Oleh: FIKRIAWATJ NIM: 102070025907
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalarn memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi lllltuk memenuhi syarnt-syarat memperoleh gelai· Sarjana Psikologi
Pembimbing I,
Oleh:
FIKRIAWATI
NIM : 102070025907
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing ll,
Neneng Tati Surniati S.psi. Psi. NIP.
150 300
679Dra.
Afidah Mas'ud M.pdNIP.
150
228 775FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
elahiran telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi niversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Agustus l07. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar :irjana Psikologi
tkarta;
29
Agustus 2007Ora. Net Hartati, M.3i. NIP. 1 215 938
Penguji I
a.
adhilah Sura/a a M. '3i NIP. 150 215 283Pembimbing I
. T
{lqs
·
1·s. ·
P · eneng at1 um1a 1 .psi. s1NIP. 150 300 G79
Sidang Munaqasyah
Anggota
iii
Sekretaris Merangkap Anggota
セNセセG@
Ora. Zahratitln Ni lfyah,Jv1.Si. NIP. 150 2·
:8
773Penguji II
Neneng Tali Sumiati S.psi.Psi NIP. 150 300 G79
Pembimbing II
セエヲカNセ@
dan dlguncang ( dengan 6er6agai co6aan) sefzingga rasu[ dan
orang-orang yang 6eriman 6ersamanya 6erfo.gta "k.,apankr;ifz datang
perto[ongan _Jl[[afz?" Ingat[afz sesunggufznya pertofongan _Jl[[afz itu
dekg.t.
(QS. )'lf-<Baqarafz,214)
se6uafi fisnangan align serang/igian ujian )'ang mengiringi pem6u,11an sfi_,ripsi im:
'l(upersem6alik,an kg,rya se1ferliana ini untuk,
CBapak,(aCm) 9tla' yano lieliat, j!.as/(, <5!,)'laoc
(C) Fikriawati
(DJ Perbedaan Tingkat Kreativitas Anal< berdasarkan Urutan Kelahiran
(E) xiii + 71 halaman
(F) Tingkat kreativitas yakni kemampuan kreatif individu yang didalamnya terkandung kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas serta elaborasi. Hurlock (1980) mengatakan bahwa anak pertama akan lebih kreatif dibanding anak yang lahir berikutnya. Pembuatan skripsi ini dilatarbelakangi ketertarikan peneliti terhadap kreativitas anak jika dilihat berdasarkan urutan kelahiran ( sulung, tengah dan bungsu), karena tingkat kreativitas anak antara :iatu dengan yang lainnya akan berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kreativitas anak berdasarkan urutan kelahiran.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian 1ni adalah
pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian kausal komparatif
( penelitian ex post facto) yaitu pencarian empiric yang sisternatik karena ilmuan tidak dapat mengontrol langsung variable bebas karena peristiwanya telah terjadi atau karena menurut sifatnya tidak dapat dimanipulasi.
lnstrumen pengumpul data yang digunakan adalah tes kreativitas figural dan untuk data tambahan digunakan skala pola asuh yang mengacu pada teori Mussen : indikator/aspek .. aspek pola asuh yang dikemukakan adalah : (1) kontrol tingkah laku (penempatan hukuman di rumah). (2) tuntutan perilaku yang matang (interaksi sosial).(3).komunikasi orangtua dan anak. (4) pemeliharaan pendidikan anak (disiplin sekolah).
Tekhnik analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 12.0
for Windows yang meliputi korelasi Product Moment untuk menguji
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kreativitas anak berdasarkan urutan kelahiran セ@ tingkat kreativitas siswa SD Negeri 03 Pagi Jakarta Barat sebagian besar berkategori sedang, sebagian yang lain berkategori rendah dan tinggi.
Saran bagi para orang tua harus lebih memberikan kesempatan kepada anak agar anak mengeluarkan kemampuan yang tersimpan dalam dirinya, dan tidak membedakan pola pen9asuhan pada anak. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan tes kreativitas verbal dan figural agar memperoleh hasil yang maksimal.
uji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
1hmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi 3ng berjudul "Perbedaan Tingkat Kreativitas Berdasarkan Urutan Kelahiran". halawat serta salam semoga tetap terlimpah atas Nabi Besar Muhammad SAW, mg telah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat manusia. kepada keluarganya, 3ra sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
enulisan skripsi ini ditujukan sebagai syarat kelulusan mendapatkan gelar arjana Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
rselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
1, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
ipada:
lbu Ora. Hj Netty Hartati, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah dan Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan pengarahan dan perhatiannya selama menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
lbu neneng Tali Sumiati S.psi. Psi sebagai Pembimbing I yang selalu dapat meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini.
kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmu kepada kami.
5. Untuk
bapak (ab12J
danIDa"
tercinta yang tak kenal lelah berjuang dan berkorban untuk memberikan yang terbaik kepada penulis. Setiap untaian doa yang beliau panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi ananda untukmenjalani hidup dan mencapai masa depan. Tuk' kakanda sセゥウ。エエヲゥゥ@
SE
danc:W-.
Zu:lkzwJtiatiic::D1.,
terima kasih untuk doa dan bantuansecara material, semoga cita-cita kaliari bisa tercapai dan selalu mendapatkan yang terbaik dalam hidup.
3. Teman-teman Psikologi angkatan 2002, alas persahabatan dan dukungan yang telah kalian berikan.
r.
T eruntuk sahabat terbaik, NlttA, Dwl, y tA11tl, J 1110011'.J, llztA, Ria, y1.y1m, MlltA, tc11I,Mpo, HtA1111y, MlltAll (Orion) dan JtA11ttAIJ/ yang selalu berbagi dalam suka dan
duka, yang setia mendengarkan keluh-kesah penulis, dan yang selalu siap membantu ketika penulis mengalami kesulitan.
0enulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi diri penulis dan para
>embaca.
Jakarta, 20 Agustus 2007
Penulis
Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan Dedikasi
Abstraksi
Kata Pengantar Daftar lsi
Daftar Tabel Daftar Gambar
ii iii iv
v
vii
ix xii xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... ·1 • 15
1.1. La tar belakang masalah . . . .. . . .. . .. . .. . . .. . .... 1
1.2. ldentifikasi masalah .. . . . .. . . .. .. . . . .. . . .. . . .. . . .. .. . .. .. . . . ... 9
1.3. Pembatasan dan perumusan masalah . . . .. ... . . .. .. . . .. .. ... 9
1.3.1. Pembatasan masalah .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. 9
1.3.2. Perumusan masalah . . . .. . .. . . .. .. . .. . .. .. . . . ... 10
1.4. Tujuan dan manfaat penelitian .. . . . .. .. . .. . . ... 10
2.1.2. Ciri-ciri kreativitas .. . .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. .. ... 15 2.1.3. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. ... 17 2.1.4. Unsur-unsur Kreativitas ... 19 2.1.5. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas.... ... . .... 21 2.2. Urutan Kelahiran . .. .. .. .. . .. . .. . .. . . .. .. .. . . .. .. . .. .. . . .. . . .. .. .. 23
2.2.1 Anak sulung... .... .. ... ... ... .. ... .. ... 24 2.2.2 Anak tengah .. ... .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ... 26 2.2.3 Anak bungsu .. .. .. . .. . .. .. . .. .. .. .. . . .. .. .. . .. .. .. .. .... 27 2.3. Anak Usia Sekolah .. ... .. .... .. .. .. ... .. .. . .... ... .. . ... .. .... .. ... 29 2.4. Tipe Pola Asuh Orang Tua ... ..:... 31 2.5. Hubungan Antara Urutan Kelahiran Dengan セZイ・。エゥカゥエ。ウNNN@ 34 2.6. Hipotesis . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . .. . . .. . .. . .. . . .. . . .. . ... 37
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 38-54
3.5 .Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... ... 47
3.5.1. Validitas Tes... 47
3.5.2. Reliabilitas Tes... 49
3.6. Teknik Analisa Data ... 51
3.7. Prosedur Penelitian ... 54
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA 55-69 4.1. Gambaran Umum Responden ... 55
4.2. Presentasi Data ... 56
4.2.1. Uji Instrument... 56
4.2.2. Uji Persyaratan ... 58
4.2.3. Uji Hipotesis ... 64
4.3. Pembahasan Hasil ... 66
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 67-71 5.1. Kesimpulan ... 67
5.2. Diskusi ... 67
5.3. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA
Tabel 3.1. Blue Print skala Pola Asuh . ... .. . .. ... . ... .. . .. ... .. .... .. ... ... 41
Tabel 3.2. Skor skala Pola Asuh .. . .. .. . .. . ... .. ... ... .. ... . ... .. . .. . ... .. .. . ... ... 42
Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden berdasarkan Jenis Kelamin 49 Tabel 4.2. Gambaran Umum Responden berdasarkan Usia ... ... .. .. 49
Tabel 4.3. Gambaran Responden Berdasarkan Kelas ... ... 50
Tabel 4.4. Gambaran Responden Berdasarkan Pola Asuh ... 50
Tabel 4.5. Skala Pola Asuh .. .. .. ... ... .. . ... ... .. . .. ... .. . .. .. ... ... ... ... 51 ·
Tabel 4.6. Nilai Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach ... ... .. ... ... ... . 52
Tabel 4. 7. Hasil Uji Normalitas Pola Asuh ... . 53
Tabel TNセN@ Hasil Uji Homogenitas .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. . 55
Tabel 4.9. Klasifikasi Kreativitas Responden ... : 56
Tabel 4.1 O. Tingl<at Kreativitas Anak Berdasarkan Urutan Kelahiran . 57 Tabel 4.11. Perbedaan Tingkat Kreativitas berdasarkan Urutan Kelahiran... ... ... . .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . 58
Tabel 4.12. Perbedaan Tingkat Kreativitas berdasarkan Jen is Kelamin... ... ... .. . . .. .. . .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. . .. . . 59
Dalam era pembangunan dewasa ini diperlukan manusia yang berkualitas, atau yang mampu menghadapi tantangan dan memecahkan masalah-masalah yang semakin beragam dan rumit. Menentukan apa yang disebut sebagai manusia yang berkualitas tidaklah mudah, karena tidak dapat dipungkiri bahwa, kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dalam negara kita bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru dan
penemuan-penemuan baru dari anggota masyarakat. Kreativitas memungkinkan manusia untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Gani (dalam Munandar, 1985) menjelaskan bahwa kualitas manusia tidak sama dengan kualitas penduduk, kualitas manusia tdak sama dengan kualitas penduduk, kualitas perorangan (individual), yakni berkaitan dengan sifat-sifat yang langsung melekat pada diri manusia. Menllrut Gani (dalam Munandar, 1985) selanjutnya, ada empat ciri kualitas manusia sebagai keluaran yaitu kreativitas produktivitas, displin I etika kerja dan kemandirian
I
identitas diri.panting diperhatikan dan dikembangkan, karena manu:sia-manusia kreatif umui:nnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Utami Munandar , 1992):
1.
mampu mewujudkan dirinya dan menggunakan bakat dankemampuannya dalam mengembangkan dan m•9mperkaya hidupnya. 2. mampu melihat berbagai kemungkinan untuk ュQセュ・」。ィォ。ョ@ masalah. 3. mudah mendapatkan kepuasan, sehingga terhindar dari perasaan
yang l<urang baik seperti frustrasi,dll.
4. mempunyai kemungkinan yang besar untuk meningkatkan kualitas hidupnya, karena mereka tidak hanya mampu menjadi konsumen pengetahuan dan pencari kerja, akan tetapi juga mampu menciptakan pekerjaan baru.
Dengan dimilikinya kemampuan-kemampuan ini, tantangan hidup tidak lagi menjadi sumber kecemasan, tapi sebaliknya dapat meningkatkan semangat untuk berkarya.
keragaman jawaban. Sedangkan yang ketiga, ialah kreativitas sebagai
kemampuan yang mer:icerminkan kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan
orisinalitas da!am berpikir, serta kemampuan untuk meni;Jelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasa1n.
Rumusan yang terakhir melandasi Tes Kreativitas-Verbal yang disusun oleh
Utami Munandar pada tahun
1977.
Setelah mengetahui pentingnya menjadi seorang yang kreatif guna
menjawab tantangan hidup, muncul pertanyaan lain. Apakah setiap anak
sejak lahir sudah kreatif? Lowenfeld dan Brittain
(1987)
berpendapat bahwakreativitas merupakan suatu proses sehingga kreativitas itu harus
dikembangkan. Tokoh kreativitas Indonesia yaitu Utami Munandar
(1992)
juga memiliki pandangan yang sama. Adanya dua panda1ngan yang berbeda
dimana di satu pihak dikatakan setiap anak memiliki bakat kreatif dan di
pihak lain dikatakan kreativitas perlu dikembangkan, mendorong
dilakukannya penelitian kreativitas yang komprehensif pada masa remaja,
sehingga faktor bawaan maupun pengaruh lingkungan d1apat dicakup
sekaligus.
Kreativitas telah menarik perhatian ilmuwan psikolog dan sosiolog, namun
penelitian dibidang ini dianggap relatif tertinggal. Sehingga menarik untuk
mengutip komentar Hurlock
(1980)
mengenai apa yang menyebabkan hal ini1. konsep yang mengatakan bahwa kreativitas diturunkan.
2. anggapan hanya sedikit orang yang kreatif, maks1 penyelidikan lebih diarahkan ke bidang yang mengenai mayoritas manusia.
3. anggapan bahwa orang-orang yang cerdas dan berprestasi tetap lebih berhasil dari orang-orang yang kreatif.
4. kepercayaan lama bahwa mereka yang kreatif secara seksual tidak normal, seperti kelaki-lakian pada war.ita dan kewanita-wanitaan pada laki-laki.
5. anggapan dan mungkin ini yang paling benar, iali;1h bahwa studi kreativitas sulit dilakukan.
Kreativitas seseorang dapat ditinjau dari empat aspek, keempat aspek
tersebut adalah; pertama, aspek pribadi,; kedua,aspek pendorong; ketiga,
aspek proses; keempat,aspek produk. Menurut aspel< yang pertama
kreativitas merupakan keunikan pribadi individu, melalui kepribadian yang
unik ini akan memunculkan ide-ide baru dan inovatif. Aspek yang kedua,
menyatakan bahwa untuk memunculkan kreativitas sesEiorang diperlukan
dorongsn dan dukungan dari lingkungan. Aspek ketiga berpendapat bahwa
kreativitas anal< berkembang jika ia diberi kesempatan untuk bersibik diri
secara kreatif, diberikan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya secara
kreatif. Sedang menurut aspek keempat kreativitas akan timbul bila ada
perpaduan dari ketiga aspek tadi. (Fachruddin,2002).
Dari perpaduan keempat aspek tadi menimbulkan kreativitas pada
seseorang, tetapi kreativitas itu akan berbeda pada.setiap anal< laki-laki dan
perempuan atau kakak dengan adiknya. Menurut Hurlock (1988) anak
pertama akan lebih kreatif dibandingkan anal< tengah dan bungsu.
Karena anal< sulung atau anal< pertama adalah anak yang beruntung karena
ia adalah anak yang memang diharapkan, dilimpahkan kasih sayang dan
dirawat dalam kehati-hatian, karena bagi orang tua ini adalah pengalaman
pertamanya menjadi seorang bapak dan seorang ibu. Pengalaman yang
banyak terjadi dimasyarakat seorang anal< sulung menjadi lebih punya
tanggung jawab untuk menggantikan kedudukan orang tuanya untuk
memutuskan sesuatu hal untuk berjalannya kehidupan, sehingga tingkat
kreativitasnya cenderung tinggi. Hh。、ゥセイッエッL、ォォLRPPRIN@
Dalam pertumbuhannya bila anak sulung diberi tanggung jawab penuh ia
akan menjadi penggerak dan reformis yang amat agresif. Anak suiting yang
tegas ini mempunyai keinginan kuat untuk maju, suka bekerja keras dan
memasang tujuan serta target yang tinggi untuk dicapai.
Anal< tengah, l<edudul<an anal< ini diapit oleh seorang atau beberapa orang
l<al<al< atau beberapa adil<. Dengan l<edudukan ditengah iini, berarti anak
tersebut berada dalam l<edudukan terjepit. Menurut penelitian kebanyakkan
anal< tengah ter!ihat lebih ramah,kadang suka pamer dan sering kali melucu
(Hadibroto,dl<k,2002).
Anak tengah lebih mudah membina relasi dibandingl<an anak sulung atau
anak bungsu. Sebagai contoh anak tengah yang baik aaclalah Donald
Trump, tokoh real estate piawai yang flamboyan dan mahir menggunakan
kemampuan negosiasi dengan baik.
Mengenai anak bungsu, dalam masyarakat terdapat penclapat umum bahwa
anak bungsu ini adalah anak manja oleh karena menjadi pusat perhatian
keluarga, baik dari orang tua maupun dari kakak-kakaknya. Dengan
mendapat perhatian yang terus menerus dari l<akak-kakalknya yang lebih
sering terlihat kekanak-kanakan, cepat putus asa dan mudah emosi (Hadibroto,dkk,2002).
Anak bungsu biasanya anak yang lucu dan mudah menarik perhatian orang lain. Ancik bungsu banyak yang sukses sebagai komedian, diantaranya : Ulfa Dwiyanti.
Perbedaan ini bisa saja timbul akibat pola asuh orang tua, antara anak sulung, tengah dan bungsu memang ada perbedaan karakter dan tingkah laku. Menurut Adler (dalam Alwisol,2004), untuk membirnbing tingkah laku, setiap orang menciptakan tujuan final yang semu, ュ・ュセQォ。ゥ@ bahan yang diperoleh dari keturunan dan lingkungan serta pola asuh dalam keluarga.
Disadari ataupun tidak,selama ini sebagian masyarakat lkita menganggap bahwa anak sulung Jebih memiliki tingkat kreativitas ケ。ョAセ@ lebih baik dibandingkan adik-adiknya. Keadaan tersebut menyebabkan anak sulung harus bisa memberikan penyelesian masalah bagi adik-adiknya secara kreatif.
Peneliti berasumsi bahwa, jika dilihat dari sudut pandang sebagian
adik-adiknya harus lebih mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi dibandingkan adik-adiknya.
Douvan dan Adelson (1996), mengatakan bahwa anak pertama, baik laki-laki maupun perempuan memperlihatkan dorongan dan ambisi yang kuat,
mereka berorientasi pada prestasi, juga dari hasil penelitian lain yang mengataksn anak pertama memperlihatkan kebutuhan yang tinggi untuk berprestasi. Dari pernyataan tersebut bukan berarti bahwa anak bungsu prestasinya lebih rendah dari anak
pertama, tetapi bila dibandingkan dengan kakaknya maka kakaknya yang selalu lebih baik.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah selalu demikian. Apakah tidak mungkin terjadi kebalikannya, yaitu anak bungsu mempunyai tingkat kreativitas yang lebih tinggi atau setaraf dengan anak pertama, karena adanya faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi tingkat kreativitas seseorang seperti pola asuh, jenis kelarnin, inteligensi atau status ekonomi.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melihat kreativitas siswa ditinjau dari urutan kelahiran. Hal ini dilandasi karena adanya
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas nnaka penulis .telah mengidentifikasi permasalahan yang ada menjadi:
1. Apakah ada perbedan antara tingkat kreativitas siswa dilihat dari urutan kelahimn (sulung, tengah, bungsu) ?
2. Apal<ah ada perbedaan tingkat kreativitas anak jika dilihat dari jenis kelamin?
3. Apakah ada perbedaan tingkat k;eativitas anak jika dilihat dari pola asuh orang tua?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1. Pembatasan masalah
Untuk menghindari peninjauan yang terlalu luas terhadap masalah-masalah yang akan diteliti,maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, asosiasi baru, baik imajinatif maupun abstrak, konkrit bardasarkan bahan, informasi atau data yang diperoleh dalam interaksi dengan lingkungan (Utami Munandar).
3. Penelitian diiakukan pada anak sulung, anak teng:ah, dan anak bungsu di SON 03 Pagi Jakarta-Barat dalam kategori akhir kanak-kanak yang berusia dalam rentang 10-12 tahun. (Hurlock,1980).
1.3.2. Perumusan masalah
Apakah ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kreativitas berdasarkan urutan kelahiran sulung,tengah,bungsu.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan dari Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kreativitas antara anak sulung, anak tengah dan anak bungsu (urutan kelahiran).
1.4.2. Manfaat dari Penelitian
[image:23.595.29.444.159.478.2]Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
gambaran tentang tingkat kreativitas antara anak sulung, anak tengah dan anak bungsu (urutan kelahiran).
Dan dapat memeberikan sumbangan pengetahuan dibidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan.
kita dapat mengetahui tingkat kreativitas anak tersebut agar dapat
diterapkan sebaik mungkin dan ditindak lanjuti. Penelitian ini
diharapkan juga dapat berguna bagi pembaca lainnya.
1.5 Sistematika Penulisan
Teknik penulisan pada skripsi ini menggunakan American Psycho/ogyca/
Association (APA). Dengan sistematika penulisan sebanai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, melingkupi latar belakang penelitian,
permasalahan penelitian, manfaat dan tujuan penelitian, dan
sistematika penulisan
Bab 2 Kajian Pustaka akan membahas tentang pengertian kreativitas,
karakteristik kreativitas,pengertian masa kanak-kanak akhir,
cirri-ciri masa kanak-kanak akhir, tahap perkembangan kanak-kanak
akhir, pengertian urutan kelahiran, anak sulung, anak tengah dan
anak bungsu, kerangka berpikir. Pengertian pola asuh, tipe-tipe
pola asuh dan hipotesisnya.
Bab 3 Metode Penelitian yang meliputi variable penelitian, subyek
penelitian, alat pengumpul data, prosedur penelitian, dan metode
pengolahan data.
Bab 4 Analisis Hasil Penelitian, didalamnya terdiri dari gambaran umum
subjek yang meliputi jenis kelamin, usia, dan skor, juga hasil
utama penelitian.
2.1 KREATIVITAS
BAB2
LANDASAN TEORi
2.1.1 Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah suatu kernarnpuan untuk memecahkan rnasalah persoalan
yang rnernungkinkan orang tersebut memecahkan ide yang asli atau menghasilkan suatu yang adaptis yang secara penuh 「セイォ・ュ「。ョァ@ (Abdul Rahman&Muhbib Abdul,2004).
Kreativitas disebut berfikir divergen, yaitu aktivitas mental yang asli, murni dan baru, yang berbeda dari pola pikir sehari-hari dan menghasilkan lebih dari satu pemecahan persoalan (J.P .Guilford dikutip oleh Abdul
Rahrnan&Muhbib Abdul,2004).
Kreativitas berhubungan dengan kecerdasan kreatif, l<ec:erdasan kreatif menurut Tony Suzan (2003) berarti kernampuan seseonmg untuk
memunculkan ide-ide baru, menyelesaikan masalah dengan cara yang khas, dan untuk lebih meningkatkan imajinasi, perilaku, dan produktivitas.
Untuk mewujudkan kreativitas, ada ciri-ciri tertentu yang harus
yaitu ciri-ciri aptitude dan ciri-ciri nonaptitude. Ciri-ciri aptitude ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, seperti kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam pemikiran. Sedangkan ciri-ciri nonaptitude ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman-pangalaman baru (S.C.U. Munandar, 1985).
Gowan (dalam Oscharini 1999) membuat klasifikasi definisi kreativitas dari yang rasional sampai irasional. Klasifikasinya sebagai beirikut:
1. Kreativitas sebagai kognitif rasional dan pemecahan masalah, menempatkan organized intelligence dan pemikiran logis sebagai sumber tingkah laku baru.
2. Kreativitas sebagai personality trait dan berasal dari keluarga dan lingkungan, menempatkan aspek kepribadian seperti kemandirian dan spontanitas ke dalam nurturing environment.
3. Kreativitas sebagai kesehatan mental, keterbukaan psikologis dan aktualisasi diri, menempatkan total personality dalam evolusi menuju keterbukaan.
4. Kreativitas sebagai Freudian,
oidipa/
danpreconcious.
Menempatkan unconscious sebagai sumber kreativitas di man a k•:>nflik disulut oleh dilema seksual unutk menjadi kesadaran.5. Kreativitas sebagai eksistensial psychadelic dan rasional
Busse Mansfielq (dalarn Oscharini 1999) membuat klasifikasi kreativitas, bagairnana kreativitas terefleksikan dalam teori psikologi. Klasifikasi tersebut sebagai berikut:
1 . Psikoanalisa : pentingnya pembeba:san pikiran unconscious yang rnemungkinkan rnunculnya perspektif baru, rnementingkan artistic creativity.
2. Gestalt : renstrukturisasi elem(m bagian dari kreativitas, mementingkan scientific creativity.
3. Association : ide tampil dalam hubungan hirarkis satu sama lain dan orang yang kreatif memiliki akses エeセイィ。、。ー@ mereka. 4. Perseptual Kategori : keterbukaan terhadap pandangan yang
berbeda merupakan-central dari proses kreatif.
5. Humanistik : kreativitas bersumber dari dari keunikan individu dan lingkungan.
6. Perkembangan Kognitif : kreativitas merupakan proses searah dimana seseorang diarahlan untuk memiliki pemecahan kreatif yang nyata.
7. Composite : menyatukan teori-teori diatas.
Kemampuan untuk membuat kombinasi baru, asosiasi bairu, baik imajinatif maupun abstrak, konkrit berdasarkan bahan, informasi atau data yang diperoleh dalam interaksi dengan lingkungan.
Dari definisi yang ada, kreativitas tidak hanya berkaitan dengan penciptaan hal baru yang bersifat konkrit, namun juga berkaitan dengan aspek pikiran maupun imajinasi. Di dalam konsep kreativitas diperkenalkan konsep berpikir kreatif yang merupakan kemarnpuan untuk menemukan berbagai jawaban terhadap suatu
masalah, dengan menggunakan berbagai jawaban terhadap suatu rnasalah, dengan menggunakan berbagai data atau informasi yang tersedia.
Penekanan pemecahan masalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban (Utami Munandar, 1985).
Berdasarkan uraian yang ada maka penulis mendefinisikan Kreativitas adalah suatu konsep abstrak, maka untuk mengukur secara operasional, digunakan konsep kelancaran, keluwesan (fleksibilitas) dan orisinalitas dalam berpikir, serta elaborasi, yang didapat dengan melakukan uji tes kreativitas. Masing-masing konsep tersebut mengacu pada kemampuan individu yang tercermin dalam tingkah laku.
2.1.2 Ciri-ciri Kreativitas
Menurut Stein dalam Zafriel (1991), orang yang kreatif mempunyai
hingga ditemukannya cara pemecahan yang efektif. Dalarn memecahkan suatu masalah orang yang kreatif mencoba untuk menegakkan hipotesis yang dibuatnya itu. Mereka juga pada umumnya memiliki kemampuan unutk mengkomunikasikan hasil yang diperoleh kepada orang lain, oleh sebab itu Stein menekankan pentingnya media atau sarana komunikasi bagi seorang kreatif untuk menyampaikan gagasan atau hasil karyanya1 kepada orang lain.
Ciri-ciri yang mencerminkan kepribadian yang kreatif menurut para ahli (S.C.U. Munandar, 1977)
1.
Mempunyai daya imajinasi yang kuat 2. Mempunyai inisiatif3. Mempunyai minat yang luas
4. Bebas dalam berfikir (tidak kaku atau terhambat) 5. Bersifat ingin tahu
6. Selalu ingin mendapat pengalaman baru 7. Percaya pada diri sendiri
8. Penuh semangat
9. Berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan)
Beberapa ahli tel ah mencoba meneliti sikap kreatlf yang terwujud melalui sifat-sifat tertentu, antara lain yang dikemukakan oleh Williams (dalam S.C.U. Munandar, 1985) yaitu:
1 .
Rasa ingin tahu 2. Bersifat imajinatif3. Merasa tertantang oleh kemajemukan 4. Sifat berani mengambil resiko
5. Sifat menghargai
Selain ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa ciri-ciri afektif lainnya yang juga penting dalam menentukan prestasi kreatif
seseorang, antara lain: tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, dan mempunyai rasa humor (S.C.U. Munandar, 1985).
2.1.3
Ciri-ciri Kepribadian KreatifCsikzentmihalyi dikutip Utami Munandar mengemukakan :sepuluh pasang kepribadian kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis. Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka bekerja berjam-jam dengan kons1mtrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks bergantung pada situasinya ( Fachrudin, 2002 ).
bersama-sama dengan ketidakmatangan emosional dan mental. Mereka mampu berpikir konvergen dan divergen.
2. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap bermain dan disiplin. Kreativitas memerlukan kerja keras, keuletan dan ketekunan untuk menyelesakan suatu ァ。セQ。ウN。ョ@ atau karya baru dengan mengatasi rintangan yang sering dihadapi.
3. Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.
4. Pribadi kreatif menunjukkan kecendrungan baik introversi maupun ekstraversi. Seseorang perlu dapat bekerja sendiri unutk dapat "berkreasi", menulis, melukis, melakukan eksperimen dalam laboratorium. Tetapi juga penting baginya unutk bertemu dengan orang lain, bertukar pikiran dan mengenal karya-karya orang lain. 5. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan ban!JQa akan karyanya
pada saat yang sama. Mereka puas dengan prestasi mereka tetapi biasanya tidak terlalu ingin menonjolkan apa yan!J telah mereka capai, dan meraka juga mnegakui adanya factor keberuntungan dalam karir mereka.
7. Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka ュ・ョエセョエ。ョァL@ tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.
8. Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat 9passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karyanya.
9. Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatit' sEiring membuat menderita jika mendapat banyak kritik dan serangim terhadap hasil jerih payahnya.
2.1.4 Unsur-unsur Kreativitas
Menurut S.C. utami Munandar (1985) ada empat unsure yang terdapat dalam kreativitas, yaitu unsure kelancaran,kelenturan, ・セ。「ッイ。ウゥ@ dan orisinalitas. Berikut ini akan dijelaskan satu-persatu:
1. Unsur Kelancaran
Kelancaran (fluency) dalam berpikir,dimaksud adalah kemampuan untuk memberikan gagasan pada objek tertentu dengan cepat dan tepat disini,penekanan pemikiran kreatif adalah dalam wak1.u yang singkat dapat menghasilkan gagasan atau ide teintang objek tertentu dalam jumlah yang banyak. lndividu yang mempunyai "ideational
fluency" yang tinggi dapat menghasilkan bayak gagasan atau
Kelenturan
(f/eksibilitas)
dimaksud afalah kemampuan unutkmemberikan gagasan yang beragam, mereka yang niemiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi dapat mengalihkan arah berpikir unutk memecahkan masalah, jika masalah atau kondisinya memerlukan pendekatan baru. Jadi penekanan fleksibilitas adalah pada segi keragaman gagasan,kaya akan alternatif, dan bukan kekakuan berpikir yang cenderung otoriter.
3. Unsur Elaborasi
Elaborasi dimaksudkan adalah kemampuan untuk mengembangkan, merinci, dan memperkaya atau memperluas suatu gagasan. Seorang yang membuat iklan mengenai suatu mobil dengan "andalan masa kini" tetapi bagi orang
yang kreatif mungkin akan menambah dengan gambar tambahan. lklan yang dibuat orang yang kreatif tadi, kaya akan gagasan, luas dan mampu mengembangkan suatu objek sederhana menjadi beberapa ide yang menarik. Jelas disini bahwa pelukis kedus lebih kratif dari pelukis pertama dilihat dari unsure elaborasinya.
4. Unsur Orisinalitas
kreatif, makin orisinil pemikiran individu. Jadi, mereka memiliki tingkat
kreativitas yang tinggi dilihat dari unsur orisinalita:s. :
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Menurut Hurlock (dalam Mahdalisa, 1988) perkembang<1n kreativitas pada
individu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1.
Jenis kelaminPria umumnya lebih kreatif daripada wanita. Hal ini antara lain karena
perbedaan perilaku terhadap mereka, pria biasanya rnempunyai lebih
banyak kesempatan untuk bebas dan mandiri.
2. Status sosial dan ekonomi
lndividu dari kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi pada umumnya
menunjukkan kreativitasnya yang lebih tinggi pula. Hal ini disebabkan
karena keluarga dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi pada
umumnya menerapkan pola pendidikan yang lebih 、セュッォイ。エゥウ@ di
rumahnya. Sedangkan keluarga dari status sosial rendah seringkali
menerapkan pola pendidikan otoriter. Pola pendidikan demokratis
memberikan kesempatan pada individu untuk mengungkapkan diri dan
memberi kebebasan pada mereka untuk memilih aktivitas yang
disenanginya. Keadaan keluarga dari status sosial elkonomi tinggi juga
lebih memberi kemungkinan bagi individu untuk memperoleh
3. Urutan kelahiran
Anak pertama umumnya kurang kreatif dibandingkan anak-anak yang lahir kemudian dan anak tunggal. Anak pertama biasanya banyak mendapat tekanan dari orang tua untuk menuruti harapan mereka.
Tuntutan orang tua ini akan mendorong anak pertama menjadi anak yang penurut dan kurang kreatif. Sedangkan anak tunggal biasanya
mempunyai kesempatan yang besar untuk menunjukkan dirinya dibandingkan anak dari keluarga besar.
4. Besar-kecilnya keluarga
lndividu dari keluarga kecil pada umumnya lebih kreatif daripada keluarga besar. lndividu pada keluarga kecil mempunyai banyak kesempatan untuk mengungkapkan diri, sedangkan individu dari keluarga besar dengan pendidikan otoriter dan keadaan ekonomi yang kurang baik bisa menghambat kreativitasnya.
5. Lingkungan kota-desa
lndividu yang tinggal diperkotaan cenderung lebih kmatif dari pada individu yang tinggal di pedesaan. Di kota kesempatan dan rangsangan untuk pengembangan kreativitas lebih besar daripada di desa. Pola pendidikan di desa pada umumnya bersifat otoriter ウQセィゥョァァ。@ dapat menghambat kreativitas individu itu sendiri.
Sejalan dengan meningkatnya usia seseorang, tampak bahwa mereka
yang lebih cerdas akan lebih kreatif daripada individu yang kurang_
cerdas. lndividu yang cerdas rnernpunyai lebih banyak ide dalarn
mernecahkan persoalan dan lebih rnarnpu rnerumuskan pernecahan
masalah secara lebih baik.
2.2 URUTAN KELAHIRAN
Birth Orderatau konsep urutan l<elahiran bukan didasarkan
sernata-mata oleh norner urutan kelahiran rnenurut diagram keluarga, melainkan
yang lebih tepat adalah berdasarkan persepsi psikologis yang terbentuk
dari pengalarnan seseorang di masa kecilnya, terutama sejak ia berusia
dua sarnpai lirna tahun. Urutan kelahiran merupakan faktor nature lain
yang rnernpengaruhi kreativitas. Hurlock (dalam Utami Munandar,1988)
menyatakan bahwa anak tengah, bungsu dan anak tunggal lebih kreatif
dibandingkan anak pertarna. Hal ini disebabkan kar•ena anak pertarna
mengalarni tekanan yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan
harapan orang tua dibandingkan anak-anak yang lahir kemudian.
Tekanan ini mengakibatkan anak cenderung rnenjadi conformer
daripada creator.
Awalnya , Alfred Adler menyinggung perihal pengaruh urutan kelahiran
pada pembentukkan sifat dasar seseorang yang akan menentukan
urutan kelahiran, yaitu anak tunggal, anak tertua, anak kedua, anak
tengah dan anak bungsu.
2.2.1. Anak Sulung
Anak Sulung adalah anak tunggal hingga tiba saat adiknya (anak
kedua) hadir dalam keluarga. la menjadi anak sulung ketika perhatian
ibunya beralih kepada bayi baru yang lebih memerlukan perhatian dan
perawatan. Perhatian dari orang tua itu cenderung membuat anak
memiliki perasaan mendalam untuk menjadi superior atau kuat,
kecemasannya tinggi dan terlalu dilindungi. (dalam Alwisol,2004).
Anak sulung mulai menyadari bahwa ia tidak disayangi lagi dan berpikir
itu
terjadi karena kesalahannya sendiri. la menyesali dirinya danmerasa bersalah. la mengkompensasikan kehilangan tersebut dengan
mencari kasih sayang pengganti dalam bentuk-bentuk lain, misalnya
perasaan dihormati, dikagumi, dan disetujui. la bertindak sangat
berhati-hati untuk tidak
menyinggung perasaan orang di sekelilinginya agar tidak sampai
kehilangan lagi kasih sayang orang tuanya. la berkembang menjadi
sosok yang cenderung mengalah (Hadibroto,2003).
Menurut Adler (dalam Alwisol,2004), kelahiran adik menimbulkan
mengubah situasi (dari memonopoli perhatian orang tua, menjadi harus
b!;)rbagi dan menjadi orang kedua sesudah adikny<l) dan mengubah
cara pandangnya terhadap dunia.
Anak sulung itu mungkin menjadi pemuda yang be1rtanggung jawab,
melindungi orang lain atau sebaliknya menjadi orang yang merasa tidak
aman dan miskin interaksi socia! (dalam A!wisol,2004).
Karakteristik anak bisa dilihat berdasarkan urutan kelahiran seperti
yang disebutkan Alferd Adler. Anak sulung kerap terbebani dengan
harapan atau keinginan orang tua, anak sulung sangat penting bagi ego
orang tua. ltu sebabnya, anak sulung didorong unutk mencapai standar
sangat tinggi sebagai representasi orang tua, 」・ョ、eセイオョァ@ tertekan dan
senang menjadi pusat perhatian. Orang tua cenderung lebih
memperhatikan dalam mendidik anak pertama.
Anak sulung mencapai sukses tinggi dalam bidang yang ditekuninya.
Umumnya memiliki IQ yang sangat tinggi, meraih sukses terbaik dalam
pendidikan akademis. Memiliki motivasi dan keinginan sangat tinggi
untuk mencapai sukses, menunjukkan penguasaan pengetahuan yang
Segi positif dari anak sulung, mereka adalah pemimpin-pemimpin alami , dan banyak dijumpai dikalangn tokoh-tokoh politik dan figur perusahaan
yang terkemuka. Mereka bersikap superior dan cenderung menuntut haknya. Ada dua tipe sikap anak sulung. Pertama,
l.ipe
pekerja keras dengan kemampuan besar untuk mengadakan perubahan dan memegang kendali. Kedua, tipe penurut dan mengayomi. Pada umumnya, anak sulung tergolong orang yang cerewet, sangatmendetail, tepat waktu, berdisiplin tinggi, dan cakap dalam bidang yang ditekuninya (Hadibroto, 2003).
Segi negatifnya, mereka sering bersikap murung dan kadang-kadang kurang berperasaan. Mereka dapat bertindak dengan menggunakan intimidasi, mendorong orang lain bekerja keras, dan jarang ada yang berani menolak permintaan atau perintahnya.
2.2.2 Anak Tengah
Anak tengah, yaitu anak kedua, anak ketiga, dan ウQセエ・イオウョケ。@ yang masih mempuyai adik sebagai pelampiasan kekesalan karena diremehkan oleh kakaknya.
dibentuk melalui pengamatannya terhadap sikap kal<aknya kepada
dirinya (dalam Alwisol,2004).
Anak tengah sangat sulit mengekspresikan kesulitan yang dihadapinya.
Umumnya ramah, tapi sangat tidak rnau terikat. Sukses dalam kegiatan
diluar rurnah, berani rnerintis bidang baru yang orang lain kurang atau
tidak yakin akan keberhasilannya. Sangat berhasil di bidang yang
dilandasi dengan kernarnpuan intelektual.
Segi positif dari anak tengah adalah mereka cenderung senang
bersosialisasi, ingin rnenyenangkan orang lain dan lcurang senang
rnenghadapi konfrontasi. Kebutuhan dasar mereka adalah agar dapat
hidup dengan tenang, lancar dan berupaya menciptakan suasana yang
darnai. Mereka urnurnnya sederhana dan merupakan pendengar yang
baik dan marnpu rnelihat suatu rnasalah dari dua sisi. sehingga sering
berhasil menjadi penengah dalam konflik atau ー・イ「Hセ。。ョ@ pendapat.
Segi negatifnya, rnereka bukan tipe orang yang bisa membuat
keputusan yang akan rnenyinggung perasaan orann lain. Mereka juga
sering menyalahkan diri sendiri apabila orang lain mengalami
2.2.3 Anak Bungsu
L
-Anak bungsu adalah anak yang lahir terakhir dalam keluarga, anak bungsu
merupakan anggota keluarga yang termuda usianya dan biasanya dimanja
dibandingkan dengan saudara-saudaranya (dalam sakul, 1998).
Anak bungsu adalah anak-anak yang kurang dewasa, se1ring menjadi
binggung karena kurang percaya diri, namun dalam keadaan kritis mereka
dapat berubah dan tampil sebagai sosok yang mengejutkan, mereka mampu
menghebohkan kelas dengan humornya, tingkah laku lucunya atau karena
melintir ucapan gurunya.
Anak bungsu biasanya adalah anak yang lucu dan mudah menarik perhatian
orang lain. Mereka sering menjadi mascot keluarga, tidak rumit dan
'
cenderurig ramah. Namun, dibalik itu anak bungsu sering1 diremehkan
sehingga menjadi pemberontak yang emosional, ceroboh dan tidak sabaran
dalam banyak hal dikeluarga, mereka selalu menjadi diterakhirkan. Sakul
(1998) menyatakan bahwa, selain keluarga kurang percaya kepada
kemampuannya, keluarga merasa perlu mengawasinya dlalam setiap tugas
yang dipercayakan kepadanya.
Segi positifnya, anak bungsu tergolong ekstrovert ケ。ョセQ@ rnenjadi lebih
bersemangat dengan kehadiran banyak orang disekitarnjla. Mereka tidak
mudah cepat menjadi bosan. Mereka sangat takut tidak cliterima dalam suatu lingkungan dan memiliki rentang perhatian yang singkat (Hadibroto,2003).
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anak bungsu selain anak yang lahir paling akhir dalam keluarga, juga merupakan anak yang pandai bergaul. la sering dikatakan sebagai anak manja, selalu menjadi pusat perhatian dalam keluarga dan terkadang memang ingin selal:.i diperhatikan atau mencari perhatian. Si bungsu cenderung menganggap dirinya lemah dan tidak berdaya dalam melaksanakan tugas. la tidak banyak menuntut dan tidak suka didominasi oleh orang tua (dalam Chusnul 2006).
2.3 Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah atau masa akhir kanal<-kanak adalah anak yang berusia antara 6-12 tahun. Secara fisik umumnya anak-anak usia ini mengalami pertumbuhan yang lambat namun tetap. Mereka telah menguasai
kemampuan motorik yang pada masa sebelumnya belum dikuasai.
2.3.1 Masa Perkembangan Masa kanak-kanak Akhir 1. Perkembangan Mental
sehingga marnpu mengekspresikan diri dengan lebih baik .. Pemahaman mengenai konsep kecepatan dan jarak telah dikuasai. Anak juga telah mampu memanipulasi berbagai dimensi
lingkungan dan menjelaskan bebarapa gejala lingkungan. Namun, anak usia sekolah masih memiliki keterbatasan berpikir, mereka belum mampu berpikir secara abstrak (Turner dan Helmes, 1995).
2. Tahap Perkembangan Kognitif dari Piaget
Anak usia sekolah berada dalam tahap perkembangan kognitif konkrit operasional pada tahap ini anak dapat berpikir secara konisisten
Perkembangan penting dalam'.tahap ini, anak mampu mernbuat
perencanaan sebelum melakukan tindakan (Gavin dalam Turner 1995). Kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki anak dalam tahap ini adalah;
a. Konservasi (conservation) dengan kemampuan ini anal memahami bahwa jumlah suatu benda tetap sama meskipun bentuk fisik berubah.
b. Klasifikasi kemampuan untuk memahami sub kelas, kelas dan classinclusion.
3. Perkembangan Konsep
Konsep yang berkembang dalam periode ini adalah ォッセウ・ー@ bentuk dan ukuran. Konsep ruang, konsep relasional (kanan/kiri), konsep kuantitas (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian).
4. Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah memerlukan kemampuan monitoring dan evaluasi. Di samping itu, kemampuan pemecahan masalah merupakan refleksi dari perkembangan kemampuan memori. Pada tahap ini kemampuan
metakognitif berkembang. Kemampuan ini yaitu kemampuan untuk memilih tugas kognitif. Dengan adanya perkembangan kemampuan metakognitif mengakibatkan meningkatnya kemampuan untuk mengemali usaha yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, dan menilai s'eberapa tepat usaha yang dilakukan untuk memecahkan masalah (dalam Osc:harini, 1999).
2.4 Tipe Pola asuh orang tua 2.4.1 Pengertian dari pola asuh
Pengasuhan merupakan pengalaman manusia yang penting yang dapat mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Apa yang orang tua lakukan untuk dan bagi anaknya sudah merupakan pola pengasuhan.
mengajarkan perilaku yang umum dan dapat diterima oleh masyarakat. Pola
asuh juga meliputi berbagai macam cara yang digunqkan oleh pengasuhan
untuk mengkomunikasikan afeksi, agresi, nilai, minat sikap dan keyakinan
mereka terhadap anak-anaknya.
Menurut Brooks (dalam Lazzarini,2000), pengasuhan adalah merupakan
suatu proses yang didalamnya terdapat unsur memelihara, melindungi dan
mengarahkan anak selama masa perkembangannya. Hampir sama dengan
pengertian tersebut. Martin dan Colbert
(1997)
mendefinisikan pengasuhansebagai suatu proses yang biasanya berkaitan dengan 01rang dewasa yang
melahirkan, menjaga, mengasuh dan mengarahl<an anak.
Sementara darling dan Steinberg
(1993),
ュセョ、・ヲゥョゥウゥォ。ョ@ pola asuh orangtua adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak yang meliputi
kegiatan seperti memelihara, memberi makan, membersihkan, melindungi
dan mengarahkan tingkah laku anak selama masa perkembangan anak
tersebut.
Se lain faktor-faktor yang bersifat nature terdapat faktor yang bersifat nurture
yang mempengaruhi kreativitas. Salah satunya pola asuh orang tua. Menurut
pendekatan yang bersifat authoritarian mempunyai dampak negatif bagi
anak. Banyaknya campur tangan orang tua terhadap anak tidak
Dalam mengasuh anak, terkadang arang tua memperlakukan anak-anaknya secara berbeda dipengaruhi oleh urutan kelahiran anak t:ersebut, pola
perlakuan yang khas terhadap anak sulung, tengah atau bungsu berpengaruh terhadap kreativitas.
Menurut Hurlock (1980) Orang tua sebagai pangkal keluarga tentunya sangat berperan dalam pembentukkan dasar-dasar kepribadian, karena orang tua merupakan model identifikasi bagi sang anak, menyatakan bahwa model atau cara orang tua mengasuh yang terkenal dengan pola asuh, terdapat 3 macam yaitu:
1. Pola asuh Otoriter, yaitu: pola asuh yang mempunyai ciri-ciri sikap orang tua yang suka menghukum secara fisik, keras dan kurang hangat, orang tua selalu menuntut kepatuhan dari anak, orang tua mengontrol anak dengan disiplin yang keras, interaksi yang terjadi tidak hangat dan terdapat fantasi negatif. Akibatnya anak menjadi tidak komunikatif dengan orang tua, submissif dan kurang tanggung jawab.
2. Pola asuh permisif, yakni; ciri orang tuaa yang serba mengizinkan keinginan-keinginan anak, orang tua kurang memberikan disiplin terhadap anak, orang tua kurang memberikan dis:plin terhadap anak, orang tua memberikan kebebasan penuh (longgar) dan sikapnya tidak menghukum. Akibatnyaa anak dapat bertindak sEimau mereka, mau menang sendiri, kurang respek atau hormat terhctdap orang tua,
3. Pola asuh demokratis, yaitu sikap orang tua yang mengarahkan perilaku anak secara rasional, menimbulkan sikap hangat !)ada
keduaa belah pihak. Sikap orang tua juga mengontrol dan mendorong secara positif, orang tua mempunyai tanggung jawab dan dapat
mandirri, sehingga disin terjadi hubungan yang harmonis antara anak dan orang tua.
2.5 Hubungan Antara Urutan Kelahiran Dengan Kreativitas
Dalam kehidupannya setiap anak berdasarkan urutan kelahirannya harus mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dengan menggunakan seperangkat keterampilan khusus atau kreativitas. Keterampilan khusus inilah yang kemudian terbentuk menjadi karakteristik sang anak kelak dikemudian hari. Konsep urutan kelahiran bukan didasarkan semata-mata oleh nomor urutan kelahiran menurut diagram keluarga, melainkan yang lebih cepat adalah berdasarkan persepsi psikologis yang terbentuk dari pengalaman seseorang di masa kecilnya, terutama sejak ia berusia dua sampai lima tahun. Kepribadian yang terbentuk menurut kelahiran itu tak akan berubah lagi dan berdampak pada setiap bidang kehidupan kelak.
Anak pertama atau sulung harus dapat mengatasi situasinya sendiri bila ada gangguan atau campur tangan dari orang tua, saudara, atau orang dewasa lain dalam lingkungannya. Anak pertama mengembangkan dua macam
cepat untuk melaksanakan dan menyelesaikan apa yang sedang
dilakukanya sebelum munculnya gangguan tersebut.
Anak kedua mengalami gangguan perhatian yang semestinya tertuju pada
dirinya harus diperebutkan dengan kakaknya, apa yang dilakukannya dapat
disaingi oleh anak sulung dengan prestasi lebih baik, terutama untuk
kegiatan diluar rumah. Anak kedua merasa yakin bahwa tidak ada orang
yang memperdulikan perasaannya sehingga ia terbiasa untuk berfikir dan
bertindak realistis, oleh karena itu anak
kedua cenderung menghindar untuk memberi ujian kepada seseorang
karena takut akan melukai perasaan orang lain.
Anak ketiga atau anak bungsu biasanya menjadi sasaran tumpahan segala
sesuatu yang tidak disenangi kakaknya, oleh karena itu analk ketiga atau
anak bungsu tumbuh mrnjadi sosok yang merasa serba tidal< mampu dalam
mengerjakan segala sesuatu dengan baik, anak bungsu berupaya
membentengi dirinya dengan menghadapi sikap kakaknya, bila ia berhasil
mengatasi perasaan takut dan ketidakpastian tersebut ia akan menjadi
sosok pemberani akan tetapi bila gagaf ia akan menjadi seorang penakut
yang senantiasa perlu perlindungan.
diantara faktor eksternal yang dapat mempengaruhi l<reativitas salah satu
diantaranya adalah sikap orang tua, hal ini sejalan 、・ョセQ。ョ@ yang
diungkapkan oleh Amabile (dalam Munandar, 1999) bahwa sikap dan nilai
orang tua berkaitan erat dengan kreativitas anak.
Sikap orang tua ini berkaitan erat dengan cara orang tua mengasuh atau
mendidik anaknya. menurut Hurlock terdapat tiga mac.am cara orang tua
mengasuh yang terkenal dengan pola asuh, yaitu (1) p1,la asuh otoriter; (2)
pola asuh permisif ; (3) pola asuh demokratis. Orang tua yang mengasuh
anaknya dengan pola pengasuhan yang demokratis ュ\セュオョァォゥョォ。ョ@
kreativitas tumbuh subur. Menurut
Amaibile yang dikutip Utami Munandar (1985) mengatakan bahwa orang tua
yang terpercaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung
mempunyai anak kreatif. Mereka tidak otoriter tidak selalu mau mengawasi
dan meraka tidak terlalu membatasi kegiatan anak. Meireka juga tidak terlalu
cemas meganai anak mereka sehingga kreativitas dapat tumbuh pada diri
anak.
Karena kreatvitas merupakan apek yang penting untulc dikembangkan dalam
diri individu, sebab kreativitas berperan dalam memecahkan berbagai
memajukan peradaban manusia. Usaha sejak dini untuk mengembangkan potensi kreativitas yang ada dalam diri individu perlu dilakukan.
Hipotesa-hipotesa tersebut adalah sebagai berikut:
Ha : Ada perbedaan yang signifikan tingkat kreativitas berdasarkan urutan kelahiran pada siswa sekolah Dasar.
3.1 Jenis Penelitian
BAB3
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian komparatif, karena
berdasarkan judul penelitian yang mencari ada tidaknya perbedaan yang
signifikan antara tingkat kreativitas anal< berdasarl<an urutan kelahiran,
sebagaimana yang telah tertulis pada buku Manajemen Penelitian
(Aril<unto,2002) bahwa yang dimaksud dari penelitian komparatif itu adalah
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk ュ・ョァセエ。ィオゥ@ ada tidal<nya
pcrbedaan.
3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Untuk pendekatan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif
yaitu pendekatan yang menggunakan uji statistik. Pendekatan kuantitatlf
memang dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran data, seperti penampilan dari hasil penelitian (Arikunto, 2002).
Sedangkan metode penelitian yang digunal<an peneliti adalah metode
.1.2 Definisi Variabel
:erlinger (dalam Sevilfa, 1993) mendefinisikan variabel penelitian sebagai uatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam nilai, menyangkut segala esuatu yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat variabel ebas (independent variable) yang yang dipandang sebagai kemunculan ariabel terikat, serta variabel terikat (dependent variabel)
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kreativitas,yang didapat dari skor tes kreativitas figural.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah urutan kelahiran . . 1.3 Definisi Operasional
efinisi operasional yang dirnaksud dalam hal ini adalah definisi yang ersifat empiris yang dapat diukur dan dinilai berdasarkan konsep Jerasional dari variabel penelitian. Adapun definisi operasional dari variabel enelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kreativitas yang dimaksud adalah tingkat kreativitas dan kemampuan kreatif yang didalamnya terkandung kelancaran,fleksibilitas, orisinalitas, serta elaborasi yang diukur melalui Tes Kreativitas Vigural.
.2.1 Populasi dan Sampel Penelitian
erlinger (dalam Sevilla, 1993) menyalakan bahwa populasi sebagai 3seluruhan anggola, kejadian, alau objek-objek yang lelah dilelapkan engan baik. Popu!asi dari penelilian ini adalah seluruh siswa kelas 4,5 dan
SDN 03 pagi Jakarta Baral.
imlah sampel yang d1rencanakan berjumlah 90 orang siswa yang lerdiri iri 30 siswa anak sulung, 30 siswa anak lengah, dan 30 siswa anak mgsu.
3ng diambil dari 89 siswa kelas 4,87 siswa kelas 5 dan 86 siswa kelas 6 ) Negri 03 Pagi Jakarta Baral, menurul Ferguson (dalam Sevil:a, 1993), 1raklerislik sampel dalam penelilian ini adalah :
a. Siswa SD Negeri 03 Pagi Jakarta Baral .
b. Subjek memiliki saudara minimal
3
orang yailu, anak pertama, lengah dan lerakhirc. Berusia anlara 10-12 lahun.
:.2 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
knik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelilian ini adalah
rposive Random Sampling. Yang dimaksud dengan purposive adalah
eknik ini termasuk dalam non probability sampling dimana tidak semua nggota populasi mendapat kesempatan yang sama untukmenjadi sampel enelitian. Menurut Sanapiah (2005) purposive sampling adalah sampel mg ditetapkan secara sengaja oleh penulis berdasarkan atas kriteria atau ertimbangan tertentu. Karena jumlah subjek yang memenuhi kriteria asing-masing kategori dari sulung,tengah dan bungsu maka dilakukan ndomisasi dari mereka sehingga diperoleh masing-masing kategori セ「。ョケ。ォ@ 30 orang.
3 Teknik Pengumpulan Data·
etode penelitian yang dilakukan adalah metode kausal komparatif
enelitian ex post facto). Kerlinger (1973) mendefinisikan ex post facto
bagai " pencarian empirik yang sistematik karena ilmuwan tidak dapat engontroi Jangsung variabel bebas karena peristiwanya telah terjadi atau rena menurut sifatnya tidak dapat dimanipulasi. (dalam Sevilla, 1993)
!lam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang akukan dengan cara memberikan tes kreativitas figural dan menyebarkan ftar penyataan (angket) yang mengacu pada skala likert.
lnstrumen Pengumpulan Data
3.4.1 Tes Kreativitas Figural
Tes Kreativitas Figural merupakan adaptasi darj circle test yang dibuat oleh Torrance. TKF digunakan untuk subyek prasekolah sampai dewasa. Tes ini valid bagi mereka yang memiliki pengalaman menggambar. Tes ini
mengukur kelancaran, keluwesan, orisinalitas serta elabc>rasi. Dalam penelitian ini, untuk mengukur kreativitas (berfikir anak) digunakan Tes Kreativitas Figural bentuk lingkaran dari Torrance (1974) yang telah
dibakukan dan diadaptasi untuk murid-murid Indonesia cileh Utami Munandar (1988).
Cara pengisian dibuat dengan menggunakan alat tulis, anak diminta
menambahkan garis-garis pada lingkaran untuk membentuk suatu gambar. Garis-garis tambahan dapat ditempatkan di dalam ataupun di luar lingkaran sesuai dengan apa yang dibuat. Lingkaran tersebut harL1slah merupakan bagian dari gambar yang dibuat. Waktu yang disediakan selama 10
(sepuluh) menit. Dalam waktu yang disediakan, anak diminta untulc membuat sebanyak mungkin benda-benda atau gambar-gambar yang khas atau unik yang kira-kira tidak dibuat oleh anak yang lain, terakhir anak diharuskan menuliskan nama atau judul dibawah gambar yang dibuat.
a. Fleksibilitas atau keluwesan, skor fleksibilitas dip1eroieh dengan menghitung jumlah kategori yang berbeda yang diperoleh. berdasarkan klasifikasi jawaban.
b. Kelancaran, skor ini diperoleh dengan cara meng1hitung banyaknya respon yang dihasilkan oleh sub.iek.
c. Skor orisinalitas diperoleh berdasarkan tabuJasi ゥセキ。「。ョ@ dari 500
subyek usia 10 sampai 18 tahun. Jawaban yang diberikan oleh 10%
atau lebih dari subyek mendapat skor 0. Jawaban yang diberikan oleh 5% sampai 9% subjek mendapat skor
1.
Jawaban yang diberikan oleh 2 sampai 4% dari subyek mendapat skor 2. Jawaban yang diberikan oleh kurang dari 2% subjek mendapat skor 3. Jawaban yang tidak termasuk dalam daftar mendapat slmr 3.Pada tes lingkaran skor untuk orisinalitas berdasarkan kelangkaan jawaban juga diberi skor bomus orisinalitas, yaitu respon yang mengkombinasikan 2 atau lebih lingkaran, dengatn menggunakan patokan nilai bonus yang dibuat Torrance
(1974).
d. Skor Elaborasi diperoleh dengan melihat jumlah gagasan yang nampak pada setiap obyek atau respon, di sarnping gagasan pokok yang minimal. Detil yang esensial untuk menggambarkan suatu
Raw score
pada tes Kreativitas figural (TKF) dikonversiikan ke dalarn nilai
standard score (SS).
Peneliti membuat lndikator Tingkat Kreativitas berdasarkan Tes Lingkaran
yang telah dibakukan oleh Utami Munandar(1988).
Tes lingkaran ini mengukur unsur-unsur: (1) Kelancarari; (2) fleksibilitas; (3)
orisina!itas; ( 4) elaborasi.
Penggunaan tes kreativitas figural dalam penelitian ini clengan
pertimbangan:
1.
Dapat mengukur keempat aspek kreativitas
2. Sesuai bila digunakan pada usia sekolah dasar
3. Mudah dalam mengadministrasikannya
4. Tidak terpengaruh oleh bakat menggambar
3.4.2. Kuesioner untuk data tambahan
diberi angka2 dan respon terhadap pernyataan yang menggambarkan pola
asuh demokratis diberi angka 3
Menurut Oppenheim (dalam Sevilla, 1993) angket merupakan alat ukur
ilmiah untuk mengumpulkan sejumlah data tertentu yang berbentuk daftar
sejumlah pertanyaan yang diisi oleh subyek penelitian. Ada beberapa
keuntungan dalam menggunakan angket antara lain, biaya yang diperlukan
cukup kecil, pelaksanaannya cukup mudah karena tidak diperlukan keahlian
khusus, pengolahan data dan analisa data lebih mudah dan mencakup
sampel yang cukup banyak dalam waktu singkat. Sedangkan kelemahan
dari angket adalah sulit untuk diberikan kepada subyek dengan IQ rendah/
latar belakang pendidikan rendah.
Angket yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat langsung dan
tertutup. Bersifat langsung karena angket ini langsung diisi oleh orang tua
responden dan tidak dapat diwakili. Sedangkan bersif'at tertutup karena
pernyataan-pernyataan
yang dibuat oleh penulis mempunyai jawaban yang telah disediakan dan
disusun terlebih dahulu. Sehingga responden tidak mempunyai kebebasan
untuk memberikan jawaban sendiri kecuali memilih jawaban yang sudah ada
Skala pola asuh orang tua
[image:59.595.37.460.172.572.2]ltem-itsm untuk skala pola asuh ini mengacu pada penclapat Mussen, yaitu ada empat aspek. Yang mana skala ini diadaptasi dari セ[ォ。ャ。@ pola asuh Yuniarti (1998 dalam Saifuddin Azwar,2003) yang terdiri dari 40 item yang mencakup indikator-indikator tersebut.
Tabel3.1.
Blue Print Skala Pola Asuh
No. ASPEK NO.Item Jumlah
1. Kontrol Tingkah Laku 18,20,21,23,25,26,29,30,31,32 10 (penempatan
hukuman dirumah
2. Tuntutan Perilaku 1*,2*,5,7*, 14, 17*,33,35,37,39
10
yang Matang (lnteraksi Sosial)
3. Komunikasi Orang 6* ,9* ,11* ,15,24,27,28,34,36,40
10
Tua danAnak
4. Pemeliharaan 3,4,8, 1O*,12*, 13*, 16;19,22,28
10
pendidikan anak (disiplin sekolah)
Total
40
Tabel 3.2
Skor Skala Pola asuh
Skor PolaAsuh
1
Otoriter2 Permisif
3
Demokratis3.5
Teknik Pengolahan dan Analisa DataSebelum penelitian dilaksanakan, penulis mengadakan ujicoba terpakai. Ujicoba terpakai ini penulis lakukan untuk melihat dan mengetahui apakah alat tes yang penulis gunakan dapat mengukur apa yanH hendak diukur dan dipercaya.
3.5.1'
Validitas TesValiditas berasal dari arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
1. Tes kreativitas figural yang pertama digunakan di Indonesia ialah
'circle test'dari Torrance(1974), yaitu dalam pene11itian penyusunan
keseluruhan sample menunjukan hubungan yan1;1 cukup kuat, signifikan pada taraf 0,01 (Utami Munandar,dkk,'1988).
2. Kuesioner pola asuh orang tua, validitas pada peinelitian ini mengacu pada korelasi aitem total dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dengan nilai sebesar 0,235 (Azwar,1996).
Menggunakan formula koefisien korelasi product-mom<mt Pearson, dengan rum us:
nI:XY - (I:X) (LY)
rxy
=
セ@
[nI:X2 - (ZX)2] [nI:Y2 - (ZY)2Dimana: r xy
=
angka indeks korelasi product momentn
=
Jumlah subjek keseluruhanzxy
=
Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y=
Jumlah skor xI:Y = Jumlah skor
Hasil analisa korelasi item total dari uji coba terhadap 40 item skala pola asuh, menunjukkan 30 item yang mempunyai koefisien fcorelasi item total diatas 0,235. Item-item yang gugur adalah nomor 1,2,6,i7,9,10,11,12,13,dan
Ke 30 item tersebut melihat aspek masalah keseharian yakni: kontrol tingkah
laku sebanyak 1.0 item, item interaksi sosial sebanyak 6 item, item
komunikasi orang tua dan anak sebanyak 7 item dan disiplin sekolah
sebanyak 7 item.
3.5.2 Reliabilitas Tes
Tujuan pokok reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya, artinya hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh has ii yang relatif sama
(Azwar, 1996). Menggunakan formula koefisien reliabilitas alpha. Dilakukan
pengujian dengan rumus Alpha (;ronbach rumusnya adalah:
a= - QMMセM
[ k-l k
I
'£8" Sx2J
Keterangan:a : Reliabilitas alpha
k : Jumlah belahan tes
Sj : Varian belahan j; j 1 ,2 ... k
Reliabilitas menunjukkan taraf keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur (Azwar,2003).
1. Reliabilitas TKF, Torrance (1974) menguju "interscorereliabi/ity'dari
baterai tes kreativitas figural (termasuk circle tesf) dan menghitung koefisien korelasi antara skor penilai yang berpengalaman dengan yang belum berpengalaman dalam penggunaan ltes tersebut. Dengan sample 100 orang, tes kreativitas bentuk figural koefisien korelasi yang diperoleh berkisar antara 86 sampai 99 dengan rata-rata 95. penelitian Yamamoto (1962) menunjukkan 'test nr:test reliability' dari circle test, yaitu 76 untuk fluency , 63 untuk flexibility, dan 79 untuk originality. Dari hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa tes kreativitas figural mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi.
Tes kreativitas ini telah dibakukan penggunaannya untuk anak Indonesia oleh Utami Munandar, dkk (1988), yaitu untuk anak usia:
9 tahun 7 bulan sampai dengan 11 tahun 6 bulan 11 tahun 7 bulan sampai dengan 13 tahun 6 bulan
Dengan melihat kualitas tes dan perkembangan penggunaannya di
Indonesia, terutama dalam hal standarisasi, maka penelitian ini tidak perlu meragukan tingkat keandalan TKF. Karena itu, dalam penelitian ini dipilih TKF dari Utami Munandar (1988).
2. Reliabilitas dan korelasi item skala pola asuh. Adapun analisa data reliabilitas skala pola asuh orng tua menghasilkan koefisien alpha (a) sebesar 0,794
3.6 Teknik Analisa Data
Data yang didapat dari instrument penelitian kemudian dianalisis.
Analisa data
Adalah cara seorang peneliti dalam mengolah data yang1 telah terkumpul sehingga mendapat suatu kesimpulan dari penelitiannya,. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Varians (Anava) satu kl:asifikasi. Anava digunakan untuk membandingkan varians dalam kelompok yang berasal dari tiga kategori data atau lebih dan kategori-kategori tersebut baru dapat
Menurut kerlinger & Ferguson (dalam Supratiknya,
A.
Dr. 2000), Anava artinya metode untuk memifah, mengisofasi dan mengidentifikasikan variasiyang teramati di dalam suatu variabel tergantung
(depencfent variable)
akibatpengaruh satu atau lebih variabel bebas
(independent variable),
ke dalambeberapa bagian. Dalam penelitian ini digunakan rumus anava satu
klasifikasi yang bertujuan untuk menguji perbedaan bebernpa kelompok data
berskala interval atau rasio yang berasal dari satu variabk,1 bebas.
Metode ini digunakan untuk menguji hipotesis perbedaan tingkat kreativitas
anak berdasarkan urutan kelahiran.
Dengan Rumus:
Dimana :
F
RK ant
RKcta1
RKant
F
=
RK ctal
=
lndeks perbedaan= Rerata kuadrat antara
=
Rerata kuadrat dalam kelompokPengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara
[image:65.595.24.428.155.529.2]yaitu menggunakan probabilitas dan membandingkan uji F hitung dengan f
tabel. Jika pengambilan keputusan menggunakan probabilitas, maka
kesimpulan yang diambil adalah probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.
Jika pengambilan keputusan menggunal<an perbandin,ian F hitung dan F tabel, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah F ,hitung
<
F tabel, maka Ho diterima, tetapi jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak.Sedangkan dasar pengambilan keputusan penelitian 「Qセイ、。ウ。イォ。ョ@
probabilitas :
[image:66.595.59.418.190.480.2]3.7 Prosedur Penelitian GMMMᄋᄋMMセMMセMBGMMセᄋMMMMMᄋMM
Prosedur penelitian terbagi menjadi lima tahap:
1. Persiapan, menyiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian misalnya pembuatan skala, ー・イゥ[セゥョ。ョL@ try-out ska/a, dan sebagainya.
2. Tahap pelaksanaan, memberikan tes kreattivitas, memberikan skala kepada sarnpel penelitian.
3. Tahap pengolahan data, setelah hasil sudah memenuhi prosedur penelitian maka dilakukan pengolahan data yang diambil dari subjek sebanyak 30 untuk anak sulung, 30 untuk anak tengah dan 30 untuk anak bungsu setelah itu melakukan skoring terhadap hasil tes dan angket penEilitian, menghitung hasil,dan membuat tabulasi data.,
4. Tahap Analisa, yaitu menganalisa data dan membuat hasil analisis, membuat kesimpulan dan saran.
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISA DAT.A
.1. GAMBARAN UMUM RESPONDEN
[image:68.595.9.417.141.660.2])ampel dari penelitian ini sebanyak 90 siswa di SON 03 Pagi Jakarta - Barat rang terdiri dari 89 orang siswa kelas 4, 87 orang siswa kelas 5 dan 86 orang siswa kelas 6.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Kategori Jenis Kelamin Jumlah Pmsentase % Perempuan Laki-laki
1. Su lung
12
18
30 33,332.
Tengah18
12
30 33,333. Bungsu 15 15 30 33,33
Jumlah 45 45 90 L 100
Tabel4.2
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
Usia Pros