• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GURU AGAMA PERSPEKTIF HASAN LANGGULUNG DAN

B. Guru Agama Perspektif Hasan Langgulung

4. Tentang Ketentuan Khusus Guru

Ketentuan khusus guru dalam UU Guru dan Dosen meliputi kompetensi dan kualifikasi yang secara khusus disebutkan dalam bab tersendiri, yakni dalam Bab IV Pasal 8, dalam rangka menjamin kelestarian dan terbangunnya jiwa keikhlasan dan pengabdian, UU ini menjamin bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional, antara lain memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.

Pasal 8 undang-undang No. 14 Tahun 2005 ini, menyebutkan bahwa: “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”37

a. Kompetensi Guru

Pasal 10 ayat (1) bahwa: “kompetensi guru yang dimaksud sebagaimana dalam pasal 8 meliputi kompetensi petagogik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi itu diperjelas dalam Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru dalam Pasal 3 ayat (4) sampai dengan ayat (7), yaitu:38

1) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam proses pembelajaran mencakup pemahaman wawasan dan landasan kependidikan,

37

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 88

38

pemahaman terhadap peserta didik, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik pengembangan kurikulum, pemanfaatan teknologi, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik.

2) Kompetensi kepribadian guru meliputi beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan, intropeksi diri, dan mengembangkan diri secara terus menerus.

3) Kompetensi sosial meliputi kemampuan untuk berkomunikasi lisan, tulis dan/atau isyarat secara langsung, menggunakan teknologi komunikasi sesuai fungsinya, bergaul secara efektif dengan lingkungan sekolah, bergaul dengan masyarakat sekitar sesuai norma dan nilai yang berlaku, dan menerapkan prinsip persaudaraan dan kebersamaan.

4) Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya seperti menguasai mata pelajaran secara luas dan mendalam, konsep dan metode disiplin ilmu yang relevan.

Kompetensi guru dalam menjalankan tugasnya mencakup tiga komponen yang terdiri dari: kompetensi kognitif, kompetensi afektif, dan kompetensi psikomotorik.

a) Kompetensi Kognitif

Merupakan kompetensi utama yang wajib dimiliki oleh calon guru dan guru profesional. Kompetensi ini mengandung pengetahuan yang bersifat deklaratif dan prosedural.39

Pengetahuan deklaratif ialah pengetahuan mengenai faktual yang pada umumnya bersifat statis normatif dan dapat dijelaskan secara lisan. Dan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau ketrampilan perbuatan jasmaniah yang yang bersifat dimanis.40

Pengetahuan dan keterempilan ini dapat dikelompokan dalam dua kategori, yaitu: pertama, pengetahuan kependidikan/keguruan, dan kedua,

39

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan.., h. 231

40

pengetahuan bidang studi yang diajarkan.41 Jadi kompetensi kognitif adalah kemampuan guru menguasai pengetahuan, kemampuan kependidikan, dan pengetahuan materi yang diajarkan.

b) Kompetensi Afektif

Kompetensi afektif guru meliputi perasaan dan emosi seperti: cinta, benci, senang, sedih, dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain. Sikap dan dan perasaan diri mencakup: konsep diri dan harga diri guru, efikasi diri dan efikasi kontekstual guru, dan sikap penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain.42

Jadi, kompetensi afektif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan sikap dan perasaan terhadap profesi guru, peserta didik dan masyarakat. Terutama sikap terhadap bidang studi yang diajarkan dan sikap mencintai terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru.

c) Kompetensi Psikomotor

Meliputi segala ketrampilan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar. Secara garis besar kompetensi ini terdiri dari dua kategori, yaitu: kecakapan fisik umum dam kecakapan fisik khusus.43

b. Sertifikasi Guru

UU Guru dan Dosen Pasal 11 ayat (1) sampai dengan ayat (4) menerangkan:

a) Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diberikan kepada guru.

b) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

c) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara obyektif, transparan, dan akuntabel.

41

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,… h. 232

42

Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan,… h. 233-235

43

d) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.44

Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah RI Tentang Guru “sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program profesi pendidikan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah.”45

Di atas telah dibahas bahwa guru profesional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas kependidikan dan pengajaran. Selain itu, guru juga harus memiliki sertifikat pendidik yang merupakan bukti keprofesionalnya.

Pada hakikatnya, standar sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan pendidikan khususnya sekolah sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.

Dalam UU Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.46 Sedangkan Menurut Nataamijaya yang dikutip oleh E. Mulyasa bahwa sertifikasi adalah prosedur yang digunakan oleh pihak ketiga untuk memberikan jaminan tertulis bahwa sesuatu produk, proses, atau jasa yang telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan. 47

Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.48 Berdasarkan pengertian di atas. Maka sertifikat guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memenuhi standar kompetensi dan standar

44

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 89

45

Peraturan Pemerintah RI.., h. 8

46

Depag, Undang-undang dan Perturan…, h. 84

47

E. Mulyasa, Standar kompetensi…, h. 34

48

kualifikasi.49 Atau wewenang yang diberikan kepada seseorang sebagai jaminan tertulis untuk memenuhi persyaratan kompetensi guru.50

Sertifikasi dilakukan oleh perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Wibowo dalam E. Mulyasa menerangkan tujuan sertifikasi untuk (1) melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari hal-hal yang tidak kompeten, (3) membantu dan melindungi penyelenggara pendidikan, (4) membantu citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.51

Hal yang sama juga dirumuskan oleh Kunandar tentang tujuan dan manfaat sertifikasi adalah: menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugasnya, meningkatkan proses dan mutu pendidikan, peningkatkan profesionalisme guru, melindungi guru dari praktek-praktek yang tidak kompeten, melindungi masyarakat dari praktek pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional, dan menjaga LPTK dari penyimpangan.52

Dalam UU Guru dan Dosen bahwa sertifikasi pendidik itu harus dilakasanakan secara obyektif, transparan, dan akuntabel. Sehingga semua orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu. Dan biaya penyelenggaan sertifikasi ditanggung oleh pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat.

Adapun syarat-syarat sertifikat pendidik bagi guru adalah memenuhi standar kualifikasi akademik (S1 dan D4) dan menguasai standar kompetensi yang

49

Kunandar, Guru Profesional…, h. 79

50

E. Mulyasa, Standar kompetensi…, h. 34

51

E. Mulyasa, Standar kompetensi…, h. 35

52

dibuktikan dengan lulus uji kompetensi. Uji kompetensi ini berbentuk tes tulis dan tes kinerja dan portofolio.53

Selain kualifikasi akademik kompetensi dan sertifikasi pendidik guru juga harus sehat jasmani dan rohani. Sebagai mana dikatakan oleh Oemar Hamalik, kriteria profesional guru dalam segi fisik yaitu sehat jasmani dan rohani, dan tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan/cemooh atau rasa kasihan dari anak didik.54

Dalam penjelasan Pasal 8 UU Guru dan Dosen yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani adalah kondisi kesehatan fisik dan mental yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan baik. Kondisi kesehatan fisik dan mental tersebut tidak ditujukan kepada penyandang cacat.

Dari uraian diatas, sertifikasi guru merupakan sertifikat yang berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi yang diperoleh bukan melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya dan sebagainya. Namun, sertifikasi diperoleh melalui penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.

Dengan demikian, guru profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.

c. Hak dan Kewajiban

UU Guru dan Dosen Pada pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:

1) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;

2) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;

53

Kunandar, Guru Profesional…, h. 81

54

3) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;

4) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

5) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;

6) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan atau sanksi kepada peserta didik sesuai pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;

7) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;

8) Memiliki kebebasan tugas berserikat dalam organisasi prosesi;

9) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan;

10)Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi akademik dan kompetensi; dan/atau 11)Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.55

Kewajiban guru yang diatur dalam pasal 20 UU Guru dan Dosen yang berbunyi:

1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

3) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; 4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik

guru, serta nilai-nilai agama dan etika, dan;

5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.56

55

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 90

56

d. Wajib Kerja dan Ikatan Dinas

Terdapat dalam Undang-undang Guru dan Dosen Pasal 21 ayat (1) menjelaskan dalam keadaan darurat pemerintah dapat memperlakukan ketentuan wajib kerja kepada guru dan/atau warga negara Indonesia lainnya yang memenuhi kualitas akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai guru di daerah khusus di wilayah Indonesia. Ayat (2) menerangkan ketentuan-ketentuan tersebut diatur dengan peraturan pemerintah.57

PP RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru yang dimaksud tentang wajib kerja diterangkan pada Pasal 55 ayat (2), yaitu: warga negara Indonesia yang dimaksud pada ayat (1) merupakan warga negara selain guru yang memiliki kualifikasi akademik (S1/D4) dan telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan permerintah/daerah.58

Pasal 22 ayat 1 dan 2 UU Guru dan Dosen menetapkan bahwa pemerintah atau pemerintah daerah dapat menetapkan pola ikatan dinas bagi calon guru untuk memenuhi kepentingan pembangunan pendidikan nasional atau kepentingan pembangunan daerah.59

Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pola ikatan dinas Pemerintah dan pola ikatan dinas Pemerintah Daerah pada Pasal 56 ayat (3) dan (4) yaitu: a. Memenuhi kebutuhan guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan

Pemerintah/Pemerintah Daerah,

b. Memenuhi kebutuhan nasional/daerah akan guru yang mengampu pembelajaran pada satuan pendidikan yang diprogramkan menjadi taraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal,

c. Memenuhi kebutuhan nasional/daerah akan guru yang potensial untuk dikader menjadikan kepala satuan pendidikan dan/atau pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, pengawas kelompok mata pelajaran,

d. Memenuhi proyeksi kekurangan guru secara nasional/daerah yang bersangkutan.60

57

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 94

58

Peraturan Pemerintah RI.., h. 38

59

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 94

60

Sedangkan Pasal 23 ayat (1) dan (2) UU Guru dan Dosen pemerintah mengembangkan sistem pendidikan guru ikatan dinas berasrama di lembaga pendidikan tenaga kependidikan untuk menjamin efesiensi dan mutu pendidikan.61

e. Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan Pemberhentian

Dalam UU Guru dan Dosen Pasal 25 ayat (1) menjelaskan tentang pengangkatan dan pemindahan guru dilakukan secara objektif dan transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.62 Dalam ayat 2 pengangkatan dan penemindahan yang dilakukan pemerintah atau pemerintah daerah diatur dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya ayat 3 bahwa pengangkatan dan pemindahan yang dilakukan masyarakat diatur berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.63

Adapun mengenai pemindahan guru. Diatur juga dalam UU Guru dan Dosen Pasal 28 ayat (3) bahwa: dalam hal permohonan pemindahan dikabulkan, pemerintah atau pemerintah daerah memfasilitasi kepindahan guru. Dan ayat (4) menguraikan pemindahan guru yang diselenggarakan oleh masyarakat diatur oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.64

Sedangkan dalam hal pemberhentian guru diatur dalam UU Guru dan Dosen Pasal 30 tentang guru dapat diperhentikan dengan hormat dan pasal 31 tentang guru dapat diperhentikan tidak hormat.65

f. Pembinaan dan Pengembangan

Diatur dalam UU Guru dan Dosen Pasal 32 sampai dengan 35. Pembinaan dan pengembangan guru yang termaktub dalam pasal ini meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karir, dimana kebijakan tersebut ditetapkan oleh peraturan menteri.66

61

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 94

62

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 95

63

Peraturan Pemerintah RI..., h. 41

64

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 97

65

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 98-99

66

g. Penghargaan

Penghargaan yang diatur oleh Undang-undang Guru dan Dosen terdapat dalam pasal 36 ayat (1) dan (2), 37 ayat (1) sampai dengan (5) dan 38 meliputi prestasi, berdikasi luar biasa, bertugas di daerah khusus, dan gugur dalam menjalankan tugasnya.67

Pemberian penghargaan terhadap guru merupakan salah satu upaya untuk memposisikan guru sebagai insan pendidikan dalam lingkup kehidupan bermasyarakat dan bernegara secara wajar, adil dan manusiawi. Upaya ini merupakan tanggung jawab bersama dengan semua pihak yang terkait dalam rangka mewujudkan pendidikan yang lebih bermakna.

h. Perlindungan

Terdapat dalam UU Guru dan Dosen Pasal 39 ayat (1) sampai dengan (5) yang isinya tentang perlindungan yang meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.68

Yang dimaksud dalam perlindungan hukum meliputi perlindungan tindak kekerasan, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.

Dalam perlindungan prefosi, guru memperoleh perlindungan yang meliputi perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan lain.

Sedangkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, serta risiko lain.

Dari semua perlindungan ini yang berkewajiban memberikannya adalah pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi atau satuan

67

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 100-101

68

pendidikan. Dengan demikian, Undang-undang ini dapat menjamin perlindungan terhadap pedidik terlebih lagi terhadap guru.

i. Cuti

Mengenai Cuti guru yang diatur dalam UU Guru dan Dosen Pasal 40 ayat (1) sampai dengan (3) bahwa guru memperoleh cuti yang diatur dalam perundangan-undangan, cuti untuk studi tetap memperoleh hak gaji penuh, yaitu meliputi hak gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta gaji lain yang meliputi tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus.69

Cuti studi yang dimaksud dalam pasal diatas, dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah RI Pasal 51 ayat (4) yaitu digunakan guru untuk penelitian, penulisan buku, praktik kerja di dunia industri atau usaha yang relevan dengan tugasnya, pengabdian pada masyarakat atau magang pada satuan pendidikan lain atas inisiatif sendiri.70

j. Organisasi Profesi dan Kode Etik

Organisasi profesi yang tercantum dalam Pasal 41 ayat (1) sampai dengan (5) UU. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu yang bersifat indenpenden, yang berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian masyarakat.71

Dalam organisasi profesi guru wajib menjadi anggota organisasi profesi. Dan pemerintah atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

Sedangkan kode etik terdapat dalam pasal 43 ayat (2) UU Guru dan Dosen berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.72

69

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 103

70

Peraturan Pemerintah RI.., h. 36

71

Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 103

72

Dokumen terkait