• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENINGKATAN KEMAMPUAN BEREMPATI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL JAWA TENGAH PADA ANAK KETURUNAN ETNIS JAWA-TIONGHOA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PENINGKATAN KEMAMPUAN BEREMPATI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL JAWA TENGAH PADA ANAK KETURUNAN ETNIS JAWA-TIONGHOA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

Keberagaman bukanlah hal yang aneh lagi bagi masyarakat

Indonesia. Dari sejumlah golongan etnis (suku bangsa) yang beragam

secara umum bangsa Indonesia terbagi dalam dua golongan besar yakni

golongan etnis pribumi dan golongan etnis pendatang. Etnis Cina termasuk etnis pendatang yang merupakan etnis minoritas di tengah

kemajemukan etnis di Indonesia. Pada tahun 1961 etnis Cina diperkirakan

ada sekitar 2,45 juta jiwa atau sekitar 2,5 persen dari total penduduk

Indonesia (Coppel, 1983). Namun, menurut Wibowo (2000) jumlah etnis

Cina di Indonesia diperkirakan sekitar 3 persen. Lebih tinggi dari kedua

taksiran tersebut, Taher (1997) menyebut angka 4-5 persen.

Dari segi tempat tinggal etnis Cina, ada perbedaan pola sebaran

antar berbagai pulau di Indonesia. Khusus wilayah Jawa (termasuk

Madura), persentase terbesar (78,4%) bertempat tinggal di wilayah

perkotaan, sedangkan sisanya (21,6%) bertempat tinggal di pedesaan

(Coppel, 1983). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar etnis Cina di

Jawa berkegiatan ekonomi pada sektor perdagangan dan industri

perkotaan.

Keberagaman masyarakat Indonesia ini juga tergambar di

Surakarta yang dikenal sebagai kota pluralis, karena masyarakat di

dalamnya terdiri atas kelompok-kelompok masyarakat majemuk.

Kemajemukan yang dimaksud bersifat vertikal seperti perbedaan kelas

sosial-ekonomi dan perbedaan porsi kekuasaan, serta kemajemukan

horisontal seperti perbedaan etnis, agama (di dalamnya terdapat

kemajemukan paham), pendidikan, budaya, orientasi politik dan

sebagainya. Mayoritas masyarakat Surakarta beretnis Jawa, selebihnya

etnis Cina, Arab, Madura, Sunda, Banjar, Minang, dan lain sebagainya

(Nurhadiantomo, 2003). Selain dikenal sebagai kota pluralis, di Surakarta

(2)

memiliki sejarah panjang pertikaian. Keduanya hingga kini masih tetap

eksis dan tetap semangat melestarikan budaya-budaya Jawa.

Keberadaan orang-orang Cina di Surakarta ditengarai sejak awal

berdirinya kota Surakarta, dan pada tahun-tahun berikutnya pertumbuhan

mereka cukup signifikan. Pada tahun 1950, orang Cina di Surakarta

berjumlah 23.697 jiwa, tahun 1952 berjumlah 25.836 jiwa, tahun 1969

berjumlah 30.669 jiwa, dan pada tahun 1971 30.949 jiwa. Pada tahun

1996 orang Cina di Surakarta berjumlah 23.610 jiwa, atau sekitar 4,4%

dari seluruh penduduk Surakarta. Dari data di atas terlihat bahwa ada

kecenderungan penurunan jumlah orang Cina di Surakarta pada tahun

1996 dibandingkan tahun 1950-an atau 1970-an1. Hal ini karena kemungkinan adanya perpindahan tempat tinggal ke daerah-daerah lain di

sekitar Surakarta, seperti perumahan Solo Baru (masuk kabupaten

Sukoharjo) dan Fajar Indah (masuk kabupaten Karanganyar) yang secara

administratif berada di luar wilayah Surakarta.

Menurut Wibowo (2000), minoritas etnis Cina di Indonesia telah

menguasai 70-80 persen perekonomian Indonesia. Begitu penting

persoalan etnis Cina di Indonesia, sehingga memunculkan isu mengenai

‘permasalahan Cina’ (Habib, 2004). Masyarakat Jawa juga menganggap

etnis Cina sebagai permasalahan karena keberadaan dan sikapnya dirasa

mengancam eksistensinya. Anggapan ini dibuktikan oleh terjadinya

serangkaian kekerasan yang melibatkan kedua etnis. Seperti halnya di

Surakarta peristiwa-peristiwa kekerasan antara etnis Jawa-Cina telah

berlangsung begitu lama, yaitu sejak awal berdirinya kota Surakarta

hingga saat ini peristiwa-peristiwa kekerasan masih tetap berlangsung.

1

(3)

3

Tabel 1. Catatan Kekerasan antara Etnis Jawa-Cina di Surakarta

No Nama Peristiwa Tahun Peristiwa 1. Peristiwa

Menjelang berdirinya SI (Syarekat Islam)

1911 Menjelang berdirinya SI di Surakarta terjadi serangkaian pemboikotan, pemogokan, perkelahian jalanan, dan kerusuhan anti Cina (Larson, 1990).

2 Legiun Mangkunegaran Vs orang Cina

1912 Menjelang akhir tahun 1912, Residen Surakarta Van Wijk pergi ke kampung Cina untuk menghentikan 90 Legiun Mangkunegaran yang memukuli orang-orang Cina (Roll, 1983). 3. Catatan Residen

Surakarta

1905-1913

Terjadi 615 kali peristiwa perampasan dan 4.977 kali pencurian ternak. Sasaran para pedagang Cina Klontong dan Cina Mindring (Wijk dalam Nurhadiantomo, 2003).

4. Geger Jatinom 1947-1948

Di Jatinom Klaten, Laskar Rakyat menyerang orang-orang Cina, sedikitnya 60 orang Cina

terbunuh, selebihnya menungungsi ke Surakarta dan

kota lainnya (Abdullah, 1994). 5. Peristiwa Pasca

Pemberontakan G 30 S/PKI

Oktober 1965

Massa anti komunis melakukan pembakaran dan pengrusakan rumah dan toko-toko milik Cina (Nurhadiantomo, 2003). toko-toko milik orang Cina di jalan Coyudan dan terus bergerak ke jalan Nonongan (Mulyadi & Soedarmono, 1999). 7. Anti Cina 19-20

Nov 1980

Kerusuhan yang cukup besar terjadi di Surakarta. Peristiwa ini dipicu oleh serempetan sepeda siswa SGO dengan pejalan kaki (Cina). (Yudohusodo, 1986). 8. Mei Kelabu 14-15

Mei 1998

(4)

Dalam masyarakat majemuk, adanya batas-batas sukubangsa

yang didasari oleh stereotype dan prasangka menghasilkan penjenjangan

sosial secara primordial yang subjektif. Konflik-konflik antar etnik yang

terjadi, pada dasarnya berintikan pada permasalahan hubungan antar

etnik asli setempat dengan pendatang. Konflik-konflik itu terjadi karena

adanya pengaktifan jati diri etnik untuk solidaritasi memperebutkan

sumberdaya yang ada. Dengan adanya stereotype dan praangka serta

ideologi keetnikan, masyarakat menjadi lebih mudah saling curiga

daripada saling mempercayai, lebih mudah bertengkar daripada

bersahabat, lebih mudah menerjang daripada memberi jalan dan

seterusnya.

Peristiwa-peristiwa kekerasan antara etnis Cina dan Jawa yang

terjadi di wilayah Surakarta tersebut, bila dilihat dari faktor pemicunya,

maka setiap kejadian kekerasan bisa dipengaruhi oleh hal-hal yang

berbeda. Seperti kasus 13-14 Mei dipicu oleh kenaikan harga, yang

dilanjutkan dengan aksi demonstrasi mahasiswa. Kasus 19-20 November

1980 yang dipicu oleh serempetan sepeda antara siswa SGO dengan

pejalan kaki yang kebetulan orang Cina. Semua itu adalah pemicu yang

secara langsung menghantarkan terjadinya kerusuhan. Sementara kondisi

laten yang melatarbelakangi munculnya faktor pemicu sangat sukar untuk

diungkap. Padahal kondisi-kondisi laten ini suatu saat akan kembali

manifes apabila sejak dini tidak dilakukan upaya-upaya pengungkapan

permasalahan secara mendasar.

Sebenarnya upaya-upaya perbaikan hubungan antara kedua

etnis sudah lama dilakukan, seperti dibentuknya Chuan Min Kung Hui

pada tahun 1932, yang selanjutnya pada tahun 1959 menjadi

Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) yang anggotanya meliputi

etnis Cina dan Jawa di Surakarta. Di perkumpulan ini mereka melakukan

aktivitas (kegiatan) secara bersama-sama. Selain itu proses asimilasi baik

yang dilakukan secara mandiri maupun melalui peran lembaga juga sudah

(5)

5

nama-nama Jawa atau Nasional pada orang-orang Cina, dan banyak

ditemukannya orang Cina yang pindah agama Islam (sebagian besar

dianut masyarakat Jawa) juga orang Jawa yang menganut agama Kristen

(Taufik, 2006).

Permasalahan mendasar dari penelitian ini adalah bahwa telah

lamanya kedua pihak (etnis Jawa-Cina) hidup bertetangga

(1740-sekarang) semestinya telah terjalin suatu pola hubungan yang eklektif dan

kondusif, namun sebagaimana diketahui serangkaian konflik kekerasan

kembali berulang. Berbagai upaya harmonisasi hubungan yang telah

dilakukan sebelumnya pun seakan tidak memiliki kontribusi apa-apa.

Titik-titik persamaan yang sesungguhnya bisa merajut persatuan tidak dapat

menahan berulangnya konflik. Ini menunjukkan perlunya meninjau ulang

berbagai upaya yang selama ini telah dilakukan atau perlunya melakukan

kajian menyeluruh (holistik) tentang intensitas dan kualitas hubungan

antara kedua pihak. Di mana letak akar permasalahan kekerasan antar

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, I. 1994. Muslim Businessman of Jatinom: Religion Reform and Economic Modernization in a Central Javanes Town. Netherland: Universiteit von Amsterdam.

Bakker, Chris. 2000. Cultural Studies. Teori & Praktek. Penerjemah: Nurdadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Baron, R.A. & Byrne. D. 2005. Psikologi Sosial, jilid 2 Edisi kesepuluh. Alih bahasa: dra Ratna Djuwita Dipl. Psychl, dkk Editor: Wisnu C. Kristiaji, Ratri Medy. Jakarta: Penerbit Erlangga

Berkowitz, L. 2003. Emotional Behavior. Jakarta: Penerbit PPM

Berry, JW., Poortinga, Y.H., Segall, M.H. & Dasen, P.R. 1999. Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia.

Brannen, J. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Coppel, C.A. 1983. Indonesian Chinese in Crisis. Oxford: Oxford University Press.

Faruk. 1999. Pengalaman, Kesaksian dan Refleksi Kehidupan Mahasiswa di Yogyakarta. Jakarta: LP3ES dan Interfidei.

Habib, A. 2004. Konflik Antaretnis Di Pedesaan: Pasang Surut Hubungan Tionghoa-Jawa. Yogyakarta: LKIS.

Hadi, S. 2005. Metode Research. Yogyakarta: Andi

Hariyono, P. 1994. Kultur Cina dan Jawa. Pemahaman menuju asimilasi Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Haryono, P 2006. Menggali latar belakang stereotip dan persoalan etnis Cina di Jawa. Semarang: Penerbit Mutiara Wacana

(7)

44

Mulyadi, H., & Soedarmono. 1999. Runtuhnya kekuasaan Keraton alit: Studi Radikalisme social “Wong Solo” dan Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta. Surakarta: Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP).

Meinarno, E. A. 2001. Sikap Pribumi terhadap Etnis Cina.

http://ccm.um.edu.my/umweb/fsss/images/persidangan/kertas keraj/eko/meinarno/sikap.doc

Nurhadiantomo. 2004. Hukum Reintegrasi Sosial: Konflik-konflik Sosial Pri-Non-Pri dan Hukum Keadilan Sosial. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Pattiradjawane, R.L. 2000. Peristiwa Mei 1998 di Jakarta: Titik Terendah Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia, dalam I. Wibowo, Harga yang Harus Dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pustaka Studi Tionghoa.

Rahardjo, T. 2005. Menghargai perbedaan Kultural, mindfullnes dalam komunikasi antar etnis. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Roll, W. 1983. Struktur Pemilikan Tanah di Indonesia: Studi Kasus di Daerah Surakarta (Terjemahan). Jakarta: Rajawali Press.

Sumarta, I.K. 2000. “Pendidikan yang Memekarkan Rasa”, dalam Membuka Masa Depan anak-anak kita: mencari kurikulum pendidikan abad XXI. Sindhunata (Ed) Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Taher, T. 1997. Masyarakat Tionghoa, Ketahanan Nasional dan Integrasi Bangsa di Indonesia. Jakarta: PPIM.

Taufik. 2004¹. Ketika Mandau dan Celurit Beradu: Fenomenologi Konflik Kekerasan Antar Etnis di Kalimantan. Jurnal Tabularasa. Vol. 2, No.3, November.

_____. 2004². Dinamika Prasangka Etnis Madura terhadap Etnis Dayak Pasca Konflik. Jurnal Anima.Vol. 19, No. 4, Juli.

_____. 2005. Denyut Nadi Kekerasan di Pulau Garam: Fenomenologi Kekerasan dalam Budaya Perspektif Teori Belajar. Jurnal Sosio-Religia. Vol. 5 No. 2, Februari 2006, Hal: 281-301.

(8)

Warnaen, S. 2002. Stereotip Etnis dalam Masyarakat Multi Etnis. Jakarta: Mata Bangsa.

Wibowo, I. 2000. Pendahuluan, dalam I. Wibowo, Harga yang Harus Dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pustaka Studi Tionghoa.

Witanto, E.P. 2000. Mengapa Pemukiman Mereka Dijarah: Kajian Historis Pemukiman Etnis Tionghoa di Indonesia, dalam I. Wibowo, Harga yang Harus Dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pustaka Studi Tionghoa.

Yudohusodo, S. 1985. Warga Baru: Kasus Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbitan Yayasan Padamu Negeri.

Zaini, A. 2002. Kekerasan Etnis Mei 1998: Studi Mengenai Prasangka dan Agresi. Laporan Penelitian. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(9)

LAPORAN PEN ELI TI AN

H I BAH BERSAI N G

M OD EL PEN I N GKATAN KEM AM PUAN BEREM PATI

M ELALUI PERM AI N AN TRAD I SI ON AL JAW A TEN GAH

PAD A AN AK KETURUN AN ETN I S JAW A- TI ON GH OA

Oleh:

Ta u fik , S.Psi., M .Si. D r . N a n ik Pr ih a r t a n t i, M .Si.

Eny Purw andari, S.Psi., M.Si.

(10)
(11)

Abstract

The Model of Increasing Empathy

by Javanese Traditional Games at Javanese and Chinese Children

Taufik, Nanik Prihartanti, dan Eny Purwandarie

Faculty of Psychology, Muhammadiyah University of Surakarta

The research purposed to describe the relationship patterns between Javanese and Chinese; To identified viewpoint and attitude toward other ethnics, especially that is received from their parents; and to describe social interaction patterns in school environtment, between children of Javanese and Chinese. Research subject are Javanese and Chinese in Sudiroprajan village, Surakarta town. Result of research consists: 1) the relationship patterns between Javanese and Chinese in Sudiroprajan hold mindfully and it is run naturally; 2) Teach of positive attitude from their parents can build attitude when they do interaction together with friends from other ethnic. The negative attitude that transfered from their parents cause conflict between them.; and 3) Cooperation in school environment between Javanese and Chinese generally have not good run as showed by their parents.

(12)

RINGKASAN

Model Peningkatan Kemampuan Berempati Melalui Permainan Tradisional Jawa Tengah Pada Anak

Keturunan Etnis Jawa-Tionghoa

Taufik, Nanik Prihartanti, dan Eny Purwandarie

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi pola hubungan antar etnis Jawa-Tionghoa; mengidentifikasi pandangan dan sikap masing-masing etnis terhadap etnis lain, terutama yang diterima oleh anak-anak dari para orang tua; dan mendeskripsikan pola-pola kerja sama di lingkungan sekolah, antara siswa etnis Jawa dan Tionghoa. Subjek penelitian adalah etnis Jawa-Tionghoa di kelurahan Sudiroprajan, Surakarta. Hasil penelitian dengan pendekatan kualitatif ini antara lain: 1) Pola hubungan antar etnis Jawa dan Tionghoa di kelurahan Sudiriprajan berlangsung secara harmonis (mindful) dengan proses perjalanan yang natural, yang ditandai dengan munculnya sikap untuk tidak membawa persoalan pribadi (individu sebagai bagian dari kelompok etnis) ke dalam persoalan kelompoknya; 2) Penanaman sikap positif orang tua terhadap anak-anaknya sangat berperan dalam pembangunan sikap dalam berinteraksi dengan kawan-kawan dari kelompok etnis lainnya. Sikap negatif yang secara tidak sengaja ditanamkan oleh para orang tua berimbas kepada kualitas interaksi anak-anak antar etnis; dan 3) Kerja sama di lingkungan sekolah antara siswa etnis Jawa dan Tionghoa secara umum belum berjalan sebagaimana kerjasama yang ditunjukkan oleh sebagian besar orang dewasa di Sudiroprajan. Perbedaan penggunaan bahasa di rasakan sebagai faktor utama yang menghambat proses kerja sama.

Kata Kunci: Empati, Interaksi Sosial, Etnis Jawa-Tionghoa.

(13)

dari para orang tua; dan mendeskripsikan pola-pola kerja sama di lingkungan sekolah, antara siswa etnis Jawa dan Tionghoa.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: metode wawancara mendalam (in-depth interview), pengamatan terlibat (participant

observation), dan dokumentasi. Pemilihan informan dilakukan secara purposif.

Pemilihan informan berikutnya dilakukan dengan prinsip bola salju (snow ball). Jumlah informan ditentukan oleh ketersediaan subjek penelitian dengan mempertimbangkan keragaman (diversity) data yang diperlukan. Penelitian dilakukan di kelurahan Sudiroprajan, kecamatan Jebres, Surakarta. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik verstehen, yaitu memahami makna konsep dan tindakan subjek penelitian berdasarkan pandangan pelakunya sendiri dalam rangka memahami sistem nilai yang mendasarinya.

(14)
(15)

PRAKATA

Peneliti mengucapkan Alhamdulillahirabbil’alamin atas selesainya laporan penelitian ini, namun demikian selesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Istriku yang tidak pernah lupa menemani dan menyediakan teh manis di sela-sela penyelesaian laporan penelitian. Anak-anakku Faza Izzuddinnuha, Hilwamadda Arrumaisha dan Nadia Insani Kamila yang selalu memberikan ketenangan, jazaakumullah khairan katsiraa ya aulaadii.

Kepada para responden yang telah berkenan meluangkan waktu dan bekerja sama dengan baik.

Kepada DP2M Ditjen Dikti dan LP2M UMS yang berkenan meloloskan penelitian dosen muda ini

Akhirnya penulis berharap kiranya laporan penelitian ini dapat bermanfaat.

Surakarta, Oktober 2008

(16)

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Pengesahan i

Ringkasan dan Summary ii

Prakata iv

Daftar Isi v

Daftar Tabel vi

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II STUDI PUSTAKA 6

A. Etnisitas dan Relasi antar Etnis 6

B. Kekerasan Etnis Di Surakarta 9

C. Kemampuan Berempati 14

D. Permainan Tradisional Jawa Tengah 16

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 25

A. Tujuan 25

B. Manfaat 25

BAB IV METODE PENELITIAN 26

A. Jenis Penelitian 26

B. Sumber Data 26

C. Metode Pengumpulan Data 26

D. Teknik Pemilihan Informan 27

E. Teknik Analisis Data 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 30

A. Deskripsi Pola Hubungan Etnis Jawa dan Tionghoa 30 B. Pandangan dan Sikap yang Diterima Masing-masing Etnis

Terhadap Etnis Lain, Terutama yang Diterima oleh

Anak-anak dari Orangtuanya 36

C. Pola-pola Kerja Sama di Lingkungan Sekolah antara Siswa

Etnis Jawa dan Tionghoa 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 45

DAFTAR PUSTAKA 47

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pertikaian antar Etnis yang Melibatkan Etnis Tionghoa 1 Tabel 2. Garis Besar Catatan Kekerasan antar Etnis Jawa-Tionghoa

di Surakarta 10

Gambar

Tabel 1. Catatan Kekerasan antara Etnis Jawa-Cina di Surakarta

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran CT-Scan kepala penderita dengan klinis neoplasma intrakranial di Bagian Radiologi FK Unsrat /SMF Radiologi RSUP Prof..

Hal ini disebabkan kurang tersedianya sumber-sumber kekuatan eksternal seperti dukungan yang diberikan oleh orang yang berada di dalam rumah ataupun di luar rumah

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada keluaga pasien di RSU Hidayah Purwokerto. Faktor-faktor yang

1) Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing- masing harus diungkapkan tersendiri. Bunga dan dividen harus diklasifikasikan secara konsisten antar

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

(1) Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk dapat memerintahkan menutup rumah / bangunan yang menurut keyakinan juga merupakan tempat melakukan perbuatan a susila dan atau

Dengan cara mempertautkan atau menghubungkan satu dengan yang lain untuk memberi arti pada phenomena-penomena atau data yang telah dilambangkan ke dalam fikiran baik

(a) On December 22, 2011, PT Mustika Memadata has registered a lawsuit in District Court of South Jakarta with registration No. 684) against PT Direct Vision as the