• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI STUDI KOMPARASI GURU AGAMA PERSPEKTIF HASAN

A. Persamaan

1. Pengertian Guru Agama

Berdasarkan penelitian di atas dan pandangan beberapa para ahli tentang pengertian guru agama pada hakikatnya sama seperti pengertian guru agama menurut Hasan Langgulung dan UU Guru dan Dosen, bahwa guru agama adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan agama, ketrampilan atau pengalaman kepada peserta didik dilingkungan formal (sekolah) untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar dapat memahami apa yang terkandung dalam ajaran Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam sebagai pegangan atau jalan hidup.

Guru agama merupakan bagian dari profesi guru pada umumnya. Oleh karena itu, profil guru agama juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang lazim bagi seorang guru. Meskipun demikian, karena pendidikan agama Islam memiliki kekhasan sendiri dibandingkan dengan bidang studi yang lain, maka guru agama di samping harus memiliki kompetensi keguruan pada umumnya, ia

juga dituntut memiliki kualifikasi-kualifikasi tertentu yang melekat pada ciri khas agama Islam itu sendiri.

2. Peran dan Kedudukan Guru Agama

Persamaan peran guru agama menurut Hasan Langgulung dan UU Guru dan Dosen yaitu mempunyai peranan yang sama dalam menerima amanat dari kedua orang tua peserta didik.

Seseorang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak itu disebut guru. Namun demikian seorang guru bukan hanya penerima amanat dari orang tua untuk mendidik anaknya, melainkan dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya. Sebagai pemegang amanat, guru harus bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan kepadanya.1

Guru dalam perpektif Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan. Sebab guru yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotoriknya. guru agama tidak hanya berperan sebagai pengajar dan pendidik semata-mata, tetapi harus memerankan diri sebagai pembimbing dalam belajar.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Agama

Persamaan mengenai tugas seorang guru agama menurut Hasan Langgulung dan UU Guru dan Dosen, guru agama adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar dan mernbimbing pada bidang studi agama Islam.

a. Sebagai pengajar

Sebagai pengajar, guru mempunyai tugas memberikan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, guru agama adalah orang yang mentransfer ilmu-ilmu agama Islam sesuai dengan jenjang pendidikan yang diajarnya.

1

b. Sebagai pembimbing

Sebagai pembimbing, guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sebab pembelajaran sangat berkaitan erat dengan berbagai masalah diluar kelas yang sifatnya non akademis.

Di samping memiliki tugas-tugas diatas, guru memiliki juga kewajiban yang berhubungan dengan kedudukannya sebagai salah satu komponen tenaga kependidikan. Kewajiban tersebut dikemukakan di dalam Undang-undang Guru dan Dosen adalah sebagai berikut:

a. Merencananakan, melakasankan, menilai dan mengevaluasi dalam pembelajaran

b. Selalu meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan kompetensi sesuai dengan tuntutan zaman

c. Bersikap obyektif dan tidak membeda-bedakan latar belakang peserta didik

d. Menjunjung tinggi hukum dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika

e. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.2

Persamaan tanggung jawab guru agama menurut Hasan Langulng dan UU Guru dan Dosen ialah keyakinannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas pertimbangan profesional secara tepat. Karena pekerjaan guru menuntut kesungguhan dalam berbagai hal. Oleh sebab itu posisi dan persyaratan para pekerja pendidikan atau orang-orang yang disebut pendidik karena pekerjannya ini, maka patutlah mendapat pertimbangan dan perhatian yang serius. Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hal tersebut dimaksudkan agar usaha pendidikan yang baik tidak akan jatuh ke tangan orang-orang yang bukan ahlinya, sehingga dapat mengakibatkan banyak kerugian.

2

B. Perbedaan

1. Pengertian Guru Agama

Menurut Hasan Langgulung pengertian guru agama diartikan sebagai ulama.3 Ulama adalah jamak dari kata alim yang menunjukan pada seseorang yang memiliki pengetahuan diatas kemampuan yang dimiliki orang lain. Kata ulama dan alim selanjutnya diartikan sebagai orang yang tahu atau yang mempunyai pengetahuan ilmu agama dan ilmu umum. Sesuai perkembangan zaman istilah ulama yang merupakan bentuk jamak, berubah menjadi bentuk tunggal. Pengertian ulama juga menjadi lebih sempit, sebab diartikan sebagai orang yang memiliki ilmu pengetahuan agama.

Di indonesia, masyarakat menilai ulama sebagai guru agama yang memberikan nasehat dan tauladan sebagai panutan, karena mereka diakuai sebagai orang yang memiliki kualitas dalam memahami agama. Dengan demikian ulama Indonesia adalah orang yang memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam menjalankan ajaran-ajaran agama Islam.

Sedangkan menurut UU Guru dan Dosen, pengertian guru agama adalah ditekankan pada pelatihan dan kualifikasi. Pelatihan dibuktikan dengan adanya surat-surat tanda tamat kependidikan, sementara kualifikasi diterangkan dengan sejumlah karakteristik, termasuk ujian, pengalaman, dan reputasi yang berhubungan dengan keefektifan di dalam pembelajaran. Dalam implikasinya, seorang profesional dituntut tidak hanya untuk memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang hukum-hukum dan aturan-aturan teknis yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaannya, tetapi juga tentang karakteristik dan kondisi peserta didik. Seorang yang profesional dituntut memiliki pengetahuan tentang kepribadian, motivasi, dan aspirasi peserta didik.

2. Peran dan Kedudukan Guru Agama

Menurut Hasan Langgulung, guru agama mempunyai peranan sebagai pembimbing, pemimpin dan pengawas bagi peserta didik. Untuk itu menurutnya

3

guru agama harus diberi kesempatan dalam mengambil keputusan mengenai perkembangan, pelaksanaan pendidikan dan meningkatkan kualitasnya agar dihormati oleh masyarakat Islam.4 Sedangkan UU Guru dan Dosen dalam pembelajaran agama, guru agama berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi insprirasi bagi peserta didik.5

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Agama

Tugas guru agama menurut Hasan Langgulung adalah selain mengajar juga memotivasi dan menfasilitasi kebutuhan-kebutuhan peserta didik supaya potensi-potensi yang dimilikinya dapat berkembang dan teraktualisasikan serta membantu peserta didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam atau menjadi Insan Kamil.6

Sedangkan tugas guru agama menurut UU Guru dan Dosen adalah sebagai pendidik, pembimbing, pelatih terhadap peserta didik pada jalur pendidikan formal agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.7

Dari uraian yang telah dibahas pada pembahasan di atas dan analisis yang dilakukan penulis dalam penelitian ini, penulis mengambil titik temu bahwa guru agama menurut Hasan Langgulung dan UU No. 14 th 2005 lebih condong pada persamaan yaitu tentang guru agama yang professional dibidangnya.

Perbedaan yang mendasar tentang guru agama dalam kedua pemikiran diatas didasari atas aspek pengangkatannya bahwa guru agama menurut Hasan Langgulung diangkat oleh masyarakat dibuktikan dengan pemahaman agama yang dalam. Sedangkan guru agama menurut UU Guru dan Dosen agar dapat diakui sebagai guru profesional salah satunya mempunyai sertifikat pendidik.

4

Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi…, h. 92

5

Depag, Undang-undang dan Peraturan. h. 86

6

Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi…, h 103

7

68

BAB V PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Sehubungan dengan uraian pada bab terdahulu tentang guru agama perspektif Hasan Langgulung dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Maka, secara keseluruhan penulis sederhanakan dalam kesimpulan bahwa:

Guru agama adalah seorang profesional yang mempunyai peranan dan kedudukan sebagai pengganti dari orang tua peserta didik atau orang tua kedua di sekolah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan seluruh potensi dan mendidik kepribadian peserta didik agar dapat hidup sesuai yang diharapkan oleh agama, masyarakat dan bangsa.

Telah dijelaskan bahwa guru agama yang dimaksud adalah guru pendidikan agama Islam. Jadi, persamaan tentang guru agama perspektif Hasan Langgulung dan UU No. 14 Guru dan Dosen itu guru harus profesional, mempunyai amanat dari kedua orang tua peserta didik dan kewajiban yang sama dalam meningkatkan mutu pendidikan.

B. Saran-saran

Pemikiran Hasan Langgulung dan amanat UU Guru dan Dosen yang terdapat dalam skripsi ini, semoga dapat mewakili dalam memberikan saran yang baik untuk pendidikan bagi para pendidik (guru agama), masyarakat, maupun pemerintah. Adapun saran-saran dari penulis, khususnya guru agama dalam memajukan pendidikan adalah:

1. Dapat dijadikan referensi dan pedoman dalam wacana pengembangan dunia pendidikan dan transfer ilmu pengetahuan. Sebagai profesi, guru hendaknya mampu mengadakan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan peningkatan profesional seorang pendidik.

2. Dalam memperlakukan UU Guru dan Dosen hendaknya guru melaksakan dengan arif, bijaksana dan penuh tanggung jawab.

3. Hak dan kewajiban hendaknya harus diletakan secara seimbang, bukan saja hak yang harus dituntut melainkan juga kewajiban harus di penuhi.

4. Meniru kembali pendidikan dari Rosulullah seperti keikhlasan dalam mengembangkan, mewujudkan tujuan, menjaga serta melestarikan kebudayaan Islam dengan disertai kepribadian yang sesuai ajaran Islam maupun ketentuan-ketentuan dalam UU pemerintah.

5. Pendidik khususnya guru agama harus selalu meningkatkan profesionalnya agar selalu siap menjalankan tugas-tugasnya dan mampu menghadapi tantangan-tantangan jaman, merespon dan memecahkannya dengan penuh kearifan dan kebijakan.

6. Selalu bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah dalam melaksanakan pendidikan yang sesuai dengan yang dicita-citakan. Dan,

7. Selalu kreatif atau melakukan terobosan-terobosan baru dalam pendidikan agar guru selalu menjadi panutan , sehingga kedudukannya selalu dihormati dan dihargai.

70

A.M., Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, Cet.-X.

Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam. Terj. Syamsuddin Asyrofi, Yogyakarta: Titian Ilahi Pers, 1996, Cet. Ke-I. Ali, M. Sayuthi, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002, Cet.I.

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005, Cet .II.

Al-Syaibany, Omar Muhammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, Cet.I.

Arifin, M., Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1988.

Daradjat, Zakiah dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, Cet. VI.

Daradjat, Zakiah, dalam Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, Cet.IV.

Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995, Cet.II.

Departemen Agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Pendidikan, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2005.

Departemen Agama, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet.I.

Djarajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Djohar, Pendidikan Strategik: Alternatif Untuk Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Lesfi, 2003, Cet.I.

Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, Cet.IV. http://groups.yahoo.com/group/smansa97/message/2820, diakses tg. 5-01-2010. http://groups.yahoo.com/group/smansa97/message/2820, diakses tg. 5-01-2010. Ihsan, Hamdani, dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV.

Pustaka Setia, 2001, Cet.II.

Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (KTSP), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, Cet. XVIII.

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2003, Cet.V.

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Al-Husna, 1995.

Langgulung, Hasan, Pendidikan dan Peradaban Islam: Suatu Analisa Sosio- Psikologi, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985, Cet.III.

Langgulung, Hasan, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988, Cet. I.

Langgulung, Hasan, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002, Cet. I.

Langgulung, Hasan, Teori-teori Kesehatan Mental, Jakarta: Al-Husna, 1985. Muchtar, Heri Jauhari, Fiqih pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005,

Cet Ke-I.

Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, Cet.IV.

Mulyasa, E., Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, Cet.III.

Nata, Abudin, Pendidikan dalam Perdpektif Hadits, Jakarta: UIN Press, 2005, Cet.I.

Ni’am Sholeh, Asrorun, Membangun Profesionalitas Guru: Analisis Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen, Jakarta: Elsas, 2006, Cet. I.

Nurdin, Syafrudin, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Perss, 2002, Cet.I.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Jakarta: Cipta Jaya, 2009.

Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. XVIII.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008, Cet.V.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996, Cet. III.

Tafsir, Ahmad Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, Cet.VII.

Thouless, Robert H., PengantarPsikologi Agama, Terj. Machnun Husein, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, Cet.II.

Tim Penyusun IKAPI, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992. Tim Penyusun, Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta: Delta Pamungkas,

2004, Jilid 4, Cet.IV.

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006 , Ed. I.

Who’s Who in The World, 7th Edition 1984-1985, Chicago Illiniois: Marquis Who’s Who Incorporated, 1984.

Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada, 2006, Cet. II.

Yamin, Martinis, Sertifikasi Propesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press, 2006, Cet. II.

Dokumen terkait