• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik donor asi di Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dalam perspektif hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Praktik donor asi di Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dalam perspektif hukum Islam"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy)

Oleh: Dedi Irwansyah NIM : 104043101270

KONSENTRASI PERBANDINGAN FIQH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy)

Oleh Dedi Irwansyah NIM. 104043101270

Pembimbing:

Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yango. M.A NIP: 194512301967122001

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu, yaitu Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum dengan Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fikih.

Jakarta, 22 Maret 2011 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum

Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma,SH., MA., MM NIP. 195505051982031012 PANITIA UJIAN

Ketua : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag

NIP. 196511191998031002 : (...) Sekertaris : Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si

NIP. 197412132003121002 : (...) Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yango. M.A

NIP.194512301967122001 : (...)

Penguji I : Dr. Abdurrahman Dahlan. M.A

NIP: 195811101988031001 : (...) Penguji II : Dr. H. Ahmad Mukri Aji. M.A

(4)

salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Rabiul Akhir 1432 H 22 Maret 2011 M

(5)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Dialah sumber tempat bersandar, Dialah sumber dari kenikmatan hidup yang tanpa batas, Rahman dan Rahim tetap menghiasi Asma-Nya sehingga penulis diberikan kekuatan yang begitu melimpah dari kekuatan fisik hingga psikis untuk tetap menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “PRAKTIK DONOR ASI DI ASOSIASI IBU MENYUSUI INDONESIA (AIMI) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM”

Salawat serta salam juga penulis curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabat dan pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhidkan kebahagiaan, kearifan hidup manusia, dan pencerahan atas kegelapan manusia yang dijadikan sebagai sebuah pembelajaran bagi umat muslim hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi syarat akhir untuk mencapai Gelar

(6)

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Summa, SH., MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Muhammad Taufiki, M.Ag., selaku ketua Progam Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum dan Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag., M.Si., selaku sekretaris Progam Studi Perbandingan Mazdhab dan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Prof. DR. Hj. Huzaemah Tahido Yango. MA., sebagai pembimbing yang telah rela meluangkan waktu, memberikan ilmu dan masukan-masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen yang penulis hormati, yang telah memberikan tenaga dan pikirannya untuk mendidik penulis agar kelak menjadi manusia yang berguna.

(7)

bantuan yang berharga berupa data-data yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini dan juga kepada para pelaku Donor ASI yang sudah memberikan waktunya untuk proses wawancara dalam penelitian ini.

7. Kepada ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi.MA., selaku Anggota Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk proses penelitian berupa wawancara dan memberikan informasi-informasi yang dianggap penting.

(8)

Ikhwan kurnia, Ahmad Faisal (bob), Rusli, Qosim, Ahmad hambali, dan seluruh Adik kelasku di PMH . Terima kasih atas semua persahabatan yang telah kita rajut selama ini. Terima kasih atas canda tawa dan dorongan semangatnya, semoga persahabatan kita tidak akan pernah putus oleh jarak dan waktu. Dan semua teman kelasku di Perbandingan Fiqh (PF) angkatan 2004.

Akhirnya atas jasa dan bantuan dari semua pihak, baik berupa moril maupun materi, penulis haturkan terima kasih. Penulis berdoa semoga Allah SWT membalasnya dengan imbalan pahala yang berlipat ganda dan sebagai amal jariyah yang tidak akan pernah surut mengalir pahalanya dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan berkah bagi penulis dan semua pihak. Amin.

Jakarta, 17 Rabiul Akhir 1432 H 22 Maret 2011 M

(9)

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat ... 7

D. Literature Riview ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II : ASI, KONSEP RADLA’AH MENURUT HUKUM I“LAM DAN SEJARAH IBU SUSU A. ASI dan Manfaatnya ... 14

1. Pengertian ASI ... 14

2. Manfaat ASI Bagi Ibu dan Bayi ... 20

B. Konsep Radla‟ah Menurut Hukum Islam ... 27

1. Pengertian Hukum Islam ... 27

2. Pe gertia Radla’ah ... 30

(10)

(AIMI)

A. Pengertian Donor ASI ... 72 B. Pengertian, Sejarah dan Latar belakang Berdirinya Asosiasi

Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) ... 72 1. Pengertian AIMI ... 72 2. Sejarah dan Latar belakang Berdirinya Asosiasi Ibu

Menyusui Indonesia ... 73 C. Mekanisme Donor ASI di Asosiasi Ibu Menyusui

Indonesia (AIMI) ... 77 D. Manfaat dan Dampak adanya Donor asi ... 83

BAB IV : ANALISIS PRAKTIK DONOR ASI DI ASOSIASI IBU MENYUSUI INDONESIA (AIMI) PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Donor ASI menurut MUI ... 85 B. Relevansi mengenai mekanisme Donor ASI di AIMI

(11)

A. Kesimpulan ... 107 B. Saran ... 108

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Menyusui adalah suatu proses alamiah, kebanyakan para ibu terdahulu diseluruh dunia telah berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI, bahkan ibu buta huruf sekalipun dapat menyusui anaknya dengan baik.1

Tak ada sebutan anak jika tidak ada ibu. Begitu juga sebaliknya, wanita tak akan disebut ibu jika tidak ada anak. Sedangkan hubungan alami yang begitu kuat yang terjadi antara seorang anak dengan ibunya, dipertegas dan diperjelas lagi dengan adanya Air Susu Ibu (ASI) yang bersumber dari buah dadanya yang merupakan makanan dan minuman utama bagi bayi atau anaknya.2

Menyusukan anak bagi setiap ibu, dengan cara memberikan ASI. Merupakan suatu yang sangat penting bagi kehidupan dan kelangsungan hidup manusia didunia ini. Lantaran ASI memiliki keutamaan, kelebihan, manfaat dan keagungan yang tidak dapat disejajarkan, disamakan dan atau disetarakan dengan makanan dan minuman lain buatan manusia. Sedangkan disisi lain, menyusui secara alami dengan ASI bagi setiap ibu, merupakan fitrah bagi manusia yang berjenis kelamin wanita. Oleh sebab

1

Utami Roesli, Mengenal ASI Eksklusif, (Jakarta; Trubus Agriwidya, 2000), hlm. 2 2

(13)

itu, menyusukan bayi secara alami dengan ASI seorang ibu, dapat merupakan bukti kepatuhan dalam melaksanakan perintah Allah SWT.3

Karena Allah SWT tidak pernah memerintahkan sesuatu kepada manusia, kecuali dengan hak dan kebenaran. Siapa saja yang taat, tunduk dalam melaksanakan perintahnya, pasti akan memetik buah kebajikan dan akan merasakan berbagai manfaat serta kegunaan yang menguntungkan. Dan siapa saja yang menentang, sesungguhnya ia telah mencegah dirinya mendapatkan kebajikan yang telah disediakan Allah SWT baginya. Setiap orang yang mau menggunakan akalnya, akan selalu berusaha agar seluruh tindakannya itu, sesuai dengan hak dan kebenaran. Lantaran hak dan kebenaran akan selalu menuntun orang-orang kejalan yang diridloi oleh Allah SWT, lurus menuju keselamatan hidup baik didunia maupun diakhirat.

Selain dari pada itu, Allah memang hanya membebankan pekerjaan menyusukan anak kepada kaum ibu. Sebagaimana firman Allah SWT:









..

(

ق ا

(

2

)

:

233

)

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang

ingin menyempurnakan penyusuan”. ( Q.S. Al-Baqarah (2): 233)

Pada firman Allah ini menunjukan perintah yang wajib dilaksanakan bagi sebagian ibu, namun sunnat bagi sebagian ibu yang lain. Dan juga menunjukan fitrah seorang ibu untuk menyusui.4

3

(14)

Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironinya, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan. Padahal kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar bagi ibu dan bayi. Karena menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama ini mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Bagi para ibu, hal ini berarti kehilangan kepercayaan diri untuk dapat memberikan perawatan yang terbaik kepada bayinya itu dan bagi bayi berarti bukan saja kehilangan sumber makanan yang vital, tetapi juga kehilangan secara perawatan yang optimal.

Didalam hiruk pikuk kehidupan kota-kota besar kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui oleh ibunya. Sementara dipedesaan, kita melihat bayi yang baru berusia satu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan asi. Sebenarnya menyusui, khususnya yang secara ekslusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun sering kali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi yang benar tentang manfaat ASI Eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya.

4

(15)

Menyusui adalah suatu seni yang harus dipelajari kembali untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal, yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, sedikit pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif serta perkembangan sosial yang lebih baik.5

Begitu pentingnya pemberian ASI secara ekslusif belum bisa tergantikan oleh asupan yang lainnya. Namun keadaan, harapan maupun kehendak kaum ibu terutama ibu kandung bayi sering kali tidak sesuai dengan kemampuan dan kenyataan yang dihadapinya, ada diantara mereka ditakdirkan tidak subur memiliki ASI atau alasan lainnya, baik karena medis atau non medis, sehingga ibu yang melahirkan tersebut tidak bisa memberikan asi kepada bayinya. Ada juga kaum ibu yang kebingungan karena ASI yang dikeluarkan terlalu banyak jadi mereka tidak tahu harus diapakan ASInya itu. Dalam menghadapi masalah seperti ini, diperlukan jalan keluar yang terbaik yang sesuai dengan situasi dan kondisi sosial budaya masyarakat maupun keagamaan dimana mereka berada. Mengingat pentingnya ASI bagi bayi seringkali mendapat hambatan, penyusuan bayi oleh para ibu-ibu selain ibu kandungnya yang

dikenal dengan sebutan “Radla‟ah” sudah menjadi kebiasan yang nyata ada dan

5

(16)

berkembang dalam masyarakat, hanya saja dikalangan kaum muslimin amatlah diperhatikan adanya hubungan nasab setelah penyusuan itu terjadi.6

Seiring dengan perkembangan zaman, sekarang dikenal adanya istilah donor ASI, dimana seorang pendonor memberikan ASI nya kepada bayi yang membutuhkannya. Menurut Dra. Hj. Mursyidah Thahir,MA (anggota Komisi Fatwa

MUI) menyatakan bahwa “Mendapatkan ASI merupakan hak setiap bayi. Hal itu terserat dalam surat al- Ahqaaf ayat 15, sebagai berikut:





























.

(

فاـقحأا

(

46

)

:

15

)

Artinya : “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,

ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".

(Q.S. Al-Ahqaaf (46): 15)

Penjelasan dari ayat diatas bahwa hak bayi memperoleh ASI sejak dalam kandungan minimal 6 bulan dan maksimal 24 bulan setelah melahirkan. Karena itu dari perspektif islam donor ASI diperbolehkan. Meski diperbolehkan tetapi harus

6

(17)

disikapi dengan hati-hati, harus juga memenuhi ketentuan, antara lain: dilakukan dengan musyawarah antara orang tua bayi dan ibu donor sehingga disepakati biayanya, usia bayi kurang dari 2 tahun, dan demi menjaga kesehatan bayi,. Dan apabila si ibu donor hamil, maka kontrak atau kesepakatan bisa dibatalkan.

Ketentuan lain, bila bayi telah menerima ASI donor dengan kenyang minimal 5 kali, maka semua keturunan dari pendonor menjadi muhrim bagi bayi itu. Disamping itu juga, donor ASI tidak boleh dilakukan dengan cara kolektif seperti Bank Darah, karena akan menimbulkan kekacauan identitas dan garis keturunan bagi anak tersebut.7

Untuk lebih memudahkan dan menyederhanakan penyusuan yang langsung dari Ibu Donor yang dewasa ini dirasa kurang begitu difahami atau dimengerti oleh masyarakat mengenai mekanisme dalam praktiknya. Seperti Prosedur dan syarat-syarat yang diperlukan dalam melakukan praktik donor ASI ini yang belum begitu jelas adanya. Bagaimana merealisasikanya kedalam kehidupan masyarakat apakah bertolak belakang dengan Syariat Islam?. Maka dari penjelasan diatas penulis

memilih judul “Praktik Donor ASI di Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI)

Dalam Perspektif Hukum Islam”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

7

(18)

Memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi yang baru lahir adalah kewajiban

seorang ibu dan bayi yang baru lahir tersebut berhak mendapatkan ASI Eksklusif selama 6

bulan dan menyempurnakannya sampai 24 bulan atau 2 tahun. Namun tidak semua ibu

kandung dapat memberikan ASInya karena banyak faktor, maka dari itu bagi kaum ibu

keberadaan Donor ASI (ibu susu) melalui Donor ASI sangat diperlukan. Tetapi pemberian ASI

oleh Donor ASI (ibu donor) melalui Organisasi AIMI tersebut masih menimbulkan beberapa

permasalahan. Berhubung karena judul skripsi ini amat luas, maka penulis batasi

pembahasannya sekitar permasalahan proses Donor ASI dan Latar Belakang timbulnya

praktik Donor ASI serta mekanisme praktik donor ASI di AIMI, Manfaat ASI dan hukum

Donor ASI.

Dari pembatasan masalah ini, maka pokok masalah dalam skripsi ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi timbulnya praktik Donor ASI di AIMI?

2. Bagaimanakah Mekanisme praktik Donor ASI pada AIMI tersebut?

3. Apa manfaat pemberian ASI bagi Pendonor kepada Bayi?

4. Bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap Donor ASI?

C. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah

(19)

2. Mengetahui mekanisme dalam praktik Donor ASI di AIMI.

3. Mengetahui manfaat pemberian ASI bagi Pendonor (Ibu Susu) kepada bayi.

4. Mengetahui pandangan hukum Islam terhadap Donor ASI.

Sedangkan manfaatnya, penulis juga berharap penelitian ini dapat dimanfaatkan

untuk mengembangkan teori maupun praktek hukum. Semoga hasil penelitian ini dapat

dipergunakan sebagai informasi bagi praktisi, kalangan akademisi dan masyarakat pada

umumnya. Dapat juga dijadikan bahan acuan pada penelitian berikutnya berkenaan dengan

masalah yang terkait.

D. Literatur Riview

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan literature Riview

agar diketahui posisi skripsi yang akan ditulis. Menurut penelusuran data yang dilakukan

oleh penulis diperpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum maupun di perpustakaan Utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta belum ada skripsi yang membahas masalah Donor ASI, tetapi

pembahasan yang mirip dengan permasalahan ini hanya terdapat dalam sebuah tesis yang

ditulis oleh E dis Firdaus tahu 996 de ga judul Alter atif Ba k A“I “tudi Eksploratif Tradisi Radla’ah dala Isla Me uju Ba k A“I Berdasarka “yariah .

Dala tesis ya oleh eliau di ahas te ta g ara pe yusua i u susu Radla’ah

menuju Bank ASI yang dibahas secara Eksploratif serta membahas konsep yang difahami

oleh ulama tradisional dalam mempertemukannya dengan ulama kontemporer tentang

masalah tersebut. Sedangkan penulis pada skripsi yang akan ditulis ini lebih menekankan

(20)

standar atau prosedur dalam menejemen kinerjanya yang diterapkan dengan

membandingkannya dengan hukum islam.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian

kepustakaan (Libarary Research) dengan penelitian lapangan (Field Research).

Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang kajiannya dilaksanakan

dengan menelaah dan menelusuri berbagai literature, karena memang pada dasarnya

sumber data yang hendak digali terfokus kepada studi pustaka. Sedangkan penelitian

lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendatangi langsung

objek yang akan diteliti guna mendapatkan data-data. Langkah yang digunakan dalam

penelitian lapangan melalui tehnik wawacara, observasi dan alat lainnya. Dengan

demikian penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data

yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar bukan angka.8

2. Jenis Data

Karena penelitian ini merupakan gabungan antara studi pustaka dan lapangan,

maka sumber yang diambil oleh penulis meliputi:

8

(21)

a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang

dilakukan melalui wawancara observasi dan alat lainnya.

b. Data Sekunder adalah data yang berasal dari bahan pustaka. 9

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk dapat mengumpulkan data-data yang diperlukan maka penulis

menggunakan alat pengumpulan data atau instrument penelitian yakni alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data, agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga

mudah diolah.10

Adapun instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

berupa:

a. Wawancara (Interview), yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan menggunakan

pertanyaan-pertanyaan pada responden.11

b. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis

mengenai fenomena sosial dengan gejal-gejala psikis untuk kemudian dilakukan

9

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam teori dan Praktek, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2003), ed. I. cet. VI, hlm.87

10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1998), cet. XI, ed. Revisi IV. hlm. 151

11

(22)

pencatatan.yakni peneliti melakukan penelusuran kelapangan tentang objek

penelitian yang diteliti.12

c. Kepustakaan, yaitu mencari data-data atau literature yang relevan dengan objek

penelitian.

4. Metode Analisis

Ananlisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi secara kualitatif

(Qualitative Content Analisys). Dalam analisis ini semua data yang dianalisis berupa teks.

Analisis isi kualitatif digunakan untuk menemukan, mengidentifikasi dan menganalisa

teks atas dokumen untuk memahami makna, signifikansi dan relevansi teks atau

dokumen.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini adalah berpedoman kepada buku Pedo a

Penulisa “kripsi Fakultas “yaari’ah da Huku UIN “yarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2007 .

F. Sistematika Penulisan

Supaya penelitian ini mengikuti alur pikir yang logis dan mudah difahami, maka

penulis memberikan gambaran tentang bagian-bagian dari penulisan yang disusun sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

12

(23)

Pada bab ini penulis menguraikan tentang Latar belakang Masalah,

Pembatasan dan perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Literature Review,

Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : ASI, KONSEP RADLA’AH MENURUT HUKUM ISLAM DAN SEJARAH IBU SUSU

Pada bab ini penulis membahas tentang Pengertian ASI dan Manfaat ASI untuk

Ibu dan Bayi serta Konsep Radla’ah menurut Hukum Islam dan Sejarah Ibu

Susu.

BAB III : DONOR ASI DAN ASOSIASI IBU MENYUSUI INDONESIA (AIMI)

Pada bab ini penulis membahas tentang Pengertian Donor ASI, Pengertian,

Sejarah serta Latar Belakang Berdirinya AIMI, Mekanisme Donor ASI serta

Manfaat dan Dampak adanya Praktik Donor ASI.

BAB IV : ANALISIS PRAKTIK DONOR ASI DI ASOSIASI IBU MENYUSUI INDONESIA (AIMI)

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Pada bab ini penulis membahas tentang Donor Asi menurut MUI dan Relevansi

mengenai Mekanisme Donor Asi di Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia menurut

Hukum Islam serta Analisa Penulis mengenai Donor Asi ini.

BAB V : PENUTUP

Ini merupakan bab terakhir yang didalamnya dikemukakan Kesimpulan dan

(24)

BAB II

ASI, KONSEP RADLA’AH MENURUT HUKUM ISLAM DAN SEJARAH

IBU SUSU

A. ASI dan Manfaatnya

1. Pengertian ASI

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ASI adalah singkatan dari Air Susu Ibu.13 Sedangkan menurut istilah, ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.14

ASI adalah makan dan minuman yang paling utama bagi para bayi selain karena tidak akan pernah manusia sanggup memproduksi susu buatan sekualitas dengan ASI, juga ASI merupakan pemberian Allah Subhanahu Wa Ta‟ala kepada seluruh anak manusia. Untuk menjamin kesehatan ibu dan anak, serta menjamin kelangsungan hidup anak manusia itu kelak dikemudian hari.15 Menurut dr. Utami Rusli, perintah menyusui ini sudah tertulis didalam al-Qur‟an, bahwa

13

DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 1988), hlm. 1058

14

Mhd. Arifin Siregar, Pemberian Asi Ekslusif dan Faktor - Faktor Yang Mempengaruhinya, (Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, 2004) hlm. 3

15

(25)

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 233, sebagai berikut:





















































.(

ق ا

(

2

:)

233

)

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”(Q.S Al-Baqarah (2): 233)

Dan surat an-Nisa‟ ayat 6 yang berbunyi:











(

ءا ا

(

4

:)

6

)

(26)

Ayat ini menerangkan janganlah meninggalkan keturunannya dalam keadaan lemah, hal ini menjadi sangat relevan untuk membiarkan anak tumbuh tanpa ASI dan membuatnya lemah dan tidak sejahtera.

Satu lagi hal yang belum diketahui adalah Breasfeeding Father, konsep ini dasarnya bahwa untuk menyusui diperlukan dua hormon yakni prolaktin dan oksitosin.

Prolaktin adalah hormon yang dipengaruhi perasaan negatif dan oksitosin merupakan hormon yang dipengaruhi rasa positif. Karenanya, peran ayah untuk membuat ibunya senang dan menghasilkan banyak dua hormon tadi sehingga memperbanyak ASI.16

ASI mengandung nutrisi lengkap, karbohidrat, protein, garam mineral, dan sebagai vitamin. Berbagai kandungan yang terdapat dalam ASI merupakan unsur sumber daya yang dibutuhkan bayi. Air Susu Ibu memiliki fungsi menjaga, memperkuat kekebalan tubuh bayi lebih baik, karena ASI mengandung faktor-faktor protektif yang terdiri dari antibody, sel-sel darah putih, enzim, dan hormone tertentu.17 Karena itulah, tak mengherankan jika ibu selalu dianjurkan untuk memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya demi pertimbangan kesehatan tersebut.

16

Koran Republika, Wawasan; Menyusui adalah Perintah Agama, tanggal 4 Agustus 2010, hlm. 18

17

(27)

Untuk dapat mengatahui lebih jelas, bagaimana sebenarnya perbandingan dan perbedaan segala macam unsur lain yang dikandungnya (baik dalam susu manusia maupun susu sapi) yang bermanfaat bagi kesehatan bayi, dapat dilihat pada table dibawah ini:18

Jenis zat gizi

Kadar dalam tiap 100 ml

Air Susu Ibu Susu Sapi

Kalori 67 g 66 g

Protein 1,2 g 3,3 g

Lactose 7,0 g 4,8 g

Lemak 3,8 g 3,7 g

Vit. A 53 mg 34 mg

Vit. C 4,3 mg 1,8 mg

Vit. B 1 0,16 mg 0,42 mg

Asam Folic 0,18 mg 0,23 mg

Vit. B12 0,18 mg 0,56 mg

Zat besi 0,15 mg 0,10 mg

Zat kapur 33 mg 125 mg

Air Susu Ibu bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup (seperti darah). Sedangkan susu formula atau susu sapi adalah cairan yang berisi zat yang mati. Didalamnya tidak ada sel hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh bakteri, anti bodi, mengandung enzim, hormone, dan juga tidak mengadung faktor pertumbuhan.

18

(28)

Didalam buku Mengenal ASI Eksklusif karangan dr.Utami Roesli, dijelaskan mengenai perbandingan antara ASI dengan Susu Sapi atau Formula:19

ASI

Susu Sapi

Pencemaran

bakteri Tidak ada Mungkin ada

Zat anti-infeksi Banyak Tidak ada

Protein

 Kasein (%)

 Whey (%)

40 60 80 20 Asam amino  Taurin Cukup untuk

pertumbuhan otak Tidak ada

Lemak Ikatan panjang untuk

pertumbuhan otak

Ikatan pendek dan sedang

Kolesterol cukup untuk

pertumbuhan otak tidak cukup Lipase untuk

mencerna lemak Ada Tidak ada

Laktosa/ gula

(%) 7 (cukup)

3-4 (tidak cukup)

Garam Tepat untuk

pertumbuhan Terlalu banyak Mineral

 Kalsium

 Fosfat 350 (tepat)

150 (tepat) 1440(terlalu banyak) 900 (terlalu banyak) Zat besi Jumlahnya sedikit diserap baik Jumlahnya sedikit diserap tidak baik

Vitamin Cukup Tidak cukup

Air

Cukup Diperlukan

lebih banyak

Ada banyak kelebihan dari bayi yang langsung mendapatkan ASI sejak dini. Ia duapuluh kali bayi lebih jarang terkena diare, tujuh kali lebih jarang

19

(29)

terserang radang paru-paru, dan empat kali lebih jarang mengalami radang otak serta menurunkan potensi alergi dan infeksi pada telinga.20

Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 (empat) bulan, tetapi bila mungkin sampai enam bulan.21

Tapi kenapa harus 6 (enam) bulan?, karena dalam 6 (enam) bulan pertama kehidupan semua kebutuhan nutrisi dari protein, karbohidrat dan lainnya sudah tercukupi dari ASI Eksklusif, ini menurut dr. Utami Roesli. Beliau juga menuturkan bahwa bayi berusia dibawah 6 (enam) bulan belum memiliki enzim pencernaan yang sempurna atau matang. Selain itu juga bisa bermanfaat bagi ibu yaitu sebagai kontrasepsi (pencegah kehamilan) alami atau metode amenorea22 laktasi, mencegah kanker23 payudara dan indung telur, ibu lebih cepat mendapatkan berat badan idealnya kembali serta mencegah obesitas.24 Menurut dr.Nova Riyanti Yusuf, SpKJ dari komisi 9 (Sembilan) DPR dalam acara

20

Sunardi, Ayah, Bari Aku Asi, (Solo: Aqamedika, 2008), hlm.28; Koran Republika,

Wawasan; Menyusui adalah Perintah Agama, tanggal 4 Agustus 2010, hlm. 18 21

Utami Ruoesli, Mengenal Asi Ekslusif, hlm. 3 22

amenorea adalah terhentinya haid secara abnormal. http://kamusbahasaindonesia.org./ amenorea diakses tanggal 29 januari 2011

23

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan prof. Catharina Svanborg di swedia, ASI dapat melindungi bayi terhadap kanker. http://www.harunyahya.com/indo/artikel/082.html diakses 06 januari 2011

24

(30)

“OneAsia Breastfeeding Forum 7”, beliau menuturkan bahwa “Memberikan ASI

Eksklusif selama 6 (enam) bulan sama dengan menyelamatkan kehidupan 30.000

(tiga puluh ribu) bayi”.25

Menyusui sendiri mempunyai beberapa keuntungan:

a. Susu yang diberikan dalam keadaan steril dalam artian bebas kuman, bermutu

sesuai dengan kebutuhan bayi manusia seperti halnya juga susu kucing sesuai untuk

anak kucing.

b. Menyusui sendiri anaknya akan mempererat hubungan antara ibu dan bayinya.26

2. Manfaat ASI Bagi Ibu dan Bayi

Merupakan hal yang sangat alami dan mengagumkan saat melihat seorang ibu menyusui anaknya. Sebuah permulaan yang merupakan pemberian terbaik bagi sibayi. Walaupun bagi sebagian ibu hal tersebut terlihat mudah, tetapi banyak juga yang mengalami kesulitan saat melakukannya.

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. Kebutuhan nutrisi masa laktasi sedikit lebih banyak dibandingkan pada ibu yang tidak menyusui karena nutrisi pada ibu menyusui sangat dibutuhkan bayi dalam bentuk ASI, selain digunakan untuk dirinya sendiri. Bayi akan merasakan terpuaskan dan sehat bila sejak lahir hingga enam bulan mendapatkan ASI dengan kualitas dan kuantitas

25

http://www.detikhealth.com/read/2010/11/10/121828/1491135/764/asi-6-bulan-sama-dengan-menyelamatkan-30.000-bayi.html. diakses 19 januari 2011

26

(31)

yang cukup baik. Untuk mendapatkan ASI yang demikian, ibu harus mendapatkan nutrisi cukup dan bergizi.

Secara ringkas, manfaat yang diperoleh bayi dari air susu, selain rasa kenyang adalah sebagai berikut:

a. Kandungan gizi yang sangat lengkap.

b. Keseimbangan yang tepat antara karbohidrat, protein, mineral dan lemak.

c. ASI lebih mudah dicerna dari pada susu formula sehingga jarang mengakibatkan

gangguan pencernaan bayi. Misalnya: diare dan konstipasi.

d. Bayi yang disusui dengan ASI biasanya jarang mengalami kelebihan dan kekurangan

Berat Badan.

e. Jarang diantara mereka yang menderita alergi ataupun infeksi karena bakteri.

f. Terjalin ikatan batin antara seorang ibu dengan bayinya. Hal tersebut baik untuk

psikologis bayi.

g. ASI jarang sekali menyebabkan bayi menderita eksim karena tidak tahan terhadap

protein.

h. ASI siap sedia diperoleh kapan saja dan tidak memerlukan ongkos apapun. Tetapi,

perlu diperhatikan bahwa seorang ibu yang sedang menyusui seyogianya berusaha

memakan semua zat-zat yang diperlukan untuk memproduksi susu.

i. ASI sesuai dengan suhu yang dibutuhkan bayi sehingga anda tidak perlu

(32)

j. Menyusui bayi menyebabkan ala-alat kandungan ibu lebih cepet normal kembali

seperti keadaan semula. Ibu yang menyusui bayinya sendiri merasa lebih sehat dari

biasanya.

k. Dari sudut kejiwaan juga lebih baik jika menyusui sendiri. Dengan begitu ibu merasa

memiliki anak dan timbulah kebanggaan sebagai ibu yang berhasil memelihara

bayinya. Bayi sendiri akan memperoleh perasaan aman sejak dini yang merupakan

bekal penting bagi pertumbuhan jiwanya dikemudian hari.27

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh dr.Katherine Hobbs Knutson, dari Departemen Psikiatri Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston- Amerika Serikat. Mengungkapkan bahwa ASI secara siginifikan mempengaruhi perangai anak dimasa depan. Bahwa seorang ibu yang mencukupi asupan ASI bayinya tidak pernah melaporkan adanya masalah perilaku pada mental anaknya selama lima tahun fase pertumbuhannya. Namun, ditemukan anak yang Cuma disusui selama dua bulan berpotensi berperangai buruk dibanding dengan anak yang ditunjang ASI selama satu tahun.

Menurutnya, “ini merupakan indikasi bahwa pemberian ASI selama

pertumbuhan dapat memiliki efek pada anak”, ujarnya. Studi ini melibatkan sekitar 100 ribu partisipan dari usia 10 (sepuluh) bulan hingga 18 (delapan belas)

27

(33)

tahun. Dalam penelitian tersebut, orang tua ditanya seputar pemberian ASI serta prilaku dan mental anaknya.

Menurut spesialis anak, dr. Soedjatmiko, selama proses menyusui akan terjadi interaksi penuh kasih sayang antara ibu dan buah hatinya. Bayi merasa aman, nyaman dan dilindungi sehingga terbentuk Attachment Basic Trust sebagai landasan utama perkembangan emosi yang baik dikemudian hari. Ujarnya.

Konsultan laktasi, dr. Utami Roesli mengungkapkan, bayi yang terpenuhi asupan ASI akan memiliki Emosional Quetient (EQ) dan Spiritual Quetient (SQ)

yang baik. Ini yang akan membentuk Behave-nya, dibandingkan dengan susu formula. Menurutnya, kontak langsung dari kulit membuat buah hati lebih merasa dekat. Ketika menyusui juga ada ransangan terhadap panca indranya. Bayi akan merasakan, melihat, mencium, dan mendengar sesuatu yang ada didekatnya, termasuk keintiman dengan ibunya. Anak yang diberi ASI akan tumbuh lebih cerdas dan sehat dibandingkan dengan susu formula, ujarnya.28

Dari penjelasan diatas dapat kita difahami begitu besar manfaat dari ASI Eksklusif. Namun, ada beberapa alasan medis mengenai kondisi kesehatan antara Ibu dan Bayi yang dapat diterima dan dibenarkan untuk tidak menyusui sementara atau permanen. Kondisi ini, yang menjadi keprihatinan sangat sedikit ibu dan bayi, di bawah ini kita lihat dengan beberapa kondisi kesehatan ibu yang,

28

(34)

meskipun serius, bukan merupakan alasan medis untuk menggunakan pengganti ASI.

Kapanpun terdapat pertimbangan untuk menghentikan proses menyusui, manfaat menyusui harus ditimbang dan dibandingkan terhadap risiko yang ditimbulkan oleh adanya kondisi khusus, diantaranya:

a. Kondisi Bayi

Bayi yang seharusnya tidak menerima ASI atau susu lainnya kecuali formula khusus:

1) Bayi dengan galaktosemia klasik, diperlukan formula khusus bebas galaktosa.

2) Bayi dengan penyakit kemih bearoma sirup maple/maple syrup urine disease,

diperlukan formula khusus bebas leusin, isoleusin dan vlin.

3) Bayi dengan fenilketonuria, dibutuhkan formula khusus bebas fenilalanin

(dimungkinkan beberapa kali menyusui, dibawah pengawasan ketat).

Bayi-bayi dimana ASI tetap merupakan pilihan makanan terbaik tetapi mungkin membutuhkan makanan lain selain ASI untuk jangka waktu terbatas:

1) Bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 (seribu lima ratus) gram (berat

lahir sangat rendah).

2) Bayi lahir kurang dari 32 (tiga puluh dua) minggu dari usia kehamilan (amat

(35)

3) Bayi baru lahir yang beresiko hipoglikemia berdasarkan gangguan adaptasi

metabolisme atau peningkatan kebutuhan glukosa (seperti pada bayi yang

prematur, kecil untuk umur kehamilan atau yang mengalami stress

iskemik/intrapartum hipoksia yang signifikan, bayi-bayi yang sakit dan bayi yang

memiliki ibu pengidap diabetes).

b. Kondisi Ibu

Kondisi ibu yang dapat membenarkan alasan penghindaran menyusui secara permanen:

1) Infeksi HIV : Jika pengganti menyusui dapat diterima, layak, terjangkau,

berkelanjutan dan aman.

Kondisi Ibu yang dapat membenarkan alasan penghentian menyusui sementara waktu:

1) Penyakit parah yang menghalangi seorang ibu merawat bayi, misalnya sepsis.

2) Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1), kontak langsung antara luka payudara ibu

dan mulut bayi sebaiknya dihindari.

3) Pengobatan Ibu:

a) Obat-obatan prikoterapi jenis penenang, obat anti epilepsy dan opioid dan

(36)

b) Radioaktif iodine-131 lebih baik dihindari mengingat bahwa alternatif yang

lebih aman tersedia-seorang ibu dapat melanjutkan menyusui sekitar dua

bulan setelah menerima zat ini.

c) Pengguna yodium atau yodofor topical secara berlebihan, terutama pada

luka terbuka atau membrane mukosa, dapat menyebabkan penekanan

hormone tiroid atau kelainan elektrolit pada bayi yang mendapatkan ASI

dan harus dihindari.

d) Sitotoksik kemoterapi mensyaratkan bahwa seorang ibu harus berhenti

menyusui selama terapi.

e) Abses payudara, menyusui harus dilanjutkan pada payudara yang tidak

terkena abses.

f) Hepatitis B, bayi harus diberikan vaksin hepatitis B dalam waktu 48 (empat

puluh delapan) jam pertama atau sesegera mungkin sesudahnya.

g) Hepatitis C

h) Mastitis, bila menyusui sangat menyakitkan, susu harus dikeluarkan untuk

mencegah progresivitas penyakit.

i) Tuberculosis, ibu dan bayi harus diterapi sesuai dengan pedoman

(37)

j) Pengguna nikotin, alkohol, ekstasi, amfetamin, kokain, dan stimulant sejenis

oleh ibu telah terbukti memiliki efek berbahaya pada bayi yang disusui.29

B. Konsep Radla’ah Me urut Huku Isla

1. Pengertian Hukum Islam

Istilah “Hukum Islam” merupakan istilah khas Indonesia, sebagai terjemahan al-Fiqh al-Islamy atau dalam konteks tertentu dari as- Syari‟ah al -Islamy. Dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah, istilah hukum islam tidak dijumpai, yang digunakan adalah kata Syari‟at yang dalam penjabarannya kemudian lahir istilah Fiqh. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengertian hukum islam, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian Syariah dan fiqh.30

Syari‟at pada asalnya bermakna “Jalan yang lempang”, atau “Jalan yang dilalui air terjun”.31 Para Fuqaha‟ memakai kata Syari‟at sebagai nama hukum yang ditetapkan Allah SWT untuk hambanya dengan perantara Rasulullah SAW supaya para hamba melaksanakannya dengan dasar iman.32

Sedangkan hukum dalam pengertian Ulama Ushul Fiqh ialah “Apa yang dikehendaki oleh Syari‟ ) اش ا( atau pembuat hukum. Dalam hal ini, Syari‟ adalah Allah. Kehendak Syari‟ itu dapat ditemukan dalam Al-Qur‟an dan

29

http://selasi.net/artikel/kliping-artikel/artikel-menyusui/156-alasan-medis-yang-dapat-diterima-sebagai-dasar-penggunaan-pengganti-asi.html diakses 26 januari 2011

30

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarata; PT. Raja Grapindo Persanda, 2003), Cet. II, hlm.3

31

M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, (Jakarta; PT. Raja Grapindon Persada, 1998), Cet. III, hlm.5

32

(38)

penjelasannya dalam As-Sunnah. Pemahaman akan kehendak Syari‟, itu tergantung sepenuhnya kepada pemahaman ayat-ayat hukum dalam al-Qur‟an dan Hadits-hadits hukum dalam Sunnah.

Usaha pemahaman, penggalian dan perumusan hukum dari sumber tersebut dikalangan ulama disebut Istinbath ) ا ا(. Jadi istinbath adalah usaha dan cara mengeluarkan hukum dari sumbernya.

Sumber hukum islam pada dasarnya ada 2(dua) macam:

a. Sumber “tekstual” atau sumber tertulis, yaitu langsung berdasarkan teks

al-Qur‟an dan Sunnah Nabi.

b. Sumber “non-tekstual” atau sumber tak tertulis. Seperti Istihsan dan

Qiyasah.33

Sedangkan Fiqh menurut bahasa bermakna tahu dan Faham. Sedangkan

menurut istilah ialah Ilmu Syari‟at, dan orang yang mengetahui Ilmu Fiqh

dinamai Faqih.

Para Fuqaha (jumhur mutaakhirin) menta‟rifkan fiqh dengan ilmu yang

menerangkan hukum-hukum syara‟ yang diperoleh dari dalil-dalil yang tafshil.

Apabila dikatakan hukum syari‟ah, maksudnya ialah hukum-hukum fiqh yang berpautan dengan masalah-masalah amaliyah, yang dikerjakan oleh para mukallaf sehari-hari.

33

(39)

Hukum ini dinamai juga hukum furu‟, karena dipisahkan dari ushulnya; yakni diambil, dikeluarkan dari dalil-dalilnya (dalil Syar‟i) yang menjadi objek ushul fiqh. Jelasnya fiqh islam mempunyai ushul (pokok-pokok atau dasar) dan

furu‟ (cabang-cabang) yang diambil dari pokok tersebut.34

Kata Fiqh, dipakai untuk nama segala hukum agama, baik yang berhubungan dengan kepercayaan ataupun yang berhubungan dengan muamalah praktis, segala hukum dinamai juga Fiqh. Memahami hukum dinamai juga fiqh, tidak ada perbedaan antara suatu hukum dengan yang lainnya inilah yang dimaskud dengan firman Allah SWT didalam Surat at-Taubah ayat 122, yang berbunyi:



i















(

ب ا

(

9

)

:

122

)

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

(Q.S. at-Taubah (9): 122)

Dari pengertian diatas dapat difahami dan dimengerti arti Hukum Islam yang sebenarnya, bahwa Hukum Islam adalah Syari‟at Islam (ketentuan Allah atau titah Allah terhadap hambanya) dan kemudian dari penjabaran yang luas

34

(40)

maka dibuatlah fiqh sebagai intisari dari proses peng-instinbathkan suatu hukum

syar‟i.

Karena fiqh itu adalah suatu ilmu induk dari hasil pemahaman antara dua ilmu yakni Qaidah Fiqhiyyah dan Qaidah Ushuliyyah atau Ushul Fiqh, yang semuanya itu didasarkan pada suatu hukum yang bersifat abstrak atau masih umum dan khusus.

2. Pe gertia Radla’ah

Kata Radla‟ dalam bahasa arab berasal dari kata kerja radha‟a-radha‟i -radha‟an, yang artinya menetek atau menyusui.35 Istilah Radha‟ di pakai untuk tindakan menetek atau menyusui, anak yang menyusui disebut Radhi‟ dan perempuan atau ibu yang menyusui disebut Murdhi‟.36 Abdurahman al-Jaziri juga memberikan definisi yang tidak jauh berbeda. Menurutnya, Radha‟ secara etimologi adalah nama bagi sebuah hisapan susu, baik manusia maupun susu binatang.37

Al-Sayyid Sabiq berpendapat bahwa penyebutan “susuan”, sesungguhnya mencakup segala macam bentuk susuan. Akan tetapi. Istilah ini memiliki definisi tertentu agar dapat difahami dengan benar dan memberikan implikasi hukum yang jelas terutama dalam persoalan pernikahan, anggapan “susuan” bersifat

35

Kamus Al-munir Arab- Indonesia, (Surabaya; Kashiko, 2000), cet. I, hlm. 221 36

Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia, (Jakarta; PT. Hidakarya Agung, 1990), cet. VIII, hlm. 142

37

(41)

mutlak tidak dapat dibenarkan karena istilah itu harus diterjemahkan dengan penyusuan sempurna. Penyusuan sempurna menurut al-Sayyid Sabiq adalah “Seorang anak bayi yang menyusu tetek dan menyedot air susunya dan tidak

berhenti dari menyusu kecuali dengan kemauannya sendiri tanpa halangan”. 38

Pengertian Radha‟ secara bahasa memiliki makna yang sangat luas dan umum. Artinya tidak disyaratkan bahwa yang disusui berupa anak kecil atau orang dewasa.

Didalam fikihnya Imam Syafi‟I yang ditulis oleh Wahbah Zuhaili. Pengertian Radla‟ secara etimologi berarti menghisap puting dan meminum air susunya. Sedangkan secara termonologi berarti sampainya air susu seorang wanita atau sesuatu yang dihasilkan dari sana kedalam lambung anak kecil atau kedalam otaknya.

Dari definisi ini dapat kita ketahui bahwa unsur-unsur yang harus terpenuhi dalam praktik Radha‟ adalah Ibu Susu (Murdhi‟), Air Susu Ibu (Laban) dan Bayi/Anak (Radhi‟) yang menyusu dan ini juga termasuk kedalam rukun susuan yang menjadi ikatan mahram.39

3. Ko sep Radla’ah Me urut Huku Isla

38

Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan; Analisis Perbandingan Antar Mazhab, (Jakarta; PT. Prima Heza Lestari, 2006),cet. I, hlm. 44

39

, Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟I ; Mengupas Masalah fiqhiyah Berdasarkan

(42)

Anak adalah amanah yang diberikan Allah SWT bagi kedua orang tua. Oleh sebab itu, ketika anak lahir kedunia maka tanggung jawab sepenuhnya menjadi kewajiban ayah dan ibunya. Diantara kewajiban orang tua untuk anaknya adalah anak tumbuh sehat dan terpenuhi segala sesuatunya. Pada saat usia bayi, ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber makan pokok yang paling mendesak baginya. Bahwa Allah SWT menganjurkankan kepada para ibu-ibu untuk menyusui anak-anaknya dan memberikan batas 2 (dua) tahun penuh karena pada saat itu, anak masih sangat membutuhkan ASI sebagai makanan dan minuman pertama yang didapat oleh sianak. Sebagaimana firman Allah SWT didalam surat Al-Baqarah ayat 233, sebagai berikut:





















































.(

ق ا

(

2

)

:

233

)

(43)

disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Al-Baqarah (2): 233)

Lapaz ا ا ا merupakan jama‟ dari kata ا dengan adanya huruf “Ta” marbutoh. Sedangkan ا ا artinya bapak dan ا ا berarti ibu. Sedangkan untuk lapaz bapak dan ibu adalah ا ا ا sebagaimana yang biasa diucapakan oleh orang arab.

Imam Abu Hayan didalam kitab al-Bahri mengatakan itu adalah qiyasan dari lapaz ا , akan tetapi lapaz tersebut diucapakan hanya untuk bapak. Maka kemudian didatangkan huruf “Ta” menjadi lapaz ا untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan dari segi bahasa, seakan-akan kalimat tersebut menyatakan bahwa bapak dan ibu adalah asal dari pada anak, maka diucapkan untuk mereka berdua dengan lapaz ا ا .40

Bentuk dalil ini adalah dengan menggunakan Shigat atau kalimat Khabar

(berita) karena untuk menguatkan seharusnya menjadi lapaz ض , pada dasarnya bentuk lapaznya adalah berita, sedangkan hakikatnya adalah perintah.41

Kata al-Walidat maknanya adalah para ibu, baik ibu kandung maupun bukan. Ini berarti bahwa al-Qur‟an sejak dini telah menggariskan bahwa air susu

40Muhammad „Ali as

-Shobuniy, Rowai‟u al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur‟an,

(Beirut: Maktabah al-„Ashriyyah, 2005) juz. I, hlm. 324 41Muhammad „Ali as

-Shobuniy, Rowai‟u al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur‟an,

(44)

ibu, baik kandung maupun bukan adalah makanan terbaik buat bayi hingga usia dua tahun.

Penyusuan yang selama dua tahun itu, walaupun diperintahkan, bukanlah kewajiban. Ini difahami dari penggalan ayat yang menyatakan “bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”. Namun demikian, ia adalah anjuran yang sangat ditekankan, seakan-akan ia adalah perintah wajib. Jika ibu bapak sepakat untuk mengurangi masa tersebut, maka tidak mengapa. Hendaknya jangan berlebih dari dua tahun, karena dua tahun telah dinilai sempurna oleh Allah. Disisi lain, penetapan waktu dua tahun itu, adalah untuk menjadi tolak ukur bila terjadi perbedaan pendapat misalnya ibu atau bapak ingin memperpanjang masa penyusuan.

Masa penyusuan tidak harus 24 (dua puluh empat) bulan, karena dalam QS. Al-Ahqaf (46) ayat 15 menyatakan bahwa masa kehamilan dan penyusuan adalah 30 (tiga puluh) bulan. Ini berarti, jika janin yang dikandung selama sembilan bulan maka penyusuannya adalah 21 (dua puluh satu) bulan. Sedangkan jika dikandung hanya 6 (enam) bulan, maka ketika itu masa penyusuannya adalah 24 (dua puluh empat) bulan.

(45)

disusukan itu telah diceraikan secara ba‟in, bukan raj‟iy. Adapun jika ibu anak itu

masih berstatus isteri walau telah ditalak secara raj‟iy, maka kewajiban memberi makan dan pakaian adalah kewajiban atas dasar hubungan suami isteri, sehingga bila mereka menuntut imbalan penyusuan anaknya, maka suami wajib memenuhinya selama tuntutan imbalan itu dinilai wajar.42

Mengapa menjadi kewajiban bapak? Karena pada kalimat ا itu terkandung makna bahwa anak itu mengikuti ayah atau bapak dan nasabnya kepada ayah atau bapak bukan kepada ibu. Maka kewajiban yang muncul untuk menafkahkan kepada para ibu dan wanita-wanita yang menyusui karena adanya anak maka bapak wajib menafkahinya.

Imam Zamakhsyariy berkata “kalau anda berkata kenapa diucapkan bukan ا ا? Anda menjawab: agar dapat diketahui bahwa sang ibulah yang melahirkan untuk bapaknya karena anak itu adalah milik bapaknya. Oleh

karena itu tersambung nasabnya kepada bapak bukan kepada ibu”.43

Imam al-Jashosh dalam tafsirnya Ahkamul Qur‟an berkata: pada ayat ini mengandung 2 (dua) makna,sebagai berikut:

42

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,(Jakarta: Lentera Hati, 2007) cet. X, vol. I, hlm. 503-504

43Muhammad „Ali as

-Shobuniy, Rowai‟u al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur‟an,

(46)

a. Sesungguhnya seorang ibu lebih berhak menyusui anaknya selama 2 (dua) tahun dan tidak berhak untuk si ayah menyusukan anaknya kepada orang lain selama si ibu atau isterinya berkainginan menyusui.

b. Sesungguhnya kewajiban ayah memberikan nafkah susuan hanya sampai 2 (dua) tahun.Dan pada firman Allah itu menunjukan bahwa suami atau bapak tidak berhak mencampuri urusan penyusuan, karena Allah mewajibkan penyusuan itu kepada bapak melalui ibu, mereka berdua adalah ahli waris dan Allah mengutamakan bapak dari pada ibu pada masalah waris. Hal itu menjadi dasar penentuan ayah atau bapak sebagai pemberi nafkah bukan ibu. Demikian menjadi dasar kewajiban memberikan n

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembelajaran Kurikulum 2013, pembelajaran yang menekankan pada aspek pendekatan scientific pada siswa meliputi, mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi,

Hal ini me- nunjukkan bahwa pekerja yang bekerja pada daerah dengan konsentrasi debu di atas NAB mempunyai risiko untuk mengalami penurunan faal paru dengan

Banyaknya makanan tinggi purin yang dikonsumsi akan memperbesar risiko terkena asam urat pada kaum wanita lanjut usia yang notabene sudah menurun daya imunitasnya akibat

Dari-Nya segala sumber kekuatan dan inspirasi terindah dalam menapaki jalan hidup ini, Dialah yang memberikan begitu banyak nikmat khususnya kesehatan dan

Perlindungan tangan : Sarung tangan yang kedap dan tahan kimia dengan kelulusan perlulah dipakai sentiasa semasa pengendalian bahan kimia apabila ditunjukkan dalam

Pelatih melakukan tahap evaluasi untuk mengetahui sejauh mana para siswa memperoleh ilmu yang telah diberikan dan juga untuk mengetahui bagaimana keberhasilan

radial dengan bahan filter dari timbal, pad a model modifikasi beamport radial dengan bahan filter bismut fluks neutron dan paparan radiasi gamma mengalami penurunan

a) Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa baja dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras. Cara pemasangan ini sama