• Tidak ada hasil yang ditemukan

Guru agama perspektif hasan Langgulung dan undang-undang no 1-4 tahun 2005 tentang guru dan dosen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Guru agama perspektif hasan Langgulung dan undang-undang no 1-4 tahun 2005 tentang guru dan dosen"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG GURU DAN DOSEN

Oleh:

TRISNO

104011000039

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

i

Terpujilah wahai engkau, ibu bapak guru

Namamu akan hidup dalam sanubari ku

Sebagai prasasti terima kasih ku

Ntuk pengabdianmu

Engkau bagai pelita dalam kegelapan

Engkau bagai penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan jasa tanpa tanda baca

(3)

ii Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : TRISNO

Nim : 104011000039

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi berdasarkan Undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 November 2010

(4)

iii

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

GURU DAN DOSEN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh:

TRISNO NIM: 104011000039

Di Bawah Bimbingan :

Dosen Pembimbing Skripsi

DR. H. Abdul Fattah Wibisono, MA NIP. 19580112 198803 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(5)

iv

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 10 November 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S. Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 29 November 2010

Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Bahrissalim, M. Ag ………….. …………... NIP. : 196803071998031002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiudin Shidiq, M. A ………….. ………

NIP. : 196703272000031001 Penguji I

Dr. A. Syafi’i Noor, M.A ………….. ………

NIP. : 19470902196721001 Penguji II

Dr. Khalimi, M. A ……… ………

NIP. : 1196505151994031006

Mengetahui:

Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah,

(6)

v

Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.

Era globalisasi menuntut reformasi dalam segala aspek kehidupan termasuk didalamnya adalah pendidikan. Guru agama merupakan salah satu komponen dalam pendidikan mempunyai tugas berat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan pemikiran Hasan Langgulung dan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan salah satu alternatif dalam menghadapi tuntutan zaman dengan cara meningkatkan kompetensi dan memperjuangkan kedudukan guru kembali pada posisi yang semestinya.

Masalah pokok yang diteliti dalam skripsi ini tentang guru agama perspektif Hasan Langgulung dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang diawali dengan mengemukakan latar belakang pemikiran keduanya tentang guru agama. Kemudian dicari letak persamaan dan perbedaan pemikiran mengenai pengertian guru agama, peran dan kedudukan guru agama, dan tugas dan tanggung jawab guru agama.

Untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mengunakan penelitian perpustakaan dengan data sumber yang digunakan merupakan data primer seperti buku-buku karangan Hasan Langgulung dan buku-buku dari Depag RI, dan data skunder yang terkait untuk melengkapi pembahasan skripsi ini. Metode yang digunakan untuk mengkaji data dan informasi yang terhimpun dalam skripsi ini adalah metode deskriptif-analitik-komparatif.

(7)

vi

Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah Tuhan Semesta Alam, berkat Rahmat, Taufik dan Inayah-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada kekasih Allah pejuang agama Islam dan teladan yang terbaik Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat-sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh alam.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi selesainya skripsi ini dan agar bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

Sebelumnya penulis mengucapkan Jazakumullah Khairan Katsiran kepada kedua orang tua tercinta, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya, kerja kerasnya, serta doa yang selalu dipanjatkan, telah mengantar penulis menyelesaikan pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga Allah selalu menjaga serta memberikan rahmat, nikmat beserta karunia-Nya kepada mereka.

Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M. Ag, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M. A, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

vii

telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.

6. Seluruh keluarga di rumah khususnya orang tua tercinta “My Endless Love” Ayahanda Sardjo dan Ibunda Karsilah yang telah membantu penulis dari segi materil, motivasi dan doanya. Mencurahkan segala kasih sayangnya terhadap penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi ini. 7. Kepada kakak sepupuku tercinta Abdul Aziz Nurizun, dan adinda tercinta

Watin Nurul Khasanah, yang telah memberikan semangat, doa dan motivasinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Kepada semua keluarga dan saudaraku Tabah Rosyidy, Budi Waluyo yang sudah membantu penulis dalam berbagai hal.

9. Kepada semua teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2004 yang tidak saya sebut satu persatu, terutama kelas A, “Spescial Tanks to" Bakhrudin (Cirebon), Endang Baehaki (Bogor), Muhammad Fajri (Jakarta), dan A. Fauji (Bekasi/kelas E) kalian adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Kepada semuanya yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT. Membalas kebaikan dan bantuan yang telah mereka berikan selama penulisan. Apabila terdapat kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi ini mohon dimaafkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi pembaca serta menambah pengetahuan dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin…

Jakarta, 01 Maret 2010

(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identitas Masalah ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian... 7

BAB II PROFIL GURU AGAMA ... 8

A. Pengertian Guru Agama ... 8

B. Kedudukan dan Peran Guru Agama ... 12

C. Tugas dan Kewajiban Guru Agama ... 16

D. Karakteristik Guru Agama ... 18

BAB III GURU AGAMA PERSPEKTIF HASAN LANGGULUNG DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN ... 22

A. Sketsa Hasan Langgulung ... 22

1. Biografi dan Riwayat hidup Hasan Langgulung ... 22

2. Riwayat Pekerjaan Hasan Langgulung ... 24

3. Buah karya Hasan Langgulung ... 25

B. Guru Agama Perspektif Hasan Langgulung ... 27

(10)

ix

1. Tentang Status Profesi Guru ... 36

2. Tentang Kedudukan, Fungsi dan Tujuan ... 37

3. Tentang Prinsip Profesionalisme ... 39

4. Tentang Ketentuan Khusus Guru ... 40

5. Tentang Sanksi ... 51

D. Guru Agama Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen ... 52

1. Pengertian Guru Agama ... 52

2. Kedudukan dan Peran Guru Agama ... 54

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Agama ... 58

BAB VI STUDI KOMPARASI GURU AGAMA PERSPEKTIF HASAN LANGGULUNG DAN UU NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN ... 63

A. Persamaan ... 63

B. Perbedaan ... 66

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran-saran ... 68

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mewarnai dunia pendidikan kita dewasa ini. Tantangan tentang peningkatan mutu, relevansi, dan efektifitas pendidikan sebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam program pendidikan dan kurikulum sekolah. Tujuan dari program kurikulum dapat tercapai dengan baik jika programnya didesain secara jelas dan aplikatif. Dalam hubungan inilah para guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam hal mengajar.

Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan, tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai serta membangun karakter manusia secara keseluruhan agar dapat membentuk Insan Kamil.1

Pemikiran Hasan Langgulung tentang insan kamil yaitu proses perubahan kualitatif sehingga ia mendekati Allah dan menyerupai malaikat,2 karena manusia memiliki potensi yang harus dikembangkan. Jadi, dalam pendidikan tugas dan peranan guru sangat dibutuhkan agar potensi pada manusia dapat teraktualisasikan.3

Dalam termonologi Islam, guru diistilahkan dengan murrabby, satu akar kata dengan rabb yang berarti Tuhan. Seorang murabbi adalah orang yang

1

Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988), Cet. Ke-1, h. 88

2

Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Al-Husna, 1985) h. 405

3

(12)

mengembangkan sesuatu setahap demi setahap hingga mencapai tingkat kesempurnaan itu.4 Jadi, fungsi dan peran guru dalam sistem pendidikan merupakan salah satu manifestasi dari sifat ketuhanan, dalam pengertian sebagai rabb mengidentifikasi diri-Nya sebagai rabbul’alamin“Sang Maha Guru”, ”Guru seluruh jagad raya”.5 Sebagaimana dalam Q.S. Al-Fatihah : 2

“Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta alam.”6

Betapa mulianya kedudukan guru dalam Islam, sehingga harus dihormati dan dimuliakan setelah kedua orang tua. Mereka menggantikan peran orang tua dalam mendidik anak-anak atau peserta didik ketika berada di lembaga pendidikan.7

Guru berperan dalam membentuk dan membangun kepribadian anak agar menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Peran guru tidak dapat diganti oleh teknologi, sekalipun teknologi memberi nilai tambah, kemudahan hidup dan proses pembelajaran. Akan tetapi, kualitas, intergritas dan kredibilitas guru yang akan menentukan kualitas proses pendidikan.

Guru merupakan pintu gerbang pembaharuan yang memiliki peranan ganda, yaitu berperan menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan menyampaikan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan banyak pengalaman yang dimilikinya, kepada generasi muda dan masyarakat. Guru berperan pula memberikan suri tauladan dan contoh yang baik melalui prilaku dan tindakannya. Oleh karena itu, guru di pandang sebagai modernisasi dalam segala bidang usaha utama yang dapat dilakukan oleh guru adalah melalui program pendidikan bagi para anak didik.

4

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005). Cet. I, hal. 138

5Asrorun Ni’am Sholeh,

Membangun Profesionalitas Guru: Analisis Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Elsas, 2006), Cet. I, hal. 3

6

Departemen Agama RI, (Bandung: J-Art, 2005), hal. 1

7

(13)

Rosulullah saw. Bersabda:

”Abdullah bin Mas’ud berkata: “Rosullah saw. Bersabda: “Tidak ada kedengkian kecuali dalam dua perkara: seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah kemudian dia habiskan dalam kebenaran (Al-Haq), dan seorang laki-laki yang diberi Al-hikmah (ilmu) oleh Allah, kemudian dia menyampaikannya dan mengajarkannya.”8

(HR. Bukhori)

Dalam operasionalnya, mendidik merupakan proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain sebagainya.9 Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan sekedar mengajar sebagai mana pendapat kebanyakan orang. Di samping itu, menurut Hasan Langgulung pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar,10 sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.

Hasan Langgulung adalah seorang ahli pendidikan dan psikologi, hal ini nampak dilihat dari jenjang pendidikannya dan karya-karyanya terutama pendidikan Islam. Kapasitasnya sebagai pemikir pendidikan islam secara akademik kemudian dikukuhkan tatkala ia memperoleh gelar profesor dalam bidang pendidikan dari Universitas Kebangsaan Malaysia.

Melihat pandangan Hasan di atas tentang tugas guru sebagai motivator dan fasilitator yang bertujuan untuk mengembangkan potensi pada peserta didik. Guru diharapkan mampu mengembangkan potensi anak didik dalam mengembangkan kepribadian secara menyeluruh melalui latihan jiwa, akal, perasaan dan hasrat manusia secara islami.

8

Makmur Da’ud, Terjemah Hadits Shahih Bhukhori, (Jakarta: Widjaya, 1984), hal. 51

9

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet Ke-2, h. 43

10

(14)

Pendidikan terutama di Indonesia membutuhkan guru yang menghayati tugasnya sebagai panggilan jiwa, pekerjaan disebut panggilan jiwa bila pekerjaan itu mengembangkan orang lain kearah kesempurnaan. Ini berarti guru harus mengembangkan anak didik yang dibimbing untuk berkembang menjadi sempurna baik dalam bidang pengetahuan umum maupun pengetahuan agama.11

Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi peserta didik dan tanggung jawab guru untuk membantu perkembangan anak untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Salah satu diantara kemajuan zaman adanya pekerjaan yang ditangani secara profesionalis, sehingga pekerjaan itu dikerjakan secara bersungguh-sunguh dan serius oleh orang yang memiliki profesi di bidang tersebut. Pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesi, karena itu harus dikerjakan sesuai dengan tuntutan profesionalis.

Guru, sebagai salah satu profesi, yang melekat dalam konteks dunia pendidikan, merupakan aspek yang selalu mewarnai khazanah perkembangan sejarah bangsa. Karena, guru diharapkan mengambil peran nyata bagi perkembangan generasi bangsa. Dan tentunya, sebagaimana yang telah kita saksikan dewasa ini peran guru sangat menentukan bagi pembentukan karakteristik serta moralitas generasi bangsa ini.

Oleh karena itu, tuntutan terhadap gurupun semakin hari semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai sendi kehidupan masyarakat. Maka, profesionalisme gurupun sering dipertanyakan, dan berbicara mengenai profesionalisme guru, berarti ada banyak faktor yang terkait didalamnya, mulai dari kompetensi, kesejahteraan guru sampai kondisi sosial-budaya masyarakat yang mendukung.

Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa “pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan

11

(15)

lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta partisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.”12

Pengertian gurupun ditegaskan dalam UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 menyebutkan, “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini.”

Penyusunan UU dimaksudkan untuk memberikan jaminan bagi para guru dan dosen sebagai profesi dalam upaya mempersiapkan warga Indonesia manusia yang berguna terhadap diri sendiri, keluarga dan bangsa. UU ini juga memberikan jaminan terhadap masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang profesional.

Menurut Asrorun Ni’am yang merupakan salah satu orang yang menyusun

UU ini menjelaskan bahwa lahirnya UU Guru dan Dosen untuk “meretas dikotomi guru negeri dan guru swasta”,13

Diantaranya: 1. Definisi guru yang tidak dikotomis

2. Jaminan pemberdayaan guru yang demokratis dan tidak diskriminatis 3. Mempunyai fungsi dan tujuan yang sama

4. Keharusan memegang prinsip profesionalitas

5. Adanya ketentuan yang sama untuk mewujudkan profesionalitas

6. Kesamaan hak dan kewajiban dalam menjalankan tugas keprofesionalan

7. Tanggung jawab pemerintah dalam pengalokasian anggaran yang setara bagi guru negeri-swasta.14

Masih banyak persoalan dalam menangani guru yang profesional di negara ini. Masih banyak yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan mutu guru. Dan aneka persoalan itu kait-mengait, seperti meningkatkan mutu pengetahuan, mutu pembelajaran, dan mutu hubungan guru dengan murid dan rekan-rekan kerja. Dan

12

Depag RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 5

13Asrorun Ni’am Shole

h, Membangun Profesionalitas Guru…, h. 106

14Asrorun Ni’am Sholeh,

(16)

terberat adalah bagaimana menaikkan penghargaan kepada guru. Sehingga mereka punya harga diri dan mau bekerja lebih professional

Dengan lahirnya UU Guru dan Dosen tahun 2005, melalui sertifikasi guru, telah membawa dampak yang sangat besar bagi para guru terutama guru agama, karena dengan penerapan UU Guru dan Dosen tersebut membawa angin segar dalam upaya pencapaian kesejahteraan para guru terutama guru agama. Tentunya hal ini akan sangat memotivasi para guru untuk berbenah diri, ditambah pula dengan adanya program kualifikasi guru, yakni peningkatan kualitas pendidikan para guru, semuanya membawa perubahan yang menjanjikan bagi para guru, meskipun belum sepenuhnya dapat terlealisasikan.

Berdasarkan dari masalah tersebut, maka langkah pertama yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan dengan memperbaiki kualitas tenaga pendidik terlebih dahulu. Yang akan penulis bahas dalam karya ilmiah dengan judul “GURU AGAMA DALAM PERSPEKTIF HASAN LANGGULUNG DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU

DAN DOSEN”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas dalam skripdi ini, berikut ini penulis identifikasikan masalah yang berkenaan dengan guru agama, antara lain:

1. Mengetahui definisi, peran dan kedudukan, tugas dan kewajiban, dan karakteristik guru agama persektif Hasan Langgulung dan UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

2. Membentuk dan mengembangkan kepribadian guru agama menurut Hasan Langgulung dan UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

3. Upaya yang dilaksanakan Hasan Langgulung dan UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen mengenai pendidikan.

(17)

1. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan memberi arahan yang tepat dalam pembahasan penelitian ini, perlu dilakukan pembatasan masalah. Pada pembahasan guru Agama perspektif Hasan Langgulung dan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Penulis hanya berusaha mengetahui guru Agama khususnya dalam perspektif Hasan Langgulung dan Undang-undang tentang Guru dan Dosen yang berkaitan dengan peran dan kedudukan, tugas dan kewajiban, dan karakteristik guru Agama di sekolah.

2. Perumusan Masalah

Sesuai pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana guru Agama dalam perspektif Hasan Langgulung dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui guru Agama dalam perspektif Hasan Langgulung dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen b. Untuk mengembangkan wawasan keilmuan yang penulis peroleh

selama studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai salah satu kewajiban dalam melaksanakan tugas akhir perkuliahan pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

b. Sebagai bahan pertimbangan calon guru Agama khususnya dalam meningkatkan profesionalitasnya.

E. Metode Penelitian

(18)

8

BAB II

PROFIL GURU AGAMA

A. Pengertian Guru Agama

Sebelum penulis mengemukakan lebih lanjut tentang guru agama, penulis akan menjelaskan satu-persatu dari kata “guru agama”. Kata “guru agama” terdiri dari dua kata, yaitu “guru” dan “agama”. Terlebih dahulu penulis akan menguraikan kata “guru” kemudian tentang “agama” setelah itu akan dijelaskan tentang “guru agama”.

1. Pengertian Guru

Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata “teacher” yang berarti pengajar. Selain itu terdapat kata “tutor” yang berarti guru pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra, pemberi kuliah, memberi les tambahan pelajaran, educator, pendidik, ahli didik, penceramah. Dalam bahasa arab istilah yang mengacu kepada pengertian guru lebih banyak seperti al-„alim (jamaknya ulama’) atau al-mu’allim, yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama atau ahli pendidikan yang menunjuk pada arti guru.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencaharianya, profesinya) mengajar.”1 Dalam bahasa yunani pendidik adalah pedagoog, pedagoog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang

1

(19)

yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.”2

Guru adalah pekerjaannya mengajar, baik mengajar bidang studi umum maupun mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada orang lain. Guru menurut paradigma baru bukan hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi sebagai motivator dan fasilitator proses belajar.3

“Guru adalah orang yang memiliki ilmu lebih dari pada anak didiknya; oleh karena itu guru juga bisa disebut ulama, asalkan rajin beribadah dan berakhlak mulia”.4 “Guru adalah tenaga yang professional dari pada sekadar tenaga sambilan.”5 Dalam Al-Qur’an kata ”ulama” tertera dalam surat Al-Fathir ayat 28:

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.”6

Ulama yang dimaksud dalam pengertian ini adalah para sarjana dan cendikiawan muslim dan nonmuslim. Kata-kata ulama dapat mencakup setiap ahli ilmu, bukan hanya yang memahami dan menguasai ilmu-ilmu agama. Namun yang populer di dalam masyarakat Indonesia, ulama berarti orang yang ahli dibidang ilmu Islam.7

Dari pengertian di atas, walaupun berbeda susunan redaksinya namun mempunyai kesamaan maksud, yaitu bahwa guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya di depan kelas. Tetapi merupakan tenaga professional yang di samping memperhatikan aspek kognitif juga aspek psikomotorik dan afektif pada anak didik agar tumbuh dan terbina secara utuh

2

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-18, h. 3

3

Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21..., h. 86

4

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan…, h. 150

5

Djohar, Pendidikan Strategik: Alternatif Untuk Pendidikan Masa Depan , (Yogyakarta: Lesfi, 2003), Cet. Ke-1, h. 112

6

Departemen Agama RI, (Bandung: J-Art, 2005), hal. 438

7

Zakiah Daradjat, dalam Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Islam,

(20)

sebagai manusia yang susila sehingga maksud mendidik untuk mengantarkan anak didik menuju tujuan yang diharapkan oleh agama, bangsa dan Negara.

2. Pengertian Agama

Menurut Hasan Langgulung agama berarti: taat, undang-undang (yang diturunkan oleh Tuhan untuk manusia), hukum (dari Tuhan untuk manusia dan kepentingan manusia), aturan-aturan (dari Tuhan untuk kepentingan manusia), penguasaan (yaitu penguasaan Tuhan atas manusia), penghambaan ( manusia kepada Tuhan), supaya manusia mencapai ketinggian dan kemuliaan serta kebahagiaan.8

Secara sederhana agama adalah aturan atau tata cara hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.9 Agama adalah kata sangsekerta, sebagaimana kata Dharma (bahasa sangsekerta), din (dari bahasa arab), dan religi (dari bahasa latin).10

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia agama adalah kepercayaan kepada Tuhan (Dewa atau sebagainya) dengan ajaran kebaikan dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.11 Thouless mendefinisikan agama sebagai hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dipercayai sebagai makhluk atau wujud yang lebih tinggi dari pada manusia.12

Definisi di atas merupakan definisi agama secara sederhana karena definisi agama secara sempurna dan lengkap tidak dapat dibuat, sebab agama sebagai bentuk keyakinan yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia memang sulit untuk di ukur secara tepat dan rinci. Hal ini mungkin yang menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat tentang agama.

Para ahli dalam memberikan definisi agama biasanya terpengaruh oleh faktor subyektifitas pribadinya, sehingga ada orang yang mendefinisikan agama

8

Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam: Suatu Analisa Sosio- Psikologi, ( Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985), Cet. Ke-3, h.129

9

Tim Penyusun, Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Jakarta: Delta Pamungkas, 2004), Jilid 4, Cet. Ke-4, h. 156

10

Tim Penyusun IKAPI, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 63

11

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia… h. 9 12

(21)

dari segi keyakinan sosial, dari pengalaman individual dan sebagainya. Ungkapan ini melukiskan betapa banyaknya variasi pemahaman para ahli tentang agama.13

Menurut Sayuthi Ali, “Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia.”14 Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat, serta alam sekitarnya.

Perlu dijelaskan kembali bahwa agama yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan agama Islam. Agama Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh Rosulullah s.a.w. untuk umat manusia dan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia yang bertujuan mencapai kehidupan yang diridhai Allah dan kebahagian hidup di dunia dan di akhirat .

Jadi, agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah (syariah), yang menentukan proses berpikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kepribadian.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa agama adalah tata tertib meliputi upacara, pemujaan dan kepercayaan sebagai pedoman hidup, pedoman bagaimana ia harus berpikir, bertingkah laku dan bertindak, sehingga tercipta hubungan serasi antar manusia dan hubungan dengan Tuhan.

Namun demikian, dalam pembahasan masalah di atas agama yang dimaksud adalah agama Islam, maka dapat dirumuskan agama Islam adalah „addin yang di bawa Nabi Muhammad saw. ialah wahyu yang diturunkan Allah Swt. di dalam Al-Qur’an dan sunnah yang berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kesejahteraan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

13

Zakiah Djarajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 1-3

14

(22)

3. Pengertian Guru Agama

Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa guru agama secara umum adalah seseorang yang mengajarkan materi atau pelajaran agama, dalam hal ini adalah agama Islam. Dalam pengertian secara khusus guru agama adalah guru yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk mengajar agama baik di sekolah umum, madrasah negeri maupun swasta.

B. Kedudukan dan Peran Guru Agama

1. Kedudukan Guru Agama

Pentingnya peranan guru terutama guru agama untuk menciptakan generasi baru di suatu masyarakat, terutama mayarakat Islam merupakan hal terpenting untuk menghargai kedudukan guru, yang melibatkan kesejahteraan hidup dengan tenang dan menempatkan kedudukan guru sebagai pembimbing, pemimpin dan pengawas bagi generasi muda.15

Disamping itu, guru juga harus diberi peluang dalam mengambil keputusan mengenai perkembangan kurikulum dalam pelaksanaan pendidikan, dan meningkatkan kualitasnya agar dapat dihargai oleh masyarakat.

Di masyarakat, guru merupakan salah satu kontrol sosial. Di mata masyarakat guru adalah orang yang mempunyai perilaku yang baik yang dapat dijadikan contoh, sehingga jika ada guru berperilaku kurang baik atau melakukan kesalahan, masyarakat akan dengan cepat meresponnya, dibandingkan dengan anggota masyarakat lain yang melakukan kesalahan.

Menurut Hasan Langgulung guru juga disebut ulama,16 yang merupakan penerus para nabi dalam mengajarkan ilmu agama. Pada masa Rasulullah Saw. kedudukan guru memperoleh tempat yang istimewa, tertinggi dan dihormati.

Dengan demikian, kedudukan guru sangat mulia dan luhur, baik ditinjau dari sudut masyarakat, negara maupun agama. Guru sebagai pendidik merupakan

15

Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21…, h. 92

16

Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial,

(23)

seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat sebagian besar bergantung pada guru.

Disamping itu, kedudukan guru dalam kegiatan pembelajaran juga sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru yang berhadapan langsung dengan peserta didik akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan menentukan karena guru yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang disajikan kepada peserta didik.

Hal ini membuktikan bahwa guru mempunyai kedudukan yang terhormat. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 2 kedudukan guru ditegaskan kembali, bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jalur pendidikan formal.17

Sebagai pribadi yang ditiru, tidak menutup kemungkinan bila peserta didik mengharapkan figur yang senantiasa memperlihatkan kepentingan peserta didik. Biasanya guru yang seperti ini mendapatkan extra perhatian dari peserta didik. Perserta didik senang dengan sikap dan prilaku yang baik yang diperlihatkan oleh guru. Guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik sekaligus pembimbing yang akan mengarahkan peserta didik pada tahap perkembangan yang lebih baik.

Berkaitan dengan ini, maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa atau peserta didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu, setiap rencana guru harus didudukan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan peserta didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.18

Kedudukan guru terutama guru agama Islam saat ini perlu mendapat perhatian. Jelas sekali bahwa kedudukan guru saat ini semakin merosot, jauh lebih rendah dibandingkan kedudukan guru pada masa Rasulullah Saw.19 Menurut Mukhtar rendahnya kedudukan guru saat ini disebabkan karena:

17

Depag, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006),h. 86

18

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-10, h. 125

19

(24)

a. Rendahnya apresiasi terhadap guru Pendidikan Agama Islam sebagai akibat Pendidikan Agama Islam yang merupakan mata pelajaran wajib hanya dipandang sebagai pelengkap karena lembaga pendidikan dan orang tua lebih mengutamakan pelajaran yang diujikan saja. Hal ini sangat dominan pada sekolah-sekolah umum seperti Sekolah Dasar dan Menengah, akibatnya penerapan nilai-nilai agama melalui Pendidikan Agama Islam tidak bisa berjalan baik.

b. Kurangnya sikap profesionalisme tugas guru Pendidikan Agama Islam yang ditandai dengan kurangnya kemampuan dalam memprogram pembelajaran, memproses pembelajaran yang sesuai dengan program pembelajaran. Adapun kemampuan dalam memproses pembelajaran ini meliputi penyampaian bahan pelajaran pada siswa, metode yang digunakan dan persiapan mengajar.

c. Kurangnya pengakuan terhadap guru Pendidikan Agama Islam. Hal ini ditandai dengan kurangnya penghargaan atas kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh guru agama terhadap siswa di sekolah.

Untuk itu, menurut Hasan Langgulung guru agama hendaknya selalu meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dalam hal ini Hasan Langgulung menawarkan adanya sejumlah latihan terhadap guru agama dalam meningkatkan profesionalismenya, dengan tujuan:

a. Menciptakan guru-guru yang terlatih dan memiliki profesionalisme yang tinggi.

b. Menghasilkan guru-guru yang bersemangat tinggi.20

Sedangkan dalam UU Guru dan Dosen pasal 4 dijelaskan kedudukan guru untuk meningkatkan martabat guru dalam agen pembelajaran.21 ”Yang dimaksud agen pembelajaran (learning agent) adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.”22

20

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan.., h. 233-235

21

Depag, Undang-undang dan Peraturan…, h. 86

22

(25)

2. Peran Guru Agama

Islam menuntut kepada pendidik untuk berorientasi kepada educational needs dari peserta didik, dimana faktor “human nature” yang potensial tiap pribadi anak dijadikan sentrum proses kependidikan sampai kepada batas perkembangannya.23

M. Arifin menjelaskan bahwa “pendidik harus mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan kejiwaannya, memberi contoh tauladan yang baik, mendorong dan memotivasi, targhieb dan tarchieb, mendorong kreativitas dalam berpikir, menciptakan suasana belajar-mengajar yang favorable (diwaktu marah atau sesak nafas guru tidak boleh mengajar).”24

Menurut E. Mulyasa bahwa peran dan fungsi guru secara umum adalah: a. Sebagai pendidik dan pengajar; bahwa setiap guru harus memiliki kestabilan

emosi, ingin memajukan peserta didik bersikap realitas, jujur dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan.

b. Sebagai anggota masyarakat; bahwa setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat.

c. Sebagai pemimpin; bahwa setiap guru adalah pemimpin, yang harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek organisasi sekolah.

d. Sebagai administator; bahwa setiap guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan di sekolah, sehingga harus memiliki pribadi yang jujur, teliti, rajin, serta memahami strategi dan manajemen pendidikan.

e. Sebagai pengelola pembelajaran; bahwa setiap guru harus mampu dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar-mengajar di dalam maupun di luar kelas.25

23

M. Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1988), h. 81

24

M. Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat..., h. 81

25

(26)

Sedangkan menurut Martinis Yamin, peran guru adalah: a. Sebagai komunikator

Dilihat dari peran guru di dalam kelas, mereka berperan sebagai seorang komunikator, mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan non-verbal. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan berupa buku teks, catatan, lisan, cerita, dan lain sebagainya, pesan itu dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna dan diaplikasikan siswa.26

b. Sebagai fasilitator

Guru sebagai fasilisator memiliki peran memfasilitasi siswa-siswa untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode, media dan sumber belajar27.

Guru Menciptakan suatu komunitas yang bersuasana saling bergantung dan saling berdialog atas dasar saling mempercayai satu sama lain, menghasilkan pengalaman yang luas, namun ia tetap mengambil bagian dan memperhatikan dengan sikap yang sama dengan peserta didiknya.28

C. Tugas dan Kewajiban Guru Agama

Tugas guru yang utama adalah memberikan pengetahuan (cognitive), sikap dan nilai (affective) dan ketrampilan (Psychometer) kepada anak didik.29 Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar. Di samping itu, ia mempunyai tugas lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah. Selain tugas tersebut, guru juga memiliki kewajiban yang berhubungan dengan kedudukannya sebagai salah satu tenaga kependidikan.

26

Martinis Yamin, Sertifikasi Propesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), Cet. Ke-2, h.24

27

Martinis Yamin, Sertifikasi Propesi Keguruan di Indonesia…, h. 27

28

M. Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat..., h. 45

29

(27)

Jabatan seorang guru agama adalah sebuah jabatan yang sangat berat karena tugas guru agama tidak hanya melaksanakan pendidikan agama secara baik, tetapi guru agama juga harus dapat memperbaiki pendidikan agama yang telah terlanjur salah diterima anak, baik dalam keluarga, maupun masyarakat sekitarnya, serta melakukan pembinaan kembali terhadap pribadi anak didik.30

Tinggi atau rendahnya suatu masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan Negara, sebagian besar tergantung kepada pendidikan yang diberikan oleh guru. Makin tinggi pendidikan guru, makin tinggi pula mutu pendidikan yang diterima oleh peserta didik, dan makin tinggi pula derajat masyarakat.

Guru bertanggung jawab terhadap penciptaan situasi komunitas yang dialogis interpendent dan terpercaya. Ia menyadari bahwa pengetahuan dan pengalamannya lebih dewasa dan lebih dalam dan luas serta bersama-sama dengan peserta didik berada dalam situasi belajar yang memperhatikan satu sama lain.31

Untuk itu, Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, menjelaskan bahwa tugas-tugas pendidik adalah32:

a. Membimbing peserta didik

Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.

b. Menciptakan situasi untuk pendidikan

Situasi pendidikan, yaitu suatu keadaan di mana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.

Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, dapatlah ditarik kesimpulannya bahwa tugas guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang mentransfer nilai-nilai dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun peserta didik dalam belajar untuk memcapai tujuan yang diharapkan.

30

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama..., h. 108

31

M. Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat ..., h. 28

32

(28)

Untuk itu, program pembaharuan pendidikan guru harus lebih diarahkan kepada pembinaan tenaga guru yang secara profesional mampu mengemban tugas-tugas tersebut.

D. Karakteristik Guru Agama

Dari uraian di atas telah jelas bahwa pekerjaan guru itu berat, tetapi luhur dan mulia. Maka, untuk menjadi guru tidak sembarang orang dapat menjalankannya. Untuk itu, guru harus memiliki karakteristik yang baik pula agar dapat menjalankan fungsinya sebagai guru.

Menurut Ahmad Tafsir karakteristik guru seperti syarat dan sifat itu harus dibedakan. Adapun syarat yang diartikan sebagai sifat guru yang pokok, yang dapat dibuktikan secara empiris. Sedangkan sifat yang dimaksud adalah sebagai pelengkap dari syarat tersebut.33

1. Syarat-syarat Guru Agama

Menurut Ahmad Tafsir syarat terpenting bagi guru adalah keagamaan. Selain itu syarat guru agama adalah:

a. Umur, sudah dewasa.

b. Kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani.

c. Keahlian, menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai ilmu mendidik.

d. Harus berkepribadian muslim.34

Secara umum, untuk menjadi guru yang baik menurut Islam hendaknya guru memenuhi tanggung jawab yang akan dibebankan kepadanya seperti bertaqwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmani dan berakhlak mulia, tanggung jawab dan berjiwa nasional.

Sedangkan menurut UU Guru dan Dosen pasal 8 adalah “guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikat pendidik, sehat jasmani dan

33

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam…, h. 82

34

(29)

rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”35

Sebagai mana yang diutarakan oleh Kunandar dalam buku Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru mengatakan bahwa:

“Seorang guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain: memiliki kualitas pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus (continous improvement) melalui organisasi profesi internet, buku, seminar, dan semacamnya.”36

Karena pekerjaan guru adalah pekerjan profesional maka untuk menjadi guru harus memenuhi persyaratan, diantaranya adalah: memiliki bakat, keahlian, kepribadian, sehat mental dan badan, pengalaman dan pengetahuan yang luas, berjiwa pancasila, dan warga negara yang baik.37

Sementara dalam kriteria yang sama, Oemar Hamalik memberikan batasan tentang persyaratan guru profesional. Diantara persyaratan guru profesional itu adalah:

a. Memiliki bakat sebagai guru. b. Memiliki keahlian sebagai guru.

c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. d. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. e. Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila. f. Guru adalah seorang warga negara yang baik.38

35

Depag. Undang-undang dan Peraturan…, h. 88

36

Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (KTSP), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. Ke-18, h. 50

37

Depag. Undang-undang dan Peraturan…, h. 66

38

Oemar Hamalik dalam Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia,

(30)

Tugas yang dibebankan kepada guru memang berat, karena guru bukan saja mendidik peserta didik agar menjadi pribadi yang baik bagi peserta didik. Tetapi, guru juga memberikan kemampuan kepada peserta didik agar sanggup menjalani hidup sesuai yang diinginkan. Untuk itu, para guru harus belajar tentang keahlian profesional.

2. Sifat-sifat Guru Agama

Dalam pendidikan Islam, seorang guru harus memiliki karakteristik yang menjadi sifat dan ciri yang akan menyatu dengan kepribadiannya. Dalam hal ini, Al-abrasyi memberikan batasan tentang sifat-sifat guru khususnya guru agama, antara lain:

a. Memiliki sifat zuhud Yaitu melaksanakan tugasnya bukan semata-mata karena materi, akan tetapi karena mencari keridhaan Allah SWT.

b. Suci dan bersih, Guru hendaknya bersih fisiknya dari segala macam kotoran dan bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela atau tidak mempunyai dosa besar.

c. Ikhlas, Hendaknya guru ikhlas dan tidak ria dalam melaksanakan tugasnya, karena ria akan menghilangkan keikhlasan.

d. Murah hati atau pemaaf, Bersifat pemaaf dan selalu memaafkan kesalahan orang lain terutama anak didiknya, sabar dan sanggup menahan amarah. e. Tegas dan terhormat, Tegas dalam perkataan dan perbuatanya tetapi tidak

kasar atau bersikap lemah lembut dan senantiasa membuka diri serta menjaga kehormatanya.

f. Memiliki sikap kebapakan sebelum menjadi guru, Guru mencintai anak didiknya sebagai mana mencintai anak-anaknya sendiri.

(31)

h. Menguasai mata pelajaran, yaitu menguasai materi pelajaran yang diajarkannya dengan baik dan profesional. 39

Pada dasarnya, yang diharapkan dari guru ialah supaya guru sendiri berkembang sebagai wujud atau personifikasi dari sejumlah karakteristik yang menggambarkan sikap dan perilaku keguruan. Di mata masyarakat karakteristik itu berarti bahwa:

a. Guru patut dicontoh dan diperlakukan sebagai teladan dalam masyarakat. b. Guru berinteraksi dengan lingkungan melalui kearifan budaya masyarakat. c. Guru berperilaku sosial yang serasi dengan nilai budaya masyarakat. d. Guru mengelola aktifitas pendidikan dengan moral yang tinggi.

e. Guru menyayangi para peserta didik mereka sebagai amanah orang tua.40 Sedangkan dalam psikologi, karakteristik guru lebih menitik beratkan pada aspek kepribadian guru. Menurut Muhibbin Syah karakteristik kepribadian guru meliputi fleksibilitas kognitif guru dan keterbukaan psikologi guru.

Pertama, fleksibilitas (keluwesan) kognitif guru merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam tindakan. Kedua, keterbukaan psikologi guru yang merupakan kemampuan memahami pikiran dan perasaan orang lain, dan menciptakan hubungan antara pribadi guru dengan siswa secara harmonis.41

Berdasarkan uraian diatas terlihat jelas dengan kesimpulan bahwa sosok guru yang baik adalah yang memiliki semangat mengajar yang tulus, yaitu ikhlas dengan mengamalkan ilmunya, bertindak sebagai orang tua yang mengasihi peserta didik mampu menggali potensi peserta didik, bersikap terbuka dan demokatis untuk menerima dan menghargai peserta didik, dapat bekerja sama dengan peserta didik, dan menjadi panutan bagi peserta didik, sehingga siswa mengikuti perbuatan baik yang dilakukan guru.

39

Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran…, h. 66-70

40

Departemen Agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 12

41

(32)

22

BAB III

GURU AGAMA PERSPEKTIF HASAN LANGGULUNG DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN

DOSEN

A. Sketsa Hasan Langgulung

1. Biografi dan Riwayat Hidup Hasan Langgulung

Nama lengkapnya adalah Hasan Langgulung, lahir di kabupaten Sidenreng, Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934.1 Ayahnya bernama Langgulung dan ibunya bernama Aminah Tanrasuh.2

Hasan Langgulung muda menempuh seluruh pendidikan dasarnya di daerah Sulawesi, Indonesia. Ia memulai pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR) ─ sekarang setingkat Sekolah Dasar (SD) ─ di Rappang, Sulawesi Selatan. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Islam dan Sekolah Guru Islam di Makasar sejak tahun 1949 sampai tahun 1952 serta menempuh B.I. Inggris di Ujung Pandang, Makasar.

Perjalanan pendidikan internasionalnya dimulai ketika ia memutuskan hijrah ke Timur Tengah untuk menempuh pendidikan sarjana muda atau Bachelor of Arts (BA) dengan spesialisasi Islamic and Arabic Studies yang beliau peroleh dari Fakultas Dar al-Ulum, Cairo University, Mesir pada tahun 1962. Setahun

1

http://groups.yahoo.com/group/smansa97/message/2820, diakses tg. 5-01-2010 2

(33)

kemudian ia sukses menggondol gelar Diploma of Education (General) dari Ein Shams University, Kairo. Di Ein Shams University Kairo pula ia mendapatkan gelar M.A. dalam bidang Psikologi dan Kesehatan Mental (Mental Hygiene) pada tahun 1967. Sebelumnya, ia juga sempat memperoleh Diploma dalam bidang Sastra Arab Modern dari Institute of Higher Arab Studies, Arab League, Cairo, yaitu di tahun 1964.

Kecintaan dan kehausan Hasan Langgulung pada ilmu pengetahuan tak membuatnya puas dengan apa yang telah ia peroleh di Timur Tengah. Beliau pun melanjutkan pengembaraan intelektualnya dengan pergi ke Barat. Hasilnya gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) dalam bidang Psikologi diperoleh dari University of Georgia, Amerika Serikat di tahun 1971.

Semasa kuliah Hasan Langgulung tak hanya mengasah daya intelektualnya (kognisi) saja, saat itu ia pun sudah menunjukkan talenta sebagai seorang aktivis dan seorang pendidik. Hal ini dapat dibuktikan ketika ia diberi kepercayaan sebagai Ketua Mahasiswa Indonesia di Kairo tahun 1957. Antara tahun 1957 hingga 1967 ia mengemban amanah sebagai Kepala dan Pendidik Sekolah Indonesia di Kairo. Kemampuan organisatorisnya semakin matang ketika ia menjadi Wakil Ketua Mahasiswa Indonesia di Timur Tengah (1966-1967).3

Pada tanggal 22 September 1972, Hasan Langgulung melepas masa lajangnya dengan menikahi seorang perempuan bernama Nuraimah Mohammad Yunus. Pasangan ini dikaruniai dua orang putera dan seorang puteri, yaitu Ahmad Taufiq, Nurul Huda, dan Siti Zakiah. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah di Jalan B 28 Taman Bukit, Kajang, Malaysia.4

Prof Hasan Langgulung (73), adalah seorang pakar pendidikan Islam asal Sulawesi Selatan meninggal dunia di Kuala Lumpur pada hari Sabtu 2 Agustus 2008 Pukul 19.47 waktu setempat.5

Mungkin tidak banyak masyarakat Indonesia yang mengenal beliau, kecuali para penggiat dunia pendidikan terutama pendidikan Islam. Sebab, tokoh yang

3

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2003), Cet. Ke-5, h. 413-414

4Wh’s Who in The World.. ., h. 595

5

(34)

pernah menjadi guru SMP bagi Wapres Jusuf Kalla tersebut menghabiskan separuh hidupnya di luar negeri.

Saat negeri Jiran Malaysia baru saja menginjak usia kemerdekaan ke-14, pemerintah Malaysia bergiat membangun negaranya terutama dari sisi pendidikan. Saat itu banyak putra-putra pilihan dari Indonesia yang diundang pemerintah Malaysia untuk ikut serta membangun negeri tersebut. Hasan termasuk salah satu putra pilihan tersebut.

Salah satu jasa yang disumbangkan Hasan di Malaysia adalah Fakultas Pendidikan di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dan Univeristas Islam Internasional Malaysia. Beliau adalah penggagas dan pendiri Fakultas Pendidikan di UKM tahun 1972. Selesai di UKM, beliau lalu berpindah dan mendirikan Fakultas Pendidikan di IIUM tahun 1980-an.6

Hasan meninggal dunia karena penyakit stroke dan dimakamkan di Taman Pemakaman Sentul, Kuala Lumpur. Dalam upacara pemakaman, seluruh pejabat KBRI, perwakilan dari kerajaan Malaysia, dan rektor IIUM ikut menghadiri.

2. Riwayat Pekerjaan Hasan Langgulung

Selepas kuliah aktivitas beliau semakin padat. Ia seringkali menghadiri berbagai persidangan dan konferensi baik sebagai pembicara ataupun peserta yang diadakan di dalam maupun di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Jepang, Australia, Fiji, Timur Tengah, beberapa negara di Eropa, di samping negara-negara di wilayah ASEAN sendiri.

Pengalamannya sebagai pengajar dan pendidik dimulai sejak ia masih kuliah di Mesir, yaitu sebagai kepala sekolah Indonesia di Kairo (1957-1968). Saat di Amerika Serikat, ia pernah dipercaya sebagai asisten pengajar dan dosen di University of Georgia (1969-1970) dan sebagai asisten peneliti di Georgia Studies of Creative Behaviour, University of Georgia, Amerika Serikat (1970-1971). Asisten Profesor di Universitas Malaya, Malaysia (1971-1972).

Ia juga pernah diundang sebagai Visiting Professor di University of Riyadh, Saudi Arabia (1977-1978), Visiting Professor di Cambridge University, Inggris,

6

(35)

serta sebagai konsultan psikologi di Stanford Research Institute, Menlo Park, California, Amerika Serikat.

Selain sebagai pengajar, peneliti dan konsultan, beliau juga menggeluti dunia jurnalistik. Ia tercatat sebagai pimpinan beberapa majalah seperti Pemimpin Redaksi Majalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Anggota tim redaksi pada majalah Akademika untuk Social Sciences and Humanities, Kuala Lumpur. Anggota redaksi majalah Peidoprise, Journal for Special Education, yang diterbitkan di Illinois, Amerika Serikat. Beliau juga tercatat sebagai anggota American Psychological Association (APA) dan American Educational Research Association Muslim.

Beliau pernah mengajar di Universiti Kebangsaan Malaysia sebagai professor senior dalam beberapa tahun dan beliau mengajar di Universiti Islam Antara Bangsa Kuala Lumpur, Malaysia juga sebagai professor senior (2002). Beliau mendapatkan penghargaan Profesor Agung (Royal Profesor) pada tahun 2002 di Kuala Lumpur, Malaysia oleh masyarakat akademik dunia.

Hasan Langgulung menerima berbagai macam penghargaan internasional. Namanya tercatat dalam berbagai buku penghargaan seperti: Directory of American Psychological Association, Whoss Who in Malaysia, International Whoss Who of Intellectuals, Whoss Who in The World, Directory of International Biography, Directory of Cross-Cultural Research and Researches, Men of Achievement, The International Book of Honor, Directory of American Educational Research Association, The International Register Profiles, Whoss Who in The Commonwealth, Asia Whoss Who of Men and Women of Achievement and Distinction, Community Leaders of The World, Progressive Personalities in Profile dan beberapa penghargaan lainnya.

3. Buah karya Hasan Langgulung

(36)

macam persoalan yang berkisar tentang Pendidikan, Psikologi, Filsafat dan Islam. Di antara karya-karyanya tersebut, yaitu:

a. Thesis M.A. : Al-Murahiq al-Indonesiy; Ittijahatuh wa Darajatutawafuq Indahu (Remaja Indonesia; Sikap dan Penyesuaiannya)

b. Disertasi Ph.D. : A Cross-Cultural Study of The Childss Conception of Situational Causality in India, Western Samoa, Mexico, and The United States, kemudian diterbitkan oleh Journal of Social Psychology: USA, 1973 c. The Development of Causal Thinking of Children in Mexico and The United

States, USA: The Journal of Cross-Cultural Studies, 1973

d. The Curriculum Reform of General Education in Higher Education in Southeast Asia, Bangkok: ASAIHL, 1974

e. The Self; Concept of Indonesian Adolescene, Malaysia: Jurnal Pendidikan, 1975

f. Social Aims and Effect of Higher Education, Kuala Lumpur: Economic & Business Studentss Association in Southeast Asia, 1973

g. Beberapa Aspek Pendidikan Ditinjau dari Segi Islam, Kuala Lumpur: Majalah Azzam, 1974

h. Belia, Pendidikan dan Moral, Kuala Lumpur: Dewan Masyarakat, 1977 i. Al-Ghazali dan Ibnu Thufail Vs Rousseau dan Pioget, Kuala Lumpur: Majalah

Jihad, 1976

j. Pendidikan Islam akan Kemana?, Kuala Lumpur: Cahaya Islam, 1977

k. Peranan Ibu-Bapa dalam Pendidikan Keluarga, Kuala Lumpur: Al-Ihsan, 1977

l. Falsafah Pendidikan Islam, terjemahan dari karya Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Jakarta: Bulan Bintang, 1979

m. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980 n. Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1985, Cet. III o. Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta,

Al-Husna Zikra, 1986

(37)

q. Kreatifitas dan Pendidikan Islam; Analisis Psikologi dan Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1991

r. Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002

s. Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2003, Edisi Revisi Cet. V)

t. Pendidikan Islam dalam Abad 21, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2003, Edisi Revisi (Cet. III)7

B. Guru Agama Perspektif Hasan Langgulung

1. Pengertian Guru Agama

Sama dengan teori barat, pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.8 Guru merupakan pendidik di lingkungan sekolah yang menyiapkan sejumlah ilmu pengetahuan, sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Maka menurut Hasan Langgulung pendidik adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peseta didik melalui proses pengajaran.

Menurut penelitian di Amerika Serikat sebagian besar dari guru-guru berasal dari golongan menengah-rendah seperti petani, pengusaha kecil, buruh harian dan hanya sebagian kecil saja yang ayahnya dari golongan profesional atau golongan tinggi. Guru-guru berasal dari daerah-daerah pedesaan atau kota kecil. Latar belakang guru yakni dari golongan petani dan kaum buruh yang perlu dipertimbangkan dalam pola kebudayaan di sekolah yang banyak dipengaruhi oleh guru.

Guru akan membawa norma-norma dan kebudayaan yang diperolehnya melalui pendidikan ke dalam kelas yang diajarkan. Walaupun guru itu sendiri berkat pendidikannya dapat mempertinggi tingkat kulturalnya, namun ia akan

7

Beberapa karya Hasan Langgulung ini tertulis dalam riwayat hidup singkatnya sebagai penterjemah pada sampul belakang buku karya Prof. Dr. Omar Muhammad Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), Cet. Ke-I

8

(38)

tetap terikat oleh latar belakangnya, yaitu nilai-nilai pedesaan golongan menengah-rendah yang mungkin sekali berbeda dengan norma anak didik, khususnya dikota-kota. Namun banyak orang tua anak didik, misalnya di sekolah menengah yang golongan sosialnya lebih tinggi dari guru itu sendiri.

Dalam kelas gurulah merupakan kunci utama yang menentukan norma-norma di dalam kelasnya dan kekuasaan penuh terdapat dalam sosok guru tersebut. Dalam pandangan masyarakat, guru adalah seseorang yang menyampaikan ilmu pengetahuan kepada para anak didik di dalam kelas. Sedangkan Hasan Langgulung berpendapat bahwa guru disebut juga ulama.9 Yaitu orang yang memiliki ilmu lebih dari pada anak didiknya.10 Atau orang-orang yang berilmu pengetahuan.11

2. Kedudukan dan Peran Guru Agama

Kedudukan orang alim dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya. Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu di dapat dari belajar dan mengajar; yang belajar adalah calon guru, dan yang mengajar adalah guru.12

Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru terutama guru agama ia harus menunjukan kelakuan yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Apa yang dituntut bagi guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi dari pada yang dituntut dari orang dewasa lainnya.

Guru sebagai pendidik dan pembina generasi muda harus menjadi teladan, di dalam maupun di luar sekolah. Guru harus senantiasa sadar akan kedudukannya.

9

Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam…, h. 45

10

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan...,h. 150

11

Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-6, h. 40

12

(39)

Di mana dan kapan saja ia akan dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang patut ditiru oleh masyarakat, khususnya oleh anak didik

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia.13 Khususnya proses pembelajaran di sekolah, guru memegang peran yang penting diantaranya menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus menerus berkembang.

Menurut Hasan Langgulung peran guru adalah untuk menyelamatkan masyarakat dan peradaban dari penghancuran atau dalam istilah sehari-hari disebut mati dan akhirnya kita jumpai di musium, seperti mesir kuno, yunani kuno dan lain-lain. Dengan kata lain tanpa guru yang berfungsi sebagai transmitter (penyambung) budaya akan mati.14

Peran guru agama dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat.

Menurut Hasan Langgulung “guru dalam paradigma baru ini bukan hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi sebagai motivator dan fasilitator proses belajar.”15

a. Motivator

Menurut Wina Sanjaya “dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Proses pembelajaran akan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar. untuk itu, guru dituntut kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa.”16

13

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 40

14

Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam..., h. 45

15

Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21…, h. 86

16

(40)

b. Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam komunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, karena kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.

Menurut Sardiman A. M. dalam bukunya “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar” peran guru sebagai fasilitator, yaitu guru memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.17

Dari penjelasan diatas dapat diringkas bahwa peran guru agama dalam paradigma baru menurut Hasan Langgulung adalah selain sebagai transmitter (penyambung) budaya, guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam mengembangkan potensi-potensi anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Dalam mewujudkan peranan guru, Hasan Langgulung berpendapat bahwa guru harus memiliki tiga macam pengetahuan, yaitu:

a. Pengetahuan umum, yaitu semua materi atau bidang ilmu yang diajarkan, baik materi agama maupun materi umum lainya.

b. Pengetahuan profesi, yaitu pengetahuan atau materi yang berkaitan dengan profesi guru yang mengikuti latihan tersebut.

c. Pengetahuan khusus, yaitu beberapa pengetahuan khusus yang diberikan kepada guru-guru sesuai dengan tingkat pendidikan yang diajarnya.18

Untuk melengkapi tulisan ini, penulis menambahkan tentang kedudukan dan peran guru dari beberapa para ahli pendidikan. Sebagaimana yang diterapkan oleh Syafrudin Nurdin bahwa “jabatan guru terdiri dari empat aktifitas, yaitu: (a) pendidikan, (b) proses belajar mengajar atau bimbingan penyuluhan, (c) pengembangan profesi dan (d) penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan

17

Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar..., h.144

18

(41)

dan penyuluhan.”19

Hal ini, sesuai dengan yang dijelaskan oleh Zahara Idris bahwa peranan guru adalah membimbing proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.20

Dalam pendapat lain tentang peranan guru yang lebih luas, yaitu: guru sebagai pengajar, pembimbing, pemimpin, ilmuan, pribadi, penghubung, modernisator, dan pembangun.21 Berikut ini akan dijelaskan satu persatu tentang peranan guru:

a. Guru sebagai pengajar

Guru menyampaikan materi pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan oleh guru.

b. Guru sebagai pembimbing

Guru memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu menemukan masalah dan menyelesaiakan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

c. Guru sebagai pemimpin

Guru mengadakan supervisi atas kegiatan belajar peserta didik, membuat rencana pengajaran, mengadakan manajemen belajar, dan mengatur disiplin dalam kelas.

d. Guru sebagai ilmuan

Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan terhadap peserta didik untuk itu guru berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu secara terus-menerus memupuk pengetahuan yang dimilikinya.

e. Guru sebagai pribadi

Sebagai pribadi, guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh peserta didik, orang tua peserta didik dan masyarakat.

f. Guru sebagai penghubung

Sekolah mempunyai dua peran, yaitu sebagai tempat menyampaikan dan mewariskan kebudayaan, teknologi dan ilmu pengetahuan. Di lain pihak sekolah

19

Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum…, h.11

20

Zahara Idris, Dasar-dasar Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1982), Cet. Ke-1, h. 77

21

(42)

sebagai penampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, bakat dan tuntutan masyarakat. Peran guru merupakan penghubung diantara keduanya.

g. Guru sebagai modernisator

Guru harus senantiasa mengikuti usaha-usaha pembaharuan di segala bidang dan meyampaikan kepada peserta didik dengan batas-batas kemampuan peserta didik agar menanamkan jiwa pembaharuan di kalangan peserta didik.

h. Guru sebagai pembangun

Guru baik sebagai pribadi dan profesional harus dapat menggunakan setiap kesempatan untuk membantu berhasilnya rencana pembangunan masyarakat.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Agama

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, dalam pemikiran Hasan Langgulung peran guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja. Tetapi guru juga sebagai motivator dan fasilitator dalam pembelajaran. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa tugas guru menurut Hasan Langgulung adalah:

a. Sebagai motivator, tugas guru adalah mendidik peserta didik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi terhadap pencapaian tujuan yang diharapkan.

b. Sebagai fasilitator, tugas guru adalah memberi fasilitas dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Tugas guru juga membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.

Demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, guru bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian peserta didik. Guru harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang peserta didik untuk belajar secara dinamis dalam memenuhi kebutuan dan pencapaian tujuan.

Referensi

Dokumen terkait

kombinasi EEDS dan simvastatin dapat menghambat peningkatan kadar kolesterol total dan LDL tidak berbeda bermakna ( p >0,05) yang berarti mempunyai kemampuan yang sama

Hasil penelitian ini hendaknya juga dapat dipergunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak- pihak yang berwenang, khususnya bagi pihak KPP Pratama

Melihat dari perkembangan SLiMS (Senayan Library Management System) yang telah memiliki berbagai macam kelebihan dalam mengelola perpustakaan maka perpustakaan Fakultas

Analisis Pelaksanaan Coorporate Social Responsibility pada program Djarum Peduli Madrasah di MI NU Tsamrotul Wathon Gondosari Gebog Kudus. Menurut Wibisono,

One way to make the camera be able to move automatically following the lecturer’s position is by using background estimator method based on image process.. This method

Hasil penelitian pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan

Peneliti menyimpulkanbahwa keterampilan bercocok tanaman hias tentunya dalam perawatan tanaman hias di SLB Purnama Asih masih diperlukansuatu metode yang dapat

Klasifikasi merupakan salah satu metode dalam data mining untuk mengetahui label kelas dari suatu record..