• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas pelayaran dan perdagangan masyarakat muslim melayu Singapura tahun 1800-1824

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas pelayaran dan perdagangan masyarakat muslim melayu Singapura tahun 1800-1824"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

i

MASYARAKAT MUSLIM MELAYU SINGAPURA

TAHUN 1800-1824

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk memenuhi Syarat mendapat Gelar Sarjana (S1) Humaniora

OLEH: Imam Chaerullah NIM: 103022027509

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

MASYARAKAT MUSLIM MELAYU SINGAPURA

TAHUN 1800-1824

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk memenuhi Syarat mendapat gelar Sarjana (S1) Humaniora

Oleh: Imam Chaerullah NIM: 103022027509

Pembimbing

Prof. Dr. M. Dien Madjid NIP: 19490706 1971091 001

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

iii

Skripsi yang berjudul “AKTIVITAS PELAYARAN DAN PERDAGANGAN MASYARAKAT MUSLIM MELAYU SINGAPURA TAHUN 1800-1824”. Telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 10 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada Program Sudi Sejarah dan Peradaban Islam.

Ciputat, 10 Juni 2011

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA Shalikatus Sa’diyah, M.Pd NIP. 19591222 199103 1 003 NIP. 19750417 200501 2 007

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA Drs. Saidun Derani, MA NIP. 19591222 199103 1 003 NIP. 195702271 19903 1 001

Pembimbing

(4)

iv Dengan Ini Saya Menyatakan Bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli dari saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana dalam jenjang Strata satu (S1) di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan dari jiplakan karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 10 Juni 2011

(5)

v Imam Chaerullah

Aktivitas Pelayaran dan Perdagangan Masyarakat Muslim Melayu Singapura Tahun 1800-1824

Singapura merupakan suatu wilayah di Asia Tenggara yang terletak di lepas pantai selatan Semenanjung Malaya, akhir bagian selatan dari Selat Malaka. Penduduk pribumi Singapura adalah orang Melayu yang sebagian besar terdiri dari Orang Laut. Letak geografis Singapura sebagai wilayah pesisir mendorong aktivitas kemaritiman penduduk Singapura dengan profesi nelayan dan pedagang.

Posisi Singapura sebagai wilayah perniagaan didukung oleh peningkatan volume dagang dan lalu lintas kapal yang ramai di Selat Malaka sebagai jalur penghubung perdagangan Asia Tenggara dengan wilayah Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan. Kemajuan perdagangan kerajaan Melayu, sejak kerajaan Sriwijaya hingga kesultanan Johor, sebagai faktor penggerak perkembangan berbagai wilayah kekuasaan mereka, termasuk Singapura. Peran Singapura sebagai pos perdagangan kerajaan-kerajaan Melayu menuntut masyarakat Melayu Singapura untuk lebih berperan aktif dalam perekonomian selat. Sungai-sungai di Singapura dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan pusat perdagangan yang berkembang di tepi sungai.

Kehadiran bangsa-bangsa Eropa sejak abad ke-16 dengan tujuan sebagai upaya kolonialisasi dan memonopoli perdagangan, menutup peran perdagangan masyarakat dan kota-kota niaga di Asia Tenggara. Kolonialisasi Inggris di Singapura menimbulkan respon yang mengarah kepada sikap reaksi pertentangan terhadap dominasi Inggris. Bentuk pertentangan ini diimplementasikan dalam aktivitas pembajakan yang dijalankan oleh Orang Laut terhadap kapal-kapal dagang yang melintas di sekitar selat.

(6)

vi

Lampiran 1 : Rute perdagangan di wilayah Kepulauan Melayu dan Laut Cina

Selatan pada musim angin Timur-Laut

Lampiran 2 : Rute perdagangan di wilayah Kepulauan Melayu dan Laut Cina

Selatan pada musim angin Barat-Laut

Lampiran 3 : Bentuk perkapalan Melayu dalam perdagangan

Lampiran 4 : Silsilah Raja-raja Johor pada tahun 1700-1830

Lampiran 5 : Peta wilayah kekuasaan Temenggong pada tahun 1818-1823

Lampiran 6 : Surat perjanjian antara Inggris dengan Temenggong Johor

di Singapura pada tanggal 30 Januari 1819

Lampiran 7 : Surat perjanjian antara Inggris dengan Sultan Hussein

di Singapura pada tanggal 6 Februari 1819

Lampiran 8 : Rancangan Raffles tentang tata letak kota Singapura tahun 1819

Lampiran 9 : Rancangan Raffles tentang area perdagangan di Singapura

tahun 1822-23

(7)

vii

Segala puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT semata. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan pada muara ilham, lautan ilmu yang tidak pernah larut yakni keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya.Amin

Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini saya tidak semata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasamanya dan dorongannya. Rasa terimah kasih yang begitu tinggi saya sampaikan kepada :

1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. M. Ma’ruf MisbahMA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan Shalikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. M. Dien Madjid selaku Dosen Pembimbing yang banyak sekali membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Drs. H. M. Ma’ruf MisbahMA, dan Drs. Saidun Derani, MA, selaku Penguji dalam Sidang Munaqosah.

5. Seluruh Dosen-dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang memberikan sumbangsih ilmu dan pengalamannya.

(8)

viii

sehingga penulis selalu termotivasi dan dapat menyelesaikan penelitian ini. 8. Adik-adik penulis, M. Irfan, M. Fajri Darmawan dan M. Iqbal Prasetyo yang

selalu mendorong dan memberikan semangat kepada penulis.

9. Seluruh Kawan-kawan jurusan SPI, khususnya angkatan 2003, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan, semangat, kritik dan saran yang semua terangkum dalam sebuah kenangan indah yang tak akan terlupakan oleh penulis.

10. Kawan-kawan Kost-an “Tanah Abang”, Agung Sahida, Dede Juhanda, dan Acep Herza, serta Dodi Mauludi Achmad dan Yogi Marlianto, terimakasih atas pengertian-pengertiannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung serta membimbing dan mengarahkan Penulis hingga terselesaikannya skripisi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu semoga skripsi ini bermanfaat untuk pembaca sekalian dan dapat dimanfaatkan dengan baik.

(9)

ix

Halaman Judul... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Pernyataan ... iv

Abstrak... v

Daftar Lampiran... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... ix

BAB I : Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Kerangka Teori ... 11

G. Metode Penelitian ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II : Tinjauan Umum Singapura A. Letak Geografis dan Keadaan Alam Singapura ... 16

B. Masyarakat Muslim Melayu Singapura ... 18

1. Asal-usul Masyarakat Singapura ... 19

(10)

x

2. Komoditi Perekonomian ... 26

BAB III : Awal Kedatangan Inggris di Semenanjung Malaya

A. Faktor-faktor kedatangan Inggris ... 29 B. Perebutan Kekuasaan Antara Inggris Dengan Portugis dan

Belanda di Semenanjung Malaya ... 33 C. Kontak Perdagangan Inggris Dengan Kesultanan Islam

Semenanjung Malaya ... 39 1. Hubungan Dagang ... 40 2. Perjanjian Dagang ... 41

BAB IV : Pelayaran dan Perdagangan Masyarakat Muslim Melayu Singapura Dari Tahun 1800-1824

A. Pelayaran dan Perdagangan Masyarakat Melayu Singapura Hingga Awal Abad ke-19 ... 46 B. Kebijakan Inggris di Singapura Tahun 1819-1824 ... 53 C. Respon Masyarakat Muslim Melayu Singapura Terhadap

Kebijakan Inggris ... 58 BAB V : Penutup

A. Kesimpulan ... 62 B. Saran ... 63 Daftar Pustaka... 65

(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari segi geografis, wilayah Asia Tenggara merupakan salah satu tempat yang strategis dalam bidang pelayaran dan perdagangan internasional. Berada diantara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan menyebabkan wilayah Asia Tenggara sebagai tempat persilangan sistem lalu lintas laut yang menghubungkan benua Timur dan benua Barat, dengan Selat Malaka sebagai jalur penghubung utama. Hubungan dagang antara para pedagang Asia Tenggara dan para pedagang internasional, Cina, Arab, dan India, berlangsung sejak abad pertama masehi.1

Para pedagang asing singgah untuk memperdagangkan barang-barang dari negeri asal maupun dari negeri-negeri yang mereka singgahi, sedangkan para pedagang pribumi memperdagangkan hasil bumi Asia Tenggara. Pulau-pulau di kawasan Semenanjung Malaya dan Nusantara adalah pusat penghasil kekayaan bumi, sedangkan pulau-pulau di kawasan Timur Indonesia adalah pusat penghasil rempah-rempah yang dibutuhkan oleh para pedagang asing.2

Navigasi kelautan bertumpu kepada angin monsoon yang terbagi ke dalam dua angin musim; musim barat atau musim berlayar, dan musim timur atau musim jeda berlayar. Angin timur dimanfaatkan para pedagang untuk memperbaiki kapal, membuat perkampungan, serta berinteraksi dengan masyarakat setempat, hingga

1 J.C.Van Leur,Indonesian Trade and Society : Essays in Asian Social and Economic History, (Holland : Foris Publications, 1983), h. 3.

2

(12)

datang musim berlayar.3 Interaksi perdagangan para pedagang Muslim membuka jalan ke arah Islamisasi Asia Tenggara. Islamisasi di kepulauan Melayu membuka jalan ke arah pembentukan kerajaan Muslim Melayu di Nusantara sebagai kota niaga sejak abad ke-13.

Pendirian Kesultanan Malaka pada abad ke-15 didorong keinginan Parameswara untuk membangun pelabuhan bebas bagi pedagang Arab setelah ia menikah dengan putri dari Kesultanan Samudera Pasai dan masuk Islam.4 Dapat dipahami bahwa hubungan dagang memberikan dampak perubahan dalam bidang ekonomi, politik, sosial-masyarakat serta kultural bagi masyarakat lokal.

Kesultanan Malaka abad ke-15 adalah pusat perdagangan terbesar dan ramai di Selat Malaka dan Asia. Kekuatan dagang Malaka dibangun atas jalinan hubungan dengan India, Jawa dan Cina. Malaka adalah pusat ilmu pengetahuan, ekonomi, serta pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara. Para guru di Malaka mengajarkan Islam kepada para pelajar yang datang dari berbagai wilayah dan aktif menyebarkan Islam hingga ke Filipina Selatan. Di Semenanjung Malaya, penguasa Pahang, Kedah, dan Patani menganut Islam pada tahun 1474; sedangkan di Sumatera, Islam tersebar ke Rokan, Kampar, Siak, dan Indragiri.5

Kemajuan Malaka adalah faktor penggerak bagi perkembangan berbagai wilayah di perairan Selat Malaka, terutama Semenanjung Malaya, sebagai wilayah vassal Malaka. Posisi Malaka sebagai emporium perdagangan internasional turut memperkuat peranan orang-orang Melayu dalam perdagangan internasional.

3 Sartono,Pengantar Sejarah, h. 5-7.

4 Uka Tjandrasasmita,Pertumbuhan dan Pekembangan Kota-kota Muslim di Indonesia, (Kudus : Menara Kudus, 2000), h. 8

(13)

Sejak abad ke-15, intensitas kedatangan para pedagang internasional dalam jumlah besar; Arab, Persia, Turki, Cina, India, dan Jepang, menyebabkan para pedagang Melayu berperan penting dalam perdagangan regional. Kapal-kapal perniagaan Melayu bermuatan besar mendominasi jalur perdagangan regional sebagai perantara pembelian komoditi dagang dari kawasan Timur Indonesia.

Dari abad ke-15 hingga abad ke-17, terdapat sejumlah besar golongan pedagang Melayu di kota-kota niaga; Malaka, Patani, Ayudhaya, Johor, Aceh, Brunei, Makassar, dan kota-kota pelabuhan di Jawa. Mereka membentuk jaringan perdagangan yang saling berhubungan antar kota niaga dengan bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan.6 Orientasi perdagangan Melayu yang berpusat di kota-kota niaga mendominasi perdagangan dan perkapalan antar pulau, disamping bahasa Melayu menjadi bahasa niaga di kota-kota niaga Asia Tenggara.

Aktivitas pelayaran dan perdagangan internasional telah membawa hasil-hasil bumi Asia Tenggara ke berbagai pelabuhan internasional di dunia, termasuk Eropa. Ekspedisi pelayaran pertama pedagang Eropa ke Asia Tenggara dilakukan para pedagang Italia abad ke-15; Nicolo d’Conti dan Ludovico di Varthema.Pada abad ke-16, lonjakan permintaan rempah-rempah dan lada di berbagai pelabuhan internasional Eropa; Venice, Barcelona dan Hanseatic, menyebabkan ramainya pelayaran pedagang Eropa hingga kedatangan Portugis di Malaka sebagai upaya melakukan kolonialisasi pertama di Asia Tenggara serta memonopoli komoditi lada dan rempah-rempah dari kawasan Timur Indonesia ke Eropa.7

6

Anthony Reid,Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680, terj, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1992), h.10

7

(14)

Kedatangan bangsa-bangsa Eropa berdampak negatif bagi perdagangan internasional di Asia Tenggara. Intervensi Portugis di Malaka pada tahun 1511, mengacaukan struktur perdagangan internasional, terutama di perairan Selat Malaka. Banyak para pedagang internasional yang menghindari kota Malaka, terutama para pedagang Muslim, sehingga ekonomi Malaka semakin merosot. Intervensi ini mendorong timbulnya kota-kota niaga baru di Sumatera, Jawa, Molucca, dan Borneo, serta rute baru para pedagang Muslim yang melintasi Semenanjung atau pantai barat Sumatra ke Selat Sunda.8

Perubahan rute pelayaran berdampak kepada berkembangnya penyebaran Islam ke wilayah Asia Tenggara lainnya. Pada abad ke-17 terdapat tiga pusat kekuasaan pengganti dari kesultanan Malaka, sebagai pusat politik dan kultural Muslim; kesultanan Aceh, kesultanan yang berada di Semenanjung Malaya, dan kerajaan-kerajaan Muslim Jawa.9

Kesuksesan Portugis dalam perdagangan rempah-rempah di pasaran Eropa, menyebabkan bangsa-bangsa Eropa lain; Spanyol, Belanda, dan Inggris, berusaha melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah. Organisasi dagang Eropa yang dilengkapi kemiliteran adalah kekuatan utama dalam mengukuhkan dominasi terhadap monopoli perdagangan Asia Tenggara.10 Persaingan hegemoni perdagangan yang terjadi antar bangsa Eropa maupun dengan kesultanan dan kerajaan lokal, menciptakan berbagai konflik peperangan yang berakibat kepada penguasaan wilayah dan kolonialisasi.

8

Anthony Reid., Dari Ekspansi Hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara 1450-1680, terj., (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1999), h. 86-7

9 Lapidus,Sejarah Sosial, h. 723. 10

(15)

Pada abad ke-17 hingga abad ke-19, Belanda dan Inggris merupakan dua kekuatan Eropa yang berpengaruh dalam persaingan hegemoni. Organisasi dagang Belanda (VOC) mengukuhkan dominasinya dengan mengalahkan Portugis di Malaka. Dominasi Belanda dalam monopoli perdagangan rempah-rempah terjadi dari perjanjian dagang dengan raja-raja lokal di kepulauan Timur Indonesia. Organisasi dagang Inggris (EIC) mulai berkembang dan berpengaruh di Hindia Timur pada abad ke-17. Keberadaan pos perdagangan di Masulipatam pada pelayaran Globe telah membuka hubungan perdagangan dengan wilayah-wilayah di Samudera Hindia; Cina, Jepang, Siam, Burma serta Nusantara.11

Konflik perdagangan antara Inggris dan Belanda berawal dari kontak perdagangan rempah-rempah antara Inggris dengan raja-raja lokal di kepulauan Timur. Monopoli perdagangan Belanda yang merugikan penduduk pribumi, menyebabkan raja-raja lokal melakukan perdagangan dengan para pedagang asing selain Belanda. Dalam perkembangannya, konflik tersebut berpengaruh terhadap kesulitan dalam mengembangkan perdagangan Inggris di Nusantara.12 Kegagalan dalam membuat pos-pos perdagangan di Nusantara, menyebabkan Inggris mengalihkan perhatian kepada pulau-pulau di Semenanjung Malaya.

Di Semenanjung Malaya, kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa telah merebut kekuasaan atas Selat Malaka yang telah dikuasai oleh kesultanan di Semenanjung Malaya sejak abad ke-15. Suksesi kekuasaan Melayu sejak kejatuhan Malaka tahun 1511 di pegang oleh kesultanan Johor (1512-1812) sebagai kesultanan terbesar yang merupakan sebuah wilayah kewenangan yang diperintah oleh beberapa penguasa dari dinasti berbeda dan menerapkan sistem

11

Hall.,Sejarah Asia Tenggara, h. 257-8 12

(16)

desentralisasi pemerintahan. Wilayah kesultanan Johor diperintah administrator yang bertindak sebagai kepala daerah; Temenggong di Johor dan Bendahara di Pahang.13 Kesultanan Johor berperan besar dalam membantu mengembangkan pengaruh Belanda dan Inggris di Semenanjung Malaya.

Pada abad ke-17, hegemoni perdagangan VOC di Semenanjung Malaya bersama alliansi kesultanan Johor, menyebabkan Belanda mengendalikan sistem politik dan monopoli perdagangan di Selat Malaka dan Semenanjung Malaya. Pengaruh Inggris di Semenanjung Malaya semakin kuat setelah menguasai Penang pada tahun 1786, dan Singapura di tahun 1819. Raffles, Letnan-Gubernur Inggris di Bengkulu berperan besar dalam menemukan Singapura sebagai tempat yang strategis bagi pelabuhan dan pusat perdagangan Inggris. Kepemilikan Inggris atas Singapura merupakan hasil kerjasama Inggris dengan Sultan Hussein, putra sulung Sultan Mahmud III, dalam mengembalikan tahta Johor kepadanya.14

Dipandang dari sisi historis, Singapura merupakan tempat yang strategis sebagai kota dagang, karena telah menjadi sebuah pos perdagangan sejak masa kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Pada masa kesultanan Malaka dan Johor, Singapura merupakan vassal yang menyediakan tempat persinggahan di pantai selatan Semenanjung Malaya. Sehingga tidak mengherankan bila Inggris menjadikan Singapura sebagai pusat perdagangan mereka pada abad ke-19.

Penguasaan Inggris atas pulau-pulau di Semenanjung Malaya sebagai hasil perjanjian London tahun 1824 dengan Belanda, membawa perubahan dalam segi kehidupan sosio-ekonomi masyarakat Muslim Melayu. Kekuasaan Inggris melalui

13

L. A. Mills,British Malaya 1824-67; Singapore 1819-1826, JMBRAS : 33,no.4, 1960, h. 69

14

(17)

kebijakan-kebijakan yang berbeda dari masa kesultanan, membuat masyarakat Muslim Melayu di Singapura beradaptasi dengan kebijakan tersebut. Terutama dalam bidang pelayaran dan perdagangan, sebagai mata pencaharian utama.

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka dalam skripsi ini penulis mencoba untuk melihat permasalahan-permasalahan dalam proses perubahan dan adaptasi masyarakat Muslim Melayu Singapura terhadap pendudukan Inggris dalam kurun waktu tahun 1800 sampai tahun 1824. Tahun 1800 yaitu masa dimana Inggris pertama kali menguasai Penang dan Singapura, sedangkan tahun 1824 yaitu masa sebelum masa strait settlement yang diterapkan Inggris terhadap pulau-pulau di Semenanjung Malaya, khususnya dalam bidang pelayaran dan perdagangan, dengan judul

“AKTIVITAS PELAYARAN DAN PERDAGANGAN MASYARAKAT

MUSLIM MELAYU SINGAPURA TAHUN 1800-1824”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah.

Dinamika masyarakat Muslim di Singapura, khususnya dalam bidang ekonomi; pelayaran dan perdagangan, sangat menarik untuk dikaji. Apalagi sejak Inggris menetapkan Singapura sebagai wilayah pelabuhan dan kekuatan dagang Inggris. Berbagai permasalahan yang terjadi di waktu itu, terangkum dalam point-point di bawah ini :

- Motivasi dan tujuan Inggris mendirikan kota pelabuhan di Singapura.

(18)

- Reaksi masyarakat Muslim Melayu Singapura terhadap kolonial Inggris. - Sikap pemerintah Inggris terhadap masyarakat Muslim Melayu Singapura. - Peran para tokoh agama terhadap kolonialisasi Inggris di Singapura.

- Hubungan para tokoh agama Islam Singapura dengan para tokoh Islam di wilayah Asia Tenggara lainnya.

2. Pembatasan Masalah.

Banyaknya permasalahan yang teridentifikasi diatas, membuat penulis membatasi permasalahan kepada hal-hal yang bersifat menitikberatkan tentang kondisi masyarakat Muslim Singapura di bawah pemerintahan kolonial Inggris.

Maka penulis mengambil beberapa point dari identifikasi masalah, yaitu “Kondisi pelayaran dan perdagangan masyarakat Muslim Melayu Singapura tahun 1800 sampai tahun 1824 serta sikap masyarakat Muslim Melayu dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pasca kedatangan Inggris di Singapura” yang

menjadi topik dalam penulisan ini. 3. Perumusan Masalah.

Dalam penulisan ini, penulis berusaha memaparkan permasalahan seputar keberadaan Inggris di Singapura dan perubahan ekonomi masyarakat muslim yang terjadi di Singapura, yang terangkum dalam beberapa pertanyaan, diantaranya :

1. Bagaimana kondisi pelayaran dan perdagangan masyarakat Muslim Melayu Singapura hingga kedatangan bangsa Eropa di Asia Tenggara? 2. Apakah penyebab tujuan kedatangan Inggris mendirikan koloni dagang

di Singapura?

(19)

4. Bagaimana sikap masyarakat muslim Singapura terhadap kebijakan-kebijakan pada masa kolonialisasi Inggris?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dikaji penulis dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui tentang latar belakang Singapura sebagai pelabuhan dan

kekuatan dagang Inggris.

2. Menelaah lebih jauh bagaimana kehidupan ekonomi masyarakat muslim Melayu Singapura pada rentangan waktu antara tahun 1800 sampai tahun 1824.

3. Untuk mendalami sisi kehidupan Islam pada masyarakat muslim Melayu Singapura tahun 1800 sampai tahun 1824.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat penulis harapkan dan berikan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan penulis mampu memberikan kontribusi, yaitu sebagai pembelajaran bagi siapapun yang membutuhkan informasi mengenai perkembangan pelayaran dan perdagangan masyakat Muslim Melayu di Singapura, khususnya pada tahun 1800 sampai tahun 1824.

(20)

3. Diharapkan dapat menjadi motivasi lebih bagi para akademisi yang ingin mengetahui tentang masyarakat Muslim di wilayah Asia Tenggara, khususnya masyarakat Muslim Melayu di Singapura.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam lima dekade terakhir ini terdapat beberapa buku yang membahas tentang Singapura dalam segala aspek, baik yang ditulis oleh penulis asing maupun Melayu. Tetapi sebagian besar dari mereka membahas tentang keadaaan Singapura ketika pulau ini masuk ke dalam bentuk strait settlement Inggris sampai pada awal abad ke- 21.

Penulis asing seperti Philippe Regnier menulis buku yang berjudul Singapore City-State in South-East Asia15, fokus penulisan terletak pada aspek politik dan ekonomi Singapura sekitar tahun 1960 hingga pembentukan ASEAN serta peranan Singapura di dalam ASEAN. Walaupun pada bab I sekilas menjelaskan tentang sejarah maritim sejak kerajaan Sriwijaya hingga tumbuh dan berkembangnya Singapura menjadi pelabuhan dagang pada masa Raffles.

Di lain pihak, Ibrahim Zuraidah menulis buku dengan judul,Orang Islam di Singapura16, fokus penulisannya berisi tentang aspek sosial-masyarakat Singapura pada abad ke-19, dan hanya sekilas menjelaskan etnis-etnis dalam masyarakat Islam Singapura.

15

Philippe Regnier,Singapore City-State in South-East Asia, (Honolulu : University of Hawaii Press, 1991)

16

(21)

F. Kerangka Teori

Penelitian ini bertolak kepada pendapat yang digunakan oleh Heichelheim dalam buku yang berjudul Gesichtspunkte17,tentang peranan ekonomi dalam sejarah dunia, yaitu :

“Three gigantic world-encompassing problems – that of the state, that of the people, and that of economy–force the thinking élite of the turbulent first half of twentieth century A.D. to a fundamental vedifinition. In all three fields in their interwonenness and division, general laws valid for every human groups and laws pertaining to special aspects of life have to be laid down for the whole surface of the present earth, concatenated in population but yet not uniform. The whole range of world history from the very beginning on also needs to be reworked in

this sense, from a critical distance. The world’s economic history, above all,

requires a new balance of world history and specialized history is valuable

possibilities in understanding the human spirit are not to escape it.”

(Tiga bidang terbesar di dunia yang dapat menimbulkan permasalahan, yaitu–dilihat dari pemerintahan, dilihat dari masyarakat, dan dilihat dari ekonomi

– memberi tekanan kepada para elite yang menyebabkan kekacauan di awal abad ke duapuluh dalam satu permasalahan pokok. Di semua tiga bidang tersebut yang mencakup pengkelompokkan dan bagian-bagiannya, peraturan umum yang sah untuk kelompok-kelompok manusia dan tiap-tiap hukum yang berhubungan dengan aspek-aspek khusus dari kehidupan harus diletakkan untuk seluruh permukaan bumi masa kini, terkonsentrasi di dalam populasi tetapi tidak seragam. Keseluruhan cakupan dari sejarah dunia sejak dari awal juga perlu untuk dikaji lagi dalam hal ini, dari satu jarak genting. Sejarah ekonomi dunia, semua itu, memerlukan keseimbangan baru dari sejarah dunia dan sejarah khusus adalah berbagai kemungkinan yang berharga di dalam pemahaman akan semangat manusia, dan tidak terlepas dari itu.)

Kata kunci teori ini adalah posisi ekonomi yang sangat strategis, sehingga peranannya dapat membuat suatu perubahan di dalam suatu pemerintahan. Tetapi memberikan hasil yang berbeda di setiap pemerintahan yang berlaku. Oleh sebab itu, penulis mencoba mengaplikasi teori tersebut dalam melihat kondisi aktivitas pelayaran dan perdagangan masyarakat Muslim Melayu Singapura dari tahun 1800-1824.

17

(22)

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode historis dan bersifat deskriftif analitis. Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.18Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran objektif mengenai permasalahan dalam penelitian ini. Adapun dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode historis yang meliputi 4 tahapan19, yaitu:

1. Heuristik

Heuristik adalah kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan atau sumber sejarah. Hal ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan seorang peneliti. Adapun dalam pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan metode library research, penulis mencari buku-buku di perpustakaan yang berhubungan dengan

judul. Jika menurut Mustika Zed dalam bukunya Studi Kepustakaanada beberapa langkah dalam penelitian yang menggunakan studi kepustakaan di antaranya, menyiapkan alat perengkapan, menyiapkan bibliografi kerja, mengorganisasikan waktu, membaca dan mencatat bahan penelitian.

Sumber yang digunakan berasal dari buku dan jurnal-jurnal yang memberi perhatian kepada sejarah dan perekonomian Muslim Melayu Singapura, terutama aktivitas pelayaran dan perdagangan mereka di tahun 1800-1824. Sumber-sumber tertulis tersebut ditemukan di Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan LIPI, serta Perpustakaaan Nasional RI.

18

Louis Gottschalk.Mengerti Sejarah. (UI Pers: Jakarta 1975) hal 32 19

(23)

2. Verifikasi

Verifikasi adalah proses pemilihan tentang kredibilitas sumber berbentuk kritik sumber. Tahapan ini dilakukan setelah sumber sejarah terkumpul dan untuk memperoleh keabsahan sumber. Melalui kritik sumber akan diuji keabsahan tentang otensitas dan kredibilitas sumber, sehingga menghasilkan sumber primer dan sumber sekunder.

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis sejarah. Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap permasalahan yang ada, sehingga diperoleh pemecahannya. Dalam hal ini penulis akan melihat fakta satu sama lain yang telah ditemukan dari hasil heuristik dan verfikasi. Dalam hal tersebut, penulis akan menjelaskan masalah aktivitas perdagangan Masyarakat Muslim Melayu kemudian perubahan situasi perdagangan mereka pada masa kekuasaan Inggris di Singapura. Dalam usaha menafsirkan fakta-fakta yang ada dilakukan beberapa hal sebagai berikut: (1) diseleksi, (2) disusun, (3) diberikan tekanan, (4) ditempatkan dalam urutan yang kausal.20

4. Historiografi

Historiografi merupakan fase terakhir dalam metode sejarah yang meliputi cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang sistematik yang telah diatur dalam pedoman penulisan skripsi.

Dalam teknik penulisan proposal ini, penulis berpedoman kepada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi dan Disertasi” yang diterbitkan oleh UIN Syarif

20

(24)

Hidayatullah Jakarta tahun 2008. Sehingga dalam penyajiannya diharapkan akan menjadi suatu karya tulis yang bernilai, baik dari segi isi maupun dalam tata cara penulisannya.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan; menguraikan tentang akar persoalan yang melatar-belakangi peneliti mengangkat tema ini. Identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah sebagai penjelasan atas jawaban dari latar belakang masalah. Tujuan penelitian yang mencakup orientasi dan arah penelitian. Manfaat penelitian yang diharapkan sebagai barometer bagi berbagai penelitian di masa mendatang yang akan mengangkat tema Singapura. Kajian pustaka sebagai referensi awal peneliti untuk meneliti lebih lanjut tentang berbagai kajian serupa yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Kerangka teori sebagai acuan teori peneliti dalam mengkaji tema ini. Metode penelitian sebagai pedoman metode dalam penelitian. Sistematika penulisan sebagai uraian tentang berbagai penjelasan yang tertulis dalam penelitian ini.

(25)

Bab III Awal kedatangan Inggris di Semenanjung Malaya; menguraikan tentang faktor-faktor kedatangan Inggris. Perebutan kekuasaan antara Inggris dengan Portugis dan Belanda di Semenanjung Malaya. Kontak perdagangan dengan Kesultanan Islam di Semenanjung Malaya; meliputi hubungan dagang dan perjanjian dagang.

Bab IV Aktivitas pelayaran dan perdagangan masyarakat Muslim Melayu Singapura dari tahun 1800 hingga tahun 1824; menguraikan tentang Akivitas perdagangan masyarakat Melayu Singapura hingga awal abad ke-19. Kebijakan Inggris di Singapura tahun 1819-1824. Respon masyarakat Muslim Melayu Singapura terhadap kebijakan Inggris.

(26)

OUTLINE

BAB I : Pendahuluan

A. Latar belakang masalah.

B. Identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah C. Tujuan penelitian.

D. Manfaat penelitian. E. Kajian pustaka. F. Kerangka teori. G. Metode penelitian. H. Sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Umum Singapura.

A. Letak Geografis & Keadaan Alam Singapura. B. Masyarakat Muslim Melayu Singapura. 1. Asal-usul Masyarakat Melayu Singapura.

2. Pembentukan Masyakarat Islam Melayu Singapura. C. Ekonomi Masyarakat Muslim Melayu Singapura. 1. Jenis Perekonomian.

2. Komoditi Perekonomian.

BAB III : Awal Kedatangan Kolonialis Inggris di Semenanjung Malaya. A. Faktor-faktor kedatangan Inggris.

(27)

C. Kontak Perdagangan dengan Kesultanan Islam di Semenanjung Malaya.

1. Hubungan Dagang. 2. Perjanjian Dagang.

BAB IV : Aktivitas Pelayaran dan Perdagangan Masyarakat Muslim Melayu Singapura Tahun 1800-1824.

A. Kondisi Jalur Perdagangan Internasional di Semenanjung Malaya Tahun 1800-1824.

B. Kebijakan-kebijakan Ekonomi Inggris di Singapura.

C. Respon Masyarakat Muslim Melayu Singapura Terhadap Kebijakan Ekonomi Inggris.

D. Interaksi Perdagangan Internasional Masyarakat Muslim Singapura Dengan Masyarakat Asia Tenggara.

(28)

16

TINJAUAN UMUM SINGAPURA

A. Letak Geografis dan Keadaan Alam Singapura

Singapura merupakan salah satu negara pulau di Asia Tenggara yang terletak di selatan garis khatulistiwa, di lepas pantai selatan Semenanjung Melayu terpisah dari daratan oleh selat Johor, di akhir bagian selatan dari Selat Malaka. Rute pelayaran dan perdagangan utama antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik yang dihubungkan oleh Selat Malaka, menjadikan Singapura sebagai salah satu wilayah perdagangan utama di Semenanjung Malaya. Sejak masa kerajaan Sriwijaya hingga masa kesultanan Johor, Singapura merupakan pos perdagangan dan tempat persinggahan yang sering dikunjungi para pedagang asing.1

Bukti-bukti tertua tentang sejarah Singapura tercatat dalam sebuah situs batu yang ditemukan di mulut Sungai Singapura, ditulis sekitar abad ke-12 atau abad ke-13. Sejarah Melayu, sastra Melayu kuno, menceritakan Singapura sebagai Tumasik yang berarti pelabuhan laut; Negarakertagama, kitab syair puisi Jawa, menceritakan Tumasik sebagai pelabuhan penting pada abad ke-14 yang termasuk wilayah kekuasaan Majapahit. Bukti awal kegiatan perdagangan di Singapura berasal dari catatan para pedagang Cina yang berlayar ke Asia Tenggara. Catatan paling awal tertuju kepada sebuah nota perdagangan dari abad ke-3 yang

menyebut “Pu Luo Chung”,menyerupai ejaan Melayu “Pulau Ujong”,yaitu pulau yang terletak paling ujung di Semenanjung Melayu. Catatan Wang Dayuan,

1

(29)

pedagang Cina, yang mengunjungi Singapura di tahun 1330-an dan 1340-an, menyebutkan peranan Singapura sebagai pusat perdagangan ketika para pedagang Cina mengunjunginya di abad ke-14.2

Pada abad ke-14, Singapura merupakan daerah rawa-rawa dengan pesisir perairan yang luas serta dengan kepadatan penduduk sangat rendah. Parameswara, pangeran kerajaan Sriwijaya, bersama keluarga dan pengikutnya dari Palembang, memanfaatkan keadaan Singapura sebagai pelabuhan transit di Asia Tenggara. Pada akhir abad ke-14, perdagangan Singapura mengalami kemunduran karena beberapa faktor; serangan kerajaan Siam, serangan bajak laut, serta keberadaan kesultanan Malaka sebagai emporium perdagangan terbesar dan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara. Pada akhir abad ke-15, terdapat seorang utusan Singapura yang datang ke Malaka untuk mengakui kedaulatan Sultan Malaka.3

Setelah kekuasaan Malaka hancur tahun 1511, kekuasaan di Semenanjung Malaya bergeser kepada kesultanan-kesultanan yang berdiri pada abad ke-15 dan ke-16. Kesultanan Johor merupakan kesultanan terbesar yang menguasai sebagian besar wilayah di Semenanjung, termasuk Singapura. Pada abad ke-17, terdapat Shahbandar di Singapura, sebagai indikasi adanya sebuah kota dagang dan pusat perniagaan Kesultanan Johor yang ramai dikunjungi para pedagang internasional.4 Kedatangan Inggris ke Semenanjung Melayu, sebagai upaya pencarian tempat bagi pos perdagangan dan basis angkatan laut, menyebabkan wilayah-wilayah di Semenanjung Malaya jatuh ke dalam kekuasaan Inggris; Penang pada

2

C. Mary Turnbull,A History of Malaysia, Brunei and Singapore, (Australia : Allen & Unwin Sydney, 1989), h. 6.

3

Roland, Braddell., One Hundred Years of Singapore, (London : John Murray, Albemarle Street, W., 1921), h. 4.

4

(30)

tahun 1786, Malaka tahun 1795 dan Singapura pada tahun 1819. Singapura adalah basis angkatan laut dan pusat perdagangan Inggris di wilayah Asia Tenggara pada abad ke-19, karena letak geografisnya sebagai penghubung benua Eropa, Asia dan Australia. Singapura mengalami kemajuan yang pesat; dari segi ekonomi yang ditandai dengan masuknya industrialisasi, maupun dari segi sosial-masyarakatnya yang ditandai oleh masuknya para imigran dari berbagai negara; Cina, India serta wilayah Nusantara; Bugis, Minangkabau dan Bawean, yang dipekerjakan dan menambah populasi masyarakat.

Perubahan yang dialami oleh Singapura dari abad ke abad dengan berbagai hal dan kondisi yang berbeda, membuat Singapura tumbuh sebagai salah satu wilayah yang sangat maju dalam jalur perniagaan di sekitar Selat Malaka dengan perdagangan sebagai mata pencaharian utama bagi masyarakat Singapura. Hal tersebut dapat dilihat dari sisi historisnya sejak abad ke-14 hingga abad ke-19, ketika Singapura sebagai sebuah pusat perdagangan Inggris di Asia Tenggara.

B. Masyarakat Muslim Melayu Singapura

Informasi tentang masyarakat Melayu di Singapura dapat diungkapkan melalui sumber-sumber tertulis berupa naskah-naskah kuno lokal dan catatan-catatan perjalanan para pelancong, yaitu : naskah-naskah kuno lokal; Sejarah Melayu dan Negarakertagama, sumber-sumber Cina dan bukuThe Suma Oriental yang ditulis oleh Tomé Pires.5

5

(31)

1. Asal-usul Masyarakat Melayu Singapura

Melayu merupakan nama daerah di wilayah Asia Tenggara. Kata Melayu berasal dari nama sebuah anak sungai yang bernama “Sungai Melayu” di hulu Sungai Batang Hari, Sumatera. Wilayah ini adalah letak Kerajaan Melayu pada tahun 1500 sebelum atau semasa Kerajaan Sriwijaya. Dari segi etimologi, kata Melayu berasal dari bahasa Saskrit,Malaya, berarti bukit atau tanah tinggi.6

Kata Melayu dapat diidentifikasi dari sejarah dinasti T’ang, Kekaisaran Cina, tentang datangnya utusan dari daerah Mo-lo-yeu pada tahun 644 dan 645. Kata Melayu juga terdapat dalam kisah perjalanan I’tsing, pendeta Buddha dari

Cina, yang singgah di Mo-lo-yeu dalam perjalanan dari Kanton menuju India. Nama Mo-lo-yeu berubah menjadi Fo-she-to ketika ia singgah dalam perjalanan pulang pada tahun 685.7 Para ahli berbeda pendapat mengenai letak Malayu; Jambi, pantai timur Sumatera, Muara Takus, atau di Semenanjung Melayu.8

Keberadaan masyarakat Melayu di Singapura tertulis dalam Sejarah Melayu, terdiri dari 32 bab dan tidak diketahui penulis asalnya. Al-Attas

berpendapat bahwa naskah ini peninggalan sastra berbahasa melayu istana lama, berisi tentang sastra rakyat, sastra roman, epik, campuran dongeng dan sejarah, serta kehidupan masa lampau yang dipengaruhi animisme, Hindu dan Budha.9

Pires diedit dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Armando Cortesao. Lihat Armando Cortesao (ed.),The Suma Oriental of Tomé Pires, Jilid I ( London : Hakluyt Society, 1944).

6

Harun Aminurrrashid, Kajian Sejarah Perkembangan Bahasa Melayu, (Singapura : Pustaka Melayu, 1966) h. 4-5.

7

Marwati Djoened Poesponegoro, dkk., Sejarah Nasional Indonesia II, (Jakarta : PN Balai Pustaka, 1984), Cet. 4, h. 80-1.

8

Ibid., h. 81-2. 9

(32)

Walaupun demikian Sejarah Melayu menjadi salah satu rujukan penting dan diteliti serta diterjemahkan oleh sejumlah peneliti dan sejarawan, semisal C.C. Brown10, Stamford Raffles11, Shellabear’s12, dan Munsyi Abdullah13.

Dalam Sejarah Melayu diberitakan asal-usul orang Melayu berasal dari tiga orang; Bitjitram Sjah, Kasran Pandita, dan Nila Pahlawan, sebagai anak cucu keturunan raja Iskandar Dzul-Karnain. Mereka berlayar ke negeri Andalas (Palembang), dan berlabuh di bukit Siguntang dan diangkat sebagai menantu raja Palembang, Demang Lebar Daun. Pada akhirnya mereka menjadi pemimpin di wilayah Melayu. Bitjitram Sjah atau Sang Sapurba sebagai raja Minangkabau, Kasran Pandita sebagai raja di Tanjong Pura dan Nila Pahlawan yang bergelar Seri Tri Buana sebagai raja di Palembang.14

Seri Tri Buana meluaskan pengaruh ke Tumasik. Di Tumasik, ia membuat perkampungan dan mengubah namanya menjadi Singapura, setelah melihat binatang menyerupai singa ketika berlabuh. Dia dan keturunannya memerintah Singapura hingga lima generasi, dan menjadikannya sebagai pelabuhan dagang.15

Bab keenam dalam buku The Suma Oriental, mengenai pembahasan Malaka, Tome Pires menjelaskan peranan Singapura sebagai tempat pelarian bagi Parameswara sebelum ia berlayar ke Malaka untuk mendirikan kesultanan dan kota niaga. Parameswara beserta pengikutnya, termasuk 30 orang dari Suku Orang

10

Lihat, C.C. Brown,The Malay Annals, (New York : Oxford University Press, 1970). 11

Lihat, Raffles MS. No.18, dalam JMBRAS XVI. 12

Lihat, Shellabear’s, Sejarah Melayu or The Malay Annals, (Singapore : Romanised Edition, 1909).

13

Lihat, T.D. Situmorang dan A. Teeuw,Sejarah Melayu : Menurut Terbitan Abdullah ibn Abdullah Munsji, (Jakarta : Djembatan, 1952).

14

Situmorang,Sejarah Melayu, h. 22-36. 15

(33)

Laut, menjadikan Singapura sebagai basis kekuatan dan ekonomi. Keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu lima tahun karena invasi kerajaan Siam yang menyebabkan mereka pindah ke Malaka.16

Suku Orang Laut tinggal di wilayah Karimun, terletak di dekat Singapura dan Palembang. Menurut John Crawfurd, Resident Inggris di Singapura, suku Orang Laut merupakan leluhur bagi orang Melayu Johor dan leluhur bagi penduduk kampung di Selat Sinkheh dan Teluk Saga di Pulau Brani.17

Dari berbagai sumber diatas dapat kita simpulkan bahwa asal-usul masyarakat Melayu Singapura terjadi ketika raja Melayu dari kerajaan Sriwijaya datang ke Singapura dengan tujuan untuk mendirikan perkampungan dan menjadikannya sebagai salah satu kota dagang yang terkemuka. Semenjak saat itu Singapura menjadi bagian dari kerajaan Sriwijaya. Ketika Sriwijaya takluk oleh Majapahit, Singapura masuk ke dalam wilayah kekuasaan Majapahit.

2. Pembentukan Masyakarat Islam Melayu Singapura

Islam masuk dan berkembang di kepulauan Melayu, yang sekarang ini meliputi Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, dan bagian selatan Thailand serta Filipina, melalui proses yang panjang dan berangsur-angsur. Sejak abad ke-15, Islam tidak hanya mentransformasikan berbagai aspek dalam nilai-nilai dan norma-norma Melayu, tetapi juga telah menjadi faktor penting dalam identitas diri Melayu. Orang Melayu menetapkan identitas kemelayuannya dengan tiga ciri pokok; berbahasa Melayu, beradat-istiadat Melayu, dan beragama Islam.

Terdapat beberapa teori yang dikemukakan baik dari kalangan sarjana Melayu maupun sarjana asing, seperti Hamka, Syed M. Naquib Al-Attas, Fatimi,

16

Armando,The Suma Oriental, h. 232-33. 17

(34)

Winstedt, A. H. Johns dan lain-lain. Sebagian besar menganggap bahwa Islam datang pertama kali antara abad ke-7 dan abad ke-13. Sedangkan mengenai cara dan asal-usul penyebaran Islam di kepulauan Melayu mengalami perdebatan yang cukup rumit. Pendapat-pendapat yang mereka ajukan berpusat pada para pedagang dan kaum sufi sebagai penyebar agama Islam serta wilayah Arabia dan India yang menjadi asal-usul Islam di kepulauan Melayu.18

Perkembangan keIslaman di kepulauan Melayu tidak terlepas dari peranan beberapa kerajaan Muslim di sekitar Selat Malaka sejak abad ke-13; kesultanan Samudera-Pasai, Malaka, dan Aceh. Kesultanan Malaka adalah pusat kebudayaan Islam dan berperan penting bagi penyebaran Islam di Asia Tenggara. Malaka mengislamkan sepanjang wilayah pesisir pantai Asia Tenggara, mulai dari bagian barat dari Selat Malaka hingga kepulauan Sulu di Filipina.19 Keberhasilan Malaka dalam bidang pelayaran dan perdagangan, berpengaruh kepada terciptanya hubungan dalam bidang politik dengan kekaisaran Cina serta bidang agama dengan kekhalifahan Turki Usmani dan Timur Tengah.

Pengaruh sufisme berpengaruh pesat pada abad ke-13; memberi warna dalam hubungan religio-kultural dan berkembang hingga dalam ajaran non-formal Islam, seperti dalam Sejarah Melayu, yang menggambarkan silsilah Iskandar Dzu Al-Qarnain dan keturunannya dalam rangka menetapkan hubungan pertalian darah dengan penguasa-penguasa Melayu.20

18

Azyumardi Azra,Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII ed. revisi(Jakarta : Prenada Media, 2004) h. 2-19.

19

P.M. Holt, ed., The Cambridge History of Islam, Vol.IIA, (Cambridge : Cambridge University Press, 1970), h. 126.

20

(35)

Menurut Zainal Abidin Wahid, pengislaman Malaka atas wilayah pesisir pantai, membuat etnis Melayu merasa memiliki dunia Muslim di wilayah Asia Tenggara, terutama ketika Sultan Muzaffar Shah menyatakan Islam sebagai agama resmi kesultanan. Dua Undang-Undang Negara Malaka; Hukum Kanun Melaka dan Undang-Undang Islam, memperlihatkan bahwa Islam berpengaruh besar dalam urusan pemerintahan.21 Perkembangan keIslaman dilanjutkan oleh kesultanan Johor sebagai suksesor kesultanan Malaka, yang didirikan Sultan Alauddin Riayat Syah, putra Sultan Malaka Mahmud Shah.22

Ketika Raffles membuka entrepot yang sangat maju di Singapura, pada saat itu pula Islam mengalami perkembangan yang cukup pesat di wilayah ini. Banyak kapal para saudagar yang singgah di Singapura berasal dari luar dan dalam kawasan Asia Tenggara; berasal dari Yaman, India, Bugis, Minangkabau, maupun Semenanjung Malaya, yang sebagian besar menetap di Singapura.

Saudagar Islam Yaman, Hadramaut, Syed Omar bin Ali al-Junied, adalah saudagar Islam pertama pada tahun 1819. Syed Omar adalah orang pertama yang melakukan perjalanan ke Timur pada tahun 1816. Dia berlabuh di Palembang dengan profesi sebagai pedagang rempah-rempah, dan menyebarkan agama Islam. Al-Junied adalah keturunan ahlul-bait Nabi Muhammad, dihormati dengan gelar Pangeran Shariff. Kedatangannya segera diikuti oleh keluarga besar al-Junied dan beberapa keluarga besar asal Hadramaut lainnya, seperti al-Kaff dan as-Segaff. Saudagar Islam India di Singapura berasal dari pantai-pantai di Malabar dan

21

Hussin Mutalib, Islam dan Etnisitas; Perspektif Politik Melayu, terj. Cet.I (Jakarta : LP3ES, 1996), h. 16-7.

22

(36)

Coromandel. Saudagar Islam India pertama di Singapura adalah Ebrahimjee Mohamed Salleh Angullia, berasal dari Surat di barat daya India. Dia pertama kali datang sekitar tahun 1838, dan termasuk salah satu anggota keluarga Islam India, Angullia, yang terkenal saat itu.23

Orang-orang Arab berhasil mengembangkan perniagaan dan menjadi tuan tanah di Singapura. Mereka merupakan sentral keagamaan masyarakat Muslim Singapura; aktif mengadakan kegiatan-kegiatan keIslaman serta mewakafkan tanah untuk kepentingan peribadatan. Seperti pembangunan Masjid Omar di Kampung Melaka tahun 1820, oleh Syed Omar bin Ali al-Junied, dan pekuburan muslim di Victoria Street. Keluarga Angullia dari India juga membangun beberapa masjid dan mendirikan Tabung Amanah Angullia, suatu tabungan yang memberikan beasiswa kepada pelajar Muslim.24

Komunitas penduduk yang berasal dari kepulauan Indonesia, semisal Bugis, Minangkabau dan Bawean, merupakan pendatang Islam Melayu di Singapura pada awal abad ke-20. Mereka memiliki beberapa tokoh yang terkenal di Singapura, seperti Haji Embok Suloh, asal Bugis, yang terjun ke dunia politik pada tahun 1930-an dan Mohammed Eunos, asal Minangkabau, yang dikenal sebagai bapak kewartawanan Melayu.25

23

Zuraidah Ibrahim, Orang Islam di Singapura ; Visi Bersama, (Singapore : Times Edition PTE LTD, 1953) h. 30.

24

Ibid., h. 31. 25

(37)

C. Ekonomi Masyarakat Muslim Melayu Singapura

Sungai dan laut merupakan sumber perekonomian bagi masyarakat pesisir Asia Tenggara. Sungai dimanfaatkan sebagai sumber mata pencaharian dan sarana kehidupan sehari-hari. Sungai membentuk suatu bagan sosial, politik dan aktivitas ekonomi masyarakat pesisir.26 Sungai-sungai di Singapura telah dimanfaatkan oleh suku Orang Laut dalam perdagangan regional dan global; sebagai sarana transportasi, serta pusat perdagangan yang berkembang di tepi sungai.27

Di bawah kesultanan Melayu Malaka dan Johor, populasi Melayu di Singapura tumbuh menjadi etnis terbesar hingga kedatangan Inggris. Hingga tahun 1860, Melayu adalah etnis terbesar kedua di Singapura. Mereka tinggal di perkampungan dalam menjalankan kehidupan beragama dan bermasyarakat. Kampong Glam adalah salah satu kampung yang menjadi pusat aktivitas ekonomi dan pembelajaran ilmu agama Islam masyarakat Melayu abad ke-19.

1. Jenis Perekonomian

Masyarakat Melayu telah memegang peranan dalam perekonomian selat sejak zaman Sriwijaya. Mereka berprofesi sebagai nelayan dan pedagang serta bertugas sebagai penjaga keamanan laut. Loyalitas mereka sangat tinggi terhadap keturunan raja Sriwijaya. Ketika Parameswara pindah ke Singapura hingga ke Malaka, mereka tetap setia dan turut membangun Malaka menjadi emporium terbesar pada abad ke-15.

Hingga abad ke-16, etnis Melayu mempunyai sejumlah besar golongan pedagang dalam perdagangan internasional dan lokal yang berpusat di Malaka dan

26

Stephen Dobbs, The Singapore River : A Social History 1819-2000, (Singapore : Singapore Unversity Press), h. 3.

27

(38)

beberapa pelabuhan di Jawa. Mereka menguasai perkapalan antar pulau dan berada di kota-kota niaga Asia Tenggara dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa niaga. Pada abad ke-17 golongan ini mulai terhapuskan karena perjanjian raja-raja setempat dengan kolonial Eropa yang melarang mereka menjalankan perdagangan antarbangsa ataupun menjual hasil-hasil produk lokal kepada para pedagang yang tidak mempuyai kuasa di wilayah tersebut.28

Sistem politik kesultanan Johor yang menganut sistem desentralisasi, menyebabkan wilayah-wilayah kekuasaan diperintah oleh kepala daerah, di bawah otoritas Sultan. Di Singapura, Temenggong adalah pemimpin lokal yang berhak mendistribusikan dan mengelola sumber daya alam dan perekonomian.29

Ketika Raffles berlabuh di Singapura, terdapat 150 orang Melayu yang tinggal dalam 100 pondok kecil di pinggir Sungai Singapura. Temenggong tinggal di dalam rumah yang besar. Terdapat pula beberapa pondok Orang Laut di ujung Kampong Glam. Sebagian besar Orang Laut bertempat tinggal di dalam perahu sampan. Mereka mengendalikan berbagai sektor strategis dengan profesi sebagai petani, pedagang, nelayan, pelaut, pengrajin dan buruh upah.30

2. Komoditi Perekonomian

Perekonomian Kesultanan Islam terpusat pada pelabuhan yang tersebar di abad ke-13 hingga ke-18. Jalinan hubungan perdagangan dengan para pedagang internasional mendorong arus distribusi komoditi perdagangan ekspor dan impor untuk diperjual-belikan dalam perairan Asia Tenggara. Selain itu perikanan laut

28

Anthony Reid,Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450–1680, terj. Jilid I., (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1992) h. 10.

29

Braddell,One Hundred Years, h. 341. 30

(39)

merupakan salah satu mata pencaharian yang sangat vital bagi masyarakat yang bermukim di wilayah sepanjang pantai.

Hasil-hasil hutan, seperti damar, kayu cendana, dan rotan, serta kekayaan pertambangan bumi dan rempah-rempah sebagai komoditi ekspor internasional. Timah adalah satu-satunya kekayaan bumi Malaya yang diekspor sejak abad ke-15 dari Kesultanan Malaka. Sedangkan komoditi impor, semisal perak dan kain dari India serta porcelain dari Cina, mencapai puncaknya pada abad ke-17.31

Pembentukan jaringan perdagangan para pedagang internasional didorong oleh kemajuan teknologi perkapalan. Kapal yang dikendalikan oleh layar adalah bentuk kapal perniagaan yang sesuai dengan navigasi kelautan berdasarkan angin monsoon. Kapal-kapal “Dhow” Arab di Samudera Hindia, kapal-kapal “Junk”

Cina di Laut Cina Selatan, dan kapal-kapal “Galley” Eropa di Laut Mediterrania,

adalah jenis perkapalan yang mendominasi jalur perdagangan.32

Para pedagang Muslim dan para pedagang Asia Timur adalah katalisator perkembangan perdagangan internasional di Asia Tenggara. Jaringan perdagangan para pedagang Muslim terbentuk sejak kedatangan para pedagang Arab pada abad ke-7, secara berangsur-angsur hingga abad ke-15 terbentuk berbagai jaringan perdagangan Muslim lainnya : India, Persia, dan Turki. Jaringan perdagangan para pedagang Asia Timur berkembang pesat melalui para pedagang Cina di abad ke-13 dan para pedagang Jepang abad ke-14.33

31

Anthony Reid,Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, terj., (Jakarta : Pustaka LP3ES, 2004), h. 10.

32

J. W. Kathirithamby, The Politics Commerce In South East Asia, (Kuala Lumpur : University of Malaya, 1992) h. 6-7

33

(40)

Komoditi-komoditi ekspor Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab dan Cina melintasi Atlantik dan memperkenalkannya kepada orang-orang Eropa, sehingga mereka mengenal Asia Tenggara sebagai produsen rempah-rempah.34 Hal tersebut menyebabkan orang-orang Eropa mengadakan ekspedisi pelayaran dan berlomba-lomba mengukuhkan dominasi mereka atas monopoli perdagangan di Asia Tenggara.

Kedatangan bangsa Eropa ke Asia Tenggara mendorong pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan, serta pertambangan dalam skala besar, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi komoditi internasional yang berimbas kepada peningkatan perekonomian dan pendapatan bangsa-bangsa Eropa.

34

(41)

29

AWAL KEDATANGAN INGGRIS

DI SEMENANJUNG MALAYA

A. Faktor-faktor kedatangan Inggris

Kehadiran Inggris di Asia Tenggara merupakan mata rantai dari ekspansi perdagangan berbagai bangsa Eropa yang diawali oleh Portugis pada abad ke-16. Kedatangan Inggris dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh kemajuan teknologi yang dicapai orang-orang Eropa pada abad ke-15, serta kebutuhan terhadap rempah-rempah di pasaran Eropa. Faktor eksternal disebabkan oleh perkembangan perdagangan internasional dan persaingan perdagangan antar bangsa Eropa.

Abad ke-15 adalah periode kebangkitan intelektual atau renaissance bagi masyarakat Eropa. Ilmu pengetahuan dikembangkan melalui berbagai penemuan yang berperan memajukan kehidupan sosio-politik dan ekonomi. Hal ini bertolak belakang bila dibandingkan pada masa sebelum abad ke-15.

Kemajuan pelayaran dan perdagangan bangsa-bangsa Eropa didorong oleh perkembangan industrialisasi dan teknologi perkapalan. Berlimpahnya produksi pakaian akibat industrialisasi, menyebabkan timbulnya usaha pencarian wilayah-wilayah untuk komersialisasi komoditi tersebut. Teknologi perkapalan mendorong terjadinya ekspansi ke berbagai wilayah di Afrika, Amerika, dan Asia.

(42)

aktivitas perdagangan di Asia Tenggara, Terutama karya pedagang Italia, Ludovico di Varthema, diterbitkan tahun 1510 di Roma, yang menyebutkan aktivitas perdagangan di Malaka dan komoditi dagang berupa rempah-rempah.1

Rempah-rempah merupakan satu komoditi berharga di wilayah Eropa. Orang-orang Eropa menggunakan rempah-rempah sebagai bumbu dan bahan pengawet daging di musim dingin serta sebagai bahan dasar bagi obat-obatan.2 Harga beli rempah-rempah yang tinggi dari para pedagang Arab di pelabuhan Venesia, menyebabkan berkembangnya pelayaran bangsa-bangsa Eropa ke Asia Tenggara untuk mendapatkan sumber rempah-rempah dengan harga lebih murah.

Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang memperluas pengaruhnya di Samudera Hindia. Kapal-kapal Portugis yang lebih unggul dari bangsa Arab serta perniagaan Portugis yang telah sampai di Calcutta, pusat perdagangan orang-orang Arab di pantai Malabar, menjadi motif untuk mengambil alih dan memonopoli perdagangan rempah-rempah dari orang-orang Arab di Samudera Hindia.

Spanyol turut memperluas pengaruhnya di Samudera Hindia. Keterikatan Spanyol dalam perjanjian Tordesillas tahun 1494, membuat mereka menarik diri dalam usaha perdagangan di Hindia. Hak-hak istimewa Portugis yang tertuang dalam perjanjian Tordesillas, memisahkan dunia untuk kepentingan kedua negara dengan satu garis yang ditarik dari kutub Utara hingga ke kutub Selatan 100 mile ke Barat dan Selatan dari Azores dan pulau-pulau Tanjung Verde3, menetapkan

1

D.G.E Hall,Sejarah Asia Tenggara, terj., (Jakarta : Usaha Nasional, 1988 ) h. 204 - 6. 2

Brian Gardner, The East India Company; A History, (New York : The McCall Publishing, 1971) h. 18

3

(43)

mereka sebagai penguasa Samudera Hindia awal abad ke-16. Spanyol kembali ke Hindia Timur pada abad selanjutnya dan menetapkan kolonisasi di pulau Filipina.

Bangsa Portugis berhasil menguasai berbagai titik perdagangan pokok dan mengendalikan perdagangan dengan hasil pendapatan yang cukup bagi pertahanan kekuatan militer. Portugis mengalahkan pasukan gabungan Mesir dan India dalam merebut Goa pada tahun 1509. Pada tahun 1511 mereka menaklukkan Malaka, tahun 1515 menguasai Hormuz di Teluk Persia, dan tahun 1522 menaklukkan Ternate untuk menguasai perdagangan antara Cina, Jepang, Siam, Molucca, Samudera Hindia dan Eropa. Ekspedisi ke Maluku dilakukan untuk mendapatkan rempah-rempah, terutama pala dan cengkeh, serta memelihara kontak politik dengan Pasai, Pedir, Aceh dan Barus untuk memperoleh lada dan emas.4

Terungkapnya peta perjalanan Portugis ke Malaka melalui rute Tanjung Harapan dan Selat Magellan, membuat pelayaran kapal-kapal Eropa meningkat pada abad ke-16. Sepanjang abad ke-16, Belanda telah mengirimkan sejumlah ekspedisi ke Asia Tenggara. Pada tahun 1595, perseroan Compagnie van Verre mengirim ekspedisi terdiri atas 4 kapal yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman melalui rute Tanjung Harapan. Pada tahun 1598 sekitar 5 ekspedisi dengan jumlah 22 kapal; 13 kapal melalui Tanjung Harapan dan 9 kapal melalui Selat Magellan. Ekspedisi-ekspedisi dengan bermuatan rempah-rempah menghasilkan keuntungan perdagangan hingga 400% di pasaran Eropa.5

Pada tahun 1602 perseroan-perseroan dagang Belanda bergabung dalam satu perusahaan perdagangan bernama, Vereeningde Oost-Indische Compagnie

4

Ira M Lapidus,Sejarah Sosial Umat Islam, bag I terj., Cet.II, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2000), h. 723 - 7.

5

(44)

(VOC). Pemerintah Belanda memberikan hak istimewa kepada VOC berupa octrooi (piagam), berisi hak monopoli perdagangan antara Tanjung Harapan dan Selat Magellan, serta keleluasaan mengadakan perjanjian dengan raja-raja lokal, mendirikan benteng, membentuk tentara, mencetak mata uang dan sebagainya.6

Ekspedisi ke Hindia Timur juga dilakukan oleh para pedagang Inggris. Francis Drake membuka kontak pertama Inggris dengan kepulauan Timur Indonesia. Ia membawa cengkeh dari Ternate saat kembali dari pelayarannya pada tahun 1580. Pada tahun 1586, Thomas Cavendish melintasi Nusantara melalui Selat Magellan, menuju pantai barat daya Jawa melalui Selat Makassar dan Bali.

Pada tahun 1591, ekspedisi pertama Inggris dengan 3 kapal dari Plymouth, Inggris, dikomandoi George Raymond dan James Lancaster berlayar melalui rute Tanjung Harapan. Ekspedisi ini menemui kegagalan karena kesulitan dalam mengexploitasi rute. Kegagalan ekspedisi terdahulu menyebabkan orang Inggris ikut serta dalam pelayaran Belanda. Pada tahun 1598-1600, John Davis adalah juru kemudi dalam pelayaran kedua Cornelis de Houtman.7

Pada tahun 1600, Inggris membentuk perusahaan dagang bernama The British East India Company (EIC). Pada tahun 1601, ekspedisi Inggris dikirim dibawah komando Lancaster dan tiba di Aceh tahun 1602.8 Inggris membuka hubungan dengan kepulauan Timur Indonesia, Ambon dan Banda, pada pelayaran kedua dibawah pimpinan Hendry Middleton.9 Peristiwa tersebut menimbulkan

6

Suroyo-Warsid,Sedjarah Perekonomian Sedunia, (Jakarta : Soeroengan, 1953), h. 82. 7

Hall,Sejarah, h. 244 - 5. 8

Ibid., h. 247. 9

(45)

persaingan dan gerakan perlawanan terhadap monopoli perdagangan Belanda yang memutuskan perjanjian raja-raja lokal dengan Belanda.10

B. Perebutan Kekuasaan Antara Inggris Dengan Portugis dan Belanda di Semenanjung Malaya

Persaingan antar kekuatan dagang Eropa dari abad ke-16 hingga ke-19 dalam memperebutkan hegemoni perdagangan di kawasan Asia, terutama Asia Timur dan Asia Tenggara, tidak terlepas dari kekuatan militer. Di Asia Tenggara, model persenjataan dan perbentengan Eropa yang jauh lebih unggul daripada persenjataan kesultanan lokal, membuat mereka leluasa mengukuhkan monopoli perdagangan di Asia Tenggara. Perkembangan militer menyebabkan berbagai kesultanan lokal berusaha mengadopsi model militer dari para pedagang asing.11

Malaka adalah pelabuhan strategis di Selat Malaka dalam kurun waktu abad ke-15 hingga ke-18. Ketika Malaka dikuasai oleh Portugis, Kesultanan Aceh, Johor serta beberapa kesultanan di Jawa berusaha menguasai Malaka dari Portugis. Begitupun ketika Belanda dan Inggris hadir di wilayah Asia Tenggara, mereka mengarahkan perhatian kepada Malaka. Kepulauan Timur Indonesia sebagai produsen rempah-rempah, adalah kawasan sengketa bagi bangsa-bangsa Eropa dalam persaingan monopoli perdagangan rempah-rempah.

Kehadiran Belanda adalah faktor penting bagi kesultanan dan kerajaan di Nusantara dalam menekan kekuatan Portugis di Malaka dan di kepulauan Timur Indonesia. Belanda mempropagandakan taktik dan misi melalui penawaran

10

Bassett,European Influence, h. 19. 11

(46)

bantuan menangani konflik internal dan eksternal kerajaan, disertai imbalan memperoleh wilayah kekuasaan. Belanda memperoleh hak-hak istimewa dalam perjanjian perdagangan dengan raja-raja Nusantara, yang meliputi; hak beli utama, monopoli hasil bumi, penyerahan wajib yang jumlahnya berubah-ubah dan dibeli dengan harga yang ditetapkan, dan upeti tanpa pengganti dari VOC.12

Sepanjang abad ke-17, Inggris telah menunjukkan perkembangan pesat dalam pelayaran dan perdagangan di bawah EIC. Katun dan candu merupakan alat tukar untuk mendapatkan rempah-rempah dan dijual di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Pelayaran Globe telah membuka kantor dagang di Masulipatam, pantai Coromandel, serta membuka perdagangan dengan Siam dan Burma, yang secara tidak langsung terlibat dalam perdagangan Cina dan Jepang. Kantor-kantor dagang Inggris di Nusantara berdiri di Aceh, Pariaman, Jambi, Banten, Jakarta, Jepara dan Ujung Pandang.13

Kemajuan perdagangan telah menjadikan Inggris dan Belanda sebagai dua negara maritim berpengaruh di dunia. menimbulkan persaingan terkait sistem perdagangan dan klaim wilayah-wilayah sebagai koloni mereka. Konflik tersebut menciptakan suatu peperangan yang dikenal dengan Perang Inggris-Belanda yang berlangsung pada abad ke-17 dan ke-18, yang terjadi 4 kali; dari tahun 1652-1654, dari tahun 1664-1667, dari tahun 1672-1674, dan dari tahun 1780-1783.14

Konflik di Hindia Timur pada abad ke-17 terjadi karena sistem monopoli perdagangan rempah-rempah, yang diakhiri dengan Perjanjian Breda pada tahun

12

D. H. Burger,Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia, Jil. I, (Jakarta : Pradnjaparamita, 1962), h. 67-8.

13

Hall.,Sejarah Asia Tenggara, h. 257-8 14

(47)

1667. Inggris memberikan kontrol penuh kepada Belanda di wilayah Timur dan menutup semua kantor dagang di Nusantara kecuali di Bengkulu. Walaupun demikian pada abad ke-17, Inggris telah mengukuhkan dua area komersial mereka; di India dan Hindia Timur, yaitu di wilayah daratan Asia Tenggara; Birma, Siam, Kamboja dan Tongking.15

Di Semenanjung Malaya, Belanda bersama alliansi Kesultanan Johor mengendalikan sistem politik dan memonopoli perdagangan di Selat Malaka dan Semenanjung Melayu hingga abad ke-18. Sejak tahun 1760, penjualan timah dan perak secara pesat meningkatkan neraca keuangan VOC, selain keuntungan dari pajak dan bea masuk perkapalan yang meningkat.16

Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kemunduran yang sangat pesat. Kerugian sejak tahun 1780, karena terjadinya peningkatan biaya operasional dan menurunnya hasil penjualan secara keseluruhan, berakibat kepada pengalihan perhatian Belanda kepada komersial pertanian dan terkonsentrasi di pulau Jawa. Daerah territorial Belanda di Semenanjung Malaya hanya terpusat di Malaka dan menggabungkannya dengan daerah Naning.17

Pendirian koloni Inggris pertama di Semenanjung Malaya oleh Francis Light di Penang pada tahun 1786, mentransformasikan kekuatan territorial sebagai tonggak keamanan bagi perdagangan Inggris. Hingga tahun 1805, Penang adalah daerah bawahan Benggala, di bawah pengawasan Gubernur Calcutta.18

15

Bassett,European Influence, h. 19-20. 16

C. Mary Turnbull,A History of Malaysia, Brunei and Singapore, (Australia : Allen & Unwin Sydney, 1989) h. 58.

17

Ibid., h. 59. 18

(48)

Kekalahan Belanda dalam Perang Napoleon tahun 1795, turut berperan melemahkan posisi Belanda di Hindia Timur. Negara Belanda beserta koloni-koloninya beralih ke Perancis, termasuk Nusantara dan Semenanjung Malaya.

Perjanjian “Surat Kew” antara raja Belanda William V, Prince of Orange, dengan pemerintah Inggris pada tahun 1795 bertujuan menyelamatkan koloni Belanda di Hindia Timur. Pengambil-alihan koloni Belanda kepada Inggris tanpa disertai perlawanan dari penguasa Belanda di Hindia Timur, menyebabkan Inggris lebih leluasa dalam menjalankan perniagaan dan menguasai perdagangan Selat Malaka sebagai rute penting menuju kawasan Laut Cina Selatan.19 Daerah-daerah di sepanjang pesisir barat Sumatera menjadi favorit dalam kegiatan perdagangan internasional yang semakin ramai.

Kesepakatan antara Inggris-Belanda perihal pengembalian koloni-koloni Belanda pada tahun 1814, kecuali Bangka, Belitung, dan Bengkulu yang diterima Inggris dari Sultan Palembang, Najamuddin,20 menghilangkan rencana Raffles tentang pemukiman permanen dan pelabuhan utama Inggris di Jawa. Kekayaan alam Hindia Belanda yang akan sangat menguntungkan Inggris, membuat Raffles tidak menyetujuinya walaupun menerima konvensi tersebut.

Raffles mempercayai bahwa Inggris perlu mencari cara untuk menjadi penguasa dominan di Hindia Timur, yaitu dengan membangun sebuah pelabuhan baru di Selat Malaka. Pada tahun 1818, Raffles berhasil meyakinkan EIC untuk mengambil-alih pulau Singapura sebagai pelabuhan baru Inggris.

19

J. Kennedy,A History of Malaya A.D. 1400–1959, (London : MacMillan & CO LTD, 1962), h. 85.

20

(49)

Kolonisasi yang dilakukan oleh Inggris dan Belanda di daerah-daerah Malaya dan Indonesia membuat perjanjian-perjanjian dagang antara Inggris dan Belanda terus diusahakan demi keamanan dari perjanjian Amiens tahun 1802 hingga perjanjian London pada tahun 1824, sebagai upaya mengatasi konflik yang bermunculan akibat Perjanjian Inggris-Belanda pada tahun 1814.

Pihak Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan pihak Inggris diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins William Wynn. Serah terima kepemilikan dilaksanakan tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa, seperti yang tercantum dalam Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Perjanjian disahkan tanggal 30 April 1824 oleh pihak Inggris dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda.

Secara garis besar isi dalam perjanjian tersebut antara lain :

1. Pembatasan pajak yang dikenakan pada barang dan kapal dari negara lain. 2. Tidak membuat perjanjian dengan negara bagian Timur yang tidak

mengikutsertakan / membatasi perjanjian dagang dengan negara lain. 3. Tidak menggunakan kekuatan militer dan sipil untuk menghambat

perjanjian dagang.

4. Melawan pembajakan dan tidak menyediakan tempat perlindungan bagi pembajak atau mengijinkan penjualan dari barang-barang bajakan.

5. Pejabat lokal masing-masing tidak dapat membuka kantor perwakilan baru di pulau-pulau Hindia Timur tanpa seijin dari pemerintah mereka di Eropa. Pertimbangan-pertimbangan dalam perjanjian ini, mengikutsertakan pula : 1. Belanda menyerahkan semua dari perusahaan / bangunan yang didirikan

(50)

2. Belanda menyerahkan Malaka dan tidak membuka kantor perwakilan ataupun membuat perjanjian dengan penguasa di Semenanjung Malaya. 3. Belanda menarik mundur oposisinya dari pendudukan pulau Singapura,

sedangkan Inggris menarik mundur oposisinya dari pulau Billington. 4. Inggris menyerahkan Fort Marlborough di Bengkulu serta seluruh

kepemilikannya di pulau Sumatra kepada Belanda dan tidak mendirikan perwakilan atau membuat perjanjian dengan penguasanya.

5. Inggris menyetujui untuk tidak mendirikan perwakilan dan membuat perjanjian dengan penguasa-penguasa di kepulauan Karimun dan pulau-pulau seperti Batam, Bintan, Lingga, dan pulau-pulau-pulau-pulau lain yang terletak di selatan dari Selat Singapura.

6. Inggris meminta untuk diberikan akses perdagangan dengan kepulauan Maluku, terutama dengan Ambon, Banda dan Ternate.21

Pulau Singapura berkembang menjadi koloni perdagangan paling strategis di Asia Tenggara dan sebagai frontliner di rute perdagangan menuju Laut Cina Selatan. Selat Malaka adalah kawasan yang harus dilindungi demi menjamin keamanan perdagangan Inggris di kawasan Laut Cina Selatan. Komoditas perdagangan yang mengalir dari pesisir Sumatera tetap mereka dapatkan tanpa harus menguasai pesisir tersebut secara teritorial, yang membuat Inggris mendominasi perdagangan di Nusantara dan Semenanjung Malaya.

21

Referensi

Dokumen terkait

Paper ini akan mempelajari beberapa teorema titik tetap pada pemetaan kontraksi

Simulasi model adalah sistem yang merekayasa model dinamika suatu masalah dengan suatu input sehingga memperoleh output berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.. Simulasi

Daerah pesisir Indonesia memiliki potensi kecepatan angin dan sinar matahari yang berlimpah. Ini merupakan sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan menjadi

Untuk tanaman bawang daun hama yang menyerang yaitu uret tanah yang merusak akar tanaman bawang daun dan mengakibatkan tanaman bawang daun membusuk dan mati

Dengan kata lain, yang pertama-tama perlu dilakukan adalah menyetujui akan nilai atau manfaat yang diberikan oleh aplikasi teknologi informasi terlebih dahulu, baru

Untuk pemeriksaan titar kekebalan (HI) diperlukan antigen yang mempunyai nilai 20 haemagglutinasi (Haemagglutination - HA), dan dapat disiapkan sbb : dengan mikropipet antigen

Masalah lain yang dihadapi pada siswa ekstrakurikuler sepakbola pada saat melakukan passing yaitu masalah teknik seperti (1) kaki tumpunya tidak sejajar dengan

Memperhatikan masalah yang dihadapi oleh seorang wanita karir, yang bekerja secara rutin tiap hari mulai dari pagi dan pulang pada sore hari, bahkan ada yang