• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Hakim Dalam Memediasi Keluarga Yang Akan Bercerai Pada Masa Tunggu Di Pengadilan Agama Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Hakim Dalam Memediasi Keluarga Yang Akan Bercerai Pada Masa Tunggu Di Pengadilan Agama Sukabumi"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

AGAMA SUKABUMI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)

Oleh :

Junaedi Ismu Azis

NIM: 108052000011

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG

AKAN BERCERAI PADA MASA TUNGGU DI PENGADILAN

AGAMA SUKABUMI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

JUNAEDI ISMU AZIS NIM: 108052000011

Di Bawah Bimbingan:

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily , M A NIP: 19710412 20003 2 001

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Oktober 2013

(5)

Junaedi Ismu Azis (108052000011)

“Upaya Hakim dalam Memediasi Keluarga yang Akan Bercerai pada Masa Tunggu di Pengadilan Agama Sukabumi”.

Dibawah Bimbingan Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

Perkawinan merupakan suatu aktifitas yang dijalani oleh suatu pasangan, maka sudah selayaknya mereka juga mempunyai tujuan tertentu. Tetapi karena perkawinan itu terdiri dari dua individu, maka sangat ada kemungkinan bahwa tujuan mereka itu tidak sama. Pernikahan didasari rasa cinta dan kasih sayang dari seorang pria kepada wanita atau sebaliknya tentu saja memiliki tujuan untuk membentuk suatu rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah, hidup bahagia mempunyai keturunan dan lain sebagainya, namun dalam praktek menjelani rumah tangga tidak jarang terjadi gesekan dan konflik sehingga menyebabkan rumah tangga itu menjadi hancur dan berantakan dan tidak jarang semua konflik itu harus berakhir di meja Pengadilan sehingga rumah tangga itu harus berakhir dengan perceraian.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peranan Bimbingan dan Konseling Islam Sebagai Bentuk Mediasi bagi keluarga yang akan bercerai. Khususnya keluarga yang mengajukan gugatan atau yang menggugat di Pengadilan Agama Sukabumi. Adapun penelitian ini membahas tentang Bimbingan dan Konseling Islam Sebagai Bentuk Mediasi Keluarga yang akan bercerai dimana diharapkan dengan adanya Mediasi yang dilakukan oleh Pengadilan Agama ini bisa mengurangi dari kasus perceraian yang marak terjadi belakangan ini, khususnya yang ada di kota Sukabumi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun metode pengumpulan datanya melalui Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Subyek yang diteliti adalah para hakim selaku mediator yang telah diberikan wewengan dan tugas memberikan Bimbingan Mediasi kepada para keluarga yang akan bercerai di Pengadilan Agama Sukabumi.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa sebelum proses mediasi itu dilakukan haruslah melalui beberapa tahapan pertma sebelum proses mediasi dilaksanakan diantaranya : mengisi formulir persetujuan tentang mediasi, penentuan hakim atau mediator, proses pelaksanaan mediasi. Adapun tahapan berikutnya ialah tahap kedua yakni pada saat proses mediasi dilaksanakan diantaranta : pernyataan pembukaan oleh mediator, pernyataan pembukaan para pihak, merancang proses pemecahan masalah, pemecahan masalah, tawar menawar, penyiapan draft dan kesepakatan Akhir.

(6)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri tauladan yang sempurna bagi kita semua.

Selama masa perkuliahan hingga tahap akhir penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis. Sebagai tanda syukur atas terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Hakim dalam Memediasi Keluarga yang Akan Bercerai pada Masa

Tunggu di Pengadilan Agama Sukabumi”. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak:

1. Dr. Arif Subhan, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, bersama selaku Pembantu Dekan I Dr. Suparto, M.Ed, selaku Pembantu Dekan II Drs. Jumroni, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Drs. Wahidin Saputra, MA.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam terima kasih atas bantuan dan saran serta kebaikannya sehingga skripsi ini selai pada waktu yang diharapkan.

(7)

ii

sabar meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. Terima kasih atas motivasinya Ibu, sehingga bisa terselesaikannya skripsi ini. Dan saya merasa beruntung bisa mendapatkan pembimbing seperti Ibu yang telah banyak memberikan Ilmu dan pengalamannya yang dapat berguna dalam kehidupan saya sehari-hari, dan semoga Ibu selalu dalam lindungan Allah SWT.

5. Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Yang telah memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi ini.

6. Dr. Suhaimi, M.Si. selaku dosen penasehat akademik yang senantiasa memberikan arahan dan masukan serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh pengajar Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwh dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang senantiasa tulus dalam mengajar, mendidik, membimbing dan bersedia mengamalkan ilmu-ilmunya kepada seluruh mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya bagi penulis.

8. Seluruh pengurus dan staf Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi.

(8)

iii

tercinta Jumenah yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis dengan tulus, serta selalu mendoakan penulis agar penulis selalu sukses dalam segala hal. Semua yang telah mereka berikan tidak akan dapat tergantikan dengan apapun di dunia ini, serta keapada adaikku Achmad Abdul Aziz, yang selalu memberikan rasa riang dan senang disaat penulis merasakan kejenuhan, selain itu ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Paman Pergu dan semua kelauarga yang telah memberikan motivasi dan semngat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.

10.Sahabat seperjuangan kosan Geliet, Muklas, Muklis, Doddy, Ijal, Adit, Faqih, Doli, Andreas, warteg, Sholihin, Ucup, Abhe, dan juga kawan-kawan yang ada di sukabumi, Ece, Asep, Ahmad, Azri, yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi penulis dalam segala hal dan khususnya kepada saudara Arifin yang sudah memberikan tumpangan tempat tinggal selama melakukan penelitian.

11.Sahabat dan teman seperjuangan di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Wisnu, Indah, Venti, Sirli, Netta, Sundus, Havivah, Nila, Ocid, Danu, Fitri, Try, Oki, Enan, Boy, Janah, Ayu, Eka, Via, yang telah banyak berkorban membangkitkan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan Seluruh teman-teman BPI (Bimbingan dan Penyuluhan Islam) yang telah memberikan motivasi dan juga menghilangkan kepenatan dan stress penulis.

(9)

iv

penulisan skripsi ini, khususnya kepada Bapak Dadang Abdul Syukur S.Ag, Drs. M.G. Zulzamar, S.H.,M.HI., Sugiri Permana, S.Ag. M.H, Sayuti, S.Ag, Mohamad Gugud, S.HI, dan Hadiansyah S.Kom serta para petugas dan pengawai Pengadilan Agama Kota Sukabumi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu penulis ucapkan ribuan terimakasih atas sumbangsih serta bantuan dan fasilitas yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan. 13.Tak terlupakan pula ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang turut membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini yang penulis tidak bisa sebutkan satu-persatu.

Semoga segala kebaikan dan sumbangsihnya dicatat oleh Allah SWT. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT mudah-mudahan semua yang telah penulis lakukan mendapat Ridha Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang membutuhkan pada umumnya dan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya Aamiin.

Jakarta, 15 Mei 2013

(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ………...…………. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Peneltian ... 9

D. Tinjauan kepustakaan ... 9

E. Metodelogi Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan... 16

BAB II KAJIAN TEORI A. Bimbingan dan Konseling Perkawinan ... 17

1. Pengertian Bimbingan ………..……….19

2. Pengertian Konseling ... 23

3. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 28

B. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling ... 32

1. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 32

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling ... 35

C. Macam-macam Bimbingan dan Konseling ... 37

D. Mediasi Keluarga ... 38

1. Definisi Mediasi Keluarga ... 38

(11)

vi

KOTA SUKABUMI

A. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Kota

Sukabumi ... 44

B. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Kota Sukabumi ... 45

C. Visi dan Misi Pengadilan Agama Kota Sukabumi ... 49

D. Lokasi dan Tempat Pengadilan Agama Kota Sukabumi ... 49

E. Struktur Pengadilan Agma Kota Sukabumi ... 50

F. Data Kasus Gugatan Yang Dilaukan Oleh Istri ……….…… 53

G. Data Kasus Talak Yang Dilakukan Oleh Suami ……… 53

BAB IV TEMUAN DAN ANALISISA DATA A. Temuan dan Analisis Data Upaya Hakim Dalam Memediasi Keluarga Yang Akan Bercerai Di Pengadilan Agama Sukabumi ... 54

1. Pra Mediasi ... 59

2. Proses Mediasi ... 64

B. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Upaya Hakim Dalam Memediasi Keluarga Yang Akan Bercerai ... 70

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

(12)

vii

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pertama : Permohonan Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi

Kedua : Permohonan Melakukan Penelitian/Wawancara di Pengadilan Agama Sukabumi

Ketiga : Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara

Keempat : Keterangan Melakukan Penelitian/Wawancara di Pengadilan Agama Kota Sukabumi

Keenam : Photo hasil penelitian dan photo Pengadilan Agama Sukabumi Ketujuh : sarana dan prasarana di Pengadilan Agama Sukabumi

(13)

viii

DAFTAR TABEL

1. Tabel. 1 Nama-nama Ketua Pengadilan Agama Sukabumi …………. 50

2. Tabel. 2 Data kasus gugatan perceraian di Pengadilan Agama Sukabumi

periode Februari-Mei 2013 ……… 53

3. Tabel. 3 data kasus talak di Pengadilan Agama Sukabumi periode bulan

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perceraian merupakan bagian dari pernikahan, sebab tidak ada perceraian tanpa diawali pernikahan terlebih dahulu. Pernikahan merupakan awal dari hidup bersama antara seorang pria dan seorang wanita yang diatur dalam peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam semua tradisi hukum, baik civil law, common law, maupun Islamic Law, perkawinan adalah sebuah kontrak berdasarkan persetujuan sukarela yang bersifat pribadi antara seorang pria dan seorang wanita untuk menjadi suami isteri. Dalam hal ini, perkawinan selalu dipandang sebagai dasar bagi unit keluarga yang mempunyai arti penting bagi penjagaan moral atau akhak masyarakat dan pembentukan peradaban.1

Perkawinan sebagai perjanjian atau kontrak („aqd), maka pihak-pihak yang terikat dengan perjanjian atau kontrak berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia lahir bathin dengan melahirkan anak cucu yang meneruskan cita-cita mereka. Bila ikatan lahir bathin tidak dapat diwujudkan dalam perkawinan, misalnya tidak lagi dapat melakukan hubungan seksual, atau tidak dapat melahirkan keturunan, atau masing-masing sudah mempunyai tujuan yang berbeda, maka perjanjian dapat dibatalkan melalui pemutusan

1

(15)

perkawinan (perceraian) atau paling tidak ditinjau kembali melalui perkawinan kembali setelah terjadi perceraian “ruju’’.2

Bagi orang Islam, perceraian lebih dikenal dengan istilah talak. Menurut Sayyid Sabiq, talak adalah

Artinya: melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan.3

Menurut HA. Fuad Sa’id yang dimaksud dengan perceraian adalah

putusnya perkawinan antara suami dengan isteri karena tidak terdapat kerukunan dalam rumah tangga atau sebab lain seperti mandulnya isteri atau suami dan setelah sebelumnya diupayakan perdamaian dengan melibatkan keluarga kedua belah pihak.4

Dari uraian diatas dapat diketahui, bahwa Pertama; perceraian baru dapat dilaksanakan apabila telah dilakukan berbagai cara untuk mendamaikan kedua belah pihak untuk tetap mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka dan ternyata tidak ada jalan lain kecuali hanya dengan jalan perceraian. Dengan perkataan lain bahwa perceraian itu adalah sebagai way out bagi suami isteri demi kebahagian yang dapat diharapkan sesudah terjadinya perceraian terjadi. Kedua; bahwa perceraian itu merupakan sesuatu yang dibolehkan namun dibenci oleh agama. Berdasarkan sabda Rasul:

اْب

. Sayyid Sabiq, Fiqhusunnah, Darul Fikri, Beirut, Jilid II, Hal. 206

4

(16)

3

Setiap pasangan menginginkan keutuhan dalam membangun rumah tangga. Namun realitas menunjukkan angka perceraian kian meningkat. Adanya tekanan sosial di masyarakat (social pressure) bahwa bercerai bukan merupakan hal yang tabu atau aib di masyarakat, bercerai sudah menjadi hal yang biasa. Bercerai adalah hal yang halal tetapi di benci oleh Allah SWT. Bercerai menimbulkan masalah sosial bagi kelangsungan hidup anak-anak dan orang tua. Perceraian merobohkan tiang rumah tangga. Kepercayaan antar pasangan semakin rapuh dan rusak.

Angka perceraian di kota Sukabumi tergolong tinggi, angka perceraian tercatat di Pengadilan Agama Sukabumi pada Februari sampai Mei 2013, terdapat kasus kurang lebih 370 an kasus perceraian. Penelitian Goleman di Amerika, menyebutkan dari 10 orang pasangan menikah, hanya 3 pasangan saja yang mampu mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka. Dari bukti tersebut, krisis perkawinan berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Hal yang ditengarahi menjadi polemik yang memicu keretakan rumah tangga adalah tidak adanya kecerdasan emosi dalam memahami perasaan pasangan.

(17)

di masyarakat. Mengapa masyarakat sedemikian mudah mengajukan gugatan cerai, setelah mereka mengadakan perjanjian suci dengan Tuhan (baca: akad nikah) ?. Pertanyaan ini menggelitik penulis untuk sejenak merenungi fenomena perceraian yang kian marak terjadi.

Melongok penyebab maraknya gugatan cerai kebanyakan dipicu oleh persoalan sepele, kemudian dibesar-besarkan. Misalnya seorang suami menggugat cerai istrinya hanya karena si istri menggunakan HP milik suami tanpa ijin, kemudian suami menuduh istri menelpon laki-laki bukan muhrim tanpa sepengetahuan suami, Suami marah dan melakukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. Contoh ini, adalah sebagian kecil masalah emosi yang menimbulkan prasangka buruk secara terus menerus menyebabkan perceraian. Pasangan tersebut dibajak emosi. Masalah emosi pasangan antara laki-laki dan perempuan berbeda, dikarenakan oleh akar pada masa kanak-kanak.

Akar masa kanak-kanak laki-laki dan perempuan tidak sama. Anak-anak laki-laki berbeda dengan Anak-anak perempuan dalam hal permainan yang mereka sukai, pola pendidikan emosi, hal bermain, rasa bangga, dan pokok pembicaraan. Anak laki-laki menyukai permaian yang berhubungan dengan ketangkasan, kemandirian, saling bersaing, bertahan sedangkan perempuan cenderung bekerjasama, pokok pembicaraan perempuan berhubungan dengan emosi, keterampilan bahasa. Sedangkan laki-laki banyak membicarakan tentang kemandirian, dan rasa bangga pada hal-hal yang berhubungan dengan ketangkasan, kompetisi, dan kekuatan yang dimiliki.

(18)

5

mempertahankan ego dan harga diri mereka, dan tidak kuat dikritik istri secara terus menerus, bersikap membisu atau defensif. Hal yang rawan bagi perempuan cenderung emosional, suka mengkritik dan menangis. Sikap yang berbeda tersebut kerapkali memicu pertengkaran apabila tidak memiliki kecerdasan emosi untuk mengerti perasaan masing-masing pasangan.

Perbedaan pendapat, pertengkaran, percekcokan, perselisihan yang terus menerus menyebabkan hilangnya rasa cinta dan kasih sayang. Pertengkaran hanya menyebabkan bersemainya rasa benci dan buruk sangka terhadap pasangan. Pertengkaran yang meluap-luap akan menyebabkan hilangnya rasa percaya dan terus memicu perceraian. Sementara perselisihan yang berakhir dengan baik dengan menyadari dan mengetahui perasaan masing-masing, bersikap empati dan mau memaafkan kesalahan pasangannya. Penyebab perceraian juga dipicu maraknya pernikahan di bawah umur. Pernikahan di bawah umur membuat mereka belum siap mengatasi pernik-pernik pertikaian yang mereka jumpai. Pernikahan adalah memerlukan kesatuan tekad, kepercayaan dan penerimaan dari setiap pasangan menjalani mahligai perkawinan. Ketidaksiapan pasangan tentu berhubungan dengan tingkat kedewasaan, mengatasi persoalan yang terkait dengan kehidupan, seperti keuangan, hubungan kekeluargaan, pekerjaan setiap pasangan. Cara mereka berpikir, bertindak menentukan cara mereka mengambil keputusan dalam hidup. Menikah di bawah umur yang disertai pendidikan rendah menyebabkan tidak dewasa.5

5

(19)

Bagaimana mengelola perselisian yang berakhir dengan baik?. Setiap pasangan bagaikan musuh dalam selimut (intimate enemous). Suami istri adalah dua pribadi yang berbeda, dan berusaha hidup selaras dalam keutuhan rumah tangga. Untuk itu dibutuhkan banyak rasa saling mengerti perasaan pasangan. Hal ini dilakukan dengan cara :

Pertama, menenangkan diri dilakukan guna meredam emosi impulsif. Menenangkan diri dilakukan dengan cara, misalnya relaksasi, yoga, bersilaturrahmi, mendatangi tempat-tempat rekreasi, mengheningkan diri dalam doa-doa, berdzikir (mengingat Allah SWT), melakukan shalat sunnah, dan membaca al-Qur’an (kitab suci). Menenangkan diri juga akan menenangkan jiwa-jiwa yang gelisah, membersihkan racun-racun emosi yang membajak hati. Dengan menenangkan diri membuat orang sejenak merenung dan mencari inspirasi serta mendengarkan kata hati. Orang yang tenang tidak akan mudah terbawa emosi pertengkaran. Sebaliknya, dengan menenagkan diri, akan mengakhirkan perselisihan dengan menyadari kesalahan masing-masing.

Kedua, dilaog batin dilakukan dengan berbicara dengan batin, mengenai apa yang diinginkan dan mengapa keinginan itu tidak terpenuhi serta bagaimana mengatasi realitas menurut diri. Dialog batin perlu dilakukan guna membersihkan pikiran-pikiran irasional. Dialog batin dengan mendengarkan hati nurani dan akal pikiran akan menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh pasangan.

(20)

7

akut. Mendatangi para tokoh agamawan, para guru, atau para konselor perkawinan akan membantu mencari alternatif dari perselisihan yang dihadapi. Nasehat perkawinan juga bisa dilakukan dengan membaca buku-buku yang berguna tentang hakekat perkawinan dan tujuan hidup pasangan. Nasehat perkawinan juga diperoleh dari contoh atau teladan para keluarga sejahtera, misalnya dengan cara saling berkunjung dan bertukar pengalaman dengan sesama teman atau sahabat dalam mengatasi konflik rumah tangga. Nasehat perkawinan yang diperoleh dari teman, sahabat atau ahli akan menguatkan kembali jiwa yang krisis. Nasehat perkawinan bisa menjadikan tempat konsultasi para pasangan yang tengah berkonflik.6

Keempat, mendengar dan berbicara secara terbuka dengan pasangan. Saling mendengarkan keluhan pasangan, mencoba memahami jalan pikiran masing-masing akan membuat saling pengertian. Mendengarkan pasangan adalah perlu dalam sebuah relasi keluarga. Setiap orang ingin didengarkan oleh pasangan tentang kerisauan-kerisauan mereka yang bergejolak. Saling berbicara secara terbuka tentang masalah yang jumpai oleh setiap pasangan, bukan membicarakan tentang kepribadian. Karena kepribadian tidak bisa di rubah. Membicarakan kepribadian negatif masing-masing hanya akan memicu setiap pasangan menjadi merasa ditolak, tidak dicintai dan dipersalahkan. Untuk itu dalam membicarakan perlu mempertimbangkan, apakah hal yang dibicarakan tidak menyinggung kepribadian (baca:bawaan) pasangan?. Bagaimana perasaan pasangan apabila saya mengatakan hal ini?. Jika setiap pasangan mampu menimbang rasa maka akan terjadi pembicaraan yang terbuka, penuh rasa percaya dan meningkatkan rasa cinta. Indah bukan?

6

(21)

Melihat fenomena yang terjadi di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Upaya Hakim dalam Memediasi Keluarga

yang Akan Bercerai pada Masa Tunggu di Pengadilan Agama

Sukabumi”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berpijak pada latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin memberikan batasan masalah agar pembahasan ini memiliki arah dan tujuan yang jelas sehingga para pembaca dapat memahaminya dengan baik isi dari penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari-Mei 2013. Adapun batasan masalah pada penelitian ini penulis menitik beratkan pada upaya hakim dalam memediasi keluarga yang akan bercerai di Pengadilan Agama Sukabumi, dalam upaya mencegah terjadinya perceraian, sehingga dengan upaya memediasi yang dilakukan oleh hakim diharapkan dapat meminimalisir kasus perceraian yang marak terjadi belakangan ini di Pengadilan Agama Sukabumi.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(22)

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban dari permasalahan yang dikemukakan di atas. Oleh karena itu, peneliti ini bertujuan:

Untuk mengetahui Upaya Hakim Dalam Memediasi Keluarga Yang Akan Bercerai Pada Masa Tunggu Di Pengadilan Agama Sukabumi, dalam meminimalisir jumlah kasus perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama Sukabumi.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Proses pembelajaran bagi penulis dalam melakukan suatu penelitian. b. Sebagai referensi akademik dan Informasi mahasiswa sebagai bahan

rujukan untuk penelitian selanjutnya, khususnya bagi program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

D. Tinjauan Kepustakaan

Setelah penulis melakukan peninjauan dan menelusuri beberapa perpustakaan, yaitu perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama dengan penulis namun penulis menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang bimbingan dan konseling Dan dari beberapa skripsi tersebut penulis mendapat inpirasi dari berbagai judul skripsi yang sudah ada membahas tentang Bimbingan dan konseling diantaranya:7

7

(23)

1. “Pengaruh Mediasi Terhadap Angka Perceraian ( Studi Analisa Pasca Peraturan Mahkamah Agung No. 01 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan )”, oleh Syahdan, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum jurusan Peradilan Agama, tahun 2009, pada skripsi ini penulis lebih banyak memberikan analisa tentang pasca peraturan Mahkamah Agung No. 01 Tahun 2008, memiliki kesamaan dalam seberpa jauh mediasi dalam menekan angka perceraian, dan memiliki perbedaan dalam skripsi ini tidak adanya teori tentang Bimbingan dan Konseling.

2. “Efektivitas Mediasi Melalui Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam Menekan Angaka Perceraian ( Studi Kasus BP4 Pusat Tahun 2009 )”, oleh Tubagus Chaerul Laily, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum jurusan Peradilan Agama, tahun 2010, dalam skripsi ini lebih memfokuskan pada efektivitas BP4 dalm memidiasikan sengketa yang terjadi setelah perkawinan dilangsungkan, sama-sama berusaha mendamaikan, namun pada skripsi ini tidak adanya pembahasan tentang Bimbingan dan Konseling.

(24)

11

4. “Peran Bimbingan dalam Menanamkan Norma-norma Kehidupan Bagi Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 6 Cengkareng”, oleh Siti Fathimatuz Zahra Al-Hasyim, mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2010. Penelitian ini hanya memfokuskan pada peran bimbingan dalam menanamkan norma-norma kehidupan pada warga binaan sosial di panti sosial asuhan anak putra utama 6 cengkareng.

Sedangkan dalam penelitian kali ini peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Upaya Hakim dalam Memediasi Keluarga yang Akan Bercerai pada Masa Tunggu di Pengadilan Agama Sukabumi”. Disini peneliti akan membahas tentang bagaimana upaya dari hakim dalam memediasi kasus perceraian di Pengadilan Agama Sukabumi dalam upaya pencegahan perceraian dalam sebuah rumah tangga yang bermasalah.

E. Metodologi Penelitian

(25)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutif oleh Lexy J. Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.8

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah 3 orang pegawai Pengadilan Agama Sukabumi yakni yang bertugas sebagai Hakim yang memberikan Bimbingan dalam proses mediasi pada keluarga yang akan bercerai dalam membantu memberikan solusi dan jalan keluar pada permasalahan yang ada dalam sebuah keluarga agar memiliki titik temu dan kesepakatan akhir sebelum perceraian itu bener-bener terjadi. Sedangkan objek penelitian ini adalah bagaimana proses mengidentifikasi masalah, proses dan metode yang digunakan dalam proses pelayanan mediasi terhadap keluarga yang bermasalah.

2. Teknik Pengambilan Data

Untuk mengumpulkan data-data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan penelitian dan permasalahan diatas, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan data dan instrumen9 sebagai berikut: a. Observasi

Observasi adalah pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indra.10 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara mengamati

8

. Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2007, cet. Ke-23, Hal. 6

9

Intrumen adalah alat, pekakas, peralatan atau piagam dalam kamus ilmiah karya Partanto, A Pius dkk, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arkola, 1994. Hal. 137

10

(26)

13

kegiatan yang dilakukan oleh subjek yakni kegiatan yang dilakukan oleh Hakim atau Panitera Pengadilan Agama Sukabumi dalam Upaya Hakim Dalam Memediasi Keluarga Yang Akan Bercerai Pada Masa Tunggu Di Pengadilan Agama Sukabumi.

b. Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah wawancara yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dan tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung kepada seorang responden yang diteliti.11 Wawancara ini dilakukan karena peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti. Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara secara langsung agar bisa memperoleh informasi dan data yang jelas. dalam hal ini yang menjadi responden adalah hakim sebagai mediator dan klien (keluarga) yang memiliki masalah dalam rumah tangganya. c. Dokumentasi

Dokumentasi didefinisikan data-data yang diperoleh dari lapangan sebagai sesuatu yang tertulis , tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan oleh seorang penyidik atau peneliti.

11

(27)

3. Teknik Analisis Data

Yang dimaksud dengan tehnik analisa data adalah suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.12 Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutif Lexy J Moleong mengemukakan bahwa tehnik analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi bahan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu dari data yang terkumpul kemudian dijabarkan secara jelas untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.13

Teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada Buku Penyusunan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu

Adapun waktu penelitian ini dilakukan pada kurun waktu 7 Februari-7 Mei 2013.

b. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi yang bertempat di Pengadilan Agama Sukabumi yang beralamat di JL. Taman Bahaga No 19 Sukabumi 43132. Bandung Propinsi Jawa Barat.

12

Marsi Singaribun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta, LP3ES, 1995, cet. Ke-1, Hal. 263

13

(28)

15

5. Populasi dan Sampel

Populasi dan Sampel yang peneliti ambil dalam penelitian ini adalah 3 orang pegawai Pengadilan Agama Kota Sukabumi, dimana pada hal ini yang menjadi Sampel adalah Hakim yang bertugas memberikan Bantuan kepada Klien atau keluarga yang mempunyai masalah dalam biduk rumah tangganya dalam menyelesaikan masalah yang terdapat didalam keluarganya. Adapun proses pengambilan sampel ini peneliti lakukan dengan cara langsung meminta kepada petugas pengadilan agama, setelah populasi dan Sampel diperoleh barulah peneliti melakukan wawancara kepada para Sampel yang akan diteliti agar memperoleh informasi yang lebih akurat dan jelas, sehingga dapat menghasilkan sebuah karya tulis yang baik dan benar.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab pokok bahasan yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

(29)

Islam, tujuan dan fungsi Bimbingan dan konseling, macam-macam Bimbingan dan Konseling, pengertian Mediasi serta tujuan dan manfaat Mediasi.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PENGADILAN

AGAMA KOTA SUKABUMI

Bab ini penulis akan membahas tentang profil Pengadilan Agama Sukabumi diantara : Latar belakang berdirinya Pengadilan Agama Sukabumi, visi dan misi, struktur kepengurusan, serta lokasi dan tempat Pengadilan Agama Sukabumi, data kasus gugatan yang dilakukan oleh istri dan data kasus talak yang dilakukan oleh suami.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang hasil penelitian dilaksanakan serta pembahasannya yang ada di lapangan meliputi Analisis Data Yang Ada Dilapangan, pra mediasi, proses mediasi, faktor penghambat dan pendukung dalam upaya hakim dalam memediasi keluarga yang akaan bercerai di Pengadilan Agama Sukabumi.

BAB V PENUTUP

(30)

17

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.Bimbingan Konseling Perkawinan

Bimbingan Konseling Perkawinan merupakan salah satu layanan konseling yang semakin memiliki urgensi penting seiring dengan kompleksitas masalah manusia. Urgensi Bimbingan Konseling Perkawinan paling tidak dapat dilihat dari beberapa aspek berikut :

a. Masalah perbedaan individu

1) Perkawinan merupakan pentautan dua individu laki-laki dan perempuan, dimana secara kodrat dua mahluk ini memanng memiliki perbedaan menetap. Disisi lain sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat baik laki-laki dan perempaun memiliki peran yang berbeda yang membutuhkan penyesuain diri setelah mereka terikat dengan perkawinan.1

2) Masing-masing individu yang unik tersebut memilki perbedaan yang tidak selamanya bisa disatukan sehingga manakala hal ini terjadi masalah dalam rumah tangga kerap terjadi. Manakala problem intern tidak bisa diselesaikan bersama, disinilah mereka pasangan suami isterimembutuhkan sebuah layanan bimbingan Konselingperkawinan sebagai salah satu upaya mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapai.

1

(31)

3) Masalah kebutuhan Perkawinan pada dasarnya merupakan manifestasi dari pemenuhan kebutuhan manusia yang beragam, baikkebutuhan biologis, psikologis, sosial bahkan agama.

4) Kebutuhan-kebutuhan tersebut seyogyanaya bisa terus dipenuhi dan dilengkapi sebagai bagian dari tugas institusi keluarga.

5) Perkawinan merupakan sebuah proses hidup yang dijalani mansuia dan mennutut adanya kedewasaan dan kesiapan diri dari pihak suami maupun isteri.

6) Perkembangan individu baik laki-laki dan perempuan memiliki irama yang berbeda antara satu dengan lainnya.

b. Masalah latar belakang sosio-kultura

1) Pernikahan merupakan ikatan antara laki-laki dan perempuan yang syahkan atas nama agama dan hukum Negara.

2) Pernikahan merupakan proses hidup bersama antara dua individu dengan berbagai latar belakang yang berbeda terutama perbedaan sosio kultural.

3) Perbedaan ini dapat dijembatani oleh adanya Layanan bimbingan konseling perkawinan.2

Bimbingan konseling perkawinan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam menjalankan perkawinan dan kehidupan rumah tangganya bisa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat.

2

(32)

19

1. Pengertian Bimbingan

Bila ditelaah dari berbagai referensi akan ditemui banyak pengertian mengenai bimbingan, baik pengertian secara harfiah (etimiologi) maupun pengertian istilahnya (terminology). Secara etimologi (harfiah), kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Iggris

“guidance” yang berarti; “menunjukkan, memberikan jalan, menuntun,

bimbingan, bantuan, arahan, pedoman, dan petunjuk.” Kata dasar atau kata

kerja dari “guidance” adalah “to guide”, yang artinya “menunjukkan,

menentukan, menuntun, mempedomani, menjadi menjadi petunjuk jalan,

dan mengemudikan”. Dari berbagai pengertian itu, maka yang paling

umum digunakan adalah pengertian “memberikan bimbingan, bantuan dan

arahan”.3

Kemudian pengertian yang lebih utuh dari kata bimbingan, adalah usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya.4 Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, mengenal lingkungannya, mengarahkan dirinya, mampu mengambil keputusan untuk dirinya, dan dengannya ia akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik, berguna, dan bermanfaat di masa kini dan masa yang akan datang.

3

. M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Hal. 6

4

(33)

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas lagi mengenai arti bimbingan, berikut ini akan dikutipkan berbagai definisi yang sudah dirumuskan para ahlinya, yaitu:

a. Menurut Crow and Crow bimbingan adalah Bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.5

b. Stoops dan Walguist menagatakan bahwa Bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuan secarra maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupunn masyarakat.6

c. Menurut Miller, Bimbingan adalah bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada keluarga dan masyarakat.7

d. Djumhur dan Moh. Surya, mengatakan bimbingan yaitu suatu pemberian bantuan yang terus menerus, sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerima diri sendiri (self acceptance), dan

5

. Menurut Crow and Crow seperti yang dikutip pada buku M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Hal. 6

6

. Stoops dan Walguist seperti yang dikutip pada buku Hallen A, Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Quantum Teaching, 2005. Hal. 4

7

(34)

21

kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction), dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (self realization), sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.8

e. Menurut Jear Book of Education, bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemamfaatan sosial.9

f. Selanjutnya Prayitno, mengemukakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada orang lain, baik secara perorangan (individu) maupun kelompok agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Yaitu mengenal diri sendiri dan lingkungannya, menerima diri sendiri dan lingkungannya, secara positif dan dinamis, mengambil keputusan diri sendiri, mengarahkan diri sindiri, dan mewujudkan diri sendiri.10

g. Dan Rochman Natawijaja, mengatakan bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup untuk mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan keluarga dan masyarakat, serta kehidupan pada Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Hal. 7

10

(35)

umumnya.11 Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan memabantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.

Melalui definisi-definisi tersebut dapat dipahami bahwa pada dasarnya esensi atau hakikat bimbingan itu merupakan suatu proses usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain (siapa saja) dalam segala usia, yang dilakukan secara terus-menerus (berkesinambungan) yang mana orang itu mengalami kesulitan atau hambatan dalam hidupnya (secara praktis), sehingga dengan bantuan atau pertolongan itu orang yang diberikan bantuan (terbimbing) dapat mengarahkan dirinya, mampu menerima dirinya, dapat mengembangkan potensinya untuk kebahagiaan dan kemanfaatan dirinya dan lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa hal yang prinsipal dalam bimbingan ialah pemberian bantuan atau pertolongan yang dilakukan secara terus-menerus kepada siapa saja, tanpa mengenal batas usia ataupun jenis kelamin. Karena, sesungguhnya hamper tidak ada seseorang yang secara utuh dan menyeluruh memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya dengan optimal tanpa adanya bantuan dan pertolongan dari orang lain. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir hayatnya setiap orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan bantuan, supaya potensi (fitrah) yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan optimal.12

11

. Rochman Natawijaja, M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, Hal, 8

12

(36)

23

2. Pengertian Konseling

Konseling (counseling) merupakan bagian integral dari Bimbingan. Konseling juga merupakan salah satu tehnik dalam Bimbingan. Konseling merupakan inti dalam Bimbingan. Ada yang mengatakan bahwa konseling

merupakan “ jantungnya ” Bimbingan. Sebagai kegiatan inti atau jantungnya bimbingan, praktik Bimbingan bisa dianggap belum ada apabila tidak dilakukan konseling.13

Istilah konseling dahulu diterjemahkan dengan “ penyuluhan ”.

penerjemahan penyuluhan atas kata konseling ternyata menimbulkan kerancuan dan sering menimbulkan salah persepsi. Dalam praktek pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah termasuk di madrasah, konseling dengan arti penyuluhan tidak dilakukan seperti halnya penyuluhan pertanian, hukum, keluarga berencana, dan lain-lain; dimana orang dikumpulkan dalam jumlah yang banyak dan penyuluh memberikan ceramah. Dalam dunia pendidikan (di sekolah atau madrasah), praktik konseling (yang diterjemahkan penyuluhan) dilakukan dalam suasana hubungan atau komunikasi yang bersifat individual.

Istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, Konseling secara etimologi berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.14

13

. Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ), Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, Hal. 21

14

(37)

Seperti halnya bimbingan, secara terminology konseling juga dapat berarti kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dank lien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien. Rumusan tentang konseling yang dikonsepsikan secara beragam dalam berbagai literatur bimbingan dan konseling, memiliki makna yang satu sama yang lain ada kesamaannya. Kesamaan makna dalam konseling setidaknya dapat dilihat dari kata kunci tentang konseling dalam tataran praktik, di mana konseling merupakan: (1) proses pertemuan tatap muka atau hubungan atau relasi timbale balik antara pembimbing (konselor) dengan klien, (2) dalam proses pertemuan atau hubungan timbale balik tersebut terjadi dialog atau pembicaraan yang disebut dengan wawancara konseling. Kata kunci di atas terdapat dalam hamper semua rumusan tentang konseling.

Mortensen menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi di mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.15 Dalam pengertian ini jelas menunjukkan bahwa konseling merupakan situasi pertemuan atau hubungan antarpribadi (konselor dan konseli atau klien) di mana konselor membantu konseli agar memperoleh pemahaman dan kecakapan menemukan masalah yang dihadapinya.

Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor dan klien yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan

15

(38)

25

mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien dapat memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan sendiri. Pengertian ini menunjukkan bahwa konseling merupakan suatu situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengann klien di mana konselor berusaha membantu klien berdasarkan pertimbangan bersama-sama, tetapi penentuan pemecahan masalah dilakukan oleh klien sendiri. Artinya bukan konselor yang memecahkan masalah klien.

Konseling juga berarti relasi atau hubungan timbal balik antara dua orang individu (konselor dengan klien) di mana konselor berusaha membantu klien untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada saat ini dan yang akan datang.

American Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seseorang yang terlatih secara professional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan. Makna dari pengertian ini adalah bahwa konseling merupakan hubungan secara professional antara seseorang konselor dengan klien yang mencari bantuan agar klien dapat mengatasi kecemasan atau konflik atau mampu mengambil keputusan sendiri atas pemecahan masalah yang dihadapinya.16

Selanjutnya Rochmaan Natawidjaja mendefinisikan bahwa konseling merupakan suatu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari Bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara

16

(39)

dua individu, di mana yang seseorang yaitu konselor berusaha memberikan bantuan kepada yang lain yaitu klien untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. ( Rochman Natawidjaja.17

Pakar lain mengungkapkan bahwa: “ konseling itu merupakan upaya

bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sindiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep yang sewajarnya mengenai (a) dirinya sendiri, (b)orang lain, (c) pendapat orang lain tentang dirinya, (d) tujuan-tujuan yang hendak dicapai, dan (e) kepercayaan ”.

Lebih lanjut Prayitno, mengemukakan: “ konseling adalah pertemuan empat mata antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik dan human ( manusiawi ), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku ”.18

Surya menyimpulkan tentang konseling berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para konseling sebagai berikut:

Pertama, konseling merupakan alat yang paling penting dalam keseluruhan program bimbingan.

Kedua, dalam konseling terlibat adanya pertalian (hubungan) dua individu, yaitu konselor dank lien, di mana konselor membantu klien melalui serangkaian interview dalam serangkaian pertemuan.

17

. Rochmaan Natawidjaja Seperti yang dikutip dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta, PT. Renika Cipta, 2008. Hal. 38

18

(40)

27

Ketiaga, interview merupakan alat utama dalam keseluruhan kegiatan konseling.19

Keempat, tujuan yang ingin dicapai dalam konseling adalah agar klien: (a) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, (b) mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kea rah tingkat perkembangan yang optimal, (c) mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya, (d) mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya, (e) memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya dan dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif terhadap dirinya maupun lingkungannya, (f) mencapai taraf aktualisasi diri dengan potensi yang dimilikinya, (g) terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah suai (maladjustment).

Kelima, konseling merupakan kegiatan professional, artinya dilaksanakan oleh orang (konselor) yang telah memiliki kualifikasi professional dalam pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualitas pribadinya.

Keenam, konseling merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fundamental dalam diri klien terutama perubahan dalam sikap dan tindakan.

Ketujuh, tanggung jawab utama dalam pengambilan keputusan berada di tangan klien dengan bantuan konselor.

Kedelapan, konseling lebih menyangkut masalah sikap daripada tindakan.

19

(41)

Kesembilan, konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada masalah-masalah intelektual.

Kesepuluh, konseling berlangsung dalam suatu situasi pertemuan yang sedemikian rupa.

Makna bimbingan dan konseling di atas dirumuskan secara terpisah. Seperti telah disebutkan di atas, dalam praktik, bimbingan dan konseling sesungguhnya tidak terpisah apalagi jika pahami bahwa konseling merupakan salah satu tehnik bimbingan. Selain itu, integrasi antara bimbingan dan konseling dapat kita ketahui dari pernyataan bahwa ketika seseorang sedang melakukan konseling, berarti ia sedang memberikan bimbingan.20

3. Bimbingan dan Konseling Islam

Bila diformulasikan maka hakikat bimbingan dan penyuluhan (konseling) islam adalah suatu usaha memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan kepada orang lain yang beragama Islam, di mana nilai-nilai jiwa keagamaan yang terdapat dalam dirinya tidak berfungsi secara wajar dan optimal, yang membuatnya mengalami kendala dan kesulitan dalam menjalani problema-problema hidupnya, karena ketidak mampuannya dalam memahami dirinya, menerima diri sendiri, mengarahkan diri sendiri, mewujudkan diri sendiri, sesuai dengan potensi iman dan taqwa yang ada pada dirinya.21 Potensi iman dan taqwa yang ada pada dirinya mestinya dapat menjadi kekuatan dan sebagai energy pendorong dalam mengatasi kesulitan-kesulitan hidup, baik lahiriyah maupun batuniyah, dengan pola hidup yang sesuai dengan aturan-aturan agama Islam.

20

. Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ), Hal. 26

21

(42)

29

Dengan demikian, usaha pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling) Islam merupakan ikhtiar untuk membangkitkan orang agar hidup kembali secara Islami, sesuai dengan tuntunan iman dan taqwa yang menjadi komitmennya. Karena kedudukan iman dan taqwa yang dimiliki, akan dapat memberikan makna dan perasaan yang hakiki kepada setiap orang dalam meraih apa-apa yang diusahakan selama hidupnya. Bagaimanapun hasil usaha yang diperolehnya, ia tidak merasa kecewa (frustasi) bila dilandasi iman dan taqwa kepada tuhannya, ia akan mampu menjalani hidup ini dengan penuh optimis dan dinamis sesuai dengan kemampuannya dan tanggung jawabnya.22 Dengan iman dan taqwa, seseorang tidak akan mudah tersesat ke dalam hidup yang sia-sia mencelakan dirinya, keluarganya, dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Maka inilah yang menjadi hakikat prinsipal dari pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling) Islam, yaitu dengan membangkitkan dan mengaktualisasikan potensi iman dan taqwa yang ada pada orang lain secara tepat dan terarah, untuk mengembalikan kepada hakikat pribadi muslim yang sejati menurut tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Dalam paradigma dan kerangka bimbingan dan penyluhan (konseling) Islam, selain memaksimalkan perbuatan dan ikhtiar, bisa jadi kompleksitas persoalan yang dirasakan sebagai bebann dan sesuatu yang berantakan itu disebabkan rendahnya kualitas iman dan taqwa pada diri seseorang. Artinya, ketika itu hubungannya dengan yang maha pencipta, pengatur semesta alam, dan pemberi solusi (Allah Swt) sedang tidak harmonis atau kurang efektif. Hal ini merupakan indicator utama dari melemahnya iman dan taqwa sebagai

22

(43)

penggerak kehidupan spiritual. Bila kondisi seperti ini sering terjadi maka pada dasarnya ketika itu seseorang sedang mengalami kerapuhan psikis dan psiko-spiritual. Oleh karenanya, dia sangat renta bila berhadapan dengan tugas-tugas atau aktifitas yang membutuhkan ketahanan mental/spiritual. Ketahanan mental dan spiritual kan senantiasa survive bila aktifitas hidup senantiasa dibekali dengan akidah (iman), ibadah (amal shaleh) dan kebajikan, serta dihiasi dengan budi pekerti yang mulia/luhur (al-akhlaqul al-karimat) dan senantiasa pula dipupuk serta disirami dengan nilai-nilai ketakwaan.

Dengan demikian, konsep dasar yang dijadikan pijakan dalam landasan dalam tugas-tugas bimbingan dan penyuluhan (konseling) Islam adalah agar dari unsur-unsur dari sistem ajaran Islam tersebut (aqidah, syari’ah, dan akhlak) seyogyanya tertata dengan baik dalam rotasi kehidupan setiap insan. Pada dasarnya, kompleksitas permasalahan yang lazim dihadapi setiap

individu mesti dibekali dengan ketahanan akidah, syari’ah dan akhlak. Adapun

perencanaan dan program atau agenda kehidupan yang akan dilaksanakan hendaknya memiliki wawasan tuntunan dan nilai-nilai yang sudah diberikan Tuhan.23 Oleh karena itu, upaya-upaya yang dilakukan melalui bimbingan dan

penyuluhan (konseling) Islam mengakibatkan dan memberdayakan “daya

-daya imani” sebagai pilar-pilar yang dapat memberikan makna kepada hakikat kehidupan yang sesungguhnya.

Kecuali itu, bimbingan dan penyuluhan (konseling) Islam pada sebagai usaha pemberian bantuan dan pertimbangan secara terus-menerus agar seseorang dapat melaksanakan tugas-tugas dan kewajibannya sebagai hamba

Tuhan dalam rangkaian akidah, syari’ah dan akhlak. Attau bisa juga disebut

23

(44)

31

sebagai bimbingan dalam mengamalkan tugas-tugas yang diperintahkan Tuhan kepadanya, agar sesuai dengan tuntunan al-Qur’’an dan sunnah Rasul -Nya. Dalam kaitan ini bisa pula dianalogikan bila seseorang belum bisa melaksanakan tugas dab kewajibannya sebagai khalifah tuhan maka ketika itu ia diaggap menggunakan pendekatan konseling Islam. Misalnya, ketika seseorang sudah Mukallaf (baligh dan berakal) tetapi ia belum bisa mengaji (baca al-Qur’an) atau belum pandai menunaikan shalat, atau tidak mengerti akidah dan hakikat ketauhidan maka ia diaggap sedang menghadapi masalah dengan agamanya. Karenanya, upaya bimbingan dan penyuluhan (konseling) Islam perlu diberikan kepada orang tersebut, sehingga pada gilirannya ia akan mampu menjalankan perintah agama sesuai dengan ketentuannya. Bila ia sudah mampu menunaikan perintah agama (Tuhan) sesuai dengan ketentuannya, dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang tuhan maka sesungguhnya ia akan terhindar dari berbagai kesulitan hidup yang dapat menghanggu kebahagiannya.24

B.Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling

1. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Secara implisit, tujuan Bimbingan dan konseling sudah bisa diketahui dalam rumusan tentang Bimbingan dan konseling seperti yang telah dikemukakan di atas. Individu atau klien yang dibimbing, merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan, oleh karena itu, merujuk kepada perkembangan individu yang dibimbing, maka tujuan Bimbingan dan konseling adalah agar tercpainya perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing.

24

(45)

Maka tujuan tujuan Bimbingan dan konseling adalah agar individu yang di bimbingan memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya dan mampu atau cakap memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri secara efektif dengan lingkungannya. Bimbingan dan konseling kerkenaan dengan prilaku oleh sebab itu tujuan bimbingan dan koonseling adalah sebagai berikut :

a. Membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing atau dikonseling.

b. Membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien.

c. Membantu mengembangkan prilaku-prilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya.

d. Membantu klien mengulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.25

Secara lebih rinci, tujuan Bimbingan dan konseling atau tujuan konseling seperti yang telah disebutkan diatas adalah agar klien :

a. Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.

b. Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kea rah tingkat perkembangan yang lebih optimal.

c. Mampu memecahkan sindiri masalah yang dihadapinya.

d. Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya.

25

(46)

33

e. Dapat menyesuaikabn diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sindiri maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam kehidupannya.

f. Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya. g. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan prilaku salah.

Dalam Islam, sosok individu yang ingin dicapai seperti yang disebutkan dalam tujuan bimbingan dan konseling di atas identik dengan

individual yang “ kaffah ” atau “ insan kamil ” individu yang kaffah atau

insane kamil merupakan sosok individual atau pribadi yang sehat baik rohani ( mental atau psikis ) dan jasmaninya ( fisiknya ). Dengan perkataan lain, sehat fisik dan psikisnya individu atau pribadi yang kaffah tau insan kamil juga merupakan sosok individu yang mampu mewujudkan potensi iman, ilmu dan amal serta zikir sesuai kemampuannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara operasional pribadi yang kaffah atau insan kamil adalah individu yang mampu : pertama, berfikir secara positif sebagai hamba Allah Swt yang tugas utamanya adalah mengabdi kepada-Nya. Kedua, berfikir positif tentang diri dan orang lain di lingkungannya. Ketiga, mewujudkan potensi piker dan zikir dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, mewujudkan akhlak al-karimah dan senantiasa berbuat ikhsan ( baik ) dalam kehidupan sehari-hari baik terhadap diri dan lingkungannya.26

M. Hamdan Bakran Adz Dzaky, merinci tujuan Bimbingan dan konseling dalam islam sebagai berikut :

26

(47)

Pertama, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, kebersihan jiwa dan mental.

Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik bagi diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan sekitarnya.

Ketiga, untuk menghasilkan kecerdasan rasa ( emosi ) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi ( tasammukh), kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.

Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul keinginan untuk taat kepada-Nya, ketulusan memenuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.27

Kelima, untuk menghasilakn potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu indivudu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar.

Dengan demikian tujuan Bimbingan dan konseling dalam Islam merupakan tujuan yang ideal dalam rangka mengembangkan kepribadian muslim yang sempurna tau optimal ( kaffah atau insane kamil ).

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Ditinjau dari segi sifatnya, layanan Bimbingan da nkonseling dapat berfungsi sebagai berikut :

a. Pencegahan ( Preventif )

Layanan Bimbingan dapat berfungsi sebagai pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi

27

(48)

35

pencegahan ini layanan yang diberikaerupa bantuan agar terhindar dari berbagai masalah yang yang dapat menghambat perkembangannya, kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi, program Bimbingan karier, inventarisasi data, dan lain sebagainya.28

b. Fungsi Pemahaman

Melaui fungsi ini, pelayanan Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman tintang diri klien beserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh klien itu sendiri dan oleh pihak-pihak yang membantunya ( pembimbing ).

1) Pemahaman tentang klien

Pemahaman tentang klien merupakan titik totak upaya pemberian bantuan. Sebelum pembimbing atau konselor ataupun pihak-pihak lain yang dapat memberikan layanan tertentu kepada klien memberikan bantuan ( Bimbingan ), mereka perlu terlebih dahulu memahami individu atau klien yang akan diabntunya. Pemahaman tentang diri klien harus secara komprehensif yang berkenaan dengan latar belakang pribadi, kekuatan dan kelemahan, serta kondisi lingkungannya.

2) Pemahaman tentang masalah klien

Dalam upaya membantu memecahkan masalah klien melalui pelayanan Bimbingan dan konseling maka pemahaman terhadap masalah klien oleh pembimbing atau konselor merupakan suatu keniscayaan. Tanpa pemahaman terhadap masalah yang dialami oleh

28

(49)

klien, tidak mungkin pemecahan terhadap masalah yang dialami klien dapat dilakukan.29

3) Pemahaman tentang lingkungan

Lingkungan bisa dikonsepsikan segala sesuatu yang ada di sekitar individu yang secara langsung mempengaruhi individu tersebut seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi, sosio emosional keluarga, dan lain sebagainya.

c. Fungsi Perbaikan

Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja klien masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Disinilah fungsi perbaiakan itu berperan, yaitu fungsi Bimbingan dan kosnseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami klien.

d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Fungsi ini verarti bahwa layanan Bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu klien dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dengan fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Setiap layanan dan Bimbingan dan konseling dilaksanakan haruslah secara langsung mengacu pada salah satu atau pada beberapa fungsi itu, agar hasil yang hendak dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.30

29

. Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ), Hal. 43

30

(50)

37

C. Macam-macam Bimbingan dan Konseling

1. Bimbingan Pribadi : Bidang layanan pengembangan kemampuan mengatasi masalah-masalah pribadi dan kepribadian. Program khusus berupa bimbingan kehidupan remaja, bimbingan kemandirian, bimbingan kehidupan sehat, dan lain-lain.31

2. Bimbingan Sosial : Bidang layanan pengembangan kemampuan dan mengatasi masalah-masalah sosial dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Program khusus berupa bimbingan mengatasi konflik, bimbingan pembinaan kerjasama, dan lain-lain.

3. Bimbingan Pendidikan : Bidang layanan yang mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pendidikan. Bidang ini meliputi aspek bimbingan penjurusan, bimbingan lanjutan studi, pengenalan perguruan tinggi, dan lain-lain.32

4. Bimbingan Pembelajaran : Bidang layanan untuk mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pembelajaran. Program khusus berupa bimbingan belajar efektif, pengembangan bimbingan disiplin belajar, meningkatkan motivasi belajar, dan lain-lain.33 5. Bimbingan Karier : Bidang layanan yang merencanakan dan

mempersiapkan pengembangan karier anak.

31

. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, hal. 53

32

. tohttp://www.tokoblog.net/2012/01/pengertian-fungsi-tujuan-dan-macam.htmlko blog

33

(51)

D. Mediasi Keluarga

1. Definisi Mediasi Keluarga

Pasca diberlakukannya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, mediasi telah menjadi salah satu rangkaian penting dari keseluruhan proses penanganan perkara di pengadilan, termasuk Pengadilan Agama. Adanya klausul-klausul yang beraksentuasi imperatif, seperti kemestian melakukan proses mediasi sebelum pemeriksaan pokok perkara, kemungkinan batalnya putusan pengadilan yang tidak menyertakan pertimbangan mediasi dan berbagai klausul lainnya mendorong perhatian terhadap mediasi menjadi semakin intensif.

Semangat yang menginspirasi perlunya mediasi dalam pemeriksaan perkara di pengadilan adalah kenyataan bahwa perdamaian, jika mediasi berhasil, memiliki akibat hukum dan efek psikologis yang sangat baik bagi pihak-pihak berperkara karena dihasilkan dari kesepakatan pihak-pihak sendiri, sehingga daya ikatnya terhadap penyelesaian perkara menjadi lebih kuat, dan oleh karenanya kemungkinan untuk mengajukan proses hukum lebih lanjut semakin menipis, dan bagi pengadilan dapat mengurangi penumpukan perkara.34

Bagi para pihak yang berperkara, mediasi memberikan nilai-nilai positif dalam penyelesaian perselisihan, seperti pentingnya penghormatan terhadap orang lain, kehormatan, kejujuran, keadilan, saling timbal balik,

34

(52)

39

partisipasi individual, kesepakatan dan pengendalian para pihak. Nilai-nilai mana selanjutnya meng-counter sistem Nilai-nilai yang berlaku dalam penyelesaian perkara secara litigasi, seperti proses advesarial, tidak personal, pengendalian oleh pengacara, dan perintah otoritatif peraturan.

Dan bagi pengadilan agama yang menangani perkara-perkara keluarga (al-ahwal al-syakhshyiah) yang didominasi oleh perkara-perkara perceraian, mediasi memberikan keuntungan dengan semakin bervariasinya bentuk-bentuk upaya damai yang dapat ditawarkan untuk menghindari terjadinya perceraian. Sejauh ini telah ada upaya damai yang dilakukan oleh hakim saat dan selama memeriksa perkara, upaya damai oleh hakam yakni pihak keluarga, khusus dalam perkara syiqaq. Dengan adanya mediasi, maka upaya damai sebagai building block penting sebelum perceraian benar-benar terjadi menjadi semakin kokoh.35

Implementasi mediasi sebagai sebuah building block sebelum terjadinya perceraian merupakan feature yang paling lazim ditemukan di Pengadilan Agama. Asumsinya, mediasi ditempatkan sebagai forum untuk mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya ishlah (perdamaian) diantara suami isteri sehingga diharapkan diperoleh suatu perubahan sikap diantara mereka dan perceraian sebagai alternatif penyelesaian masalah rumah tangga dapat diurungkan.Dengan terjadinya

35

Gambar

GAMBARAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA
GAMBARAN UMUM
GAMBARAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA
 Tabel 1 Nama-Nama Ketua di Pengadilan Agama Sukabumi dari tahun
+4

Referensi

Dokumen terkait

MADUKORO BLOK AA -

MADUKORO BLOK AA -

Pokja Bidang Konstruksi 3 ULP Kabupaten Klaten akan melaksanakan [Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung] dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara

tindakan yang tidak manusiawi atau merupakan kejahatan terhadap

Mengingat pentingnya melakukan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana hasil return yang diharapkan pada

Di mana variabel yang mempengaruhi penggunaan layanan sebagai fasilitas komunikasi data dan suara pada penelitian ini meliputi PU (perceived usefulness), PEOU (perceived easy of

* Ditahan oleh penyidik Polda Sulawesi Selatan dan Barat karena dituduh melanggar Pasal 27 Ayat 3 subs Pasal 45 ayat 1 UU RI Nomor 11 tahun 2008, tentang ITE, jo Pasal 310 dan

Diharapkan dengan dilakukan promosi konsumen akan merasa puas terhadap service dan produk yang ditawarkan, dan dapat mempromosikan kepada orang lain untuk membeli kue kering