ibu Hj.
Rosdiana, MA., sebagai Sekertaris Jurusan Program Studi Ahwal
Al-Syakhsyiah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak. Dr. Abdurrahman Dahlan,M.A., Selaku Dosen Pembimbing yang
telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, fikiran dan kesabarannya untuk
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini dari awal
hingga akhir.
4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bias disebutkan satuu
persatu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi di kampus ini.
5. Bapak pimpinan dan staf karyawan perpustakaan utama, perpustakaan
Syariah dan Hukum universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
yang telah membantu dan menyediakan bahan-bahan bacaan untuk penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ayahanda H.Maman dan Ibunda Hj.Nuryanah tercinta atas pengorbanan dan
cinta kasihnya baik moril dan materill, serta doa yang tak terhingga sepanjang
masa untuk keberhasilan studi Penulis. Segala hormat Penulis sembahkan.
v
Mardli As-sirajy yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada
penulis hingga penulis berhasil menyusun skripsi ini.
7. Bapak Solahudin Sebagai Kabag.Humas Direktorat Pajak dan Bapak Teten
Kustiawan sebagai Wakil Bendahara BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)
yang telah bersedia memberikan waktunya untuk diwawancarai.
8. Teman-temanku tercinta, teman-teman seperjuangan di Peradilan Agama A
dan B angkatan 2007, semuanya yang tidak biasa disebutkan satu persatu,
yang senantiasa menebarkan benih-benih keceriaan dalam bingkai
kebersamaan. Semoga ukhuwah dan pertemanan yang kita jalin berjalan
dengan baik selamanya
9. Sahabat Delimaku, Astrian Widiyantri, Desi Amalia, Tajul Mutaqin, Laila
Wahdah dan Mariam Mahdalina, yang selalu berbagi dalam suka dan duka,
yang setia mendengarkan keluh kesah penulis dan selalu siap membantu
penulis ketika penulis mengalami kesulitan. Terimakasih atas persahabatan
dan dukungan yang kalian berikan. Semoga persahabatan kita abadi
selamanya sampai tua nanti.
10. Rekan-rekan Pondok Pesantren Daar el-Hikam: Abi-Umi, teh ai oweng,
njenk,teh imas, dinah, eva, Khususnya orang-orang yang menyayangiku dan
masih banyak lagi yang tidak dapat disebut satu persatu, sehingga
menimbulkan kesan tertentu kepada penulis.
Hanya kepada Allah-lah penulis berharap dan berdo’a agar beliau-beliau
vi
dan saran konstruktif selalu Penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Akhirnya hanya kepada Allah Penulis memohon dan berharap, semoga skripsi
yang sederhana ini ada guna dan manfaatnya, baik untuk pribadi Penulis maupun bagi
mereka yang mencintai ilmu pengetahuan, serta bagi generasi penerus. Amin ya
Rabbal ‘Alamin
Sebagai kata akhir, penulis panjatkan doa semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.
Jakarta, 04 Juli 2011
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
D. Review Studi Terdahulu ... 10
E. Kerangka Teori ... 11
F. Metodologi Penelitian ... 13
G. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT A. Pengertian ... 18
B. Dasar Hukum ... 19
C. Tujuan, Hikmah dan Hakikat ... 23
D. Harta yang Wajib Dizakati ... 26
viii
B. Dasar Hukum ... 33
C. Jenis-jenis ... 35
D. Fungsi dan Pengaruhnya di Masyarakat ... 37
E. Syarat-syarat Pemungutan ... 39
F. Perbandingan antara Zakat dan Pajak ... 41
BAB IV ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK A. Zakat dalam Yurisdiksi Pajak Penghasilan ... 45
B. Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (PKP) ... 48
C. Penghitungan Zakat dan Pajak Penghasilan ... 52
D. Analisis Penulis ... 57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64
B. Saran-saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Surat Kesedian menjadi Pembimbing Skripsi
2. Surat Mohon Data atau Wawancara kepada Pimpinan BAZNAS Jakarta Pusat
atau wawancara Kepada Bagian Humas Direktorat jendral Pajak
ix
4. Surat keterangan wawancara Kantor Direktorat jendral Pajak
5. Hasil wawancara Kantor Direktorat jendral Pajak
6. Surat Keterangan Wawancara BAZNAS ( Badan Zakat Nasional )
7. Hasil Wawancara BAZNAS ( Badan Zakat Nasional )
8. Contoh Lembar SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib PajakPribadi
9. Contoh Lembar Bukti Setor Zakat BAZNAS ( Badan Amil Zakat NAsional)
10.Contoh KArtu Nomor Pokok Wajib Zakat
11.Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000
12.Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999
13.Peraturan Mentri Keuangan Nomor 254 /PMK.03/2010
1
A. Latar Belakang Masalah 1. Pengertian Zakat
Zakat berasal dari Bahasa Arab kata ini bersumber dari fi’il kata
kerja yang berarti tumbuh,berkembang,suci atau bersih.Imam Abu bakar bin
Muhamad Al-Husainiy mengatakan:
! " #$%& '( )
*+ ,-. /0 1 2 34 ! 56 7 84 9: ( . ;< 4 2
1 !
=
Zakat menurut pengertian syara’(terminology)adalah suatu nama yang
khusus untuk menentukan kadar harta benda yang akan diserahkan kepada
ashnaf (golongan) tertentu dengan syarat-syarat ( yang tertentu pula )
dinamakan zakat karena harta benda itu tumbuh dan mengandung barakah
ketika dikeluarkan dan ketika didoakan oleh orang-orang yang menerimanya.
Sayyid Sabiq mengatakan :
9: (. *+ &>! ?@ ? AB *C DEF " 6 GHI! J0
'(
K
L : ! 4 /: B. M!> 2: B . 2 3! *+ 0$ " /:N 6 O P Q
" RS 1! /HIN
T
2 3! $ /UV . W+ X.
=
11
Bakar,Abu bin Muhamad Al-Husainy, Kifayatul Akhyar fii-halli Ghaayatil Ikhtishaar,
(Semarang: Thaha Putra, 2001) h.172 2
2
Zakat merupakan suatu nama ( yang ditetapkan ) kepada sesuatu benda
yang dikeluarkan oleh manusia dari hak Allah kepada fakir miskin.dinamakn
zakat karena keberadaannya mengandung harapan barakah,kebersihan jiwa
dan pertumbuhan kebaikan.maka hal tersebut dinamakan zakat karena
mengandung pengertian tumbuh,bersih dan berakah. yang cukup senisab dan
berkewajiban agar mengeluarkannya karena hal itu termasuk salah satu rukun
Islam yang kelima.
kelebihan ajaran zakat poin-poin lain dari rukun Islam diatas bahwa
hanya zakat lah yang memiliki dimensi sosial yang kental.oleh sebab itu zakat
dalam mata rantai peningkatan kesejahteraan umat Islam tidak akan mungkin
diremehkan.dalam fikih masalah zakat ditempatkan pada kitab kedua dari
Rubb al-ibadah,dengan demikian ibadah zakat mudah diketahui secara
otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keIslaman seseorang (
ma’lum min al-din bi al-darurah).3
Namun dalam perjalanan sejarah masyarakat Islam ajaran zakat
dengan dimensi yang dimiliki sepertinya tercecer dari perhatian umat
Islam.zakat menjadi apa yang di sebut sebagai ibadah mahdhah
pribadi-pribadi kaum muslimin dari suatu ajaran yang luas dan mendalam yang
3
Ali yafie, Menggagas Fikih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup Asuransi Hingga Ukhuwah,(
dikembangkan Rosul dan sahabat,zakat menjadi ajaran yang sempit bersama
mundurnya umat Islam dan menurunnya kemauan berpikir4
2. Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara( peralihan kekayaan
partikelir kesektor) berdasarkan undang-undang(dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbalik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjukan
dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum(publieke
uitgaven).5
Pajak menurut ahli keuangan ialah kewajiaban yang ditetapkan
terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan
ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari Negara dan hasilnya untuk
membiayai pengeluaran umum di satu pihak untuk merealisir sebagian tujuan
ekonomi, sosial, politik, dan tujuan- tujuan lain6.
Akan tetapi Undang-undang perpajakan No.36 tahun 2008
merumuskan pengertian pajak bab I pasal I sebagai berikut:“Pajak
penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorang dan badan
4
Sofyan Idris, Gerakan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat Pendekatan
Transformati,( Jakarta: PT.Citra Putra bangsa,1997), cet.Ke-I h.76
5
Rahmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan th 1944,seperti dalam
Munawir, Perpajakan (Yogyakarta: liberty 1992)h.57
6
4
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu
tahun.”7
Dari pemaparan diatas maka zakat dan pajak sama-sama kewajiban yang
harus dilaksanakan namun Dualisme pemungutan ini pada gilirannya tentu akan
menyulitkan pemilik harta atau pemilik penghasilan. Kontraksi dana dengan
dualisme sistem ini potensial menimbulkan efek yang kontra produktif dalam
konteks mensejahtarakan rakyat.
Dengan diberlakukannya undang No.38 Tahun 1999 dan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, secara eksplisit diakui adanya perbedaan antara
zakat dengan pajak. Pemberlakuan dua undang-undang tersebut memisahkan
dengan tegas antara kewajiban menunaikan zakat bagi umat Islam dan kewajiban
pajak bagi wajib pajak. Namun aspek efektivitas penarikannya bagi
perekonomian, pengakuan pengeluaran zakat dalam akuntansi pajak dan metode
pengkreditan zakat atas pajak atau metode pengkreditan pajak atas zakat. Cita-cita
paling mendasar dari pembentukan negara adalah agar negara mampu melindungi
dan mensejahterakan warga dan rakyatnya. Zakat dan pajak memiliki peluang
yang sama sebagai alat negara untuk mewujudkan cita-citanya
Memperbincangkan relasi zakat dan pajak di Indonesia adalah sebuah hal
penting, karena beberapa hal berikut ini :
7
Redaksi PT.Ichtiar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang-undangan RI,(Jakarta:
a. Keduanya merupakan hal yang signifikan di dalam upaya pensejahteraan
rakyat, karena kenyataan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan
kenyataan lain bahwa pajak adalah primadona penerimaan negara.
b. Keduanya memiliki kesamaan. Qardhawi mengungkapkan persamaan antara
zakat dan pajak dalam beberapa hal ; (a) keduanya memiliki unsur paksaan,
(b) keduanya harus di setorkan kepada lembaga masyarakat (negara), (c)
keduanya tidak menyediakan imbalan tertentu, (d) keduanya memiliki tujuan
ke masyarakatan, ekonomi, politik di samping tujuan keuangan.
c. Keduanya memiliki perbedaan. Masih menurut Qardhawi, keduanya memiliki
perbedaan dalam beberapa hal yakni dalam hal nama dan etikatnya, dalam hal
hakikat dan tujuannya, dalam hal nisab dan ketentuannya, dalam hal
kelestarian dan kelangsungannya, dalam hal pengeluarannya, dalam hal
hubungan dengan penguasa dan dalam hal maksud dan tujuannya.8
Pada saat di undangkan, namun terdapat kendala pelaksanaan UU No 38
tahun 1999 yang menyebutkan bahwa Zakat yang telah di bayarkan kepada Badan
Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat di kurangkan dari laba / pendapatan sisa
kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Karena UU pajak penghasilan yang berlaku
saat itu belum terdapat ketentuan yang mengatur perihal zakat.Oleh sebab itu di
tetapkan UU Nomor 17 tahun 2000 yang di berlakukan mulai tahun 2001 tentang
perubahan Ketiga atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan,
8
6
menegaskan bahwa zakat atas penghasilan yang nyata-nyata di bayarkan kepada
Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang di bentuk dan di sahkan oleh
pemerintah dapat di kurangkan atas penghasilan kena pajak dalam perhitungan
pajak penghasilan orang pribadi maupun badan dan zakat bukan merupakan objek
pajak bagi si penerima zakat.
Dalam kaitan ini, penetapan UU No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat dan UU No 17 tahun 2000 (sebagai perubahan atas UU No 7 tahun 1983)
tentang pajak penghasilan dapat di pandang sebagai langkah maju menuju sinergi
zakat dengan pajak.
Pertama, UU No 38 / 1999 telah mengakui bahwa sesungguhnya zakat adalah
kewajiban yang harus di tunaikan oleh setiap muslim warga negara Indonesia
yang mampu. UU ini memang tidak menyebut hukuman bagi yang melanggar
kewajiban zakat, tetapi setidaknya pemerintah telah eksplisit bertanggung jawab
memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki, mustahik
dan amil zakat.
Kedua, pemerintah telah melibatkan diri lebih jauh dalam pengelolaan zakat
dengan membentuk Badan Amil Zakat (BAZ) di berbagai tingkat kewilayahan
dari kecamatan hingga nasional. Pemerintah juga mengukuhkan dan mengawasi
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang di bentuk secara swadaya oleh masyarakat
sehingga pengelolaan dana zakat dapat lebih di pertanggungjawabkan.
Ketiga, seperti di sebutkan dalam UU No 38/1999 bahwa zakat yang telah di
sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan. Di dalam UU No 17/2000
juga ditetapkan bahwa zakat atas penghasilan yang nyata- nyata di bayarkan
secara resmi oleh wajib pajak Orang Pribadi pemeluk Islam atau wajib Pajak
badan dalam Negeri yang di miliki kaum muslimin, dapat di kurangkan atas
penghasilan kena pajak. Dengan kata lain, sebagaimana yang di atur dalam
keputusan Dirjen Pajak No KEP- 542/PJ/2001 bahwa zakat atas penghasilan
dapat di kurangkan atas penghasilan netto.
Dengan demikian dalam rangka meningkatkan semangat berzakat
dikalangan umat Islam khususnya berkaitan dengan posisi zakat dalam kehidupan
bernegara, ijtihad bahwa zakat bisa menjadi pengurang penghasilan kena pajak
merupakan sebuah keberanian sendiri,adanya kenyataan di Malaysia bahwa zakat
bisa menguranhi pajak menjadi sebuah inspirasi Indonesia untuk membuat
Undang-undang penglolaan zakat No.38 tahun1999 pasal 14 ayat 3 yang
berbunyi:
“Zakat yang telah dibayarkan kpada Badan Zakat nasional atau Lembaga Amil Zakat dikurangkan dari laba atau pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesua dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. yang kemudian juga dikuatkan dengan undang-undang No.36 tahun 2008 tentang
Pajak penghasilan terutaman pasal 9 ayat 1 huruf g yang berbunyi:
8
Dengan demikian penelitian posisi zakat yang dikaitkan dengan pajak
dalam kasus Indonesia yang memberikan peluang bagi umat Islam yang
menunaikan zakat untuk dapat mengurangkan zakat yang dibayar itu kepada
penghasilan kena pajak kiranya sangat penting untuk ditelaah lebih lanjut
sehingga dapat memberikan pemahaman yang utuh dan akurat kepada
masyarakat.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak
menimbulkan masalah baru serta pelebaran secara meluas maka penulis akan
membatasi permasalahan ini sebagai berikut:
a. Zakat dalam skripsi ini dibatasi pada zakat mal
b. Penghasilan kena pajak dalam skripsi ini dibatasipada pajak penghasilan
c. Undang-undang di Indonesia dibatasi pada Undang-Undang No.38 Tahun
1999 dan Undang-undang No.17 tahun 2000 serta Peraturan Menteri
Keuangan No.254/PMK.03/2010 dan Peraturan Pemerintah No.60tahun
2010.
2. Perumusan Masalah
Umat Islam diwajibkan membayar dua hal dari kewajibannya, yaitu
pajak untuk Negara, dan zakat untuk mustahiq dalam Agama Islam.
Hal ini sangatlah penting untuk ditelaah lebih lanjut sehingga dapat
memberikan pemahaman yang utuh dan akurat kepada masyarakat.
Untuk memperjelas masalah ini, maka penulis merumuskan penelitian
ini sebagai berikut:
a. Dapatkah Zakat Menjadi Pengurang Pajak ?
b. Bagaimana Pelaksanaan Kebijakan Zakat sebagai Pengurang Penghasilan
Kena Pajak di Indonesia ?
c. Bagaimana Pelaksanaan Administratif Zakat sebagai Pengurang
Penghasilan Kena Pajak di Indonesia Khususnya Kabupaten Bekasi ?
Dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, diharapkan
skripsi ini dapat menjelaskan sesuai dengan tema yang penulis ambil,
yaitu“Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi Terhadap
Pelaksanaan Undang-undang Zakat di Kabupaten Bekasi”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Seiring dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka
yang akan menjadi tujuan dari penelitian skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui dapatkah zakat menjadi pengurang pajak
b. Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak di Indonesia.
c. Untuk mengetahui pelaksanaan administratif zakat sebagai pengurang
10
2. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
pembaca pada umumnya dan mahasiswa UIN pada khususnya.
b. Untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
hukum yang menyangkut hal zakat dan pajak.
c. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat yang ingin tahu
kewajiban-kewajibannya dalam mentaati hukum tanpa ada salah satu yang
ditinggalkan.
D. Review Studi Terdahulu
Penulis menemukan beberapa judul skripsi yang pernah ditulis oleh
mahasiswa sebelumnya dan buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi yang
akan diteliti oleh penulis yang sekiranya dapat dijadikan sebagai studi review,
yaitu:
1. Judul : “Pemberdayaan Zakat Modern Pada Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia.” Penulis : Abdul Barri/fakultas Syariah dan
Hukum/jurusan keadministrasian Islam/tahun 2007.
Skripsi ini membahas seputar bagaiman pemberdayaan zakat modern pada
yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia.
2. Buku hasil karya Masdar F Mas’udi yang berjudul”Agama,Keadilan,Risalah
Zakat (Pajak) dalam Islam”Inti dari tulisan ini adalah pejabaran posisi zakat
menyatakan bahwa ajaran zakat telah ”kehilangan hampir
segala-galanya”sejak munculnya pandangan formalistik meskipun sudah ada upaya
untuk menyelesaikan gejala ini,namun Masdar masih menganggapnya awet
dan tak kunjung selesai.
3. Buku Hasil karya M.Djamal “Membangun Ekonomi Umat Melalui
Pengelolaan Zakat”.ini merupakan doa yang menginginkan pengumpulan
zakat dengan sistem administrasi pajak dan upaya untuk melepas umat Islam
dari kewajiban ganda yakni kewajiban membayar zakat disamping pajak
Studi review yang diambil dari dua buku diatas dapat diambil benang
merah oleh penulis setelah adanya Undanng-undang kebijakan pengurang
penghasilan kena pajak karena telah membayar zakat,kenyatan ini merupakan
prestasi yang hendaknya ditindak lanjuti hingga mencapai harapan ideal seperti
Negara Malalysia yang dijadikan sebagai tolak ukurnya yakni zakat bisa
mengurangi pajak bukan penghasilan kena pajak saja.
E. Kerangka Teori
Zakat adalah hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah pada harta orang
Islam untuk diberikan kepada pihak-pihak yang telah ditentukan oleh Allah. Dan
pajak sebagai fungsi alat Negara untuk melakukan retribusi pendapatan kekayaan
berhadap-hadapan dengan fungsi zakat yang secara subtansi terdapat beberapa
kemiripan. maka timbul Undang-undang pengelolaan zakat No.38 tahun 1999.
Akan tetapi pelaksanaan Undang-undang No.38 tahun 1999 belum
12
belum terdapat ketentuan yang mengatur perihal zakat. oleh sebab itu kemudian
ditetapkan undang-undang No.36 tahun 2008 tentang perubahan ke-4 atas
Undang-undang No.7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang berbunyi :
“harta yang dihibahkan,bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat 3 huruf a dan huruf b kecuali zakat penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam kepada badan Zakat nasional dan lembaga amil Zakat orang yang disahin oleh pemetrintah.”9
Mulai tahun 2001 sebenarnya para pembayar zakat penghasilan sudah
dapat menjadikan jumlah zakat yang dibayar sebagai faktor pengurang atas
Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari Pajak Penghasilan. Ini adalah langkah awal
yang baik, walaupun langkah ini belumlah cukup karena zakat bukan hanya ada
pada penghasilan kena pajak tapi meliputi banyak hal yang justru oleh pemerintah
tidak dikenakan pajak, tapi merupakan sesuatu yang sangat ditekankan dalam
Agama. Sebagai misal adalah zakat hasil pertanian, dan zakat hewan ternak.
Namun demikian, Pemerintah secara tidak langsung menghargai zakat sebagai
salah satu kewajiban (rukun) bagi yang beragama Islam untuk mendorong
sekaligus mengingatkan bahwa zakat adalah suatu kewajiban yang harus ditaati
dan dilaksanakan.
Yang kemudian menjadi persoalan adalah adanya anggapan bahwa umat
Islam di Indonesia yang membayar zakat seolah-olah terkena pengeluaran
berganda, selain membayar pajak juga membayar zakat dari penghasilan yang
9
diperolehnya. Oleh karena itu untuk keadilan sudah selayaknya dipikirkan
bagaimana agar umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia ini
bisa menjadi warga Negara yang baik sekaligus menjadi umat Islam yang taat.
Dan salah satu cara yang telah ditempuh adalah ditetapkannya zakat sebagai
faktor pengurang dalam perhitungan penghasilan kena pajak (PKP).10
Dan permasalan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
baru-baru ini dikuatkan oleh Peraturan Menteri Keuangan NO.254/PMK.03/2010 pada
Tanggal 28 Desember 2010 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.60
Tahun 2010 Tentang Zakatatau Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang
dapat dikurangkan dari Penghasilan kena pajak pada pasal 1 ayat 1 (a):
”Zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam atau oleh wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah akan tetapi jika pembayaran zakatnya tidak melalui badan atau lembaga yang disahkan oleh Negara maka pengurangan terhadap penghasilan kena pajak tidak berlaku”.
F. Metodologi Penelitian
Untuk menghasilkan data yang valid, maka metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah dengan cara
menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memusatkan perhatian pada
10
sofyan idris, gerakan zakat dalam pemberdayaan ekonomi umat pendekatan transformati,
14
prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala dalam
kehidupan manusia.11
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu
penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mempelajari secara
mendalam suatu individu, kelompok, institusi atau masyarakat tertentu
tentang latar belakang, keadaan/kondisi, faktor-faktor atau interaksi-interaksi
social atau hukum yang terjadi di dalamnya.12
2. Kriteria Data a. Data Primer
1) Al-Qur’an dan Hadist
2) Undang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dan
Undang-undang No.36. Tahun 2008 tentang pajak
3) Peraturan Menteri Keuangan NO.254/PMK.03/2010 dan Peraturan
Pemerintah No.60 Tahun 2010 tentang zakat yang dapat dikirangi dari
penghasilan Netto
4) Wawancara tambahan dari BAZNAS, kantor Direktorat Pajak dan
KPP ( Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Bekasi
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara
membandingkan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
11
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hl. 20 12
Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
masalah yang diajukan, dokumen-dokumen yang dimaksud adalah
Al-Qur’an, Hadis, buku-buku ilmiah, Undang-undang , serta
peraturan-peraturan lainnya yang erat kaitannya dengan masalah yang diajukan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data/informasi tersebut digunakan tehnik
penelitian sebagai berikut :
a. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan guna memperoleh data sekunder yaitu melalui
pengkajian perundang-undangan, buku-buku serta tulisan para pakar
hukum yang ada hubunganya dengan penelitian ini.
b. Penelitian lapangan
Penelitian lapangan dilakukan guna mempeoleh data primer tentang
implementasi pembayaran zakat sebagai pengurang penghasilan kena
pajak, dengan metode wawancara di Kantor Direktorat Jendral Pajak dan
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) karena dua lembaga ini adalah
lembaga yang berkaitan dengan karyatulis dalam penelitian penulis.
4. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif, yaitu menganalisa dengan cara menguraikan dan
mendeskripsikan hasil wawancara yang diperoleh. Sehingga didapat suatu
kesimpulan yang objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan tujuan
16
G. Sistematika Penulisan
[image:26.612.117.535.46.431.2]Di dalam melakukan penyusunan proposal ini penulis memberikan
gambaran guna mempermudah pembaca dalam memahami proposal ini, dalam
hal ini penulis menyusunnya dalam lima bab. Isi dari proposal ini secara singkat
adalah sebagai berikut:
Bab Pertama : Pendahuluan yang diawali dengan Latar belakang masalah yang
didalamnya menjelaskan awal mulanya masalah yang diangkat oleh peneliti untuk
dijadikan bahan penelitian dan masalah yang diteliti dibatasi dengan pembatasan
dan perumusan masalah agar pembahasan permasalah yang diteliti tidak
bercabang kemana-mana sehingga fokus dengan apa yang peneliti saja dan
masalah yang diteliti ada tujuan dan manfaat penelitian agar penelitian yang
diteliti mendapat manfaat khususnya untuk pribadi umumnya untuk maasyarakat
luas, review studi terdahulu, metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab Kedua :Menyajikan Kajian kepustakaan.Pertama yang membahas tentang
Landasan (kerangka) Teori (untuk studi empiris yang bersifat eksplanatoris dan
verifikatif atau kerangka konseptual dan landasan teorotis harus didasarkan pada
teori-teori yang relevan. khususnya pada masalah tetang konsep hukum zakat dan
pajak menurut fikih dan Undang-undang
Bab Ketiga :Menyajikan data hasil penelitian, berupa deskripsi data berkenan dengan variabel yang ditelti secara objektif dalam arti tidak dicampur dengan
opini penelitian.deskripsi data penelitian harus ditampilkan secara jelas dan
terdiri atas sejarah berdirinya, tujuan, visi dan misi sturtur organisasi dan program
kegiatan.
Bab Keempat :Analisis terhadap data penelitian yang telah didapatkan
dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian.dalam kasus analisis kita juga
penafsirkan dan menginprestasikan temuan penelitian kedalam bingkai
pengetahuan yang telah mapan,memodifikasikan teori yang ada atau menyusun
teori yang ada yang pada tulisan Membahas tentang kondisi zakat dan pajak di
Indonesia setelah pengesahan Undang-undang NO.38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat dan Undang-undang No.17 tahun 2000 tentang pajak
penghasilan yang lebih khusus menyoroti zakat sebagai pengurang penghalian
kena pajak
Bab Kelima :Penutup dengan usainya pembahasan diatas dalam bab terakhir ini disampaikan beberapa butir kesimpulan sekaligus berfungsi sebagai jawaban
konkret atas masalah yang telah dirumuskan dalam bab pendahuluan.berikut
dengan saran-saran yang ditunjukan kepada para cendikiawan muslim untuk lebih
gigih dan giat dalam mengembangkan dunia ilmu khususnya yang berkaitan
18
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT A. Pengertian
Zakat menurut bahasa adalah merupakan kata masdar dari zaka’yang
berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji yang semua arti ini sangat populer dalam
menterjemahkan baik al-qur’an dan hadist.1 Imam Abu Bakar bin Muhamad
Al-Husainiy Mengatakan
2
! " #$%& '( )
1 ! *+ ,-. /0 1 2 34 ! 56 7 84 9: ( . ;< 4
=
“Zakat menurut pengertian Syara’ (terminologi) adalah suatu nama yang
khusus untuk menentukan kadar-harta benda yang akan diserahkan kepada ashnaf
(golongan) tertentu dengan syarat-syarat (yang tertentu pula) dinamakan zakat
karena harta-benda itu tumbuh dan mengadung barakah ketika dikeluarkan dan
ketika didoakan oleh orang-arang yang menerimannya”.Sayyid Sabiq mengatakan
P Q 9: (. *+ &>! ?@ ? AB *C DEF " 6 GHI! J0
'(
K
/HIN L : ! 4 /: B. M!> 2: B . 2 3! *+ 0$ " /:N 6 O
" RS 1!
T
2 3! $ /UV . W+ X.
=
1
Muhammad, Zakat Profesi Wacana Pemikiran dalam Fikih Konteforer, (Jakarta: salemba diniyah ) cet.1 h.10
2
Muhammad, Zakat Profesi Wacana Pemikiran dalam Fikih Konteforer, (Jakarta: salemba diniyah ) cet.1 h.10
3
“Zakat merupakan suatu nama (yang ditetapkan)kepada sesuatu benda
yang dikeluarkan oleh manusia dari hak Allah kepada fakir miskin.Dinamakan
zakat karena keberadaannya mengandung harapan barakah,kebersihan jiwa dan
pertumbuhan kebaikan.maka hal tersebut dinamakan zakat karena mengandung
pengertian tumbuh,bersih dan barakah.
Arti tumbuh dan suci sebenarnya tidak hanya digunakan untuk harta
kekayaan tetapi kata itu bisa juga dipakai untuk menerangkan jiwa orang yang
mengeluarkan zakat(muzzaki) dalam pandangan yusuf qardawi kata zakat dalam
bentuk ma’rifat definisi disebutkan tiga puluh kali dalam al-quran diantaranya
duapuluh tujuh kali disebutkan dalam satu ayat bersama shalat dan hanya satu kali
disebut dalam kontek yang sama dengan shalat tetapi tidak dalam satu ayat surat
al-mu’minun 1-4 menurut penelitiannya dalam Al-Qur’an tiga puluh kali kata
zakat disebutkan delapan kali terdapat dalam surat –surat yang diturunkan
dimakkah(makkiyah) sedangkan lainnya diturunkan dimadinah(madaniyah).4
B. Dasar Hukum
1. Al-Qur’an
Meskipun sudah disinggung secara umum tentang dasar hukum zakat
pada halaman-halaman sebelumnya penulis merasa perlu untuk
mengelompokan sumber pijakan zakat. Karena zakat merupakan sesuatu yang
diberikan untuk harta yang dikeluarkan oleh seorang manusia sebagai hak
Allah Ta’ala yang diserahkan pada orang fakir. Adapun makna zakat itu
4
20
sendiri adalah harapan akan adanya keberkahaan, kesucian jiwa, dan terdapat
didalamnya kebaikan sebagaimana firman Allah SWT dalam surah At-Taubah
10
Y
24 Z
[
\
]
^_`
a
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. 9: At-Taubah :103 )
Setelah turunnya ayat yang mewajibkan zakat dan makna dari zakat itu
sendiri untuk diri kita pribadi zakat pun mempunyai makna dalam kehidupan
sosial bahwa apabila zakat itu berjalan maka zakat itu sendiri akan menimbul
sifat rasa tolong menolong antara sikaya dan simiskin jadi tidak ada
perbedaan umat dimata Allah karena dengan zakat kita saling mengisi,
menjaga pertolongan, saling kasih sayang sekaligus mempererat hubungan
antara sesama melalui zakat.Surah At-Taubah 71
!"
#
$ % &
'
&
$
!
(&
)
"
$ &
)
$
&
#
*
+!
$
,
-%
&
&
.
Y
24 Z
[
\
]
b^
a
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.9: At-Taubah: 71 )
Adapun ayat selanjutnya menerangkan bahwa zakat yang sudah
dikeluarkan oleh seorang Muzaki di berikan kepada orang-orang yang berhak
mendapatkan zakat tersebut dan yang dimaksud orang yang berhak menerima
zakat disini ialah 8 ( delapan ) golongan yang dijelaskan dalam Surah At-Taubah
ayat 60:'
(
)
/
!
"
# (
01 !
!
0 !
*
+ ,
"
!
#
-01
!
$
"
%
02
%
.
!
&
&
3
/
&
4
5
Y
24 Z
[
\
]
c_
a
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya(mualaf), untuk
memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana.” (QS.9: At-Taubah: 60)
Imam Bukhari dan Muslim telah menghimpun Hadist-hadist yang
berkaitan dengan zakat sekitar 800 hadist, termasuk beberapa atsar diantara hadist
22
d / , *C ef$ , "4 ",
]
'5g(. J:g, WC hg *C ($ d
=
e 4
#M 1 hg, ij(I!
]
i d . *C ($ k% l 56m. WC Un J n !6m - /o
.
*+ Z . j
6 p $ i . Uql!
=
“Dari Umar ra Rasullah SAW bersabda Islam dibangun atas lima pondasi pokok
yakni kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhamad itu utusan Allah mendirikan shalat melaksanakan haji menunaikan zakat dan berpuasa dibulan ramadan
Hadist tersebut adalah sebagian dari nash yang bersifat umum yang
menegaskan tentang kewajiban Zakat Mal dan Zakat Fitrah.sedangkan beberapa
hadist lainya bersifat umum menjelaskan sub-sub masalah zakat seperti jenis harta
yang dizakati, nisab, haul, asnaf ( golongan ) yang terkait dengannya.
Hadist berikutnya dari ibnu abbas bahwa ketika Nabi SAW mengutus
Muadz bin Jabal RA ke yaman beliau bersabda:
" :! ? J , WC ef$ S A rA4 e3 56m J , WC ef$ #s53, "4 ",
T
&N
]
? '/,-m
]
, tm 'X !6 N *C ($ eDH. WC 5n J n !6m - /o
uC 56m '/ g, N 7 8
!6 N 2g: . #i vw x L g M 1 '/:g, y Z!N %d
" 81zB '/ m x P2d% '/:g, y Z!N uC 56m '/ g, N 7 8 , tm
'/< &N hg, {- B. '/< !|m
Y =
J:g, E>Z
a
“Dari ibnu Abbas ra berkata Rosul SAW bersabda kepada Muadz bin Jabal ketika diutus keyaman:sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah komunitas ahli kitab maka ketika kau sampai disana ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhamad adalah utusannya jika mereka mematuhi
5
Muhamad Musthafa Diba al-Bagho, Mukhtashor Shahih al-Bukhari, cet al-Yamama
Univ.Damaskus Tahun 1999 hal.7 6
mu maka informasikan bahwa Allah telah mewajibkan shadaqah yang akan diambil dari golongan yang kaya diantara mereka dan akan didistribusikan kepada golongan yang fakir. HR.Bukhori dan Muslim)
Hadist ini menjelaskan bahwa kewajiban zakat adalah sebuah salah satu
perkembangan Islam di Mekkah secara mutlak tidak dibatasi berapa besar harta
yang wajib dikeluarkan zakatnya, tidak pula jumlah yang harud dizakatkan.
Semua itu diserahkan kepada kesadaran dan kemurahan kaum Muslimin
belaka.dan pada tahun kedua setelah hijrah menurut keterangan yang mashur
ditetepkan besar dan jumlah jenis harta yang dijelaskan secara terperinci.7
C. Tujuan, Hikmah, serta hakikat Zakat
Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam melaksanakan ibadah zakat.
Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, vertikal dan
horizontal.8Artinya secara vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud ketakwaan
dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas nikmat berupa harta yang
diberikan kepadanya serta untuk membersihkan dan mensucikan diri dan hartanya
itu.Dalam konteks inilah zakat betujuan untuk menata hubungan seorang hamba
dengan Tuhannya sebagai pemberi rezeki.
Sedangkan secara horizontal zakat bertujuan mewujudkan rasa keadilan
sosial dan kasih sayang diantara pihak yang mampu dengan pihak yang tidak
mampu dan memperkecil problema dan kesenjangan sosial serta ekonomi umat
7
Al-Sayyid Sabiq, Fikih al-Sunnah 3, ( Bandung : Al-ma’arif, 1990) h.7
8
24
dalam kontek ini diharapakan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial
diantara sesama manusia.Oleh sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam
kehidupan ummat manusia, terutama Islam.
Dalam hal ini, para ulama telah membahas mengenai apa hikmah dan
tujuan dari adanya zakat. Diantaranya, menurut Yusuf Qardhawi9, secara umum
terdapat dua tujuan dari ajaran zakat, yaitu untuk kehudupan individu dan untuk
kehidupan sosial kemasyarakat. Tujuan yang pertama meliputi pensucian jiwa
dari sifat kikir, mengembang sifat suka berinfak atau memberi, mengobati dari
cinta dunia, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa simpati dan
cinta sesama manusia, dengan ungkapan lain, esensi dari semua tujuan ini adalah
pendidikan yang bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai
spiritual yang dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Tujuan kedua zakat dilihat dari keseimbangan sosial, zakat mendorong
umat Islam untuk selalu menghindari kemudbaziran, bakhil dan tamak. Dengan
zakat pula dapat memperbaiki perasaan-perasaan yang buruk yang timbul diantara
orang-orang kaya dan miskin, dan memperbaiki hubungan antara mereka yang
mengeluarkan zakat dengan kelompok-kelompok yang menerima zakat.10
Tujuan zakat dalam hubungan ini secara praktisnya tersebut adalah
sebagai berikut: 11
9
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, ( Jakarta: Lentera, 1991), h. 848
10
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat, ( Jakarta: PT.Grafindo Persada.2006 )
h.133
11
1. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin.
2. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang.
3. Mengangkat derajat dan membantunya keluar dari kesulitan hidup mustahik.
4. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.
Adapun hakikat zakat, berdasarkan dalil-dalil yang mewajibkannya adalah
merupakan hak mustahiq dan bukan merupakan pemberian atau kebaikan hati
orang-orang kaya semata. Dengan kata lain, zakat mencermikan kewajiban bagi
orang-orang kaya dan hak yang legal bagi golongan miskin, baik di minta ataupun
tidak. 12
Dengan demikian di dalam zakat tidak ada istilah hutang budi, balas budi,
malu ataupun hina.Hal ini karena hakikatnya zakat adalah pemberian dari Allah
swt. Lagi pula menurut Islam seseorang yang kaya tidak lah berlebih
kedudukannya di sisi Allah dari prang miskin karena hartanya. Karena yang
membedakannya hanya derajat ketakwaannya.
Hakikat zakat yang demikian menanamkan kesadaran bahwa segala yang
ada di bumi dan di langit serta di seisinya adalah milik Allah, dan harta yang di
miliki seseorang itu pada hakikatnya adalah amanah dari Allah swt semata. Hal
ini di dasarkan pada firman Allah SWT surat at-taubah ayat 104
12
26
0
1
6 &
'
(&
2
(
78
) '
3
&
!
"
4
$
5
#
6 2
(
7
6
9
Y
24 Z
[
\
]
^_}
a
Artinya: Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima Taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (QS. 9: At-Taubah: 104)
Makna ayat ini lanjutan dari ayat sebelumnya yaitu QS: At-Taubah :103
bahwasanya sekelompok orang yang imanya masih lemah, yang
mencampurbaurkan amal baik dan buruk dalam kegiatanya. Dan mereka
mengharap ampunan dari Allah SWT dan salah satu cara pengampunannya adalah
melalui sedekah dan pembayaran zakat.13
D. Harta Yang Wajib di Zakatkan
Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam: pertama.zakat yang
berhubungan dengan badanatau disebut zakat fitrah.zakat fitrah merupakan
kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan
dari nafkah keluarga yang wajar yang dilaksanakan maksimal sebelum khatib
turun dari mimbar pada hari raya idul fitri,sebagai tanda syukur kepada Allah
SWT karena telah selesai menunaikan ibadah puasa selain untuk menggembirakan
hati fakir miskin pada hari raya, kedua, zakat yang berhubungan dengan harta atau
zakat maal. Dalam penulisan ini lebih memfokuskan pada zakat maal yang telah
13
mengalami perkembangan pada perekonomian modern, sehingga dengan
demikian hanya sedikit membahas tentang zakat fitrah.14
Menurut Al-Jaziri, ulama mazhab yang empat secara Ittifaq (sependapat)
mengatakan bahwa jenis harta yangwajib dizakatkan ada lima macam yaitu :
binatang ternak (unta, sapi, kerbau, kambing/domba) emas dan perak,
perdagangan, pertambangan, harta temuan dan petanian.15Sementara itu menurut
Yasuf Al-Qardhawi16 jenis-jenis harta yang wajib dizakati adalah: binatang
ternak, emas dan perak, hasil perdagangan, hasil pertanian, hasil sewa tanah,
madu dan produksi hean lainnya, barang tambang dan hasil laut, hasil investasi
pabrik dan gudang, hasil pencarian dan profesi, hasil saham dan obligasi.
Memperhatikan pendapat diatas,maka jenis harta yang wajib dizakati
mengalami perubahan dan perkembangan.artinya jenis- jenis harta sebagaimana
disebut diatas,masih dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada perkembangan dan kemajuan
ekonomi dan dunia usaha.
Sedangkan dalam Undang-undang tentang pengelolaan Zakat17 disebutkan
jenis harta yang dikenai zakat, yaitu: emas dan perak, uang, perdagangan dan
14
Shahih Bukhori (Riyadh: Daar el-Salam,2000 ), h. 925-927
15
Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazhab al-Arba’ah,( Beirut: Ihya Turats al-arabi,tt), h. 596
16
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, ( Bandung: Mizan, 1996), h. 122-123
17
28
perusahaan,hasil pertanian,hasil perkebunan, hasil perikanan, hasil petambangan,
hasil perternakan, hasil pendapatana dan jasa. Dan rikaz (harta temuan).
Harta kekayaan sebagaimana disebut diatas, wajib dikeluarkan zakatnya
apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat (mencapai nisab, kadar, dan
waktu/haul).
Adapun syarat-syarat yang wajib dizakati yaitu:18
1. Milik penuh, yaitu kekayaan yang berada dibawah kekuasaan pemilik dan
tidak tersangkut didalamnya hak orang lain.
2. Berkembang, yaitu kekayaan yang dikembangakan atau mempunyai potensi
untuk berkembanga produktif dan memberikan keuntungan atau pendapatan.
3. Cukup nisab, yaitu jumlah minimal yang harus dikeluarkan zakatnya.
4. Lebih dari kebutuhan rutin. Yang dimaksudkebutuhan rutin adalah sesuatu
yang harus ada untuk ketahanan hidup seperti makan, minum, pakaian,
perumahan dan sebagainya.
5. Bebas dari hutang (pemilikan sempurna) orang yang mempunyai hutang
sebesar atau mengurangi senisab yang harus dibayar pada waktu yang
sama(dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari
zakat.
6. Berlaku satu tahun, maksudnya adlah bahwa pemilikan harta tersebut sudah
berlalu satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan
18
dan perniagaan, sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang
temuan) tidak ada syarat haul.
E. Sasaran Zakat19
Mustahiq zakat atau orang yang berhak menerima zakat harta benda
(zakat maal) ada delapan asnaf (golongan) yakni fakir, miskin, amil (petugas
zakat), muallaf(orang yang baru masuk Islam).Riqab (budak), gharimin (orang
yang berhutang), fisabilillah (orang yang berijtihad dijalan Allah).Ibnu sabil
(yang dalam perjalanan) sebagaimana didasarkan pada firman Allah SWT yang
berbunyi:
)
/
!
"
# (
01 !
!
0 !
*
+ ,
"
!
#
-01
!
$
"
%
02
%
.
!
&
&
3
/
&
4
5
Y
24 Z
[
\
]
c_
a
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya(mualaf), untuk
memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana.”(QS. 9: At-Taubah: 60)
1. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan usaha, atau mempunyai
harta yang kurang dari seperdua kecukupanya20, tidak ada oang yang
berkewajiban memberi belanja.21
19
30
2. Miskin adalah orang yang mempunyai harta atau usaha sebanyak seperdua
kecukupannya atau lebih tetapi tidak sampai mencukupi.
3. Amilin adalah orang yang bertugas mengambil zakat dari dari para muzakki
dan mendistribusikan kepada para mustahiq.22
4. Muallaf adalah orang-orang yang yang sedang dilunakan hatinya untuk
memeluk Islam atau untuk menguatkan Islamnya, atau untuk memnjegah
keburukan sikapnya terhadap kaum muslimin.
Muallaf ada empat macam:
a. Orang yang baru masuk Islam, sedangkan imannya belum teguh.
b. Orang Islam yang yang berpengaruh dalam kaumnya, dan kita
berpengharapan kalau dia diberikan zakat, maka orang lain dari kaumnya
akan masuk Islam.
c. Orang Islam yang berpengaruh terhadap kafir. Kalau dia diberi zakat, kita
akan terpelihara dari kejahatan kafir yang dibawah pengaruhnyanya.
d. Orang yang menolak kejahatan orang anti zakat.23
20
Yang dimaksud dengan kecukupan ialah menurut umur biasa 62 tahun maka yang mencukupi dalam masa tersebut dinamakan”kaya”, tidak boleh diberi zakat, dan ini dinamakan kaya dengan harta.adapun kaya dengan usaha, seperti orang yang mempunyai penghasilan yang tertentu yang tiap-tiap hari atau bulanan, maka kecukupannya dihitung tiap hari atau tiap bulan. Apabila suatu hari penghasilannya tidak mencukupi hari itu dia boleh menerima zakat. Adanya rumah yang didiami, pekakas tumah tangga dan lain-lain yang diperlukan tiap hari tidak dihitung sebagai kekayaan berarti tidak menghalanginya dari keadaan yang tergolong fakir atau miskin
21
Sualaiman Rajid, Fikih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algonsindo,1995), hal. 213 22
M. Ali Hasan, Zakat dan Infak, (Jakarta: kencana, 2006), Hal.96
23
5. Riqab (orang-orang yang memerdekakan budak) adalah orang yang mmebeli
budak dari harta zakatnya untuk memerdekakannya. Dalam hal ini babyak
dalil yang cukup dan sangat jelas bahwa Islam telah memenuhi berbagai jalan
dalam rangka menghapus perbudakan. Hukun ini sudah tidak berlaku karena
pebudakan telah tiada
6. Al-Gharimah (orang yang mempunyai utang) adalah orang yang mempunyai
hutang yang dipergunakan untuk perbuatan yang bukan maksiat. Dan zakat
diberikan agar mereka dapat membayar hutang mereka., menurut kesepakatan
para ulama mazhab.
7. Fisabilillah (orang yang berada dijalan Allah) menurut empat mazhab
orang-orang yang berpegang secara suka rela untuk membela Islam.
8. Ibnu sabil adalah orang asing yang menempuh perjalanan kenegeri lain dan
sudah tidak punya harta lagi zakat boleh diberikan kepadanya sesuai dengan
ongkos perjalanan untuk kembali kenegaranya24
24
32
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK A. Pengertian
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan
partikelir kesektor) berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbalik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjukan dan
yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum(publieke uitgaven).1
Pajak menurut ahli keuangan ialah kewajiban yang ditetapkan terhadap
wajib pajak, yang harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan ketentuan, tanpa
mendapat prestasi kembali dari Negara dan hasilnya untuk membiayai
pengeluaran umum di satu pihak untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi,
sosial, politik, dan tujuan- tujuan lain2.
Dalam hukum Islam terdapat beberapa istilah yang dapat diartikan sebagai
pajak. Misalnya: Istilah jizyah merupakan suatu bagian kekayaan yang diambil
dari orang-orang kafir zimmi sebagai kewajiban baginya karena telah dilindungi
keselamatan diri dan hartanya oleh pemerintah Islam.3
Al-kharaj merupakan bagian suatu kekayaan yang telah dikeluarkan oleh
setiap penduduk yang tunduk dibawah kekuasaan pemerintahan Islam bagi yang
memiliki pertanian atau perkebunan. Adh-dariibah merupakan suatu bagian
1
Rahmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, (Yogyakarta: Libert 1992),h.57
2
Yusuf Qardhowi, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988), h.999
3
kekayaan yang dikeluarkan oleh orang-orang kafir yang telah dilakukan oleh
tentara Islam dengan sebutan al-Harbi dengan membebani pajak 10 % dari
kekayaannya.4 Al-‘usyuriyah yaitu pajak yang dikeluarkan oleh setiap warga
dibawah kekuasaan pemerintah islam yang terdiri dari golongan Muslim, Ahlul
Dzimmi dan Ahlul Harbi. Hal ini dikatakan ‘isyuriyah karena jumlahnya 10%
dikeluarkan dari kekayaan Ahlul Harbi dengan istilah “al-“usyur”dan 5%
dikeluarkan dari kekayaan Ahlul Dzimmi dengan istilah “Nusful ‘Usyur”serta
2,5% dikeluarkan dari kekayaan orang-oran Muslim dengan istilah”Rubu’ul
‘usyur”.pajak yang seperti ini disebut”Al-Kharaaf 5.
Akan tetapi Undang-undang perpajakan No.36 tahun 2008 merumuskan
pengertian pajak bab I pasal I sebagai berikut:“Pajak penghasilan dikenakan
terhadap orang pribadi atau perseorang dan badan berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun.”6
B. Sumber Hukum
Hukum pajak adalah sabagai hukum positif merupakan bagian hukum
nasional yang berlaku dengan memiliki sumber hukum.akan tetapi sumber hukum
yang dimilki oleh hokum pajak hanya bersumber pada hukum tertulis yang
4
Najuddin, Masaail Fiqhiyyah, (Jakarta: Kalam Mulya, 2003), h.172
5
Asy-Syaukaaniy, Nailul Author, Juz VIII (Mesir: Mustahafaa Al-baby Al-Halaby), h.71
6
Redaksi PT.Ichtiar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang-undangan RI,(Jakarta:
PT.Intermasa, 1989)
6
Abi Fadhil Ahmad bin ali bin Hajar al-Asqolani, Bulughu Al-Maram min Al-Adilatul Ahkam,
34
berkaitan dibidang perpajakan karena keberadaan hukum pajak hanya didukung
oleh peraturan perundang-undangan perpajakan sebagai produk legislatif untuk
lebih jelasnya mengenai sumber hukum pajak dapat diuraikan satu persatu
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 16 TAHUN 2009 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 607/KMK.04/1994 Tentang Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau
Pembatalan Ketetapan Pajak, Tanggal 21 Desember 1994.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 542/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Dan Pengurangan atau
Penghapusan Ketetapan Pajak. Tanggal 22 Desember 2000.
4. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 18/PJ.24/1995 Tentang Perubahan atas Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 05/PJ.24/1995 Tanggal 3 Februari 1995 Tentang Bentuk Surat Tagihan Pajak dan Surat Ketetapan Pajak atas
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah Tanggal 5 Mei 1995.
5. Peraturan menteri Keuangan NO.254/PMK.03/2010 tata cara pembebanan zakat atau sumbangan keagaman yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghailan bruto
(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 98,tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia 5148).7
C. Jenis-jenis 8
Dalam hukum pajak terdapat berbagai perbedaan jenis-jenis pajak, yang
dibagi kedalam perbedaan pajak menurut golongan, perbedaan pajak menutut
sifatnya dan perbedaan pajak menurut lembaga pemungutannya, adapun semua
itu dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menurut golongannya pajak dibagi menjadi dua, yaitu pajak langsung dan
pajak tidak langsung, berikut ini diuraikan pengertian masing-masing:
a. Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendirir oleh
wajib pajak yang bersangkutan, tidak boleh dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh : pajak penghasilan
b. Pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya dapat
dilimpahkan kepada pihak ketiga atau konsumen. Adapun dalam
pengertian administrative pajak tidak langsung adalah pajak yang
dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan
terutangnya pajak misalnya terjadi penyerahan barang,pembuatan akte.
Contoh : pajak pertambahan nilai dan bea materai.
7
Hhtp://blogdeta.blogspotcom/2009/Dasar Hukum-Pajak.html 31 mei 2009
8
Rahmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, (Yogyakarta:
36
2. Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak subjektif dan pajak
objektif berikut ini diuraukan pengertian masing-masing:
a. Pajak Subjektif ( bersifat perorangan) adalah pajak yang memperhatikan
pertama-tama keadaan pribadi wajib pajak untuk memetapakan pajaknya
harus ditemukan alas an-alasan yang objektif yang berhubungan erat
dengan keadaan materialnya. Contoh : pajak penghasilan orang pribadi,
hubungan antara pajak dan wajib pajak langsung oleh karena besarnya
pajak penghasilan yang harus dibayar tergantung pada besarnya
penghasilan sesorang.
b. Pajak objektif ( bersifat kebendaan) adalah pajak objektif pertama-tama
melihat kepada objeknya baik itu berupa benda dapat pula berupa
keadaan,perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya
kewajiban membayar pajak.
3. Menurut lembaga pemungutannya pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak
Negara dan pajak daerah,berikut ini diuranikan pengertian masing-masing :
a. Pajak Negara adalah pajak yang dipungut pemerintah pusat yang
penyelengaraanya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya
akan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga Negara pada
umumnya.contoh :
- Pajak penghasilan adalah merupakan salah satu pajak Negara memiliki
objek yang dapat dokenakan pajak, yakni “penghasilan”. Adapun
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak baik yan berasal di Indonesia maupun yang di luar Indonesia
- PPN (pajak pertambahan nilai) secara tegas diatur dalam UU PPN,
yang menyatakan bahwa pajak pertambahan nilai dikenakan atas pajak
penjualan atas barang mewah penyerahan jasa dan ekspor barang
pengusaha
- Pajak bumi dan bangunan, keduanya dapat berdiri sendiri atau secara
bersama-sama sebagai objek yang dapat dikenakan pajak bumi dan
bangunan adapun yang dimaksud dengan bumi itu sendiri meliputi
bagian dalam bumi seperti tanah, peraianran pedalaman serta laut
daerah Indonesia,dan yang dimaksud bangunan itu sendiri adalah
bangunan yang berdiri diatas permukaan bumi seperti hotel, pabrik
jalan tol dan lain-lain.
- Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang
digunakan oleh orang pribadi atau badan dalam lalu lintas hukum.
b. Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dimungut oleh daerah, kabupaten
maupun kotamadya berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan
hasilnya untuk pembiayaan rumah tangga daerah masing-masing Contoh :
pajak kendaraan bermotor, pajak radio, dan pajak pembangunan.
D. Fungsi dan pengaruhnya dimasyarakat
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
38
merupakan sumber pendapatan Negara untuk membiayai semua pengeluaran
termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi anggaran (budgetair) adalah Sebagai sumber pendapatan Negara pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk
menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,
negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.
Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai ,
belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari pegawai pemerintah, yakni penerimaan
dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun
ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.9
2. Fungsi stabilitas yaitu dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga
inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan
mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan
pajak yang efektif dan efisien.10
3. Fungsi redistribusi pendapatan yaitu pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk
9
R.Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Eresco N.V.,1965), h.16
10
juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.11
Setiap pajak terdiri dari sasaran atau objek pajak(tax bas ) dan tarif pajak
(tax rate).objek pajak adalah segala sesuatu yang dapat dapat dikenai pajak yang
berupa pendapatan,barang-barang ,kekayaan dan juga perpindahan hak milik atas
barang.12dan dalam pemungutuan pajak itu sendiri terdapat perlawanan sebagai
bentuk reaksi ketidak cocokan masyarakat terhadap diberlakukannya pajak sering
kali diwujudkan dalam perlawan akibat tekanan pajak.
E. Syarat-syarat Pemungutan
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu
tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah,
maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak
menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi
persyaratan yaitu:
1. Pemungutan pajak harus adil yaitu seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak.
Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.
Contohnya: Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak dan pajak
diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib
11
Muhamad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007), h.33
12
40
pajak serta sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai
dengan berat ringannya pelanggaran.13
2. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU yaitu sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan
negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu: Pemungutan pajak
yang dilakukan oleh Negara yang berdasarkan UU tersebut harus dijamin
kelancarannya Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan
secara umum serta Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para
wajib pajak.14
3. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi
perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa.
Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan
menghambat lajunya usaha masyarakat pemasuk pajak, terutama masyarakat
kecil dan menengah.15
4. Pemungutan pajak harus efesien Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang
13
Ahmad Tjahjono dan M.Fakhri Husaen, Perpajakan, ( Jakarta: UPP AMPYKPN, 2005),
h.16
14
Muhamad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007), h.5
15
diterima lebih rendah dari pada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena
itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.
Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam
pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang
sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak
yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib
pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya,
jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar
pajak 16
F. Perbandingan Antara Zakat Dan Pajak
Dari uraian sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian pajak dan
zakat maka diantara kedua terdapat pesamaan dan perbedaan keduanya, Adapun
pe