• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam; eksperimen SMPN 2 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam; eksperimen SMPN 2 Tangerang Selatan"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual (CTL) terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar PAI yang dilaksanakan di SMP N 2 Tangerang Selatan pada bulan november hingga bulan Desember 2010 pada pokok bahasan thaharah (bersuci) dikelas VII. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dari 413 siswayang terbagi dalam 10 kelas dan diambil 2 sebagai sampel kelompok eksperimen dan kontrol yang berjumlah 78 siswa. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen rata-ratanya adalah 81,85 dan simpangan bakunya adalah 5,72, hasil belajar kelompok kontrol lebih rendah dengan rata-rata 77,23 dan simpangan bakunya 5,74. Setelah dilakukan uji “t” diperoleh thitung = 3,45 dan

ttabel = 1,99 pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99 yang artinya thitung > ttabel.

Maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha yang menyatakan terdapat pengaruh

(2)

ii

Use of Contextual Influence approach (CTL) against the Islamic Religious Education Learning Outcomes. This study aims to determine the effect of contextual approach (CTL) against the PAI study conducted in South Tangerang SMP N 2 in November to December 2010 on the subject thaharah (purification) in class VII. The research method used in this study was quasi experiment. Sampling was done by purposive sampling of 413 students who are divided in 10 classes and samples taken 2 as experimental and control groups totaling 78 students. The instrument used was the instrument of achievement test. The results of the experimental group students' average was 81.85 and standard deviation is 5.72, the learning control group was lower with an average of 77.23 and standard deviation 5.74. After doing the test "t" is obtained tcount = 3.45 and ttable = 1.99 at

0.05 significance level of 1.99, which means tcount> ttable. Then it can be concluded

Ho refused and Ha which states have the effect of contextual approach (CTL)

against PAI student learning outcomes acceptable. This suggests the use of contextual approach (CTL) have a significant influence on student learning outcomes.

(3)

iii

Assalamu’alaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufik dan inayah-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Dan sebagai ta’zim, penulis haturkan salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang setia pada ajarannya.

Karya tulis yang ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di SMP N 2 Tangerang Selatan)” ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah dicurahkan sepenuhnya dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Karenanya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(4)

iv dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

4. Bapak Abd. Ghofur, M.A, Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikam bimbingan serta arahan kepada penulis.

5. Seluruh Dosen FITK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.

6. Terkhusus untuk kedua orang tuaku tercinta yang telah merawat, membesarkan, mendidik, mencintai dan mencurahkan kasih sayangnya, serta tak henti-hentinya memberikan semangat dan doa kepada anak-anaknya setiap saat, di mana pun, kapan pun dan dalam keadaan apa pun.

7. KH. Syarif Rahmat RA, S.Q, M.A selaku pimpinan pesantren Ummul Qura beserta keluarga yang telah memeberikan motivasi serta dorongan terhadap penulis.

8. Bapak Alan Suherlan, M.M, selaku kepala SMP N 2 Tangerang Selatan. 9. Bapak Munawir, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

SMP N 2 Tangerang Selatan.

10. Sahabat karibku Habibie dan Siti Timas Nona yang telah memberikan hari-hari penulis penuh keceriaan, terutama selama masa penulisan skripsi ini. 11. Kawan-kawan PAI/E angkatan 2006 Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

12. Bunda Siti Nuriyah, S.Pd.I yang banyak memberikan arahan pada penulis. 13. Kawan-kawan di Ponpes UQ: Aan, Maunah, Meta Zahra, Hibah, Na’rifuddin,

Amiril, dan Wahid yang telah banyak memberikan motivasi dan menjadikan hari-hari penulis penuh dengan keceriaan

(5)

v

tulis selanjutnya. Kepada semua pihak penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang mereka berikan.

Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang ada di dalam skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik

sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan. Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, Desember 2010

(6)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar belakang Masalah ... 5

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D.Tujuan dan Manfaat Penulisan... 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A.Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Landasan Filosofis CTL ... 8

2. Landasan Teoritis CTL... 9

3. Definisi Pembelajaran Kontekstual ... 10

4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 12

5. Komponen Pembelajaran Kontekstual ... 13

6. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual ... 16

7. Strategi umum Pembelajaran Kontekstual ... 17

8. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatan Tradisional 19 B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Belajar ... 23

2. Definisi Hasil Belajar ... 23

3. Definisi Pendidikan Agama Islam... 25

(7)

vii

C.Kerangka berfikir dan Hipotesis ... 37

1. Kerangka Berfikir ... 37

2. Hipotesis ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tujuan Penelitian ... 39

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C.Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 39

D.Populasi dan Sampel ... 40

E. Variable Penelitian ... 41

F. Instrumen Penelitian ... 42

G.Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Tahap -Tahap Proses Penelitian ... 43

2. Analisis Instrumen Penelitian... 44

H.Teknik Analisis Data 1. Analisis data ... 47

a. Uji Normalitas ... 47

b. Uji Homogenitas ... 47

2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t ... 48

I. Hipotesis Statistik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Tempat Penelitian ... 50

B.Deskripsi Data ... 51

1.Deskripsi Data Nilai Kelompok Eksperimen ... 54

2.Deskripsi Data Nilai Kelompok Kontrol... 54

C.Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 55

1.Uji Normalitas ... 55

a. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen ... 55

(8)

viii

2.Uji Homogenitas ... 57 a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 57 b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol .... 57 D.Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 58

1. Analisis Data ... 58 2. Pembahasan ... 59 BAB V KSESIMPULAN DAN SARAN

(9)

ix

Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional 20

Tabel 3.1 Desain penelitian ... 40

Tabel 3.2 Kisi-kisi test hasil belajar PAI final ... 42

Tabel 4.1 Data guru dan pegawai ... 51

Tabel 4.2 Data siswa ... 51

Tabel 4.3 Data nilai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 52

Tabel 4.4 Rekap hasil belajar PAI (thaharah) kelompok eksperimen ... 54

Tabel 4.5 Rekap hasil belajar PAI (thaharah) kelompok kontrol ... 54

Tabel 4.6 Uji normalitas pretes kelompok eksperimen ... 55

Tabel 4.7 Uji normalitas pretes kelompok kontrol... 56

Tabel 4.8 Uji normalitas postes kelompok eksperimen ... 56

Tabel 4.9 Uji normalitas postes kelompok kontrol ... 56

Tabel 4.10 Uji homogenitas pretes kelompok eksperimen dan kontrol ... 57

Tabel 4.11 Uji homogenitas postes kelompok eksperimen dan kontrol ... 57

Tabel 4.12 Hasil uji “t“ kemampuan awal siswa ... 59

(10)

x

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Eksperimen) ... 64

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Kontrol) ... 70

Lampiran 3 Rekap Analisi Butir Validitas, Reabilitas, Daya Pembeda, Tingkat kesukaran ... 76

Lampiran 4. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 77

Lampiran 5. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 78

Lampiran 6. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 79

Lampiran 7. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 83

Lampiran 8 Proporsi Jawaban Pretest Kelompok Eksprimen ... 87

Lampiran 9 Proporsi Jawaban Pretest Kelompok Kontrol ... 88

Lampiran 10 Proporsi Jawaban Postest Kelompok Eksprimen ... 89

Lampiran 11 Proporsi Jawaban Postest Kelompok Kontrol ... 90

Lampiran 12. Perhitungan Uji t Pretes dan Postes ... 91

Lampiran 13 Lembar Kerja siswa 1 ... 93

Lampiran 14 Lemabar Kerja Siswa 2 ... 94

(11)

karya sederhana ini aku persembahkan untuk:

kedua orang tuaku tercinta

Ayahanda Muhajirin Dan IbundaTarwiah

Kedua kakakku tercinta

Heni Varida Nurhasanah, S.Pd dan Neni Nur’aeni

Kedua Adikku tercinta

Alfan Nasrul Haq dan Hikmal Maulana Ahsan

Sahabat-sahabatku

Almamaterku

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Teman-teman seperjuangan PAI/E angkatan 2006

(12)

ii

Assalamu’alaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufik dan inayah-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Dan sebagai ta’zim, penulis haturkan salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang setia pada ajarannya.

Karya tulis yang ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di SMP N 2 Tangerang Selatan)” ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah dicurahkan sepenuhnya dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Karenanya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(13)

iii dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

4. Bapak Abd. Ghofur, M.A, Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikam bimbingan serta arahan kepada penulis.

5. Seluruh Dosen FITK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.

6. Terkhusus untuk kedua orang tuaku tercinta yang telah merawat, membesarkan, mendidik, mencintai dan mencurahkan kasih sayangnya, serta tak henti-hentinya memberikan semangat dan doa kepada anak-anaknya setiap saat, di mana pun, kapan pun dan dalam keadaan apa pun.

7. KH. Syarif Rahmat RA, S.Q, M.A selaku pimpinan pesantren Ummul Qura beserta keluarga yang telah memeberikan motivasi serta dorongan terhadap penulis.

8. Bapak Alan Suherlan, MM., selaku kepala SMP N 2 Tangerang Selatan. 9. Bapak Munawir, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

SMP N 2 Tangerang Selatan.

10. Sahabat karibku Habibie dan Siti Timas Nona yang telah memberikan hari-hari penulis penuh keceriaan, terutama selama masa penulisan skripsi ini. 11. Kawan-kawan PAI/E angkatan 2006 Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

12. Bunda Siti Nuriyah, S.Pd.I yang banyak memberikan arahan pada penulis. 13. Kawan-kawan di Ponpes UQ: Aan, Maunah, Meta Zahra, Hibah, Na’rifuddin,

Amiril, dan Wahid yang telah banyak memberikan motivasi dan menjadikan hari-hari penulis penuh dengan keceriaan

(14)

iv

tulis selanjutnya. Kepada semua pihak penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang mereka berikan.

Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang ada di dalam skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik

sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan. Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, Desember 2010

(15)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar belakang Masalah ... 5

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D.Tujuan dan Manfaat Penulisan... 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A.Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Landasan Teritis ... 2. Landasan filosofis CTL ... 8

3. Definisi Pembelajaran Kontekstual ... 9

4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 11

5. Komponen Pembelajaran Kontekstual ... 12

6. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual ... 14

7. Strategi umum Pembelajaran Kontekstual ... 15

8. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatan Tradisional 17 B.Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Hasil Belajar ... 21

2. Definisi Pendidikan Agama Islam... 22

3. Tujuan Pendidikan Islam ... 25

(16)

v

1. Kerangka Berfikir ... 32

2. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tujuan Penelitian ... 34

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

C.Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 34

D.Populasi dan Sampel ... 35

E. Variable Penelitian ... 36

F. Instrumen Penelitian ... 36

G.Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Tahap -Tahap Proses Penelitian ... 38

2. Analisis Instrumen Penelitian... 39

H.Teknik Analisis Data 1. Analisis data ... 42

a. Uji Normalitas ... 42

b. Uji Homogenitas ... 42

2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t ... 43

I. Hipotesis Statistik ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Tempat Penelitian ... 45

B.Deskripsi Data ... 46

1. Deskripsi Data Nilai Kelompok Eksperimen ... 49

2. Deskripsi Data Nilai Kelompok Kontrol ... 49

C.Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 50

1. Uji Normalitas ... 50

a. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen ... 50

b. Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol ... 50

(17)

vi

a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 52 b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol .... 52 D.Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 53

1. Analisis Data ... 53 2. Pembahasan ... 54 BAB V KSESIMPULAN DAN SARAN

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar siswa secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu meliputi sikap, motivasi, konsentrasi belajar, mengolah bahan ajar, menyimpan hasil belajar, menggali hasil belajar serta aplikasi hasil belajar. Sedangkan faktor ekstern yang dapat mempengaruhi yaitu guru, sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa dan kurikulum siswa.

Sampai sat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar, sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa adalah pendekatan CTL ini.

Pendekatan ini memberikan inspirasi bahwa anak belajar lebih baik melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan yang alamiah sebagaimana kurikulum yang diterapkan di Indonesia sekarang ini yang lebih dikenal dengan istilah KTSP, dimana dalam penerappan KTSP guru dituntut agar lebih kreatif dalam memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat sehingga sesuai dengan yang diharapkan.

(19)

materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah yang terjadi di kelas sekolah kita.

Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Dengan demikian tugas atau peran seorang guru dalam pembelajaran kontekstual bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa” yang memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya serta membantu agar setiap siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya dan yang membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anak didiknya. Suatu pengetahuan yang baru yang didapat dari menemukan sendiri.1

Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar

1

(20)

pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.

Pembelajaran materi mata pelajaran agama disekolah, selama ini lebih menitik beratkan pada target yang harus dicapai yang dicantumkan dalam tujuan pembelajaran umum. Hal itu menyebabkan kemampuan yang harus di kembangkan peserta didik menjadi kurang jelas. Selain itu, pembelajaran mata pelajaran agama sementara ini juga lebih menekankan pada materi pokok dan lebih bersifat memaksakan target bahan ajar sehingga tingkat kemampuan peserta didik terabaikan. Hal ini kurang sesuai dengan prinsip pendidikan yang menekankan pengembangan peserta didik lewat fenomena bakat, minat serta dukungan sumber daya lingkungan.

Fakta lainnya adalah bahwa pembelajaran bidang studi agama di sekolah lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif, dan kurang mengakomo-dasikan kemampuan afektif dan psikomotor anak didik.

Kegiatan pendidikan dan pembelajaran mata pelajaran agama di sekolah adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berahlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.

Bila dikaitkan dengan tujuan pendidikan Islam, maka pendidikan agama mestilah mampu mengantarkan seorang peserta didik kepada terbina setidaknya tiga aspek yaitu aspek keimanan yang mencakup arkanul iman, aspek ibadah yang mencakup seluruh arkanul Islam, da ketiga aspek akhlak yangmencakup akhlakul karimah.2

Pendidikan dan pembelajaran mata pelajaran agama di sekolah ditunjukan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang materi keimanan dan perilaku terpuji, sehingga menjadi manusia

2

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia,

(21)

muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Berdasakan fungsi dan tujuan pembelajaran mata pelajaran agama di sekolah itu, maka pendekatan pembelajarannya tidak bisa hanya mengandalkan pada pendekatan verbal dan hanya menekankan pada kemampuan kognitif siswa. Selain itu, proses pembelajarannya juga hendaknya memiliki asumsi bahwa para siswa sebagai peserta didik sesungguhnya telah memiliki pengetahuan dan pemahaman di seputar mata pelajaran tersebut yang diperolehnya melalui pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari.

Fakta yang ada menunjukan bahwa sebelum para siswa memasuki sekolah menengah pertama mereka telah mendapatkan pengetahuan dan pemahaman di seputar masalah keimanan dan akhlak, dan juga telah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Di Sekolah Dasar misalnya, peserta didik telah memperoleh pengetahuan dan pemahaman masalah-masalah keimanan dan perilaku terpuji dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, para guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mata pelajaran agama di sekolah perlu memiliki asumsi bahwa peserta didik sedikit banyak telah memiliki pengetahuan dan pemahaman di seputar masalah-masalah keimanan dan perilaku terpuji yang mereka peroleh pada jenjang pendidikan sebelumnya, maupun yang mereka peroleh secara non-formal di masyarakat. Hal ini sesuai dengan tugas guru dalam pembelajaran kontekstual.

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang berasumsi bahwa pembelajaran merupakan proses pengingatan kembali pengetahuan dan pengalaman-pengalaman masa lalunya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam penulisan skripsi yang berjudul :

Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar

(22)

B. Identifikasi Masalah

1. Siswa sebagai peserta pendidik kurang berpartisipasi karena pembelajaran bersifat teacher centered, sehingga pembelajaran kurang efektif.

2. Peran guru sebagai fasilitator kurang optimal sehingga kemampuan siswa kurang berkembang.

3. Strategi pembelajaran yang monoton menyebabkan siswa kurang minat belajar.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tugas utama seorang guru adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi, karena setiap anak memiliki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan baru. Belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian, guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari siswa.

Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemapuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilkinya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

(23)

2. Perumusan Masalah

Cara belajar yang dimiliki siswa dalam buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan karya Wina Sanjaya oleh Bobbi Deporter dinamakan unsur modalitas belajar. Menurutnya ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.3 Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar siswa, artinya setiap guru harus menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa dan dalam pembelajaran konvensional hal ini sering terlupakan.

Kemudian dari pada itu supaya ilmu agama lebih mudah dipahami dan dimengerti siswa, maka guru harus dapat membantu setiap siswa agar mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman-pengalaman baru dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dimana dalam proses pembelajaran siswa dapat menghubungkan antara materi pelajaran dengan fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, sehingga siswa dapat mengaitkan keduanya. Karena dalam pembelajaran kontektual siswa dituntut untuk aktif maka akan semakin banyak pengetahuan yang di dapat siswa.

Dari pembatasan masalah, penulis merumuskan masalah pada penulisan skripsi ini pada dua pokok masalah yaitu:

1) Apa perbedaan dan kelebihan pembelajaran kontekstual (CTL) dengan pembelajaran konvensional?

2) Apakah terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam?

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru agama Islam mengenai bagaimana mengajar pelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual sehingga harapannya adalah guru dalam melaksanakan pengajaran lebih bervariatif. Maka model ini bisa digunakan dimana saja tempat guru itu mengajar.

3

(24)

2. Diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi semua pihak, khususnya guru pendidikan agama Islam.

3. Diharapkan dengan guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan kontekstual akan merubah cara belajar siswa yang individual menjadi kooperatif.

(25)

8

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS,

KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Landasan filosofis CTL

Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah kontruktivisme yang berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.1

Landasan kontruktivisme merupakan filosofis belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dalam dirinya sendiri, pengetahuan yang mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

Siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar

1

(26)

akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar disekolah. Siswa dapat menunjukkan hasil belajar dalam bentuk yang dapat mereka ketahui dan yang dapat mereka lakukan.

2.Landasan Teoritis CTL

Dalam landasn teori ini penulis mengutip mutiara-mutiara pemikiran Whitehead, seorang filsuf Inggris terkenal yang diterjamahkan oleh Drs. Dharma Kesuma, M.Pd yakni:

“Dalam pendidikan seorang anak untuk aktifitas pemikiran, yang paling penting kita harus sadar atas apa yang akan saya sebut “inert ideas (ide-ide lembam) begitulah dikatakan, ide-ide yang diterima belaka ke dalam kesadaran tanpa digunakan, atau dites, atau dikembangkan menjadi kombinasi-kombinasi yang segar.

Setiap revolusi intelektual yakni pernah mengubah kemanusiaan menjadi keagungan/ kehebatan adalah sebuah protes yang bersemangat terhadap inert ideas. Akan tetapi masih terdapat kebodohan yang menyedihkan dari psikologi manusia, melalui praktek berdasarkan skema pendidikan yang lagi-lagi mengekang kemanusiaan dengan inert ideas.”2

Pada dasarnya Whitehead menghemdaki pendidikan memiliki tujuan agung melalui penanaman ide-ide hidup dan di hidupi, bukan inert ideas, oleh orang-orang yang terdidik. Pola kehidupan dari orang-orang yang memiliki ide hidup ini merupakan yang mengalami perkembangan diri dan mengubah atau merevolusi kehidupan yang tidak berkembang karena meyakini inert ideas.

2

(27)

3.Definisi Pembelajaran Kontekstual

Kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang ditambah awalan “pe-“ dan akhiran “–an” yang berarti proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup supaya belajar.3

Istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah pengajaran meskipun kedua istilah tersebut sering diprgunakan bergantian dengan arti yang sama dalam wacana pendidikan dan perencanaan pendidikan itu sendiri. Pembelajaran dalam kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik. Dari pengertian tersebut telah jelas menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa.

Kontekstual adalah salah satu prisip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna.Dengan memperhatikan prinsip kontekstual, proses pembelajaran diharapkan mendorong siswa untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.4

Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli, disini ditampilkan tiga pengertian yang berasal dari sumber yang berbeda.

Pertama, dalam bukunya yang dikutip dari US Departemen of Education Office of Vocational and Adult Education The Nasional

School to Work Office dalam http:/www. Contextual.org/19/10/2001

Masnur Muslich mengatakan bahwa Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.5

3

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-9, h.15

4

Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, A.G., Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK, h. 15

5

(28)

Kedua, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima , dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.6

Ketiga, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.7

Dari beberapa konsep pengertian diatas ada tiga hal yang harus dipahami, yaitu yang pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi , artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara lansung, kedua CTL mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata, dan yang ke tiga CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya , akan tetapi bagaimana materi pelajaran irtu dapat diaplikasikan pada prilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh sebab itu, melalui pendekatan CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan mengahafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk

6

Ellaine B. Johnson, PH.D., Contextual Teaching & Learning: menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, (Bandung: Mizan Learning Center (MLC), 2007), h. 14

7

(29)

mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian belajar akan lebih bermakna.

4.Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup.

Banyak manfaat yang dapat diambil oleh siswa dalam pembelajaran kontekstual yaitu terciptanya ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan mereka akan lebih bertanggung jawab dengan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran akan menjadilebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru.

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, diantaranya:8

1) Pembelajaran dengan model CTL merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (Activiting knowledge). Artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. 2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka

memperoleh dan menambah pengetahuan (Acquiring knowledge).

3) Pemahaman pengetahuan artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini (Understanding knowledge).

8

(30)

4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalama tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus diaplikasikan dalam kehidupan siswa (Applying knowledge).

5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan

(Reflecting knowledge).

5.Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual pada prinsipnya menerapkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, diantaranya yaitu (1) kontruktivisme (contructivisme), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya

(questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan

(modeling), (6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian sebenarnya

(authentic assessement).

1) Kontruktivisme (Contuctivisme)

Kontuktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) dalam pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

3) Questioning

Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan umtuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.Oleh karena itu bertanya merupakan strategi uatama dalam pendekatan CTL.

(31)

dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.

4) Learning Community

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing).

5) Modeling

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi, tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beraneka ragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengakap, dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimilki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen.

Oleh karena itu tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa dapat memenuhi siswa secara menyeluruh, dan menyatu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.

6) Reflection

(32)

Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be).

7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)

Tahap terakhir pendekatan CTL adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memilki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL.

Penilaian adalah hasil pengumpulan berbagai data dan informasi yang bias memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.9

Penilaian nyata (authentic assesment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran.10

Secara umum terdapat empat jenis penilaian otentik, yaitu portofolio, proyek, penilaian kinerja, dan jawaban tertulis secara lengkap. Adapun prosedur umum untuk perancanganya adalah:11

 Jelaskan dengan tepat apa yang harus diketahui dan bisa dikerjakan oleh para siswa. Beritahukan kepada mereka standar yang dipenuhi.

 Hubungkan pelajaran akademik dengan konteks dunia yang nyata dengan cara yang penuh makna dan nilai, atau

9

Asep, Asra, dan Laksmi, Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 157-160

10

Wina Sanjaya, Starategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, h. 268-269

11

(33)

dilakukan simulasi dengan konteks dunia nyata yang penuh makna.

 Tugaskan para siswa untuk menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan dengan apa yang mereka ketahui, untuk memperlihatkan keterampilan dan kedalaman pengetahuan mereka dengan memproduksi hasil, contohnya : presentasi, koleksi hasil tugas.

 Putuskan tingkat penguasaan tersebut dalam sebuah rubrik, yaitu bentuk pedoman penilaian yang dilengkapi dengan kriteria yang digunakan untuk menilai.

 Ajak para siswa untuk terus-menerus melakukan penilaian diri saat mereka menilai kerja mereka sendiri.

 Libatkan sekelompok orang selain guru untuk menanggapi penilaian ini.

6. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan CTL, guru untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dalam setiap materi ajar, maka guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini:

a. Pendahuluan12

1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL:

3) Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.

12

(34)

b.Inti

Dilapangan

1) Siswa melakukan observasi dan mencari data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi bersuci sesuai dengan pembagian tugas kelompok.

2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan ketika observasi. Dikelas

1) Siswa mendiskusikan pengalamannya sesuai dengan pembagian kelompok yang sudah ditentukan.

2) Siswa melaporkan hasil diskusi.

3) Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.

c. Penutup

Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi dan pengalamannya tentang al-Qur’an dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai.

7.Strategi umum Pembelajaran Kontekstual

Center of Occupational Reseach and Development (CORD)

menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT, yaitu:13

1). Relating: Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

2). Experiencing: Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).

3). Applying: Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya.

4). Cooperating: Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, dan sebagainya.

13

(35)

5). Transferring: Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas diperlukan adanya strategi, dalam hal ini terdapat beberapa strategi yang berasosiasi dengan CTL diantaranya adalah:14

a. Membangun hubungan

Hubungan atau keterkaitan diperlukan dalam rangka menciptakan makna, dan ini merupakan tema sentral dalam CTL.

b. Belajar secara mandiri dan melalui kerjasama

Dalam CTL proses itu penting , tetapi hasil yang sifatnya akademik dapat dicapai dengan nilai tinggi. Proses belajar mandiri memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan bagaimana kehidupa akademik sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari. c. Berfikir kritis dan kreatif

Berfikir kritis diperlukan ketika individu dihadapakan pada masalah yang membutuhkan pemahaman secara jelas dan mendalam.Berfikir kritis adalah aktivitas mental yang membantu orang memahami masalah, merumuskannya, dan mendapatkan jawabannya.

Berfikir kreatif sesuai dengan namanya adalah berfikir dalam rangka menemukan hal-hal baru.berfikir kreatif pada dasarnya adalah proses berfikir imajinatif mengusulkan suatu cara baru, rancangan baru dalam menyelesaikan suatu masalah.

d. Membantu individu tumbuh dan berkembang

Mengajar dengan CTL tidak semudah dengan cara yang konvensional, klasikal-ceramah. Para guru CTL adalah sekaligus sebagai pengawas, pembimbing untuk berfikir kritis dan kreatif, wali asuh, dan ahli dalam mata pelajaran mereka.Para guru juga memberikan perhatian pada siswa secara individual, sekalian teorinya

14

(36)

sudah lama ditemukan tetapi memberikan praktik dan contoh-contoh baru dalam dunia pendidikan.

e. Menepakan standar tinggi dan penilaian otentik

Standar akademik yang tinggi dapat memotivasi siswa untuk belajar lebik giat dan lebih baik lagi.Standar tinggi memiliki banyak tuntutan terhadap siswa dan siswa harus bekerja keras. Dengan CTL siswa dituntut untuk melakukan apa yang diketahuinya.

8.Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatan Tradisional Pembelajaran yamg menggunakan pendekatan kontekstual siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diajak untuk berfikir kreatif untuk menyelesaikan semua tugas-tugasnya yang tidak hanya melibatkan cara berfikir otak tetapi juga cara kerja fisik. Keterlibatan semua ini dalam pembelajaran akan membawa pengetahuan masing-masing siswa dalam proses pembelajaran.

Sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa ditetapkan menjadi objek belajar yang berperan sebegai penerima informasi secara pasif.Siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran.

(37)

Table 2.1Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatanTradisional15

No. Pendekatan Kontekstual Pendekatan Tradisional 1. Siswa secara aktif terlibat dalam

proses pembelajaran

Siswa adalah penerima informasi secara pasif

2. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi

Siswa belajar secara individual

3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis

4. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.

Perilaku dibangun atas kebiasaan.

5. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan

6. Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri

Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor 7. Seseorang tidak melakukan yang

jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan

Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman

8. Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata

Bahasa diajarkan dengan pendekkatan structural: rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill)

9. Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skema yang sudah ada dalam diri siswa

Rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan.

10. Pemahaman rumus itu rellatif berbeda antara siswa yang satu

Rumus adalah kebenaran absolut (sama untuk semua orang). Hanya

15

(38)

dengan lainnya, sesuai schemata siswa (ongoing process of development)

ada dua kemungkinan, yaitu pemahaman rumus yang benar.

11. Siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembellajaran yang efektif, dan membawa schemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran.

Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendngarkan, mencatat, menghafal), tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.

12. Pengetahuan yang dimiliki manusia yang dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya

Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada di luar diri manusia

13. Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu berkembang

Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final

14. Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing

Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran

15. Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan

Pembelajaran tidak

(39)

16. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes dan lain-lain

Hasil belajar hanya diukur dengan tes

17. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas

18. Penyesalan adalah hukuman dari prilaku jelek

Sangsi adalah hukuman dari prilaku jelek

19. Prilaku baik berdasar motivasi intrinsic

Prilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik

20. Seseorang berprilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat

(40)

B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Belajar

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku.16 Belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atau situasi yang terjadi.17

Secara psikologis, proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dinamakan belajar. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku sehari-hari. Pengertian sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingah laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.18

Menurut UNESCO terdapat empat pilar belajar yaitu :19 1. Learning to know : Belajar untuk mengetahui 2. Learning to do : Belajar untuk aktif

3. Learning to be : Belajar untuk mandiri

4. Learning to live together : Belajar untuk hidup bersama-sama

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwasannya belajar bukanlah peristiwa yang dilakukan tanpa sadar, akan tetapi merupakan proses yang dirancang dan disengaja.

2. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar terdiri dari dua kata “hasil dan belajar”.Hasil adalah pendapatan atau perolehan dari uasaha pikiran dan sebagainya.20Hasil

16

Wina, Sanjaya, pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetisi,

(jakarta: kencana, 2008) h. 89

17

Ahmad Fauzi, psikologi umum, (Bandung: Pustaka Setia 2004) h. 24

18

Slamet, proses belajar mengajar dalam sistem kredit semester, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) Cet. Ke-1, h. 78

19

Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Gaung Persada Press) h. 104-105

20

(41)

adalah salah satu istilah yang dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada yang belajar.21

Secara psikologis belajar merupakan suatu proses tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannyadalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam sebuah aspek tingkah laku dan pengetahuan siswa. Pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.22

Nana Sujana berpendapat bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang memperlihatkan setelah mereka menempuh penglaman belajarnya (pbm) tingkah sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.23

Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar.24Jika dikaitkan dengan belajar, hasil merupakan sesuatu yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam selang waktu tertentu.

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar (kemampuan yang diperoleh atau dicapai) oleh siswa di perlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajar. Hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan penilaian yang diharapkan adalah pemahaman siswa terhadap Rosdakarya, 2001), cet. Ke-7, hal.3

24

(42)

materi yang telah diajarkan serta adanya perubahan tingkah laku yang merupakan aplikasi dari pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes.Hasil berupa keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh disekolah biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu.Tes bertujuan untuk membangkitkan motivasi pada siswa agar mereka memperhatikan pelajaran serta mendorong mereka agar dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik. Selain itu, tes juga dapat digunakan sebagai feed back bagi guru dalam rangka perbaikan program pengajaran.

Penilaian hasil belajar ini dapat dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap jangka pendek dan tahap jangka panjang. Tahap pertama yaitu tahap jangka pendek yang disebut juga dengan nama penilaian formatif. Penilaian ini dapat dilaksanakan pada akhir proses belajar mengajar. Tahap kedua, yaitu tahap jangka panjang yang disebut dengan penilaian sumatif. Penilaian ini dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu, seperti penilaian tengah semester atau penilaian akhir semester.

3. Definisi Pendidikan Agama Islam

Kata “pendidikan” merupakan kata benda, yang berasal dari kata “didik” kemudian mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan artinya “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.25

Dalam UU No. 23 Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat (1) pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,

25

(43)

pengendaliandiri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.26

Pendidikan juga berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.27

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwasnya pendidikan merupakan usaha sadar dan bantuan yang diberikan oleh seorang pendidik dalam membantu menggali dan mengembangkan jasmani dan rohani peserta didik agar dapat bertanggung jawab dan dapat memenuhi fungsi hidupnya serta mengantarkan anak pada cita-cita yang diharapkan sesuai dengan fungsinya sebagai manusia.

Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya.28

Kata Islam yang melekat dalam pendidikan Islam adalah pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan Islam adalah pendidikan yang didasarkan Islam.

Dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” Nur Uhbiyati mengatakan pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. 29

Pendidikan Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah.Oleh karena itu Islam memberi pedoman seluruh aspek kehidupan manusia yaitu dengan al-Qur’an dan hadis.

26Rika Sa’diah,

Metodologi Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kordofa, 2009), Cet. 1, h. 12

27

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 12

28

Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), h.4

29

(44)

Pendidikan Islam merupakan bagian dari bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran- ukuran Islam. Sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan seruan agama dengan dakwahnya, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan pembentukan pribadi muslim sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran Islam. Dan secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian muslim.30

Pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, latihan, serta penggunaan pengamalan.31

Pendidikan agama Islam adalah bimbingan dan asuhan terhadap asuhan anak didik agar dapat memahami, mengahayati, mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.32

Berdasarkan definisi dan pengertian yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan agama Islam adalah kegiatan pendidikan yang berupa pengajaran pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani anak didik yang bertujuan untuk membentuk anak didik agar setelah mereka memperoleh pendidikan itu anak didik dapat meyakini, memahami, mengahayati dan mengamalkan seluruh ajaran Islam sehingga mendapatkan kebagiaan hidup di dunia dan akhirat.

30

Zakiah Darajat, dkk.,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 28

31

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.21

32

(45)

Pendidikan agama Islam merupakan bagian dari pendidikan nasional. Dengan demikian pendidikan agama Islam tidak akan bertentangan dengan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam tentunya harus sejalan dengan pendidikan nasional.

4. Tujuan Pendidikan Islam

Secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan bernegara.33

Tujuan pendidikan Islam yaitu mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa supaya menjadi muslim sejati yang beramal shaleh dan berakhlak mulia. Untuk lebih jelasanya, tujuan pendidikan agama islam dalam segala tingkatan pengajaran umum adalah sebagai berikut:34

a) Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak yaitu dengan mengingatkan hikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.

b) Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada anak-anak.

c) Mendidik anak-anak dari kecilnya, supaya mengikut suruhan Allah dan meninggalkan segala laranganNya, baik kepada Allah maupun terhadap masyarakat.

d) Mendidik anak-anak dari kecilnya supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik.

e) Mengajar pelajaran-pelajaran supaya mengetahui macam-macam ibadah yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta

33

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h 22

34

(46)

mengetahui hikmah-hikmah dan pengaruh-pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

f) Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.

g) Memberi contoh dan tiru teladan yang baik, serta pengajaran dan nasihat-nasihat.

h) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama.

Adapun tujuan pendidikan agama Islam di SMP berdasarkan standar kompetensiyaitu siswa beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati agama lain dalam kerangka kerukunan antar umat beragama.35

Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup manusia. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah arah yang diharapkan setelah peserta didik mengalami perubahan proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada umat manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah (syariah), yang menentukan proses berfikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati.36

Pendidikan Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan

35

Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep, dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 130

36

(47)

oleh hamba Allah. Untuk itu, manusia sebagai ciptaan Allah harus tunduk dan patuh kepada-Nya serta bisa menyeimbangkan antara kepentingan duniawi maupun ukhrawi.

Ajaran pokok agama Islam yang meliputi seluruh aspek kehidupan itu mengandung tiga unsur, yaitu: iman, islam dan ihsan.37

Adapun ruang lingkup kelompok mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP yaitu membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama Islam.38

Ruang lingkup pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegiatan kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi:39

a) Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.

b) Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang sejahtera.

c) Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia. d) Lapangan hidup kemasyarakatan, agar tebina masyarakat yang adil

dan makmur dibawah rida dan ampunan Allah SWT.

e) Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai ajaran Islam.

f) Lapangan hidup seni budaya, agar menjadikan hidup manusia penuh keindahan dan kegairah yang tidak gersang dari nilai moral agama.

37

Ibid, hal. 4-5

38

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 3, h. 47

39

(48)

g) Lapangan hidup pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk mencapai kesjahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh iman.

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat diketahui bahwa inti dari ajaran pokok agama Islam meliputi aspek aqidah, syariah dan akhlak yang kemudian dikembangkan melalui berbagai disiplin ilmu diantaranya yaitu fiqh, tafsir, hadis, tauhid, akhlak, tasawuf dansebagainya yang kaitannya dalam ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseinbangan antara:40

a) Hubungan manusia dengan Allah SWT b) Hubungan manusia dengan sesama manusia c) Hubungan manusia dengan dirinya

d) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam sekitarnya.

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam meliputi tujuh unsur pokok, yaitu:

1. Keimanan

Ruang lingkup pengajaran agama di sekolah menegah pertama (SMP) meliputi:41

1. Keimanan (itikad) 2. Abadah (fiqh)

40Rika Sa’

diah, Metodologi Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kordofa, 2009), Cet. 1, h. 15-16

41

(49)

3. Akhlak 4. Sejarah Islam

5. Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis 6. Islam dan kemasyarakatan.

Sedangkan kompetensi dasar pendidikan agama Islam untuk SMP meliputi: al-Qur’an, keimanan, fiqh, akhlak dan tarikh.42 Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur’an Hadis

 Membaca, mengartikan, dan menyalin.

 Menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qomariyah, nun mati/tanwin dan mim mati.

 Menerapkan hukum bacaan qal-qalah, tafhim, dan tarqiq, huruf lam dan ro’ serta mad.

 Menerapkan hukum bacaan waqaf dan idgham. b. Aqidah Akhlak

 Beriman kepada Allah swt dan memahami sifat-sifatNya.  Beriman kepada Malaikat Allah swt dan memahami

tugas-tugasNya.

 Beriman kepada kitab-kitab Allah dan memahami arti beriman kepadaNya.

 Beriman kepada rasul-rasul Allah dan memahami arti beriman kepadaNya.

 Beriman kepada hari akhir dan memahami arti beriman kepadaNya.

 Beriman kepada Qada dan Qadar Allah swt dan memahami arti beriman kepadaNya.

 Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji  Bertatakrama.

42

(50)

c. Fiqh

 Melakukan thaharah.  Melakukan shalat wajib

 Melakukan macam-macam sujud.  Melakukan shalat jum,at

 Shalat jama’ dan qasar.

 Melakukan macam-macam shalat sunnah  Melakukan ibadah puasa

 Zakat.

 Memahami hukum Islam tentang makanan, minuman, dan binatang yang halal dan haram.

 Memahami ketentuan aqiqah dan qurban.  Memahami tentang ibadah haji dan umrah.  Melakukan shalat jenazah

 Memahami tata cara pernikahan. d. Sejarah Kebudayaan Islam

 Memahami keadaan masyarakat Makkah sebelum dan sesudah datang Islam.

 Keadaan masyarakat Makkah periode Rasulullah SAW.

 Memahami keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah datang Islam.

 Memahami perkembangan Islam pada masa

KhulafaurRasyidin.43

6. Dasar- dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar dasar pendidikan Islam , secara prinsipil diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya.

43

Gambar

Table 2.1Perbedaan
Table 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2Kisi-kisi Test Hasil Belajar PAI Final
table. Jika harga kai kuadrat hitung lebih kecil dari pada kai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Himalayan glaciers show large uncertainty regarding their present and future state due to their sensitive reaction towards change in climatic condition. Himalayan glaciers are unique

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

--ari sej belalang (yg bersuara nyaring); - bawang anak kecil yang tidak mengerti apa-apa yang menjadi anggota bohong- bohongan dalam sebuah permainan; - baranakan anak ikan

Judul penelitian ini adalah Perbandingan Penggambaran Karakter Tokoh Perempuan Pada Novel Sitti Nurbaya Karya Marah Rusli dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia

[r]

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan terdapat ketidakkonsistenan hasil antar penelitian terdahulu, maka peneliti perlu menguji kembali hubungan antara

Banyak sekali strategi-strategi yang bisa kita terapkan dalam membantu bisnis yang kita kelola menjadi lebih sukses mencapai tujuan-tujuan tertentu seperti

Ketika tiba waktu nya barang dagangan siap untuk stuffing, eksportir akan menyiapkan armada haulage/angkut lanjut (pada umumnya trucking) untuk membawa barang