• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA HIPERTRIGLISERID DENGAN NEUROPATI DIABETIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA HIPERTRIGLISERID DENGAN NEUROPATI DIABETIK"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA HIPERTRIGLISERID

DENGAN NEUROPATI DIABETIK

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

FITRIA SETIANINGSIH 20130310076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA HIPERTRIGLISERID

DENGAN NEUROPATI DIABETIK

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

FITRIA SETIANINGSIH 20130310076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

HUBUNGAN ANTARA HIPERTRIGLISERID

DENGAN NEUROPATI DIABETIK

Disusun oleh : FITRIA SETIANINGSIH

20130310076

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 16 November 2016

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

dr. M. Ardiansyah, Sp.S. M.Kes. dr. Zamroni, Sp.S NIK: 19751024200204173052

Mengetahui

Kaprodi Pendidikan Dokter FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Fitria Setianingsih

NIM : 20130310076

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 16 Desember 2016 Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, karunia dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Antara Hipertrigliserid dengan Neuropati Diabetik”. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara hipertrigliserid dengan neuropati diabetik pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memperoleh derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. dr. M. Ardiansyah, Sp.S., M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang

telah memberikan banyak waktu, pengarahan, bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis.

2. dr. Zamroni, Sp.S selaku penguji dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang

telah memberikan pengarahan, dan saran kepada penulis.

3. Kedua orang tua saya bapak Ade Tata Sutisna dan Ibu Ijah Sutijah serta saudara-saudara saya yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

4. Sahabat-sahabat saya Linda Wijayanti, Aldila Istika, Wilda Nur Diansari,

(6)

v

Arnita Anindira, Arum Via, yang memberi semangat dan ilmunya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

5. Teman-teman satu kelompok bimbingan Karya Tulis Ilmiah, Aldila Istika, Roshynta Andatu dan Salma Karimah yang telah berjuang bersama-sama dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasihatas dukungannya dan semoga Allah SWT membalasnya.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna maka dengan segenap hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Penulis

(7)

vi DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. DASAR TEORI ... 7

1. Diabetes Melitus... 7

a. Pengertian ... 7

b. Etiologi ... 7

c. Patogenesis Diabetes Melitus tipe 2 ... 8

d. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus ... 9

e. Faktor Risiko Diabetes Melitus ... 11

f. Komplikasi Diabetes Melitus ... 11

2. Neuropati Diabetik ... 12

(8)

vii

b. Patogenesis Neuropati Diabetik ... 12

c. Gejala klinis Neuropati Diabetik ... 15

d. Klasifikasi Neuropati Diabetik ... 15

e. Diagnosis Neuropati Diabetik ... 17

f. Faktor risiko Neuropati Diabetik ... 19

3. Hipertrigliserid ... 22

a. Pengertian Trigliserid ... 22

b. Klasifikasi Kadar Lipid Plasma ... 23

c. Hipertrigliserid dan Diabetes Melitus ... 24

B. KERANGKA TEORI ... 26

C. KERANGKA KONSEP ... 27

D. HIPOTESIS ... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 29

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian... 29

2. Waktu Penelitian ... 29

D. Variabel dan Definisi Operasional ... 29

1. Variabel Penelitian ... 29

a. Variabel Bebas ... 29

b. Variabel Tergantung ... 30

2. Definisi Operasional... 30

E. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 30

1. Kriteria Inklusi ... 30

2. Kriteria Eksklusi... 30

F. Cara Pengumpulan Data ... 31

G. Instrumen Penelitian ... 31

(9)

viii

I. Analisis Data ... 32

J. Etik Penelitian ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 33

2. Deskripsi Umum Kasus Penelitian ... 33

3. Deskripsi Klinis Kasus Penelitian ... 35

4. Hubungan Antara Hipertrigliserid dengan Neuropati Diabetik ... 36

B. Pembahasan ... 37

C. Keterbatasan Penelitian... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. KESIMPULAN ... 41

B. SARAN ... 41

Daftar Pustaka ... 44

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi etiologi DM………..8

Tabel 2. Klasifikasi kadar lipid plasma………..23

Tabel 3. Karakteristik pasien DM di RSUD Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin dan komplikasi neuropati diabetik...34 Tabel 4. Karakteristik pasien DM di RSUD Kota Yogyakarta berdasarkan Usia dan komplikasi neuropati diabetik...35 Tabel 5. Karakteristik pasien DM di RSUD Kota Yogyakarta berdasarkan

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori……….26

Gambar 2. Kerangka Konsep……….27

(12)

xi

HUBUNGAN ANTARA HIPERTRIGLISERID DENGAN NEUROPATI DIABETIK

Fitria Setianingsih1, M. Ardiansyah2

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

2Bagian Ilmu Saraf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI

Latar Belakang : Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi mikrovaskular seperti neuropati, nefropati, retinopati dan gangren. Neuropati Diabetik merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular kronis paling sering dijumpai pada penderita diabetes mellitus. Komplikasi muncul disebabkan oleh berbagai faktor seperti dislipidemi, kontrol gula darah yang rendah, durasi lama menderita DM, hipertensi dan faktor resiko yang lain. Dalam penelitian ini profil lipid yang diteliti adalah kadar trigliserid.

Metode penelitian : Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian observational analitik dan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu pasien diabetes melitus rawat jalan di RSUD Kota Yogyakarta yang berjumlah 60 responden yang diambil secara acak. Analisis data yang digunakan adalah uji chi-square2x2 untuk melihat hubungan antara kedua variabel. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medik dan skor Diabetic Neuropathy Symptoms (DNS).

Hasil penelitian : Pasien DM yang mengalami komplikasi neuropati diabetik sebanyak 33 (55%) pasien dan 27 (45%) pasien tidak neuropati diabetik. Pada penelitian ini hipertrigliserid pada pasien DM tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan angka kejadian neuropati diabetik dengan nilai p = 0,592 dan odds ratio (OR) = 1,408.

(13)

xii

RELATIONS BETWEEN HYPERTRIGLYCERIDES WITH THE INCIDENCE OF DIABETIC NEUROPATHY

Fitria Setianingsih1, M. Ardiansyah2

1School of Medicine, Faculty of Medicine and Health Sciences,

Muhammadiyah University of Yogyakarta,

2Department of Neurology Faculty of Medicine and Health Sciences,

Muhammadiyah University of Yogyakarta ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by chronic hyperglycemia that occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action, or both that can cause a variety of macrovascular and microvascular complications. The microvascular complications are neuropathy, nephropathy, retinopathy and gangrene. Diabetic neuropathy is one of themosct common chronic microvascular complications found in people with diabetes mellitus. Complications arise due to various factors such as dyslipidemia, low blood sugar control, long duration of diabetes mellitus, hypertension and other risk factors. In this study, lipid profiles studied were triglyceride levels.

Methods: This study was a quantitative research with observational research design and analytic cross sectional approach. Samples of this study in which patients with diabetes mellitus in RSUD Kota Yogyakarta of 60 respondents drawn at random.Analysis of the data usechi-square test 2x2 to see the relationship between these two variables. The research instrument used in this study is the medical record and score Diabetic Neuropathy Symptoms (DNS). Result and Discussion :The result showed 33 patients (55%) had complications of diabetic neuropathy and 27 (45%) patients were not diabetic neuropathy. The result of this studyshowed no significant association ofhypertriglyceridein diabetic patients with the incidence of diabetic neuropathy, with p = 0.592 and odds ratio (OR) = 1.408.

Conclusion:This research concluded that there is no relationship between hypertriglyceride with the incidence of diabetic neuropathy.

(14)
(15)

HUBUNGAN ANTARA HIPERTRIGLISERID DENGAN NEUROPATI DIABETIK

Fitria Setianingsih1, M. Ardiansyah2

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

2Bagian Ilmu Saraf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI

Latar Belakang : Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi mikrovaskular seperti neuropati, nefropati, retinopati dan gangren. Neuropati Diabetik merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular kronis paling sering dijumpai pada penderita diabetes mellitus. Komplikasi muncul disebabkan oleh berbagai faktor seperti dislipidemi, kontrol gula darah yang rendah, durasi lama menderita DM, hipertensi dan faktor resiko yang lain. Dalam penelitian ini profil lipid yang diteliti adalah kadar trigliserid.

Metode penelitian : Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian observational analitik dan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu pasien diabetes melitus rawat jalan di RSUD Kota Yogyakarta yang berjumlah 60 responden yang diambil secara acak. Analisis data yang digunakan adalah uji chi-square2x2 untuk melihat hubungan antara kedua variabel. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medik dan skor Diabetic Neuropathy Symptoms (DNS).

Hasil penelitian : Pasien DM yang mengalami komplikasi neuropati diabetik sebanyak 33 (55%) pasien dan 27 (45%) pasien tidak neuropati diabetik. Pada penelitian ini hipertrigliserid pada pasien DM tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan angka kejadian neuropati diabetik dengan nilai p = 0,592 dan odds ratio (OR) = 1,408.

(16)

Muhammadiyah University of Yogyakarta,

2Department of Neurology Faculty of Medicine and Health Sciences,

Muhammadiyah University of Yogyakarta ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by chronic hyperglycemia that occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action, or both that can cause a variety of macrovascular and microvascular complications. The microvascular complications are neuropathy, nephropathy, retinopathy and gangrene. Diabetic neuropathy is one of themosct common chronic microvascular complications found in people with diabetes mellitus. Complications arise due to various factors such as dyslipidemia, low blood sugar control, long duration of diabetes mellitus, hypertension and other risk factors. In this study, lipid profiles studied were triglyceride levels.

Methods: This study was a quantitative research with observational research design and analytic cross sectional approach. Samples of this study in which patients with diabetes mellitus in RSUD Kota Yogyakarta of 60 respondents drawn at random.Analysis of the data usechi-square test 2x2 to see the relationship between these two variables. The research instrument used in this study is the medical record and score Diabetic Neuropathy Symptoms (DNS). Result and Discussion :The result showed 33 patients (55%) had complications of diabetic neuropathy and 27 (45%) patients were not diabetic neuropathy. The result of this studyshowed no significant association ofhypertriglyceridein diabetic patients with the incidence of diabetic neuropathy, with p = 0.592 and odds ratio (OR) = 1.408.

Conclusion:This research concluded that there is no relationship between hypertriglyceride with the incidence of diabetic neuropathy.

(17)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah (Majid et al, 2015). Gejala yang ditimbulkan meliputi poliuria, polidipsi, kehilangan berat badan, kadang polifagia dan pandangan yang kabur (ADA, 2010).

Prevalensi DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar 6,9%. Prevalensi DM di Indonesia mengalami peningkatan dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 (Kemenkes, 2014). World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 346 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes dan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) menyatakan 19,4 juta pada tahun 2010. Jumlah ini kemungkinan akan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030 tanpa intervensi. Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 lebih banyak di berbagai penjuru dunia (Amir etal, 2015).

(18)

melibatkan pembuluh darah besar yaitu pembuluh darah koroner, pembuluh darah otak dan pembuluh darah perifer, sedangkan komplikasi mikrovaskular merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik) (Edwina DA et al, 2015).

Neuropati diabetik adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang disebabkan oleh degenerasi saraf perifer atau autonom sebagai akibat dari diabetes mellitus (Sari & Widiajmoko, 2012). National Diabetes Information Clearing House mengklasifikasikan neuropati diabetik menjadi beberapa tipe, yakni perifer, autonomik, proksimal, dan fokal. Neuropati diabetik perifer merupakan komplikasi mikrovaskular kronis yang banyak terjadi pada penderita DM tipe 2 (Valeria et al, 2010). Suatu Penelitian di Cina menunjukan bahwa prevalensi neuropati diabetik perifer di antara pasien yang telah didiagnosis menderita diabetes mellitus tipe 2 adalah 61,8 % dengan usia lebih dari 30 tahun di pusat kota Shanghai (Zhihong Yang et al., 2010).

(19)

3

hipertrigliseridemia sekunder disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti sindrom metabolik, obesitas, diabetes mellitus (DM), konsumsi alkohol, dan berbagai lainnya (Kurniawan, L.B.,et al, 2013). Hipertrigliseridemia erat kaitannya dengan asupan sehari-hari. Usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, obat-obatan dan penyakit penyerta juga memegang peranan penting dalam munculnya kondisi hipertrigliseridemia (Miller M, 2011). Seperti yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam hadistnya tentang aturan makan dan minum atau asupan sehari-hari:

“Jauhilah kamu makan dan minum yang belebih-lebihan, karena yang demikian dapat merusak kesehatan tubuh, menimbulkan penyakit, dan memberi kemalasan (kesulitan) ketika akan bershalat. Dan hendaklah bagimu bersikap sedang (cukupan) ketika akan bersholat. Dan hendaklah bagimu bersikap sedang (cukupan) karena yang demikian akan membawa kebaikan pada tubuh, dan menjauhkan diri dari sikap berlebih-lebihan (HR.Bukhori)”.

(20)

Dari berbagai pernyataan di atas, prevalensi kejadian neuropati diabetik dan kadar trigliserid yang tinggi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 masih sangat tinggi. Oleh karena itu peneliti ingin memperdalami lebih lanjut mengenai adakah hubungan antara kadar trigliserid yang tinggi terhadap kejadian neuropati diabetik yang merupakan komplikasi diabetes mellitus tipe 2 yang paling sering ditemui.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan suatu rumusan masalah yaitu : Apakah ada hubungannya antara hipertrigliserid dengan kejadian neuropati diabetik ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara hipertrigliserid pada Diabetes Melitus tipe 2 dengan kejadian neuropati diabetik.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan informasi mengenai komplikasi Diabetes Melitus yang salah

satunya adalah Neuropati Diabetik.

2. Memberikan informasi kepada penderita Diabetes Melitus untuk melakukan pencegahan terhadap faktor resiko terjadinya Neuropati Diabetik.

3. Memberikan informasi mengenai ada atau tidak adanya korelasi antara

neuropati diabetik dengan hipertrigliseridemia. E. Keaslian Penelitian

1. Timothy D, Wiggin, et al, dengan judul “Elevated Triglycerides Correlate

(21)

5

Metode Penelitian dengan menggunakan myelinated fiber density (MFD), nerve conduction velocities (NCVs), ambang persepsi getaran, skor gejala klinis, dan visual analog scale (VAS) untuk menganalisis nyeri pada pasien

dengan neuropati diabetik. Hilangnya ≥500 fibers/mm² pada sural nerve

MFD lebih dari 52 minggu yang didefinisikan sebagai terjadinya

peningkatan neuropati diabetik, dan hilangnya ≤100 fibers/mm² selama

interval waktu yang sama didefinisikan tidak terjadi peningkatan neuropati diabetik. Setelah itu yang terjadi peningkatan dan yang tidak terjadi peningkatan disamakan karakteristiknya sebelum dilakukan perlakuan dengan menggunakan O’Brien rank-sum. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa MFD tidak terpengaruh oleh terapi obat aktif (p=0,87), durasi diabetes (p=0,48), usia (p=0,11), atau BMI (p=0,30). Di antara semua variabel yang diuji, peningkatan trigliserid dan penurunan peroneal motor NCV pada awal signifikan berkorelasi dengan hilangnya MFD pada 52 minggu (p=0,04). Perbedaan dengan penelitian saya adalah tempat penelitian dan cara pengukuran neuropati diabetik. Dalam penelitian saya menggunakan skor DNS.

2. Riyan Wahyudo, dengan judul “Perbedaan Profil Trigliserida (TG) Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Terkontrol Dengan Yang Tidak Terkontol Di

RSUD DR.H Abdul Moeloek Bandar Lampung”. Tahun 2012.

(22)
(23)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. DASAR TEORI

1. Diabetes Melitus a. Pengertian

Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada Diabetes Melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah (ADA, 2009).

b. Etiologi

(24)

Tabel 1. Klasifikasi etiologis Diabetes Melitus

Diabetes Melitus Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute

 autoimun  idiopatik

Diabetes Melitus Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai yang

dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.

Diabetes Melitus Tipe lain  Defek genetic fungsi sel beta  defek genetic kerja insulin  penyakit eksokrin pancreas  endokrinopati

 karena obat atau zat kimia  infeksi

 sebab imunologi yang jarang

 sindrom genetic lain yang berkaitan dengan

DM

Diabetes mellitus gestasional

c. Patogenesis Diabetes Melitus tipe 2

Sebagian besar DM tipe 2 diawali dengan kegemukan karena kelebihan makan. Sebagai kompensasi, sel β pancreas merespon dengan mensekresi insulin

(25)

9

hiperinsulinemia juga dapat mengakibatkan desensitisasi reseptor insulin pada tahap postreseptor, yaitu penurunan aktivasi kinase reseptor, translokasi glukose transporter dan aktivasi glycogen synthase. Kejadian ini mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Dua kejadian tersebut terjadi pada permulaan proses terjadinya DM tipe 2. Secara patologis, pada permulaan DM tipe 2 terjadi peningkatan kadar glukosa plasma dibanding normal, namun masih diiringi dengan sekresi insulin yang berlebihan (hiperinsulinemia). Hal tersebut mengindikasikan telah terjadi defek pada reseptor maupun postreseptor insulin.

Pada resistensi insulin, terjadi peningkatan produksi glukosa dan penurunan penggunaan glukosa sehingga mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi). Seiring dengan kejadian tersebut, sel β pankreas mengalami

adaptasi diri sehingga responnya untuk mensekresi insulin menjadi kurang sensitive, dan pada akhirnya membawa akibat pada defisiensi insulin. Sedangkan DM tipe 2 akhir telah terjadi penurunan kadar insulin plasma akibat penurunan kemampuan sel β pankreas untuk mensekresi insulin, dan diiringi dengan

peningkatan kadar glukosa plasma dibandingkan normal. Pada penderita DM tipe 2, pemberian obat-obat oral antidiabetes sulfonylurea masih dapat merangsang kemampuan sel β Langerhans pancreas untuk mensekresi insulin (Nugroho, A.E.,

2006).

d. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

(26)

yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah sebaiknya dilakukan di laboratorium klinik yang terpercaya (yang melakukan program pemantauan kendali mutu secara teratur). Walaupun demikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler (Purnamasari D, 2009).

PERKENI membagi alur diagnosis DM menjadi dua bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. Gejala khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak khas DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita). Apabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal (Purnamasari D, 2009).

Kriteria Diagnosis menurut PERKENI 2011 yaitu :

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir

(27)

11

3. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L)

Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam Atau

4. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa yang dilarutkan ke dalam air.

e. Faktor Risiko Diabetes Melitus

Faktor risiko penyebab terjadinya DM tipe 2 terbagi atas faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat dirubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan diabetes, usia >45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir rendah <2,5 kg. Sedangkan faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks massa tubuh >23kg/m²), kurangnya aktivitas fisik, hipertensi (>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL <35mg/dl dan atau trigliserida >250 mg/dl) dan diet tinggi gula rendah serat (Tedjapranata M, 2009).

f. Komplikasi Diabetes Melitus

(28)

aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah besar yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seiperti : Coronary Artery Disease (CAD), penyakit serebrovaskular, hipertensi, penyakit vascular perifer dan infeksi. Sementara komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penebalan membrane basalis pembuluh kapiler. Beberapa kondisi akibat dari gangguan pembuluh darah kapiler antara lain neuropati, nefropati, retinopati, ulkus kaki (Black & Hawks, 2009).

2. Neuropati Diabetik a. Pengertian

Neuropati Diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis paling sering dijumpai pada penderita diabetes mellitus (Subekti I, 2009). Prevalensi Neuropati diabetik di Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2010 sebesar 2,6%, tahun 2011 sebesar 3,8% dan tahun 2012 sebesar 2,3% (Alfin, 2014). Neuropati diabetik ditandai dengan kerusakan saraf somatik dan atau saraf otonom yang ditemukan secara klinis atau subklinis dan semata karena diabetes mellitus, tanpa adanya penyebab neuropati perifer lainnya (Sadeli, H.A., 2008).

b. Patogenesis Neuropati Diabetik

(29)

13

Terdapat 4 jalur patogenesis Neuropati Diabetik, yaitu : 1. Faktor Metabolik

(30)

berkepanjangan akan menyebabkan terbentuknya advance glycosilation end products (AGEs). AGEs ini sangat toksis dan merusak semua protein tubuh, termasuk sel saraf. Dengan terbentuknya AGEs dan sorbitol, maka sintesis dan fungsi NO akan menurun, yang berakibat vasodilatasi berkurang, aliran darah ke saraf menurun, dan bersama rendahnya mioinositol dalam sel saraf, terjadilah ND (Subekti I, 2009).

2. Kelainan Vaskular

Penelitian membuktikan bahwa hiperglikemia juga mempunyai hubungan dengan kerusakan mikrovaskular. Hiperglikemia persisten merangsang produksi radikal bebas oksidatif yang disebut reactive oxygen species (ROS). Radikal bebas ini membuat kerusakan endotel vascular dan menetralisasi NO, yang berefek menghalangi vasodilatasi mikrovaskular. Kejadian neuropati yang didasari oleh kelainan vascular masih bisa dicegah dengan modifikasi faktor resiko kardiovaskular, yaitu kadar trigliserida yang tinggi, indeks massa tubuh, merokok dan hipertensi (Subekti I, 2009). 3. Peran Nerve Growth Factor (NGF)

(31)

15

c. Gejala Klinis Neuropati Diabetik

Gejala Neuropati diabetik dapat dikelompokkan menjadi gejala negatif atau positif. Gejala positif misalnya paraestesia (sensasi abnormal, baik spontan atau dibangkitkan) atau disestesia (sensasi abnormal tidak menyenangkan, baik spontan atau dibangkitkan), sedangkan gejala negatif menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas serabut saraf misalnya hipoestesia (berkurangnya sensitivitas terhadap rangsang sensorik taktil maupun termal) (Munir, 2015).

Sedangkan berdasarkan hilangnya modalitas sensoris, gejala neuropati dapat dibagi menjadi tipe saraf besar (terutama hilangnya rasa getar, rasa raba ringan, dan rasa posisi sendi) dan tipe saraf kecil (terutama hilangnya nyeri dan suhu). Pada kasus yang lebih berat, hilangnya sensoris dapat meluas ke dada depan dan dinding abdomen, serta meluas ke lateral sekitar tubuh (Callaghanet al, 2012).

d. Klasifikasi Neuropati Diabetik

Neuropati Diabetik merupakan kelainan yang heterogen, sehingga ditemukan berbagai ragam klasifikasi. Secara umum ND yang dikemukakan bergantung pada 2 hal, pertama, menurut perjalanan penyakitnya (lama menderita DM) dan kedua, menurut jenis serabut saraf yang terkena lesi.

Menurut perjalanan penyakitnya, Neuropati Diabetik dibagi menjadi : 1. neuropati fungsional/subklinis, yaitu gejala yang muncul sebagai akibat

(32)

2. neuropati struktural/klinis, yaitu gejala yang timbul sebagai akibat kerusakan struktural serabut saraf. Pada fase ini masih ada komponen yang reversible.

3. kematian neuron/tingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan serabut saraf akibat kematian neuron. Pada fase ini sudah irreversible. Kerusakan serabut saraf pada umumnya dimulai dari distal menuju ke proksimal, sedangkan proses perbaikan mulai dari proksimal ke distal. Oleh karena itu lesi distal paling banyak ditemukan.

Menururt jenis serabut saraf yang terkena lesi :

1. Neuropati difus, meliputi polineuropati sensori-motor simetris distal, neuropati otonom, neuropati lower limb motor simetris proksimal (amiotropi).

2. Neuropati fokal, meliputi neuropati cranial, radikulopati/pleksopati dan entrapment neuropathy.

Manifestasi klinis ND bergantung dari jenis serabut saraf yang mengalami lesi. Mengingat jenis serabut saraf yang terkena lesi bisa yang kecil atau besar, lokasi proksimal atau distal, fokal atau difus, motorik atau sensorik atau autonom, maka manifestasi klinis ND menjadi bervariasi, mulai kesemutan; kebas; tebal; mati rasa; rasa terbakar; seperti ditusuk; disobek; ditikam (Subekti I, 2009).

(33)

17

tungkai, lengan, dan tangan. Neuropati autonom dapat menyebabkan perubahan pada fungsi pencernaan, miksi, respon seksual, dan pengeluaran keringat. Selain itu neuropati autonom juga dapat mempengaruhi syaraf yang menginervasi jantung dan kontrol tekanan darah, serta syaraf pada paru-paru dan mata. Neuropati proksimal dapat menyebabkan nyeri pada tungkai atas, pinggang, atau pantat sehingga mengakibatkan kelemahan pada tungkai. Sementara itu, neuropati fokal akan menyebabkan kelemahan mendadak dan satu atau kelompok syaraf, sehingga mengakibatkan kelemahan otot atau nyeri.

e. Diagnosis Neuropati Diabetik

Diagnosis neuropati perifer diabetik dalam praktek sehari-hari, sangat bergantung pada ketelitian pengambilan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hanya dengan jawaban tidak ada keluhan neuropati saja tidak cukup untuk mengeluarkan kemungkinan adanya neuropati. Pada evaluasi tahunan, perlu dilakukan pengkajian terhadap: 1). reflex motorik; 2). fungsi serabut saraf besar dengan tes kuantifikasi sensasi kulit seperti tes rasa getar (biotesiometer) dan rasa tekan (estesiometer dengan filament mono Semmes-Weinstein); 3). fungsi serabut saraf kecil dengan tes sensasi suhu; 4). untuk mengetahui dengan lebih awal adanya gangguan hantar saraf dapat dikerjakan elektromiografi (Subekti I, 2009).

(34)

Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab dengan jawaban ya atau tidak. Jawaban “ya” akan bernilai satu poin jika terjadi beberapa kali dalam satu minggu selama 2 minggu terakhir, sedangkan jawaban “tidak” memberikan 0 poin. Bentuk

pertanyaan dalam kuesioner skor DNS, yakni (Mythili, 2010; Meijer, 2002) : 1. Apakah terdapat gejala ketidakstabilan (unsteadiness in walking)? 2. Apakah merasa terbakar, kesemutan, dan nyeri pada tungkai atau kaki? 3. Apakah merasa seperti ditusuk-ditusuk di tungkai atau kaki?

4. Apakah terdapat sensasi mati rasa pada kaki atau tungkai?

Skor maksimum adalah 4 poin, dimana 0 poin menunjukkan tidak adanya neuropati diabetik, dan poin 1-4 menunjukkan adanya neuropati diabetik.

Sedangkan skor DNE merupakan alat ukur untuk mengetahui adanya diabetik neuropati pada penderita DM melalui pemeriksaan fisik adanya tanda neuropati diabetik (Meerwaldt, 2005). Skor DNE merupakan modifikasi dari Neuropathy Disability Score of Dyck (Mythili, 2010; Meijer, 2000). Skor DNE terdiri atas 8 poin (2 pemeriksaan kekuatan otot, 1 reflek tendon, dan 5 pemeriksaan sensasi). Skor maksimum yang dapat diperoleh adalah 16, dan jika mendapat skor >3 maka sudah menunjukkan adanya neuropati. Pemeriksaan yang dilakukan diantaranya (Mythili, 2010) :

a. Kekuatan otot

1 Quadricep femoris : extensi lutut 2 Tibialis anterior : dorsofleksi kaki b. Reflex

(35)

19

c. Sensitivitas jari telunjuk

4 Sensitivitas terhadap tusukan jarum d. Sensitivitas ibu jari kaki

5 Sensitivitas terhadap tusukan jarum 6 Sensitivitas terhadap sentuhan 7 Persepsi getar

8 Sensitivitas terhadap posisi sendi

Pemeriksaan hanya dilakukan pada tungkai dan kaki kanan. Jika tungkai kanan diamputasi, maka dilakukan pemeriksaan pada tungkai kiri. Skor maksimal adalah 16, masing-masing pemeriksaan diberi skor 0 sampai 2, dimana :

0 = normal

1 = Defisit ringan/sedang, kekuatan otot skala 0-2, reflex dan sensasi menurun tapi masih muncul.

2 = Gangguan berat, kekuataan otot pada skala 0-2, tidak ditemukan refleks maupun kemampuan sensasi.

f. Faktor Risiko Neuropati Diabetik

Perkembangan neuropati berhubungan dengan lamanya menderita DM dan kontrol gula darah. Faktor risiko lainnya adalah BMI dan merokok (semakin besar BMI nya, semakin besar risiko menderita neuropati). Keberadaan penyakit kardiovaskular, peningkatan trigliserid dan hipertensi juga berhubungan dengan neuropati diabetik perifer (Powers, 2008).

(36)

Penuaan merupakan proses fisiologis yang dihubungkan dengan perubahan anatomi dan fisiologi semua sistem dalam tubuh, dimana perubahan itu umumnya dimulai pada umur pertengahan. Usia lanjut akan menyebabkan kelainan pada saraf tepi, karena terjadi penurunan aliran darah pada pembuluh darah yang menuju ke saraf tepi dan berkurangnya secara progresif serabut-serabut baik yang bermielin maupun tak bermielin. Perubahan pada serabut saraf besar karakteristik ditandai dengan hilangnya reflek Achilles dan gangguan sensitivitas vibrasi pada kaki. Sedangkan pada serabut saraf kecil terjadi penipisan akson, yang dapat menjelaskan kerentanan umur lanjut terhadap timbulnya neuropati (Priyantono, 2005).

2. Lamanya menderita diabetes

Lamanya menderita diabetes menyebabkan risiko timbulnya komplikasi yang khas seperti neuropati, nefropati dan retinopati meningkat. Aterosklerosis, suatu fenomena yang “fisiologis” pada usia lanjut,

timbul lebih dini dan lebih berat pada penderita diabetes. Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan pembentukan radikal bebas sedangkan kemampuan meredam aktivitas radikal bebas tersebut menurun, sehingga menyebabkan kerusakan endotel vaskuler dan menurunkan vasodilatasi yang diduga karena abnormalitas pada alur produksi Nitric Oxid (Priyantono, 2005).

(37)

21

Pada hipertensi esensial terjadi gangguan fungsi endotel disertai peningkatan permeabilitas endotel yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap aterogenesis. Disfungsi endotel ini akan menambah tahanan perifer dan komplikasi vaskuler serta penurunan kadar NO. Disamping itu hipertensi akan memudahkan terjadinya stress oksidatif dalam dinding arteri, dimana superoksida akan memacu progresifitas aterosklerosis melalui destruksi NO. Konsentrasi angiotensin II yang meningkat akan memacu aktivitas lipooksigenasi menyebabkan oksidasi LDL dan memacu proses inflamasi sehingga terbentuk hydrogen peroksida dan radikal bebas dalam plasma. Proses ini semua akan mengakibatkan penurunan NO oleh sel endotel, peningkatan adhesi leukosit dan peningkatan resistensi perifer (Priyantono, 2005).

4. Dislipidemia

Kelainan lipoprotein merupakan faktor utama dalam proses aterosklerosis mencakup peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL), penurunan High Density Lipoprotein (HDL). Selain itu trigliserida terbukti dapat berperan sebagai faktor resiko aterosklerosis (Priyantono, 2005).

5. Merokok

(38)

dalam sirkulasi dan jaringan, penurunan kolesterol HDL dan terjadinya stress oksidatif. Efek negative merokok adalah konstriksi pembuluh darah melalui gangguan fungsi endotel, meningkatkan karbonmonoksida dan oxygen free radicalis.Selain itu dapat menyebabkan spasme arteri dan penurunan kapasitas oksigen darah (Priyantono, 2005).

3. Hipertrigliserid a. Pengertian Trigliserid

Trigliserid merupakan salah satu senyawa penyusun setiap lipoprotein, dimana setiap lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi lemak dan komposisi apoprotein (Fauziah, Y.N. & Suryanto, 2012). Trigliserid dibentuk dari gliserol dan lemak yang berasal dari makanan dengan rangsangan insulin atau kelebihan dari kalori akibat makan berlebihan. Kelebihan kalori akan diubah menjadi trigliserida dan disimpan sebagai lemak dibawah kulit (Dalimartha, 2011).

(39)

23

Very Low Density Lipoprotein (VLDL). Trigliserida di luar hati dan berada di dalam jaringan akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian dimetabolisme oleh hati menjadi kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) (Graha, 2010). Peningkatan kadar trigliserid serum dapat terjadi karena sejumlah faktor. Hipertrigliseridemia dapat diakibatkan dari kelainan genetic dalam salah satu protein yang terlibat dalam metabolisme lipoprotein, atau dapat secara sekunder yang timbul dari sejumlah kelainan lain, termasuk diabetes mellitus, obesitas dan penyalahgunaan alkohol, dan bisa sebagai efek samping dari beberapa obat seperti β-bloker, estrogen oral dan beberapa obat diuretika (Rudiharso, 2012).

b. Klasifikasi Kadar Lipid Plasma

National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP ATP III) pada tahun 2001 membuat suatu batasan kadar lipid plasma yang sampai saat ini masih digunakan (PERKENI, 2012).

Tabel 2. Klasifikasi Kadar Lipid Plasma

(40)

Tabel 2. Klasifikasi Kadar Lipid Plasma (Lanjutan)

Trigliserid (mg/dL)

<150 Normal

150-199 Sedikit tinggi (borderline) 200-499 Tinggi

>500 Sangat tinggi

Namun pada tahun 2011 American Heart Association (AHA) telah menetapkan standar baru terhadap nilai optimal kadar trigliserida menjadi <100 mg/dl (Miller M, 2011).

c. Hipertrigliserid dan Diabetes Melitus

Diabetes Melitus merupakan penyebab paling menonjol terjadinya hipertrigliserid, yang ditemukan sekitar sepertiga dari semua pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 (Melmed et al, 2011). Pada resistensi atau defisiensi insulin terjadi kelainan profil lipid yang khas yang ditandai oleh kadar trigliserid tinggi, HDL-kolesterol rendah dan banyak LDL kecil padat (fenotipe lipoprotein aterogenik = trias lipid), keadaan ini bersifat sangat aterogenik Selain itu, juga terjadi ketidakmampuan kerja enzim lipoprotein lipase endothelium yang menyebabkan klirens VLDL dari plasma menjadi lebih lambat, dengan kata lain VLDL plasma meningkat. Hal tersebut dapat meningkatkan kejadian terjadinya komplikasi pada pasien DM tipe 2 (Kendall, 2005).

(41)

25

sebagian dibawa ke hati sebagai bahan baku pembentukan trigliserida hati dan menjadi bagian dari VLDL. Sehingga VLDL yang terbentuk pada keadaan resistensi insulin sangat kaya dengan trigliserida sehingga disebut ‘VLDL kaya trigliserida’ atau VLDL besar (enriched triglyseride VLDL = large VLDL). Di

(42)
(43)

27

C. KERANGKA KONSEP

kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. HIPOTESIS

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konsep dapat disampaikan satu hipotesis, yakni :

H1 = terdapat hubungan antara kejadian neuropati diabetik dengan hipertrigliserid H0 = tidak terdapat hubungan antara neuropati diabetik dengan hipertrigliserid

Metabolik Genetik

Obesitas

Lama menderita DM Hipertensi

Merokok Hipertrigliserid

DNS

Neuropati Diabetik

(44)

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study. Observasi atau pengukuran variabel dilaksanakan pada satu saat tertentu. Tiap subyek yamg akan diteliti hanya diobservasi hanya satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan saat pemeriksaan tersebut. Pada cross sectional study peneliti tidak melakukan tindak lanjut atau follow-up (Sastroasmoro, 2014).

Gambar 3. Sampel Penelitian Penderita DM Sampel

Kriteria Inklusi

Neuropati Diabetik

Tidak

Neuropati Diabetik

Trigliserid Normal Hipertrigliserid

Neuropati Diabetik

Tidak

Neuropati Diabetik Skor DNS

(45)

29

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita DM yang berada di Poli Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta.

2. Sampel

Perhitungan sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus hitung sampel :

n = ��/2

2 � 1−�

²

Dengan nilai p = prevalensi, dari prevalensi suatu penelitian di Yogyakarta yang menunjukkan prevalensi kejadian neuropati diabetik sekitar 2,3% - 3,8%, nilai p yang digunakan adalahp= 3,8%. Untuk Za/2 = 1,96 dan d = 0,05. Setelah

ditambahkan 10%,hasil perhitungan sampel didapatkan n sebesar 62 sampel. C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Poli Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2016. D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian a. Variabel Bebas

(46)

b. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah Neuropati Diabetik. 2. Definisi Operasional

a. Diabetes Melitus

Diagnosis diabetes mellitus tipe 2 yang terdapat pada rekam medis. b. Hipertrigliserid

Kadar Trigliserid yang tinggi >150 mg/dL berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilihat dari Rekam Medis.

c. Neuropati Diabetik

Penderita Diabetes Melitus yang memiliki hasil Diabetik Neuropati Skor (DNS) dengan nilai skor 1-4.

E. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi

a. Pasien laki-laki dan perempuan yang terdiagnosis diabetes mellitus tipe

2 di Poli Rawat Jalan RSUD Jogja.

b. Pasien DM yang terdapat pemeriksaan profil lipid pada rekam medik. c. Usia 40 sampai 80 tahun.

d. Pasien sadar, baik, dan kooperatif. e. Tidak memiliki riwayat trauma.

f. Tidak menderita penyakit kronis, seperti multiple sklerosis.

2. Kriteria Eksklusi

(47)

31

b. Pasien sedang dalam perawatan khusus sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengambilan data.

F. Cara Pengumpulan Data

Data Penelitian ini diperoleh melalui observasi, anamnesis dan pengukuran variabel yang dikerjakan pada waktu tertentu dan hanya dilakukan satu kali observasi serta pengukuran pada tiap sampel.

Langkah – langkah pengambilan data tiap sampel adalah : 1. Pencatatan data sekunder

Peneliti melakukan pencatatan data tentang identitas sampel, hasil pemeriksaan laboratorium tentang GDS dan profil lipid yang terdapat pada rekam medis pasien di RSUD Kota Yogyakarta.

2. Anamnesis atau wawancara dan Pengukuran skor DNS

Peneliti melakukan anamnesis terhadap sampel untuk menanyakan perihal kondisi dasar pasien serta menilai skor DNS menggunakan lembar pemeriksaan DNS untuk mengetahui adanya neuropati diabetik pada sampel.

G. Instrumen Penelitian Lembar pemeriksaan DNS H. Uji Validitas dan Reliabilitas

(48)

kelompok pasien DM sebagai berikut 87%, 80%, 27.78%. Skor DNS kelompok paien DM pada penelitian ini memiliki nilai sensitivitas yang tinggi namun spesifisitas rendah (Mardastuti, 2013).

I. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian akan dilakukan olah data dengan menggunakan program lunak statistika komputer dengan menggunakan uji chi-square untuk mengetahui adakah hubungan antara variabel hipertrigliserid dengan angka kejadian neuropati diabetik. Serta menilai RR/RP untuk menilai seberapa erat hubungannya. Jika dengan uji chi-square terdapat expected count<5 maka menggunakan uji Fisher’s Exact

test.

J. Etik Penelitian

(49)

33 BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta atau Rumah Sakit Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang terletak di Jalan Wirosaban Nomor 1 Yogyakarta. RSUD Kota Yogyakarta adalah rumah sakit pendidikan tipe B yang memiliki 11 poliklinik, pelayanan gawat darurat dan 1 laboratorium. Poliklinik yang ada di RSUD Jogja terdiri dari poliklinik Anak, poliklinik Bedah, poliklinik Dalam, poliklinik Kebidanan dan kandungan, poliklinik Kulit dan Kelamin, poliklinik THT, poliklinik Mata, poliklinik Saraf, poliklinik Jiwa, poliklinik Gigi dan Mulut, dan poliklinik Gizi.

Pada laboratorium terdapat 5 perawat terdiri dari 1 orang perawat laki-laki dan 4 orang perawat perempuan yang sudah terlatih dalam pengambilan darah. Laboratorium dipimpin oleh satu orang kepala perawat. Jam kerja laboratorium hanya pada hari Senin sampai dengan Kamis mulai pukul 08.00 hingga 11.00 WIB.

2. Deskripsi Umum Kasus Penelitian

(50)

laki-laki dan 41 orang pasien perempuan. Subjek diambil selama periode bulan Agustus hingga September 2016.

Data tersebut didapatkan dari pengambilan data secara langsung di RSUD Kota Yogyakarta dengan karakteristik sebagai berikut :

Tabel 3. Karakteristik pasien DM di RSUD Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin dan komplikasi neuropati diabetik

Neuropati Diabetik

Jenis Kelamin

Jumlah Persentase Perempuan Laki-laki

Ya 23 10 33 55 %

Tidak 18 9 27 45 %

Total 41 19 60 100 %

Pasien DM yang telah dilakukan scoring DNS dan mengalami komplikasi neuropati diabetik didapatkan sebanyak 33 orang (55%), dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 10 : 23. Perempuan dengan neuropati diabetik menunjukkan perbandingan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian tentang perbedaan jenis kelamin terhadap komplikasi vaskular pada pasien diabetes. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa populasi di daerah Asia memiliki prevalensi komplikasi vaskuler terutama neuropati diabetik lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, disebabkan oleh faktor etnis yang berhubungan dengan gen, kontribusi faktor-faktor lingkungan yang tidak terukur, atau kombinasi keduanya (Flavia, Campesi & Ochioni, 2012).

(51)

35

Tabel 4. Karakteristik pasien DM di RSUD Kota Yogyakarta berdasarkan Usia dan komplikasi neuropati diabetik

Neuropati Diabetik

Usia

Jumlah Persentase

<55 tahun ≥55 tahun

Ya 5 28 33 13,3 %

Tidak 3 24 27 86,7 %

Total 8 52 60 100 %

Hasil penelitian menunjukkan banyak pasien yang berusia ≥55 tahun

mengalami komplikasi neuropati diabetik yaitu 28 orang dan yang mengalami neuropati diabetik pada usia <55 tahun sebanyak 5 orang. Data tersebut didukung oleh suatu penelitian yang menjelaskan bahwa neuropati diabetik terbanyak didapatkan pada usia lebih dari 55 tahun (Azhary, Farooq, & Bhanushali, 2010).

3. Deskripsi Klinis Kasus Penelitian

Berdasarkan penelitian Rini (2015) menyatakan bahwa pasien dikatakan hipertrigliserid jika kadar trigliserid >150 mg/dl.

Tabel 5. Karakteristik pasien DM di RSUD Kota Yogyakarta berdasarkan kadar trigliserid

No Hipertrigliserid Jumlah Persentase

1 Iya 13 21,6 %

2 Tidak 47 78,4 %

Total 60 100 %

(52)

yang mengalami hipertrigliserid sebanyak 13 kasus (21,6%), sedangkan pasien DM dengan kadar trigliserid normal sebanyak 47 kasus (78,4%).

Tabel 6. Karakteristik pasien Neuropati diabetik di RSUD Kota Yogyakarta berdasarkan kadar trigliserid

hubungan antara

hipertrigliserid Neuropati Diabetik total

dengan neuropati diabetik Iya Tidak

N % N % N %

Hipertrigliserid ≥150 Iya 8 61,5 5 38,5 13 100

Tidak 25 53,2 22 46,8 47 100

Total

33 55 27 45 60 100

Pada penelitian ini didapatkan pasien neuropati diabetik sebanyak 33 kasus (55%), dimana yang mengalami hipertrigliserid sebanyak 8 kasus (61,5%) dan yang tidak mengalami hipertrigliserid sebanyak 25 kasus (53,2%). Sedangkan pasien DM yang tidak mengalami neuropati diabetik sebanyak 27 kasus (45%), dimana yang mengalami hipertrigliserid sebanyak 5 kasus (38,5%) dan yang tidak mengalami hipertrigliserid sebanyak 22 kasus (46,8%). Berdasarkan uji deskriptif, didapatkan mean kadar trigliserida kelompok subjek diabetes tanpa neuropati sebesar 127 mg/dl (27 subjek) dengan standar deviasi sebesar 75,9. Sedangkan pada kelompok subjek diabetes neuropati didapatkan mean sebesar 134,61 mg/dl (33 subjek) dengan standar deviasi sebesar 96,45.

4. Hubungan Antara Hipertrigliserid dengan Neuropati Diabetik

(53)

37

odds ratio (OR) untuk mengetahui kemungkinan sebab akibat antara faktor resiko dengan komplikasi yang akan terjadi. Penulis menggunakan chi-square untuk mengetahui adakah hubungan antara hipertrigliserid dengan neuropati diabetik di RSUD Kota Jogja.

Tabel 7. Hubungan antara Hipertrigliserida dengan Neuropati Diabetik

No Kadar Trigliserid Nilai p OR

1 Hipertrigliserid dengan Trigliserid normal 0,592 1,408

Berdasarkan perhitungan dan pengolahan data chi-square didapatkan nilai p 0,592 (>0,05) maka tidak terdapat hubungan antara hipertrigliserid dengan kejadian neuropati diabetik. Hipotesis yang dibuat penulis dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, dimana tidak terdapat hubungan antara hipertrigliserid dengan angka kejadian neuropati diabetik, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis. H1 ditolak sesuai dengan hasil penelitian yaitu tidak terdapat hubungan antara hipertrigliserid dengan angka kejadian neuropati diabetik. Kemudian didapatkan nilai OR 1,408 yaitu pasien dengan hipertrigliserid mempunyai kemungkinan 1,4 kali untuk menjadi neuropati diabetik dibandingkan pasien dengan trigliserid normal. Confidence Interval (CI) 0,401-4,942 yang berarti melewati angka 1, maka tidak dapat terdapat hubungan yang signifikan antara hipertrigliserid dengan neuropati diabetik.

B. Pembahasan

(54)

perkembangan neuropati diabetik yang dikemukakan oleh Priyantono (2005) berhubungan dengan usia, durasi menderita DM, hipertensi, dislipidemia, merokok, dan tinggi badan yang berkaitan dengan body mass index (BMI).

Penelitian yang dilakukan penulis mendapatkan hasil bahwa hipertrigliserid tidak berhubungan dengan neuropati diabetik. Penelitian lain yang memberikan hasil yang sama pernah dilakukan oleh Syahada (2013) dengan nilai p = 0,381. Dari hasil penelitian tersebut memperlihatkan tidak ada korelasi kadar trigliserid dengan neuropati diabetik berdasarkan pemeriksaan DNS. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Wiggin TD didapatkan nilai p = 0,04. Dari hasil penelitian tersebut memperlihatkan hasil yang berbeda, yaitu terdapat korelasi antara peningkatan kadar trigliserid dengan kejadian neuropati diabetik.

(55)

39

Selama melakukan penelitian, peneliti menanyakan kepada setiap pasien DM terkait kontrol gula darah secara rutin atau tidak. Mereka menyatakan bahwa mereka melakukan kontrol gula darah secara rutin setiap bulan di RSUD Kota Yogyakarta. Sehingga, hasil penelitian yang tidak signifikan didukung salah satunya oleh adanya faktor kontrol gula darah secara rutin. Sesuai dengan penelitian Ekawati (2012) bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata (signifikan) antara nilai kadar glukosa darah yang tinggi pada pasien DM yang tidak terkontrol dengan terjadinya peningkatan kadar trigliserid. Dimana pada penelitian ini jumlah pasien yang memiliki kadar trigliserid tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang memiliki kadar trigliserid yang normal, yang kemungkinan dikarenakan kadar glukosa darah pasien DM terkontrol dengan baik. Menurut Callaghan (2011) mengemukakan bahwa mengontrol kadar trigliserid bisa menjadi upaya pencegahan primer yang penting terhadap terjadinya neuropati diabetik dan resiko terjadinya amputasi.

(56)

rekam medik pada satu waktu, sehingga ada beberapa pasien dengan hasil kadar trigliserid 9 bulan yang lalu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Agrawal et al (2006) yang menyatakan bahwa neuropati diabetik tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kelainan profil lipid pada pasien DM tipe 2. Indeks lipid aterogenik termasuk kolesterol total/HDL-kolesterol, LDL-kolesterol, trigliserid/HDL dan rasio lainnya adalah prediktor untuk terjadinya aterosklerosis pada pasien DM tipe 2 sehingga memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya CAD dan PVD, tetapi tidak untuk neuropati diabetik.

C. Keterbatasan Penelitian

(57)

41 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Rata – rata kadar trigliserid pada pasien neuropati diabetik di RSUD Kota Jogja adalah 134,61 mg/dl.

2. Komplikasi neuropati diabetik yang terjadi di RSUD Kota Jogja didominasi oleh pasien DM perempuan dan rata-rata usia pasien ≥55 tahun.

3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara hipertrigliserid dengan angka kejadian neuropati diabetik. Hal ini menunjukkan bahwa neuropati diabetik memiliki banyak faktor yang mempengaruhi, seperti edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. Hal ini diperlukan agar dapat mengurangi atau mencegah komplikasi neuropati.

B. SARAN

1. Bagi tenaga kesehatan

(58)

komplikasi pada pasien DM. Diupayakan edukasi dan informasi tersebut disampaikan dengan jelas dan tepat sehingga dapat dipahami dan diaplikasikan oleh pasien DM dan dapat memberikan hasil yang optimal dalam mencegah terjadinya komplikasi pada pasien DM. Tenaga kesehatan sebaiknya tetap mengendalikan kadar trigliserid pasien diabetes melitus, meskipun hasil penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara hipertrigliserid dengan kejadian neuropati diabetik.

2. Bagi pihak rumah sakit

Rumah sakit dapat melakukan suatu program khusus bagi pasien DM dalam upaya pencegahan dan pengendalian faktor-faktor yang menyebabkan resiko terjadinya komplikasi pada pasien DM, misalnya mengadakan jadwal kontrol gula darah rutin kepada setiap pasien DM. Rumah sakit memiliki kewajiban untuk memastikan pasien merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang telah diberikan dan memastikan bahwa semua tenaga kesehatan telah memberikan apa yang menjadi hak pasien.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya dapat melibatkan sampel yang lebih banyak

(59)

43

b. Perlu dilakukan pemeriksaan yang lain untuk menentukan apakah pasien DM tersebut mengalami neuropati diabetik. Misalnya skor DNS dan Skor DNE.

c. Penelitian selanjutnya dapat mendapatkan informasi lebih terkait

(60)

Daftar Pustaka

Agrawal, R.P., Sharma, P., Pal, M., Kochar, A., Kochar, D.K. Magnitude of dyslipidemia and its association with micro and macro vascular complications in type 2 diabetes: A hospital based study from Bikaner (Northwest India) Diabetes Res Clin Pract. (2006);73:211-4

Alvin, Y. (2014). Prevalensi Dan Gambaran Status Penderita Neuropati Diabetika Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap Di RSUP DR. Sardjito Jogjakarta Tahun 2010-2012. Repository.

American Diabetes Association.(2010). Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus. Diabetes Care Vol. 33. p 62-69.

Amir,S.M.J., Wungouw,H. & Pangemanan,D. (2015). Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Bahu Kota Manado.Skripsi tidak diterbitkan. Manado: FK Universitas Sam Ratulangi Manado.

Azhary, H., Farooq, M.U., & Bhanushali, M. (2010). Peripheral Neuropathy Differential Diagnosis and Management. American Family Physician, Volume 87, Number 7, page 887.

Black JM. & Hawks JH. (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical menegement for positive out comes.8Th Edition.Singapore : Elsevier-Saunders.

Calaghan, B.C., Cheng, H.T., Stables, C.L., Smith, A.L., Feldman, E.L.(2012). Diabetic neuropathy : Clinical manifestations and currents treatments. Lancet Neurol, 11: 521-534.

Callaghan, B.C., Feldman, E.L., Liu, J., Kerber, K., Moffet, H., Karter, A.J., et al. (2011). Triglycerides and amputation risk in patients with diabetes. Journal of Diabetes Care, Vol.34.

Dalimartha S., (2011). 36 resep Tumbuhan Obat untuk menurunkan Kolesterol (edisi revisi). Jakarta: Penebar Swadaya.

Edwina,D.A., Manaf,A. & Efrida. (2015). Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS.Dr. M. Djamil Padang Januari 2011-Desember 2012.Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1) Ekawati, E.R.(2012). Hubungan kadar gula darah dengan hypertriglyceridemia terhadap penderita diabetes melitus. Karya Tulis Ilmiah strata dua, Universitas Airlangga, Surabaya.

Fauci, et al. Harrison’s Principles of internal Medicine. 18th edition. The

(61)

45

Fauziah, Y.N. & Suryanto.(2012). Perbedaan Kadar Trigliserid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak Terkontrol.Mutiara Medika.Vol. 12. No. 3: 188-194.

Flavia, F., Campesi, I., & Ochioni, S. (2012). Sex-Gender Difference in Diabetes Vascular Complications and Treatment. Endocrine, Metabolic & Immune Disorders- Drug Targets, 179-196.

Graha C., (2010). 100 Questions And Answers Cholesterol. Jakarta: Gramedia Kementrian Kesehatan RI. (2014). Riskesdas 2013: Pokok-Pokok Hasil Riskesdas. Badan Litbangkes RI. Jakarta.

Kendall, D.M. The Dislipydemia of Diabetic mellitus: giving triglycerides and high-density lipoprotein cholesterol higher priority. Endocrinol Metab Clin North Am.(2005); 34 (1): 27-48

Kurniawan.L.B., Aprianti, S., Bahrun, U. & Ruland DN Pakasi.(2013). Hipertrigliseridemia Sangat Berat pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.CDK-207.Vol. 40.No. 8.

Majid,A., Damayanti,S. & Ayu KB,NPM. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Pencegahan Ulkus Diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul. Mardastuti, Y. (2013). Uji reliabilitas dan validitas diabetic neuropathy symptom (dns-ina) dan diabetic neuropathy examination (dne-ina) sebagai skor diagnostic neuropati diabetic.Karya Tulis Ilmiah. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Meerwaldt, R. L. (2005). Increased Accumulation of Skin Advanced Glycation End Products Precedes and Correlates with Clinical Manifestation of Diabetic Neuropathy.Diabetologia.

Melmed,S., et al. (2011). Williams Textbook of Endocrinology.edisi ke 12

Miller M, Stone NJ, Ballantyne C, Bittner V, Criqui MH, Ginsberg HN, et al. Triglycerides and cardiovascular Disease: A Scientific Statement From the American Heart Assosiation. Circulation; (2011). 123:2292-2333.

Munir,B. (2015). Neurologi Dasar. Jakarta: Sagung Seto.

Mythili, A., et al. (2010). A comparative study of examination scores and quantitative sensory testing in diagnosis of diabetic polyneuropathy.IJDDC, XXX. Nadimin. Pola makan, aktivitas fisik dan status gizi pegawai dinas kesehatan Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi 1, Januari – Juni 2011. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

(62)

PERKENI. Konsensus Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI; (2012). PERKENI.Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.Perkumpulan Endokrinologi Indonesia; (2011).

Powers, A. C. (2008). Diabetes Melitus. Dalam A.S. Fauci, D. L. Kasper, D. L. Longo, E. Braunwald, S. L. Hauser, J. L. Jameson, et al., Harrison’s Principles of Internal Medicine (hal. 2275-2304). New York: Mc Graw Hill Medical.

Priyantono,T. (2005). Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Timbulnya Polineuropati Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Karya Tulis Ilmiah. Semarang : Fakultas Kedokteran UNDIP

Purnamasari, D. (2009). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K., & S. Setiati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (hal.1880-1883). Jakarta: EGC.

Purnamasari, E. & Poerwantoro, B. (2011). Diabetes Melitus dengan Penyulit Kronis.Majalah Kesehatan PharmaMedika. Vol.3, No.2.

Rudiharso,W. (2012). Case Files: Biokimia. Tangerang: Karisma Publishing Group.

Sadeli, H.A. (2008). Nyeri Neuropati Diabetika. Meliala, KRT., Suryamiharja, A., Wirawan, RB., Amir, D. Nyeri Neuropatik (hal. 77-88). Jakarta : Medikagama Press.

Sari,R.A. & Widiajmoko,A. (2012). Pengaruh Komplikasi Neuropati Terhadap Xerostomia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II.

Sastroasmoro,S. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Eds ke 4, hal 130-131.

Smith, G.A., & Singleton, R.J. Obesity and Hyperlipidemia are risk factors for early Diabetic Neuropathy. NIH Public Access. (2013); 27(5): 436-442.

Steinmetz A. Lipid Lowering therapy in patients with type 2 diabetes the case for early intervention. Diabetes Metab Res Rev (2008);24:286-293

Subekti, I. (2009). Neuropati Diabetik. Dalam A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata, & S. Setiati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (hal.1947-1951). Jakarta: Interna Publishing.

(63)

47

Taqwim, A. (2007). Gambaran Profil Lipid Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Dirawat Di RS Immanuel Bandung Periode Januari-Desember 2005. Karya Tulis Ilmiah. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Tedjapranata, M., (2009).Diabetes Melitus di Usia Lanjut Memang Berbahaya, Namun dapat dijinakkan. Dari http://www.gbimawarsaron.com/kesehatan/27-diabetes-melitus.html

Valéria,P., Sassoli,F., et al. (2010). Diabetic Peripheral Neuropathies: A Morphometric Overview. Int. J. Morphol; 28(1): 51-64

Wahyudo, R. (2012). Perbedaan Profil Trigliserid (TG) Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Terkontrol dengan yang Tidak Terkontrol di RSUD DR.H Abdul Moeloek Bandar Lampung. Karya Tulis Ilmiah.

Wiggin, T.D., et al. (2009). Elevated Triglycerides correlate with Progression of Diabetic Neuropathy. Diabetes. Vol.58

Zhihong Yang, et al.(Juni 2010). High prevalence of diabetic neuropathy in population- based patients diagnosed with type 2 diabetes in the Shanghai downtown,

(64)

LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Lembar Persetujuan untuk menjadi responden 2. Lampiran 2 : Lembar data diri pasien diabetes dan Skor DNS 3. Lampiran 3 : Hasil output data penelitian

(65)

49

LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA

HIPERTRIGLISERID DENGAN NEUROPATI DIABETIKA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Pasien :

Nama Anggota Keluarga :

Telah dijelaskan tentang tahapan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Hipertrigliserid dengan Neuropati Diabetik”, dan diyakinkan bahwa tidak ada data pribadi yang akan dikeluarkan selain untuk penelitian ini. Saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY bernama Fitria Setianingsih.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara hipertrigliserid dengan neuropati diabetik.

Yogyakarta, Mengetahui,

Pasien Anggota Keluarga Peneliti

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi etiologis Diabetes Melitus
Tabel 2. Klasifikasi Kadar Lipid Plasma
Tabel 2. Klasifikasi Kadar Lipid Plasma (Lanjutan)
Gambar 1. Kerangka Teori
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Consumer Goods (Studi Empiris pada Perusahaan Layanan Telekomunikasi

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan juga ditemukan beberapa petugas yang memiliki 2 pekerjaan ( double job ) seperti petugas coding rawat jalan menjadi petugas

Salah satu faktor penyebab beban kerja di subbagian ini bisa berlebih yaitu satu karyawan Aneka Tanaman dan Hortikultura mengerjakan tugas terkait pengadaan barang

Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) Sub Bagian dan. mempersiapkan penyususnan RKAT Bagian

Puji syukur ke-hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat diselesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Mengenal

[r]

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diperoleh bahwa penjual BBM pertamini dan penjual BBM eceran di Sukabumi Bandar Lampung telah menggunakan alat takar literan yang

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah memberikaan limpahan rahmat, hidayah, serta inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir